PENDAHULUAN
Ada pun berbahasa Indonesia yang benar adalah berbahasa Indonesia yang
sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Dengan kata lain,
pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap
baku itulah yang merupakan bahasa yang benar atau betul.
Jadi, terkadang kita menggunakan bahasa bahasa yang baik, artinya tepat,
tetapi tidak termasuk bahasa yang benar. Sebaliknya, terkadang pula mungkin kita
menggunakan bahasa yang benar yang penerapannya tidak baik karena situasi
mensyaratkan ragam bahasa yang baku. Maka anjuran agar kita “berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar” dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang
serasi dengan sasarannya dan yang di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang
betul. Ungkapan “ bahasa Indonesia yang baik dan benar”, sebaliknya, mengacu
ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran
(Depdikbud, 1988).
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar ?
2. Apa itu Bahasa Indonesia yang baik ?
3. Apa itu Bahasa Indonesia yang benar ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang Bahasa
Indonesia dan mengetahui apa saja yang terdapat di dalamnya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian Bahasa Indonesia
2. Untuk mengetahui apa itu Bahasa Indonesia yang baik
3. Untuk mengetahui apa itu Bahasa Indonesia yang benar
4. Untuk mengetahui penggunaan Bahasa Indonesia yang baik
dan benar
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bahasa Indonesia
Secara umum adalah sebagai alat komunikasi yang berupa bunyi dan
ujaran. Alat ini memiliki kedudukan yang sangat penting. Tanpanya, informasi
tidak akan tersampaikan dengan mudah. Bisa dibayangkan jika pada zaman
dahulu manusia hanya menggunakan gerakan untuk interaksi. Akan banyak
keterbatasan yang terjadi. Ketidakbakuan akan menimbulkan makna yang berbeda
dari sumbernya.
3
digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang
digunakan menjadi tidak baik.
Misalkan ketika dalam dialog antara seorang Guru dengan seorang siswa
4
Apakah Bang Becak bersedia mengantar saya ke Pasar Tanah Abang dan berapa
ongkosnya?
Contoh di atas adalah contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi
tidak baik dan tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi pemakaian kalimat-
kalimat itu. Untuk situasi seperti di atas, Berikut kalimat yang lebih tepat.
Misalkan perbedaan dari bahasa indonesia yang benar dengan bahasa gaul
Kamu Elo
Tidak Gak
Dari contoh diatas perbedaan antara bahasa yang baku dan non baku dapat
terlihat dari pengucapan dan dari tata cara penulisannya. Bahasa indonesia baik
dan benar merupakan bahasa yang mudah dipahami, bentuk bahasa baku yang
sah agar secara luas masyarakat indonesia berkomunikasi menggunakan bahasa
nasional.
Contoh pada
5
bagian bangsa Indonesia sudah selayaknya menjunjung tinggi bahasa Indonesia
dalam kehidupan sehari-hari.
Paragraph dibawah ini cuplikan gaya bahasa yang dipakai sesuai dengan EYD dan
menggunakan bahasa baku atau bahasa ilmiah bukan kata popular dan bersifa
objektif, dengan penyusunan kalimat yang cermat.
6
Sudah diketahui sejak awal bahwa fungsi dari sarana ini adalah
sebagai identitas bangsa yang tidak hanya diakui dan dihormati oleh
masyarakatnya, melainkan juga dunia internasional. Wajib hukumnya bagi
WNI untuk menguasai dan mempelajarinya.
2. Sarana pengembangan budaya
Pengertian bahasa secara umum memang sebagai sarana
berinteraksi. Namun fungsinya memiliki cakupan yang sangat luas. Salah
satunya untuk memperkenalkan kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa ini
ke dunia luar. Banyak yang merasa iri karena Indonesia memiliki banyak
keragaman yang menjadikan negara ini kaya.
3. Kepentingan pembangunan nasional
Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah mencetak SDM
yang bermutu. Hal ini bisa terwujud jika manusianya memiliki
kebanggaan sebagai WNI yang mengetahui identitas negaranya. Inilah
yang menjadi modal utama pembangunan bangsa ini.
Kalimat yang dipakai dalam Bahasa Indonesia adalah kalimat yang efektif.
