DISUSUN OLEH :
NIM : J1C020032
SEMESTER : II (DUA)
SASTRA JEPANG
PURWOKERTO
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1.Latar Belakang Masalah..........................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3.Tujuan dan Manfaat.......................................................................................2
1.4. Data yang Dikumpulin...................................................................................2
1.4.1.Pengertian Kesenian Buncis..............................................................................2
1.4.2.Cara Memainkan Buncis...................................................................................3
1.4.3.Pemain Kesenian Buncis...................................................................................5
1.4.4.Besaran Biaya Kesenian Buncis........................................................................5
1.4.5.Fungsi Kesenian Buncis..........................................................................6
1.5.Metode Penulisan............................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................7
2.1.Sejarah Kesenian Buncis........................................................................................7
2.2.Elemen-Elemen Pertunjukkan Kesenian Buncis..................................................8
2.3.Kondisi Kesenian Buncis Selama Pandemi Covid-19 dan Kesulitan yang
Dihadapi......................................................................................................................10
BAB III PENUTUP.........................................................................................................11
3.1. Kesimpulan...........................................................................................................11
3.2. Saran.....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kesenian buncis termasuk kesenian yang dapat dikatakan unik karena dalam
pementasan kesenian buncis, penari atau pelaku seni harus membagi konsentrasinya
untuk menari sambil memainkan alat musik, durasi dalam sajian pementasan juga
panjang serta pada inti pertunjukan penari mengalami trance atau kerasukan. Iringan
yang dihasilkan, yaitu iringan dari penari itu sendiri yang membawa alat musik
berupa angklung. Pertunjukan kesenian buncis, yaitu penari memegang satu buah
angklung dengan satu notasi berlaras slendro, gerakan penari menggunakan pijakan
gerak Banyumasan.
1
dilakukan di tengah keramaian sehingga saat ini, pelaku kesenian buncis pun berhenti
mengadakan pementasan. Padahal, kesenian buncis merupakan aset warisan budaya
Banyumas yang berharga, sangat perlu konservasi, pengembangan, dan promosi lebih
lanjut agar generasi millennial dapat lebih menerima serta melestarikan kesenian
buncis.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, makalah ini akan mengkaji tentang
penjelasan, perkembangan, serta nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian buncis
berdasarkan beberapa sumber, seperti jurnal, artikel, serta wawancara dengan tokoh
yang terkait untuk medapatkan hasil maksimal. Makalah ini juga bertujuan untuk
memberikan pengetahuan kepada generasi muda agar lebih peduli dan tertarik untuk
melestarikan kesenian tradisional, salah satunya adalah kesenian buncis dari
Banyumas. Oleh karena itu, judul dari makalah ini adalah “Kesenian Buncis Sebagai
Warisan Budaya Tradisional Banyumas.”
2
(Moh. Hasan 2005:1). Kesenian merupakan salah satu elemen aktif, kreatif,
dan dinamis yang mempunyai pengaruh langsung atas pembentukan
kepribadian suatu masyarakat (Cristoper Dawson dalam Jazuli 2016:33).
3
Urutan pertunjukan kesenian Buncis bagian awal atau babak pertama,
pertunjukkan kesenian Buncis, yaitu penari keluar menuju tempat pertunjukan
dengan menggunakan gerak lampah malangkrik dengan posisi jadi satu baris.
Penari memasuki arena dengan diiringi music atau gendhing eling-eling
Banyumasan, setelah penari berada di tempat pementasan penari membentuk
desain lantai lingkaran (menyimbolkan kerja sama dan tali persaudaraan yang
kuat antarpemain Buncis), dan bergerak berdasarkan lagu yang dibawakan,
gerakannya terdiri dari keweran dan sindet, geolan, entrakan, serta lampah
maju mundur. Gerakan dilakukan berdasarkan lagu yang dimainkan. Lagu
yang dimainkan pada babak pertama, yaitu : eling-eling Banyumasan, sekar
gadung, caping nggunung.
4
menari gerakan Lenggeran atau gerakan tari putri. Lagu-lagu yang dimainkan
yaitu Pepeling agar senantiasa eling akan kewajiban kita sebagai umat Islam
dan lagu sesuai permintaan penari. Setelah itu, penimbul akan menyadarkan
penari sepenuhnya dengan lagu eling-eling Banyumasan.
