Anda di halaman 1dari 23

EJAAN BAHASA INDONESIA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu : Ibu Meilan Arsanti, M.Pd

Disusun Oleh :
1. Amanda Irwan Valentino (30502200001)
2. Muhammad Naufal I`tishon (30502200005)
3. Yahya Syafaatul Udzma (30502200006)
4. Reno Hanifa Kalam (30502200033)
5. Sirojul Muhlasin (30502200035)
6. Taufiqulloh Muhammad Bilal (30502200037)
7. Yulianti Dyah Mawarni (30502200039)

HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah, Tuhan penguasa alam semesta, yang mencipta, memelihara,
dan mengatur srluruh makhluk yang ada. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW. Beserta kerabat dan para pengikutnyahingga akhir zaman. Sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Bahasa Indonesia.
Kami haturkan ucapan terimakasih kepada Ibu Meilan Arsanti, M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah membimbing dan mengarahkan selama
perkuliahan berlangsung.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran, kritik, serta masukan yang membangun dari semua
pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
dunia pendidikan.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Semarang 21 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN.....................................................................................................2

A. Pengertian dan macam-macam ejaan ..................................................................3


B. Sejarah perkembangan ejaan................................................................................3
C. Penulisan huruf...................................................................................................10
D. Penulisan kata.....................................................................................................11
E. Penggunaan tanda baca.......................................................................................14
F. Unsur serapan......................................................................................................20

BAB III : PENUTUP............................................................................................................21

A. Kesimpulan.........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perkembangannya, penyempurnaan ejaan Bahasa Indonesia mengalami
berbagai tahap sejak sebelum sumpah pemuda tahun 1928 hingga sekarang.
Perkembangan yang dimaksud antara lain adanya penerapan ejaan oleh Ch.A. Van
Ophujsen, atas nama pemerintah Belanda, penetapan Ejaan Republik Soewandi
(1947), Ejaan Pembaharuan Prijono (1957), Ejaan Melindo Slametmuljana (1959),
Ejaan Baru Bahasa Indonesia Anton Moeliono (1967), Ejaan Yang Disempurnakan
I.B.Mantra (1972), yang akhirnya EYD ini disahkan oleh Presiden Soeharto pada
tanggal 17 Agustus 1972 dan dalam setiap perkembangannya selalu mengalami
pembaharuan di dalamnya.

Ejaan merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,


kalimat,dsb) dalam bentuk tulisan dan penggunaan tanda baca. Menurut Tasai (2002),
mengemukakan bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan
bunyi ujaran dan bagaimana huubungan antar lambang-lambang itu. Secara teknis,
yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda
baca.

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan seperangkat aturan atau kaidah


penggunaan Bahasa Indonesia dalam konteks resmi, baik lisan maupun tulisan. Materi
utama yang dibahas EYD meliputi kaidah tentang penulisan huruf, penulisan kata, dan
pemakaian tanda baca.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan ejaan dan apa saja macamnya?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia?
3. Apa dan bagaimana penulisan huruf yang baik dan benar?
4. Apa dan bagaimana penulisan kata yang sesuai kaidah?
5. Apa dan bagaimana penulisan tanda baca dalam sebuah kalimat?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yakni :
1. Untuk mengetahui pengertian ejaan dan macam-macamnya
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan ejaan bahasa indonesia
3. Untuk mengetahui cara penulisan huruf yang baik dan benar
4. Untuk mengetahui cara penulisan kata yang sesuai kaidah
5. Untuk mengetahui cara penulisan tanda baca yang benar dalam sebuah kalimat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Macam-macam Ejaan


