Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hampir setiap saat kita sering mendengar anjuran “gunakanlah bahasa


Indonesia yang baik dan benar.” Bahkan sebagai seorang guru, sering pula
mengingatkan siswa untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Apakah istilah bahasa yang baik dan benar memang sudah dipahami maksudnya?
Ataukah ada bahasa yang baik dan ada bahasa yang benarAtaukah bahasa
yangbaik adalah bahasa yang benar?

Berbahasa Indonesia yang baik adalah berbahasa Indonesia yang sesuai


dengan tempat tempat terjadinya kontak berbahasa, sesuai dengan siapa lawan
bicara, dan sesuai dengan topik pembicaraan. Bahasa Indonesia yang baik tidak
selalu perlu beragam baku. Yang perlu diperhatikan dalam berbahasa Indonesia
yang baik adalah pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan
penutur dan jenis pemakaian bahasa.

Ada pun berbahasa Indonesia yang benar adalah berbahasa Indonesia yang
sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Dengan kata lain,
pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap
baku itulah yang merupakan bahasa yang benar atau betul.

Jadi, terkadang kita menggunakan bahasa bahasa yang baik, artinya tepat,
tetapi tidak termasuk bahasa yang benar. Sebaliknya, terkadang pula mungkin kita
menggunakan bahasa yang benar yang penerapannya tidak baik karena situasi
mensyaratkan ragam bahasa yang baku. Maka anjuran agar kita “berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar” dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang
serasi dengan sasarannya dan yang di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang
betul. Ungkapan “ bahasa Indonesia yang baik dan benar”, sebaliknya, mengacu
ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran
(Depdikbud, 1988).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar ?
2. Apa itu Bahasa Indonesia yang baik ?
3. Apa itu Bahasa Indonesia yang benar ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang Bahasa
Indonesia dan mengetahui apa saja yang terdapat di dalamnya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian Bahasa Indonesia
2. Untuk mengetahui apa itu Bahasa Indonesia yang baik
3. Untuk mengetahui apa itu Bahasa Indonesia yang benar
4. Untuk mengetahui penggunaan Bahasa Indonesia yang baik
dan benar

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bahasa Indonesia

Secara umum adalah sebagai alat komunikasi yang berupa bunyi dan
ujaran. Alat ini memiliki kedudukan yang sangat penting. Tanpanya, informasi
tidak akan tersampaikan dengan mudah. Bisa dibayangkan jika pada zaman
dahulu manusia hanya menggunakan gerakan untuk interaksi. Akan banyak
keterbatasan yang terjadi. Ketidakbakuan akan menimbulkan makna yang berbeda
dari sumbernya.

Beberapa pengertian bahasa menurut para ahli salah satunya yang


dinyatakan oleh Santoso. Ia berpendapat bahwa ujaran inilah yang membedakan
manusia dengan makhluk lainnya. Sementara Wibowo mengartikannya lebih
khusus dimana bahasa adalah suatu sistem yang berupa simbol bunyi hasil dari
indera ucap dan memiliki makna. Alat ini digunakan untuk berinteraksi antar
manusia untuk menghasilkan gagasan dan pikiran.

2.1.1 Pengertian Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar


Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar” dapat diartikan pemakaian
ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah
bahasa yang betul. Ungkapan “bahasa Indonesia yang baik dan benar” mengacu
ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
Bahasa yang diucapkan bahasa yang baku.

Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa


konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi.
Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia
yang benar menjadi prioritas utama. Penggunaan bahasa seperti ini sering
menggunakan bahasa baku. Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian
bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi,
integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering

3
digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang
digunakan menjadi tidak baik.

Misalkan dalam pertanyaan sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang


baku Contoh :

Apakah kamu ingin menyapu rumah bagian belakang ?

Apa yang kamu lakukan tadi?

Misalkan ketika dalam dialog antara seorang Guru dengan seorang siswa

Pak guru : Rino apakah kamu sudah mengerjakan PR?

Rino : sudah saya kerjakan pak.

Pak guru : baiklah kalau begitu, segera dikumpulkan.

Rino : Terima kasih Pak

Kata yang digunakan sesuai lingkungan sosial

Contoh lain dari pada Undang-undang dasar antara lain :

Undang-undang dasar 1945 pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu


ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perkeadilan.

Dari beberapa kalimat dalam undang-undang tersebut menunjukkan  bahasa yang


sangat baku, dan merupakan pemakaian bahasa secara baik dan benar.

Contoh lain dalam tawar-menawar di pasar, misalnya, pemakaian ragam baku


akan menimbulkan kegelian, keheranan, atau kecurigaan. Akan sangat ganjil bila
dalam tawar -menawar dengan tukang sayur atau tukang becak kita memakai
bahasa baku seperti ini.

Berapakah Ibu mau menjual tauge ini?

4
Apakah Bang Becak bersedia mengantar saya ke Pasar Tanah Abang dan berapa
ongkosnya?

Contoh di atas adalah contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi
tidak baik dan tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi pemakaian kalimat-
kalimat itu. Untuk situasi seperti di atas, Berikut kalimat yang lebih tepat.

Berapa nih, Bu, tauge nya?

Ke Pasar Tanah Abang, Bang. Berapa?

Misalkan perbedaan dari bahasa indonesia yang benar dengan bahasa gaul

Bahasa Indonesia Bahasa Gaul (informal)

Aku, Saya Gue

Kamu Elo

Di masa depan kapan-kapan

Apakah benar? Emangnya bener?

Tidak Gak

Tidak Peduli Emang gue pikirin!

Dari contoh diatas perbedaan antara bahasa yang baku dan non baku  dapat
terlihat dari pengucapan dan dari tata cara penulisannya. Bahasa indonesia baik
dan benar merupakan bahasa yang mudah dipahami,  bentuk bahasa baku yang
sah agar secara luas masyarakat indonesia berkomunikasi menggunakan bahasa
nasional.

Contoh pada

“Kami, putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa


Indonesia”, demikianlah bunyi alenia ketiga sumpah pemuda yang telah
dirumuskan oleh para pemuda yang kemudian menjadi pendiri bangsa dan negara
Indonesia. Bunyi alenia ketiga dalam ikrar sumpah pemuda itu jelas bahwa yang
menjadi bahasa persatuan bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia. Kita sebagai

5
bagian bangsa Indonesia sudah selayaknya menjunjung tinggi bahasa Indonesia
dalam kehidupan sehari-hari.

