Anda di halaman 1dari 35

FENOMENA KOREAN WAVE

(STUDI TENTANG PERKEMBANGAN DAN PENGARUH BUDAYA


KOREA PADA MAHASISWA PENGGEMAR KPOP DI FAKULTAS
ILMU SOSIAL, UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR)

Makalah Seminar Sejarah

FALNI (1962042032)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat,
rahmat, petunjuk dan bimbingannya serta memberikan kekuatan, ketekunan,
kemampuan kesempatan dan pemikiran kepada penyusun sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Fenomena Korean Wave (Studi
Tentang Perkembangan dan Pengaruh Budaya Korea Pada Mahasiswa Penggemar
Kpop di Fakultas Ilmu dan Hukum, Universitas Negeri Makassar).
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mengakui karena adanya
kemampuan yang sangat terbatas, untuk itu penyusun banyak menemui kesulitan
dan hambatan dalam meyusun makalah ini, untuk itu sudah sepantasnyalah pada
kesempatan ini penyusun menyampaikan terimakasih dan penghargaan setinggi-
tinginya, kepada semua pihak yang telah memberi bantuan, arahan dan
bimbingan.
Penyusun menyadari sebagai manusia biasa bahwa penyusunan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat di harapkan oleh penyusun demi peyempurnaan dan
perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penyusun.

Makassar, 4 maret, 2022

ii
Falni

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
C. Batasan Masalah........................................................................................5
D. Tujuan Penulisan.......................................................................................5
E. Manfaat Penulisan.....................................................................................5
F. Tinjauan Penelitian sebelumnya................................................................6
G. Metode Penulisan......................................................................................8
BAB II...................................................................................................................11
PEMBAHASAN...................................................................................................11
A. Proses Persebaran Korean Wave Di Indonesia.......................................11
B. Pengaruh Budaya Korea Pada Penggemar K-pop Pada Mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Makassar............15
BAB III..................................................................................................................21
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................21
A. KESIMPULAN.......................................................................................21
B. SARAN...................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Budaya populer merupakan salah satu fenomena budaya yang dihasilkan
dari globalisasi. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, fenomena adalah hal
yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat diterangkan serta dinilai
secara ilmiah. Salah satu contoh sebuah fenomena, yaitu seperti fenomena alam
atau orang dan fenomena kejadian yang cukup menarik perhatian atau luar biasa
sifatnya1. munculnya budaya populer merupakan salah satu efek dari globalisasi.
Budaya populer merupakan salah satu efek dari perkembangan globalisasi.
Budaya populer merupakan salah satu efek dari globalisasi yang berkaitan dengan
permasalahan kehidupan sehari-hari. Budaya yang akan masuk dunia hiburan
pada umumnya akan menempatkan unsur populer, dan budaya tersebut akan
memperoleh kekuatannya melalui media massa yang kemudian oleh masyarakat
digunakan pada kehidupan sehar-hari. Globalisasi sendiri memiliki pengertian
sebagai proses penyebaran unsur-unsur budaya tanpa perlu terjadinya kontak fisik
saat proses terjadinya penyebaran. Budaya populer tidak dapat dilepaskan dari
peran media massa, media massa sendiri berperan penting sebagai jembatan
penghubung seluruh lapisan masyarakat satu dengan yang lainnya melalui media
massa yang dihasilkan.

Menurut held (1999) “globalisasi adalah sebuah fenomena global yang


melibatkan tiga variabel sekaligus, yakni meliputi interdependensi, interkoneksi,
dan integrasi. Globalisasi dapat dianggap sebagai proses , atau sekumpulan prsoes
yang mewujudkan transformasi organisasi spasial hubungan sosial dan transaksi.
Seperti Globalisasi budaya yang dibangun oleh Korea Selatan melalui industri

1
Simbar, Frulyndese. K. “Fenomena Konsumsi budaya korea pada Anak Muda Di Kota Manado”
jurnal Hlolistik. Volume (18). Hal.2

1
Hallyu. Intensitas kepopuleran Hallyu ini begitu besar di kalangan Asia, bahkan
saat ini sudah menjadi semacam influence global.2

Budaya populer asal Korea Selatan, Korean Wave, yang sudah sangat
tidak asing ditelinga merupakan budaya populer yang dihasilkan dari efek
Globalisasi. Dalam penyebarannya Korean Wave mengandalkan dunia hiburan.
Penulis sendiri Sudah memiliki ketertarikan dengan budaya Korea Selatan korean
Wave sejak lama, penulis tertarik untuk mendeskripsikan budaya populer Korean
Wave , mengkaji fenomena korean wave lebih dalam, dan menuangkannya juga
kedalam karya tulis ilmiah. Booming-nya Korean Wave sudah dirasakan oleh
penulis sejak berusia delapan tahun, sejak tahun 2010. Pada tahun 2010 korean
wave memang belum banyak di bicarakan dan diagung-agungkan seperti sekarang
ini. penulis yang awalnya merasa sangat asing dengan budaya yang ditampilkan
oleh Korea Selatan dalam dunia hiburannya seiring berjalannya waktu menjadi
sangat familiar dan juga terbiasa. Dimulai dari mendengar lagu-lagu k-pop,
menonton serial TV atau K-drama, sampai menjadi penggemar acara-acara reality
Show korea seperti “Running Man” dan salah satu talk Show ternama di salah satu
stasiun TV Negeri di Korea selatan di Korea World, yaitu “hello Conseulor”.
Ketertarikan ini yang kemudian menjadi dasar penulis mengambil tema
Fenomena Korean Wave sebagai tema penulisan dalam mata kuliah Seminar
Sejarah.

Korean Wave sudah sangat terkenal tidak hanya di negara-negara Asia


tapi juga di Amerika dan negara-negara lainnya berawal dari drama Korea. Drama
Korea lebih dulu dikenal dan mendunia jauh sebelum musik, fashion, makanan
dan trend budaya Korea lainnya. Drama Korea di kemas sedemikian rupa
sehingga dapat memikat hati para penikmatnya. Dari yang romantis, thriller,
horor, detektif, kisah bersejarah yang nyata dan tidak jarang juga drama Korea
mengambil tema cerita kehidupan di Korea selatan pada saat itu. Drama Korea
tidak memiliki durasi yang lama berkisar dari satu hingga dua jam lamanya.
Begitu pula dengan episode yang cenderung lebih pendek dari sereis lainnya.
2
Pramita, Yuli. Harto, Syafri. 2016. “Pengaruh Hallyu Terhadap Minat Masyarakat Indonesia
Untuk Berwisata Ke Korea Selatan”. JOM FISIP. Volume 3 (2): 1-7: Hal 4

