Anda di halaman 1dari 77

Komunitas Musik Underground Bekasi (1994-2012)

Skripsi
Diajukan untuk memenuhi mencapai gelar sarjana humaniora
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran

NAFANA HILLARY

180310130049

JURUSAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2017
ABSTRAK

Globalisasi telah dirasakan masyarakat sekitar. Dengan masuknya globalisasi,


kebudayaan populer pun berkembang. Kebudayaan populer merupakan kebudayaan
yang menjadikan orang atau kelompok masyarakat cenderung menyukai inovasi baru,
seperti mode, hiburan, fasilitas, jasa, serta jenis-jenis aktivitas yang bersifat komersial
dan trend, inovasi baru yang diciptakan masyarakat menyebabkan lahirnya sebuah
subkultur yang mengadopsi budaya Eropa, yaitu underground. Underground menjadi
sebuah fenomena di massa sekarang ini. Ketidaksesuaian underground dengan
kepribadian Timur bangsa Indonesia melatarbelakangi lahirnya komunitas-komunitas
underground yang tersebar di wilayah dan di beberapa daerah. Cara berpakian, lirik
lagu, serta gaya hidup yang menyimpang dari aturan-aturan yang ada. Komunitas
underground menjadi penentang musik, bentuk penolakan mereka direfleksikan ke
dalam beberapa tindakan khas, salah satunya yang paling terkenal adalah dengan cara
bepenampilan serba hitam.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian metode sejarah yang
menghasilkan sebuah laporan deskriptif. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa
tahap, yaitu observasi, wawancara, menelaah dokumen, menganalisi secara teoritis,
serta dari buku dan majalah-majalah.Penelitian ini memfokuskan masalah mengenai
“Komunitas Underground di Bekasi terhadap makna munculnya komunitas
underground di Bekasi, cara berpakaian serta berpenampilan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Ini menghasilkan kesimpulan bahwa komunitas underground di
Bekasi terhadap penyesuaian lingkungannya mengubah cara gaya hidup mereka
namun masih tetap mempertahankan beberapa unsur ciri khas mereka, seperti atribut
yang dikenakan serta makna di dalamnya, musik serta beberapa ideologi yang dianut.

Kata Kunci: Komunitas Underground, Bekasi, Musik metal,

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................... 11
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 12
1.4 Metode Penelitian ..................................................................................................... 13
1.5 Tinjauan Pustaka....................................................................................................... 15
1.6 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................................................... 16
1.7 Organisasi Penulisan ................................................................................................. 18
BAB II SEJARAH SINGKAT AWAL KOMUNITAS MUSIK UNDERGROUND DI
WILAYAH BEKASI ................................................................................................................ 20
2.1 Awal tahun 1990-an: Periode Underground Bekasi ................................................. 24
2.1.1 Dinamika Generasi Pertama Underground Bekasi ........................................... 26
2.1.2 Dinamika dalam Periode Kedua Underground Bekasi ..................................... 28
2.2 Genre (Aliran) Musik Underground di Wilayah Bekasi ........................................... 29
2.2.1 Death Metal ...................................................................................................... 30
2.2.2 Hardcore ........................................................................................................... 30
2.2.3 Heavy Metal ..................................................................................................... 31
2.2.4 Thrash Metal ..................................................................................................... 31
2.2.5 Grindcore .......................................................................................................... 32
2.3 Lirik Lagu dan Kritik Perlawanan ............................................................................ 32
2.4 Proses Peralihan Komunitas Underground Bekasi (2001-2006) .............................. 34
2.4.1 Perkembangan Komunitas Underground Bekasi Setelah Proses Peralihan
(2006-2010) ............................................................................................................... 35
2.5 Atribut Komunitas Underground Bekasi .................................................................. 38

ii
BAB III PERKEMBANGAN KOMUNITAS UNDERGROUND BEKASI DALAM
MENCIPTAKAN BAND-BAND UNDERGROUND ............................................................. 44
3.1 Perkembangan Komunitas Underground di Bekasi .................................................. 44
3.1.1 Lahirnya Kelompok Musik Underground dari Komunitas-komunitas
Underground di Bekasi .............................................................................................. 45
3.1.2 Proses Pengerjaan Lagu dan Strategi Pemasaran Album ................................. 47
3.2 Tanggpan Masyarakat Terhadap Komunitas Underground di Bekasi ...................... 52
BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
KOMUNITAS UNDERGROUND BEKASI ........................................................................... 54
4.1 Remaja Sebagai Pelaku Utama ................................................................................. 54
4.2 Studio Musik Sebagai Tempat Berkumpul ............................................................... 57
4.3 Pertunjukan Musik Sebagai Tempat Meluapkan Ekspresi ....................................... 59
4.4 Simbol Underground Sebagai Bentuk Sebuah Pesan ............................................... 60
4.5 Ideologi ..................................................................................................................... 62
4.6 Musik Underground dan Sosialisai Generasi muda .................................................. 64
BAB V KESIMPULAN ............................................................................................................ 69
DAFTAR SUMBER ................................................................................................................. 71

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Musik underground merupakan suatu musik yang sering dianggap bernuansa

keras, karena tema-tema musiknya yang kerap mengusung tentang kematian,

siksaan, kehidupan setelah kematian, kritik, protes, dan kecaman. Underground

dikenal sebagai aliran musik yang ekstrem. Predikat itu terkenal ketika sejumlah

konser musik underground seringkali kerap melahirkan kericuhan.

Keberadaan musik underground memang menjadi salah satu fenomena yang

melanda anak remaja pada era saat ini. Banyak faktor yang menyebabkan remaja

tergabung dalam komunitas underground baik faktor internal maupun eksternal.

Ini disebabkan karena remaja memiliki pandangan, kebiasaan, latar belakang,

keluarga dan lingkungan sosial. Pertumbuhannya yang semakin pesat tentunya

mengundang pro dan kontra dari berbagai kalangan. Penampilan anggota

komunitas underground yang terkesan nakal seringkali menempatkan penilaian

negatif pada dirinya. Hal ini dapat menyebabkan sulitnya anggota komunitas

underground untuk dapat membaur dengan masyarakat pada umumnya.

Hal ini bisa memberi arti bahwa komunitas adalah sekumpulan individu yang

membentuk kelompok karena adanya persamaan dan persepsi pandangan,

Kertajaya Hermawan (2008:56). Dapat disimpulkan bahwa komunitas

underground dapat berkembang dan melahirkan komunitas-komunitas

underground yang baru serta menciptakan juga band-band underground yang

terdapat di dalam sebuah komunitas underground tersebut.

1
2

Underground dalam bahasa Indonesia berarti bawah tanah merupakan istilah

gerakan kelompok masyarakat yang menentang kebijakan pemerintah dan sistem

yang masih konservatif di Eropa dan Amerika kurun waktu 1950- 1960-an.

Pergerakan underground yang didominasi generasi muda menciptakan nilai

budaya baru yang dianggap tabu, tahun 1950-an para seniman Perancis dan

Inggris mengekspresikan karyanya distasiun kereta api bawah tanah karena tidak

diperbolehkan pemerintah untuk mengakses gedung dan fasilitas kesenian umum,

karya yang dinilai memiliki muatan pemberontakan dan menghujat nilai nilai

konservatif gereja pada saat itu.

Daratan Eropa yang telah mengalami puncak kejayaan dari sebuah revolusi

kebudayaan dibidang kesenian menolak hal hal baru dikarena dianggap merusak

tatanan masyarakat yang sudah terbentuk, sementara sebagian kelompok generasi

muda mengalami kebosanan, pergerakan yang dipelopori oleh para pegiat puisi,

teater, senirupa, sastrawan, pemusik hingga filsuf memamerkan dan mementaskan

karya karyanya dilorong stasiun kereta api bawah tanah pada lingkup yang

terbatas atau didalam komunitas itu saja, karya yang diciptakan saat itu menjadi

dasar perkembangan karya seni yang sekarang, dari situlah muncul istilah

underground untuk pertama kali (Susilo, 2009:39-45), karena manusia pada

dasarnya akan mengkomunikasi suatu hal yang baru di dalam kelompoknya lewat

interaksi sosial sehingga akan timbul suatu norma dan kebiasaan yang

dilaksanakan oleh suatu kelompok remaja tersebut dan dijadikan suatu identitas

milik kelompok itu (Koentjaraningrat, 2009:111).


3

Musik underground dapat dikategorikan sebagai bentuk subkultur remaja

yang juga merupakan salah satu gerakan dari kultur Underground. Subkultur

merupakan bentuk ketidakpuasan atas norma yang berlaku di dalam masyarakat,

sehingga secara simbolis subkultur diekspresikan dalam bentuk penciptaan gaya

dan subkultur lebih jauh menjadi bagian dari penganutnya dalam membentuk

suatu identitas yang memberikan otonomi dalam suatu tatanan sosial (Hebdige,

1999: 11).

Underground muncul di tahun 1970-an dengan sekumpulan penggemar yang

menciptakan musik dan kultur yang berbeda, secara musikal mengeksplorasi

kebisingan dan kecepatan, brutal yang bertujuan untuk menghadirkan nuansa

kengerian dan banyak bercerita tentang tubuh, penyiksaan dan penderitaan

(Weinstein 2000, Philips and Cogan, 2009). Pergerakan Underground Metal

sering dipandang sebagai gerakan budaya pemuda anti kemapanan dan

berlawanan dengan tatanan normal kususnya pada industri musik popular yang

mainstream ( pada umumnya /arus utama), Underground Metal sebagai subkultur

budaya melangkah menjadi komunitas penggemar Metal yang secara kolektif dan

tidak disadari menciptakan gaya hidup lain meliputi fashion, record label, style

music, artwork ,dan sistem distribusi yang berbeda

Konser Sepultura (1992) dan Metallica bulan April (1993), menjadi

penyebaran Underground di Indonesia, pasca kerusuhan konser Metallica 1993

(Dunn, Global Metal (2007), terjadi pelarangan penyelenggaraan konser Rock (

terutama underground ) di tempat umum, berakibat acara-acara sekolah yang di

kenal dengan Pensi ( Pentas Seni ) sebagai ajang para Metalhead untuk
4

menyebarkan virus underground. Gerakan Reformasi 1998 yang meruntuhkan

Rezim Orde Baru membuka peran baru underground untuk merambah luas,

seiring dengan perubahan penting perkembangan kancah Metal dunia, serta

semangat Underground mereka, melalui penolakan untuk menjadi mainstream

yang dimaknai melalui asosiasi stasiun televisi MTV ( Music Television ) dan

perusahaan rekaman besar. Masuknya video klip Sepultura ke dalam MTV

dianggap dekadensi oleh sebagian penggemar Underground di tahun 1990-an.

Fenomena pergerakan underground untuk menolak memilih ke jalur

mainstream tersebut menciptakan kerja kreatif yang lebih luas dan bebas dalam

menciptakan karya musik underground sesuai keinginan tanpa harus dicampuri

oleh urusan record label besar. Lakukan sendiri adalah salah satu faktor yang

paling penting memicu subkultur, kemandirian yang telah disimpan subkultur

Metal yang hidup sejak akhir 1970-an. Subkultur Metal telah memungkinkan para

individunya mencari gaya hidup alternatif untuk berkembang. Melakukan sendiri

label rekaman dan sistem lain yang menekankan independensi serta menciptakan

jaringan sosial yang memungkinkan untuk mendistribusikan ideologinya serta

social jaringan yang memungkinkan band-band metal untuk melakukan perjalanan

dari kota ke kota dan memicu subkultur keseluruhan (Moran, Ian P. 2010).

Komunitas underground juga berkembang di Indonesia, di antaranya tumbuh

di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, bahkan

sampai ke Bali. Di Bandung komunitas underground terbentuk pada awal 1994.

Tempat berkumpulnya komunitas underground di Bandung yaitu di studio musik

Reverse yang menjadi cikal bakal scene rock underground. Studio Reverse yang
5

menjadi pusat berkumpulnya komunitas underground yang ada di daerah

Bandung. Di Jakarta komunitas underground berkembang pada tahun 1996, di

tandai pergelaran acara di poster café. Poster café merupakan tempat

berkumpulnya komunitas underground yang ada di Jakarta pada massa itu.

Sementara di Yogyakarta dan Surabaya, komunitas underground terbentuk

tahun 1997. Komunitas underground yang terkenal di Yogyakarta yang terbentuk

pertama kali adalah Jogja Corpsegrinder. Komunitas ini sempat menerbitkan

fanzine metal Human Waste yang membuat komunitas ini terkenal sampai ke

Indonesia. Di Surabaya terbentuk komunitas underground yaitu Surabaya

Underground Society. Komunitas ini terbentuk saat diselenggarkannya event

AMUK I di kampus Universitas 45. Saat itu juga di Surabaya banyak

bermunculan band-band dengan aliran musik death metal. Di Bali komunitas

underground terbentuk tahun 1998. Penggerak pertamanya adalah komunitas 1921

Bali Copsegrinder di Denpasar. Nama komunitas 1921 diambil dari durasi siaran

program musik underground mingguan di Radio Cassanova, Bali (Jube, 2008:12-

29).

Di Bekasi sendiri komunitas underground terbentuk tahun 1997. Komunitas

underground di Bekasi terbentuk karena banyak penggemar dari kalangan remaja

yang menyukai musik-musik underground. Kalangan komunitas underground

seperti Bekasi Musik Indie, Bekasi Death Grind, Bekasi Metal Horde, Sucker

Stuff, merupakan komunitas-komunitas underground yang sudah berdiri tahun

1998.
6

Munculnya komunitas underground ternyata mampu menarik perhatian para

metalhead1 di Indonesia, khususnya di Bekasi. Tentunya dalam hal ini media

massa lah yang sangat berperan penting terhadap perkembangan komunitas

underground ini hingga bisa diterima oleh masayarakat di Bekasi khususnya.

Perkembangan komunitas underground di Bekasi dimulai dari munculnya

acara-acara underground yang sudah mulai masuk ke daerah Bekasi. Acara-acara

underground tersebut mereka melakukan sebuah pertemuan di dalam suatu forum

dan terciptalah komunitas underground yang sampai sekarang ini keberadaanya

berkembang di daerah Bekasi dan mampu memacu remaja khususnya kearah hal-

hal yang berkaitan dengan penikmat musik underground.

Komunitas underground Bekasi diketahui bahwa sebagian besar remaja kota

Bekasi mengenal musik underground pada usia 14 tahun yang diperkenalkan oleh

teman. Remaja mengartikan musik underground adalah musik yang keras, penuh

ekspresi namun punya maksud dan makna tersendiri. Adanya kesamaan hobi

dalam bermusik sehingga mereka tergabung dalam suatu komunitas underground.

Menurut remaja manfaat bergabung dalam komunitas underground yaitu

menambah banyak teman dan wawasan mengenai musik underground, adapun

hal-hal negatif dalam komunitas underground yaitu minum alkohol, mengonsumsi

narkoba bahkan sampai ke free sex. Aktivitas yang dilakukan komunitas

underground yaitu membuat parade musik, nongkrong, minum-minuman

1
Metalhead merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut para penggemar musik
underground.Seringkali disinonimkan dengan kata headbanger. Istilah metalhead sekarang
memang digunakan secara umum .Namun, arti sebenarnya adalah sebuah budaya yang lahir
setelah musik underground sudah dikenal masyarakat luas.Kaum metalhead digambarkan sebagai
sekumpulan orang yang menjalani hidupnya dengan atribut-atribut underground. (Ady Mat
Soleh,2014:60-61).
7

beralkohol dan latihan band. Aktivitas yang dilakukan itu memudahkan komunitas

underground menambah teman dan keinginan bermusik juga dapat tersalurkan.

