Anda di halaman 1dari 26

BAB I

LATAR BELAKANG

Dewasa ini, banyak masyarakat bahkan pelajar yang masih rancu dalam
menempatkan kata dalam kalimat. Disadari atau tidak, penggunaan kata seringkali
tidak tepat dalam penggunaannya. Tidak jarang kita melakukan kesalahan dalam hal
penggunaan bahasa pada saat berbicara maupun menulis. Hal ini disebabkan oleh
meluasnya ranah pemakaian bahasa seiring kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan,
dan seni. Disamping itu, kerancuan pun kerap membingungkan masyarakat dalam
penggunaan bahasa baku. Masyarakat atau pelajar seringkali tidak memperhatikan
tulisan sesuai aturan atau tidak. Yang terpenting tujuan dan maksud mereka
tersampaikan.

Selain itu, ketidakpahaman dalam penggunaan tanda baca, menyebabkan


banyak tulisan-tulisan di spanduk, papan nama, selebaran dan mading menjadi rancu.
Dalam keseharian kita, banyak ditemui kata yang tidak sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan. Sebagai bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi
dalam ragam bahasa. Standar tersebut menyebutkan penggunaan tata bahasa dan
ejaan bahasa yang disempurnakan. Tata bahasa Indonesia yang baku salah satunya
mengikuti penggunaan kata dari PUEBI ( Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia )
yang sesuai dengan kaidah baku. Kaidah tata bahasa Indonesia yang baku adalah
kaidah tata bahasa Indonesia yang sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan
oleh pusat bahasa Indonesia. Sementara itu, kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baku
adalah kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.

1
Oleh karena hal-hal tersebut, kami menulis makalah ini dengan tujuan
menyadarkan masyarakat betapa pentingnya menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar sesuai dengan situasi dan kondisi.

2
BAB II

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

1. Apotik atau Apotek ?

Dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita sering menjumpai ada dua (2) model
penulisan kata dalam bahasa Indonesia yakni “apotek” dan ”apotik”. Tentunya
permasalahan ini menimbulkan kebingungan, kata apa yang sesuai dengan kaidah
berbahasa yang baik dan benar​.

Perbedaan penulisan kata “apotek” dan “apotik” adalah salah satu


contoh kasus salah kaprah dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan

3
benar. Hal ini bisa terjadi di banyak kalangan, termasuk media massa. Kata
“apotek” dan “apotik” diserap dari bahasa ejaan asing yang sama yaitu bahasa
Belanda “​apotheeka​” ini berasal dari bahasa Yunani “​apotheca”​ yang secara
harfiah berarti “gudang” atau “penyimpanan”.

Adapun penggunaan kata apotik sendiri merupakan suatu kesalahan


dalam penggunaan kaidah berbahasa karena dalam KBBI sendiri tidak
mengenal adanya kata apotik. Penggunaan kata yang benar adalah “apotek”.

apotek​/apo·tek/ /apoték/ ​n toko tempat meramu dan menjual obat berdasarkan


resep dokter serta memperdagangkan barang medis; rumah obat.

2. Praktek atau Praktik ?

Kata praktek atau praktik merupakan kata yang membuat orang


terkecoh. Sebagian orang akan menganggap praktek sebagai kata yang benar.
Sebagian lagi akan menganggap praktik yang benar.

4
Untuk mengetahui mana yang benar, maka sebaiknya kita merujuk
pada Kamus besar Bahasa Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
tidak ada istilah “praktek”. Istilah baku untuk kata tersebut ialah “praktik”
yang berarti pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori.

praktik​/prak·tik/ ​n ​1 pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori:


teorinya mudah, tetapi -- nya sukar; ​2 pelaksanaan pekerjaan (tentang dokter,
pengacara, dan sebagainya): -- dokter dibuka mulai pukul 15.00;​ ​3 perbuatan
menerapkan teori (keyakinan dan sebagainya); pelaksanaan: ​aturan itu
menemui kesukaran dalam – nya​.