Kalimat efektif harus:
7
4. Gramatikal (seperti: menggunakan pungtuasi dan kata yang baku,
menggunakan struktur yang benar, frasa selalu D-M, menggunakan kata
yang morfologis, menggunakan kata yang sesuai dengan
fungsinya/kedudukannya),
5. Rasional (yakni, menggunakan gagasan yang dapat dicerna oleh akal
sehat),
6. Efisien (menggunakan unsur sesuai kebutuhan, tidak boleh berlebihan),
7. Tidak ambigu (tidak menimbulkan dua arti yang membingungkan).
8
Penggunaan bahasa justru sangat memprihatinkan banyak bahasa yang
tertinggal padahal banyak bahasa Indonesia yang beraneka ragam seperti bahasa
Sunda,Jawa,Madura dll yang kita kenal justru bahasa yang kita kenal makin
tertinggal atau malah sudah tidak digunakan lagi.
Salah satu Tulisan bahasa jawa: Bahasa gaul yang kini meluas di kalangan
pelajar sungguh sangat memperihatinkan karena sudah tidak mengenal kesopanan
dalam bertutur kata salah satu yang digemari bahasa gaul yang di ucapkan oleh
pelajar ataupun anak muda jaman sekarang ialah:
“cape dec”
Ataupun dalam berbicara atau bertutur kata dengan seseorang anak muda
dan pelajar menggunakan bahasa gaul sebagai pola hidup yang wajar di ucapkan
walaupun kata-katanya tidak baku. Misalanya pede aja lagi:
9
Menengah Atas yang menggunakan bahasa Indonesia dengan mecampur adukan
bahasa gaul dan bahasa inggris,karna di masa-masa SMA para remaja mulai
memasuki kehidupan yang lebih dewasa dan akan membaur oleh masyarkat luas
jadi tidak heran kalau pelajar SMA lebih tau banyak menggnakan bahasa
moderenisasi.
10
memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama
warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan,
merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf,
1997 : 4). Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu, kita ingin
dipahami oleh orang lain, kita ingin menyampaikan gagasan yang
dapat diterima oleh orang lain, kita ingin membuat orang lain yakin
terhadap pandangan kita, kita ingin mempengaruhi orang lain.
Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil
pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau
khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan
bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan
khalayak sasaran kita. Pada saat menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah
bahasa yang kita gunakan mudah dipahami orang lain atau tidak.
Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa
yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh
orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau
luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya,
misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau
wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap
lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-
kata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa kita,
misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, nuansa
tradisional.
2. Mempermudah kita untuk berintegrasi dan beradaptasi secara social,
Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan,
memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman
mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-
pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain.
11
Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara
efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh
memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok
sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan
kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-
bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia
memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu
dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5). Cara berbahasa tertentu
selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat
integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan
sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan
bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan
menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan
menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan
menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang-orang yang kita
hormati.
1. Ragam beku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan,
dan upacara pernikahan.
12
2. Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada
pidato, rapat resmi, dan jurnal ilmiah.
3. Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang
terpusat pada transaksi atau pertukaran informasi seperti dalam percakapan
di sekolah dan di pasar.
4. Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat
digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.
5. Ragam akrab (intimate). digunakan di antara orang yang memiliki
hubungan yang sangat akrab dan intim.
13
penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis sesuai maksud
aslinya.
14
mungkin menggunakan bahasa yang baik, artinya yang tepat, tetapi yang tidak
termasuk bahasa yang benar. Sebaliknya, kita mungkin berbahasa yang benar
yang tidak baik penerapannya karena suasananya mensyaratkan ragam bahasa
yang lain. Maka anjuran agar kita “berbahasa Indonesia dengan baik dan benar”
dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang
di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan “bahasa Indonesia
yang baik dan benar”, sebaliknya mengacu kepada ragam yang sekaligus
memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran. Bahasa yang baik dan benar
memiliki empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi pemersatu yang mengikat kebinekaan rumpun dan bahasa dengan
mengatasi batas-batas kedaerahan.
2. Fungsi penanda kepribadian yang menyatakan identitas bangsa dalam
pergaulan dengan bangsa lain.