Aktivitas komunitas underground Bekasi berpengaruh terhadap bagaimana

remaja membina hubungannya dengan lingkungan sosial, selain itu remaja yang

tergabung dalam komunitas underground seringkali merasa rendah diri dan

kesulitan untuk dapat mengaktualisasikan diri dan potensinya dengan berbagai

pandangan negatif dari masyarakat. Selain itu, komunitas underground tidak

setuju akan asumsi negatif masyarakat tentang keberadaan komunitas

underground karena tidak semua remaja komunitas underground melakukan hal-

hal negatif yang disebut dengan Straight-x. Straight-x merupakan gaya hidup dari

anggota komunitas underground mengonsumsi minuman keras, dan narkoba.

Perilaku negatif yang ditunjukkan komunitas underground tersebut dapat

menimbulkan penolakan dari masyarakat, sehingga dapat menyebabkan anggota

komunitas underground mengalami alienasi diri. Anggota komunitas underground

yang mengalami alienasi diri tersebut pada dasarnya dapat menyikapi secara

positif dan tidak mempermasalahkan berbagai penilaian negatif yang muncul dari

masyarakat terhadap keberadaannya.

Para remaja anggota komunitas underground di Bekasi menunjukkan bahwa

ketidakpuasan dalam hubungan sosial dialami oleh anggota komunitas

underground, sehingga menyebabkan adanya perasaan kesepian, perasaan tertekan

akibat kurangnya hubungan sosial. Anggota komunitas underground merasakan

adanya perasaan kurang dikenal ketika berada di lingkungan sosial. Kondisi

tersebut menjadikan anggota komunitas underground menarik diri dari lingkungan


8

sosial. Anggota komunitas underground lebih senang dengan kehidupan pribadi

dan kehidupan bersama komunitasnya. Anggota komunitas underground merasa

tidak berarti bagi orang lain, sehingga menjadikannya menutup diri dari

masyarakat pada umumnya.

Perasaan kurang berarti yang dialami anggota komunitas underground

menjadikannya pesimis mencapai kesuksesan di masa depan. Hal tersebut

disebabkan masyarakat dan norma sosial yang berlaku sangat bertentangan

dengan perilaku yang ditunjukan. Alienasi diri yang dialami anggota komunitas

underground menjadikan anggota komunitas underground berusaha mengisi

waktu sehari-hari dengan aktivitas bermain musik. Namun, anggota komunitas

underground pada dasarnya telah menyikapi secara negatif prasangka sosial, dan

tidak merasa terganggu dengan berbagai penilaian dari masyarakat.

Fenomena musik underground merupakan bagian dari kultur/budaya

tandingan dari komunitas/musisi metal underground. Untuk membedakan dirinya

dengan musik-musik yang popular di kalangan masyarakat pada umumnya. Musik

yang terkesan menyindir tersebut seakan merupakan identitas bagi mereka

komunitas underground untuk memperkuat eksistensinya di kalangan masyarakat.

Para komunitas underground di Bekasi mempunyai cara tersendiri dalam

berkarya dan menuangkan ide-ide kreatif mereka dalam membentuk sebuah grup

musik dari komunitas tersebut, di antaranya adalah Indie Label2. Para komunitas

underground untuk tetap bisa berkarya dan berekspresi seringkali menemui

2
indie label merupakan sistem rekaman dan distribusi hasil karya yang dilakukan secara mandiri
(Jube, 2008:5-6)
9

kendala yang disebabkan oleh sikap dari sebagian besar masyarakat yang terkesan

diskriminatif3.

Para komunitas underground di Bekasi hampir tidak mempunyai akses untuk

bisa datang menyaksikan event-event pada umumnya karena sikap diskriminatif

dari pihak panitia yang menganggap musik metal undergroundkurang menghibur

dan tidak mempunyai nilai komersil dan menimbulkan perkelahian.

Menyikapi perlakuan diskriminatif terhadap komunitas dan musik

underground di Bekasi, maka seringkali komunitas underground menggelar

pertunjukan musik secara mandiri yang diperuntukkan khusus bagi band-band

underground yang ada di Bekasi. Di pertunjukan musik inilah musisi-musisi

underground bisa dengan bebas berekspresi ditengah sulitnya akses untuk tampil

di event-event musik umum (non-underground).

Pertunjukan musik underground bagi komunitas underground di Bekasi

sendiri bukan sekedar pertunjukan musik biasa yang hanya bertujuan sebagai

sarana hiburan, namun juga sebagai manifestasi dari sikap solidaritas dan

kebersamaan diantara sesama komunitas underground lainnya. Terbukti hampir

semua dana yang dibutuhkan untuk menggelar event berasal dari mereka sendiri

tanpa terlalu mengandalkan bantuan dari sponsor.

Ada beberapa hal atau aspek yang mendasari pemaknaan para komunitas

underground terhadap musik underground sehingga mereka mampu bertahan di

tengah ramainya industri musik pop yang menjadi konsumsi sebagian besar

masyarakat, di antaranya yaitu (1) kebanggan diri, (2) kepuasan bermusik, dan (3)
3
Diskriminatif merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana
pelayanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut.(Theodorson,
1979:115-116).
10

kebebasan berekspresi. Ketiga hal itulah yang membuat komunitas underground

di Bekasi ini tetap konsisten berada di jalur musik underground tanpa terpengaruh

oleh musik-musik lainnya.

Underground memiliki gaya sendiri dalam kebebasan bermain musik yang

bercorak underground, baik musiknya atau lagu dan liriknya. Lirik underground

sangat bernuansa kritik sosial dan menyajikan kebebasan. Kebebasan dan

perlawanan dengan bentuk pemberontakan dari sebuah musik dan juga lirik, bagi

underground sendiri yang dikatakan sebagai sebuah nilai pemberontakan.

Ketidakpuasan terhadap musik underground, maka timbulah perubahan dan

pemberontakan dengan asumsi ketidakpuasan terhadap berjalannya musik

underground saat itu.

Semangat untuk menjaga agar musik underground bisa diterima dan

berkembang ditengah masyarakat salah satunya adalah menghindari hal hal yang

bisa memicu tindak anarkis didalam pertunjukan musik underground dengan

menggeledah barang bawaan, menghindari masuknya minuman keras kedalam

venue dan fungsi ticketing sangat efektif disamping untuk membayar band yang

sudah layak untuk dibayar, sedangkan fungsi yang lain hanya mereka yang suka

konser musik underground yang benar benar minat mau membeli dan mendukung

keberadaan acara tersebut, disamping itu acara workshop pembuatan illustrasi dan

artwork sampul kaset dan cd (compact disk), kaos band, topi, hoodie juga

digerakkan, melakukan korespondensi melalui jejaring sosial Facebook, Twitter

untuk mempromosikan band band yang dimiliki komunitas dan merchandice ke


11

luar kota sampai pada luar negeri. bahkan beberapa dari band band tersebut

pernah merambah hampir semua kota kota besar yang ada di Indonesia

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas bagaimana

perkembangan komunitas underground di Bekasi. Yang kemudian akan penulis

tuliskan kedalam sebuah skripsi dengan judul “Komunitas Underground Bekasi

(1994-2012).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun pokok pembahasan yang ditekankan penulis adalah tentang

komunitas underground di Bekasi 1994-2012. Dalam penelitian ini komunitas

underground menjadi objek yang diteliti. Underground yang dimaksud dalam

objek penelitian ini tidak dikaitkan dengan etnisitas tertentu, tetapi ditekankan

pada aspek lokalitas yang berkembang di wilayah Bekasi. Komunitas

underground dijadikan permasalahan karena pemerintah Bekasi menganggap

komunitas underground tersebut adalah komunitas yang menentang aturan-aturan.

Sehingga aktifitas yang dilakukan komunitas underground tersebut dilarang oleh

pemerintah.

Selain itu, komunitas underground di wilayah Bekasi merupakan salah satu

komunitas yang terkenal di daerah Jawa Barat. Komunitas underground di

wilayah Bekasi juga memiliki gaya hidup yang seperti para komunitas-komunitas

lain yang dimiliki pada umumnya. Seperti meminum alkohol bahkan sampai seks

dianggap sangat terbiasa di dalam komunitas tersebut.


12

Adapun batasan temporalnya mengambil periode antara 1994-2012. Periode

tahun tersebut meliputi dua periode yaitu generasi pertama tahun 1994 dan

generasi kedua tahun 2000 adalah masa dimana sedang menjadi perbincangan di

pemerintah setempat disebabkan karena lirik lagunya yang dianggap sebagai kritik

sosial. Pada periode ini juga komunitas underground di wilayah Bekasi menjadi

komunitas yang semakin terkenal. Dimana banyak aliran-aliran band underground

yang bermunculan di wilayah Bekasi tersebut. Untuk mempermudah penulisan

penelitian ini, sehingga sesuai dengan masalah pokok, maka rumusan masalah

akan dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa yang melatarbelakangi munculnya komunitas underground di

wilayah Bekasi?

2. Bagaimana perkembangan pada generasi pertama dan generasi

kedua komunitas underground di wilayah Bekasi?

3. Bagaimana cara mereka dalam menciptakan sebuah band

underground didalam sebuah komunitas, serta bagaimana cara

mempopulerkannya lewat pemasaran album.

4. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi perkembangan komunitas

underground di Bekasi?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah memperoleh jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam perumusan masalah antara lain:

1. Mengetahui latar belakang dan terbentuknya komunitas underground di

wilayah Bekasi.
13

2. Menjelaskan perkembangan komunitas underground yang terdapat dalam

dua generasi di wilayah Bekasi.

3. Mengetahui bagaimana cara komunitas tersebut mempopulerkan

kelompok musiknya.

4. Menjelaskan dengan cara faktor apa sajakah komunitas underground di

Bekasi bisa berkembang.

1.4 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Metode

sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan

peninggalan masa lampau (Gottschalk, 1975: 32). Adapun tahapan metode sejarah

terdiri dari empat, yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi (Lubis,

2008: 17). Dalam penelitian ini dibantu dengan menggunakan teori-teori dan

ilmu-ilmu sosial lainnya yang relevan.Penelitian ini menggunakan beberapa

pendekatan (metodologi) seperti pendekatan sosial, geografis, komposisi

masyarakat, dan budaya.

Tahap pertama adalah tahap heuristik.Tahapan ini bertujuan untuk mencari,

menemukan dan mengumpulkan sumber, baik sumber primer maupun sumber

sekunder dengan melalui studi kepustakaan (Gottschalk, 1986: 41-45). Sumber

tersebut terdiri dari sumber tertulis berupa buku-buku, artikel-artikel dalam Koran

dan majalah, karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

Sumber-sumber berupa buku penunjang dalam penelitian, penulis peroleh

dari Perpustakaan Batu Api yang terletak di Jalan Raya Jatinangor nomor 142 A

Jatinangor, yaitu buku Jube Revolusi Musik Underground Indonesia, Majalah


14

Prisma, dan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mendapatkan buku

Diter Mack Apresiasi Musik Populer, Amir Pasaribu Analisis Musik Indonesia,

Taufik Adi Susilo Kultur Underground Yang Pekak dan Berteriak di Bawah

Tanah, dan beberapa majalah diantaranya majalah Rolling Stone, Hai, News

Musik, Popular, dan Tabloid Rock.

Sumber yang diperoleh dari heuristik kemudian diuji melalui tahapan metode

sejarah yang kedua, yaitu kritik. Kritik adalah tahapan meneliti dan menyeleksi

sumber yang telah terkumpul secara kritis, sehingga diperoleh fakta yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Tahap kritik dibagi menjadi dua, yaitu kritik eksternal dan internal. Kritik

eksternal bertujuan menyelidiki keotentikan sumber, sedangkan kritik internal

bertujuan untuk menyelidiki kredibilitas sumber (Kuntowijoyo, 2001: 101-102).

Sumber yang telah lolos dari tahapan kritik kemudian diinterpretasi.Tahapan ini

diperlukan untuk membuat data yang tampaknya terlepas satu dengan yang

lainnya menjadi satu hubungan yang saling berkaitan, sehingga terlihat jelas

kausalitasnya. Dari tahapan ini akan menghasilkan fakta. Fakta yang dihasilkan

dan masih saling terlepas satu sama lain tersebut kemudian disintesiskan,

sehingga menjadi keseluruhan fakta yang harmonis dan masuk akal

(Kuntowijoyo, 2001: 102).

Tahap akhir dari metode sejarah adalah historiografi.Tahap ini merupakan

kegiatan penulisan yang merupakan hasil dari interpretasi fakta-fakta yang telah

diperoleh dan dapat menghasilkan kisah atau kajian yang selaras (Kuntowijoyo,

2001: 101-105).
15

1.5 Tinjauan Pustaka

Sampai penelitian ini dilakukan, sejauh pengetahuan penulis, kajian tentang

komunitas underground di wilayah Bekasi pada periode 1994-2012 belum ada.

Kalaupun ada yang menyinggung, biasanya mencakup hal yang lebih luas atau

bahkan lebih sempit. Salah satunya buku berjudul Revolusi Industri Musik Indie di

Indonesia Jube (2010), yang membahas tentang perkembangan musik-musik indie

dan perkembangan musik underground yang ada di Indonesia. Buku tersebut juga

menjelaskan tentang komunitas-komunitas underground yang terkenal pada era

tahun 90-an di setiapkota-kota besar di indonesia, di antaranya seperti Jakarta,

Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali. Komunitas underground yang

dijelaskan di berbagai kota-kota besar di Indonesia, sama dengan yang penulis

bahas, namun khusus untuk pembahasan komunitas yang pernah ada di Indonesia

mendapatkan porsi yang sedikit, karena komunitas yang dibahas dalam buku ini

tidak mengkhususkan membahas komunitas underground di Bekasi, tetapi

membahas sejarah musik underground di Indonesia serta komunitas-komunitas

underground yang pernah ada dan terkenal di Indonesia.

Selain itu buku berjudul Kultur Underground Yang Pekak dan Berteriak di

Bawah Tanah yang ditulis oleh Taufik Adi Susilo (2009). Buku ini merupakan

buku yang membahas tentang gaya hidup para komunitas underground. Bahasan

mengenai komunitas underground di Bekasi mendapat porsi yang sedikit, karena

hanya membahas subkultur budayanya dan tidak menyeluruh sampai ke

sejarahnya, bahkan ke kritik lirik lagunya. Meskipun subkultur underground

merupakan bagian dari underground itu sendiri tetapi tidak berbicara tentang
16

sejarah, namun tidak berdasarkan metode sejarah karena latar belakang akademik

penulis yang berasal dari desain grafis. Terdapat beberapa bab dalam buku ini

yang menjelaskan tentang subkultur budaya underground, seperti cara berpakaian,

gaya hidup, dan atribut yang digunakan, sehingga bisa membantu penulis untuk

memahami subkultur budaya underground itu sendiri yang di ditulis ke dalam

pembahasan ini.

Selanjutnya adalah buku Analisis Musik Indonesia yang ditulis oleh Amir

Pasaribu (1986). Buku yang membahas tentang musik dan arti serta pengertian

musik dan apresiasinnya. Berbagai macam analisis musik dibahas dalam buku

tersebut salah satunya membahas tentang musik underground dan rock. Dalam

buku ini penulis mendapat bahasan yang sedikit, karena buku ini membahas

tentang genre-genre musik underground pada taun 80-an serta apresiasi terhadap

aliran musik yang ada pada saat itu tidak di khususkan dalam pembahasan penulis.

Terdapat juga buku Apresiasi Musik (Musik Populer) juga terpakai dalam

skripsi ini.Buku ini berisi tentang berbagai bidang musik populer. Di antaranya

ada musik rock bahkan underground. Serta apresiasi di segala macam musik.

Dalam buku ini penulis mendapat pembahasan yang sedikit, karena buku ini tidak

menguraikan dengan jelas apa itu yang dimaksud dengan komunitas underground.

Buku ini hanya membahas tentang bagaimana cara mengapresiasikan musik

melalui caranya tersendiri.

1.6 Kerangka Pemikiran Teoritis

Dalam sebuah penulisan karya ilmiah dibutuhkan konsep dan teori yang

bertujuan untuk mengidentifikasi masalah secara mendalam. Konsep dan teori


17

tersebut kemudian disusun sehingga menjadi sebuah kerangka pemikiran teoritis

dalam penulisan. Kerangka tersebut dapat membantu mendeskripsikan

permasalahan sebab-akibat, latar belakang, maupun budaya kultural.