5
1.4.5. Fungsi Kesenian Buncis
Kesenian Buncis memiliki beragam fungsi yang bermanfaat bagi
masyarakatnya, seperti menguatkan nilai kerja sama dan gotong royong
antarpelaku Buncis, membawa kesenangan batin dan kebahagiaan bagi yang
menonton, membantu pelaku seni Buncis mendapatkan penghasilan, dan
menambah rasa syukur kepada Allah SWT., Kesenian Buncis juga memiliki
nilai moral yang bermanfaat agar masyarakat tidak hanya mendapatkan
kepuasan batin sebagai sarana hiburan saja, tetapi menjadikan sebagai media
pendidikan karakter masyarakat yang membentuk suatu nilai moral.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
Pada saat menerima pusaka tersebut karena kurang hati-hati cis tadi jatuh dan
buntarannya (gagang) pecah lalu menjelma menjadi makhluk seperti manusia,
bertubuh tinggi besar dan berbulu, sedangkan cis-nya menjadi seekor ular naga.
Makhluk jadi-jadian itu berjanji akan membantu Raden Prayitno merebut bekong
wahyu dari tangan Patih Brajanggelap. Akhirnya, Patih Brajanggelap dapat
dikalahkan oleh makhluk jadi-jadian tersebut dalam peperangan. Sebagai ungkapan
kegembiraan setelah menang dalam peperangan, makhluk jadi-jadian itu menari-nari
dengan riangnya sambil diiringi tabuhan dari bambu. Dari situlah akhirnya tumbuh
kesenian Buncis.
Tari Buncis kemudian berkembang menjadi sebuah tarian yang
dipersembahkan untuk menyambut tamu dalam acara hajatan. Kostum yang dipakai
penari Buncis sangat sederhana dan karena itu diberi nama “Nistha utama” yang
mengandung maksud bahwa seseorang, jika ingin mencapai kebahagiaan harus berani
menderita.
Tata rias pada kesenian Buncis berupa coretan-coretan warna hitam dan putih
pada bagian wajah, sebelumnya wajah dilapisi dengan bedak dasar atau alas bedak,
kemudian menggunakan bedak padat, menggunakan perona pipi, dan selanjutnya pipi
dicoret-coret dengan pidih berwarna hitam dan putih. Coretan-coretan di pipi
berwarna hitam menggambarkan seperti orang Dhayak, karakter tersebut mengambil
dari sejarah kesenian Buncis, kemudian bagian akhir make-up, yaitu memakai lipstik.
Tata busana yang digunakan pada kesenian Buncis merupakan busana yang
menggambarkan sejarah, yaitu orang Dhayak. Busana yang digunakan, yaitu:
a) Baju berwarna kuning dengan lengan pendek dengan plisir merah di samping
kanan dan kiri
b) Celana sebatas lutut berwarna hitam dengan plisir berwarna kuning dibagian
samping kanan dan kiri, dan plisir merah dibagian bawah
c) Rumbai-rumbai yang berbentuk seperti rok yang terbuat dari kain bekas,
dengan motif bunga dan batik atau motif-motif yang mencolok
8
d) Menggunakan aksesoris kepala yang berupa bulu, yang terbuat dari bulu
ayam berwarna coklat, hitam dan putih, dan aksesoris leher berupa kalung
kace lebar
e) Menggunakan stagen berwarna hitam.
2.3. Kondisi Kesenian Buncis Selama Pandemi Covid-19 dan Kesulitan yang Dihadapi
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sarwono selaku ketua paguyuban
Buncis Ngudi Utama dan Bapak Raji Samin selaku pelaku kesenian Buncis,
9
didapatkan hasil bahwa selama pandemi Covid-19 ini, kesenian Buncis di Grumbul
Lampeng, Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede ini berhenti secara total karena
kalau diadakan kesenian Buncis pastinya akan mengundang keramaian dan
kerumunan banyak orang sehingga hal tersebut membuat kesenian Buncis tidak
mengadakan pementasan selama hampir satu tahun ini.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesenian buncis termasuk kesenian yang dapat dikatakan unik karena dalam
pementasan kesenian buncis, penari atau pelaku seni harus membagi konsentrasinya
untuk menari sambil memainkan alat musik, durasi dalam sajian pementasan juga
panjang serta pada inti pertunjukan penari mengalami trance atau kerasukan. Iringan
yang dihasilkan, yaitu iringan dari penari itu sendiri yang membawa alat musik berupa
angklung. Pertunjukan kesenian buncis, yaitu penari memegang satu buah angklung
dengan satu notasi berlaras slendro, gerakan penari menggunakan pijakan gerak
Banyumasan. Masing-masing membawa satu buah alat musik yang berisi satu jenis nada
yang berbeda. Enam orang di antaranya memegang alat bernada 2 (ro), 3 (lu), 5 (ma), 6
(nem) 1 (ji tinggi) dan 2 (ro tinggi). Dua orang yang lain memegang instrumen kendhang
dan gong bumbung. Gendhing yang dibawakan adalah gending Banyumasan yang terdiri
dari: ricik-ricik Banyumasan, caping gunung, sekar gadung, eling-eling Banyumasan,
renggong manis, kulu-kulu, bendrong kulon, ijo-ijo, pepeling, tole-tole, dan lain-lain.