Paragraph dibawah ini cuplikan gaya bahasa yang dipakai sesuai dengan EYD dan
menggunakan bahasa baku atau bahasa ilmiah bukan kata popular dan bersifa
objektif, dengan penyusunan kalimat yang cermat.

Dalam paradigma profesionalisme sekarang ini, ada tidaknya nilai


informative dalam jaring komunikasi ternyata berbanding lurus dengan cakap
tidaknya kita menulis. Pasalnya, selain harus bisa menerima, kita juga harus
mampu memberi. Inilah efek jurnalisme yang kini sudah menyesaki hidup kita.
Oleh karena itu, kita pun dituntut dalam hal tulis-menulis demi penyebaran
informasi. Namun persoalannya, apakah kita peduli terhadap laras tulis bahasa
kita. Sementara itu, yakinilah, tabiat dan tutur kata seseorang menunjukkan asal-
usulnya, atau dalam penegasan lain, bahasa yang kacau mencerminkan kekacauan
pola pikir pemakainya. Buku ini memperkenalkan langkah-langkah pragmatic
yang Anda perlukan agar tulisan Anda bisa tampil wajar, segar, dan enak dibaca

2.1.2 Hakekat Dan Fungsi Bahasa Indonesia

Hakikat bahasa merupakan sebuah sistem berbentuk lambang bunyi yang


bermakna arbiter dan bersifat unik serta konvensional. Tidak hanya itu sarana ini
juga bersifat dinamis menyesuaikan perkembangan zaman dan universal. Jadi
siapa saja bisa mengetahui dan menggunakannya. Pastinya antara satu yang lain
memiliki variasi dan ciri khas. Namun, itu tidak menjadi soal karena terdapat
identitas nasional yang bisa mempersatukan semua perbedaan yang ada.

Jika ditilik lebih khusus, maka pengertian bahasa indonesia lebih sebagai


alat pemersatu bangsa. Ujaran yang dihasilkan merupakan hasil serapan dari
dialek daerah maupun internasional. Jadi suku dari daerah lain bisa dengan mudah
berinteraksi di tempat yang berbeda dengan menggunakan ujaran ini. Ada yang
bersifat baku dan non baku. Adapun fungsi dari bahasa adalah
1. Bahasa resmi negara Indonesia

6
Sudah diketahui sejak awal bahwa fungsi dari sarana ini adalah
sebagai identitas bangsa yang tidak hanya diakui dan dihormati oleh
masyarakatnya, melainkan juga dunia internasional. Wajib hukumnya bagi
WNI untuk menguasai dan mempelajarinya.
2. Sarana pengembangan budaya
Pengertian bahasa secara umum memang sebagai sarana
berinteraksi. Namun fungsinya memiliki cakupan yang sangat luas. Salah
satunya untuk memperkenalkan kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa ini
ke dunia luar. Banyak yang merasa iri karena Indonesia memiliki banyak
keragaman yang menjadikan negara ini kaya.
3. Kepentingan pembangunan nasional
Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah mencetak SDM
yang bermutu. Hal ini bisa terwujud jika manusianya memiliki
kebanggaan sebagai WNI yang mengetahui identitas negaranya. Inilah
yang menjadi modal utama pembangunan bangsa ini.

2.1.3 Pemakaian Kata Dan Kalimat


Kata yang dipakai dalam Bahasa Indonesia adalah kata yang tepat dan
serasi serta baku. Kata yang tepat dan serasi merupakan kata yang sesuai dengan
gagasan atau maksud penutur atau sesuai dengan arti sesungguhnya dan sesuai
dengan situasi pembicaraan (seperti: sesuai dengan lawan bicara, topik
pembicaraan, ragam pembicaraan, dsb.). Kata yang baku merupakan kata yang
sesuai dengan ejaan (yakni: EYD).

Kalimat yang dipakai dalam Bahasa Indonesia adalah kalimat yang efektif.
Kalimat efektif harus:

1. Mudah dipahami oleh orang lain,


2. Memenuhi unsur penting kalimat (minimal ada subjek dan predikat,
terutama untuk ragam tulis),
3. Menggunakan kata yang tepat dan serasi,

7
4. Gramatikal (seperti: menggunakan pungtuasi dan kata yang baku,
menggunakan struktur yang benar, frasa selalu D-M, menggunakan kata
yang morfologis, menggunakan kata yang sesuai dengan
fungsinya/kedudukannya),
5. Rasional (yakni, menggunakan gagasan yang dapat dicerna oleh akal
sehat),
6. Efisien (menggunakan unsur sesuai kebutuhan, tidak boleh  berlebihan),
7. Tidak ambigu (tidak menimbulkan dua arti yang membingungkan).

2.1.4 Pemakaian Paragraf Dalam Bahasa Indonesia


Paragraf yang dipakai dalam Bahasa Indonesia adalah paragraf yang baik.
Paragraf ini harus:
1. Mempunyai satu pikiran utama,
2. Mempunyai koherensi yang baik (hubungan antar unsurnya sangat erat)
dan semua unsurnya tersusun secara sistematis, serta
3. Menggunakan kalimat yang efektif.

2.1.5 Penggunaan Bahasa Dikalangan Remaja


Penggunan bahasa di kalangan pelajar SD justru sangat sopan dan sangat
jelas tutur katanya walupun masi acak-acakan penempatan bahasa mungkin
karena belum terpengarauh bahasa moderenisasi. Mungkin ketika mereka
beranjak kelas 5 dan kelas 6 mulai terlihat bahasa yang aneh dan mulai memakai
kata-kata yang tidak sopan misalya gue dan elu.Mungkin disebabkan oleh
pengaruh lingkungan tempat tinggal mereka,umumnya mereka menyerap
perkataan orang-orang yang dia lihat maupun mendengar perkatan di televisi
karena sekarang banyak acara-acara televisi yang memasukkan bahasa-bahasa
gaul di dalamnya dan mengikuti tren masa kini.

Perkembang bahasa dikalangan pelajar SD akan terus berkebang sesuai


jaman dan tidak pernah hilang karna zaman terus berkembang dan bahasa pun ikut
perkembang.

8
Penggunaan bahasa justru sangat memprihatinkan banyak bahasa yang
tertinggal padahal banyak bahasa Indonesia yang beraneka ragam seperti bahasa
Sunda,Jawa,Madura dll yang kita kenal justru bahasa yang kita kenal makin
tertinggal atau malah sudah tidak digunakan lagi.