3. Fungsi pembawa kewibawaan karena kaitannya dengan orang yang
berpendidikan dan yang terpelajar.
4. Fungsi sebagai kerangkaacuan tentang tepat tidaknya dan betul tidaknya
pemakaian bahasa.
Keempat fungsi bahasa yang baik dan benar itu bertalian dengan tiga
macam sikap batin penutur bahasa, yaitu:
1. Fungsinya sebagai pemersatu dan sebagai penanda kepribadian bangsa
membangkitkan kesetiaan orang terhadap bahasa itu.
2. Fungsinya sebagai pembawa kewibawaan berkaitan dengan sikap
kebanggaan orang karena ia mampu beragam bahasa itu.
3. Fungsinya sebagai kerangkaacuan berhubungan dengan kesadaran orang
akan adanya aturan yang baku yang layak dipatuhi agar ia jangan terkena
sangsi sosial.
15
baik bermakna etis, logis, rasional dan situasional dalam makna dan penggunaan
(situational and contextual). Bahasa yang baik maupun benar peringkat struktur,
leksikal maupun ujarannya mengacu pada pemakaian bahasa yang serasi dengan
sasarannya dan sekaligus mengikuti kaidah dan aturan kebahasaan secara tepat
dan akurat. Sehingga dengan demikian makna baik dan benar dapat
diformulasikan sebagai berikut:
+ korek
+ bersistem
+ struktur benar + kidah
+ aturan
Bahasa yang + leksikal
Baik dan benar + etis
+ ujaran + logis
Baik + rasional
+ situasional
+ kontekstual
Misalnya:
1. Struktur : frase ini hari merupakan bahasa yang baik di kalangan makelar,
tetapi bukan bahasa yang benar, karena letak kata dalam frase ini terbalik
susunannya, seharusnya hari ini.
2. Leksikal: Rambut nenek saya gundul, susunan kalimatnya baik tetapi
secara leksikal tidak benar karena rambut tidak pernah gundul, tetapi
kepalalah yang gundul, rambut yang gugur. Banyak rumah rakyat
tergenang karena banjir. Baik tetapi tidak benar. Karena rumah tidak
tergenang, yang menggenang adalah air. Yang benar adalah:
a. Rumah terendam air.
b. Rumah digenangi (oleh) air.
3. Variasi ujaran Pergeseran bunyi dapat ditolerir sepanjang tidak merobah
makna, umpamanya dalam kata selamat yang seharusnya diujarkan /ә/
dijadikan /e/. Tetapi pasangan kata teras – teras /tәras/ - /teras/ tidak boleh
diujarkan terbalik.
16
4. Penerjemahan Baik tapi tidak benar secara situasional – kontekstual white
coffee = kopi putih, seharusnya kopi susu bukan milk coffee black coffee
= kopi hitam, seharusnya kopi manis bukan sweet coffee
5. Situasional Pemakaian kata anda untuk seorang pejabat umpamanya pada
gubernur dengan “anda mau ke mana” tidaklah etis seharusnya “Bapak
mau ke mana”.
6. Kontekstual Seorang ibu melihat pinggang dan perut anak gadisnya yang
belum menikah dari hari ke hari semakin membesar. Karena rasa gundah
si ibu tak tertahan lagi untuk menanyakan kepada anak gadisnya.
Terbukalah rahasia rupanya lahan sudah digarap sebelum keluarnya izin
dan hak penggarapan lahan atau dari sudut undang-undang lalu lintas
sebelum adanya SIM untuk mengemudi dan mengenderai kenderaan. Si
ibu berkata “aduh bagaimana ini kan ibu malu “, jadi secara kontekstual
merupakan budaya malu sedangkan sebenarnya harus lebih berkonteks
budaya takut, umpamanya “apa kau tidak takut amarah atau hukuman
Tuhan”. Dalam perencanaan bahasa, upaya yang perlu dilaksanakan
adalah pembinaan dan pemasyarakatan bahasa, apakah bahasa ibu atau
bahasa sasaran, dengan bahasa yang baik dan benar. Maksudnya sesuai
dengan kaidah dan aturan kebahasaan serta serasi pula dengan situasi dan
lingkungan pemakaian.