2
Menurut Hong ( 2014:179) “budaya korea memiliki keunikan tersendiri
sehingga berhasil merebut tempat di pasar Asia dengan cepat. Keunikan-
keunikan tersebut antara lain adalah tema yang kuat dan pesan yang
mendalam dan sangat jelas sehingga pemirsa yang menyaksikan bukan
hanya sekedar menonton film dengan alur cerita yang dramatik, tapi juga
menimbulkan keingintahuan untuk menonton drama seri tersebut lebih
lanjut dan ingin lebih mengenal budaya korea” (dalam sari, 2018:23-24).
K-pop yang juga sudah tidak asing didengar akhir-akhir ini adalah aliran musik
asal Korea selatan. Tidak ketinggalan dengan trend dunia, K-pop sangat di
gandrungi oleh kebanyakaan remaja dan anak-anak muda di Indonesia. K-pop
sendiri memiliki gaya yang unik yang berbeda dengan lainnya sehingga berhasil
manakkhlukkan hati para remaja dan anak muda masa kini khususnya perempuan.
Pada tahun 1930-an musik Pop Korea pra moderen pertama kali muncul akibat
masuknya musik pop Jepang yang turut mempengaruhi unsur-unsur awal musik
pop di Korea. Penjajahan Jepang atas Korea menjadi salah satu alasan genre
musik korea tidak bisa berkembang hanya mengikuti perkembangan budaya pop
Jepang pada saat itu. Di tahun 1950-an pengaruh musik Pop Barat mulai masuk
dengan banyaknya pertunjukan musik oleh pangkalan militer Amerika serikat di
Korea Selatan3. Perjalanan musik modern Korea, K-pop menyebar ke manca
negara bersamaan dengan menyebarnya budaya populer Korea (Hallyu), yang di
Indonesia lebih populer disebut gelombang budaya korea4

Pesatnya kemajuan terknologi menjadi salah satu unsur suksesnya budaya


koresa dalam penyebaran budaya populer Korean Wave. Korean Wave bukan
hanya tentang serial televisi Korea atau K-drama tetapi di dalamnya terdapat
beberapa unsur lagi seperti musik atau yang bisa disebut K-pop, K-fashion, K-
Beauty, kuliner Korea, dan lain sebagainya. Indonesia termasuk sebagai salah satu
negara dengan jumlah penggemar K-pop terbanyak. Pada tanggal 4 februari 2019
silam sebuah perusahaan di bidang industri hiburan yang sangat terkenal di Korea
Selatan SM Entertainment atau SMTOWN resmi beroperasi di Jakarta. Kantor
3
Simbar, Frulyndese. K. “Fenomena Konsumsi budaya korea pada Anak Muda Di Kota Manado”
jurnal Hlolistik. Volume (18) hal 10-11
4
Zaini. “Dinamika Perkembangan Musik K-Pop Dalam Perspektif Industri Budaya. Jurnal
Seminar Nasional Budaya Urban (Kajian Budaya Urban di Indonesia dalam Perspektif Ilmu
Sosial dan Humaniora: Tantangan dan Perubahan)” hal 501

3
SM Entertainment berada di lantai lima fX Sudirman Jakarta pusat. Meski sedikit
berbeda dengan SM Entertainment yang ada di Korea Selatan SM Entertainment
di jakarta ini merupakan kantor yang dibangun sebagai perwakilan jika ada yang
ingin berkerja sama dengan artis-artis dibawah naungan SM Entertainment.

Gambar 1 Kantor SM Entertainment di Jakarta

(sumber : Kompas.com)

Perkembangan pesat korean wave terutama K-pop di Indonesia merupakan


suatu fenomena yang akan penulis teliti lebih dalam. Sebagai salah satu negara
dengan jumlah penggemar K-pop terbanyak, kota Makassar juga tidak ketinggalan
mimiliki pengemar-penggemar K-Pop yang semakin bertambah, tak luput
mahasiswa di Universitas Negeri Makassar fakultas Ilmu Sosial. Fenomena
budaya populer asal Korea Selatan, Korean Wave, sebagai salah satu fenomena
yang sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut.

4
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses persebaran Korean Wave di Indonesia?


2. Apa pengaruh Budaya korea pada penggemar k-pop pada Mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Makassar dan sampai
pada tahap apa budaya Korea sudah berpengaruh pada Mahasiswa
Penggemar K-Pop di Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas
Negeri Makassar

C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Masalah yang diteliti terbatas pada perkembangan dan pengaruh budaya
korea pada mahasiswa penggemar Kpop di Fakultas Ilmu Sosial dan
Hukum, Universitas Negeri Makassar.

D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini, yaitu:

1. Mengetahui Budaya Populer Korean Wave dan proses persebarannya di


Indonesia
2. Mengetahui bentuk Korean Wave pada Mahasiswa Penggemar K-pop di
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Makassar.
3. Melihat sampai tahapan apa Korean Wave atau budaya Korea berpengaruh
pada Mahasiswa Penggemar K-pop di Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum,
Universitas Negeri Makassar

E. Manfaat Penulisan
1. manfaat penulisan secara praktis, memberi gambaran-gambaran dan
penjelasan terhadap persebaran budaya populer Korean Wave di Indonesia,
bentuk Korean Wave pada Mahasiswa penggemar Kpop di Fakultas Ilmu

5
Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Makassar dan pengaruh budaya
Korea pada Mahasiswa penggemar Kpop di Fakultas Ilmu Sosial dan
Hukum, Universitas Negeri Makassar.
2. Manfaat penulisan secara teoritis, memberikan referensi dan informasi
bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan fenomena
korean wave

F. Tinjauan Penelitian sebelumnya


Latar belakang dan perumusan masalah diharapkan dapat
memberikan gambaran secara jelas bahwa dalam penulisan penelitian,
penulis berusaha untuk mengungkapkan fenomena korean wave yang
sudah sangat terkenal dan tersebar luas diseluruh penjuru dunia begitu pula
di Indonesia, Korean Wave juga masuk menjadi budaya populer yang di
gandrungi oleh masyarakat di Indonesia terutama di kalangan anak Muda.

Pertama, penelitian oleh Sari (2018) dengan judul “Pengaruh


Budaya K-Wave (Korean Wave) Terhadap Perubahan Perilaku remaja
Penyuka Budaya Korean di Bandar lampung”. Budaya Populer atau Pop
Culture merupakan efek dari globalisasi. Bagaimana korea selatan sebagai
tuan rumah dari budaya populer yang tengah melanda berbagai negara,
terutama negara-negara di Asia, yang kemudian dari budaya populer Korea
Selatan Korean Wave dapat dilihat dampaknya terhadap remaja Bandar
Lampung penggemar Korean Wave. Mengutip Ihromi (2016:11) “pusat
dari keberhasilan fenomena ini adalah para remaja usia 10-19 tahun 5.
Remaja usia 10-19 tahun merupakan usia di mana seseorang sedang
mengalami proses pencarian jati diri. Dalam proses ini perkembangan
remaja dapat di pengaruhi oleh budaya yang mengubah perilaku remaja”.

5
Peraturan menteri kesehatan RI nomor 25 tahun 2014 tentang upaya kesehatan anak

6
Sari mencoba membuktikan fenomena tersebut dengan
dilakukannya penelitian pada pengaruh Korean Wave pada remaja di
Bandar Lampung. Kemajuan teknologi pada era moderen menjadikan
remaja Bandar lampung terus menerus mengalami perubahan perilaku
hidup seiring perkembangan zaman. Bagai mana korean wave terus
menerus menghipnotis kaum remaja dengan drama, Film K-pop dan lain-
lain sehinga menggeser perilaku remaja bandar Lampung. Peneliti juga
memaparkan bahwa pengaruh budaya Korean Wave terhadap remaja
bandan Lampung cenderung berlebihan dan menimbulkan sikap fanatik.

Kedua penelitian oleh Putri (2019) dengan judul “Korean Wave


Dalam Fanatisme dan Konstruksi Gaya Hidup Genersi Z”. Penelitian ini
bertujuan untuk memahami dan menaganalisis gaya hidup generasi z yang
terbentuk karena status mereka sebagai penggemar fanatik Korean Wave
Generasi Z adalah sebutan bagi orang-orang yang lahir di tahun 1995-
2000. Generasi Z dikenal sebagai generasi muda yang lebih mudah untuk
mengadopsi, mentolelir dan menerima masuknya budaya asing.

Pada penelitian ini korean wave dianggap sebagai sebuah hiburan


dalam kehidupan para informan masing-masing. Berawal dari rasa
penasaran akan Korean wave yang timbul pada masing-masing informan,
mereka mulai mencari tahu lebih dalam mengenai apa itu Korean Wave
dalam diri masing-masing. Rasa ketertarikan itu membawa mereka untuk
semakin terlibat dan terikat dengan apa yang disajikan oleh Korean wave,
seperti musik, artis, tayangan televisi dan sebagainya..

Dari ke-dua penelitian yang telah penulis pilih kemudian dijadikan


sebagai acuan tinjauan pustaka penelitian sebelumnya, penulis dalam
penelitian ini bertujuan untuk mengenal fenomena Korean Wave,
bagaimana proses penyebaran fenomena Korean Wave itu sendiri
berkembang pada Mahasiswa penggemar K-Pop di Fakultas Ilmu Sosial
dan Hukum, Universitas Negeri Makassar.

7
F. Metode Penulisan
a. Objek dan Subjek Penelitian
1. Objek penelitian yaitu fenomena budaya populer Korean Wave,
bagaimana proses penyebaran budaya populer Korean Wave dan
bentuk Fenomena Korean Wave di Indonesia, khususnya pada
Mahasiswa Penggemar K-pop di Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum,
Universitas Negeri Makassar.
2. Subjek penelitian ini adalah informan-informan para penggemar K-
pop. Penelitian ini mengkaji pengaruh budaya korea dan melihat
sudah sampai mana pada tahap apa budaya Korea berpengaruh pada
Mahasiswa penggemar K-pop di Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum,
Universitas Negeri Makassar.

b. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian dilakukan di Universitas Negeri Makassar, fakultas
Ilmu Sosial, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Waktu untuk
melaksankan penelitian ini dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
1. Fase awal : merupakan fase mengumpulan data awal sebagai
informasi awal untuk menemukan fenomena sosial dan gap yang
akan di kaji.
2. Fase tengah : masuk ke lapangan penelitian. Peneliti akan masuk ke
dalam lingkungan fakultas ilmu sosial, universitas negeri makassar.
3. Fase akhir ; merupakan fase verifikasi data.

c. Jenis dan Sumber data


Data yang dikumpulkan sebagai data utama dalam penelitian kualitatif
ini dikumpulkan oleh peneliti sendiri dengan dibantu orang lain. Data-
data yang dikumpulkan peneliti adalah sebagai berikut.:
1. Informasi mengenai pengaruh fenomena Budaya korea pada
mahasiswa penggemar K-pop di Fakultas Ilnu Sosial dan Hukum,
Universitas negeri Makassar.

8
Secara garis besar sumber data di bagi menjadi dua, yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder:

1. Data primer didapat secara langsung dengan partisipasi peneliti


dan wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti untuk
memperoleh data dan informasi.
2. Data sekunder didapatkan secara langsung maupun tidak langsung,
misalnya data yang didapatkan dari tulisan-tulisan penelitian
sebelumnya. Data yang didapat secara tidak langsung diharapkan
dapat membantu peneliti dalam mengambil langkah dan juga
melengkapi data dan informasi yang dibutuhkan selama penelitian.

d. Teknik Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh
melalui penelitian lapangan atau field work. Metode pengumpulan
data dilakukan melalui teknik observasi dan wawancara mendalam
(depth interview).
1. Observasi Partisipan
Peneliti terjun langsung ke dalam ruang lingkup yang
diteliti, agar dapat mengetahui permasalahan dan keadaan
sesungguhnya, mengetahui karateristik informan-informan
sebagai pengemar K-pop di mana Informan-informan yang
dipilih oleh peneliti adalah para penggemar budaya yang
berbau Korea, K-pop. Peneliti bertemu langsung dan tidak
langsung dengan para informan. Penulis juga menggunakan
pendekatan fenomenologi dalam menceritakan pengalaman-
pengalaman yang sudah dilakukan oleh para informan untuk
membantu penulis dalam mengumpulkan data yang
dibutuhkan.
2. Wawancara Mendalam
Diharapkan dengan wawancara mendalam peniliti dapat
mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan. Metodenya

9
adalah wawancara mendalam mengajukan pertanyaan terbuka,
memberi kesempatan informan untuk bercerita, bukan hanya
menjawab singkat pertanyaan yang diajukan agar para
informan dapat merasa lebih nyaman dalam memaparkan
jawaban dan tidak merasa canggung seperti wawancara
informal. Dalam melakukan wawancara mendalam, peneliti
menggunakan pedoman wawancara (interview guide) yang
digunakan sebagai petunjuk dalam mengumpulkan data yang
diperoleh dari para informan.
3. Studi Literatur.
Selain melalui observasi partisipan dan wawancara
mendalam, studi pustaka diharapkan dapat membentu peneliti
dalam melengkapi data-data dan informasi yang dibutuhkan
dalam menyelesaikan penelitian.

e. Analisis data.
Analisis data merupakan serangkaian proses mencari dan
menyusun data secara sistematis yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga data
yang telah diperoleh dapat dengan mudah dipahami dan dapat di
informasikan pada orang lain.
1. Reduksi Data
Dari data yang sudah di dapat dari penelitian di lapangan atau
field work, data masih harus dipilih dan di pisahkan supaya
fokus penelitian dapat dipersempit dan fokus dari penelitian
dapat terlihat lebih jelas dan mudah di pahami.
2. Penyajian Data
Seluruh data yang sudah dipisahkan dan terpilih akan
digabungkan dan dipadu padankan agar tersusun rapi dan
mudah dipahami.
3. Penarikan kesimpulan atau Verifikasi.