Dalam penulisan sejarah non-naratif pembahasannya bukan menyusun cerita,

tetapi berpusat pada masalah (problem-oriented). Untuk menganalis masalah

tersebut dibutuhkan historical explanation dari suatu peristiwa sejarah, maka

digunakanlah apa yang dinamakan multikausalitas. Multikausalitas dapat memberi

implikasi metodologis dalam melakukan penelitian sejarah, yaitudigunakannya

pendekatan multidimensional. Namun dalam menggunakan pendekatan

multidimensional gejala sejarah perlu ditampilkan agar gambaran menjadi lebih

bulat dan menyeluruh sehingga dapat menghindari kesepihakan atau determinisme

(Kartodirdjo, 1992: 87).

Dari pengertian tersebut kita dapat mendapatkan keterangan mengenai

perubahan sosial. Perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang

diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi lingkungan sekitar,

kebudayaan materil, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-

penemuan baru dalam budaya di masyarakat (Soekanto, 2012: 263). Definisi

perubahan sosial yang dikemukakan oleh Gillin dan Gillin merupakan salah satu

konsep Ilmu Sosiologi yang menurut penulis tepat untuk dipakai dalam penelitian

ini.

Menurut penulis, konsep Gillin dan Gillin tepat dalam penelitian perubahan

sosial di wilayah Bekasi, karena dalam realitanya dilapangan apa yang

disampaikan oleh mereka dapat diterapkan untuk mengidentifikasi masalah.


18

Kondisi geografis diwilayah Bekasi sangat terlihat perubahannya, komunitas

pecinta musik dan perbedaan selera genre musik dari setiap kalangan masyarakat.

Hal ini dapat dilihat dari segi kalangan masyarakat pecinta musik yang ada di

daerah Bekasi.

Dengan menggunakan kerangka seperti ini, pembahasan yang diteliti oleh

penulis bukan sekedar mengenai perbedaan genre musik di setiap kalangan

masyarakat yang dapat dilihat dari segi pecinta musik itu sendiri saja dan

selanjutnya hanya dijelaskan secara naratif, tetapi pembahasan tersebutdapat

dilihat dari segi geografis, budaya, dan ideologi. Tentunya hal ini dapat membantu

penulis dalam membahas masalah yang diteliti secara lebih mendalam.

1.7 Organisasi Penulisan

Hasil penelitian ini dituangkan ke dalam empat bab. Antara bab yang satu

dengan yang lainnya merupakan satu kesatuan yang berkaitan dan saling

melengkapi. Bab pertama merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang hal-

hal yang berkenaan dengan pokok-pokok pemikiran yang mendasari pemilihan

topik penelitian ini beserta permasalahan-permasalahannya yang hendak diteliti.

Hal ini diuraikan dalam beberapa sub-bab yaitu: latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, kerangka

pemikiran teoritis, dan organisasi penulisan.

Topik dalam bab II adalah mengenai komunitas underground di wilayah

Bekasi. Oleh sebab itu, sebelum menguraikan bagaimana muncul dan

terbentuknya komunitas underground di wilayah Bekasi, diuraikan terlebih dahulu

mengenai sejarah terbentuknya pada dua generasi dan memiliki periode yang
19

berbeda, antara generasi pertama dan kedua. Dalam bab ini juga dibahas genre-

genre musik underground yang ada di wilayah Bekasi.

Dalam bab tiga diuraikan mengenai perkembangan komunitas underground di

Bekasi terhadap menciptakan band-band underground dari dalam komunitasnya

serta proses pengerjaan lagu sampai ke pemasaran albumnya oleh band

underground Hypocrisis, band underground yang diciptakan dari dalam sebuah

komunitas Bekasi Metal Horde.

Dalam bab empat diuraikan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan komunitas underground di Bekasi, di dalamnya di sebutkan ada

tiga pengaruh, di antaranya: remaja sebagai pelaku, studio musik sebagai tempat

berkumpul, pergelaran acara sebagai ajang untuk mengekspresikan diri serta

simbol underground sebagai sebuah bentuk pesan bahkan sampai ke pembahasan

ideologi yang mereka anut.

Dalam bab lima merupakan bab penutup yang dimana berisi tentang

kesimpulan dari penulis.


BAB II

SEJARAH SINGKAT AWAL KOMUNITAS MUSIK

UNDERGROUND DI WILAYAH BEKASI

Komunitas musik underground di Bekasi pertama kali muncul tahun 1997 di

berbagai kalangan komunitas seperti Bekasi Musik Indie dan Bekasi Death Grind

yang akhirnya terus di kembangkan oleh berbagai komunitas underground di

Bekasi yang akhirnya bisa di lihat sekarang ini. Dari komunitas tersebut kemudian

munculah berbagai kalangan serta genre-genre musik underground yang

diciptakan bersama dengan kalangan komunitas underground lainnya. Jika dilihat

dari sejarahnya masuknya musik underground ke Indonesia, khususnya Bekasi, di

awali tahun 1997. Musik underground yang masuk ke daerah Bekasi berasal dari

Bandung dan Jakarta pada awal 1997-an.

Tatanan nilai dan budaya masih sangat konservatif4 nilai-nilai budaya baru

yang diciptakan para generasi muda pada saat itu dianggap tidak realistis dan

dianggap sebagai ide-ide yang subversif5. Mereka tidak pernah di beri akses oleh

pemerintah pada fasilitas atau gedung-gedung kesenian pada saat itu, karena

dinilai karya-karya mereka mengandung muatan-muatan pemberontakan pada

pemerintahan dan dianggap menghujat nilai-nilai konservatif. Karya-karya yang

dipertunjukan pada saat itu memang hanya diketahui kalangan terbatas. Karya

yang diciptakan pada saat itu menjadi semacam basic bagi perkembangan semua

4
Konservatif merupakan sebuah konsep dimana seseorang selalu menjaga tradisi lama atau hal
tradisional dan menentang modernitas.(Chralote Thomson, 1999:107-108).
5
Subversif adalah suatu bentuk ancaman berupa rencana maupun usaha untuk menjatuhkan
kekuasaan yang berada di dalam negeri. (Andi Hamzah, 1986:110-115)

20
21

karya seni yang ada sekarang. Dari sinilah istilah underground di Bekasi untuk

pertama kalinya muncul.

Pada 1996 hingga 1997 komunitas musik underground di Bekasi mengalami

masa perkembangan yang pesat. Banyak yang mulai membuat perusahaan

rekaman berbasiskan indie label lengkap dengan konsep distribusi dan

promosinya, pembuatan merchandise band, pembuatan media informasi

komunitas berupa fanzine fotokopian, hingga kepada penggarapan event yang

mengandalkan semangat kolektivisme. Melalui peran media akhirnya musik

underground di Bekasi ini mewabah hampir di semua kota Bekasi dan Kabupaten

Bekasi (Bambang Heryawan, 2006:12-15).

Awal kelahiran musik underground di Bekasi tidak terlepas dari para pelopor

underground tahun 1997 di Bekasi. Thrashline merupakan band underground

pencetus di Bekasi bergenre Thrash metal. Thrashline terbentuk pada 25 Mei

1997. Thrashline di dirikan oleh Ndaru yang merupakan vokalis dari band

Thrashline itu sendiri. Musik-musik underground di Bekasi seperti ini sebenarnya

sudah di kenal sejak lama, namun terbentur oleh generasi pop yang sangat

terkenal pada waktu itu. Wabah musik underground di Bekasi akhirnya melanda

dan ikut merambah serta muncul beberapa nama-nama band underground yang

ikut meramaikan musik underground di wilayah Bekasi. Diantaranya yaitu

Tyranny, Raja Reptil, Viscral, Panic Disorder, dan Paper Gangster.

Dengan berjalannya waktu dan mendunianya globalisasi yang tak bisa di

bendung budaya-budaya luar kini merambah ke daerah-daerah di Indonesia seperti

di Bekasi, komunitas underground yang datang melalui musik dan menjadi sebuah
22

gaya hidup masyarakat. Penggemar musik underground atau mereka biasanya

disebut metalhead di Bekasi. Musik underground masuk ke Bekasi melalui media-

media seperti media elektronik yang di ekspos.

Pembentukan komunitas underground tersebut terdapat prinsip dan aturan

yang dibuat dan tidak ada satu orangpun yang menjadi pemimpin karena prinsip

mereka adalah kebersamaan atau persamaan hak diantara anggotanya. Dengan

kata lain komunitas underground berusaha menyamakan status yang ada sehingga

tidak ada yang bisa mengekang mereka.

Komunitas ini bukan sebuah organisasi formal, komunitas underground tidak

memilih jalur formal. Mereka memilih jalur bawah tanah dan tidak ingin menjadi

formal. Alasan mereka untuk tidak memilih jalur formal karena mereka mersa

jalur formal itu jalur yang sulit dan ada sifat yang seperti gila hormat.

Dalam komunitas underground, individu dikatakan sebagai bagian dari

komunitas adalah dengan individu tersebut sering ikut berkumpul dengan anggota

komunitas yang lain seperti jika ada pertunjukan atau kegiatan yang diadakan

komunitas, individu tersebut ikut terlibat dalam kegiatan tersebut, serta

bersilahturahmi ke sesama metalhead. Penggemar komunitas underground berasal

dari berbagai kalangan seperti pelajar, mahasiswa, wiraswasta.

Persamaan keyakinan baik berupa hobi, gaya hidup, paham dalam diri mereka

yang membuat persaudaraan mereka lebih erat. Kegiatan yang sering di adakan

oleh komunitas underground adalah pergelaran musik, menonton film tentang

musik underground, latihan musik bersama, menonton konser musik underground,

dan juga kegiatan kerohanian seperti berbuka puasa bersama setiap tahunnya.
23

Tujuan diadakannya pertunjukan musik underground adalah untuk menyalurkan

hobi bermusik.

Pada hakikatnya mereka ini membentuk komunitas ini dengan melakukan

kegiatan seperti percakapan, dan pertukaran informasi yang dibutuhkan, dalam hal

ini berkaitan dengan musik underground. Dengan demikian mereka akan saling

berkaitan dan membutuhkan antara satu dengan yang lain, yang dapat juga

dicontohkan dengan keterkaitan dan ketergantungan musisi dan penikmat musik

underground. Begitu juga dengan band underground, tanpa penggemar dan

penikmat musik underground, tidak ada artinya bagi mereka.

Terselenggaranya kegiatan tersebut merupakan kerjasama dengan komunitas

underground dan mereka yang membuat pertunjukan musik atau kegiatan lain.

Penanggung jawab kegiatan adalah panitia yang sudah dibentuk oleh komunitas

underground yang tergabung dari beberapa komunitas yang ada di Bekasi.

Penunjukan penanggung jawab biasanya ditujukan kepada salah seorang pencetus

komunitas ini.

Cara penunjukan melalui jalur musyawarah atau menunjuk secara pribadi

karena individu tersebut yang ingin membuat kegiatan. Dana didapat dari berbagai

macam sumber seperti dari sponsor, sumbangan pribadi serta sumbangan dari

metalhead serta penjualan tiket masuk yang biasanya sebesar Rp 20.000,- sampai

Rp 50.000,- sekali masuk. Alat-alat yang mereka gunakan untuk kegiatan musik

biasanya mereka menyewa. Penyebaran informasi tentang kegiatan komunitas ini

melalui brosur yang ditempel di beberapa tempat di Bekasi, media sosial seperti

Facebook dan Twitter, mulut ke mulut, serta media elektronik seperti Handphone.
24

Acara tersebut biasanya dihadiri bukan dari komunitas underground saja,

tetapi juga ada orang luar dari komunitas yang kebetulan hadir bersama temannya

yang merupakan metalhead. Diadakannya pertunjukan musik ini, komunitas

underground dapat memperoleh keuntungan tersebut biasanya dibagi rata sesama

dengan yang mengadakan pertunjukan musik.

Underground sebagai sebuah pandangan secara baik teraplikasikan dalam

budaya yang mereka jalankan sehari-hari. Perilaku yang dijalankan para

komunitas underground merupakan upaya pemaknaan atas pandangan hidup

mereka. Underground memiliki sifat bebas, proses modernisasi di Bekasi

menyebabkan kehadiran musik underground sebagai gaya hidup baru yang

umumnya disukai oleh sebagian kaum remaja.

2.1 Awal tahun 1990-an: Periode Underground Bekasi

Pada periode ini komunitas underground Bekasi secara individual maupun

kelompok belum dapat ditemukan. Genre musik yang sedang berkembang pada

periode akhir 1990-an itu adalah genre musik Thrash metal. Thrash Line adalah

salah satu band underground di wilayah Bekasi yang ada pada era tersebut. Band

Thrashline juga mencatat bahwa eksistensi scene musik thrash metal tidak

terlepas dari pentingnya keberadaan tempat acara hinuran komunitas underground

yang terdapat di wilayah Bekasi.

Saat wawancara dengan Egy tanggal 12 Mei 2017, yaitu seorang gitaris

viscral di kediamanya di Pekayon, Bekasi, Jawa Barat,

“Band-band underground berpengaruh di kalangan komunitas underground di


Bekasi, bahwa musik underground muncul dan memperkenalkan musiknya lewat
acara-acara pentas seni sekolah pada tahun 2000-an ia kerap tampil pada acara-
25

acara yang berlangsung di pentas seni sekolah” (wawancara dengan Egy 12 Mei
2017)

Fashion sebagai salah satu yang paling penting di komunitas underground

sudah dapat ditemukan pada periode pra- underground ini. Dandanan metalhead

dengan menggunakan kaos berwarna hitam dengan ciri khas bergambar tengkorak

sudah terlihat pada era tersebut. Di awal tahun 2000-an terdapat peristiwa-

peristiwa penting yang menandai proses terbentuknya generasi underground di

Bekasi. Muncul individu-individu yang dapat dicatat sebagai pionir. Seperti Paper

Gangster, Raja Reptil, Panic Disorder merupakan band-band underground

beraliran metalcore, grindcore, dan death metal.

Pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan generasi pertama

underground datang dari para personil Thrashline. Thrashline sendiri disebut

sebagai band pertama di Bekasi yang membawakan musik underground bergenre

Thrashmetal6 di sekitar akhir tahun 1990-an. Thrashline terbentuk pada 25 Mei

2001, setelah itu pada 8 Juli 2001 dalam event "Bersatu Untuk Semua"

menggunakan nama ini untuk yang pertama kalinya, Thrashline sebelumnya

dengan personil: Ndaru pada vokal dan guitar rhythm, Apith pada drum , Bonny

pada bass dan Ibenk pada Addisional lead guitars tetapi formasi ini hanya

bertahan 11 Juni 2000 - 13 Agustus 2000, sesudah itu Aria menggantikan posisi

Ibenk sebagai Lead Guitars pada 3 September 2000 sampai sekarang.

6
Thrashmetal merupakan sebuah kategorisasi dari kalangan jurnalis musik yang menggambarkan
versi heavy metal yang lebih cepat dan menggemuruh. Musik ini banyak dipengaruhi oleh punk.
Gaya thrashmetal ,umcul di Amerika Serikat pada tahun 1986. (Jube, 2008:189).
26

Gambar 1. Pelopor Band Underground Bekasi “Thrashline”


Thrasline, band season yang terbentuk dari scene underground di Bekasi,

beranggotakan Glen, Ndaru dan Ari. Thrashline merupakan salah satu

kelompok scene underground Bekasi yang berorientasi musik Thrash metal.

Terlepas dari kontroversi tahun eksistensi danseberapa lama mereka ada, tidak

dapat dipungkiri Ndaru dan Thrashline merupakan aktor yang berpengaruh bagi

lahirnya generasi underground di Bekasi pertama.

2.1.1 Dinamika Generasi Pertama Underground Bekasi (1999)

Lahirnya generasi pertama underground di Bekasi tidak terlepas dari peran

sosialisasi beserta media yang terdapat di dalamnya. Ada beberapa jenis hubungan

yang terjadi di dalam periode generasi pertama ini. Bery, salah satu orang yang

berpengaruh di Bekasi Musik Indie, menjalin interaksi langsung dengan

komunitas underground di wilayah Bekasi. Selain itu ada beberapa individu yang

pernah tergabung di berbagai komunitas underground di Bekasi, salah satunya

ialah Egy yang sekarang merupakan salah satu vokalis dari band Viscral. Mereka

ini mendapatkan sumber-sumber underground seperti literatur, kaset, majalah dan

aksesoris. Individu-individu ini dapat dikategorikan sebagai mereka yang


27

mengalami kontak tidak langsung dengan berbagai komunitas di Bekasi melalui

media seperti karya, rekaman dan legenda.

Melalui toko-toko kaset di Bekasi, generasi underground pertama ini

mendapatkan akses melalui kaset karya-karya musik underground dari luar

negeri. Saat wawancara dengan Feri merupakan salah satu ketua dari komunitas

Death Grind Bekasi, kelompok undergroundnya menghabiskan waktunya di

daerah yang belakangan menjadi studio musik Pallapa sekarang yang

berseberangan dengan toko kaset Duta Audio.

Interaksi yang berlangsung diantara sesama komunitas underground di Bekasi

pada periode generasi pertama ini memiliki beberapa ciri khas. Pertama, ada arus

pertukaran kaset yang intensif. Fenomena ini dapat dilihat sebagai tape

syndicate (sindikasi kaset), dimana proses tukar-menukar kaset terjadi diantara

mereka. Kedua, melalui kaos-kaos yang dikenakan, seorang individu underground

yang biasa di dapat untuk mengidentifikasi individu underground lainnya. Bahasa

Kaos yang dikenakan sebagai identitas underground mendorong mereka untuk

saling berkenalan. Ketiga, band-band underground generasi pertama masih

membawakan lagu-lagu dari band-band luar negeri yang mempengaruhi mereka.

Tahun 1999 mencatat banyaknya perubahan. Setelah kejadian perkelahian

antara anak underground dengan preman di daerah Tambun, Bekasi, acara-acara

musik khusus underground perlahan menurun dan menghilang. Dromotora sebuah

studio musik di daerah Bulak Kapal, Bekasi sempat menjadi alternatif tempat bagi

band-band underground bermain musik. Alternatif lain untuk bermain musik


28

adalah dengan tampil pada acara-acara yang diadakan oleh café-café yang ada di

Bekasi di antaranya Yespro Café di Jatibening.

2.1.2 Dinamika dalam Periode Kedua Underground Bekasi (2000)

Runtuhnya dominasi kelompok Bekasi Death Grind mendorong terjadinya

desentralisasi kekuatan di komunitas Bekasi underground. Konfigurasi aktor-aktor

di komunitas underground Bekasi mengalami perubahan mendasar. Dari setiap

penjuru Bekasi bermunculan kelompok-kelompok komunitas underground mulai

dari Bekasi Underground Society, Bekasi Death Metal Horde, Suckit Stuff,

Bekasi Corpse Metalhead, Komunitas Kaum Kusam. Kelompok-kelompok

komunitas ini pada gilirannya melahirkan begitu banyak live band seperti

Devastated, Hypocrisis, Rising The Fallt, Vultures, Murder of Chucky.

Setelah acara studio Dromotora tahun 2000 intensitas interaksi diantara

sesama individual semakin besar. Toto dan Romy sebagai vokalis dan gitaris dari

Panic Disorder merupakan salah satu saksi dan pelaku sejarah menggambarkan

proses tersebut pada saya seperti ini ketika di wawancarai di sebuah festival musik

di Tambun pada acara Bekasi Bawah Tanah.

”Datang ke acara berdua besok-besoknya lagi bakal datang ke acara berenam-


berdelapan, emang nggak bisa dipungkiri, acara-acara underground di Bekasi
pada 95 dan seterusnya itu sampai 96, itu memancing semua orang untuk
membuat suatu jalinan pertemanan, akhirnya, saya yang misalnya seorang
individual datang ke acara underground begitu, besok-besoknya saya pasti sudah
nggak individual lagi, pasti saya nongkrong dimana-mana. Jadi ibaratnya disitu
benar-benar terjalin sebuah tali pertemanan, semua orang bisa bikin acara-acara
kolektif, pada saat itu, berdasarkan komunitas-komunitas aja, anak Sucker Stuff
bikin acara, anak Bekasi Metal Horde bikin acara, jadi berdasarkan komunitas-
komunitas tersebut” (Wawancara Dengan Toto dan Romi 1 Maret 2017).
29

Hadirnya begitu banyak kelompok komunitas ini dapat dilihat sebagai era

lahirnya kelompok-kelompok di tengah komunitas underground. Salah satu faktor

penting yang menyatukan individu-invidu di dalam kelompok komunitas adalah

faktor daerah. Individu-individu yang berasal dari daerah yang sama memiliki rute

perjalanan pergi pulang menuju tempat acara yang sama. Hal inimendorong

individu-individu tersebut saling kenal dan mempersatukan mereka. Namun, salah

satu dampak negatif dari terbentuknya komunitas-komunitas atau kelompok-

kelompok ini adalah sering terjadinya perkelahian. Perkelahian sering terjadi di

setiap acara musik underground akibat adanya masalah-masalah interaksi dan

kesalahpahaman yang memicu terjadinya konflik.

Di dalam komunitas underground Bekasi tanpa disadari mulai terbentuk

pembagian kerja, dimana terdapat individu-individu tertentu yang menjalankan

proses mail order tersebut dan menjadi kolektor produk-produk band underground

luar negeri. Keberadaan individu-individu ini memainkan peranan penting bagi

perkembangan pengetahuan mengenai underground bagi komunitas underground

di Bekasi.

2.2 Genre (Aliran) Musik Underground di Wilayah Bekasi

Genre Musik yang terus mengalir dalam musik underground menjadi awal

timbulnya aliran yang lain dari aliran yang sudah ada. Musik underground yang

hadir diciptakan oleh bentuk kekuatan modal dengan unsur kepentingan kapital.

Aliran musik underground ini menolak kepentingan modal, berpengaruh terhadap

ideologi dan juga ekspresi yang dirasakan masuk ke dalam jiwa seni musik ditolak

oleh mereka. Penolakan itu dilakukan dengan cara lain dari pertarungan dengan
30

ideologi Kapitalisme. Aliran musik underground (genre) yang berbeda menjadi

ciri tersendiri dari genre underground itu sendiri.

2.2.1 Death Metal

Death Metal dikenal juga dengan Deathcore dicirikan dengan seleranya

terhadap mutilasi dan kanibalisme dalam lirik-lirik dan nama-nama bandnya.

Musik ini sangat berminat pada pencitraan musik underground yang gelap (seperti

yang dilihat pada fenomena Goth), dramatisasi pembunuhan berantai, serta

kegiatan terhadap musik. Seperti komik-komik horror dan Splatter Movies (Jube.

2008:157).

Gaya Death Metal menarik perhatian anak-anak remaja di Bekasi. Band-band

Death Metal yang ada di wilayah Bekasi antara lain Devastated, Viscral,

Ceremony of Death, dan Human in Forest. Musik ini berupaya untuk

membedakan identitas sejak tahun 2000-an melalui grup band dengan lirik-lirik

yang mengejutkan. Media underground di Bekasi mempromosikan mode ini

sebagai gaya pseudoekstermis. Tahun 2001 pihak-pihak berwenang di Bekasi

gagal melarang tampilnya band-band Death Metal pada festival yang di

selenggarakan.

2.2.2 Hardcore

Istilah “Hardcore” pertama kali muncul pada tahun 60-an untuk menyebut

pornografi eksplisit dan lugas. Hardcore kemudian digeneralisasikan untuk

menggambarkan kejorokan, misalnya dalam film The Hardcore Life. Istilah ini

diambil oleh industri musik sebagai sebuah kategorisasi yang dimunculkan pada
31

awal tahun 80-an dan awalnya diterapkan pada genre musik post-punk Amerika

Utara yang bercirikan Punk dan Heavy Metal (Jube, 2008:163).

Di Bekasi Hardcore muncul pada tahun 2002 pelopor utamanya adalah band

underground bergenre Hardcore yaitu Sirena of Silent Hill. Hardcore

menghasilkan gaya yang cepat serta atribut penampilan mereka seperti musisi-

musisi hip hop pada umumnya

2.2.3 Heavy Metal

Heavy Metal adalah kategorisasi dalam bisnis musik yang pertama kali

muncul pada 1969 dan masih digunakan hingga awal era 90-an. Heavy metal

adalah musik underground yang bernuansa berat dengan pengaruh-pengaruh

berdasrkan pada riff-riff7 melodic yang sederhana (Hai 1990: 55).

Band awal yang memainkan musik Heavy Metal di Bekasi ini adalah Paper

Gangster. Pada tahun 2000-an. Heavy metal menghasilkan sound yang esensial

dan gesture musik underground “progresif” akhir 2000-an dan mengilhami

keberhasilan generasi-generasi berikutnya. Pada era tersebut Heavy Metal

mempengaruhi sub-genre seperti Thrash Metal, Grindcore .

2.2.4 Thrash Metal

Thrash Metal adalah sebuah kategorisasi dari kalangan jurnalis musik yang

menggambarkan versi Heavy Metal yang lebih cepat dan menggemuruh. Musik

ini banyak dipengaruhi oleh Punk. Gaya Thrash Metal muncul di Amerika serikat

tahun 1986. Di Bekasi Thrash Metal muncul pada awal 2000-an. Thrasline

7
Riff-riff merupakan pengembangan motif-motif pada suara gitar. Bisa perubahan nada ataupun
perubahan ritme pada nada yang sama.
32

merupakan band yang pertama kali mempionirkan aliran Thrash Metal di Wilayah

Bekasi (Jube, 2008:189).

2.2.5 Grindcore

Grindcore adalah genre musik underground yang ekstrim di mulai awal tahun

80-an. Genre ini menggambarkan bentuk kasar dari genre lain seperti, death

metal, heavy metal, thrash metal, dan hardcore. Karakterisktik grindcore adalah

nada yang turun dari standartnya pada gitar, tempo lagu yang sangat cepat,

kecepatan drum yang menggelegar.

Di Bekasi genre grindcore muncul tahun 2005. Band yang memunculkan

genre grindcore ini adalah Raja Reptil. Ketika munculnya aliran genre baru yaitu

grindocre langsung di terima dalam komunitas underground di Bekasi. Karena ciri

khas dari grindcore adalah tempo lagunya yang cepat dan liriknya yang sangat

pendek. (Rolling Stone 2010: 41).

2.3 Lirik Lagu dan Kritik Perlawanan

Komunitas musik underground yang terus mengalir menjadi awal timbulnya

aliran yang lain dengan aliran yang sudah ada. Musik underground yang hadir dan

diciptakan oleh bentuk kekuatan modal dengan unsur kepentingan kapital ditolak

oleh kekuatan yang lain. Penolakan itu dilakukan dengan cara lain dari

pertarungan dengan ideologi kapitalisme. Sekilas mengenai komunitas

underground adalah sebuah komunitas yang masuk di dalamnya para pemain

band, pencinta musik dan sebagainya. Kebanyakan grup band ini membawakan

musik-musik keras. Namun bukan musisi underground yang serba glamour,


33

mewah dan sebagainya, mereka kebanyakan merupakan kumpulan pencinta dan

pemain musik yang juga mencari uang.

Lirik lagu kritik atau bentuk perlawanan yang mereka perlihatkan bukan hanya

musik dan berpakaian saja, tapi kebebasan yang mereka tampilkan dan perlihatkan

dalam acara atau event musik di suatu tempat. Mereka biasanya berjalan

beriringan, bergerombol, tergantung dari musik yang mereka mainkan. Aliran

musik rock (genre) yang berbeda menjadi ciri tersendiri dari komunitas

underground itu sendiri. Seperti Punk, Skin Head, jelas berbeda dari kelompok

Grind Core, Death Core, Death Metal dan Black Metal (Sasongko, 1991:47-65).

Musik yang mereka mainkan dan gaya yang mereka berpakaian berbeda jauh.

Saat wawancara dengan Hagi salah satu ketua dari Gaza Rock House di

Margayahu Bekasi Timur pada 26 Agustus 2017.

“Musik underground merupakan musik yang bebas dengan segala macam bentuk
kritikan dan perlawanan di dalam liriknya, karena musik underground tidak
membatasi untuk hal tersebut. Dikarenakan underground tidak seperti band-band
yang populer dalam acara TV dan tidak terikat oleh Label. Musik underground
dengan politik ada hubunganya, karena diluar sana banyak bukti bahwa musik
underground bisa mengubah pengaruh terhadap konflik politik” (wawancara
dengan Hagi 26 Agustus 2017).

Kesatuan paham dalam kritik lagu, mereka ungkapkan lewat musik. Tetapi

musik ataupun lirik yang mereka nyanyikan tidak jelas dalam penyampian pesan.

Di karenakan lagu yang mereka nyanyikan tidak dapat di perdengarkan oleh

kebanyakan orang. Pesan dalam lirik dituangkan dalam lagu, tidak enak didengar

lantaran cara bernyanyinya lain sekali. Meski lirik bernada kritik sebenarnya ada

di dalamnya, tetapi dalam kenyataannya hal demikian tidak dirasakan. Sehingga

penampilan yang ditimbulkan terbalik, malah di kritik oleh masyarakat terhadap


34

sikap dan perilaku sosial mereka. Ironis, memang bahwa lirik kritik yang mereka

nyanyikan tidak lain dan tidak bukan adalah bernuansa kritik, tetapi di sisi lain

mereka malah di kritik karena ciri mereka yang berbeda dan kebanyakan.

Aksesoris baju hitam-hitam dan gaya rambut, dengan bergerombol.

Bagi masyarakat, mereka dinilai sebagai sebuah komunitas yang berbahaya

meski bagi mereka sendiri merupakan sebuah ekspresi mengaktualisasikan diri.

Memang, musik underground masih tetap eksis mempertahankan musiknya,

dengan dilakukan berbagai cara. Seperti kehadiran independen label dilakukan

saat ini, dengan semboyan Do It Yourself8 dan dengan cara yang lainnya.

Meski mereka banyak melakukan itu, tidak sedikit dari mereka pula tergiur

masuk dalam Major besar, lantaran perusahaan rekaman besar memberi

keuntungan besar. Hal ini menjadi kontroversi yang demikian kuat, ketika banyak

dari mereka beralih masuk dalam industri rekaman besar, tetapi ada juga dari

mereka yang bertahan dalam dunia industri independen.

2.4 Proses Peralihan Komunitas Underground Bekasi (2001-2006)

Perkembangan baru komunitas underground di Bekasi ini berpuncak tahun

2001. Semangat kebersamaan dan persatuan yang di usung melalui slogan Bekasi

Metal Syndicate diwujudkan melalui acara Bekasi Bawah Tanah volume 1, yang

diadakan pada bulan Februari 2001. Bekasi Bawah Tanah merupakan titik tolak

penting bagi terbentuknya kekuatan basis ekonomi politik di komunitas

underground Bekasi. Band-band yang bermain merupakan band-band yang

setidaknya pernah menciptakan karya-karya di dalam rekaman kaset. Kriteria ini

8
Do it yourself diartikan sebagai kebebasan diri atau juga semua hal dikerjakan sendiri, memang
sering dilekatkan dengan gerakan underground (PM Utomo - 2016 - digilib.isi.ac.id).
35

menjadi penting mengingat bahwa begitu banyak band yang muncul dan hilang

begitu saja tanpa memberikan kontribusi karya-karyanya.

Acara Bekasi Bawah Tanah menandakan semakin solidnya komunitas

underground Bekasi dengan komunitas lainnya. Karena proses pembentukan basis

produksi ekonomi dan jaring-jaring distribusi telah berjalan membentuk

mekanisme pasarnya tersendiri. Acara ini juga memperlihatkan perlawanan

melalui penolakan terhadap sponsor yang dianggap sebagai jerat kapitalis.

