Anda di halaman 1dari 11

KLASIFIKASI PENYEMPURNAAN EJAAN DARI PERMULAAN SAMPAI

DENGAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia

Disusun oleh :

Ainun Silpiadi

Aulia Zumaroh

Elsa Ulfiah Wardah

Erna Purnamasari

Jalaludin Assayuti

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM KHARISMA

SUKABUMI

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga makalah tentang Klasifikasi Penyempurnaan Ejaan Permulaan
Sampai Dengan Ejaan Yang Disempurnakan ini dapat diselesaikan dengan sebaik-
baiknya.

Makalah ini dibuat untuk melengkapi mata kuliah Bahasa Iindonesia, yang
merupakan salah satu mata kuliah yang ditempuh di semester satu di jurusan
Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Kharisma.

Penyusun menyakini bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan makalah dimasa yang akan datang.

Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Cicurug, 26 Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................

DAFTAR ISI..........................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...........................................................

1.2 Tujuan ........................................................................

1.3 Batasan Masalah ........................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Ejaan.... ....................................................

2.2 Ejaan Van Ophuijsen..................................................

2.3 Ejaan Republik (ejaan Soewandi)……………………

2.4 Ejaan Pembaharuan…………………………………..

2.5 Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia)………………….

2.6 Ejaan Baru……………………………………………

2.7 Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)

BAB 3 PENUTUP ...........................................................

3.1 Kesimpulan ..................................................................

3.2 Saran.............................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang awalnya berupa saluran bahasa Melayu yang
akhirnya dijadikan sebagai bahasa resmi Negara. Apabila dilihat dari segi
linguistiknya, sebenarnya bahasa Indonesia terdiri dari campuran beberapa bahasa.

Dalam  bahasa Indonesia, kita mengenal istilah EYD atau ejaan yang disempurnakan.
EYD merupakan ejaan bahasa Indonesiaa yang telah diakui dan berlaku sejak tahun
1972 sampai dengan 2015. Ejaan ini hadir untuk menggantikan Van Ophuijsen dan
ejaan republik atau ejaan soewandi. Namun keberadaan EYD kini telah digantikan
oleh Ejaan Bahasa Indonesia semenjak tahun 2015. Berikut adalah tahapan proses
penyempurnaan ejaan bahasa.

1.2    Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu :
1). Bagaimana penyempurnaan ejaan dari permulaan sampai dengan ejaan yang telah
disempurnakan ?

1.3    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1). Untuk mengetahui penyempurnaan ejaan dari permulaan sampai dengan ejaan
yang telah disempurnakan.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Ejaan

Salah satu sifat bahasa adalah berubah. Perubahan itu bisa karena pemakainya, baik
karena kesepakatan atau keterbiasaan, bisa juga atas kemauan pemerintah, atau
kebutuhan lainnnya. Salah satu yang bisa berubah dari bahasa adalah ejaan.
Ejaan merupakan kata turunan dari eja yang ditambahkan imbuhan –an. Kalau kita
cek di Tesaurus Bahasa Indonesia, bikinan Eko Endarmoko, ejaan juga berarti
pelafalan, pelafazan, pengucapan, penyuaraan, atau penyebutan suatu huruf atau kata.
Intinya ejaan adalah bagaimana kita mengucapkan (secara lisan) sebuah kata. Ejaan
sendiri diatur dalam kaidah berbahasa baku, termasuk di dalam bahasa Indonesia.
Jadi, ejaan tidak hanya diatur dari segi cara pengucapan tapi juga cara menulis dan
penggunaan tanda baca.

2.2 Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947)


Charles Adrian van Ophuijsen (Ch. A. van Ophuysen) merupakan tokoh penting
dalam tonggak bahasa Indonesia. Ejaan Van Ophuijsen atau yang dikenal dengan
Balai Pustaka yang dibantu oleh Engku Nawawi dan Mohammad Taib Soetan
Ibrahim.ejaan ini dimuat dalam kitab logat Melayu. Disebut Balai Pustaka karena
pada waktu ituBalai Pustaka merupakan suatu lembaga yang berperan aktif serta
cukup berjasa dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia.

Ciri-ciri ejaan Van Ophuijsen

1. Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus


disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga
digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.
2. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, saja, wajang, dan sebagainya.
3. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata doeloe, akoe, Soekarni, repoeblik
(perhatikan gambar prangko di atas), dan sebagainya.
4. Tanda diakritis, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-
kata ma’moer, jum’at, ta’(dieja tak), pa’,(dieja pak), dsb.
5. Huruf tj yang dieja c saat ejaan ini dihapuskan, seperti Tjikini, tjara, pertjaya,
dsb.
6. Huruh ch yang dieja kh, seperti chusus, achir, machloe’, dsb.

2.3 Ejaan Soewandi atau ejaan Republik ( 1947-1972)

Ejaan republik merupajan hasil penyederhanaan dari ejaan Van Ophuijsen. Ejaan ini
disebut sebagai Ejaan Soewandi karena diresmikan tanggal 17 Maret 1947 oleh
Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan saat itu, yaitu Raden Soeawandi,
menggantikan ejaan Ophuijsen. Sebenarnya nama resminya adalah ejaan Republik,
namun lebih dikenal dengan ejaan Soewandi.

Ejaan republik ini merupakan suatu usaha perwujudan dari Kongres Bahasa Indonesia
yang pertama di Surakarta, Jawa Tengah tahun 1938 dan yang menghasilkan suatu
keputusan penyusunan kamus istilah.