17
2.4.1 Ragam Bahasa Baku dan Non-baku
Pengertian Bahasa Baku Moeliono mengatakan bahasa baku memiliki
kaidah-kaidah atau aturan-aturan yang tetap atau memiliki kemantapan dinamis,
tetapi di dalam kemantapan dinamis itu terkandung pengertian atau sifat terbuka
untuk menerima perubahan yang bersistem di bidang kosakata dan peristilahan,
dan untuk perkembangan berbagai ragam dan gaya dibidang kalimat dan makna.
Yus Rusyana mengatakan bahasa baku (standar) adalah suatu bahasa yang
dikodifikasikan, diterima dan dijadikan model oleh masyarakat bahasa yang lebih
luas. Gorys Keraf mengatakan bahasa baku adalah bahasa yang dianggap dan
diterima sebagai patokan umum untuk seluruh penutur bahasa itu. Badudu,
mengatakan bahasa pokok, bahasa utama, bahasa standar, yaitu bahasa yang
tunduk pada ketetapan yang telah dibuat dan disepakati bersama mengenai ejaan
(pemakaian dan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan dan
tanda baca), tatabahasa, kosa kata, dan pemakaian istilah. Dari pengertian para
ahli di atas tentang bahasa baku dapat disimpulkan bahwa bahasa baku itu adalah
salah satu ragam bahasa dari berbagai ragam bahasa yang telah dikodifikasikan,
diterima dan dijadikan model bagi masyarakat luas.
Dalam pengertian bahasa baku ini, ada tiga aspek yang saling menyatu,
yaitu:
1. aspek kodifikasi
2. aspek keberterimaan
3. aspek model
18
dan tulis. Dengan demikian kodifikasi kebahasaan bahasa baku akan tampak di
dalam pemakaian bahasa ragam baku. Bahasa baku atau standar diterima oleh
masyarakat bahasa. Penerimaan ini sebagai kelanjutan kodifikasi bahasa itu.
Dengan penerimaan ini bahasa baku mempunyai kekuatan untuk mempersatukan
dan menyimbolkan masyarakat bahasa baku. Bahasa baku dijadikan sebagai acuan
oleh masyarakat baku. Acuan ini dijadikan sebagai ukuran yang disepakati secara
umum tentang kode bahasa baku dan kode pemakaian bahasa tertentu. Bahasa
baku itu berkesatuan utuh dan saling berkait, baik dalam menentukan kode
kebahasaan maupun ukuran pemakaian kode bahasa.
Bahasa non-baku adalah salah satu ragam bahasa yang tidak dikodifikasi,
tidak diterima dan dijadikan model oleh masyarakat luas. Jika pengertian ini
19
dikaitkan dengan bahasa Indonesia, maka bahasa Indonesia yang tidak
dikodifikasi, tidak diterima, dan tidak dijadikan model oleh masyarakat luas.
Penggunaan bahasa baku memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Pemersatu Dapat mempersatukan sekelompok orang menjadi satu
kesatuan masyarakat bahasa. Seseorang dapat dikatakan sebagai bangsa
Indonesia antara lain ditandai oleh kemampuannya dalam menggunakan
bahasa Indonesia secara baik dan benar.
2. Pemberi kekhasan Dapat menjadi pembeda dengan masyarakat pemakai
bahasa lainnya.
3. Pembawa kewibawaan Dapat memperlihatkan kewibawaan pemakainya.
4. Kerangkaacuan
Dapat menjadi tolak ukur bagi benar tidaknya pemakaian bahasa seseorang
atau sekelompok orang Ciri Bahasa Baku:
1. tidak dipengaruhi bahasa daerah
2. tidak dipengaruhi bahasa asing
3. bukan merupakan ragam bahasa percakapan
4. pemakaian imbuhan secara eksplisit
5. pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat
6. tidak rancu
7. tidak pleonasme
8. tidak hiperkorek
20
. Pada dasarnya bahasa merupakan pemantulan dan pencerminan
pikiran,keinginan, perasaan, cita-cita, pengalaman, gagasan yang membuktikan
bahwa bahasa itu adalah cerminan masyarakatnya yang menyimpang kebenaran.
Meskipun tinggi dan mulianya kedudukan bahasa dalam suatu masyarakat, namun
orang masih saja menganggap bahwa bahasa itu hanyalah hal remeh saja, tak
perlu mendapat perhatian wajar. Bahwa manusia itu pandai berbahasa adalah soal
biasa saja, sehingga kebanyakan mereka tidak merasa perlu mempelajari
bahasanya itu agar lebih baik, lebih sempurna dan lebih teratur penggunaannya.
Yang penting adalah “asal orang yang diajak berkomunikasi mengerti,
habis perkara”. Masih banyak anggota masyarakat bersikap masa bodoh terhadap
bahasanya. Sesungguhnya sikap “masa bodoh” atau sikap “acuh tak acuh”
terhadap pembinaan dan pemeliharaan bahasa seperti itu adalah sikap yang kurang
baik, sikap negatif yang dapat mengarah kepada menghalang-halangi
pembangunan masyarakatnya sendiri, menghalang-halangi pembangunan bangsa
dan negara. Bahasa sebagai alat komunikasi memungkinkan suatu ide dapat
dihayati dan ditanggapi secara luas dalam masyarakat. Penggunaan bahasa yang
baik dan benar harus sesuai linguistik, ketatabahasaan, keselarasan logika dan
keselarasan etika. Bila ini diterapkan tentunya tidak akan dijumpai bahasa yang
rancu. Kerancuan dalam berbahasa karena tidak mengikuti kaidah bahasa yang
baik dan benar dan kita jumpai dalam bahasa tutur maupun tulisan. Meskipun
rancu tetapi karena sering digunakan oleh masyarakat luas menganggapnya suatu
bahasa yang baik dan benar. Sebagai contoh, ujaran “ marilah kita memanjatkan
doa kepada Tuhan Yang Mahaesa. Tak ubahnya dengan memanjatkan kera untuk
memanjat kelapa yang sudah tua, yang terletak di pucuk pohon kelapa. Istilah
memanjatkan doa mengandung logika doa itu dibawa memanjatkan menuju
Tuhan Yang Mahaesa. Bila hal ini diterima, maka secara logika bahasanya Tuhan
itu berada di puncak pohon kayu, sehingga kita terpaksa memanjatkan doa
kepada-Nya. Inilah suatu logika berbahasa yang paling tidak logis.
21
Dalam bahasa yang baik dan benar, ujaran tersebut harus dinyatakan
sebagai berikut: marilah kita berdoa kepada Tuhan Yang Mahaesa. Masih banyak
lagi kerancuan-kerancuan lainnya yang kita jumpai dalam berbahasa. Oleh karena
itu perlu adanya kesadaran penuh dari kita semua agar menggunakan logika dalam
berbahasa. Dengan demikian kita telah memelihara dan melestarikan bahasa yang
baik dan benar. Sehingga tidak ada lagi bahasa yang rancu, kalimat mubazir dan
yang tidak sesuai logika, dengan demikian tentunya cita-cita penggunaan bahasa
yang baik dan benar akan tercapai.
Terdapat 5 Ragam dalam laras bahasa yang digunakan, semua ragam dapat
digunakan dalam kondisi tertentu:
22
1. Ragam Resmi (Formal), yaitu bahasa yang dipakai dalam komunikasi
resmi seperti rapat resmi, pidato dan jurnal ilmiah. oleh karena itu memakai
bahasa yang lebih sopan adalah hal yang tepat.
2. Ragam Beku, yaitu bahasa yang digunakan pada acara hikmat dan sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti upacara pernikahan, keputusan pengadilan dan
kegiatan rohani.
3. Ragam Konsultatif, yaitu bahasa yang digunakan dalam pertukaran
informasi atau kegiatan transaksi dalam suatu percakapan yang membahas tentang
suatu hal yang diketahui oleh masing-masing pembicara seperti percakapan di
sekolah atau di pasar.