Ejaan merupakan sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa
yang dilisankan oleh seseorang ditulis dengan perantaraan lambang-lambang atau
gambar-gambar bunyi. Ejaan merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-
bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan dan penggunaan tanda baca. Menurut
tasai (2002), mengemukakan bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antar lambang-lambang itu.
Secara teknis, yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf,penulisan kata, dan
pemakaian tanda baca.
Adapun macam-macam ejaan menurut perkembngannya, antara lain:
1. Ejaan Ophujsen (1901)
2. Ejaan Soewandi atau Ejaan Repubik (1947)
3. Ejaan Pembaharuan Bahasa Indonesia atau Ejaan Prijono-Katoppo (1956)
4. Ejaan Melindo (Melayu Iindonesia) (1959)
5. Ejaan Baru Bahasa Indonesia atau Ejaan Bahasa Indonesia LBK (Lembaga
Bahasa dan Kesusastraan) (1966)
6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) (1972)

B. Sejarah Perkembangan Ejaan

1. Ejaan Ophujsen (1901-1947)


Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan Van
Ophuijsen pada tahun 1901. Ejaan ini menggunakan huruf latin dan sistem ejaan
Bahasa Belanda yang diciptakan oleh Charles A. Van Ophuijsen. Ejaan Van
Ophuijsen berlaku sampai dengan tahun 1947.
Contoh :
- Hadir sering dibca had-lir karena kadang-kadang ditulis hadlir
- Hasil sering dibaca hat-sil karena kadang-kadang ditulis hatsil
2. Ejaan Republik/ Ejaan Soewandi (1947-1956)
Ejaan Republik berlaku sejak tanggal 17 Maret 1947. Pemerintah berkeinginan
untuk menyempurnakan Ejaan Van Ophuijsen. Adapun hal tersebut dibicarakan
dalam Kongres Bahasa Indonsia I, pada tahun 1938 di Solo. Kongres Bahasa
Indonesia I menghasilkan ketentuan ejaan yang baru yang disebut Ejaan Repubik/
Ejaan Soewandi.
Perbedaan-perbedaan antara ejan ini dengan ejaan Van Ophuijsen ialah :
- Huruf ‘oe’ diubah menjadi ‘u’ seperti pada kata goeroe menjadi guru
- Bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (`) ditulis
dengan ‘k’, seperti pada kata tak, pak, maklum, rakyat.
- Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-an.
3. Ejaan pembaharuan atau Ejaan Prijono-Katoppo (1956-1961)
Kongres Bahasa Indonesia II digelar pada tahun 1954 di Medan. Kongres ini
digagas oleh Menteri Mohammad Yamin. Dalam Kongres Bahasa Indonesia II
ini, peserta kongres membicarakan tentang perubahan sistem ejaan untuk
menyempurnakan ejaan Republik.
Ejaan pembaharuan merupakan penyempurnaan dari ejaan Republik karena
ejaan tersebut terdapat unsur-unsur yang kurang dapat dipertanggunjawabkan.
Ejaan Pembaharuan merupakan ejaan dari E. Katoppo dan Prof. Dr. Prijono.
Pembaharuan ini mengalami beberapa kesulitan seperti biaya perombakan mesin
tik sehingga ejaan ini tidak diresmikan.
4. Ejaan Melindo (1961-1967)
Melindo adalah akronim dari Melayu-Indonesia. Merupakan ejaan yang
disusun atas kerja sama antar pihak Indonesia Slamet Muljana dan pihak
Persekutuan Tanah Melayu (Malaysia) dipimpin oleh Syed Nasirr bin Ismail yang
tergabung dalam Panitia Kerja Sama Bahasa Melayu-Bahasa Indonesia tahun
1959 berhasil merumuskan ejaan yaitu ejaan Melindo.
Awalnya ejaan Melindo dimaksudkan untuk menyeragamkan ejaan yang
digunakan di kedua negara tersebut. Namun karena pada masa itu terjadi
ketegangan politik antara Indonesia dan Malaysia, Ejaan itupun akhirnya gagal
diresmikan. sebagai akibatnya pemberlakuan ejaan itu tidak pernah diumumkan.
5. Ejaan Baru/ Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) (1967-1972)
Pada tahun 1967, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang sekarang bernama