Ciri-ciri ejaan Soewandi :

1. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata dulu, aku, Sukarni, republik


(perhatikan gambar prangko di atas), dsb.
2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, pada kata-
kata makmur, tak, pak, atau hamzahnya dihilangkan.
3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2seperti pada mobil2, ber-jalan2, ke-
barat2-an.
4. Huruf e taling dan e pepet dalam ejaan republic tidak dibedakan.
5. Tanda trema (“) dalam ejaan Van Ophuijsen dihilangkan dalam ejaan
Soewandi.
2.4 Ejaan Pembaharuan (1957)
Ejaan ini bermula dari polemik yang terjadi pada Kongres Bahasa Indonesia ke-2 di
Medan tahun 1954. Kongres kedua ini akhirnya diadakan setelah pertama kali
diadakan di Solo tahun 1938. Yamin selaku Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan dan pemrakarsa Kongres Bahasa Indonesia ke-2 mengatakan bahwa
kongres ini merupakan bentuk rasa prihatinnya akan kondisi bahasa Indonesia saat itu
yang masih belum mapan. Medan pun dipilih karena di kota itulah bahasa Indonesia
dipakai dan terpelihara, baik dalam rumah tangga ataupun dalam masyarakat,
setidaknya itu alasan Yamin. Di kongres ini, memang diusulkan banyak hal dan salah
satunya adalah perubahan ejaan. Usulan ini ditindaklanjuti oleh pemerintah waktu itu
dengan membentuk panitia pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia.
Ciri-ciri ejaan pembaharuan :
a. menyanyi: menjanji menjadi meñañi; mengalah menjadi meɳalah; syarat
dibedakan menjadi śarat.
b. huruf j yang digunakan pada kata jang (yang) malah sudah disepakai ditulis
menjadi yang (seperti kita pakai sekarang).
c. Untuk kata-kata berdiftong ai, au, dan oi seperti sungai, kerbau, dan koboi
akan dieja dengan sungay, kerbaw, dan koboy.

Ejaan Pembaharuan ini dibuat dengan maksud menyempurnakan Ejaan Soewandi dan
juga disebut dengan Ejaan Prijono-Katoppo. Meskipun salah satu putusan kongres
menyatakan supaya ejaan itu ditetapkan undang-undang, ejaan ini urung diresmikan.
Meskipun demikian, ejaan ini disinyalir menjadi pemantik awal diberlakukannya
EyD tahun 1972.

2.5 Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia)

Ejaan Melindo merupakan suatu hasil perumusan ejaan Melayu dan Indonesia pada
tahun 1959 di Medan Sumatera Utara. Bentuk rumusan ejaan Melindo adalah
merupakan bentuk penyempurnaan dari ejaan sebelumnya. Tetapi ejaan Melindo ini
belum sempat dipergunakan, karena pada masa-masa itu terjadi konfrontasi antara
Indonesia dengan Malaysia.

Ciri-ciri ejaan Melindo :

a. Konsonan tj seperti tjinta menjadi cinta.

Hal lain yang membuat ejaan ini kurang adalah perubahan huruf-huruf yang dianggap
aneh. Misalnya, kata “menyapu” akan ditulis “meɳapu”; “syair” ditulis “Ŝyair”;
“ngopi” menjadi “ɳopi”; atau “koboi” ditulis “koboy”. Mungkin aneh karena belum
biasa dan harus menyesuaikan diri lagi. Tapi, akhirnya, usulan yang mustahil
dilaksanakan ini dengan cepat ditinggalkan.

2.6 Ejaan Baru atau Ejaan LBK

Sebelum adanya EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang bernama Pusat
Bahasa), pada 19 September1967 mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan ini,
sebenarnya estafet dari ikhtiar yang sudah dirintis oleh panitia Ejaan Melindo.
Anggota pelaksananya pun terdiri dari panitia ejaan dari Malaysia. 

Perubahan yang terdapat pada ejaan baru atau ejaan LBK, antara lain :

a. Gabungan konsonan dj diubah menjadi j.


b. Gabungan konsonan tj diubah menjadi c.
c. Gabungan konsonan sj diubah menjadi sy
d. Gabungan konsonan ch diubah menjadi kh.

2.7 Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan

Tanggal 16 Agustus 1972 diresmikanlah pemakaian ejaan baru untuk bahasa


Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia. Dengan keputusan presiden No 57
Tahun 1972. Ejaan tersebut dikenal dengan sebutan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD).

Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan didalam EYD, antara lain :

a. Perubahan huruf dj menjadi j (djika menjadi jika), tj menjadi c (tjakap


menjadi cakap) dan lain-lain.
b. Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak
digunakan sebagai tanda perulangan, misalnya: anak-anak, bukan anak2,
bermain-main, bukan bermain2 dan sebagainya.
BAB 3

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Penyempurnaan ejaan dari permulaan sampai ejaan yang telah disempurnakan


mengalami beberapa proses, seperti :

1. Ejaan Van Ophuijsen


2. Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik
3. Ejaan Pembaharuan
4. Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia)
5. Ejaan Baru (ejaan LBK)
6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)

3.2 Saran

Seiring dengan perkembangan zaman, bahasa pun mulai mengalami banyak


perubahan. Kita sebagai warga Indonesia sudah seharusnya menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
Daftar Pustaka

https://m.belajarbahasa.id/artikel/dokumen/69-mengenal-perkembangan-jenis-jenis-
ejaan-bahasa-Indonesia-2016-06-24-05-37?device_view=mobile

artikel pendidikan singkat

Anda mungkin juga menyukai