Bentuk pertunjukan pada kesenian Buncis terdiri dari tiga babak, yaitu: awal, inti,
dan akhir. Bentuk pertunjukkan itu sendiri memiliki elemen-elemen pertunjukkan yang
meliputi gerak, pelaku, iringan, tata rias, tata busana, desain lantai, tata cahaya dan tata
suara, tempat pertunjukan, dan properti. Besaran biaya yang dikeluarkan untuk sekali
pentas adalah sekitar Rp1.500.000,-
Sejarah dari kesenian Buncis ini juga berkaitan erat dengan pertunjukkan seni
Buncis, di mana pakaian dan bentuk pertunjukkan tarinya sesuai dengan makhluk jadi-
jadian yang membantu Raden Prayitno untuk mengalahkan Patih Brajanggelap, makhluk
tersebut menari-nari riang diiringi musik dari bambu dan berpakaian rumbai-rumbai
menyerupai rok, serta aksesoris kepala yang terbuat dari bulu seperti pakaian yang
dipakai dalam pertunjukkan kesenian Buncis.
11
Buncis, seperti mencari generasi muda penerus kesenian Buncis dan sulitnya mencari
biaya untuk pemberdayaan serta pengembangan kesenian Buncis.
3.2. Saran
Bagi pelaku seni dan warga Desa Tanggeran supaya tetap menjaga rasa solidaritas
antara sesama menghargai setiap perbedaan, dan lebih aktif meendukung serta
mempromosikan kesenian Buncis ke sosial media agar masyarakat luar dapat mengerti
adanya kesenian Buncis. Rasa kerja sama, kedisiplinan, tanggung jawab pada saat latihan
atau pementasan alangkah lebih baiknya juga ditingkatkan sehingga dapat menghasilkan
sebuah pertunjukan yang baik dan dapat dijadikan sebagai pendidikan karakter melalui
nilai moral pada kesenian Buncis untuk masyarakat pendukungnya atau penonton.
Bagi pelaku seni supaya meningkatkan semangat dalam berkreasi dan terus
melestarikan warisan budaya bangsa, tetap menjaga dan meningkatkan nilai kebaikan
dalam masyarakat dan meninggalkan nilai keburukan atau sesuatu yang menyalahi aturan
yang ada dalam masyarakat yang telah disepakati secara bersama.
12
DAFTAR PUSTAKA
Elinotes. (2019, Juli 21). Mengenal Buncis Banyumasan. Retrieved from ELINOTES
REVIEW: https://www.elinotes.com/2019/07/mengenal-buncis-banyumasan.html
Sabar, S. S., & Wiyoso, J. (2018). NILAI MORAL PADA KESENIAN BUNCIS DI DESA
TANGGERAN KECAMATAN SOMAGEDE KABUPATEN BANYUMAS. Jurnal
Seni Tari JST 7 (2) ISSN : 2503-25852503-2585.
Seni buncis asli Banyumas terancam punah karena tak diminati kaum muda. (n.d.). Retrieved
from PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA BANDUNG:
https://ptrifanfinancindobdg.wixsite.com/ptrifanfinancindobdg/single-
post/2017/03/21/seni-buncis-asli-banyumas-terancam-punah-karena-tak-diminati-
kaum-muda
Warkop, P. (2012, Mei 21). Kesenian "BUNCIS" dari Banyumas. Retrieved from Armada
Pandawa: http://warkoppandawa.blogspot.com/2012/05/kesenian-buncis-dari-
banyumas.html
Wong Banyumas. (2008, September 21). SENI BUNCIS DI BANYUMAS: Ekspresi Estetik
Dalam Kekalutan. Retrieved from Wong Banyumas-KESENIAN - KEBUDAYAAN
- PARIWISATA - KEARIFAN LOKAL BANYUMAS:
https://panginyongan.blogspot.com/2008/09/seni-buncis-di-banyumas.html
LAMPIRAN
Berikut Lampiran foto wawancara dengan Bapak Sarwono dan Bapak Raji Samin: