Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PENELITIAN

"Sejarah munculnya kesenian krinok bagi kehidupan sosial masyarakat Muaro Bungo”

DISUSUN OLEH :

DWI GUSTIANI (I1A117004)

DOSEN PENGAMPU :

PRODI ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS JAMBI

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Management Resiko Usaha dengan baik
dan lancar .
Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas sejarah melayu jambi serta membantu
mengembangkan kemampuan pemahaman pembaca terhadap KESENIAN MUSIK
KRINOK. Pemahaman tersebut dapat dipahami melalui pendahuluan, pembahasan masalah,
serta penarikan garis kesimpulan dalam makalah ini .
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dosen mata kuliah Sejarah melayu
jambi yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk berkarya menyusun proposal
tentang musik krinok.
Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran dan kritik sangat penulis
harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun mutu makalah ini .

Jambi, 15 mei 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................

1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2

1.4. Fokus Masalah .................................................................................................... 2

BAB II STUDI PUSTAKA ..........................................................................................

2.1 Studi Relevan ....................................................................................................... 4

2.2 Kerangka teori................................................................................

2.3 Kajian teori..................................................................................

2.4 Dta dan sumber data ............................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................................

3.1 lokasi

3.2 informan

3.3 subjek dan objek

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................

LAMPIRAN ......................................................................................................................
BAB I

1. 1 LATAR BELAKANG

Krinok merupakan salah satu tutur kata yang di lantunkan dengan irama dan di iringi melody
sehingga menjadi lagu yang bersifat free meter, cengkok yang khas di dalam lantunan krinok
ini memberikan nilai keindahan tersendiri bagi penikmat kesenian ini.

Krinok pada awalnya di tutur atau di lantunkan sebagai pelampiasan perasaan / ekpresi emosi
penutur itu sendiri tampa iringan musik atau melodi apa pun, sehingga lirik atau kata- kata
yang di lantunkan bersifat free atau bebas sesuai dengan suasana hati penutur pada saat itu.
rasa rindu, iba, hina, dan beragam rasa lainnya di tuturkan dalam bentuk pantun yang di
lantunkan sesuai dengan irama krinok. yaitu vocal tunggal dengan tutur yang bernada tinggi.

Seiring dengan perkembangan zaman. kesenian ini beranak dari tradisi lisan menjadi sebuah
pertunjukan yang di iringi dengan biola, gong, gendang, dan kulintang kayu. dan menjadi
musik latar dalam sebuah pertunjukan tariu tauh yang sering di tampilkan pada saat berelek
gedang atau baselang dalam masyarakat adat kabupaten BUNGO.

Krinok pada generasi awal mendapat pertentangan dalam kalangan ulama' dan pegawai syra',
hal ini di sebabkan liriknya yang berisi ratapan yang seakan akan mengkufuri ni'mat yang
sudah di berikan tuhan. juga dari kalangan masyarakat adat yang mana kesenian ini juga
terkadang dapat menyebabkan perceraian dalam rumah tangga di sebabkan rasa cemburu
berlebihan sang istri di kala suaminya ikut menari tauh atau berbalas pantun krinok dengan
wanita lain atau sebaliknya, di dalam suatu pesta. makanya masyarakat adat pun memandang
hal ini menjadi penyebab rusaknya tatanan rumah tangga dan adat.
Namun sesuai dengan perkembangan zaman hal tersebut tidak terjadi lagi. karena pola
pemikiran masyarakat yang sudah modren, dan hanya menganggap kesenian ini sebagai
sebuah pertunjukan hiburan biasa yang aplikasinya hanya sebatas di panggung saja. Sehingga
hal tersebutlah yang menadi dasar bagi mana krinok itu dapat di pertahankan sebagai
khasanah budaya yang berakar dari tradisi lisan masyaraka melayu kuno.

