Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suku bangsa banjar merupakankelompok mayoritas di propinsi Kalimantan selatan.


Berdasarkan dialeknya digolongkan menjadi dua,yaitu Banjar Hulu dan Banjar Kuala.Orang
Banjar Hulu mendiami daerah pahuluan Kalimantan Selatan dan orang banjar Kuala mendiami
Kotamadya Banjarmasin,Kabupaten Banjar, dan sekitarnya. Sebagian lagi tersebar di muara dan
tepi sungai barito. Kedua suku bangsa ini memiliki kesamaan dalam Agama, Budaya, dan
Bahasa.
Suku bangsa banjar memeluk agama islam. Pertanian merupakan mata pencarian utama
mereka dengan menerapkan system persawahan pasang surut. Dalam kehidupan social, suku
bangsa banjar mengenal stratifikasi social. Golongan tertinggi disebut tutus ( keturunan raja ) dan
para bansawan.golongan ke 2 disebut kelompok jaba atau rakyat kebanyakan. Di masa lalu
terdapat perbedaan yang mencolok antara kedua golongan ini. Pada acara -acara tertentu seperti
musyawarah ( penghadring ) golongan tutus memakai symbol-simbol berupa pakaian kebesaran
berwarna kuning, gelar-gelar yangdigunakan adalah gusti,antung dan anang. sebaliknya golongan
jaba tidak mengenal symbol dan gelar tertentu dan hidup sebagai masyarakat kebanyakan.
Suku banjar menganal berbagai jenis pakaian tradisional menurut fungsi, jenis, dan
pemakaiannya. Pada pakaian-pakaian tertentu makna simbolis dari ragam hias, motif,
menentukan kapan,dimana dan oleh siapa pakaian tersebut dapat digunakan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana busana adat masyarakat Banjar ?


2. Bagaimana busana upacara adat ?
3. Bagaimana bentuk pakaian pengantin Kalimantan Selatan ?

C. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan Agar mahasiswa dapat mengetahui busana adat
masyarakat daerah Kalimantan selatan khususnya di daerah Banjar.
BAB II

PEMBAHASAN

A. BUSANA ADAT MASYARAKAT BANJAR

Gambar 1
Pasangan berbusana adat banjar. Baju taluk balanga dan salawar panjang di pakai oleh pria,
sementara yang wanita memakai baju kubaya ( kebaya ) dengan paduan tapih bahalai ( kain
panjang ).

Suku bangsa banjar mengenal berbagai jenis pakaian tradisional menurut fungsi, jenis,
dan pemakainya. Pada pakaian-pakaian tertentu makna simbolis dari ragam hias motif
menentukan kapan, dan dimana dan oleh siapa pakaian tersebut dapat digunakan.
Busana tradisional yang biasa di pakai sehari-hari oleh remaja dan orang dewasa kaum lelaki
banjar adalah salawar panjang ( celana panjang ) yang menutup kaki sampai kemata kaki.
Sebagai pasangannya dikenakan baju teluk balanga ( kemeja lengan panjang ) dengan leher baju
bulat dan sedikit mencuat ke atas. Bagian dada berbelah berkancing tiga, tanpa kantong. Pada
saat-saat tertentu kelengkapan pakaian ini ditambah dengan tapih ( kain sarung ) yang
disampirkan di bahu. Sedangkan dalam acara-acara resmi seperti menghdiri upacara adat salawar
deganti dengan tapih. Warna yang digunakan oleh remaja lebih mencolok, dominan warna
kuning.

Laki-laki tua bajar sehari-hari mengenakan baju palimbangan, yaitu kemeja berlengan
panjang dengan leher baju bulat tanpa kerah dilengkapi dengan kancing lima dan berkantong tiga
buah.pasangannya digunakan tapih, yang lazim di sebut tapih kaling,sejenis sarung terbuat dari
katun atau sutra bermotif garis-garis melintang dan membujur. Sebagai penutup kepala digunakan
kopiah ( kupiah ) dari kain beludru, kain satin ( kupiah padang ) atau kupiah jangang. Alas
kakinya ada berbagai jenis, yaitu sandal kalapik, sandal tali silang, dan selop.
Bagi laki-laki dewasa yang ingin bepergian mengenakan kupiah hitam, baju kiyama, salawar
kiyama dan sandal silang, baju kiyama berbentuk baju lengan panjang dengan kerah berlipat
menyerupai jas. Kantongnya ada tiga buah, satu di dada kiri, dua dibagian bawah kiri dan kanan.
Ujung tangan dan kantong diberi pilit ( less ) dengan warna berbeda dari bahan baju.
Pasangannya disebut celana kiyama memiliki bentuk sederhana, lurus tanpa kantong. Untuk
mengikat digunakan tali yang dimasukkan pada lubang ( uluh-uluh ). Warna pakaian ini biasanya
dipilih warna yang muda, dank rem,dari bhan kain poplin babalur (bergaris-garis vertical) atau
tetoron.