Acara yang dihadiri 5000 hingga 7000 penonton ini menjadi bukti bahwa

komunitas underground dapat mengorganisir acara dengan kapasitas besar, acara

yang sebelumnya hanya dapat dilaksanakandengan menggunakan donasi sponsor

institusi besar. Mereka yang memasuki komunitas underground pada periode

setelah masa peralihan ini akan terbentuk kesadarannya untuk menolak major

label yang berasal dari industri musik besar (Tabloid Rock 2002:15).

2.4.1 Perkembangan Komunitas Underground Bekasi Setelah Proses

Peralihan (2006-2010)

Setelah mengalami proses peralihan, Underground Bekasi berkembang

menuju bentuk yang berbeda dari periode sebelumnya. Pada periode ini,

komunitas underground di Bekasi mengalami komodifikasi9 dan penyerapan

simbol-simbol underground menjadi sesuatu yang diproduksi secara massal. Jika

pada pergerakan underground periode kedua pihak industri budaya masih

mengganggap underground tidak mempunyai nilai jual tinggi, sekarang mereka

berpikir sebaliknya: underground di Indonesia (termasuk wilayah Bekasi) sudah

9
Komodifikasi merupakan dua hal yang memiliki hubungan obyek dan proses, dan menjadi salah
satu indikator kapitalisme global yang kini tengah terjadi.
36

menjadi sasaran komodifikasi industri. Pengaruh internet juga sedikit banyak

mempengaruhi proses interaksi dan sosialisasi komunitas underground di Bekasi.

Generasi underground yang lahir pada periode ini tidak banyak mengalami

interaksi dan sosialisasi antar sesama komunitas underground lainnya.

Mereka mendapatkan informasi melalui internet dan media. Sebelumnya,

generasi underground di Bekasi mengenal band-band underground melalui proses

interaksi antar sesama. Sekarang, mereka yang menyatakan dirinya underground

hanya mengambil acuan identitas melalui media seperti Extreme Zine dan Rolling

Stone. Melalui majalah Rolling Stone, band-band underground komersil Barat,

seperti Megadeath dan Cannibal Corpse, masuk membentuk wacana baru

mengenai underground di Bekasi.

Extreme Zine dan Rolling Stone juga memberikan kesempatan bagi band-

band underground lokal yang menginginkan masuk majalah untuk dapat

menceritakan biografinya masing-masing. Band underground di Bekasi seperti

Viscral dan Thrashline menyatakan dengan jujur bahwa mereka ingin

mendapatkan kesejahteraan lewat underground dengan sukarela melakukan sell-

out menjual image underground sebagai musik pembebasan dan kritikan (Popular

2002:48).

Di sisi lain, keberadaan internet memberikan energi positif bagi

berkembangan komunitas underground di Bekasi. Melalui internet, hubungan

dengan komunitas underground di luar negeri maju pesat. Indonesia dan

Jabotabek termasuk Bekasi mulai dikenal oleh komunitas underground dunia.

Dengan sendirinya, komunitas underground Bekasi memasuki tataran interaksi


37

yang semakin luas.Komunitas Bekasi underground untuk pertama kalinya

kedatangan kelompok band dari luar negeri, Wojcezh dari Jerman.

Wojcezh bermain di acara street gigs di studio Dromotora Bulak Kapal,

Bekasi. Kehadiran Wojcezh di Bekasi merupakan hasil kerjasama teman-teman

dari Malaysia-Singapura dengan orang-orang di komunitas underground di Bekasi

(Popular 2002:19).

Gambar 2. Band Wojcezh Ketika Bermain di Studio Dromotora, Bekasi.

https://www.metal-archives.com/bands/Wojcezh/3540404154

Kehadiran band-band underground luar negeri tidak menggunakan bantuan

dari sponsor perusahaan-perusahaan donor, seperti Djarum Super atau A Mild.

Melalui kerjasama kolektif diantara kelompok-kelompok underground di Bekasi,

band-band luar negeri tersebut dapat bermain di Bekasi. Salah satu peristiwa

penting adalah hadirnya band legendaries Rykers yang telah eksis di komunitas

underground Jerman sejak era 1980-an. Rykers hadir di Bekasi dalam tur Asia

Tenggara. Di Indonesia, Rykers mengadakan konser di tiga kota yaitu Bekasi,

Bandung dan Malang. Peristiwa lain yang menarik adalah konser yang diadakan
38

di Bekasi pada tanggal 10 Juni 2006 bertempat di Lapangan Bola Tambun.

Konser berjalan baik tanpa sponsor yang mendukung acara tersebut (Rolling

Stone 2005:22).

2.5 Atribut Komunitas Underground Bekasi

Jika hadir ke konser musik underground atau ke sebuah tempat berkumpulnya

komunitas underground di Bekasi, sudah pasti pemandangan dominasi warna

hitam akan tampak di situ. Bukan hanya baju yang mereka kenakan, bahkan

sepatu, handband, dan atribut lain melekat di tubuh mereka didominasi oleh warna

hitam. Memang ada beberapa orang yang menggunakan iminoritas. Diantara

mereka bahkan ada yang menjadikan hitam bukan hanya sebagai identitas mereka

ketika berkumpul dengan para komunitasnya, tetapi juga sebagai warna kesukaan

di kehidupan mereka sehari-hari. Sehingga mereka tidak hanya menggunakan

warna hitam ketika berkumpul dengan komunitasnya, tetapi juga dalam kegiatan

sehari-hari.

Selain warna hitam, ciri khas atribut yang melekat pada pendukung

underground adalah kaos oblong. Dalam hal ini bukan berarti seorang penggemar

musik underground benar-benar dilarang memakai pakaian rapi seperti kemeja,

mereka bebas mengenakan pakaian apapun ketika melakukan kegiatan lain yang

tidak ada hubungannya dengan underground, maka mereka harus menyesuaikan

penampilan mereka dengan komunitas underground yang lain pada umumnya,

yakni kaos oblong jika ingin diterima dalam komunitas tersebut. Mereka tidak

ingin mengubah ciri khas kaos oblong yang melekat pada komunitas underground

pada umumnya. Menurut mereka, tidak ada aturan yang di langgar dalam aturan
39

berkaos oblong selama pakaian tersebut menutup aurat mereka. Selain itu gambar-

gambar yang ada di kaos oblong mereka tersebut bisa memengaruhi pemikiran

mereka untuk menjauhi agama.

Subkultur underground merupakan subkultur yang melawan dari segala

aturan, mereka menganggap kemapanan merupakan sumber dari segala aturan

yang mengikat, bahkan dalam berpakaian. Untuk mengekspresikan

pemberontakan tersebut, mereka menggunakan atribut kaos oblong dengan

gambar-gambar yang menakutkan untuk identitas subkultur mereka. Hal tersebut

juga dialami oleh komunitas underground yang ada di Bekasi. Mereka tidak ingin

mengubah ideologi pemberontakan dari kemapanan yang sudah melekat dalam

diri metal mereka pada umumnya, selama hal tersebut tidak bertentangan dengan

ajaran agama.

Pemberontakan dari kemapanan ini juga menjadi suatu cara hidup bagi para

komunitas musik underground. Yang dimaksud memberontak dari kemapanan

dalam hal ini bukan berarti mereka harus hidup miskin dan tidak berusaha untuk

memperbaiki kesejahteraan hidupnya, namun dari cara mereka berinteraksi dalam

komunitasnya. Pergelaran musik underground yang diadakan oleh komunitas

underground Bekasi kebanyakan selalu menyediakan tiket yang bisa dijangkau

oleh para komunitas underground dari berbagai kalangan, harga tiket pergelaran

musik underground tersebut seringkali tidak lebih dari lima puluh ribu rupiah,

bahkan gratis. Memang ada beberapa kali pergelaran dengan harga tiket di atas

lima ratus ribu rupiah, tapi hal tersebut sangat jarang terjadi jika dibandingkan

dengan tiket konser yang bisa dijangkau oleh kalangan menengah ke bawah. Hal
40

tersebut menjadi salah satu contoh bentuk cara hidup para komunitas underground

di Bekasi ini.

Selain serba berpenampilan hitam dan kaos oblong, yang menjadi ciri khas

subkultur underground dan masih diikuti oleh para komunitas underground pada

umumnya adalah rambut gondrong, kesan urakan, tidak rapih, brandalan, secara

otomatis akan melekat pada seseorang yang memiliki rambut gondrong, begitu

pula kesan yang melekat pada para komunitas underground ini.

Komunitas underground di Bekasi tidak ingin mengubah identitas rambut

gondrong ini karena memang tidak bertentangan dengan ajaran agama selama

niatnya bukan untuk agar laki-laki terlihat seperti perempuan dan sebaliknya.

Komunitas underground tidak memaksa komunitasnya untuk memiliki rambut

gondrong. Jika dalam subkultur underground sering tidak menerima anggotanya

yang tidak gondrong. Gondrong atau tidak bukan sebuah hal yang perlu

dipermasalahkan bagi mereka.

Walaupun sering mendapat cemoohan dari masyarakat pada umumnya, bagi

mereka underground adalah sebuah passion dan bukan hanya sekedar fashion.

Jika dikritisi, ungkapan ini mungkin tujuannya untuk mengkritik komunitas

underground, namun sebenarnya ungkapan tersebut justru mengkritik diri mereka

sendiri. Jika komunitas underground tidak meninggalkan atribut metal, tapi justru

meninggalkan gaya hidupnya. Maka sebenarnya mereka menganggapunderground

sebagai fashion, sedangkan passion mereka justru pada ideologi dan kemapanan

mereka mengakui terdapat sebuah makna yang terkandung di dalam rambut

gondrong tersebut.
41

Komunitas underground yang merupakan subkultur dari underground

mempunyai definisi yang sama tentang makna rambut gondrong yang menjadi ciri

khas mereka dimaknai sebagai pemberontakan dari aturan militer. Hal ini juga

dipengaruhi oleh gerakan komunitas underground di Bekasi yang menjadi kultur

dominan yang menaungi mereka. Militer dianggap sebagai kegiatan yang penuh

dengan aturan, jauh dari kebebasan dan tidak bisa mengekspresikan semua hasrat

dan kreatifitas yang tersimpan dalam diri seseorang.

Hal inilah yang mendorong komunitas underground untuk mengekspresikan

kebebasannya melalui pemberontakan aturan-aturan militer, seperti mempunyai

rambut gondrong yang berbeda dengan militer yang wajib berambut cepak. Selain

makna yang terurai di atas, rambut gondrong juga menambah ekspresi mereka

ketika melakukan headbanging, yaitu gerakan menggerakan kepala dengan arah

berputar maupun mengangguk-angguk mengikuti irama musik.

2.6 Gaya Hidup di Dalam Komunitas Underground Bekasi

Bagi para komunitas underground, kesenangan mereka terhadap musik

underground seharusnya bukan dijadikan alasan untuk terjerumus ke dalam

kesesatan. Mereka lahir sebagai seseorang yang memiliki agama dan ajaran, bagi

mereka musik apapun yang mereka sukai tidak akan bisa mengubah prinsip

mereka sebagai seseorang yang sesat dan menganut satanis.

Musik underground memang berasal dari Eropa, namun mereka menyadari

bahwa simbol-simbol serta gaya hidup khas yang dibawa budaya Eropa dalam

musik underground ada beberapa yang tidak sesuai dengan budaya di Indoesia

yang mayoritas masih menganut budaya Timur. Koentjaraningrat (2009:98-99)


42

mengemukakan bahwa masyarakat dengan kepribadian Timur relatif lebih

mementingkan adat sopan santun serta religi di dalam kehidupan sehari-hari.

Saat wawancara dengan salah satu personil band Gencar Rafflyan di

kediamanya di Jakasetia, Bekasi Selatan pada 25 Agustus 2017.

“Membuat masyarakat percaya bahwa musik underground tidak negatif itu


sangat susah karena itu juga lebih ke budaya timur, beda banget ketika punya
komunitas di Amerika , Inggris dimana masyarakatnya sudah menerima musik
seperti underground, kalau di Indonesia sendiri masyarakatnya banyak yang
memandang skeptisme musik underground itu karena mereka terbiasa dengan
musik-musik yang biasa-biasa saja yang dimana berpakaian sopan. Dan ketika
ada segerombolan anak-anak urakan membuat suatu komunitas mungkin menurut
mereka sesuatu hal yang negatif, untuk mengubahnya sendiri dari pribadinya
anggota underground itu sendiri. Kalau untuk soal alkohol itu urusan pribadinya
masing-masing karena alkohol itu kultur budaya timur bukan kultur dari negeri
kita, untuk orang-orang yang mabuk di pinggir jalan itu sangat merusak citra
underground makin jelek dan berteriak-teriak bebas lah gua anak metal wajar
kalo mabok”(wawancara dengan Rafflyan 25 Agustus 2017).

Gaya hidup para komunitas underground yang cenderung melawan ajaran

agama ini terjadi dalam kehidupan para komunitas underground di Bekasi ini.

Mereka sangat suka sekali meminum minuman yang mengandung alkohol.

Menurut mereka, minuman beralkohol adalah sebuah tolak ukur berjiwa metal.

Mereka juga setuju dengan anggapan bahwa “anak metal” yang masih

menjalankan perintah agama tidak bisa dikatakan sebagai metalhead yang utuh.

Para komunitas underground Bekasi yang anggotanya memang beragama islam,

tetap tidak menjalankan ajaran agamanya yang mewajibkan pengikutnya untuk

mengonsumsi alkohol serta makanan atau minuman yang memabukan lainnya.

Karena dalam setiap acara musik underground di Bekasi selalu memakai sponsor

dari merk beer atau minuman keras, bahkan tempat stanuntuk berjualan minuman-

minuman beralkohol tersebar banyak selama acara musik underground itu


43

berlangsung. Namun hal ini sangat di dukung oleh para komunitas underground di

Bekasi.

Bahkan di dalam komunitas underground tersebut seks jua dianggap hal yang

wajar bagi mereka, mereka menganggap seks merupakan kegiatan untuk

memuaskan diri setelah menonton pertunjukan musik underground, rasa lelah

mereka di lampiaskan ke dalam seks bebas. Bagi mereka jika musik adalah seni,

mereka membuat musik menjadi kacau dan keindahannya tidak sesuai dengan

tujuan, karena gaya hidup mereka yang masih sangat urakan. Mereka tidak

prihatin dengan kesenangan gaya hidup mereka namun mereka sangat puas dalam

melakukan hal yang sangat tidak wajar seperti itu.


BAB III

PERKEMBANGAN KOMUNITAS UNDERGROUND BEKASI

DALAM MENCIPTAKAN BAND-BAND UNDERGROUND

Pada bab ini penulis akan memaparkan pembahasan dari beberapa hal yang

menjadi pokok permasalahan yang telah penulis tetapkan. Pokok permasalahan

tersebut antara lain bagaimana perkembangan komunitas underground di Bekasi

dalam menciptakan band-band underground di Bekasi.

3.1 Perkembangan Komunitas Underground di Bekasi

Perkembangan komunitas underground di Bekasi menurut penulis bisa dilihat

dari hal-hal yang berhubungan dengan komunitas underground itu sendiri. Untuk

memperkuat anggapan tersebut, penulis menggunakan konsep yang di tawarkan

oleh Garraghan (1957:3) menurutnya, istilah sejarah memiliki tiga pengertian

yang saling berhubungan yaitu: (1) peristiwa-peristiwa di masa lampau; aktivitas

yang telah lalu; (2) rekaman masalah yang sama pada butir (1); dan (3) proses

atau teknik membuat rekaman.

