Anda di halaman 1dari 12

KESALAHAN DALAM IKLAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia

Dosen pengampu: Tri Wijayanti, M.Pd.

Disusun oleh;

Athi’ Mayli Syahara (43040190080)

JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kaya, bahasa Indonesia
terbentuk dari berbagai bahasa mulai dari bahasa asing dan bahasa daerah.
Maka terbentuklah bahasa Indonesia yang berlaku sampai sekarang.
Di era globalisasi dan kemajuan terknologi memungkinkan banyaknya
informasi serta bahasa yang masuk ke Indonesia dan diketahui serta
dikuasai oleh masyarakat Indonesia. Hal ini memungkinkan berbaurnya
bahasa asing dan bahasa daerah ke dalam penggunaan bahasa Indonesia.
Tidak jarang ditemukan papan iklan, spanduk, baliho, dan papan
instansi pemerintah yang mengabaikan penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Baik dari segi pemilihan kata, penulisan yang tidak sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia hingga kelogisan kalimat yang digunakan.
Iklan merupakan suatu media yang mencakup semua kalangan, bukan
hanya para akademisi melainkan masyarakat luas yang melihat iklan,
spanduk, dan baliho. Maka dari itu kesalahan yang ada pada iklan akan
menjadi kebiasaan dan dianggap biasa oleh masyarakat yang membacanya
B. Rumusan Masalah
Bagaimana bentuk kesalahan-kesalahan yang terdapat pada iklan?
C. Tujuan
Mampu menganalisis berbagai bentuk kesalahan yang terdapat pada
iklan
BAB II

KAJIAN TEORI

1. Pemilihan Kata (Diksi)


Diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek
tertentu dalam menulis atau berbicara. Seorang penulis memiliki peluang
yang lebih banyak untuk memilih dan mempertimbangkan penggunaan
kata secara tepat sebelum tulisan tersebut dibaca orang. Untuk
pendayagunaan diksi secara tepat perlu memperhatikan ketepatan dan
kesesuaian.
Ketepatan makna kata menuntut pula kesadaran penulis untuk
mengetahui bagaimana hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan
referensinya. Apakah bentuk yang dipilih sudah cukup lengkap untuk
mendukung maksud penulis atau masih memerlukan penjelasan tambahan.
Masalah makna kata juga meminta perhatian penulis untuk tetap mengikuti
perkembangan makna tiap kata dari waktu ke waktu, karena tiap kata
dapat mengalami perkembangan, sejalan dengan perkembangan zaman.
2. Kata Serapan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari
berbagai bahasa, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing,
seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia
dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang
belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia. Kedua, unsur asing
yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan bahasa Indonesia.
3. Huruf Kapital
Penggunaan huruf kapital atau huruf besar:
a. Sebagai huruf pertama awal kalimat
b. Sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan
c. Digunakan pada awal kalimat dalam petikan langsung
d. Sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan,
termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
e. Sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan,
keagamaan, atau akademik ynag diikuti nama orang, termasuk gelar
akademik yang mengikuti nama orang
f. Sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat.
g. Dst.
4. Penulisan Kata di-
Penulisan kata “di-“ ada dua macam. “di-“ yang pertama
menunjukkan tempat, yang harus dituliskan terpisah dari kata yang
menunjukkan tempat. “di-“ yang kedua merupakan sebuah awalan untuk
sebuah kata kerja pasif, yang harus digabungkan dengan kata yang
diawalinya.
5. Penggunaan Kata Baku dan Tidak Baku
Kata baku adalah kata yang digunakan dan telah sesuai dengan kaidah
atau pedoman bahasa yang sudah ditentukan. Pengetian kata baku ini
merupakan suatu kata yang aturan dan ejaan kaidah bahasa Indonesia
sudah benar serta bersumber dari bahasa baku yakni Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).
Sedangkan suatu kata dianggap tidak baku apabila kata yang
digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Tidak bakunya
sebuah kata tidak hanya diakibatkan oleh salah penulisan saja, melainkan
juga diakibatkan oleh pengucapan yang salah dan juga karena penyusunan
suatu kalimat yang kurang tepat. Umumnya, kata tidak baku sering
diucapkan atau muncul dalam percakapan sehari-hari.
6. Penggunaan Tanda Baca
a. Penggunaan tanda baca titik (.). Tanda baca titik biasanya dipakai
pada akhir kalimat yang bukan pernyataan atau seruan.
b. Penggunaan tanda baca koma (,). Tanda baca koma biasanya
dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan. Dengan perincian atau pembilangan lebih dari dua.
c. Penggunaan tanda baca titik dua (:). Tanda baca titik dua dipakai
pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti oleh rangkaian
atau pemerian.
BAB III