Yang kerap di pakai remaja dan orang tua kaum perempuan banjar adalah baju kubaya (
kebaya ) berpasangan dengan tapih batik bakarung ( kain batik ). Menjadi kebiasaan didaerah ini
setiap perempuan menata rambutnya dengan cara disanggul ( galung ). Ada du acara menata
rambut yang disebut galung malangbabuntut dan galung malang. Sanggul ini berbentuk bundar
seperti angka delapan. Buntut pada sanggul menunjukkan pemakainya masih gadis. Untuk wanita
dewasa dikenakan baju kebaya basawiwi ( basujab ), kebaya biasa yanf diberi variasi kain yang
memanjang dibagian depan yang disebut sawiwi atau sujab atau sasirangan.
B. BUSANA UPACARA ADAT

Dalam menghadiri upacara resmi para lelaki remaja sampai dewasa mengenakan
baju jas tertutup. Lehernya bundar dengan kerah kecil agak tegak. Lengan baju sampai
pergelangan tangan, ujungnya diberi hiasan tiga biji kancing, dilengkapi kantong tiga
buahdi depan dada dan kiri kanan bawah dengan model masuk ( bukan kantong tempel ).
Baju ini berkancing lima biji. Bahan baju dari kain lenan, ekstrimin, dan jenis lain yang
agak tebal. Tetapi sekarang banyak dipakai kain wool, belini dan friend ship.

Baju ini dipadukan dengan celana panjang ( selawar panjang ). Bentuknya sama
dengan pantalon biasa, hanya tanpa saku. Menjadi aturan kalau mengenakan jas tertutup
harus bersabuk di pinggang. Bagian tupal sabuk yang bermotif pucuk rebung harus
diletakkan di belakang. Motif ini melambangkan sikap waspada, tajam pemandangan dan
kekuasaan yang tinggi. Ada dua pilihan sabuk, yaitu sabuk air Gucci ( payet ) dan sabuk
kain tenun pegatan dengan berbagai plihan warna, biasanya dipilih warna yang kontras
dengan warna baju.

Sebagai tutup kepala digunakan laung tajak siak. Berbentuk segi tiga.
Mengikatnya harus mengikuti pola yang berlaku, yaitu lam jalalah, yang mengacu pada
lam alif dalam al -Quran. Fungsinya untuk menolak bahaya atau maksud-maksud jahat
lainnya. Tutup kepala ini terbuat dari bahan beludru, kain pagatan, dan jenis lain ang
agak keras. Warna laung tajak siak harus sama dengan warna sabuk yamg dikenakan.
Terakhir dikenakan selop pada kedua kakinya dari bahan beludru dan kulit.

Bagi perempuan dalam acara resmi dikenakan baju kurung basisit lengkap
dengan tapihnya. Disebut baju kurung basisit karena pada bagian leher dan tanagan
dilengkapi tali pengikat ( tali penyisit ). Swbagai hiasan digunakan sulaman benang emas
dan air guci dengan motif pucuk rebung. Bahan baju dapat dibuat dengan kain sutra atau
sasirangan. Baju ini dikombinasi debgan tapih lasem, pagatan, dan air guci. Kepalanya
ditutup dengan kakamban/serudung ( kerudung ) berbentuk segi empat, dari kain sutra
amban ( sutra tipis ) atau kain sasirangan yang dihiasi motif gigi haruan pada kedua
sisinya.