3. Tertib atau tertip ?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak ada istilah “tertip”. Istilah
baku untuk kata tersebut ialah “tertib” yang berarti menurut aturan atau rapi.

tertib​/ter·tib/ ​a ​1 teratur; menurut aturan; rapi: ​direktur menghendaki agar


pengeluaran uang dibukukan secara --; ​2 sopan; dengan sepatutnya: ​kaum ibu

5
mendambakan perlakuan yang adil dan -- dari suaminya; ​3 aturan; peraturan
yang baik.

4. Pebruari atau Februari ?

Pada buku yang berjudul Selamatkan Generasi Bangsa terjadi


kesalahan dalam penulisan yaitu Pebruari. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia tidak terdapat kata “Pebruari”. Oleh sebab itu kata yang benar
adalah “Februari”.
Februari​/Feb·ru·a·ri/ /fébruari/ ​n bulan ke-2 tahun Masehi (28 hari, kecuali
pada tahun kabisat 29 hari).

6
5. Funksional atau Fungsional ?

Pada papan dinding tentang struktur organisasi yang berada di


perpustakaan daerah Kalimantan Barat didapatkan kesalahan dalam penulisan
berbahasa yakni kata “funksional” yang seharusnya menjadi “fungsional”.
fungsional​/fung·si·o·nal/ ​a ​1 berdasarkan jabatan; ​2 dilihat dari segi fungsi:
kedua kata itu secara – sepadan

7
6. Helem atau Helm ?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak terdapat kata “helem”.


Yang benar adalah “helm”.

helm /hélm/ n 1 topi pelindung kepala yg dibuat dari bahan yg tahan benturan
(dipakai oleh tentara, anggota barisan pemadam kebakaran, pekerja tambang,
penyelam sebagai bagian dari pakaian, pengendara sepeda motor, dsb); 2 topi
gabus (pada umumnya berwarna putih). Jadi penulisan HELEM seharusnya
menjadi HELM.

7. Penulisan Kata yang Salah

Berdasarkan KBBI berarti ​n ​Tempat, gedung, ruang yang disediakan


untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku dan sebagainya, ​n​ Koleksi
buku, majalah, dan bahan kepustakaan lain yang disimpan untuk dibaca,
dipelajari, dibicarakan namun pada pamflet berisi ajakan untuk pergi ke
perpustakaan terjadi kesalahan dalam penulisan yaitu perustakaan.

8. Kesalahan Penulisan Kata Serapan dari Bahasa Inggris

8
a b​ ersangkutan dengan kumulasi; bersifat menambah; terjadi dari bagian yang
makin bertambah; bertumpuk-tumpuk:​ angka --; data –

Kata “ Kumulatif” merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa


Inggris yaitu c​ummulative​ , namun pada kartu Daftar Hadir Kuliah Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura terjadi kesalahan, sehingga penulisannya
menjadi KOMULATIF.

9. Kesalahan dalam Penulisan Singkatan Jumlah Benda

9
Seharusnya dalam penulisan “20’s” jumlah benda menggunakan kata
bungkus atau pak yang benar.

bungkus​/bung·kus/ ​n ​1 kata penggolong untuk benda yang dibalut dengan


kertas (daun, plastik, dan sebagainya); pak: ​tiga -- nasi; dua -- rokok; ​2 bahan
yang dipakai untuk membalut: ​daun -- nasi;besar -- tak berisi (tong kosong
nyaring bunyinya), pb orang yang besar cakap, tetapi kepandaiannya tidak
ada.

pak/ ​n 1​ ​ b​ ungkusan dari pabrik berisi barang dalam jumlah tertentu (tentang
rokok, teh, garam, dan sebagainya) ​n ​2​ p​ eti berisi barang-barang; kemasan
barang; bendela

10
10. Penulisan Huruf Kapital yang Salah

Penulisan huruf kapital yang berada pada seluruh bagian kata yang
seharusnya tidak boleh dalam sebuah kalimat . Dan kata
“MENUKARKANNYA” sudah menyalahi penulisan huruf kapital yang
sebagaimana mestinya.