Penulis akan mendeskripsikan perkembangan komunitas underground di

Bekasi dari munculnya komunitas underground Bekasi dengan berbagai latar

masing-masing. Penulis juga akan memaparkan beberapa hal-hal yang penulis

anggap masih relevan dengan pokok permasalahan antara lain, siapa yang

mempelopori komunitas underground pertama kali di Bekasi dan apa alasan atau

mereka mendirikan komunitas underground tersebut; dimana atau pada momen

apa saja komunitas underground tersebut berkumpul; bagaimana proses

44
45

pengerjaan album pada band yang diciptakan pada komunitas underground

tersebut (dalam hal ini penulis akan memilih salah satu grup band dan komunitas

yang eksis di Bekasi untuk diteliti oleh penulis), sampai pada strategi pemasaran

yang dilakukan oleh band underground dari komunitas tersebut dalam

memproduksi album-album mereka.

3.1.1 Lahirnya Kelompok Musik Underground dari Komunitas-komunitas

Undergroound di Bekasi

Seperti yang sudah penulis jelaskan, bahwa komunitas-komunitas

underground di Bekasi lahir dengan latar belakangnya masing-masing. Latar

belakang yang penulis maksudkan disini adalah proses dari terbentuknya

komunitas-komunitas underground tersebut. Dari beberapa yang penulis lakukan

terhadap beberapa komunitas underground yang sebelumnya memiliki komunitas

lain dan bergabung di dalamnya seperti komunitas punk, reagge, ska, skinhead,

yang akhirnya beralih ke dalam komunitas underground. Ada pula komunitas

underground yang merupakan pecahan dari beberapa komunitas lainnya, yang

kemudian bergabung untuk membentuk sebuah komunitas underground yang

merupakan para penggemar musik keras. Selain itu juga ada komunitas

underground yang terbentuk dari inisiatif beberapa remaja yang ingin bergabung

ke dalam komunitas underground tersebut walaupun sifatnya hanya sementara.

Ada beberapa komunitas underground yang eksis di Bekasi seperti Bekasi

Metal Horde, Bekasi Death Grind, Sucker Stuff, Bekasi Hardcore City. Rata-rata

mereka adalah sekumpulan remaja yang sangat tergila-gila akan musik

underground. Bukannya tanpa alasan, komunitas-komunitas underground ini


46

menyukai musik underground, antara lain karena musik underground ini mampu

memuaskan hasrat mereka dan bisa mengekspresikan diri bagi mereka.

Menurut anggapan mereka, struktur komposisi yang kompleks pada musik ini

menjadi daya tarik bagi mereka untuk mendengarkannya dan menyukainnya. Hal

ini ternyata menimbulkan dampak positif dan negatif bagi komunitas-komunitas

underground di Bekasi. Karena keunikannya masing-masing ternyata mampu

menarik perhatian sebagaian kalangan remaja, karena dampak positif dari

komunitas underground tersebut mampu membuat acara sendiri tanpa bantuan

dari luar dan mengadakan acara bakti sosial di waktu-waktu tertentu, yang lebih

unik lagi selain mengadakan acara dan bakti sosial mereka beranggapan bahwa

komunitas underground itu sendiri merupakan kampong halaman bagi mereka

sendiri. Sedangkan dari sisi negatifnya meminum-minuman alkohol, narkoba

bahkan mengacu pada kegiatan sex bebas.

Masalah eksistensi pada komunitas underground di Bekasi merupakan hal

yang sangat penting bagi penulis untuk menjadi pertimbangan dalam memilih

komunitas underground yang akan penulis teliti. Dari beberapa band-band

underground yang diciptakan oleh komunitas underground di Bekasi penulis

memilih grup band Hypocrisis band underground yang didirikan oleh komunitas

Bekasi Metal Horde.

Sebagai objek dari penelitian yang penulis lakukan yang mana menurut

anggapan dari beberapa sumber yang penulis wawancarai, grup band Hypocrisis

ini adalah salah satu grup band underground beraliran death metal yang didirikan

oleh komunitas Bekasi Metal Horde.


47

Hal ini dibuktikan dengan seringnya grup band Hypocrisis tampil di acara-

acara musik underground di Bekasi khususnya di tahun 2010 grup band

Hypocrisis juga memperkenalkan komunitas underground Bekasi Metal Horde

yang telah melambungkan namanya untuk bersaing di ajang pentas musik

underground di Bekasi. Selain itu grup band Hypocrisis juga telah mengeluarkan

album edition promo mereka yang berjudul “Agresor Insidor” yang baru

diluncurkan pertengahan tahun 2010. Yang mana berdasarkan survey penulis,

penjualan albumnya cukup lumayan di kota Bekasi.

Penulis beranggapan bahwa hal ini tentunya akan mempermudah penulis

untuk mengumpulkan data mengeai strategi pemasaran album musik yang

dilakukan oleh salah satu grup band underground yang terbentuk dari sebuah

komunitas underground di Bekasi.

3.1.2 Proses Pengerjaan Lagu dan Strategi Pemasaran Album

Proses pengerjaan lagu dan strategi pemasaran album pada grup band

Hypocrisis merupakan hal yang menarik bagi penulis untuk diteliti. Karena setiap

grup band memiliki cara tersendiri dalam proses pengerjaan lagu dan memasarkan

album musik mereka sendiri.

3.1.2.1 Proses Pengerjaan Lagu Pada Grup Band Hypocrisis Dari

Komunitas Underground Bekasi

Berdasarkan hasil wawancara dengan Chandra (Vokalis Hypocrisis) pada 14

April 2017 di Pulo Ribung Perumahan Galaksi, Kota Bekasi bahwa banyak cara

yang dilakukan grup-grup band underground di Bekasi dalam menciptakan sebuah

komposisi musik atau lagu. Di antaranya ada grup band underground yang
48

membuat lagu dengan cara latihan biasa di studio musik, ada juga yang

menotasikan dahulu melodi-melodi musiknya kedalam sebuah notasi musik dan

kemudian dicoba untuk dimainkan bersama. Selain itu, ada pula yang

menggunakan teknologi computer untuk merekam musik atau nada hingga

tercipta sebuah komposisi musik yang sudah jadi.

Basecamp grup band Hypocrisis yang berada di jalan pulo ribung raya no.133,

Perumahan Galaksi kota Bekasi tersebut menjadi tempat berkumpulnya komunitas

Bekasi Metal Horde. Hanya dengan memanfaatkan sebuah computer intel

Pentium IV dan beberapa perangkat suara sederhana sudah bisa membantu

mereka dalam mengerjakan sebuah komposisi lagu sebelum merekamnya

langsung ke studio rekaman yang sesungguhnya. Dengan menjalankan sampel

digital drum dari program musik seperti fuity loops, cubase, dan sonar di

computer, mereka sudah bisa membuat beberapa pola pukulan drum yang

suaranya hampir mirip dengan suara drum asli yang bisa dimainkan oleh pemain

drum pada umumnya. Di sisi lain, setelah mereka menemukan beberapa pola-pola

permainan instrument gitar, bass atau keyboard biasanya mereka langsung

merekamnya kedalam komputer.

Hal ini bertujuan untuk membantu mereka dalam mengingat setiap bagian-

bagian dari komposisi musik yang sudah mereka mainkan. Tidak sia-sia memang,

mengingat komposisi musik pada grup band Hypocrisis memiliki banyak sekali

perubahan chord dan perpindahan nada di dalam aransemen musiknya. Untuk


49

melakukan proses perekaman, grup band Hypocrisis biasanya menggunakan

program-program musik komputer seperti noendo dan samplitude10.

CD program dari software-software ini sangat banyak dan mudah didapatkan

di toko-toko tempat penjualan CD software di Bekasi. Tidak hanya instrument

musik, bahkan suara nyanyian vokal pun bisa direkam menggunakan komputer.

Hingga akhirnya mereka menghasilkan sebuah file musik yang mereka buat dalam

format mp3 dengan kualitas sound yang sangat sederhana sekali, yang kemudian

dibagikan kepada setiap personelnya untuk dihafal dan dikembangkanlagi hingga

lagunya siap untuk direkam distudio rekaman yang sebenarnya. Seperti yang

dijelaskan oleh Chandra (vokalis grup band Hypocrisis), di Bekasi sudah cukup

banyak band-band yang terlahir dari sebuah komunitas underground di Bekasi,

dan kebanyakan komunitas underground tersebut menciptakan sebuah band

dengan hasil pengerjaan rekaman dengan cara sederhana seperti ini. Dengan

mangandalkan sumberdaya manusia dan dibantu oleh komunitasnya, mereka

sudah bisa berkreasi sesuai dengan kenginginan mereka sendiri tanpa harus

mengeluarkan banyak uang untuk menyewa sebuah studio musik per-jamnya.

3.1.2.2 Strategi Pemasaran Kaset/ CD Album

Seperti yang sudah diketahui, bahwa komunitas underground di Bekasi yang

telah berkembang tentunya tidak terlepas dari kegiatan industri. Mulai dari proses

produksi, pendistribusian hingga proses pemasaran suatu produk musik dalam

bentuk album kaset atau CD. Dalam industri musik tanah air, ada dua jalur yang

kerap kali menjadi pertimbangan grup-grup musik underground di Bekasi dalam

10
Noendo dan Samplitude merupakan software yang digunakan untuk membuat studio rekaman.
50

menentukan langkahnya menuju industri musik. Diantaranya jalur indie label dan

major label yang masing-masing memiliki jalur konsep yang berbeda. Citra major

label11 sangatlah buruk dikalangan band-band underground di Bekasi khususnya.

Hal ini membuat mereka tidak ingin hanyut dengan arus sentralisasi 12 di Ibukota

yang sangat sulit di tembus oleh band-band lokal dari daerah luar Ibukota Jakarta.

Begitu banyaknya band-band underground di Bekasi yang memilih jalur indie

label ternyata mampu membentuk pasar tersendiri dalam perkembangan industri

musik di Bekasi. Walaupun hanya diketahui oleh kalangan-kalangan tertentu saja,

kaset dan CD album ini cukup banyak tersebar di distro-distro sampai toko-toko

kaset di seluruh kota dan kabupaten Bekasi. Sudah pasti peminatnya sebagian

besar adalah anak-anak remaja, baik itu anak-anak komunitas underground atau

anak muda yang suka mendengarkan musik underground.

Dalam memproduksi dan memasarkan sebuah album musik dalam bentuk CD

atau kaset, biasanya ada cara-cara tersendiri yang dilakukan oleh grup-grup musik

underground ataupun komunitas underground yang membantu seperti

memasarkan lewat distro ataupun via online seperti mempromosikan lewat media

sosial mereka agar bisa menarik perhatian pasar sehingga kaset atau CD album

mereka bisa laku terjual.

Dengan memproduksi sendiri kaset atau CD album musiknya, mereka

menjadi bebas untuk mengekspresikan keinginan mereka dalam berkreativitas.

Banyak hal yang bisa mereka buat selain hanya sekedar mempromosikan musik

11
Major label merupakan perusahaan yang mengelola rekaman dan penjualannya, termasuk
promosi dan perlindungan hak cipta.Mereka biasanya memiliki kontrak dengan artis-artis musik
dan manajer mereka (Jube, 2008:63).
12
Sentralisasi adalah pengaturan kewenangan dari pemerintah daerah kepada pemerintas pusat
untuk mengurusi urusannya sendiri.
51

mereka kepada publik. Mereka lebih memanfaatkan potensi-potensi dari

sumberdaya manusia yang ada di sekitarnya. Mereka mampu membentuk sebuah

tim produksi yang didalamnya ada beberapa teman-teman mereka yang memiliki

keterampilan dalam bidang music recording, desain grafis, sampai dengan bidang

percetakan. Hal ini sangat berguna bagi mereka pada saat memastering, membuat

cover album, hingga membuat pernak-pernik atau kaos yang berhubungan dengan

band mereka sendiri.

Setelah mereka merekam lagu-lagu mereka di studio rekaman, biasanya

mereka meminimalis pengeluaran dana rekaman mereka dengan cara memixing

dan memastering13 sendiri lagu-lagu mereka hingga menjadi sebuah album atau

mini album yang layak dijual dalam bentuk CD atau kaset lalu kemudian mereka

perbanyak. Begitu pula proses pengcoveran, banyak ide-ide yang muncul baik itu

dari mereka sendiri ataupun dari orang-orang yang berada disekeliling mereka

yang mereka tuangkan kedalam desain cover album yang mereka kerjakan sendiri.

Mereka juga membuat kaos band mereka sendiri dan pernak-pernik seperti pin,

shal yang didalamnya ada logo dari band mereka yang mereka desain sendiri.

Untuk memasarkan produk-produk mereka seperti CD album dan

merchandise, biasanya melakukan kerjasama dengan distro-distro yang ada di

Bekasi, seperti di distro Metal Monster, Taring Rockstore, Gorenium Merch, dan

masih banyak lagi. Selain menitip jualkan CD-CD lagunya, mereka juga

13
Memixing adalah tahap lanjutan dari proses recording, mixing juga merupakan tahap koreksi,
membuang, mengelola dan menambahkan efek, hingga memilih sound yang diinginkan.
Sedangkan Memastering adalah proses akhir dalam pembuatan sebuah lagu, mastering juga
menyamakan besarnya volume sesuai dengan standart broadcast internasional.
52

menawarkan kerjasama dalam hal memproduksi baju dan pernak-pernik lainnya,

tentunya dengan suatu kesepakatan bisnis yang sudah mereka setujui sebelumnya.

Alhasil, mereka bisa menjual CD album mereka secara bersamaan dengan

baju band mereka, seperti setiap pembelian satu buah baju diberi bonus satu CD

atau kaset dari album mereka.Selain itu mereka juga menjual CD album mereka

secara langsung. Bahkan mereka juga menitipkan CD album mereka kepada

komunitas-komunitas underground di Bekasi yang ingin membantu memasarkan

kaset atau CD album mereka tersebut.

Proses pemasaran album ini tentunya tidak terlepas dari promosi yang sangat

gencar mereka lakukan ke radio-radio di Bekasi, seperti Radio Wibawa Mukti Fm,

M2 Radio Fm, Bee Radio Fm, One Center Radio Fm hingga di setiap acara-acara

musik underground saat kelompok musik mereka tampil disana. Selain itu mereka

juga melakukan promosi album mereka di situs-situs internet seperti

myspace.com, facebook.com, youtube.com.hal ini memungkinkan agar lagu-lagu

mereka bisa dipromosikan sampai keluar negeri bahkan keseluruh dunia. Di situs-

situs internet tersebut mereka sering melakukan tukar jual album dengan

kelompok-kelompok musik underground dari luar negeri.

3.2 Tanggpan Masyarakat Terhadap Komunitas Underground di Bekasi

Penulis menyimpulkan, hanya sebagian masyarakat di Bekasi yang

mengetahui keberadaan komunitas underground di Bekasi. Ada sebagian orang

hanya pernah mendengar istilah underground tetapi kurang mengetahui apa

sebenarnya komunitas underground itu sendiri dan hal apa saja yang mereka

timbulkan.
53

Ada juga yang tahu tentang komunitas underground tetapi tidak terlalu

tertarik untuk ikut masuk kedalam komunitas underground tersebut. Selain itu

penulis juga menjumpai beberapa remaja yang mengaku ikut masuk kedalam

komunitas underground yang ada di Bekasi tersebut. Mereka beranggapan bahwa

komunitas underground adalah hal yang menarik untuk ikut didalamnya dan

mendapatkan beberapa teman baru serta cara mereka untuk mengeksiskan diri di

dalam komunitas underground tersebut.

Dari beberapa pendapat masyarakat dan remaja di atas, penulis beranggapan

bahwa hal tersebut bisa dijadikan tolak ukur bagi penulis untuk mengetahui

bagaimana perkembangan dan keberadaan komunitas underground di Bekasi.


54

BAB IV

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERKEMBANGAN KOMUNITAS UNDERGROUND BEKASI

Perkembangan komunitas underground di Bekasi tentu saja dipengaruhi oleh

beberapa hal, di antaranya oleh remaja di Bekasi sebagai pelaku, studio musik

sebagai tempat berkumpul, pertunjukan musik sebagai tempat mengeluarkan

ekspresi dari individu-individu penggemar musik dan komunitas underground

yang selalu eksis, simbol underground sebagai penyampaian sebuah pesan,

komunitas underground di tinjau dari prasangka sosialnya serta generalisasi14

muda di dalam komunitas underground Bekasi.

4.1 Remaja Sebagai Pelaku Utama

Dalam ilmu-ilmu sosial, studi atas remaja pertama kali dilakukan oleh

sosiologi Talcott Parsons pada awal 1940-an. Berbeda dengan anggapan umum

bahwa remaja adalah kategori yang bersifat alamiah dan di batasi secara biologis

oleh usia, menurut Parsons remaja adalah sebuah konstruksi sosial yang terus-

menerus berubah sesuai dengan waktu dan tempat (Barker, 2000:98).

Para pemikir “cultural studies” juga berpendapat konsep remaja bukanlah

sebuah kategori biologis yang bermakna universal dan tetap. Remaja, sebagai usia

dan sebagai masa peralihan tidak mempunyai karakteristik-karakteristik umum.

Fashion, musik, atau bahasa, dilihat sebagai usaha untuk memenangkan ruang

14
Generalisasi merupakan suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena
individual menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena
individual yang diselidiki (Mundiri, 1994 : 127).
55

kultur dalam melawan kebudayaan dominan dan kebudayaan orang tua. 15 Seperti

yang telah dijelaskan, bahwa kata “remaja” memiliki banyak kesan. Ada yang

menganggap bahwa remaja merupakan kelompok biasa saja, tidak berbeda dengan

kelompok manusia yang lain.

Ada yang menganggap bahwa remaja adalah sekelompok orang yang suka

menyusahkan orang tua. Anggapan lain, bahwa remaja sebagai potensi manusia

yang perlu dimanfaatkan. Tetapi jika remajanya sendiri diminta pendapatnya,

maka mereka akan berbicara tentang ketidakpedulian, ketidakacuhan orang-orang

dewasa terhadap mereka, atau mungkin ada pula remaja yang berkata bahwa

kelompok mereka adalah kelompok minoritas yang meiliki kesan tersendiri dan

mempunyai dunia sendiri yang sulit untuk dijangkau oleh orang-orang tua mereka.

Tidak mustahil jika ada remaja yang menganggap bahwa mereka adalah

kelompok yang bertanggung jawab terhadap bangsa dan masa depan16.

Dari sekian banyak anggapan di atas, anggapan yang terakhir tampaknya

dapat dijadikan acuan untuk para remaja agar dapat mengisi waktu luang dalam

kehidupannya dengan kegiatan-kegiatan positif. Tidak disalahkan jika salah satu

kegiatan remaja dalam mengisi waktu luangnya bermain musik dan berkumpul

dengan kelompok-kelompoknya. Hal ini tentunya bermanfaat untuk pengetahuan

musik dan sebagai tempat untuk mengasah bakat yang mereka miliki.

Dalam aspek sosiologi musik, dapat diketahui sebab-sebab terjadinya

masalah-masalah sosial yang terjadi pada remaja, misalnya krisis identitas diri,

masalah pergaulan di lingkungan sekitar, masalah keluarga yang tidak harmonis

Artha Nugraha Jonar. “Remaja, Gaya Selera”. Artikel Zine ANTARIKSA. 28 November 2004.
15

Artha Nugraha Jonar. “Remaja, Gaya Selera”. Artikel Zine ANTARIKSA, 28 November, 2004.
16
56

dan lain sebagainya. Akibat dari hal-hal tersebut, biasanya mereka akan mencari

ruang atau tempat yang sesuai dengan keinginan mereka.

Selanjutnya mereka akan sangat mudah menyesuaikan diri dengan

perubahan-perubahan baru, sangat cepat tertarik terhadap sesuatu yang baru dan

popular di kalangan mereka sehingga mudah dimanipulasi. Hal ini dapat di

buktikan bahwa komunitas underground di Bekasi pada umumnya adalah kaum

remaja sebagai respon mereka terhadap musik yang mereka sukai.

Masalah sosial ini muncul sebagai akibat dari terjadinya interaksi sosial

remaja di keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Jadi, secara keseluruhan

dapat di katakan aspek sosiologi dalam kehidupan remaja erat kaitannya denagn

perkembangan komunitas underground di Bekasi, bahwa telah terjadi suatu

hubungan timbal balik antar remaja dan komunitas underground itu sendiri, yang

mana remaja disini menjadi media dalam perkembangan komunitas underground.

Komunitas underground di Bekasi menjadi sarana bagi remaja untuk

melakukan aktifitas mereka berkumpul dengan teman, bermusik, dan sebagai

sarana berekspresi bagi remaja. Para remaja lebih mementingkan kepuasan untuk

mengekspresikan dirinya ketimbang mereka bermusik sebagai hiburan bagi

masyarakat yang mendengarnya.

Dari kesimpulan yang di ambil, terbukti mereka memang banyak mengambil

pengaruh positif yang disebarkan lewat lagu-lagu yang dimainkan para musisi-

musisi underground itu sendiri. Menurut mereka, semua dikembalikan lagi kepada

pribadi masing-masing para komunitas underground untuk menyaring semua

pengaruh yang ada secara positif. Mereka selalu melihat kenyataan yang terjadi di
57

lingkungan masyarakat sekitar mereka. Sedangkan yang menjadi faktor

penghambatnya adalah sikap arogan yang terlalu berlebihan pada sebagian remaja

di Bekasi yang kurang bisa menerima kelebihan orang lain. Selain itu, ada

sebagian remaja yang dilarang orang tuanya untuk masuk dalam komunitas

underground tersebut karena dianggap komunitas underground hanya sebagai

ajang tempat berkumpul dan tidak terlalu penting, tidak bisa dijadikan sumber

keuangan dalam aspek ekonomi.

4.2 Studio Musik Sebagai Tempat Berkumpul

Studio musik dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu studio latihan dan studio

rekaman. Secara umum banyak sekali terdapat studio-studio musik di Bekasi,

tetapi sebagian besar berfungsi sebagai studio latihan bermusik. Sedangkan untuk

studio rekaman musik, hanya di beberapa tempat saja yang menyediakan fasilitas

untuk rekaman.

Studio-studio ini rata-rata dikunjungi setiap hari oleh kaum remaja yang

memiliki kelompok musik dan ada juga yang haya sekedar berkumpul bersama

komunitasnya. Dari pengunjung yang sering datang ke studio-studio ini, rata-rata

di dominasi oleh kaum remaja penggemar musik underground. Hal ini terbukti

bahwa mereka memiliki grup band underground yang beraliran seperti detah

metal, grindcore, thrash metal, hardcore, dan sebagianya. Biasanya mereka juga

sering membawa teman-teman hanya untuk sekedar berkumpul dengan komunitas

underground yang ada di studio tersebut. Mereka melakukan aktifitas dengan

komunitasnya seperti bercerita, berkumpul, bertukar kaset, dan bertukar kaos.


58

Jika dikaitkan dengan adanya aspek sosiologis musik dalam konteks remaja,

merupakan suatu hal utama, karena dalam kehidupan manusia khususnya remaja,

ada dua hasrat atau keinginan utama yang harus dipenuhi, yaitu: keinginan untuk

menyatu dengan orang-orang di sekitarnya (Soekanto 1982:110-1110).

Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa manusia pada umumnya (khusus

remaja) selalu mempunyai keinginan untuk bertemu dan mengenal sesamanya,

bergabung, dan bersatu dengan orang-orang di sekitarnya. Salah satu tempat untuk

berkumpul dan bertemu dengan sesama komunitas underground di Bekasi ini rata-

rata adalah studio musik. Disini mereka saling mengenal dan menyesuaikan diri

dengan para komunitas underground lainnya. Disini juga, akhirnya mereka

memiliki banyak teman yang biasanya melahirkan ide untuk membentuk suatu

kelompok musik.

Di Bekasi, studio-studio musik yang paling banyak dikunjungi biasanya

karena fasilitas yang diberikan oleh studio tersebut lebih baik dari pada tempat-

tempat lain yang mereka kunjungi untuk bertemu dan berkumpul. Di Bekasi ada

beberapa studio yang paling banyak dikunjungi oleh para komunitas underground

di Bekasi, di antaranya: Pallapa Studio, Dromotora Studio, 18+ Studio, dan

Progressive Music Studio.

Selain studio-studio latihan bermusik, ada juga studio-studio rekaman musik,

di antaranya: Pallapa Studio, Rajawali Studio, Grand Recording Studio, 52 Studio

dan Musik Room. Studio-studio rekaman tersebut menerima produksi rekaman

secara indie label, yaitu dengan pengeuaran modal yang relatif kecil. Hal ini

disebabkan belum adanya keberanian para produser rekaman tersebut untuk


59

menjamin bahwa modal mereka akan kembali. Itu adalah kendala penyebab

musisi underground di Bekasi pada umumnya sulit untuk ikut masuk ke industri

musik nasional.

4.3 Pertunjukan Musik Sebagai Tempat Meluapkan Ekspresi

Salah satu ciri khas musik underground adalah disajikan dalam bentuk

pertunjukan live yang dilihat banyak orang. Di Bekasi pertunjukan musik

underground sangat berpengaruh dalam perkembangan komunitas underground di

Bekasi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya generasi-generasi baru yang masuk

kedalam komunitas underground di Bekasi. Setiap menyelenggarakan pertunjukan

musik underground tidak pernah sepi yang menyaksikan dan selalu ramai,

khususnya bagi para penggemar musik underground.

Secara langsung atau live dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu di dalam

gedung dan konser lapangan terbuka. Keberadaan pertunjukan musik underground

oleh masyarakat pendukungnya harus dibuktikan melalui konser secara langsung.

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, bahwa ciri khas masyarakat urban

adalah kebutuhan akan hiburan. Hal itu pula yang menjadi penyelenggara konser

untuk mengeluarkan dana besar. Selain karena tuntutan para komunitas

underground, konser-konser yang pernah diadakan itu juga memiliki tujuan lain

yaitu untuk kepentingan popularitas musisi underground dan komunitas

underground yang mengadakannya.

Di Bekasi, lokasi-lokasi yang sering dijadikan tempat penyelenggaraan

komser musik underground secara langsung adalah Taman Wisata Kuliner di


60

dekat GOR Bekasi, Yespro Café di Jatibening, Dromotora Studio di Bulak Kapal,

Stadion Mini Tambun di Tambun Selatan, dan Kampus Unisma di Bekasi Timur.

4.4 Simbol Underground Sebagai Bentuk Sebuah Pesan

Pada dasarnya pesan bersifat abstrak untuk membuatnya konkret agar dapat

dikirim dan diterima oleh masyarakat setempat. Manusia dengan akal budinya

menciptakan sejumlah lambang berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan,

dan bahasa tulisan. Karena pesan bersifat abstrak, maka masyarakat dan generasi

muda tidak mengetahui apa yang ada di benak mereka sampai di wujudkannya

dalam salah satu bentuk atau perpaduan simbol-simbol kombinasi tersebut.

Oleh karena itu, lambang atau simbol (Mulyana 2007:13) komunikasi disebut

juga bentuk pesan, yaitu wujud konkret dari pesan, berfungsi mewujudkan pesan

yang abstrak menjadi konkret. Suara, mimik, dan gerak gerik lazim digolongkan

dalam pesan nonverbal, sedangkan bahasa lisan dan bahasa tulisan dikelompokan

dalam pesan verbal. Dengan demikian, pesan didefinisikan sebagai segala sesuatu

verbal maupun nonverbal yang disampaikan komunikator kepada komunikan

untuk mewujudkan notif komunikasinya (Vardiansyah 2004:55).

Menurut Poeradarminta (1982:28) definisi simbol atau lambang pada musik

underground adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana, dan sebagainya

yang menyatakan sesuatu hal atau mengundang maksud tertentu. Misalnya warna

putih merupakan lambang kesucian atau padi sebagai lambang kemakmuran.


61

Sementara itu, Hartoko dan Rahmanto (2006:67), menjelaskan bahwa secara

etimologis simbol berasal dari kata Yunani sym-ballein17.

Simbol adalah bentuk yang menandai sesuatu yang lain di luar perwujudan

bentuk simbolik itu sendiri. Simbol yang tertuliskan sebagai bunga, misalnya

mengacu dan mengemban gambaran fakta yang disebut bunga sebagai sesuatu

yang ada di luar bentuk simbolik itu sendiri.

Musik Underground sebagai komunikasi simbolik, menurut Lewis (1989:71),

dapat menjadi sebuah tema, sebuah protes mengenai kondisi-kondisi sosial

bahkan musik Underground juga menjadi badge identitas sebuah makna yang

menunjukan pada orang lain bahwa kita merupakan bagian dari suatu kelompok

atau aspirasi tertentu.

Selain itu, sebagai komunikasi simbolik, musik Underground juga merupakan

suatu sistem tanda dan simbol-simbol yang teratur dalam interaksi sosial. Lebih

jauh, di dalam musik Underground terdapat kerangka kepercayaan, ekspresi

simbol-simbol, serta nilai-nilai dimana individu-individu mendeinisikan dunia,

mengekspresikan perasaan, dan membuat penilaian terhadap diri mereka sendiri.

Dengan demikian, musik Underground juga merupakan musik atas makna-

makna bagi individu-individu dan kelompok-kelompok yang menciptakan serta

mereka yang mengonsumsinya. Artinya, musik Underground juga

mengkomunikasikan berbagai pesan yang mengandung informasi kepada audiens,

baik secara verbal maupun nonverbal bagi generasi muda yang menemukan

signifikansi di dalamnya. Pemakaian simbol sendiri dapat ditemukan di aspek seni


17
Yunani sym-ballein merupakan penyampaian suatu informasi sehingga bersifat komunikatif,
mampu menggantikan suatu yang lain yang dapat dipikirkan atau dibayangkan (Broadbent
1980:24).
62

dan budaya. Contohnya yaitu simbol salam tiga jari merupakan komunikasi

nonverbal dengan mengacungkan jari jempol, telunjuk dan kelingking secara

bersamaan mempunyai arti yang berbeda-beda di beberapa kelompok atau

komunitas tertentu.

Makna simbolik salam tiga jari yang ditemukan di masing-masing individu

dapat berarti berbeda-beda satu sama lain. Begitu pula dengan perbedaan yang

ditemukan di dalam Scene Grindcore, dalam wawancara dengan Tyranny dan

Raja Reptil yang merupakan Grindcore band di wilayah Bekasi. Ketika

ditanyakan “apa makna yang coba anda sampaikan ketika mengisyaratkan salam

tiga jari?, ” itu menggambarkan simbol persahabatan dan identitas anak metal”.

4.5 Ideologi

Underground lebih dari sekedar musik, underground mempunyai filosofi

berdasar pada pandangan politik. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman

tentang underground menyebabkan kesalahan interpretasi18. Motto dari komunitas

underground adalah Do It Yourself yang membuat banyak remaja tertarik untuk

bergabung.

Ideologi, nilai, dan sikap memengaruhi partisipasi individu dalam masyaraka

dan perasaan individu yang terhubung dengan masyarakat. Sikap dan nilai

merupakan faktor penting yang dapat memprediksi terjadinya keterasingan.

Individu dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologi apabila

18
Interpretasi merupakan seni yang menggambarkan komunikasi secara tidak langsung, namun
komunikasi tersebut dapat dengan mudah untuk dipahami. Interpretasi erat kaitannya dengan
jangkauan yang harus dicapai oleh subjek dan sekaligus pada saat yang bersamaan diungkapkan
kembali sebagai suatu struktur identitas yang terdapat di dalam kehidupan, sejarah, dan
objektivitas (Kaelan, 1998:32).
63

individu menyukai atau memiliki sikap yang favorable19, sebaliknya individu

yang dikatakan memiliki sikap yang negatif terhadap objek psikologis bila

individu tidak suka atau sikapnya unfavorable terhadap objek psikologis. Sikap

terhadap prasangka sosial yang negatif akan dapat menghindarkan anggota

komunitas underground dari terjadinya alienasi diri yang membuat anggota

komunitas underground merasa terasing dari lingkungan sosialnya.