Aksesori penghias rambut terdiri dari kembang goyang ( kembang goyang )


dibedakanantara yang berapun ( berumpun ) dan tunggal berbentuk melati sebagai
lambang kesucian. Hiasan ini di tancapkan pada sanggul. Pada telingga di pasang anting-
anting beruntai. Sementara kalung samban rangkap tiga dan kalung marjan menghiasi
bagian leher. Galang ( gelang ) keruncung melingkar di lengan. Sdangkan jari manisnya
berhias cicin litring. Kaki mengenakan selop dari beludru.
A. PAKAIAN PENGANTIN

Baamar galung pancaran matahari merupakan pakaian pengantin yang paling digemari
oleh semua golongan masyarakat banjar. Masyarakat hindu dan jawa banyak mempengaruhi
pemakaian busana ini. Pemakaiannya mulai dikembangkan dalam masyarakat Banjar sejak abad
XIX.
Mempelai laki-laki mengenakan kemeja putih lengan pendek. Pada bagian dada dihias
renda menutupi semua kancing. Kemudian dikenakan jas terbuka tanpa kancing. Pantalon terbuat
dari bahan dan warna yang sama dengan jas. Sabuk berhias air guci dengan motif lelipan dipakai
sebagi symbol kekuasaan dan kemuliaan. Kepalanya dibalut dengan destar model siak melayu,
dengan segitiga lebih tinggi. Bagian depan dihias dengan berbagai hiasan diikat di bagian
belakang dengan buhul lam jalalah. Sebagai pengikat digunakan tali wenang berupa kain
berwarna.
Perhiasannya berupa samban, kalung bermotif bunga-bungaan. Kalung panjang bogam
dan liris-liris bunga. Kemudian keris yang dihiasi bogam bermotif bunga merah diselipkan di
pinggang.

Mempelai wanita mengenakan baju poko berlengan pendek ditutupi dengan kida-kida,
yaitu mantel sempit yang berfungsi untuk menutup dada. Dikenakan sarung dan penutup
pinggang ( tali gapu ) berhiaskan air guci.

Rambutnya disanggul model amar galung bertahtakan mahkota dihiasi dengan kembang
goyang. Ornament lain untuk rambut antara lain baquet dengan pita rambut , bungga melati yang
diatur berbaris, untaian bunga depan dan belakang.

Kelengkapan lainnya meliputi kerabu mengayun, kalung, untaian metalik, dan untaian
bunga warna keemasan. Cincin dari bungga mayang, sabuk pinggang warna emas, bungga jepun
berbentuk jepitan, serta bangle dipakai dilengan atas dan pergelangan kaki terbuat dari karet
berbentuk lekuk akar atau irisan buncis. Kakinya beralasan selop beludru bersulam benang emas.
Sepasang pengantin ini dipersandingkan di ba-tatai, yang dipenuhi oleh rangkaian bunga (
palimbaian ), terdiri dari daun sirih, bunga mawar merah dan bunga melati.

4 Baju Adat Kalimantan Selatan, Penjelasan dan Gambarnya | TradisiKita - Provinsi


Kalimantan Selatan memiliki penduduk asli suku Banjar. Adapun Suku Banjar sendiri terdiri dari
3 subetnis yaitu Pahuluan, Kuala dan Batang Banyu. Ketiga subetnis dari suku Banjar ini disebut
dengan Orang Banua.

Orang Banua Kalimantan Selatan memiliki beragam ada istiadat yang mencerminkan nilai-nilai
budaya yang diturunkan dari nenek moyang mereka. Salah satu adat budaya yang masih
dipertahankan oleh masyarakat Banjar adalah Baju Adat Kalimantan Selatan.

Pada dasarnya, masyarakat Banjar baik yang tinggal di kota maupun di pedesaan masih peduli
dengan warisan budaya berupa pakaian adat. Hal ini diimplementasikan dalam pakaian adat yang
dikenakan oleh pengantin. Baju pengantin atau Pakaian adat yang dikenal masyarakat Banjar
terdiri dari 4 macam yaitu 3 baju adat asli dan 1 baju adat yang merupakan modifikasi di era
modern ini.

Keempat baju adat yang berasal dari Kalimantan Selatan tersebut diatas dikenal dengan nama ;
Bagajah Gamuling Baular Lulut, Ba'amar Galung Pancaran Matahari, Babajukun Galung
Pacinan dan Babaju Kubaya Panjang.