Badan Pengembangan dan Peembinaan Bahasa mengeluarkan Ejaan Baru.
Pembaharuan ejaan ini merupakan kelanjutan dari ejaan Melindo yang gagal
diresmikan pada saat itu.
Konsep ejaan ini disusun berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain :
1) Pertimbangan teknis yaitu pertimbangan yang menghendaki agar setiap
fonem dilambangkan dengan satu huruf.
2) Pertimbangan praktis yaitu pertimbangan yang menghendaki agar
perlambangan secara teknis itu disesuaikan dengan keperluan praktis
seperti keadaan percetakan dan mesin tulis.
3) Pertimbangan ilmiah yaitu pertimbangan yang menghendaki agar
perlambangan itu mencerminkan studi yang mendalam mengenai kenyatan
bahasa dan masyarakat pemakainya.
Perubahan yang terdapat dalam ejaan Baru :
1) gabungan korsonan dj diubah menjadi j
Misalnya :
Remadja menjadi remaja
Djalan menjadi jalan
2) gabungan korsonan tj diubah menjadi c
Misalnya :
Tjakap menjadi cakap
Batja menjadi baca
3) gabungan korsonan nj diubah menjadi ny
Misalnya :
Sunji menjadi sunyi
Njala menjadi nyala
4) gabungan korsonan sj diubah menjadi sy
Misalnya :
Sjarat menjadi syarat
Sjair menjadi syair
5) gabungan korsonan ch diubah menjadi kh
Misalnya :
Tachta menjadi takhta
Ichlas menjadi ikhlas
6. Ejaan Yang Dsempurnakan
Secara definisi, Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan adalah sistem
ejaan bahasa Indonesia yang didasarkan pada keputusan Presiden No. 57 tahun
1972 yang diresmikan pada tanggal 16 Agutus 1972 oleh Presiden Republik
Indonesia.
Ejaan Yang Disempurnakan merupakan hasil penyempurnaan dari beberapa
ejaan yang disusun sebelumnya, terutama ejaan Republik yang dipadukan pula
dengan konsep-konsep ejaan pembaharuan, ejaan Melindo, dan ejaan Baru.
1. perubahan huruf
o Ejaan lama :
Dj : djika, wadjar
Tj : tjakap, pertjaja
Nj : njata, sunji
Ch : achir, chawatir
o EYD :
J : jika, wajar
C : cakap, percaya
Ny : nyata, sunyi
Kh : akhir, khawatir
2. Huruf f, v dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan
pemakaiannya.
Misalnya : khilaf, fisik, zakat, universitas
3. Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap
digunakan,
Misalnya : pada kata furqon dan xenon
4. Penulisan di sebagai awalan dibedakan dengan di yang merupakan kata depan.
Sebagai awalan, di ditulis serangkai dengan unsur yang menyertainya,
sedangkan di sebagai kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutnya.
Misalnya :
Awalan – di
Dicuci
Dibelikan
Dilatarbelakangi
Kata depan – di
Di kantor
Di belakang
Di tanah
5. Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka 2 tidak
digunakan sebagai penanda perulangan.
Mialnya :
Anak-anak, bukan anak2
Bersalam-salaman, bukan bersalam2an
Yang di atur dalam EYD yaitu :
a) Pemakaian huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring
b) Penulisan kata
c) Penulisan tanda baca
d) Penulisan singkatan dan akronim
e) Penulisan angka dan lambang bilangan
f) Penulisan unsur serapan
C. Penulian Huruf
1. Huruf Besar dan Huruf Kapital
Huruf Besar dan Huruf Kapital digunakan untuk hal-hal berikut :
a) Awal kalimat dan huruf pertamapetikan langsung
Contoh : Dia berangkat ke sekolah
Ibu bertanya,”Mengapa kamu menangis?”
b) Ungkapan yang berhubungan dengan hal keagamaan, kitab suci, nama Tuhan,
termasuk kata gantinya
Contoh : Allah, Yang Mahakuasa, Islam, Kristen, Alkitab
c) Nama diri, huruf awal gelar kehormatan, keturunan, keagamaan yang diikuti
nama orang.
Contoh: Sultan Hasanudin, Presiden Joko Widodo, Profesor Samsuri
d) Huruf pertama nama bangsa, suku, bahasa, tahun, bulan, hari, hari raya dan
peristiwa sejarah.