10
Kesimpulan akan dianggap sebagai kesimpulan yang kredibel
jika penarikan kesimpulan didukung oleh bukti yang valid.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Persebaran Korean Wave

Penyebaran Korean Wave terjadi secara non fisik atau adanya perpindahan
kebudayaan tanpa adanya kontak langsung, ini diakibatkan oleh kemajuan
teknologi yang mempermudah suatu perpindahan budaya yang tidak lagi terjadi
secara fisik, yang dimana dahulu penyebaran budaya dilakukan secara fisik, di
mana sekelompok orang maupun seorang individu membawa kebudayaan tersebut
pergi jauh ke tempat lain sehingga kebudayaan yang di bawa tadi pindah ke
tempat baru. Perpindahan kebudayaan ini tak luput dari adanya peran kemajuan
teknologi seperti media media televisi yang sering menayangkan acara-acara dari
luar dan juga kemajuan teknologi di bidang internet. Mudahnya mengakses
internet sehingga kita sekarang dapat menikmati konten-konten yang berasal dari
luar negeri sekalipun koentjaraningrat, ,meyebutkan dalam zaman modern ini,
proses difusi yang terjadi di muka bumi terjadi dengan sangat cepat, munculnya
alat-alat penyiaran yang sangat efektif, seperti surat kabar, majalah, buku, radio,
film dan televisi menyebabkan difusi unsur-unsur kebudayaan tanpa adanya
kontak fisik.6

Globalisasi terjadi akibat kemajuan teknologi yang menyebabkan


peleburan-peleburan unsur-unsur budaya asing sehingga melahirkan suatu budaya
baru salah satunya budaya popular. Korea selatan dengan budaya populernya
Korean Wave tersebar luas di dunia melalui dunia hiburan seperti Film, serial TV,
musik, fashion, dan lain sebagainya. Media memiliki peran yang cukup besar
6
Koentjaraningrat. 2009 “pengantar Ilmu Antropologi”. Jakarta : PT Rineka Cipta. Hal.201

11
dalam proses penyebaran Korean Wave. Korean Wave dengan target pemasaran
masyarakat internasional awalnya terkenal di negara-negara Asia Timur dan Asia
Tenggara namun kini Korean Wave sudah sangat terkenal tidak hanya di negara-
negara Asia tapi juga negara-negara Amerika dan Eropa.

Pada sub bab ini akan dibahas sekilas tentang sejarah dan cerita singkat di
balik melejitnya popularitas Korean Wave, apa itu Korean Wave dan mengapa
Korean Wave?. Korean Wave atau yang biasa disebut Hallyu merupakan kiasan
para pers Cina menggambarkan popularitas budaya populer Korea Selatan yang
masuk ke Cina diakhir dekade 1990an. Korean Wave sendiri mulai masuk ke
Indonesia sekitar tahun 2000-an melalui sebuah serial drama Korea. Jika berbicara
tentang Fenomena Korean Wave, banyak sekali masyarakat tanah air yang keliru
menganggap K-pop¸salah satu budaya popular Korean wave, merupakan satu-
satunya bagian dari Korean Wave. Singkatnya, mereka mengira bahwa Korean
Wave adalah demam K-pop yang lagi marak di perbincangkan di Tanah Air
akhir-akhir ini. padahal selain K-pop, korean Wave juga memiliki k-drama,
sebuah serial drama asal korea selatan, k-fashion, k-beauty, dan lain-lain.

Indonesia sendiri dianggap sebagai salah satu negara penting yang menjadi
target penyebaran kebudayaan Korea. Salah satu alasan karena banyaknya pekerja
Indonesia yang berkerja di Korea dan banyaknya orang korea yang berinvestasi
serta tinggal di Indonesia7 . Gencarnya persebaran (difusi) budaya Korea tersebut
menumbuhkan kecintaan pada budaya Korea dan diikuti terbentuknya akulturasi
budaya Korea di Indonesia, Fenomena Korean wave atau Hallyu sudah masuk ke
industri hiburan Indonesia pada tahun 2000-an. Mulai marak terdengar pada tahun
2009 ketika drama “Boys Over Flower” diputar oleh salah satu stasiun televisi
swasta di indonesia. Budaya populer muncul akibat adanya globalisasi. Sama
halnya dengan budaya populer, budaya populer korea selatan ini juga
memanfaatkan industri hiburan dalam penyebaran kebudayaan. Budaya populer
Korea Selatan atau yang lebih dikenal fenomena Korean Wave kini telah menjadi

7
Ajeng Dasmista. 2015. Agresi Budaya Korea melalui K-Pop Di Indonesia”. Periklanan ,
Universitas Yogyakarta.

12
salah satu soft power Korea selatan. Penyebaran budaya tersebut tidak dapat
dilepaskan dari adanya fenomena Korean Wave atau Hallyu.

Drama Korea datang membawa tontonan ringan yang bertemakan keluarga


dan berbagai konflik di dalamnya, yang dibungkus sedemikian rupa sehingga
menarik untuk ditonton. Tentu drama Korea ini segera digandrungi masyarakat
yang memang menginginkan sesuatu yang baru8.

Akhir-akhir ini pengaruh kebudayaan Korea merebak di banyak negara


Asia, termasuk Indonesia. Mungkin banyak dari beberapa lapisan masyarakat
yang tidak atau belum menyadari bahwa remaja Indonesia begitu kuat terpengaruh
oleh budaya korea. Berikut ini adalah bentuk-bentuk pengaruh Korea
bertransformasi di Indonesia.

1. K-Drama
Keberhasilan drama Korea mengambil hati masyarakat Indonesia
terbukti dengan tingginya minat penonton terhadap drama Korea yang
pertama kali di tayangkan saat itu, yaitu Endless Love. Endless love
membuat stasiun televisi lokal lebih gencar mengimpor drama dari negeri
Ginseng. Drama seperti Jewel in The Place, Prince Hours, Coffee prince,
winter sonata, Full House, My Sassy Girl Chunhyang, hingga Boys Over
Flower tak kalah suksesnya menarik perhatian masyarakat. Bahkan, para
pemain yang ada dalam drama-drama tersebut telah menjadi idola baru di
kalangan masyarakat Indonesia. Drama Korea datang membawa tontonan
ringan yang bertemakan keluarga dan berbagai konflik di dalamnya, yang
dibungkus sedemikian rupa sehingga menarik untuk di tonton. Tentu
drama Korea ini segera di gandrungi masyarakat yang memang
menginginkan sesuatu yang baru, dan memang kenyataannya masyarakat
sangat antusias menonton drama Korea. Drama Korea Endless Love yang
ditayangkan pada tahun 2002 menjadi awal penyebaran Korean wave.
Adegan dalam drama yang dibaluti dengan kisah romantis banyak