Berikut ini penjelasan 4 Baju Adat Kalimantan Selatan beserta gambarnya :

4 Baju Adat Kalimantan Selatan :

1. Baju Adat Kalimantan Selatan Bagajah Gamuling Baular Lulut

Busana adat pengantin atau baju adat Kalimantan Selatan jenis bagajah gamuling baular lulut
merupakan busana pengantin klasik yang berkembang sejak zaman kerajaan Hindu di
Kalimantan Selatan.

Kelengkapan busana pengantin pria bagajah gamuling baular lulut terdiri atas baju poko
berbentuk kemeja lengan pendek tanpa kerah, celana panjang yang dihiasi motif pucuk rebung
dari manik-manik, tapih bermotif binatang halilipan, mahkota bundar berbentuk ular lidi yang
melingkar dikepala, kalung samban, kilat bahu garuda mungkur paksi, pending emas dengan
kepala motif gula kelapa serta keris pusaka khas banjar berbentuk sempana.

Sedangkan kelengkapan busana pengantin wanita yang merupakan baju adat bagajah gamuling
baular lulut terdiri atas kemben penutup dada, selendang, kayu apu pengikat pinggang, dan
sarung panjang bermotif halilipan sebagai tapih. Tatanan rambutnya dibuat berbentuk sanggul
dengan dihiasi mahkota dan kembang goyang serta kuncup bunga melati. Sebagai pelengkap
dikenakan pula bonel (anting beruntai panjang) kalung kebun raja, kalung samban pedaka, ikat
pinggang, gelan tangan, cincin permata, gelang kaki, dan selop sebagai alas kaki.

2. Baju Adat Kalimantan Selatan Ba'amar Galung Pancaran Matahari

Busana adat pengantin baamar galung pancaranan matahari di Kalimantan Barat telah
berkembang sejak munculnya pengaruh agama Islam dan kerajaan Islam di Kalimantan Selatan.

Adapun Kelengkapan busana pengantin pria pada baju adat ba'amar galung pancaran matahari
terdiri atas laung atau destar, kemeja putih lengan panjang berenda, jas buka tanpa kancing,
celana panjang, sarung sabuk serta tapih pendek bermotif khas halilipan, tali wenang atau kain
ikat pinggang berwarna kuning yang ditempatkan diatas sabuk, keris pusaka banjar berbentuk
sempana, gelang kaki berbentuk akar tatau, dan selop berhias sulaman benang emas dan manik-
manik sebagai alas kaki.

Kemudian untuk kelengkapan busana pengantin wanita dalam busana adat ba'amar galung
pancaran matahari terdiri atas baju poko lengan pendek tanpa kerah, penutup dada, kayu apu
sebagai penutup poko dan sarung, tapih atau sarung panjang bermotif khas halilipan, sanggul
berbentuk bulan sabit yang dihiasi mahkota amar galung pancaran matahari, kembang goyang
berumpun, serta sisir emas.

Busana wanita dilengkapi derhiasan tambahan yang dikenakan diantaranya anting panjang,
kalung cikak, kalung bentuk biji kurma, kalung kebun raja, ikat pinggang emas, kilat bahu,
gelang tangan, cincin berbentuk pagar mayang, gelang kaki, serta selop bersulam benang emas
sebagai penutup kaki.
3. Baju Adat Kalimantan Selatan Babaju Kun Galung Pacinan

Busana pengantin Kalimantan Selatan babaju kun galung pacinan tercipta dari akulturasi
kebudayaan Banjar dengan kebudayaan Tiongkok. Sehingga tidak heran jika busana pacinan
memiliki bentuk yang mirip dengan busana pengantin Betawi dan Semarang.

Kelengkapan busana pengantin pria terdiri atas baju gamis dan jubah, kopyah alpe berlilitkan
surban dan dihias dengan untaian kuncup bunga melati, selempang serta alas kaki berupa selop
yang dihiasi dengan sulaman benang emas. Ditambahkan pula penggunaan kalung rantai dari
emas dan permata, serta cincin bermata satu dari zamrud.