Mulya Jaya dalam tulisannya Mengatakan Dinamika krinok di Kabupaten Bungo berkaitan
erat dengan perkembangan kebudayaan melayu jambi dan minangkabau. Kebudayaan
merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia oleh karenanya kebudayaan dengan sendirinya
akan mengalami perubahan dan perkembangannya seiring dengan kehidupan manusia.
Perkembangan diarahkan demi kepentingan manusia karena kebudayaan diciptakan oleh dan
untuk manusia sendiri.
1. 2 RUMUSAN MASALAH

1. bagaimana sejarah asal usul musik krinok ?

2. bagaimana keberadaan musik krinok dalam kehidupan masyarakat muaro bungo ?

3. bagaimana perkembangan musik krinok sampai saat ii ?

1. 3 TUJUAN

1. untuk mengetahui sejarah musik krinik

2. untuk mengenl ebih dekat kesenian musik krinok

3. mengetahui hubungan musik krinok dengan masyarakat muaro bungo

1. 4 FOKUS MASALAH

Penelitian ini difokuskan kepada kesenian melayu Jambi yaitu Musik Krinok yang tumbuh
dan berkembang di dalam lingkungan masyarakat muaro bungo, mulai dari sejarah asal – usul
Musik Krinok sampai dengan eksistensi musik krinok dikalangan masyarakat muaro bungo
sampai masa sekarang.
BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 STUDI RELEVAN

Pada judul penelitia ini mungkin ada ataupun pasti ada penelitian – penelitian yang
sudah mengkaji masalah ini. Tetapi dalam penelitian ini saya ingin mencangkup bagaimana
eksistensi Musik Krinok dalam kehidupan masyarakat Muaro Bungo. Proses pengumpulan
data yang dikumpilkan ada beberapa sumber yang tepat dalam membahas Musik Krinok dan
ada juga sumber wawancara dari masyaakat muaro bungo yang memakai kesenian musik
krinok dalam upacara pernikahan anak nya serta wawancara dengan para memain musik
krinok tersebut.

2.2 KERANGKA TEORI

Nyanyian berupa lantunan isi hati atau dilagukan pada saat menjaga sawah yang padinya
sedang menguning, biasanya diiringi dengan alat musik gendang, kulintang kayu, biola atau
gong. Krinok merupakan salah satu tutur kata yang dilantunkan dengan irama dan di iringi
melody sehingga menjadi lagu yang bersifat free cengkok yang khas di dalam lantunan
krinok ini memberikan nilai keindahan tersendiri bagi penikmat kesenian ini.

Krinok pada awalnya ditutur atau dilantunkan sebagai pelampiasan perasaan/ekpresi emosi
penutur itu sendiri tampa iringan musik atau melodi apa pun, sehingga lirik atau kata - kata
yang dilantunkan bersifat free atau bebas sesuai dengan suasana hati penutur pada saat itu.
rasa rindu, iba, hina, dan beragam rasa lainnya dituturkan dalam bentuk pantun yang
dilantunkan sesuai dengan irama krinok. yaitu vocal tunggal dengan tutur yang bernada tinggi

2.3 KAJIAN TEORI

A. Musik Krinok

Krinok awalnya adalah nyanyian atau vokal tunggal tanpa iringan musik. Kemudian
berkembang menjadi sebuah karya musik dengan adanya alat musik pengiring seperti
gendang, gong, kulintang kayu, biola dan tamborin. Gendang dan gong merupakan pengaruh
unsur musik dari Cina dan India (Rassuh,
2000:64).

Masuknya instrumen biola merupakan pengaruh unsur musik yang dibawa oleh
pedagang Arab dan Eropa. Sejak bergabung dengan alat musik, krinok disajikan sebagai
hiburan dalam pesta perkawinan dan sebagainya. persepsi masyarakat yang dilihat dari sudut
pandang empat komponen masyarakat yaitu pemain, penonton, penyelenggara acara dan
tokoh masyarakat menyatakan bahwa pertunjukan krinok dalam pesta perkawinan tidak
hanya menghibur, tetapi juga sebagai kesenian yang mencerminkan nilai - nilai sosial
masyarakat dan memiliki makna kebersamaan dan gotong royong bagi masyarakat
pendukungnya. Krinok juga menyampaikan ajaran - ajaran atau petunjuk hidup lewat syair
pantun dalam lirik lagunya.