8
Putra, Angga. 2014. “pengaruh Budaya Korea di Indonesia.” Jurnal Universitas Gunadarma

13
memikat hati penonton. Tidak hanya romantis, seringkali adegan-adegan
konyol juga mewarnai sebagian besar drama Korea sehingga cerita yang
disajikan tidak begitu berat dan menyedihkan. Adegan-Adegan yang
ditayangkan juga tidak vulgar seperti film barat. Selain itu episodenya
juga tidak sepanjang sinetron Indonesia, hanya sekitar 16 hingga 25
episode saja. Hal-hal tersebut tentu saja membuat drama korea langsung
melejit di Indonesia.
2. K-POP
Kemudian muncullah musik korea yang disebut K-pop. Awalnya
korea muncul dengan dramanya yang disebut drama korea. Dari drama
korea yang berhasil mencuri perhatian masyarakat Indonesia bahkan
hampir seluruh masyarakat dunia yang menyukai drama korea seperti full
house, endless love, prince hours, stairway to heaven, winter sonata dan
masih banyak lagi, dari sinilah musik K-pop mulai menjamur keseluruh
negara di dunia. Perlahan tapi pasti itulah yang dilakukan korea untuk
menguasai industri musik dunia termasuk Indonesia. Dapat dilihat dari
semakin banyaknya girlband dan boyband di Indonesia Yang berkiblat ke
musik K-pop.
korea selatan memang sangat terkenal dengan aliran Musiknya
yaitu K-Pop, Hip-Hop, Pop, Rock, R&B Ballad, merupakan genre yang
dapat dijumpai dalam K-Pop. untuk mencuri perhatian yang lebih luas lagi
setengah dari bagian lagunya terdiri dari bahas internasional yaitu bahasa
Inggris. group K-pop di dominasi oleh kelompok-kelompok penyanyi
yang memiliki jumlah anggota yang banyak, yang dikenal dengan sebutan
girlband dan boyband K-pop, biasanya memiliki jumlah anggota yang
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah anggota kelompok pop barat
(western pop Groups). sebagai contoh, boyband di bawah naungan SM
Entertainment, yaitu super junior yang memiliki anggota yang berjumlah
13 orang dan girl generation girlband yang di bawah naungan yang sama,
beranggotakan 9 orang.

14
Agensi-agensi industri hiburan di Korea Selatan yang merupakan
rumah bagi kelompok-kelompok penyanyi di Korea selalu mempunyai
konsep yang sangat jelas dan matang. dari segi kostum dan pakaian
panggung yang akan dikenakan selama mempromosikan lagu barunya.
kelompok idola korea juga akan merilis music video yang dikemas matang
dan menarik tidak jarang semua music video tersebut memiliki jalur cerita
seperti drama seperti drama dan memiliki hubungan dengan music video
selanjutnya atau memiliki sequel. dengan fashion unik dan sesuai dengan
konsepnya, lokasinya syuting juga dihias sedemikian rupa sehingga
menghasilkan music video yang berkualitas tinggi. boyband dan girlband
korea dengan tariannya menjadi salah satu keuinikan sendiri karena
sebenarnya jarang kita jumpai penyanyi atau sebuah kelompok penyanyi
yang menari atau memiliki tari-tarian sekaligus. selain memiliki
keterampilan dalam bernyanyi, boyband dan girlband yang menyematkan
unsur acrobat dalam gerakan tarian mereka. keunikan ini juga berdampak
pada munculnya sekelompok penggemar-penggemar K-Pop yang
melakukan dance cover dan tidak jarang pula diadakannya perlombaan
dance cover K-pop Group.
boyband atau girlband korea yang memiliki lagu baru biasanya
mengeluarkan satu full album atau mini album dengan satu title track. title
inilah yang kemudian dinyanyikan di panggung-panggung acara music di
Korea. setiap album yang dikeluarkan pu memiliki konsep yang menarik
dan matang. satu kelompok boyband atau girlband di korea memiliki
konsep-konsep yang berbeda tiap albumnya. begitupun seterusnya. para K-
pop Group akan selalu kembali dengan lagu-lagu baru dan konsep yang
berbeda. korea selatan memiliki 4 musim yang terdiri dari musim salju,
musim semi, musim panas dan musim gugur. tidak jarang para grup idola
ini mengabil tema dari keempat musim tersebut. disaat cuaca berubah
menjadi lebih dingin seperti musim gugur dan musim salju identik dengan
lagu-lagu ballad, lagu mellow, atau sad song.

15
album-album K-pop pun di desain sangat unik dan berbeda dari
almbum lagu pada umumnya. tidak banyak CD yang berisi lagu-lagu
dalam album tersebut, tapi album tersebut memiliki photobook atau
sekumpulan foto-foto boyband atau girlband sesuai konsepnya pada saat
itu. tak jarang pula album datang dengan poster, photocard dan postcard
yang menampilkan foto-foto dari anggota boyband atau girlband tersebut.
hal ini juga menjadi faktor harga yang terbilang cukup mahal untuk sebuah
CD album karena di dalamnya terdapat macam-macam merchandise.
faktor ini juga yang kerap kali membuat para penggemar k-pop berlomba-
lomba membeli dan mengoleksi album-album group band favoritnya.
3. Bahasa
Drama dan lagu-lagu Korea menyebabkan rasa keingintahuan
mereka tentang budaya dan bahasa Korea, inilah yang membuat mereka
ingin mengenal dan mempelajari budaya dan bahasa mereka, rela kursus
bahasa korea agar bisa mempelajari huruf hangeul dan bahasa Korea.
Tidak jarang mahasiswa Indonesia jurusan bahasa Korea mengaku
memilih jurusan tersebut karena kegemarannya pada drama Korea dan
ingin mempelajari bahasa dan budayanya secara mendalam.
4. Makanan dan Kosmetik
Drama dan acara TV korea telah mempopulerkan makanan dan
kosmetik Korea. Adapun orang korea adalah menjadi cantik, tampan dan
sehat itu sangat penting. Oleh karena itu orang korea sangat
memperhatikan makanan sehat yang dimasak dan disantap dalam keadaan
panas, serta perawatan kecantikan hingga menumbuhkan industry operasi
plastik wajah. Dalam dunia bisnis, industri kosmetik korea semakin
berkembang di indonesia. Banyak toko-toko khusus kosmetik korea
bermunculan, terutama di mal-mal yang tersebar di kota-kota besar di

16
Indonesia termasuk kota makassar9 seperti serum wajah, syampo skincare
dan banyak lagi kosmetik lainnya.

B. Pengaruh Budaya Korea Pada Penggemar K-pop Pada


Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri
Makassar

Universitas Negeri Makassar (UNM) merupakan perguruan tinggi


negeri yang berlokasi di makassar. Info dan narasumber diambil dari
mahasiswa yang berkuliah di Univeritas Negeri Makassar tepatnya pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum.

a. Profil Informan
1. Siti Fadilah Candra (Pendidikan Sejarah)
Siti mengaku sudah mengenal k-pop dan mulai tertarik sekitar
duduk dikelas 5 SD, siti mengatakan ada pengaruh lingkungan
keluarga yang membuatnya menyukai Kpop. Siti menceritakan kalau
Ibunya pecinta Drama Korea (Drakor) dan musik Korea (K-pop), dan
saat masih didalam kandungan Siti menceritakan kalau ibunya sangat
suka menonton drama Korea maupun mendengar musik Korea. Saat
duduk di bangku 5 SD siti sudah mendengar kan lagu dari boyband
legendaris Korea, seperti TVSQ, Shinhwa, SG Wannabe, alasannya
karena siti mengaku genre dan irama yang disajikan dalam musik K-
pop terdengar keren, dan cocok di telinganya, dan makin lama
munculah boyband korea lagi seperti Super Junior, Shinee, Nuest,
Mblaq, yang membuatnya semakin menyukai K-pop, dengan Alasan
tidak hanya dengan Musik yang keren dan unik di dengarnya tetapi
juga memiliki paras menawan “Good Looking” dance yang
ditampilkan tidak pasif, malah bervariasi, dan mulailah dirinya
menyukai kpop “suka banget”
9
Deansa Putri, Sri Widowati Herieningsih, Tandiyo Pradekso. (2013). Hubungan Intensitas
Menonton Tayangan Drama Seri Korea di Televisi dan Motif Menonton Tayangan Drama Seri
Korea di Televisi dengan Perilaku Berpakaian Remaja. Artikel INTERAKSI ONLINE, VOL 1,
NO 3