Sementara kelengkapan busana pengantin wanita babaju kun galung pacinan yaitu berupa kebaya
lengan panjang berbentuk cheong sam yang dihiasi motif bunga teratai yang disulam dari benang
emas. Pemakaian kebaya ini dipadukan dengan rok besar bertabur manik-manik yang dihiasi
dengan sulaman motif cina. Bagian kepala ditambahkan penggunaan mahkota setengah lingkaran
bertahtakan permata, kembang goyang, tusuk konde berbentuk huruf lam dengan permata batu
mulia, serta tusuk konde berbentuk burung hong.
4. Baju Adat Kalimantan Selatan Babaju Kubaya Panjang

Jenis baju adat Kalimantan selatan yang disebut babaju kubaya panjang merupakan modifikasi
dari baju adat Kalimantan Barat yang 3 diatas. Disebut dengan babaju kubaya panjang
karena busana pengantin ini menggunakan kebaya panjang.

Masyarakat Kalimantan Selatan juga biasa menamakan jenis modifikasi dari busana pengantin
adat ini dengan nama baamar galung modifikasi

Demikian Sobat Tradisi, 4 baju adat Kalimantan Selatan yang dapat kami sampaikan. Semoga
bermanfaat.

Referensi :
Gambar : http://banjarmasin-culture.blogspot.co.id/2016/01/pakaian-adat-kalimantan-
selatan_24.html
Artikel :

https://gpswisataindonesia.wordpress.com/2014/07/08/pakaian-adat-kalimantan-selatan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Busana_Pengantin_Banja
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de Ronggo van Banjarmasin Raden
Tominggong (Tomenggung) Suria Kasuma TMnr 10021099.jpg
Busana petinggi suku Banjar menganakan busana lengkap dan Salawar Dandang (celana
panjang dengan garis di tepinya)
Busana Suku Banjar Awal Abad XX.jpg
Pakaian orang Banjar tempo dulu
Busana Nanang (pemuda) dan Galuh (pemudi) suku Banjar
Busana Pengantin Banjar: Gajah Gamuling Baular Lulut dan Baamar Galung Pancar Matahari

Perhiasan Kaum Wanita Banjar

Giwang, bonel ros barumbai, bonel air tetes, bonel air tetes barumbai, bonel Miss Ribut, galang
Paris, galang baintan, galang rantai, galang rantai sulampit, galang rantai baintan, galang
Kaluang, galang arloji adalah beberapa perhiasan yang biasa dipakai oleh wanita-wanita Banjar
zaman dulu.
Selain perhiasan di atas wanita-wanita di Banjar juga mengenakan utas belah rotan, utas mata
satu asur wawaluhan, utas asur gembong, utas mata satu bagimus (polos), utas mata satu susuk, utas
ros parimata intan, utas ikat Pacinan, utas rantai, utas baserong.

Masih banyak jenis perhiasan kaum wanita Banjar tempo dulu yaitu Kakalung rantai sulampit,
kakalung Karkan, kakalung madalion berumbai, madalion ros, madalion mata tiga, madalion mata satu,
madalion Miss Ribut (mata tiga), cucuk baju seribu manis, cucuk baju krun, cucuk baju paniti, cucuk baju
daun basontek, cucuk baju daun baintan, cucuk konde kulipak katu, cucuk konde jaruju, cucuk konde
daun talu, daun lima, cucuk konde daun seribu manis, cucuk konde ros, cucuk konde daun baintan,
galang batis, galang buntut cacing, galang melati dan galang wancuh. Mel

Sumber:Suluh Sedajarah Kalimantan, Amir Hasan- Kiai Bondan


Baju Kun Galung Pacinan

Baju Kun Galung Pacinan.

Baju Kun Galung Pacinan adalah salah satu busana mempelai pada upacara bersanding
pengantin Banjar. Busana ini mulai diperkenalkan pada abad ke-18, setelah masuknya agama
Islam dan datangnya pedagang Cina. Karena itu jelas adanya bentuk pembauran dari pengaruh
agama Islam/Arab dengan budaya Cina.

Busana mempelai pria terdiri dari beberapa bagian yaitu baju gamis dan jubah (pengaruh Arab),
kopiah tinggi (20 cm) dililit semacam surban yang disebut Kopiah Alpe, alas kaki mengenakan
selop tutup bersulam emas atau semacam sandal dengan bentuk khas lancip (sandal Arab).