11. Bahasa Asing

11
Saat ini banyak sekali kita temukan penggunaan bahasa-bahasa asing
dalam beberapa kasus-kasus. Misalnya saja di Kota Pontianak khususnya,
pada penulisan PCC “​Pontianak Convention Center​”, yang jika diartikan
dalam bahasa Indonesia adalah Tempat Pertunjukan Pontianak. Selain itu,
yang biasa kita lihat adalah tayangan-tayangan televisi yang pemberian
namanya menggunakan bahasa Inggris. Contoh saja judul acara berita
headline news d​ an breaking news​, yang dalam bahasa Indonesia berarti berita
utama dan berita terbaru. Sebenarnya, sebagai warga Negara Indonesia yang
baik, kita harus mencintai bahasa persatuaan kita, bahasa Indonesia. Wujud
mencintai bahasa persatuan ini salah satunya dapat berupa penggunaan bahasa
Indonesia tanpa menggunakan bahasa asing.

12. Penulisan Kata Asing yang Seharusnya Bercetak Miring

12
Dalam gambar di atas semua kata menggunakan huruf miring. Jadi
tidak ada perbedaan antara penulisan kata asing dengan kata bahasa Indonesia.
Itulah kesalahan penulisan dalam baahasa Indonesia. Kata asing seharusnya
ditulis menggunakan huruf miring kecuali kata tersebut sudah diserap
kedalam Bahasa Indonesia.

Penulisan Huruf Miring yang baik dan benar :


a. Penulisan nama buku, film, atau tulisan

Pada butir 1 pedoman penulisan huruf miring ditegaskan, huruf miring


dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan. Contoh, Buku ​Jurnalistik Indonesia,​
Majalah Sunda ​Mangle.​

b. Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing


Butir 2 pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian

13
kata, kata, atau kelompok kata. Contoh, ​boat modeling, aeromodeling,
motorsport.

c. Penulisan kata ilmiah

Butir 3 pedoman penulisan huruf miring menegaskan, huruf miring dan


cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan asing
kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Contoh, ​royal-purple amethyst,
crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.

d. Penulisan untuk menegaskan atau mengkhususkan ​huruf,​ ​kata​, atau atau


prase

Contoh:

1) Huruf pertama pada kata transmigrasi adalah ​t.

2) Lusi bukanlah seorang penipu tapi orang yang ​ditipu pada kasus
ini.

3) Buatlah sebuah essay tentang ​Permasalahan pendidikan di


Indonesia ini.

4) Huruf ​z​ adalah huruf terakhir yang ada dalam alphabet.

e. Penulisan sebagai penanda kata atau huruf

Contoh:

1) Kata ​Tri​ di dalam bahasa ​sansekerta​ bermakna tiga.

2) Huruf ​a, I, u, e, dan ​o adalah huruf – huruf vokal. Sedangkan huruf


w, e, r, t, y, u,​ dan lainnya merupakan huruf konsonan.

3) Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ​oikos​ dan ​nomos.​

14
f. Penulisan semboyan, bahasa Indonesia dan bahasa asing yang telah
diserap ke dalam bahasa Indonesia

Contoh:

1) Shuttle cook​ adalah alat yang digunakan untuk bermain badminton.

2) Julius Cessar tekenal akan semboyannya, yaitu ​Vini, Vidi, Vici


yang berarti saya datang, saya melihat, saya menang/menaklukkan

3) Pemerintah mengeluarkan sebuah semboyan NKKB, yaitu ​Norma


Keluarga Kecil Bahagia untuk menekan laju pertumbuhan
penduduk.

4) Akibat tidak pernah masuk kuliah selama 4 semester, Adi terkena


drop out​ di kampusnya.

g. Penulisan nama buku, nama majalah, jurnal, dan skripsi dan surat kabar
dalam daftar pustaka

Contoh:

1) Nugraha, Aria. 2015. ​Mari Belajar Bahasa Indonesia dengan Baik


dan Benar.​ Bandar Lampung. Pustaka Bintang.

2) Afriando, B. 2014. ​Cara Sukses Menjadi Pengusaha dengan


Modal Dengkul.​ Pikiran Rakyat. 11 Mei 2015.

13. Penulisan Hari Ulang Tahun

15
1. Penggunaan Kata Dirgahayu

Sering ditulis "Dirgahayu HUT RI ke-72". Ini salah, sebab menurut


Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "Dirgahayu" berarti "semoga
panjang umur". Jadi yang benar adalah cukup "Dirgahayu RI".