pemain musik krinok berjumlah tujuh orang, yakni dua orang pemain gendang, satu
orang pemukul gong, satu orang pemain biola, satu orang pemain tamborin, dan dua orang
sebagai vokalis, laki - laki dan perempuan. Krinok adalah sesuatu yang sudah melekat di
dalam hati dan pikiran para pemain musik krinok. Mereka sudah memainkan krinok secara
berkali - kali sehingga begitu menjiwai krinok. Para seniman tentunya punya citarasa musikal
terhadap sebuah kesenian, maka setiap orang tentulah memiliki latar belakang pemikiran,
ilmu tentang sesuatu yang diamati, dan pengalaman yang berbeda satu sama lain sehingga
mereka menilai sesuatu sesuai dengan pengetahuan dan kebutuhan masing masing.

Krinok sebagai musik tertua yang sampai sekarang berguna bagi masyarakat. Hal ini
menunjukkan bahwa diantara berbagai macam kesenian yang ada, masyarakat menunjukkan
perhatian yang selektif terhadap kesenian yang digunakan dan mereka merespon musik
krinok dengan baik. Pemain musik krinok dalam wawancara mengatakan krinok sebagai
bentuk musik yang komunikatif. Lirik krinok berupa pantun - pantun dengan bahasa daerah
setempat tersebut isi dan maknanya dimengerti oleh masyarakat yang mendengarkannya.
Pertunjukan bisa berlangsung sampai tengah malam bahkan hingga subuh karena penonton
yang hadir “berkrinok” secara bergiliran, saling membalas pantun dalam lagu. Kata - kata
dalam lagu krinok selain ungkapan perasaan, nasihat, juga bisa spontanitas tercipta dari
kejadian - kejadian yang terjadi saat pertunjukan berlangsung.

Ciri khas dari lagu krinok adalah dimulai dengan nada tinggi dan melalui gelombang
atau trilling saat lompatan interval ke bawah dengan teriakan oi dan o, menggunakan tempo
rubato, dimana penyanyi secara bebas mengatur percepatan atau perlambatan lagu sesuai
dengan apa yang ingin diekspresikannya. (Rassuh dkk, 2011:11)

Tempo lagu krinok yang dibawakan oleh dua buah gendang menghasilkan motif
pukulan krinok dan rentak yang khas. Permainan gendang saling mengisi, mencerminkan
kehidupan masyarakat yang saling bekerja sama dalam aktifitas sosialnya. Dalam melengkapi
pesta perkawinan para pemusik memainkan krinok dengan kesungguhan hati dan disukai oleh
masyarakat. Krinok dalam persepsi penonton adalah himbauan yang menciptakan
komunikasi. Menghimbau agar orang bisa berkumpul, saling bekerja sama dan membawa
suasana masa lalu dimana krinok menyatukan kebersamaan masyarakat.

lagu krinok mengungkapkan ajaran dan nasihat yang masuk ke dalam pikiran dan hati
orang yang mendengarkan, terutama anak anak muda, untuk membentuk akhlak yang baik.
Inilah nilai sosial yang terkandung di dalam krinok, sekaligus sebagai kesenian yang
mendidik. Mengadakan pertunjukan krinok dalam pesta perkawinan adalah salah satu bentuk
dukungan terhadap kelangsungan dan keberlanjutan sebuah kesenian.

krinok dalam pesta perkawinan bukan sekedar hiburan, tapi ada fungsi sosial di
dalamnya, yakni bagaimana kebiasaan - kebiasaan atau tradisi yang berlaku dalam
masyarakat itu tentu diperlakukan dalam pertunjukan krinok. Pada pertunjukan krinok,
masyarakat bisa berpartisipasi dan saling berimprovisasi secara spontan. Ja’far berpendapat
bahwa ini merupakan peran krinok sebagai perekat atas sistem sosial masyarakat, memiliki
standar nilai yang menghubungkan antar sesama masyarakat.