ANALISIS KESALAHAN

1. Penggunaan Kata Tidak Baku

Penulisan yang salah :“Bukannya ngga dibaca tapi lagi merangkai kata
cinta”
Penulisan yang benar :“Bukannya tidak dibaca tapi lagi merangkai kata
cinta”
Pemilihan kata “ngga” dalam kalimat “Bukannya ngga dibaca tapi lagi
merangkai kata cinta” kurang tepat dan tidak baku. Penulisan kata tersebut
tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan karena
kata “ngga” tidak terdapat di dalam KBBI. Seharusnya penulisan yang
tepat adalah “Bukannya tidak dibaca tapi lagi merangkai kata cinta”.
2. Penggunaan Kata Tidak Baku

Penulisan yang salah :“DISEWAKAN RUMAH KOST”


Penulisan yang benar :”DISEWAKANRUMAH INDEKOS”
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) tidak ada kata “KOST’
yang ada adalah “INDEKOS”. Di dalam KBBI, kata “INDEKOS’ berarti
tinggal di rumah orang lain dengan atau tanpa makan (dengan membayar
setiap bulan): mondok. Dalam sehari-hari masyarakat lebih mengenal kata
“KOST’ padahal kata yang baku dan terdapat dalam KBBI adalah
“INDEKOS”
3. Kesalahan Penggunaan Tanda Baca Titik (.)

Penulisan yang salah : “PT. KOBE BOGA UTAMA”


Penulisan yang benar : ”PT KOBE BOGA UTAMA”
Penulisan “PT” dalam bungkus makanan tersebut salah karena
menggunakan tanda baca titik (.) setelah kata PT. Singkatan yang terdiri
atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi
ditulis sengan huruf kapital tanpa tanda titik. Singkatan yang terdiri atas
huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis dengan huruf kapital
tanpa tanda titik. Kepanjangan dari PT adalah Perseroan Terbatas. PT
merupakan singkatan yang diambil dari sebuah setiap huruf awalan kata,
maka dari itu penulisan yang benar tidak menggunakan tanda titik setelah
singkatan PT.
4. Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital.
Penulisan yang salah :“MEMBANTU MEREDAKAN PANAS
DALAM, SARIAWAN, TENGGOROKAN
KERING DAN MEMBANTU MENYEGARKAN
BADAN”
Penulisan yang benar :“Membantu meredakan panas dalam, sariawan,
tenggorokan kering dan membantu menyegarkan
badan”
Penulisan huruf kapital pada kalimat “MEMBANTU MEREDAKAN
PANAS DALAM, SARIAWAN, TENGGOROKAN KERING DAN
MEMBANTU MENYEGARKAN BADAN” kurang tepat karena semua
huruf dari kalimat tersebut menggunakan huruf kapital. Huruf kapital atau
huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Sehingga penulisan yang benar dari kalimat “MEMBANTU
MEREDAKAN PANAS DALAM, SARIAWAN, TENGGOROKAN
KERING DAN MEMBANTU MENYEGARKAN BADAN” adalah
“Membantu meredakan panas dalam, sariawan, tenggorokan kering dan
membantu menyegarkan badan”
5. Kesalahan Penulisan Kata Serapan

Penulisan yang salah : “KREASI FOTO COPY”


Penulisan yang benar : “KREASI FOTOKOPI”
Penulisan kata serapan pada spanduk tersebut kurang tepat. Photocopy
merupakan asal kata fotokopi yang diserap dari bahasa Inggris. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fotokopi memiliki arti hasil
reproduksi (penggandaan) fotografis terhadap barang cetakan (tulisan).
Jadi, pembenaran penulisan kata serapan dari “FOTO COPY” dalam
spanduk tersebut adalah “FOTOKOPI”.
6. Kesalahan Penulisan di-

Penulisan yang salah: “DI KONTRAKAN”


Penulisan yang benar: “DIKONTRAKAN”
Ada dua macam penulisan “di” dalam kalimat. “di” yang pertama
menunjukan tempat, yang penulisannya harus ditulis terpisah dengan kata
yang menunjukkan tempat. “di” yang kedua untuk sebuah kata kerja pasif,
yang penulisannya harus digabung dengan kata kerja yang mengikutinya.
Jadi penulisan kata depan “di” yang ada digambar harus digabung menjadi
“DIKONTRAKAN” karena kata “KONTRAKAN” adalah kata kerja.
7. Kesalahan Dalam Penggunaan Tanda Baca Titik Dua (:)

Penulisan yang salah : “Fasilitas”


Penulisan yang benar : “Fasilitas: ”
Penulisan pada spanduk tersebut memerlukan tanda baca titik dua (:)
setelah kata “Fasilitas”. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu
pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian. Sehingga
penulisan yang benar adalah ada tanda baca titik dua setelah kata
“Fasilitas” karena kata tersebut diikuti oleh rangkaian.
8. Kesalahan Penggunaan Tanda Baca Koma (,)

Penulisan yang salah : “Bersih, Harumnya Tahan Lama”


Penulisan yang benar : “Bersih dan Harumnya Tahan Lama”
Penggunaan tanda baca koma pada “Bersih, Harumnya Tahan Lama”
kurang tepat. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu
perincian atau pembilangan dengan perincian lebih dari dua. Sedangkan
dalam kalimat tersebut hanya terdapat dua perincian. Sehingga dalam
kalimat tersebut tidak memerlukan tanda baca koma, tetapi memerlukan
penambahan kata “dan”. Pembenaran kalimat “Bersih, Harumnya Tahan
Lama” menjadi “Bersih dan Harumnya Tahan Lama”
9. Kesalahan Penggunaan Diksi

Penulisan yang salah : “SIMPAN TIKET INI BAIK-BAIK”


Penulisan yang benar : “SIMPAN TIKET INI DENGAN BAIK ”
Pemilihan kata (diksi) dalam kalimat tersebut kurang tepat. Diksi
adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu
dalam menulis atau berbicara. Apakah pilihan kata yang dipilih sudah
lengkap untuk mendukung maksud penulis atau masih memerlukan
penjelasan tambahan. Dalam kalimat “SIMPAN TIKET INI BAIK-BAIK”
masih memerlukan perubahan kata dan penambahan kata agar pembaca
dan pendengar lebih memahami apa yang dimaksud oleh penulis.
Penulisan yang tepat adalah “SIMPAN TIKET INI DENGAN BAIK ”.
10. Penggunaan Kata Tidak Baku

Penulisan yang salah :“Untuk meredakan masuk angin, meriang, rasa


mual, perut kembung, capek-capek, dan pusing”
Penulisan yang benar :“Untuk meredakan masuk angin, meriang, rasa
mual, perut kembung, pegal linu, dan pusing”
Kata “capek-capek” tidak ditemukan di dalam Kamus Besar Indonesia
(KBBI). Jadi kata “capek-capek” merupakan pilihan kata yang salah.
Sebaiknya kata “capek-capek” digantikan kata yang lebih tepat, seperti
“pegal linu”
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan analisis kesalahan berbahasa dalam iklan, kesalahan
ejaan dan kalimat sudah seperti hal yang lumrah terjadi di tempat-tempat
umum. Kesalahan berbahasa terjadi karena masyarakat belum menguasai
kaidah dalam bahasa Indonesia. Kesalahan ejaan umumnya mencakup
kesalahan tanda baca, kesalahan penggunaan kata baku, dan kesalahan
dalam kata serapan. Sedangkan kesalahan kalimat mencakup kesalahan
struktur dan pemilihan kata.
B. Saran
Berdasarkan analisis berbahasa dalam iklan, kita masih dapat
menjumpai banyak kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, perlu adanya
peningkatan pemahaman penulisan yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Sebagai perusahaan atau instansi yang
mengiklankan produk atau jasanya kepada masyarakat, seharusnya
kesalahan-kesalahan tersebut dapat diminimalisir agar masyarakat umum
tidak mengganggap kesalahan-kesalahan tersebut sebagai hal yang lumrah,
sehingga terciptanya ragam kebahasaan yang efektif, mudah dipahami, dan
benar dilihat dari struktur serta ejaannya
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Mustakim, M .Hum. 2014. Bentuk dan Pilihan Kata. Jakarta. Pusat Pembinaan
dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Sunendar, Dadang, dkk. 2016. Pedomam Umum Ejaan Bahasa Indoesia. Jakarta.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan

Taringan, Henry Guntur. 2011. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.


Bandung: Angkasa

Yacub Nasucha dkk. 2019. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Ilmia.
Yogyakarta: Media Perkasa

Anda mungkin juga menyukai