Contoh : bangsa Indonesia, tahun Masehi, hari Senin, hari Kebangkitan
Nasional
e) Huruf pertama khasdalam geografi
Contoh : Danau Toba, Afrika Selatan, Jalan Surabaya
f) Huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan, ketatanegaraan, dan
dokumen resmi
Contoh : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dewan Perwakilan
Rakyat, Surat Perintah Sebelas Maret
g) Huruf pertama semua kata utama dalam buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan
Contoh : Pelajaran Matematika untuk Sekolah Lanjutan Atas, majalah Trubus
h) Singkatan nama gelar dan sapaan, huruf pertama kata petunjuk hubungan
kekerabatan yang dipakai sebagai kata ganti.
Contoh : Dr. Nuril Huda, Kapan Saudara datang?, Silahkan dminum, Mbak!
2. Huruf Miring
Huruf miring digunakan untuk hal-hal berikut :
a) Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
karangan.
Contoh : majalah Tempo, harian Kompas, buku Dasar-dasar penulisan
b) Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Contoh : Bab ini tidak membicarakan....., Huruf pertama kata abad ialah a
c) Menuliskan istilah ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan
ejaannya.
Contoh : Penataran merupakan kata lain dari upgrading
D. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata asli yang belum mendapat imbuhan. Kata dasar yang terdapat dalam kalimat
ditulis satu-kesatuan.
Contoh :
o Dia tidak suka marah
o Siapa yang datang?
2. Kata Turunan
Kata yang diturunkan dari kata dasar asli, bisa disebut kata berimbuhan.
o Imbuhan (awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar.
Contoh :
 Pemanas (pe+panas)
 Jawaban (jawab+an)
o Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang mendahului
apabila bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
Contoh :
 Bersukaria (ber+suka ria)
 Dimejahijaukan (di+meja hijau+kan)
 Membabibuta (me-N+babi buta )
o Jika bentuk dasanya berupa kata gabung dan mendapat awalan dan
akhiran, kata ditulis serangkai.
Contoh :
 Mengedepankan (me-N+ke+depan+kan)
 Mempertanggungjawabkan (me+N+pe+tanggung jawab +kan)
o Jika salah satu unsur kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
ditulis serangkai.
Contoh :
 Pascasarjana
 Prasangka
 Mahasiswa
3. Kata Ulang
Kata dasar yang diulang, dapat berupa kata ulang murni (sama dengan kata dasar)
dan kata ulang sebagian (berbeda dengan kata dasar). Kata dasar yang berupa kata
ulang ditulis lengkap dengan tanda gabung.
Contoh :
o Sepandai-pandai
o Lauk-pauk
4. Gabungan Kata
Kata dasar yang terbentuk dari penggabungan dari dua kata. Bisa disebut kata
majemuk, kata dasar yang berasal dari gabungan kata yang punya makna tertentu.
o Gabungan kata yang lazim, kata majemuk termasuk istilah khusus
bagiannya ditulis terpisah.
Contoh :
 Sapu tangan
 Mata pisau
 Mata hati
o Gabungan kata termasuk istilah khusus yang menimbulkan salah baca
dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian diantara unsur yang
bersangkutan.
Contoh :
 Alat pandang-dengar
o Gabungan kata yang sudah dianggap padu, kata ditulis serangkai.
Contoh :
 Apabila (apa+bila)
 Daripada (dari+pada)
 Adapun (ada+pun)
5. Kata Ganti
Kata ganti ku, mu dan nya ditulis dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh :
o Ayahmu orang yang dermawan
o Buku ini miliknya
6. Kata Depan
Kata depan di, ke dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali
daripada.
Contoh :
o Ayah berangkat ke masjid
o Saya dari masjid
7. Kata Sandang
Kata sandang berupa Si dan Sang ditulis secara terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Contoh :
o Si Unyil
o Sang Raja
8. Patikel