17
Siti mengatakan
”aku bukan K-popers yang hanya satu boyband saja yang
digemari, tetapi semuanya kak, karena aku suka netral. Jadi bisa
dibilang tidak memiliki Bias, tetapi suka semua nya, aku usahain
download semua video ataupun lagu baru mereka dan nonton
konsernya, 2 hardisk aku penuh semua”

Siti mengaku jika dirinya sering menonton konser Online yang


diselenggarakan seperti penghargaan MAMA, konser tour
boyband, festival musik seperti Mbc, kbs, maupus sbs. Untuk
kegiatan donasi sebagai salah satu kpopers dirinya mengaku pernah
mengikuti kegiatan Disorong, Papua Barat, dalam rangka
merayakan ulang Tahun Army (salah satu fandom/fanbase BTS)
dengan melakukan donor Darah dan sekalian juga melakukan
Bazar. Selain itu siti juga mengaku pernah mengikuti kegiatan
yang lainnya seperti ulang tahun salah satu Idol dari grub Boyband
super juniior Siwon, mereka menyelenggarakan party khusus
gabungan Kpopers di daerahnya.
Siti mengaku dirinya pernah membeli album boyband korea
Mblaq, dengan kisaran harga Rp. 320.000.00 pada tahun 2012,
dirinya juga mengoleksi dua buku idol boyband dengan kisaran
harga 90-120 Ribu Rupiah, dan Lighstick dari Boyband Nct U
dengan kisaran harga Rp. 420.000.00 dibelinya pada tahun 2019
silam tak luput sticker-sticker idol kisaran Rp.30.000.00 ribuan.
Dirinya mengaku semua yang dibelinya sesuai pada isi kantongnya
tidak menuntut “harus membeli” apalagi sampai memaksa orang
Tua atau sampai melakukan tindakan penyimpangan yang tidak
patut untuk di contoh. Menurutnya siti
“budaya Korea melekat Di Aku dari segi bahasa, karena
keseringan saya menonton, aku juga pernah less bahasa Korea”

18
Sudah pasti siti ini sudah engonsumsi budaya korea secara tidak
langsung, tetapi tidak secara berlebihan ada batasannya, dan
mengaku masih lebih mencintai budaya Indonesia (NKRI)
menurutnya orang korea itu luar biasa, patut diambil pembelajaran
tentang sopan santunnya mereka sangat luar biasa menjunjung
norma kesopanan, ambisius dan disiplin tapi yang tidak patut untuk
dicontohi mereka cepat merasa frustasi dan tidak sanggup
menerima tekanan seperti “bully” mental mereka masih belum
mampu/sanggup menerima itu, baik dari artis-artisnya maupun
masyarakat umum korea.
Menurutnya siti fenomena korean wave di indonesia sendiri
masih bisa berkembang pesat, karena sekarang ini iklan di Tv
maupun aplikasi pasti brand ambassador-nya itu idol Korea
maupun Actor/Actris seperti Shoppee, tokopedia, dan lain-lain,
dirinya berharap semakin pesat perkembangan korean wave di
indonesia jangan sampai melupakan negara kita sendiri, jangan
sampai membuat SDM di Indonesia tidak terpakai tetapi harus
fleksibel jadi harus saling menguntungkan, dan anak muda jangan
terpaku pada K-pop saja tetap perlu menjaga kebudayaan kita agar
tidak tenggelam dengan budaya asing.

2. Sri (Administrasi Negara)


Sri mengaku dirinya mulai hal-hal yang mengenai Korea sejak
tahun 2013, berawal dari drama korea yang ditayangkan di salah
satu stasiun TV swasta membuat Sri suka dan mengikuti Serial
Drama Korea. Dan mengaku sangat suka dengan salah satu Actor
Korea Selatan yaitu Lee Min Ho, (Lee Min Hoo adalah seorang
actor korea selatan, nama Lee Min Hoo melejit saat dia berperan
menjadi salah satu tokoh utama Boys Before Flowers pada tahun
2009) dan pada tahun 2014 kemudian berkembang lagi ke K-pop
(musik Korea) lebih khususnya ke boyband asal korea yaitu EXO,

19
dirinya mengaku tidak berminat untuk mengoleksi marchandise apa
lagi barang-barang Exo karena faktor ekonomi dan dari orang tua,
jadi dirinya tidak mengoleksi barang seperti itu. Dirinya juga
mengaku telah mengonsumsi budaya korea dari segi bahasa,
busana tapi masih dipilah-pilih mana yang baik untuk dikenakan
dan mana yang tidak, menurutnya juga perkembangan K-Pop di
indonesia akan semakin bertambah apalagi media sekarang ini
kebanyakan memberitakan korea karna fenomena korean wave itu
sendiri

3. Nizar Amalia (pendidikan Sosiologi)


Nizar mengaku sudah mulai menyukai dan tertarik dengan Kpop
saat masih sekolah dasar, dirinya mengaku memiliki album k-pop
dari salah satu boyband terkenal korea yaitu BTS dengan kisaran
harga RP. 2.000.000.00, Nizar juga pernah mengikuti festival
dance-dance Cover di mall dan juga kebudayaan korea yang di
konsumsi sehari-harinya yaitu makan menggunakan sumpit, dirinya
juga pernah melakukan donasi dari kegiatan sosial yang
diselenggarakan Army (sebutan bagi para penggemar BTS) pada
bencana Alam.

4. Nency (pendidikan Sosiologi)


Dirinya mengaku menyukai kpop, tapi tidak fanatik, hanya
sebatas hiburan saja, meyukai kpop sejak duduk di bangku sekolah
menengah Atas, nency berpendapat kemungkinan kedepannya
budaya korea akan semakin berkembang di indonesia mengingat
para k-popers semakin hari semakin bertambah jumlahnya.

b. Teori Tiga Gejala Kebudayaan Pada Analisa Data Oleh Empat


Informan

20
J.J Honingman membuat perbedaan atas tiga gejala kebudayaan
setelah ahli Sosiologi berdampingan dengan ahli Antropologi, talcot
Parsons dan A.L Kroeber memberikan anjuran untuk membedakan
antara wujud kebudayaan sebagai suatu sistem dari gagasan-gagasan
serta konsep-konsep dan wujudnya sebagai rangkaian tindakan serta
aktifitas manusia yang berpola. Tiga gejala kebudayaan oleh
Honingmann yaitu 1. Ideas, 2. Actities, 3. Artifacts.
1. ideas atau ide adalah wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks dari ide, gagasan, norma, peraturan, dan lain sebagainya.
2. Activities atau aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks aktivitas, tindakan berpola oleh manusia dalam
masyarakat.
3. artifacts atau artefak adalah objek berbentuk nyata dan fisik
sebagai wujud kebudayaan sebagai benda-benda diraba hasil karya
manusia.