Sedang busana mempelai wanita baju terdiri dari dua bagian yaitu rok bagian bawah yang
dinamakan Kun dan baju atas semacam kebaya tutup. Baju atas berlengan panjang dengan
potongan leher seperti pakaian wanita Cina. Pada umumnya dengan panjang baju sebatas
pinggul. Juga disulam benang emas, benang dan manik aneka warna, serta air guci. Ciri khas dari
Baju Kun Galung Pacinan adalah sulaman aplikasi pada leher dengan bentuk Bunga Teratai.

Untuk sanggul, rambut dibuat semacam sanggul yang agak tinggi, dinamakan Galung Pacinan.
Caranya dililit dari kiri ke kanan dengan bentuk bundar. Makna dari kiri ke kanan adalah bahwa
manusia selalu ingin menuju kebaikan, sedangkan perkawinan adalah awal dari penghidupan
baru yang penuh dengan tanggung jawab.

Letak sanggul tinggi untuk memperlihatkan tengkuk yang bersih, karena mempelai yang
tengkuknya bersih adalah wanita yang rajin, apik dan bersih hatinya. Sanggul ini diselesaikan
dengan perhiasan emas dan bunga.

Detil Rias Rambut. Tusuk Burung Hong.

Perhiasan emas terdiri dari: Tusuk galung yang berbentuk laam (Arab) dengan permata berlian
atau batu mulia lainnya, bagian kaki huruf yang pendek diberi hiasan bentuk bunga dengan
untaian permata ditusukkan di tengah sanggul. Tusuk bunga 5 buah. Sisir emas terdiri 5 kuntum
bunga sebanyak dua buah, jadi 10 kuntum. Kembang goyang 10 tangkai. Tusuk burung berantai
permata berlian dengan untaian manic panjang dan pendek sebanyak dua pasang (4 buah).

Tusuk Burung Hong, yakni tusuk burung permata dengan untaian panjang dan pendek (yang
sangat kental menampakkan simbol budaya Cina) sudah agak jarang terlihat. Tetapi masih ada
yang tetap memakainya untuk mempertahankan serta melestarikan keasliannya, mengingat
makna dari burung yang melayang (Paksi Melayang pada hiasan Gajah Gamuling) adalah
kegigihan tetapi selalu ceria dalam mencari nafkah untuk hidup.

Burung Hong adalah burung dalam mitologi Cina yang kerap muncul dalam dekorasi pernikahan
kaum ningrat Cina zaman dulu bersama-sama dengan penggunaan simbol Naga (sebuah hewan
legendaris yang juga akrab di kalangan bangsawan Banjar). Pasangan Naga dan Burung Hong
melambangkan hubungan mesra suami istri, dan simbol keseimbangan Yin dan Yang. Lis

Sumber: Persembahan I Perkawinan Adat Banjar. Lembaga Budaya Banjar Kalimantan Selatan.

http://www.kabarbanjarmasin.com/posting/baju-kun-galung-pacinan.html

http://kabarbanjarmasin.com/posting/perhiasan-kaum-wanita-banjar.html

Macam-macam Busana Wanita Banjar

Baju Poko Lengan Pendek dan Baju Layang Pendek.

Sebagaimana daerah-daerah lain di Nusantara, Banjar juga memiliki kekayaan dan keragaman
busana daerah yang khas.

Busana daerah Banjar untuk wanita, misalnya terdiri dari beberapa macam model dan bentuk
dari pakaian anak-anak, remaja hingga ibu-ibu.

Baju poko lengan pendek dan baju layang panjang merupakan busana untuk anak-anak.
Sedangkan baju layang panjang dan baju kurung Galuh Banjar dipergunakan oleh remaja.
Busana Layang Panjang dan Busana Galuh Banjar (Baju Kurung).

Ibu-ibu memiliki banyak pilihan mulai dari baju poko lengan panjang, baju kurung, kebaya
pendek, kebaya panjang, baju getang hingga kebaya rangkap (kebaya lapis dua) dengan padanan
tapih air guci, tapih basulam.
Baju Poko Lengan Panjang dan Kebaya Rangkap.

Sungguh kaya dan cantik keragaman busana daerah yang dimiliki oleh bangsa kita bukan? Lis

Sumber: Busana Daerah Banjar, Hajjah Joerliani Djohansyah. Kawang Yoedha (Penyunting).
Foto-foto: Iksan Effendi

http://www.kabarbanjarmasin.com/posting/macam-macam-busana-wanita-banjar.html

Anda mungkin juga menyukai