4. Ragam Akrab, yaitu bahasa yang digunakan diantara orang yang memiliki
hubungan sangat akrab atau intim. seperti dalam pembicaraan berumah tangga
5. Ragam Santai (Casual), yaitu bahasa yang digunakan untuk acara yang
bersifat tidak resmi dan dapat dipakai untuk orang yang cukup akrab (misal
teman) atau orang yang belum dikenal dengan akrab (baru kenal). seperti
pembicaraan dalam perkumpulan dengan teman-teman
23
2. Menggunakan ejaan yang resmi dalam ragam menulis. Ejaan yang berlaku
hingga saat ini dalam bahasa Indonesia adalah Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.
3. Menggunakan kata-kata yang baku. Misalnya cantik sekali dan bukan
cantik banget; uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
4. Menggunakan kaidah dalam tata bahasa yang normatif. Misalnya dengan
menerapkan suatu pola kalimat yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan
acara itu kami sedang ikuti.
5. Menggunakan kalimat secara efektif. Beberapa pendapat umum yang
mengatakan bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, Dalam bahasa baku pun
sebenarnya mengharuskan komunikasi secara efektif, yaitu pesan pembaca atau
penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis dengan apa maksud
aslinya.
Dari semua ciri bahasa di atas sebenarnya hanya nomor1 (lafal baku) dan
nomor 3 (kata baku) yang paling sulit dilakukan oleh ragam bahasa. Penggunaan
lafal baku dan kata baku pada ragam konsultatif, santai dan akrab malah akan
menyebabkan bahasa menjadi tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi.
Setelah membahas aturan Bahasa Indonesia yang baik dan benar kita bisa
menarik kesimpulan bahwa Tata bahasa normatif, ejaan resmi, dan kalimat efektif
bisa diterapkan (dengan menyesuaikan lingkungan disekitar kita) mulai dari
ragam beku hingga ragam akrab. Penggunaan kata yang baku dan lafal baku pada
ragam konsultatif, akrab dan santai dapat berakibat bahasa menjadi tidak baik
karena tidak sesuai dengan situasi.
Bahasa indonesia yang baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam
bahasa yang serasi dengan sasarannya dan disamping itu mengikuti kaidah bahasa
yang betul.
24
Undang- undang dasar 1945, pembukaan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu
ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Contoh di atas merupakan contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar,
tetapi tidak baik dan tidak efektif sebab tidak sesuai dengan situasi pemakaian
kalimat-kalimat itu. Untuk situasi seperti di atas, berikut penggunaan bahasa
indonesia yang lebih tepat.
1. Penjual : cari apa bu ?
2. Pembeli : saya lagi nyari tahu tahu dari sumedang bang, ada gak ?
3. Penjual : oh, ada bu, nih bu harganya Rp. 50.000.
4. Pembeli : mahal amat bang, murahinlah bang.
25
2.6 Kesalahan Umun Berbahasa
Setiap pemakaian bahasa harus berusaha memakai kalimat seefektif
mungkin untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik. Susunan kalimat
befektif didukung oleh:
1. Kesepadanan
2. Kesejajaran
3. Ketegasan
4. Kehematan
5. Kevariasian
2.6.1 Kesalahan Umum
Kesalahan perbaikan
Kepada Bapak Direktur Direktur Pendidika Menegah Umum
Pendidikan Menengah saya persilakan
Umun saya persilakan
Di Jakarta akan mengadakan pameran Di Jakarta akan diakan pameran
pembangunan pembangunan
Penjelasan mereka saya tidak mengerti Penjelasan mereka tidak saya mengerti
Sejak dari kecil ia sudah tampak Sejak kecil ia sudah tamoak cerdas
cerdas
Dilihat dari keseluruhan, koperasi Jika dilihat secara keseluruhan,
memang meningkatkan taraf hidup koperasi memang meningkatkan taraf
rakyat hidup masyarakat
Membaca surat anda, saya sangat Setelah membaca surat anda, saya
terkejut sangat terkejut
Kemacetan kredit itu saya ingin Saya ingin melaporkan kemacetan