Salah satu Tulisan bahasa jawa: Bahasa gaul yang kini meluas di kalangan
pelajar sungguh sangat memperihatinkan karena sudah tidak mengenal kesopanan
dalam bertutur kata salah satu yang digemari bahasa gaul yang di ucapkan oleh
pelajar ataupun anak muda jaman sekarang ialah:

“pede aja lagi”

“ so what gitu lo”

“cape dec”

Ataupun dalam berbicara atau bertutur kata dengan seseorang anak muda
dan pelajar menggunakan bahasa gaul sebagai pola hidup yang wajar di ucapkan
walaupun kata-katanya tidak baku. Misalanya pede aja lagi:

“pede aja lagi kitakan masih muda”             “sahabat@doski”

“kalau kita sudah benar pede aje”            “mati@koit”

Atau pun cape dec! Ataupun dalam bahasa inggris:

 “kita gak jadi pergi cape dec”             “sory@sori”

“elu salah coy cape dec”             “comment@komen”

  Istilah lain dalam penggunaan:             “top@ngetop”

“cantik@kece”            “swear@suer”

            “dia@doski”            “gang@geng”

Ungkapan kata-kata diatas mungkin salah satu kata moderenisasi yang di


buat oleh anak muda dan masyarakat. Beda halnya dengan anak Sekolah

9
Menengah Atas yang menggunakan bahasa Indonesia dengan mecampur adukan
bahasa gaul dan bahasa inggris,karna di masa-masa SMA para remaja mulai
memasuki kehidupan yang lebih dewasa dan akan membaur oleh masyarkat luas
jadi tidak heran kalau pelajar SMA lebih tau banyak menggnakan bahasa
moderenisasi.

Dalam berkomunikasi pelajar sering juga menggunakan bahasa isarat dan


bahasa tubuh tetapi yang lebih di di gunakan bahasa isarat misalnya ketika
perempuan berdiam diri dan tidak mau bicara itu tandanya perempuan itu sedang
ada masalah/lagi sedih, Laki-laki dengan mata merah dan wajah yang penuh
emosi itu pertanda kalau ia sedang marah dan meunjukkan kemurkaannya.
Dengan kata lain bahasa Indonesia arus lebih di utamakan karena kalau tidak
bahasa Indonesia lama kelaman akan tidak dipakai dan hilang keasliannya sebagai
bahasa Indonesia.

Upaya yang harus dlakukan oleh remaja untuk menjadikan bahasa


Indonesia melekat dalam kehidupan remaja Indonesia yang baik ialah : Remaja
Indonesia harus belajar mencintai bahasa Indonesia Bahasa Indonesia harus di
ucapkan secara baik dan benar tidak ditambah tambahkan Bahasa Indonesia di
gunakan sebagai sarana untuk memudahkan bahasa asing. Bahasa Indonesia lebih
dicintai dan digemari daripada bahsa lainnya Remaja Indonesia harus lebih tekun
dalam mempelajari bahasanya.

2.1.6 Manfaat Bahasa Indonesia


1. Mempermudah dalam komunikasi
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi
diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak
diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula
kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh
nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang
sezaman dengan kita. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan
saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan

10
memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama
warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan,
merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf,
1997 : 4). Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu, kita ingin
dipahami oleh orang lain, kita ingin menyampaikan gagasan yang
dapat diterima oleh orang lain, kita ingin membuat orang lain yakin
terhadap pandangan kita, kita ingin mempengaruhi orang lain.
Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil
pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau
khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan
bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan
khalayak sasaran kita. Pada saat menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah
bahasa yang kita gunakan mudah dipahami orang lain atau tidak.
Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa
yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh
orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau
luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya,
misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau
wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap
lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-
kata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita,
misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, nuansa
tradisional.
2. Mempermudah kita untuk berintegrasi dan beradaptasi secara social,
Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan,
memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman
mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-
pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain.

11
Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara
efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh
memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok
sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan
kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-
bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia
memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu
dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5). Cara berbahasa tertentu
selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat
integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan
sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan
bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan
menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan
menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan
menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang-orang yang kita
hormati.

2.2 Bahasa Indonesia Yang Baik


Berbahasa Indonesia yang baik : sesuai dengan situasi komunikasi (formal
dan nonformal). Tujuan : informasi yang ingin di sampaikan dapat diterima dan
dipahami oleh mitra tutur dengan baik. Berbahasa yang baik tidak selamanya
sesuai dengan kaidah bahasa (kebakuan bahasa).
Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan situasi. Sebagai alat
komunikasi, bahasa harus dapat efektif menyampaikan maksud kepada lawan
bicara. Karenanya, laras bahasa yang dipilih pun harus sesuai.
Ada lima laras bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi. Berturut-turut
sesuai derajat keformalannya, ragam tersebut dibagi sebagai berikut.

1. Ragam beku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan,
dan upacara pernikahan.

12
2. Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada
pidato, rapat resmi, dan jurnal ilmiah.
3. Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang
terpusat pada transaksi atau pertukaran informasi seperti dalam percakapan
di sekolah dan di pasar.
4. Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat
digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.
5. Ragam akrab (intimate). digunakan di antara orang yang memiliki
hubungan yang sangat akrab dan intim.

2.3 Bahasa Indonesia Yang Benar


Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku,
baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan. Ciri-ciri ragam
bahasa baku adalah sebagai berikut.
1. Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola
kalimat yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami
sedang ikuti.
2. Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik
banget; uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak
gampang.
3. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam
bahasa Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku
harus mengikuti aturan ini.
4. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum
ada lafal baku yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa
lafal baku adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau
bahasa daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan /atep/; /habis/ dan bukan /abis/;
serta /kalaw/ dan bukan /kalo/.

5. Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang


mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku
sebenarnya mengharuskan komunikasi efektif: pesan pembicara atau

13
penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis sesuai maksud
aslinya.