16
2. Penulisan "ke-70"

Penulisan “ke-70” sering salah ditulis dengan "ke 70" yang benar
adalah "ke-70" (dengan tanda hubung). Jika menggunakan angka Romawi,
sering ditulis "keLXX", yang benar cukup ditulis LXX (angka Romawi
untuk 70) karena angka Romawi sebenarnya sudah menunjukkan keberapa
atau urutan.

3. Peletakan Kata "Ke-70"

Kesalahan yang sering terjadi adalah peletakan kata "Ke-70". Sering


salah ditulis "Selamat HUT RI Ke-70". Kesalahannya jika ditulis seperti

17
itu maka, hal tersebut berarti ada negara RI ke-1 sampai ke-70, padahal
negara RI hanya ada satu. Jadi yang benar adalah "Selamat HUT Ke-70
RI" atau boleh juga "Selamat HUT Ke-70 Kemerdekaan RI".

14. Kata Baku dan Tidak Baku

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak ada istilah “standart”.


Istilah baku untuk kata tersebut ialah “standardisasi” yang berarti penyesuaian
bentuk (ukuran, kualitas, dan sebagainya) dengan pedoman yang ditetapkan.

Kata merupakan salah satu satuan paling kecil dalam ilmu bahasa. Jika
berpedoman pada EYD, maka ada dua jenis kata, yaitu kata baku dan tidak
baku. Kata-kata yang sesuai EYD dan telah tercantum dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah kata baku. Sedangkan kata yang tak sesuai kaidah
bahasa Indonesia yang baik dan benar bisa digolongkan menjadi kata tidak
baku. Kedua jenis kata tersebut sifatnya tidak abadi, karena bahasa merupakan
ilmu yang dinamis. Oleh sebab itu, semakin berkembangnya zaman maka
kata-kata baru pun bermunculan. Kata baru tersebut bisa menjadi kata baku

18
bisa juga tidak. Demikian pula kata baku yang lama bisa berubah menjadi kata
tidak baku

Penyebab Munculnya Kata Tidak Baku

Kata tidak baku sendiri ada karena beberapa penyebab, contohnya:

1) Orang yang menggunakan bahasa tidak berusaha memperbaiki


kesalahan dari kata-kata yang ia gunakan. Hal ini menyebabkan kata
baku akan selalu ada.

2) Orang yang menggunakan bahasa telah terbawa arus orang-orang yang


sering menggunakan kata tidak baku (misalnya, artis, ​public figure​,
background dll.)

3) Orang yang menggunakan bahasa tak tahu bahwa penulisan atau


kata-kata yang dibicarakannya ternyata termasuk kata tidak baku.

4) Orang yang menggunakan bahasa telah terbiasa menggunakan kata


tidak baku dalam kehidupan sehari-hari.

5) Munculnya kata-kata yang ​‘gaul’ bahkan ​‘alay’ yang bertentangan


dengan kaidah bahasa Indonesia. Contohnya, ​‘ntab gan’, ‘enelan?’,
dan lain-lain.

Penggunaan Kata Baku

Kata baku sering juga disebut juga kata resmi, sehingga tak heran bila
penggunaan jenis kata ini diterapkan untuk kepentingan formal. Contohnya:

1) Karya tulis ilmiah

2) Pidato resmi

19
3) Acara kenegaraan

4) Pertemuan resmi

5) Surat lamaran kerja

Contoh Kata Baku dan Tidak Baku ( Kata di sebelah kiri merupakan kata
tidak baku, kata di sebelah kanan adalah kata baku ).