laporkan kepada bapak kredit itu kepada bapak
Tahap terakhir penyelesaian gedung Tahap terakhir penyelesaian gedung
itu adalah pengecatan, memasang itu adalah pengecatan, pemasangan
penerangan, dan pengaturan ruangan peneranga, dan pengaturan ruang
Para pemimpin perusahaan itu sedang Para pemimpin perusahaan itu sedang
membahas tentang gaji pegawai harian membahas gaji pegawai harian
Berbagai tantangan harus dapat diatasi Berbagai tantangan harus dapat kita
26
oleh kita atasi
27
2.6.3 Kesalahan Penerapan Kaidah Ejaan
Kesalahan perbaikan
Presiden lantik lima orang duta besar Presiden melantik lima orang duta
besar
Kita harus dapat merubah kebiasaan Kita harus dapat mengubah kebiasaan
yang kurang terpuji, menjadi yang kurang terpuji menjadi kebiasaan
kebiasaan yang baik yang baik
Tambak udang di Tanggerang di lola Tambak udang di Tanggerang dikelola
secara baik secara baik
28
Dengan pakaian menyolok ia hadir di Dengan pakaian mencolok ia hadir di
pesta itu pesta itu
Saya akan menterjemahkan cerita itu Saya akan menerjemahkan cerita itu
ke dalam bahasa Jerman ke dalam bahasa Jerman
Kedua hal itu saling kait-mengait Kedua hal itu kait-mengait
Sejak mahasiswa keduanya memang Sejak mahasiswa keduanya memang
sudah nampak akrab sudah tampak akrab
Berkas itu ketinggalan di rumah Berkas itu tertinggal di rumah
Ijazag saudara harus di legalisir Ijazah saudara harus dilegalisasi
dahulu dahulu
Bubur kajang ijo, ketan item, dan telor Bubur kacang hijau, ketan hitam, dan
setengah mateng telur setengan matang
Kesalahan perbaikan
Perkembangan daripada perguruan Perkembangan perguruan tinggi
tinggi swasta sangat cepat swasta sangat cepat
Pelatnas sebaiknya diadakan di daerah Pelatnas sebaiknya diadakan di daerah
di mana atlit berdomisili atlet berdomisili
Masalah yang mana sudah saya Masalah yang sudah saya terangkan
terangkan tidak perlu ditanyakan lagi tidak perlu ditanyakan lagi
Saya pernah bilang soal itu kepadamu Saya pernah mengatakan hal itu
kepadamu
Mereka harus bikin perjanjian diatas Mereka harus membuat perjanjian
kertas segel diatas kertas segel
29
Sesuai anjuran Preiden, mari kita Sesuai dengan anjuran Presiden, mari
berbahasa Indonesia yang baik dan kita berbahasa Indonesia yang baik
benar dan benar
Kami bekerja 8 jam sehari, dari jam Kami bekerja delapan jam sehari, dari
8.00 s/d 16.00 pukul 8.00 s.d 16.00
Masing-masing anggauta Tiap –tiap anggota mengemukakan
mengemukakan kesediaannya kesediaannya
KB bertujuan untuk menciptakan KB bertujuan menciptakan keluarga
keluarga bahagia bahagia
Kejahatan tidak saja terjadi dikota Kejahatan tidak saja terjadi di kota
besar, melainkan juga terjadi dikota besar, tetapi juga terjadi di kota kecil
kecil
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Manfaat yang kita peroleh dari penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar adalah mempermudah dalam berkomunikasi dan dapat mempermudah
dalam beradaptasi di lingkungan bermasyarakat.
3.2 Saran
30
Berdasarkan kesimpulan diatas, kita harus menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan bahasa
yang baku sesuai dengan kaidah ejaan atau ejaan yang disempurnakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://novaph-inspiration.blogspot.com/2016/03/katapengantar-segala-
puji-dan-syukur.html
2. http://pengertianparaahli.com/pengertian-bahasa/#
3. https://beritagar.id/artikel/tabik/bahasa-indonesia-yang-baik-dan-benar
4. http://waridah.blog.uma.ac.id/wp-
content/uploads/sites/281/2017/06/Menggunakan-Bahasa-Indonesia-yang-
Baik-dan-Benar-sesuai-dengan-Kaidah-abstrak-Inggris.pdf
5. http://www.academia.edu/5782653/Makalah_Analisis_Kesalahan_Berbah
asa
6. http://www.markijar.com/2017/05/penggunaan-bahasa-indonesia-yang-
baik.html
31
32