Dibawah ini hasil analisa pada keempat Informan dalam tabel 3 gejala
kebudayaan Honingmann.

21
Table 4.1

no Artifacts Activities Ideas


1. Siti fadilah 1. Merchandise 1. menonton K- 1. Mengoleksi
2. Lightstick pop barang-barang
2. mengoleksi kpop
barang-barang 2. Menonton Konser
Kpop
3. belajar bahasa
korea
2. sri Tidak ada Tidak ada Tidak ada
3. Nizar Amalia 1. Album Kpop 1. menonton 1. mengoleksi 3.
2. Merchandise konser barang
(photocard hoodie) 2. mengoleksi barang kpop
3. lighstick barang- 2. menonton
barang kpop konser

4. Nency Tidak ada Tidak ada Tidak ada

c. Konsumsi Informan Pada Barang-Barang Kpop


Setelah melihat tabel tiga wujud kebudayaan oleh Honingmann
yang terdiri dari ideas, activities, dan artifact, penulis akan menguraikan
ketiga unsur wujud kebudayaan pada penggemar Korean Wave. Pada
bagian pembahasan ini akan dipaparkan hasil analisa penulis pada barang-
barang K-Pop yang sudah dibeli dan dikoleksi oleh para informan.
Barang-barang hasil konsumsi penggemar Korean Wave pada umumnya
berupa album-album K-Pop, poster, lightstick , berbagai macam
merchandise baik yang official maupun fanmade dan lain sebagainya.
dibawah ini adalah koleksi-koleksi barang-barang yang berbau k-pop dari
para Informan.
1. Siti Fadilah

22
kisaran harga Rp.320.000.00

(koleksi foto pribadi informan)

ligtstick dan stiker-stiker idol kisaran harga 1 jutaan keatas

2. Nizar Amalia
kisaran harga 2 jutaan keatas

(koleksi foto pribadi informan)

Demikian data-data dia atas adalah data-data yang penulis dapat


saat mewawancarai para informan mengenai barang-barang kpop yang di
beli.

d. Pengaruh Budaya Yang di Konsumsi Para Informan dari Korean


Wave.

23
Dari hasil data yang peneliti peroleh adapun budaya korea yang telah
dikonsumsi oleh para informan anatara lain yaitu

1. Siti Fadilah Candra (Pendidikan Sejarah)


Siti mengaku budaya korea yang telah dia terapkan di kehidupan
sehari-harinya yaitu dari segi fashion, dimana fashion ini juga dia
sesuaikan dengan adab, sesuai dengan budaya indonesia, mana
yang bisa ia kenakan dan mana yang tidak, yang kedua yaitu
menggunakan sumpit ketika makan , dan juga mengaku telah
mengetahui sedikit kuasa kata dari negeri ginseng tersebut karena
dirinya mengaku sempat les bahasa korea karena tertarik dengan
bahasa korea lewat drama korea yang ia tontoni.

2. Sri (Administrasi Negara)


Sama dengan siti fadilah candra dirinya juga sempat menerapkan
cara berpakain ala-ala orang korea atau fashion orang korea dirinya
juga menerapkan pakaian mana yang tepat dengan yang ada pada
budaya indonesia yang terkenal tidak memamerkan auratnya dan
juga adapun budaya lain yang telah ia terapkan di kesehariannya
yaitu bahasa korea seperti, saranghae (bahasa indonesianya aku
mencintaimu) oppa (kakak laki-laki) dan ada beberapa kata lagi
yang dirinya ketahui.

3. Nizar Amalia (pendidikan Sosiologi)


Dirinya mengaku telah mengonsumsi budaya korea dari segi
kuliner seperti kimchi, ramyeon, dan teobokki yang sering
dibelinya di shop online, tak hanya itu dirinya juga menerapkan di
kesahariannya makan menggunakan sumpit.

4. Nency (pendidikan Sosiologi)

24
Dirinya mengaku karena dirinya tidak terlalu fanatik dengan yang
berbau korea dirinya hanya mengkonsumsi budaya korea dari segi
bahasa menurutnya bahasa korea menarik dari cara pelafalannya
dan juga unik didengar, dirinya mengaku juga menguasai sedikit
kosakata bahasa Korea

25
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, penulis berusaha mengambil
kesimpulan dari dua poin terpenting yang dijadikan sebagai fokus dalam
penelitian ini:
1. Korean Wave adalah budaya populer asal Korea Selatan yang bergerak
di industri hiburan dan mengandalkan media dan kemajuan teknologi
sebagai perantara penyebarannya. Penyebaran budaya well
known Korean Wave adalah salah satu bentuk dari terjadinya
globalisasi karena terjadinya penyebaran unsur-unsur budaya akibat
kemajuan teknologi. Jika proses penyebaran budaya jaman dulu terjadi
oleh proses difusi di mana sekelompok orang atau individu membawa
suatu kebudayaan pergi jauh sehingga terjadinya perpindahan
kebudayaan secara fisik, kemajuan teknologi saat ini telah
mempermudah perpindahan budaya tanpa adanya kontak fisik
langsung seperti penyebaran budaya Korea yang banyak dilakukan
dari web.
2. Jika dulu penyebaran harus dilakukan dengan adanya kontak fisik
dimana para sekelompok orang maupun individu-individu membawa
unsur-unsur kebudayaaan tersebut pergi jauh dan berpindah-pindah, di
zaman yang sudah modern dan serba canggih ini penyebaran unsur-
unsur kebudayaan terjadi sangat cepat dan mudah sedangkan tidak
terjadinya perubahan besar atau drastis pada golongan-golongan
masyarakat penikmat budaya Korea. Penggemar Pembelian barang-
barang K-Pop dan perubahan perilaku adalah hasil dari ideologi Korea
terhadap produk-produknya yang ditayangkan, membuat orang tertarik
dan penasaran melalui korean wave itu sendiri, dan adapun mahasiswa
di Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum di Universitas Negeri Makassar
telah mengonsumsi kebudayaan dari Negeri Ginseng akibat adanya

26
globalisasi dan rasa penasaran sehingga membuat mereka tertarik
untuk menerapkannya ke kehidupan sehari-hari.

B. SARAN
Saran yang dapat penulis berikan yaitu, Di era global ini dimana
peleburan-peleburan akan unsur-unsur kebudayaan akan terus terjadi, tidak
ada salahnya untuk selalu terbuka dengan hal-hal baru dengan selalu
mengingat akar dan asal usul diri kita sendiri. Hadirnya gelombang Korea
atau budaya populer Korean Wave di Indonesia sangat diharapkan dapat
memacu tidak hanya industri hiburan tetapi juga bidang lain di Indonesia
untuk berkreasi lebih lagi. Seperti pendapat Wisnu (dalam Tabloid Kontan
edisi 11 – 17 Maret 2019), . Selain itu KPop juga diharapkan dapat
memberi inspirasi bagi masyarakat Indonesia dengan kesuksesannya
dalam menghubungkan artis dengan aktivitas bisnis lain, seperti fashion
dan teknologi yang membawa keuntungan bagi Korea Selatan lebih
banyak lagi.