a. Partikel lah, kah dan tah dituliis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh :
o Bacalah buku itu dengan baik!
o Akankah kita tetap menjadi saudara?
b. Partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya, kecuali :
adapun, bagaimanapun, maupun, biarpun, walaupun.
Contoh :
o Sepetak tanah pun aku tak punya
o Sepucuk surat pun tak datang
c. Partikel per yang bearti mula, demi, dan tiap. Ditulis terpisah dengan kalimat
yang mendampinginya.
Contoh :
o Dia membaca buku itu per bab
o Dia menggaji karyawannya per hari
9. Angka dan Lambang bilangan
 Dipakai untuk menyatakan lambang bilangan nomor
Contoh : 1, 2, 3
 Digunakan untuk ukuran panjang, berat, isi, satuan waktu, nilai uang.
Contoh :
o 3 meter kain, 10 kilogram beras, 5 liter
o Pukul 12.30, 100 dollar, tahun 1962
o Penulisan lambang bilangan dengan huruf.
Contoh : sebelas (11), dua per tiga (2/3)
 Penulisan kata bilangan tingkat.
Contoh :
o Bab III
o Bab tiga
o Bab ke-3
 Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an
Contoh :
o Tahun 60-an
o Tahun enam puluhan
 Akta dan kwitansi, bilangan ditulis dengan kata dan huruf sekaligus dalam
teks
Contoh :
o Telah diterima uang sebesar Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah)
E. Penggunaan Tanda Baca
1. Tanda Baca Titik (.)
Ada beberapa kaidah penggunaan tanda baca titik (.). kaidah-kaidah tersebut
dijelaskan sebagai berikut.
a. Tanda baca titik (.) digunakan untuk mengakhiri kalimat yang bukan berupa
kalimat tanya atau kalimat seruan
Contoh :
o Saya beragama islam
o Kita adalah saudara
b. Tanda baca titik digunakan dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
Contoh :
o 4.1 Pembahasan
o Tabel 10. Rekapitulasi data
c. Tanda baca titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukan jangka waktu.
Contoh :
o Pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
d. Tanda baca titik digunakan diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar
pustaka.
Contoh :
o Lestariningrum,Dwi.1998.teknik menjahit.Malang:Intan.
o Syamu,M.2007.belajar Mengaji.Malang:UIN Press.
e. Tanda baca titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang menunjukan jumlah.
Contoh :
o Tamu yang hadir adalah 24.200 orang.
o Ayamnya berjumlah 5.500 ekor.
f. Tanda baca titik tidak dapat digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan
atau kelipatanya yang tidak menunjukan jumlah.
Contoh :
o 6 juni adalah tanggal kelahirannya.
o Dia mendapat gaji setiap tanggal 2.
g. Tanda baca titik tidak digunakan pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contoh :
o KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
o DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
h. Tanda baca titik tidak digunakan di belakang alamat pengirim surat, nama dan
alamat penerima surat, serta tanggal surat.
Contoh :
o Yth.Rekto UIN Malang
Jalan Gajayana 50 Malang
o Malang, 28 Maret 2010
2. Tanda Baca Koma (,)
Kaidah-kaidah penggunaan tanda baca koma (,) adalah sebagai berikut :
a. Tanda baca koma (,) digunakan diantara unsur-unsur dalam suatu perincian
atau pembilang.
Contoh :
o Saya membeli kertas, pena, dan tinta
o Saya suka apel, durian, dan pisang
b. Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan kalimat setara, apabila
kalimat berikutnya diawali kata tetapi atau melainkan.
Contoh :
o Ayah suka buah, tetapi ibu tidak
o Dia tidak kakakku, melainkan sepupuku
c. Tanda baca koma (,) digunakan apabila anak kalimat mendahului induk
kalimat.
Contoh :
o Jika hari tidak hujan, saya akan datang
o Atas perhatian Bapak, saya berterima kasih
d. Tanda baca koma (,) digunakan untuk memisahkan anak kalimat jika anak
kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Contoh :
o Saya tidak akan datang, jika ayah tidak mengijinkan
o Saya akan memaafkan, jika ia mau bertobat
e. Tanda baca koma (,) digunakan di belakang ungkapan penghubung antar
kalimat yang terdapat pada awal kalimat.
o Dia malas belajar, oleh karena itu, dia tidak naik kelas
o Dia sudah berstatu mahasiswa, akan tetapi, dia seperti anak-anak
3. Tanda Baca Titik Koma (;)
Kaidah-kaidah penggunaan tanda baca titik koma (;) adalah sebagai berikut.
a. Digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis atau setara.
Contoh :
o Ayah sedang mengaji; ibu sedang memasak; adik sedang belajar; mereka
sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing
b. Digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat
majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh :
o Sore itu kami sekeluarga sibuk dengan pekerjaan kami masing-masing.
Ayah sedang membaca koran; ibu menjahit kan; saya asyik membersihkan
taman di depan rumah
4. Tanda Baca Titik Dua (:)
Terdapat beberapa kaidah penggunaan tanda baca titik dua (:) kaidah-kaidah yang
dimaksud dijelaskan sebagai berikut.
a. Tanda baca titik dua (:) digunakan sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian atau perincian.
Contoh :
o Ketua: Ahmad Wijaya,
Sekretaris: Siti Tantowi.
b. Digunakan di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat di
dalam kitab suci, di antara judul dan subjudul, serta nama kata dan penerbit
buku acuan.
Contoh :
o Tempo, I (1971). 34:7
o Surat Yasin:19
5. Tanda Hubung (-)
Kaidah-kaidah penggunaan tanda hubung (-) adalah sebagai berikut.
a. Digunakan untuk mengaitkan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan
huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan an-, singkatan berhuruf kapital
dengan imbuhan atau kata, dan nama jabatan rangkap.
Contoh :
o Se-indonesia
o Hadiah ke-2
o Mem-PHK-kan
o Sinar-X
b. Digunakan untuk merangkaikan unsur bahasa indonesia dengan bahasa asing.
Contoh :
o Di-smash
o Di-drill
o Di-carge
o Mem-backup
6. Tanda Pisah (--)
Tanda pisah (--) digunakan di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti
“sampai ke” atau “sampai dengan” penulisan tanda baca pisah (--) dinyatakan
dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.
Contoh :
o 1910-1945
o Tanggal 15-10 April 1970
7. Tanda Elipsis (...)
Tanda elipsis (...) digunakan untuk menunjukan bahwa dalam suatu kalimat atau
naskah ada bagian yang hilang.
Contoh :
o Sebab-sebab kemerosotan akhlak dikalangan mahasiswa...atau diteliti
lebih lanjut.
o ... kata adalah kumpulan huruf yang sudah bermkna lengkap
(Suwono,1999:13)
8. Tanda Kurung ( )
Tanda kurung ( ) digunakan untuk hal-hal sebagai berikut.
a. Digunakan untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Contoh :
o Lampiran : 1 (satu) bendel
o ABRI (Angkatan Berenjata Republik Indonesia)
b. Digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
pokok pembicaraan.
Contoh :
o Opera Van Java (acara komedi) cukup menghibur masyarakat
o Aku (puisi karya Chairil Anwar) adalah puisi angkatan 45
9. Tanda Tanya (?)
Tanda tanya (?) digunakan pada akhir kalimat tanya, yakni kalimat yang
membutuhkan jawaban.
Contoh :
o Siapa yang pergi ke Bandung?
o Dimana kamu membeli tas itu?
10. Tanda Seruan (!)
Tanda seru (!) digunakan sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhannya, atau emosi yang kuat.
Contoh :
o Duduklah!
o Ambilkan buku itu!
11. Tanda Kurung Siku ([...])
Tanda kurung siku ([...]) digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat
penjelas yang sudah bertanda kurung.
Contoh :