2.4 Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar


Jika bahasa sudah baku atau standar, baik yang ditetapkan secara resmi
lewat surat keputusan pejabat pemerintah atau maklumat, maupun yang diterima
berdasarkan kesepakatan umum dan wujudnya dapat kita saksikan pada praktik
pengajaran bahasa kepada khalayak, maka lebih mudah dapat dibuat pembedaan
antara bahasa yang benar dengan yang tidak benar. Pemakaian bahasa yang
mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang
merupakan bahasa yang benar atau betul. Jika dalam satu lingkungan masih
berbeda pendapat tentang benar tidaknya suatu bentuk bahasa, maka selisih paham
itu menandakan ketiadaan standar, atau adanya baku yang belum mantap. Jika
dipandang dari sudut itu, kita mungkin berhadapan dengan bahasa yang semua
tatarannya sudah dibakukan; atau yang sebagiannya sudah baku, sedangkan
bagian yang lain masih dalam proses pembakuan; ataupun yang semua bagiannya
belum atau tidak akan dibakukan. Bahasa Indonesia, agaknya termasuk golongan
yang kedua. Kaidah ejaan dan pembentukan istilah kita sudah distandarkan,
kaidah pembentukan kita yang 2 sudah teradat dapat dianggap baku, tetapi
pelaksanaan patokan itu dalam kehidupan sehari-hari belum mantap. Orang yang
mahir menggunakan bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai sasarannya,
apapun jenisnya itu dianggap berbahasa dengan efektif. Bahasanya membuahkan
efek atau hasil karena serasi dengan peristiwa atau keadaan yang dihadapinya. Di
atas sudah diuraikan bahwa orang yang berhadapan dengan sejumlah lingkungan
hidup harus memilih salah satu ragam yang cocok dengan situasi itu. Pemanfaatan
ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dari jenis pemakaian
bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang harus
mengenai sasarannya tidak selalu perlu beragam baku. Dalam tawar-menawar di
pasar misalnya pemakaian ragam baku akan menimbulkan kegelian, keheranan,
atau kecurigaan, misalnya: Berapakah Ibu mau menjual bayam ini? [tidak baik,
benar] Berapa nih, Bu, bayemnya? [baik, tidak benar] Jadi, pada azasnya, kita

14
mungkin menggunakan bahasa yang baik, artinya yang tepat, tetapi yang tidak
termasuk bahasa yang benar. Sebaliknya, kita mungkin berbahasa yang benar
yang tidak baik penerapannya karena suasananya mensyaratkan ragam bahasa
yang lain. Maka anjuran agar kita “berbahasa Indonesia dengan baik dan benar”
dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang
di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan “bahasa Indonesia
yang baik dan benar”, sebaliknya mengacu kepada ragam yang sekaligus
memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran. Bahasa yang baik dan benar
memiliki empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi pemersatu yang mengikat kebinekaan rumpun dan bahasa dengan
mengatasi batas-batas kedaerahan.
2. Fungsi penanda kepribadian yang menyatakan identitas bangsa dalam
pergaulan dengan bangsa lain.
3. Fungsi pembawa kewibawaan karena kaitannya dengan orang yang
berpendidikan dan yang terpelajar.
4. Fungsi sebagai kerangkaacuan tentang tepat tidaknya dan betul tidaknya
pemakaian bahasa.

Keempat fungsi bahasa yang baik dan benar itu bertalian dengan tiga
macam sikap batin penutur bahasa, yaitu:
1. Fungsinya sebagai pemersatu dan sebagai penanda kepribadian bangsa
membangkitkan kesetiaan orang terhadap bahasa itu.
2. Fungsinya sebagai pembawa kewibawaan berkaitan dengan sikap
kebanggaan orang karena ia mampu beragam bahasa itu.
3. Fungsinya sebagai kerangkaacuan berhubungan dengan kesadaran orang
akan adanya aturan yang baku yang layak dipatuhi agar ia jangan terkena
sangsi sosial.

Perencanaan bahasa bersasaran untuk dapat diaktualisasikannya


pemakaian bahasa secara baik dan benar. Bahasa yang benar bermakna: korek,
bersistem, sesuai dengan kaidah dan aturan kebahasaan. Sedangkan bahasa yang

15
baik bermakna etis, logis, rasional dan situasional dalam makna dan penggunaan
(situational and contextual). Bahasa yang baik maupun benar peringkat struktur,
leksikal maupun ujarannya mengacu pada pemakaian bahasa yang serasi dengan
sasarannya dan sekaligus mengikuti kaidah dan aturan kebahasaan secara tepat
dan akurat. Sehingga dengan demikian makna baik dan benar dapat
diformulasikan sebagai berikut:
+ korek
+ bersistem
+ struktur benar + kidah
+ aturan
Bahasa yang + leksikal
Baik dan benar + etis
+ ujaran + logis
Baik + rasional
+ situasional
+ kontekstual
Misalnya:
1. Struktur : frase ini hari merupakan bahasa yang baik di kalangan makelar,
tetapi bukan bahasa yang benar, karena letak kata dalam frase ini terbalik
susunannya, seharusnya hari ini.
2. Leksikal: Rambut nenek saya gundul, susunan kalimatnya baik tetapi
secara leksikal tidak benar karena rambut tidak pernah gundul, tetapi
kepalalah yang gundul, rambut yang gugur. Banyak rumah rakyat
tergenang karena banjir. Baik tetapi tidak benar. Karena rumah tidak
tergenang, yang menggenang adalah air. Yang benar adalah:
a. Rumah terendam air.
b. Rumah digenangi (oleh) air.
3. Variasi ujaran Pergeseran bunyi dapat ditolerir sepanjang tidak merobah
makna, umpamanya dalam kata selamat yang seharusnya diujarkan /ә/
dijadikan /e/. Tetapi pasangan kata teras – teras /tәras/ - /teras/ tidak boleh
diujarkan terbalik.

16
4. Penerjemahan Baik tapi tidak benar secara situasional – kontekstual white
coffee = kopi putih, seharusnya kopi susu bukan milk coffee black coffee
= kopi hitam, seharusnya kopi manis bukan sweet coffee
5. Situasional Pemakaian kata anda untuk seorang pejabat umpamanya pada
gubernur dengan “anda mau ke mana” tidaklah etis seharusnya “Bapak
mau ke mana”.
6. Kontekstual Seorang ibu melihat pinggang dan perut anak gadisnya yang
belum menikah dari hari ke hari semakin membesar. Karena rasa gundah
si ibu tak tertahan lagi untuk menanyakan kepada anak gadisnya.
Terbukalah rahasia rupanya lahan sudah digarap sebelum keluarnya izin
dan hak penggarapan lahan atau dari sudut undang-undang lalu lintas
sebelum adanya SIM untuk mengemudi dan mengenderai kenderaan. Si
ibu berkata “aduh bagaimana ini kan ibu malu “, jadi secara kontekstual
merupakan budaya malu sedangkan sebenarnya harus lebih berkonteks
budaya takut, umpamanya “apa kau tidak takut amarah atau hukuman
Tuhan”. Dalam perencanaan bahasa, upaya yang perlu dilaksanakan
adalah pembinaan dan pemasyarakatan bahasa, apakah bahasa ibu atau
bahasa sasaran, dengan bahasa yang baik dan benar. Maksudnya sesuai
dengan kaidah dan aturan kebahasaan serta serasi pula dengan situasi dan
lingkungan pemakaian.