Walgito (2002:58) mengemukakan sikap sebagai organisasi pendapat,

keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif yang disertai adanya

perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada individu untuk membuat respon

atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya. Robbins dan Judge

(2012:47) menyatakan bahwa sikap tersusun berdasarkan tiga komponen, yaitu:

kognitif, afektif, perilaku.

Gea (2002:14) menyatakan bahwa prasangka sosial merupakan sikap negatif

terhadap sesuatu yang lebih berada pada taraf individual. Jhonson (2005:38)

menyatakan bahwa prasangka sosial adalah sikap positif atau negatif berdasarkan

keyakinan individu tentang anggota dari kelompok tertentu, seperti halnya sikap,

prasangka meliputi keyakinan untuk menggambarkan jenis pembedaan terhadap

orang lain sesuai dengan peringkat nilai yang diberikan. Allport (2012:35)

menyatakan bahwa terdapat lima derajat tindakan yang merupakan wujud dari

prasangka, Komponen-komponen sikap terhadap prasangka sosial adalah

komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif dalam kaitannya

dengan antilokusi, menghindar, diskriminasi, penyerangan fisik, dan eksterminasi.

19
Favorable adalah pernyataan yang mendukung atau memihak objek penelitian
(forum.psikologi.ugm.ac.id).
64

Karakter sosial adalah serangkaian sikap, nilai, dan bentuk-bentuk perilaku

bersama sebagian besar manusia yang berasal dari kebudayaan yang sama.

Karakter sosial memungkinkan keselarasan di antara keinginan dan harapan

individu dengan moralitas sosial. Maslow (1993:17) menyatakan bahwa tidak

terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan menjadikan seseorang mengalami alienasi

diri. Alienasi merujuk pada pengertian dasar, seseorang atau sesuatu yang menjadi

terasing atau terpisah dari seseorang atau sesuatu lainnya karena suatu tindakan

tertentu atau karena akibat dari tindakannya.

4.6 Musik Underground dan Sosialisai Generasi muda

Sosialisasi primer dialami oleh individu pada masa anak-anak, yang dengan

itu, ia menjadi anggota masyarakat. Sedangkan sosialisasi sekunder adalah proses

lanjutan dari sosialisasi primer yang mengimbas ke individu, yang sudah

disosialisasikan dalam sektor-sektor baru di dalam dunia obyektif masyarakat.

Oleh karena itu, dalam setiap kehidupan individu memang terdapat suatu urutan

waktu, dan selama itu pula ia diimbaskan sebagai partisipan ke dalam dialektika

masyarakat, eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.

Individu terlahir ke dunia sebagai anak-anak sudah dipenuhi oleh media,

termasuk musik serta berbagai sistem yang mereproduksinya seperti radio,

televisi, kaset, dan cd. Pada usia ini, tanpa disadari telah memiliki hubungan

khusus dengan musik. Terbukti ketika anak-anak, di rumah maupun di tempat

umum, mereka sering bernyanyi atau menari mengikuti irama musik dan terjatuh

tanpa merasa sakit. Sebagian besar tidak menyadari atau kurang peduli terhadap
65

apa yang orang lain pikirkan tentang ekspresi fisik mereka yang bersifat spontan

dan kreatif .

Meski demikian, di dalam sosialisasi primer, yang pertama kali diinternalisasi

oleh individu pada masa anak-anak bukanlah musik, tetapi bahasa (Berger dan

Luckman 1990). Karena, bahasa merupakan isi dan alat yang paling penting

dalam sosialisasi. Melalui bahasa seluruh dunia bisa diaktualisasikan setiap saat

serta berbagi skema motivasi dan interpretasi diinternalisasikan yang pada

akhirnya ada penginternalisasian perangkat legitimasi.

Anak mengidentifikasi dirinya dengan anggota keluarga yang

mempengaruhinya dengan berbagai cara yang emosional. Anak-anak mengalihkan

peran dan sikap orang tua atau orang-orang berpengaruh yang mempengaruhi

mereka. Artinya, anak menginternalisasi dan menjadikan peran serta sikap orang

tua sebagai sikapnya sendiri. Dengan demikian, dalam sosialisasi primer inilah

dunia pertama individu terbentuk.

Sampai di sini, tidak ada masalah identiikasi. Dalam sosialisasi primer, orang-

orang berpengaruh tidak dapat dipilih, si anak tidak memahami orang lain yang

berpengaruh sebagai fungsionaris kelembagaan, tetapi semata-mata hanya sebagai

perantara bagi kenyataan. Anak menginternalisasi dunia orang tua sebagai dunia

satu-satunya dan tidak sebagai dunia yang termasuk dalam suatu konteks

kelembagaan yang spesiik. Penemuan individu di belakang hari bahwa ada hal-hal

yang sama sekali tidak mungkin akan sangat atau tidak begitu mengejutkan,

tergantung kepada kondisi biograisnya (Berger dan Luckman, 1990).


66

Pascasosialisasi primer, berarti berlalunya masa anak-anak. Chinoy (1961)

dan Johnson (1961) melihat bahwa sosialisasi tidak berhenti hanya sampai ketika

masa anak-anak tersebut berakhir. Sosialisasi tidak pernah total dan tidak pernah

selesai. Dengan kata lain, internalisasi masyarakat, identitas, dan kenyataan ini

tidak terjadi sekali jadi dan selesai tuntas. Sehingga, dalam hal ini individu-

individu dihadapkan pada dua pilihan antara mempertahankan kenyataan yang

sudah diinteralisasikan dalam sosialisasi primer atau akan terjadi lagi internalisasi-

internalisasi berikutnya atau sosialisasi sekunder.

Pada masa perubahan ini, berbagai krisis dapat terjadi yang sesungguhnya

disebabkan oleh timbulnya kesadaran bahwa dunia orang tua bukanlah satu-

satunya dunia yang ada. Di sini, perkembangan usia individu menjadi seorang

pemuda, menandakan suatu masa dalam kehidupan generasi muda dimana banyak

perubahan terjadi. Tidak hanya fisik, namun orientasi mental dan aktifitas juga

mengalami perubahan. Pada masa ini pula, bagi sebagian besar anak muda,

merupakan suatu masa yang penuh gejolak.

Mereka mencari kesenangan serta berusaha menemukan jalan untuk

menyalurkan ekspresi kreatif yang tidak mereka dapatkan baik di rumah atau pun

sekolah. Keluarga dan televisi, dua entitas yang tidak terpisahkan dalam dunia

barat, tidak lagi menyediakan hal-hal yang mereka cari. Kontak dengan keluarga

semakin berkurang, sebaliknya terjadi peningkatan interaksi dan juga mobilitas

dalam rutinitas sehari-hari.

Selain itu, kebiasaan bermedia mereka juga berubah. Waktu menonton

televisi semakin sedikit, sementara ekspor media audio meningkat drastis. Musik
67

populer mulai masuk secara perlahan dalam kehidupan kaum muda sehari-hari

ketika isi lirik yang dihasilkan melalui suaranya merefleksikan sebagian besar hal-

hal yang menjadi perhatian mereka. Sehingga, peran orang tua dalam sosialisasi

pada masa ini mulai berkurang. Terdapat suatu reorientasi umum dari kaum muda

dengan menaruh hormat pada sumber-sumber informasi alternatif yang

mengajarkan bagaimana menjalani kehidupan.

Aktivitas hubungan interpersonal baru dan media saling berinteraksi.

Keluarga, sekolah, dan media massa termasuk musik, berinteraksi di dalam

sosialisasi generasi muda. Televisi yang menjadi bagian dalam kehidupan

keluarga, sementara itu film, radio, dan terutama musik populer menjadi bagian

dari kehidupan poor group. Anak muda pada masa ini lebih banyak menghabiskan

waktunya di sekolah, institusi memperkenalkan kepada mereka cara berpikir yang

secara umum mendukung budaya mainstream dan sikap konvensional. Akan

tetapi, pada sisi lain, sekolah juga menjadi tempat dimana terjalinnya pertemanan

serta terbentuknya poor group, yang bagi sebagian anak muda perkembangan diri

jauh lebih penting daripada pembelajaran formal di dalam kelas.

Selain itu, musik juga memberikan nilai-nilai inti dari beberapa subkultur

kaum muda (Hebdige 1979:62). Generasi muda terekspose nilai-nilai yang ada

dalam musik tersebut dan mengintegrasikannya ke dalam substansi kehidupan

mereka sehari-hari (Lull 1989:77). Dengan demikian hal tersebut menegaskan

bahwa semakin sulit untuk menghindar dari suatu kesimpulan yang hanya tinggal

menunggu waktu dan menyatakan adalah musik bukan televisi yang menjadi

media paling penting bagi generasi muda (Roe 1989:53).


68

Terlihat jelas indikasi-indikasi bahwa anak-anak dan generasi muda tidak

berhubungan dengan media atau sekolah dalam kevakuman sosial dan budaya.

Pada masa ini kecendrungan menjadi anggota suatu komunitas sangat kuat. Kaum

muda di Bekasi menginginkan teman dan menjadi bagian dari ikatan di antara

sesama mereka (komunitas musik Underground), sehingga membatasi pengaruh

orang dewasa seperti orang tua.

Interaksi yang intensif ini disertai dengan fenomena yang disebut tekanan

teman sebaya, biasanya meliputi cara berbicara, berpakaian sampai dengan

tingkah lakunya (Hendratno 2005:19). Dengan demikian, dalam hal ini

menunjukan bahwa teman memegang peranan penting sebagai faktor mediasi

antara individu-individu kehidupan mereka di sekolah, dan media yang

diidentifikasi.

Sehingga, pada sosialisasi sekunder, dapat dikatakan bahwa secara umum

subkultur remaja, dalam hal ini berperan menjadi fungsionaris kelembagaan atau

agen sosialisasi yang berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya internalisasi

kembali subdunia berlandaskan kelembagaan dan pada umumnya merupakan

kenyataan-kenyataan parsial yang berbeda dengan dunia dasar yang diperoleh

dalam sosialisasi primer.


69

BAB V

KESIMPULAN

Komunitas underground merupakan komunitas yang tidak formal mereka

bukan sebuah organisasi, mereka adalah sekumpulan orang yang menikmati,

menggemari dan musisi musik underground, serta menghindari terjadinya sifat

seperti gila hormat. Kegiatan dalam komunitas metal underground adalah

membuat sebuah acara seperti pagelaran musik untuk menyalurkan hobi bermusik

para metalhead dan kegiatan bakti sosial untuk mempererat kebersamaan diantara

mereka. Dalam acara pertunjukan musik underground, metalhead mempunyai

gerakan khusus dan simbol khusus, yaitu benger dan salam metal.

Benger merupakan bentuk ekspresi menikmati musik underground yang

sedang dimainkan oleh musisi underground dalam pertunjukan dan salam metal

sendiri adalah bentuk sapaan diantara mereka dengan simbol menutup jari manis,

tengah serta ibu jari dan membuka jari kelingking dan jari telunjuk. Atribut yang

digunakan untuk mencerminkan metalhead sebagai anak metal adalah baju yang

bergambar simbol metal atau lambang band metal, rambut panjang, serta aksesoris

metal lainnya.

Musik underground mempunyai makna yang berbeda-beda diantara para

metalhead, musik underground mempunyai makna ekonomi karena dari musik

metal merupakan bentuk mata pencaharian beberapa metalhead dan

mendatangkan profit bagi mereka, musik metal mempunyai makna sebagai

hiburan karena bagian dari seni, musik metal sebagai media informasi untuk
70

menyalurkan aspirasi lewat lirik lagu yang dimainkan musisi metal. Metalhead ini

mengahabiskan waktu luang mereka dengan mengkonsumsi musik metal,

berkumpul bersama metalhead dengan membicarakan tentang metal itu sendiri.

Tidak semua metalhead setiap hari berpenampilan seperti anak metal,

karena terbentur dengan pekerjaan. Cara berpakaian mereka bermacam-macam,

tergantung dimana ia berada, jika berada di komunitas metal, ia memakai atribut

metal, tetapi ada juga yang memakai sehari-hari karena memang bekerja yang

berhubungan dengan musik metal.


71

DAFTAR SUMBER

BUKU

Mack, Diter. 1994. Apresiasi Musik, Musik Populer. Yogyakarta: Yayasan


Pustaka Nusantara.
Pasaribu, Amir. 1986. Analisis Musik Indonesia. Jakarta: PT. Pantja
Simpati.
Jube. 2008. Revolusi Indie Label Musik Underground Indonesia. Jakarta:
Harmoni.
Taufik Adi Susilo. 2009. Kultur Underground Yang Pekak Dan Berteriak
Di Bawah Tanah. Yogyakarta: Garasi House of Book.
Ann Wan Seng. 2007. Black Metal. Bandung: MQ Publishing.
McNeil Rhoderick J. 2002. Sejarah Musik 1. Jakarta: PT BK Gunung
Mulia.
Krader, Barbara. 1995. Etnomusikologi. Yogyakarta: Bentang.
Abdullah, Irwan. 2009. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Soleh, Ady Mat. 2014. Metalhead: Studi Deskriptif Gaya Hidup
Pendukung Subkultur Metalhead di Kota Surabaya. Departemen
Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Skripsi.
Universitas Airlangga.
Gombloh, Joko. S. 1995. Musik Rock, Sumber Brutalitas?. Yogyakarta:
Bentang.
Dharma, S. Satya. 2001. Catatan Pendek Perjalanan Musik Rock. Medan:
Siblonk Enterprise.
Hasanah, Raudhatul. 2002. Pengaruh Musik Underground Terhadap
Perilaku Musikal Remaja. Skripsi Sarjana USU.
Purba, Mauly. 2006. Musik Populer, Pendidikan Seni Nusantara. Jakarta:
Gramedia.
Romero, Roy. 2007. Cerita di Balik Scene Underground Medan. Medan:
Brontakzine.
72

Artikel Jurnal

Sasongko, Tjahjo A. & Katjasungkana, Nug. 1991. Pasang Sururt Musik


Rock Indonesia. Prisma (10): 47-65.
Wallach, Jeremy. 2005. Underground Rock Musik and Democratization in
Indonesia. World Literature Today: 16-20.
Bastian, Yulius. 2013. Makna Simbolik Salam Tiga Jari Pada Band Heavy
Metal dan Pada Para Penggemarnya. Jurnal E-Komunikasi: 289-
294.
Angeler, G. David. 2016. Heavy Metal Music Meets Complexity and
Sustainability Science.Springer Plus: 1-20.
Saitri, D. 2014. Metal Satu Jari (Studi Perspektif Mengenai Metal Satu
Jari Sebagai Counterculture Terhadap Metalhead Mainstream di
Jakarta). Journal unair.ac.id: 385-391

Majalah/Tabloid

1990. “Buku Suci Heavy Metal”, Hai, edisi Oktober.


1990. “Yang Mental Dikibas Heavy Metal”, Hai, edisi Agustus.
1995. “Mini Metal Pop”, Hai, edisi September.
1995. “Yang Baru di Blantika Rock Indonesia”, Hai, edisi September
2000. “Revolusi Indie Label Indonesia”, News Musik, edisi Januari.
2000. “Revolusi Underground Lokal”, News Musik, edisi September.
2002. “ Era Emas Musik Rock”, Popular, edisi Juli.
2002. “Heavy Metal Tetap Bikin Panggung Menyala”, Popular, edisi
Maret.
2002. “Band Underground: Pindah Jalur Kenapa Tidak?”. Tabloid Rock,
edisi No. 14 Juni.
2013. “Merayakan Kebisingan”, Rolling Stone, edisi April.
2013. “Musik Rock dan Pertobatan Massal”, Rolling Stone, edisi Maret.
2013. “Metal Indonesia Menemukan Harta Karun”, Rolling Stone, edisi
Agustus.
73

2013. “Hard and Heavy”, Rolling Stone, edisi Februari.

Film Dokumenter

Dunn, Samuel. 2007. Global Metal. Documentary Film. Vancouver:


Banger’s Film Inc

Anda mungkin juga menyukai