o Persamaan kedua proses ini (perbedaanya dibicarakan pada bab 11 [lihat
halaman 35-38])
o Konsep tentang pengetahuan (hubungannya dengan ilmu secara umum
[lihat halaman 124]) juga diterangkan pada bab III dalam buku ini.
12. Tanda Petik (“...”)
Tanda petik (“...”) ini digunakan untuk mengakhiri petikan langsung. Adapun
penggunaan tanda petik (“...”) yang dmaksud adalah sebagai berikut.
Contoh :
o Kata Toto, “saya juga berpuasa”.
o Pesan Ayah, “jangan berani pada ibumu”.
13. Tanda Petik Tunggal (‘...’)
Tanda petik tunggal (‘...’) digunakan untuk mengapit makna, terjemahan, dan
penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh :
o Reformasi ‘perubahan’
o Mastery learning ‘belajar tuntas’
14. Tanda Garis Miring (/)
Tanda garis miring (/) digunakan di dalam menulis nomor surat, nomor pada
alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh :
o Tahun anggaran 2011/2012
o Semester genap 2012/2013
o Jalan Kramat III/10 Jakarta
15. Tanda Apostrof (`)
Tanda penyingkat atau apostrof (`) ini digunakan untuk menunjukan penghilangan
bagian kata atau bagian angka tahun.
Contoh :
o Malam `lah tiba (`lah=telah)
o 1 Januari `88 (‘88=1988)
F. Unsur Serapan
Sampai saat ini Bahasa Indonesia berkembang pesat dari waktu ke waktu. Dalam
perkembangannya, Bahasa Indonesia menerima berbagai unsur dari bahasa-bahasa
lain termasuk dari bahasa asing. Unsur dari bahasa asing tersebut kemudian diserap ke
dalam bahasa indonesia. Contoh kata yang sudah melalui penyerapan, yaitu :
 Accomodation menjadi akomodasi
 System menjadi sistem
 Variety menjadi varietas
 Scriptie menjadi skripsi
Demikian kaidah-kaidah penulian huruf, penulisan kata, dan kaidah penulisan serta
penggunaan tanda baca yang berlaku di dalam ejaan yang disempurnakan dalam
bahasa Indonesia berdasarkan uraian diatas.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Ejaan Bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut
diantaranya ejaan Ophusjen. Ejaan Soewandi, ejaanPembaharuan, ejaanMelindo,
Ejaan Baru,dan ejaan yang disempurnakan (EYD).
 Ejaan adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa yang
dilisankan oleh seseorang ditulis dengan perantaraan lambang-lambang dan gambar-
gambar bunyi.
 Ejaan memiliki komponen-komponen penulisan huruf, penulisan kata, penggunaan
tanda baca, Serta unsur serapan.
 Ejaan yang disempurnakan (EYD) merupakan seperangkat aturan atau kaidah
penggunaan Bahasa indonesia dalam konteks resmi, baik lisan maupun tulisan.
 Penulisan huruf yang terdapat dalam ejaan yaitu penulisan huruf miring dan huruf
kapital.
 Penulisan kata yang terdapat dalamsebuah ejaan yaitu kata dasar, kata ulang, kata
ganti, gabungan kata, dll.
 Pemakaian tanda baca yang terdapat dalam ejaan diantaranya tanda titik, tanda koma,
tanda seru, tanda tanya, titik dua, tanda petik, tanda miring, dll.
 Dari penjabaran diatas, ejaan sangat dibutuhkan dalam hal kepenulisan. Misalnya
dalam penulisan karyailmiah, skripsi, dan tesis.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. “Dari Ejaan Van Ophujsen hingga EYD” www.makalahkuliah.com. Pada 25
Februari 2013.
Fakultas pertanian UB. 2010. Modul Bahasa Indonesia dan Penulisan Ilmiah. Malang.
Musaba, Zulkifli. 2012. Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: AswajaPressindo.
Safloedin, Asis, 1987. Membina Bahasa Indonesia. Bandung: Penerbit Alumni.Yaqin, M.
Zubad Nurul. 2011. Bahasa Indonesia Keilmuan. Malang: UIN-Maliki press. Wilyarsa, I
Gusti Agung. 2012. “Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia”.
www.ejaanindonesia.blogspot.com. Pada 25 Februari 2013.

Anda mungkin juga menyukai