● Agamis -> Agamais • ​Zam-Zam -> Zamzam

● Analisa -> Analisis • ​Yurisdiksi -> Juridiksi

● Antri -> Antre • ​Varitas -> Varietas

● Apotik -> Apotek • ​Ustadz -> Ustaz

● Astronot -> Astronaut • ​Tolerir -> Toleransi

● Balsem -> Balsam • ​Taxi -> Taksi

● Bis -> Bus • ​Taubat -> Tobat

● Survey -> Survei • ​Frustasi -> Frustrasi

● Budget -> Bujet • ​Sate -> Satai

● Resiko -> Risiko • ​Mangkok -> Mangkuk

● Cidera -> Cedera • ​Ramadhan -> Ramadan

● Coklat -> Cokelat • ​Rangking -> Ranking

● Domain -> Domein • ​Resiko -> Risiko

● Dramatisir -> Dramatisasi • ​Pengrajin -> Perajin

● Dzikir -> Zikir • ​Omset -> Omzet

20
● Jendral -> Jenderal • ​Mampet -> Mampat

● Katring -> Catering • ​Maag -> Mag

● Legalisir -> Legalisasi

15. Kesalahan Dalam Penggunaan Kata “​yang mana” Sebagai Kata


Penghubung Kata

Yang mana merupakan pola kata terjemahan dari bahasa inggris


yaitu which, dan pada dasarnya dalam bahasa Indonesia sendiri hanya
mengenal kata yang ( ​tanpa diikuti mana ) ​sebagai kata hubung​.
Sehingga sebaiknya penggunaan kata ​yang mana ​harus dihindari. karena
penggunaan kata tersebut merupakan satu diantara pengaruh negatif dari
bahasa inggris, seperti yang telah dikemukakan oleh Moeliono (1985,
121) bahwa pengaruh negatif ini semakin lama terasa semakin
mengganggu karena dampaknya tidak hanya terbatas pada jenis
konjungsi relatif, tetapi juga merambah elemen sintaktik yang lain yang
jelas-jelas bukan merupakan struktur bahasa asing. Contoh paling umum
seperti seringkali kita mendengarkan pidato, ceramah maupun kegiatan

21
mengemukakan pendapat di depan umum lainnya, pada saat pembukaan
orator menggunakan kata ​yang mana ​sebagai kata penghubung antar
kalimat. Sebagai contoh,“. … tak lupa kita panjatkan puji dan syukur
kita kepada Tuhan YME ​yang mana ​atas rahmat-Nya kita dapat
berkumpul di tempat ini dengan keadaan sehat … . “ Dalam kalimat
tersebut kata ​yang mana menunjukan hubungan sebab akibat, padahal
kata penghubung yang seharusnya digunakan adalah ​karena, dan, yang
atau ​sehingga.​ Kata penghubung tersebut lebih sesuai dengan struktur
bahasa Indonesia.

16. Penggunaan Imbuhan yang Tidak Tepat

22
Pengunaan imbuhan yang tidak tepat seringkali terjadi seperti contoh gambar
diatas. Apabila “di” digunakan untuk memberi bentuk pasif suatu verba maka
penulisannya digabung dengan verba tersebut. Apabila “di” digunakan untuk
menunjuk suatu tempat atau objek maka penulisannya dipisah.
di​/ : 1. kata depan untuk menandai tempat: bapak saya bekerja -- kantor; semalam
ia tidur -- rumah temannya; 2 cak kata depan untuk menandai waktu: -- hari itu ia
tidak datang; 3 Mk akan, kepada: tidak tahu -- jerih orang; 4 Mk dari: jauh –
mata.(KBBI)Jadi, seharusnya kata DI JUAL disambung menjjadi DIJUAL karena
jual tidak menunjukkan waktu maupun tempat.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesalahan berbahasa Indonesia adalah pemakaian bentuk tuturan yang
meliputi kata, kalimat dan paragraf yang menyimpang dari sistem kaidah
bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang telah
ditetapkan sebagaimana dalam PUEBI ( Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia ). Di sekitar kita masih banyak kita jumpai kesalahan dalam
berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh sebab itu, kita sebagai
generasi penerus bangsa harus mulai memperbaiki kesalahan itu. Kita mulai
dari diri kita sendiri sehingga bahasa Indonesia tidak luntur di masa yang akan
datang seiring berjalannya kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, dan seni.

24
DAFTAR PUSTAKA

https://kbbi.web.id/
https://kbbi.kemdikbud.go.id
https://www.google.co.id/maps
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/PU
EBI.pdf

Tim Pengembang Pedoman Bahasa Indonesia. 2016. ​Pedoman Umum Ejaan


Bahasa Indonesia.​ Jakarta : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016

25
26

Anda mungkin juga menyukai