27
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan. 2010. Konstruksi Dan Reproduksi Kebudayaan.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Amri, Asnil Bambani. 2019. “Saat Chairul Tanjung Keranjingan


K-Pop” (Bisnis). Kontan, edisi 11 Maret – 17 Maret, hal 16.

Ardia, Velda. 2014. Drama Korea Dan Budaya Popular. Jurnal


Komunikasi. Volume 14 (3): 11, 12, 14.

Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan


Kualitatif. 2012. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Hanjani, Vania Pramudita. 2019. Korean Pop sebagai Identitas


Subkultur iKONIC. [Skripsi]. Semarang [ID]: Universitas Diponegoro

Hogarth, Hyun-key Kim. 2013. The Korean Wave: An Asian


Reaction to Western-Dominated Globalization. Jurnal Konunklijke Brill
NV, Leiden. Volume 12 hal: 135-151

Irmanto, Vania Rosalin., Tjiptono, Fandy. 2013. Motivasi Dan


Perilaku Penggemar K-Pop Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
MODUS. Volume 25 (1) hal: 1-25

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Kuwuhara, Yasue. 2014. The Korean Wave (Korean Popular


Culture in Globlal Context). United States: PALGRAVE MACMILLAN

liliweri, Alo. 2003. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mee, Cho Yun. 1997. Gaya Hidup Dan Budaya Konsumen: Kasus
Konsumen Galeria Di Yogyakarta [Tesis] Yogyakarta [ID]: Universitas
Gadjah Mada.

Musa, Nurhaiday. M Insya Musa. 2015. Dampak Pengaruh


Globalisasi Bagi Kehidupan Bangsa Indonesia. Jurnal Pesona Dasar.
Volume 2 (3): 1-4.

28
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.

Pramita, Yuli. Harto, Syafri. 2016. Pengaruh Hallyu Terhadap


Minat Masyarakat Indonesia Untuk Berwisata Ke Korea Selatan. JOM
FISIP. Volume 3 (2): 1-7.

Puspitasari, Wulan. Hermawan, Yosafat. Gaya Hidup Penggemar


K-Pop (Budaya Korea) Dalam Mengekspresikan Kehidupannya Studi
Kasus K-Pop Lovers Di Surakarta. Jurmal.

Putri, Karina Amaliantami. 2019. Korean Wave dalam Fanatisme


Gaya Hidup Generasi Z. [Skripsi]. Semarang [ID]: Universitas
Diponegoro.

Ramadhan, Ananda. tt. Pengaruh Terpaan Tayangan Korean


Wave (Demam Korea) terhadap Gaya Hidup Mahasiswa Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Jurnal. Ridaryanthi,

Melly. 2014. Bentuk Budaya Populer Dan Konstruksi Perilaku


Konsumen Studi Terhadap Remaja. Jurnal Visi Komunikasi. Volume 13
(1): 87-104.

Sadasri, Lidwina Mutia. 2017. Praktik Konsumsi Selebriti Dalam


Komunitas Penggemar Di Era Media Baru (Studi Kasus Komunitas
Penggemar NIC Jogja dan Jakarta). Profetik Jurnal Komunikasi. Volume
10 (1)

Setiawan, Rudi. 2013. Kekuatan New Media Dalam Membentuk


Budaya Populer Di Indonesia (Studi Tentang Menjadi Artis Dadakan
Dalam Mengunggah Video Musik Di Youtube). Jurnal eJournal Ilmu
Komunikasi. Volume 1 (2): 355-374

Simbar, Frulyndese. K. 2016. Fenomena Konsumsi Budaya Korea


Pada Anak Muda Di Kota Manado. Jurnal Holistik. Volume (18).

Storey, John. 2010. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop.


Yogyakarta: JALASUTRA

Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:


ALFABETA.

Suneki, Sri. 2012. Dampak Globalisasi Terhadap Eksistensi


Budaya Daerah. Jurnal Ilmiah CIVI. Volume 2 (1).

29
Surahman, Sigit. 2013. Dampak Globalisasi Media Terhadap Seni
Dan Budaya Indonesia. Jurnal Komunikasi. Volume 2 (1): 29-38.

Sustianingsih, Hermini., Farabi, Nadia., Paramasatya, Satwika., &


Puspapertiwi Sheiffi. 2018. Memperkuat Lokalitas Kota Semarang di Era
Globalisasi melalui Diplomasi Lokal. Global & Strategis. Jurnal. Volume
(1).
Sutanto, Beatrice Dwi. 2015. Pengaruh Budaya Populer Korea
Dan Selebriti Endorser Korea Terhadap Gaya Fashion Korea Remaja
Berusia 18- 21 Tahun. Jurnal The 8th NCFB and Doctoral Colloquium
2015.

Tartila, Pintani Linta. tt. Fanatisme Fans K-Pop Dalam Blog


Netizenbuzz. Jurnal

Taqwin, Yani Nur. 2016. Perilaku Penemuan Informasi pada


Komunitas K-Pop “Ever Lasting Friends (ELF)” Surabaya. Jurnal.

Touhami, Batoul. Al-Haq, Fawwaz Al-Abed. 2017. The Influence


of the Korean Wave on the Language of International Fans: Case Study of
Algerian Fans. Jurnal Sino-US English Teaching. Volume 14 (10): 598-
626.

Tuk, William. The Korean Wave: Who are behind the success of
Korean popular culture? [Master Thesis]. Leiden [NL]: Leiden
University.

Valentina, Annisa. Istriyani, Ratna. 2013. G elombang Globalisasi


ala Korea Selatan. Jurnal Pemikiran Sosiologi. Volume 2 (2).

Widarti. 2016. Konformitas dan Fanatisme Remaja Kepada


Korean Wave (Studi Kasus pada Komunitas Penggemar Grup Musik CN
Blue). Jurnal Komunikasi. Volume VII (2).

Zaini. Dinamika Perkembangan Musik K-Pop Dalam Perspektif


Industri Budaya. Jurnal Seminar Nasional Budaya Urban (Kajian Budaya
Urban di Indonesia dalam Perspektif Ilmu Sosial dan Humaniora:
Tantangan dan Perubahan)

30
PEDOMAN WAWANCARA

1. Nama :

2. prodi/jurusan

3. Sejak Kapan anda menyukai K-Pop?

4. Awalnya anda tahu dari mana tentang K-Pop?

5. Apa alasan anda menyukai K-Pop dan menjadikan artis K-Pop sebagai

idola?

6. Apakah anda mengoleksi barang-barang K-Pop? Bisa disebutkan apa saja

beserta kisaran harganya?

7. Pernahkah anda pergi menonton konser K-Pop? Berapa biasa yang anda

habiskan untuk menonton konser K-Pop?

8. Pernahkah anda mengikuti acara-acara festival kebudayaan Korea di

Semarang?

9. Hal apa saja yang sudah anda lakukan sebagai penggemar K-Pop?

10. Pernahkan anda meniru penampilan idola anda dan perilaku orang-orang

Korea?

11. Bagaimana pandangan anda terhadap orang-orang Korea pada umunnya?

12. Menurut anda, adakah sisi positif yang anda lakukan sebagai penggemar

K-Pop?

31
32

Anda mungkin juga menyukai