B. EKSISTENSI MUSIK KRINOK

Keberadaan musik krinok di kalangan masyarakat muaro bungo masih eksis atau
masih diakui keberadaan nya bahkan sudah mejadi suatu tradisi bagi masyarakat muaro
bungo. Keberadaan ini dibuktikan dengan selalu didakan nya musik krinok di setiap acara –
acara seperti acara pernikahan, khitanan dan lain nya. Bahkan tak hanya di daerah muaro
bungo saja tetapi juga ada di kalangan masyarakat muaro bungo yang tinggal di luar
Kabupaten Muaro Bungo seoerti di Kota Jambi. ksenian krinok juga diadakan dalam acara –
acara adat seperti pada masa panen dan saat pelantikan RIO / Kepala Desa maka malam
setelah pelantikan akan diadakan acara yang akan diiringi musik krinok.
Tak hanya itu musik krinok sekarang juga sudah menjadi salah satu kebudayaan
naional yang diakui.

2.4 DATA DAN SUMBER DATA

Data yang diperoleh dalam penilitian ini bersumber dari data dokumen dan data informan.
Informan adalah orang yang dianggap tau tentang sen Krinok diantara nya ketua adat, dan
masyarakat Bungo itu sendiri. Adapun arsip dan dokumen yang menjadi sumber data dalam
penelitian ini yaitu foto - foto dan video atau benda peninggalan sejarah terutama Krinok
sebagai sumber belajar sejarah Lokal.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 LOKASI

Desa Rantau Pandan merupakan salah satu desa binaan di Kabupaten Bungo. desa Rantau
Pandan salah satu desa yang berada di kecamatan Rantau Pandan Kabupaten Bungo Provinsi
Jambi. Untuk menuju Desa Rantau Pandan dari pusat pemeritahan kabupaten Bungo Kurang
lebih 32 KM. Dilihat dari posisi mata angin Daerah Rantau Pandan sebelah utara berbatasan
dengan Desa Leban, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Aur Cino, sebelah timur
berbatasan dengan Desa Rantau Duku, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Desa
Lubuk Kayu Aro.(Departemen Dalam Negeri Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat
Desa, 2009:3)
.

3.2 INFORMAN
Narasumber bapak Muhammad Daud masyarakat Desa Panjang, Kabupaten Muaro
Bungo
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Seni Krinok masyarakat Rantau Pandan merupakan peninggalan sejarah yang harus
dilestarikan. Untuk melestarikan Seni Krinok tersebut maka perlu dikenalkan pada generasi
muda agar Seni Krinok selalu menjadi kebanggaan masyarakat sampai kapanpun. Untuk itu
Seni Krinok sangat cocok dijadikan sumber belajar belajar sejarah lokal. Sebab syair yang
terkandung didalamnya memiliki nilai - nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Nilai tersebut antara lain : nilai kekeluargaan, nilai agama, nilai moral, nilai
sejarah, nilai budaya, nilai seni dan nilai nasehat. Nilai yang terkandung tersebut dapat
diajarkan pada materi “Nilai - nilai kebudayaan praaksara yang masih bertahan saat ini’.
DAFTAR PUSTAKA

Rassu Ja’far.. Musik Tradisonal. Dinas Kebudayaan dan Pariwista Provinsi Jambi.

Cahyati, E., 2015. Kesenian Krinok sebagai Hiburan Masyarakat pada Acara Resepsi
Pernikahan di Dusun Rantau Pandan Kecamatan Rantau Pandan Kabupaten
BungonProvinsi Jambi, Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin, Jambi.

Departemen Dalam Negeri Direktorat Jenderal pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tahun
2009. Tentang Pedoman penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil Desa dan Kelurahan.
Lampiran III Peraturan Menteri Dalam Negeri No 12 Tahun 2007

Anda mungkin juga menyukai