Bahasa Indonesia agaknya termasuk dalam golongan yang sebagiannya


sudah baku, sedangkan yang lainnya masih dalam proses pembakuan,
alasannya:
1. Kaidah ejaan dan pembentukan istilah sudah dibakukan.
2. Kaidah pembentukan kata yang tepat dianggap sudah baku.
3. Pelaksanaan pedoman dan patokan dalam kehidupan sehari-hari belum
mantap. Ungkapan “Bahasa Indonesia yang baik dan benar” mengacu ke
ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan
kebenaran. Maksudnya pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan
sasarannya dan sekaligus mengikuti kaidah bahasa yang betul.

17
2.4.1 Ragam Bahasa Baku dan Non-baku
Pengertian Bahasa Baku Moeliono mengatakan bahasa baku memiliki
kaidah-kaidah atau aturan-aturan yang tetap atau memiliki kemantapan dinamis,
tetapi di dalam kemantapan dinamis itu terkandung pengertian atau sifat terbuka
untuk menerima perubahan yang bersistem di bidang kosakata dan peristilahan,
dan untuk perkembangan berbagai ragam dan gaya dibidang kalimat dan makna.
Yus Rusyana mengatakan bahasa baku (standar) adalah suatu bahasa yang
dikodifikasikan, diterima dan dijadikan model oleh masyarakat bahasa yang lebih
luas. Gorys Keraf mengatakan bahasa baku adalah bahasa yang dianggap dan
diterima sebagai patokan umum untuk seluruh penutur bahasa itu. Badudu,
mengatakan bahasa pokok, bahasa utama, bahasa standar, yaitu bahasa yang
tunduk pada ketetapan yang telah dibuat dan disepakati bersama mengenai ejaan
(pemakaian dan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan dan
tanda baca), tatabahasa, kosa kata, dan pemakaian istilah. Dari pengertian para
ahli di atas tentang bahasa baku dapat disimpulkan bahwa bahasa baku itu adalah
salah satu ragam bahasa dari berbagai ragam bahasa yang telah dikodifikasikan,
diterima dan dijadikan model bagi masyarakat luas.
Dalam pengertian bahasa baku ini, ada tiga aspek yang saling menyatu,
yaitu:
1. aspek kodifikasi
2. aspek keberterimaan
3. aspek model

Kode kebahasaan sebagai norma itu dikaitkan juga dengan praanggapan


bahwa bahasa baku atau standar berkeseragaman. Keseragaman kode kebahasaan
diperlukan bahasa baku agar efisien, kaidah atau norma jangan berubah setiap
saat. Kodifikasi yang demikian diistilahkan oleh Moeliono sebagai kodifikasi
bahasa menurut struktur bahasa sebagai suatu sistem komunikasi. Kodifikasi
kebahasaan juga dikaitkan dengan masalah bahasa menurut situasi pemakai dan
pemakaian (Moeliono). Kodifikasi kebahasaan ini akan menghasilkan ragam
bahasa. Perbedaan ragam bahasa itu akan tampak dalam pemakaian bahasa lisan

18
dan tulis. Dengan demikian kodifikasi kebahasaan bahasa baku akan tampak di
dalam pemakaian bahasa ragam baku. Bahasa baku atau standar diterima oleh
masyarakat bahasa. Penerimaan ini sebagai kelanjutan kodifikasi bahasa itu.
Dengan penerimaan ini bahasa baku mempunyai kekuatan untuk mempersatukan
dan menyimbolkan masyarakat bahasa baku. Bahasa baku dijadikan sebagai acuan
oleh masyarakat baku. Acuan ini dijadikan sebagai ukuran yang disepakati secara
umum tentang kode bahasa baku dan kode pemakaian bahasa tertentu. Bahasa
baku itu berkesatuan utuh dan saling berkait, baik dalam menentukan kode
kebahasaan maupun ukuran pemakaian kode bahasa.

Pengertian Bahasa non-Baku Istilah bahasa non-baku tetap dipergunakan


agar lebih dekat dengan istilah yang diterjemahkan dari bahasa Inggris. Suharianto
mengatakan bahasa non-standar atau tidak baku adalah salah satu variasi bahasa
yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam 8
pemakaian bahasa tidak resmi. Alwasilah mengatakan bahasa tidak baku adalah
bentuk bahasa yang biasa memakai kata-kata atau ungkapan-ungkapan struktur
kalimat, ejaan, dan pengucapan yang tidak biasa dipakai oleh mereka yang
berpendidikan. Dari pengertian bahasa non-baku yang dipaparkan di atas dan
dibagian sebelumnya, tergambar jelas bahwa bahasa non-baku adalah ragam
bahasa yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa dalam bahasa
baku, dan dipergunakan dalam lingkungan atau situasi tidak resmi, dengan kata
lain bahasa non-baku adalah salah satu ragam bahasa yang dipergunakan dalam
pertemuan tidak resmi dengan kode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa
ragam bahasa baku Jadi, bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang telah
dikodifikasikan, diterima dan tidak dijadikan model oleh masyarakat. Jika
pengertian itu dikaitkan dengan bahasa Indonesia, maka bahasa Indonesia baku
adalah salah satu ragam bahasa, bahasa Indonesia yang telah dikodifikasi,
diterima dan dijadikan model oleh masyarakat luas.

Bahasa non-baku adalah salah satu ragam bahasa yang tidak dikodifikasi,
tidak diterima dan dijadikan model oleh masyarakat luas. Jika pengertian ini

19
dikaitkan dengan bahasa Indonesia, maka bahasa Indonesia yang tidak
dikodifikasi, tidak diterima, dan tidak dijadikan model oleh masyarakat luas.
Penggunaan bahasa baku memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Pemersatu Dapat mempersatukan sekelompok orang menjadi satu
kesatuan masyarakat bahasa. Seseorang dapat dikatakan sebagai bangsa
Indonesia antara lain ditandai oleh kemampuannya dalam menggunakan
bahasa Indonesia secara baik dan benar.
2. Pemberi kekhasan Dapat menjadi pembeda dengan masyarakat pemakai
bahasa lainnya.
3. Pembawa kewibawaan Dapat memperlihatkan kewibawaan pemakainya.
4. Kerangkaacuan

Dapat menjadi tolak ukur bagi benar tidaknya pemakaian bahasa seseorang
atau sekelompok orang Ciri Bahasa Baku:
1. tidak dipengaruhi bahasa daerah
2. tidak dipengaruhi bahasa asing
3. bukan merupakan ragam bahasa percakapan
4. pemakaian imbuhan secara eksplisit
5. pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat
6. tidak rancu
7. tidak pleonasme
8. tidak hiperkorek

Ragam bahasa baku bahasa Indonesia dipakai di dalam:


1. Komunikasi resmi, yakni dalam surat-menyurat resmi, surat-menyurat
dinas, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan instansi resmi,
perundangundangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya.
2. Wacana teknis, yakni dalam laporan resmi dan karangan ilmiah.
3. Pembicaraan di depan umum, yakni di dalam ceramah kuliah, khotbah,
dan sebagainya.
4. Pembicaraan dengan orang yang dihormati.

20
. Pada dasarnya bahasa merupakan pemantulan dan pencerminan
pikiran,keinginan, perasaan, cita-cita, pengalaman, gagasan yang membuktikan
bahwa bahasa itu adalah cerminan masyarakatnya yang menyimpang kebenaran.
Meskipun tinggi dan mulianya kedudukan bahasa dalam suatu masyarakat, namun
orang masih saja menganggap bahwa bahasa itu hanyalah hal remeh saja, tak
perlu mendapat perhatian wajar. Bahwa manusia itu pandai berbahasa adalah soal
biasa saja, sehingga kebanyakan mereka tidak merasa perlu mempelajari
bahasanya itu agar lebih baik, lebih sempurna dan lebih teratur penggunaannya.
Yang penting adalah “asal orang yang diajak berkomunikasi mengerti,
habis perkara”. Masih banyak anggota masyarakat bersikap masa bodoh terhadap
bahasanya. Sesungguhnya sikap “masa bodoh” atau sikap “acuh tak acuh”
terhadap pembinaan dan pemeliharaan bahasa seperti itu adalah sikap yang kurang
baik, sikap negatif yang dapat mengarah kepada menghalang-halangi
pembangunan masyarakatnya sendiri, menghalang-halangi pembangunan bangsa
dan negara. Bahasa sebagai alat komunikasi memungkinkan suatu ide dapat
dihayati dan ditanggapi secara luas dalam masyarakat. Penggunaan bahasa yang
baik dan benar harus sesuai linguistik, ketatabahasaan, keselarasan logika dan
keselarasan etika. Bila ini diterapkan tentunya tidak akan dijumpai bahasa yang
rancu. Kerancuan dalam berbahasa karena tidak mengikuti kaidah bahasa yang
baik dan benar dan kita jumpai dalam bahasa tutur maupun tulisan. Meskipun
rancu tetapi karena sering digunakan oleh masyarakat luas menganggapnya suatu
bahasa yang baik dan benar. Sebagai contoh, ujaran “ marilah kita memanjatkan
doa kepada Tuhan Yang Mahaesa. Tak ubahnya dengan memanjatkan kera untuk
memanjat kelapa yang sudah tua, yang terletak di pucuk pohon kelapa. Istilah
memanjatkan doa mengandung logika doa itu dibawa memanjatkan menuju
Tuhan Yang Mahaesa. Bila hal ini diterima, maka secara logika bahasanya Tuhan
itu berada di puncak pohon kayu, sehingga kita terpaksa memanjatkan doa
kepada-Nya. Inilah suatu logika berbahasa yang paling tidak logis.

21
Dalam bahasa yang baik dan benar, ujaran tersebut harus dinyatakan
sebagai berikut: marilah kita berdoa kepada Tuhan Yang Mahaesa. Masih banyak
lagi kerancuan-kerancuan lainnya yang kita jumpai dalam berbahasa. Oleh karena
itu perlu adanya kesadaran penuh dari kita semua agar menggunakan logika dalam
berbahasa. Dengan demikian kita telah memelihara dan melestarikan bahasa yang
baik dan benar. Sehingga tidak ada lagi bahasa yang rancu, kalimat mubazir dan
yang tidak sesuai logika, dengan demikian tentunya cita-cita penggunaan bahasa
yang baik dan benar akan tercapai.

2.5 Contoh Menggunakan Bahasa Indonesia Secara baik dan benar

Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa


resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa
Indonesia diresmikan penggunaannya satu hari setelah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.
Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia,
Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Penutur
Bahasa Indonesia seringkali memakai versi sehari-hari (kolokial) atau
mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun
demikian, Penggunaan Bahasa Indonesia sangat luas terutama di perguruan-
perguruan tinggi, surat-menyurat resmi, media massa, sastra, perangkat lunak, dan
berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa
Indonesia digunakan oleh seluruh warga Indonesia.
Terdapat aturan-aturan dalam menggunakan bahasa indonesia yang baik
dan benar, maksud dari kata baik adalah bahasa indonesia yang digunakan sebagai
alat komunikasi untuk menyesuaikan situasi atau kondisi agar dapat disampaikan
dan dimengerti oleh lawan bicara, baik dari laras bahasa maupun dari kata-kata
yang digunakan harus disesuaikan dengan lawan bicara agar mudah dipahami.

Terdapat 5 Ragam dalam laras bahasa yang digunakan, semua ragam dapat
digunakan dalam kondisi tertentu:

22
1. Ragam Resmi (Formal), yaitu bahasa yang dipakai dalam komunikasi
resmi seperti rapat resmi, pidato dan jurnal ilmiah. oleh karena itu memakai
bahasa yang lebih sopan adalah hal yang tepat.
2. Ragam Beku, yaitu bahasa yang digunakan pada acara hikmat dan sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti upacara pernikahan, keputusan pengadilan dan
kegiatan rohani.
3. Ragam Konsultatif, yaitu bahasa yang digunakan dalam pertukaran
informasi atau kegiatan transaksi dalam suatu percakapan yang membahas tentang
suatu hal yang diketahui oleh masing-masing pembicara seperti percakapan di
sekolah atau di pasar.
4. Ragam Akrab, yaitu bahasa yang digunakan diantara orang yang memiliki
hubungan sangat akrab atau intim. seperti dalam pembicaraan berumah tangga
5. Ragam Santai (Casual), yaitu bahasa yang digunakan untuk acara yang
bersifat tidak resmi dan dapat dipakai untuk orang yang cukup akrab (misal
teman) atau orang yang belum dikenal dengan akrab (baru kenal). seperti
pembicaraan dalam perkumpulan dengan teman-teman

Dalam menggunakan Bahasa Indonesia, selain memperhatikan kata yang


baik, maka harus dilakukan dengan benar, maksud dari kata benar adalah bahasa
indonesia yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa baku, baik dalam kaidah
untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan.

Berikut ini adalah 5 ciri-ciri ragam bahasa baku:


1. Menggunakan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun saat ini belum ada
lafal baku yang sudah ditetapkan, namun secara umum dapat dikatakan bahwa
lafal baku ialah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa
daerah. Contohnya : /habis/ dan bukan /abis/; /atap/ dan bukan /atep/; serta /kalaw/
dan bukan /kalo/

23
2. Menggunakan ejaan yang resmi dalam ragam menulis. Ejaan yang berlaku
hingga saat ini dalam bahasa Indonesia adalah Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.
3. Menggunakan kata-kata yang baku. Misalnya cantik sekali dan bukan
cantik banget; uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
4. Menggunakan kaidah dalam tata bahasa yang normatif. Misalnya dengan
menerapkan suatu pola kalimat yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan
acara itu kami sedang ikuti.
5. Menggunakan kalimat secara efektif. Beberapa pendapat umum yang
mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, Dalam bahasa baku pun
sebenarnya mengharuskan komunikasi secara efektif, yaitu pesan pembaca atau
penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis dengan apa maksud
aslinya.
Dari semua ciri bahasa di atas sebenarnya hanya nomor1 (lafal baku) dan
nomor 3 (kata baku) yang paling sulit dilakukan oleh ragam bahasa. Penggunaan
lafal baku dan kata baku pada ragam konsultatif, santai dan akrab malah akan
menyebabkan bahasa menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi.
Setelah membahas aturan Bahasa Indonesia yang baik dan benar kita bisa
menarik kesimpulan bahwa Tata bahasa normatif, ejaan resmi, dan kalimat efektif
bisa diterapkan (dengan menyesuaikan lingkungan disekitar kita) mulai dari
ragam beku hingga ragam akrab. Penggunaan kata yang baku dan lafal baku pada
ragam konsultatif, akrab dan santai dapat berakibat bahasa menjadi tidak baik
karena tidak sesuai dengan situasi.
Bahasa indonesia yang baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam
bahasa yang serasi dengan sasarannya dan disamping itu mengikuti kaidah bahasa
yang betul.

Berikut contoh pada undang-undang 1945:

24
  Undang- undang dasar 1945, pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu
ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dari beberapa kalimat pada undang-undang dasar tersebut menunjukkan bahasa


yang sangat baku dan merupakan bahasa yang baik dan benar. Penggunaan kata
yang baku dan lafal baku pada ragam konsultatif, santai, dan akrab dapat
berakibat bahasa menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi. Hal seperti
ini menyebabkan penggunaan Bahasa Indonesia yang tidak baik dan tidak tepat
tempatnya.

Contohnya dalam tawar-menawar di sebuah pasar, misalnya pemakaian


ragam baku akan menyebabkan kegelian, kecurigaan atau keheranan. Karena akan
sangat ganjil seandainya dalam tawar-menawar antara pembeli dan penjual di
pasar menggunakan bahasa baku, contohnya seperti ini:
1. Penjual : Selamat siang bu, Ada yang bisa saya bantu ?
2. Pembeli : Selamat siang pak, Apakah Anda menjual Tahu yang dibuat di
Sumedang ?
3. Penjual : Saya mempunyai Tahu yang anda cari bu, Tahu dari sumedang
ini harganya adalah Rp. 50.000
4. Pembeli : mahal sekali pak, Apakah saya boleh menawarnya ?

Contoh di atas merupakan contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar,
tetapi tidak baik dan tidak efektif sebab tidak sesuai dengan situasi pemakaian
kalimat-kalimat itu. Untuk situasi seperti di atas, berikut penggunaan bahasa
indonesia yang lebih tepat.
1. Penjual : cari apa bu ?
2. Pembeli : saya lagi nyari tahu tahu dari sumedang bang, ada gak ?
3. Penjual : oh, ada bu, nih bu harganya Rp. 50.000.
4. Pembeli : mahal amat bang, murahinlah bang.

25
2.6 Kesalahan Umun Berbahasa
Setiap pemakaian bahasa harus berusaha memakai kalimat seefektif
mungkin untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik. Susunan kalimat
befektif didukung oleh:
1. Kesepadanan
2. Kesejajaran
3. Ketegasan
4. Kehematan
5. Kevariasian
2.6.1 Kesalahan Umum

Kesalahan perbaikan
Kepada Bapak Direktur Direktur Pendidika Menegah Umum
Pendidikan Menengah saya persilakan
Umun saya persilakan
Di Jakarta akan mengadakan pameran Di Jakarta akan diakan pameran
pembangunan pembangunan
Penjelasan mereka saya tidak mengerti Penjelasan mereka tidak saya mengerti
Sejak dari kecil ia sudah tampak Sejak kecil ia sudah tamoak cerdas
cerdas
Dilihat dari keseluruhan, koperasi Jika dilihat secara keseluruhan,
memang meningkatkan taraf hidup koperasi memang meningkatkan taraf
rakyat hidup masyarakat
Membaca surat anda, saya sangat Setelah membaca surat anda, saya
terkejut sangat terkejut
Kemacetan kredit itu saya ingin Saya ingin melaporkan kemacetan
laporkan kepada bapak kredit itu kepada bapak
Tahap terakhir penyelesaian gedung Tahap terakhir penyelesaian gedung
itu adalah pengecatan, memasang itu adalah pengecatan, pemasangan
penerangan, dan pengaturan ruangan peneranga, dan pengaturan ruang
Para pemimpin perusahaan itu sedang Para pemimpin perusahaan itu sedang
membahas tentang gaji pegawai harian membahas gaji pegawai harian
Berbagai tantangan harus dapat diatasi Berbagai tantangan harus dapat kita

26
oleh kita atasi

2.6.2 Kesalahan Penalaran

Bahasa yang baik dan benar juga harus memperhatikan penalaran.


Penalaran merupakan proses berpikir untuk memperoleh kesimpulan baik
secara induktif maupun deduktif. Perhatikan contoh berikut:
Kesalahan perbaikan
Acara selanjutnya dalah sambutan Acara selanjutnya adalah sambutan
Gubernur DKI Jakarta, waktu dan Gubernur DKI Jakarta. Bapak Surjadi
tempat kami persilakan Sudirdja kami persilakan
Dia lebih terampil merangkai bunga Dia lebih terampil merangkai bunga
daripada janur daripada merangkai janur
Di sini dijual sop buntut dan kaki sapi Disini dijual sop buntut dan sop kaki
sapi
Dengan memanjatkan puji syukur Dengan memanjatkan puji syukur
kepada tuhan, maka selesailah kepada Tuhan Yang Maha kuasa yang
makalah ini tepat pada waktunya telah memberikan kekuatan kepada
penyusun sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya
Muktamar itu harus merumuskan Muktamar itu harus merumuskan
konsep untuk mengejar ketinggalan konsep untuk mengatasi ketinggalan
kita dibidang ilmu dan teknologi kita di bidang ilmu dan teknologi
Setelah diketahui tidak memiliki SIM, Setelah diketahui tidak memiliki SIM,
polisi segera menangkap pengemudi pengemudi taksi gelap itu segera
taksi gelap itu ditangkap polisi
Polisi menyiksa tahanan itu sampai Oknum polisi menyiksa tahanan
pingsan sampai pingsan
Udang menyebabkan gatal-gatal Sebagaian orang gatal-gatal kalau
makan udang
Setiap hari-hari libur mereka pergi Setiap hari libur mereka pergi keluar
keluar kota kota

27
2.6.3 Kesalahan Penerapan Kaidah Ejaan

Ejaan menyangkut penulisan huruf, kata, kata serapan, dan prnggunaan


tanda baca. Perhatikan penerapan ejaan dibawah ini
Kesalahan perbaikan
Adik bertanya: “Kapan kakak Adik bertanya, “Kapan Kakak
datang?” datang?”
Limpahkan rahmatmu, ya Allah Limpahkan rahmat-Mu, ya Allah
Semoga tuhan yang maha pengasih Semoga Tuhan Yang Maha pengasih
merestui usaha kita merestui usaha kita
Pergerakan itu dipimpin oleh haji Pergerakan itu dipimpin oleh Haji
Agus Salim Agus Salim
Calon jemaah Haji DKI tahun ini Calon jemaah haji DKI tahun ini tiga
3.000 orang ribu orang
Seorang Presiden harus Seorang presiden harus
memperhatikan nasib rakyatnya memperhatikan nasib rakyatnya
Kita, Bangsa Indonsia harus Kita, bangsa Indonesia harus
memelihara Bahasa Indonesia memelihara bahasa indonesia
Kita harus meng-indonesia-kan kata- Kita harus mengindonesia-kan kata-
kata asing kata asing
Tahun ini Hari Lebaran jatuh pada hari Tahun ini hari Lebaran jatuh pada hari
jum’at Jumat
Kita harus menghormati Ibu dan Kita harus menghormati ibu dan bapak
Bapak kita kita

2.6.4 Kesalahan Pembentukan Kata

Kesalahan perbaikan
Presiden lantik lima orang duta besar Presiden melantik lima orang duta
besar
Kita harus dapat merubah kebiasaan Kita harus dapat mengubah kebiasaan
yang kurang terpuji, menjadi yang kurang terpuji menjadi kebiasaan
kebiasaan yang baik yang baik
Tambak udang di Tanggerang di lola Tambak udang di Tanggerang dikelola
secara baik secara baik

28
Dengan pakaian menyolok ia hadir di Dengan pakaian mencolok ia hadir di
pesta itu pesta itu
Saya akan menterjemahkan cerita itu Saya akan menerjemahkan cerita itu
ke dalam bahasa Jerman ke dalam bahasa Jerman
Kedua hal itu saling kait-mengait Kedua hal itu kait-mengait
Sejak mahasiswa keduanya memang Sejak mahasiswa keduanya memang
sudah nampak akrab sudah tampak akrab
Berkas itu ketinggalan di rumah Berkas itu tertinggal di rumah
Ijazag saudara harus di legalisir Ijazah saudara harus dilegalisasi
dahulu dahulu
Bubur kajang ijo, ketan item, dan telor Bubur kacang hijau, ketan hitam, dan
setengah mateng telur setengan matang

2.6.5 Kesalahan Pemilihan Kata

Kesalahan perbaikan
Perkembangan daripada perguruan Perkembangan perguruan tinggi
tinggi swasta sangat cepat swasta sangat cepat
Pelatnas sebaiknya diadakan di daerah Pelatnas sebaiknya diadakan di daerah
di mana atlit berdomisili atlet berdomisili
Masalah yang mana sudah saya Masalah yang sudah saya terangkan
terangkan tidak perlu ditanyakan lagi tidak perlu ditanyakan lagi
Saya pernah bilang soal itu kepadamu Saya pernah mengatakan hal itu
kepadamu
Mereka harus bikin perjanjian diatas Mereka harus membuat perjanjian
kertas segel diatas kertas segel

29
Sesuai anjuran Preiden, mari kita Sesuai dengan anjuran Presiden, mari
berbahasa Indonesia yang baik dan kita berbahasa Indonesia yang baik
benar dan benar
Kami bekerja 8 jam sehari, dari jam Kami bekerja delapan jam sehari, dari
8.00 s/d 16.00 pukul 8.00 s.d 16.00
Masing-masing anggauta Tiap –tiap anggota mengemukakan
mengemukakan kesediaannya kesediaannya
KB bertujuan untuk menciptakan KB bertujuan menciptakan keluarga
keluarga bahagia bahagia
Kejahatan tidak saja terjadi dikota Kejahatan tidak saja terjadi di kota
besar, melainkan juga terjadi dikota besar, tetapi juga terjadi di kota kecil
kecil

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan

Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang pemakaiannya


sesuai dengan situasi dan kondisi dengan memperhatikan pemakaian ragam
bahasa yang serasi dengan sasarannya.

 Cara menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari adalah


dengan menggunakan bahasa yang baku sesuai dengan kaidah ejaan atau ejaan
yang disempurnakan.

Manfaat yang kita peroleh dari penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar adalah mempermudah dalam berkomunikasi dan dapat mempermudah
dalam beradaptasi di lingkungan bermasyarakat.

3.2 Saran

30
Berdasarkan kesimpulan diatas, kita harus menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan bahasa
yang baku sesuai dengan kaidah ejaan atau ejaan yang disempurnakan.

DAFTAR PUSTAKA
1. http://novaph-inspiration.blogspot.com/2016/03/katapengantar-segala-
puji-dan-syukur.html
2. http://pengertianparaahli.com/pengertian-bahasa/#
3. https://beritagar.id/artikel/tabik/bahasa-indonesia-yang-baik-dan-benar
4. http://waridah.blog.uma.ac.id/wp-
content/uploads/sites/281/2017/06/Menggunakan-Bahasa-Indonesia-yang-
Baik-dan-Benar-sesuai-dengan-Kaidah-abstrak-Inggris.pdf
5. http://www.academia.edu/5782653/Makalah_Analisis_Kesalahan_Berbah
asa
6. http://www.markijar.com/2017/05/penggunaan-bahasa-indonesia-yang-
baik.html

31
32

Anda mungkin juga menyukai