Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KESENIAN DI JAWA TENGAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Dalam


Mata Kuliah Muatan Lokal
Dosen Pengampu : Lili Riskiningtyas, M.Pd

Disusun Oleh :
1. Meni Setianingsih (10117009)
2. Windasari Utami (10117012)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
DARUSSALAM KARANGPUCUNG CILACAP
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya


sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Makalah yang berjudul “Kesenian Di Jawa Tengah” disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Muatan Lokal PGSD STKIP Darussalam Cilacap.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada
kekurangan.Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
penulis.Untuk itulah, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
sangat penulis harapkan, demi kesempurnaan karya tulis ini.
Terlepas dari kekurangan-kekurangan, penulis berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi pembaca.

Karangpucung, 28 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii


DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Rancangan Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan ............
B. Pengembangan KBK Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ..............
C. Pengembangan KBK Bahasa Indonesia SD ..................................... 1
D. Metode Membaca Menulis Permulaan .........................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................... 18
B. Saran .............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesenian daerah Jawa Tengah adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
kesenian Indonesia secara menyeluruh, baik kesenian yang ada di Aceh
maupun kesenian yang ada di Papua. Kesenian Jawa Tengah melengkapi dari
kesenian yang sudah ada.
Propinsi Jawa Tengah memang terkenal dengan berbagai keseniannya,
mulai dari kesenian warisan zaman kerajaan sampai kesenian pasca kerajaan.
Hampir semua kesenian tersebut dijaga atau dilestarikan sampai ke anak
cucu. Bahkan beberapa kesenian daerah Jawa Tengah menjadi pusat perhatian
dunia internasional yang kemudian bisa dikemas jadi objek wisata.
Akibatnya, banyak turis asing yang berdatangan di kota dan kabupaten di
daerah Jawa Tengah. Dengan begitu wilayah yang beribukotakan Semarang
ini bertambah pendapatan daerahnya. Tidak hanya hanya itu di daerah
banyumas, jawa tengah terdapat kesenian tradisional.
Kesenian tradisional Banyumas adalah kekayaan budaya benda maupun
tak benda yang tumbuh dan berkembang di wilayah
bekas Keresidenan Banyumas, meliputi Kabupaten Cilacap, Kabupaten
Banyumas, Kabupaten Purbalingga, dan Kabupaten Banjarnegara. Sesuai
dengan letak geografisnya, kesenian-kesenian di wilayah itu mendapatkan
pengaruh dari pusat kebudayaan keraton Mataram Yogyakarta, Surakarta,
dan Sunda. Namun seiring perkembangan zaman, pengaruh-pengaruh dari
luar Banyumas itu hanya memperkaya khasanah saja, sebab kesenian-
kesenian Banyumas memiliki karakternya sendiri, yaitu sebuah entitas
kebudayaan ngapak. Kekhasan seni tradisi Banyumas bahkan menyebarkan
pengaruh terhadap budaya sekitar, antara lain ke wilayah bekas
keresidenan Kedu dan Pekalongan. Berdasarkan uraian diatas, dengan ini
penulis ingin lebih dalam mengkaji tentang kesenian di Jawa Tengah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1) Apa pengertian kesenian?
2) Apa saja kesenian yang ada di Jawa Tengah?
3) Bagaimana faktor penting untuk melestarikan kesenian yang ada di Jawa
Tengah?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam makalah ini adalah:
1) Untuk mengetahui pengertian kesenian.
2) Untuk mengetahui kesenian yang ada di Jawa Tengah.
3) Untuk mengetahui faktor dalam melestarikan kesenian yang ada di Jawa
Tengah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesenian
Kesenian merupakan salah satu bagian dari budaya serta sarana yang
dapat digunakan sebagai cara untuk menuangkan rasa keindahan dari dalam
jiwa manusia. Kesenian selain sebagai sarana untuk mengekspresikan rasa
keindahan, juga memiliki fungsi lain.
Kesenian menurut beberapa ahli yaitu :
1. Kottak
Seni sebagai hasil ekspresi, kualitas, atau alam keindahan atau segala
hal yang dapat melebihi keasliannya dan klasifikasi objek-subjek terhadap
kriteria estetis.
2. Kuntjaraningrat
Kesenian ialah kompleks dari berbagai ide-ide, norma-norma,
gagasan, nilai-nilai, serta peraturan dimana kompleks aktivitas dan
tindakan tersebut berpola dari manusia itu sendiri dan pada umumnya
berwujud berbagai benda-benda hasil ciptaan manusia.
3. William A. Haviland
Kesenian merupakan keseluruhan sistem yang dapat melibatkan
proses penggunaan dari imajinasi manusia secara kreatif pada kelompok
masyarakat dengan suatu kebudayaan tertentu.
4. J.J Hogman
Kesenian merupakan sesuatu yang memiliki beberapa unsur
diantaranya unsur ideas, activities, serta artifacts.
5. Irving Stone
Kesenian merupakan sebuah kebutuhan pokok. Seperti halnya roti
atau mantel hangat yang digunakan pada musim dingin. Mereka mengira
bahwa kesenian merupakan barang mewah, pikirannya tidak utuh.
Menurut Irving Stone, Roh manusia akan menjadi lapar akan kesenian
seperti pada saat perut yang keroncongan minta makan
perbedaan karya seni manusia purba dengan modern yaitu terletak pada
tujuan penciptaan seni tersebut. Manusia purba membentuk karya seni atau
penanda kebudayaan yang sangat dipengaruhi kekuatan-kekuatan yang ada di
sekitarnya. Sedangkan karya seni manusia modern membentuk karya seni
yang digunakan hanya untuk kepuasan pribadi serta menggambarkan kondisi
di lingkungannya. Dengan kata lain, manusia modern merupakan sosok yang
mempunyai keinginan untuk menemukan hal-hal baru serta memiliki
cakrawala berpikir yang lebih luas dibandingkan dengan manusia purba.

B. Macam-Macam Kesenian Di Jawa Tengah


1. Wayang Kulit
Wayang kulit merupakan bentuk pertunjukan tradisional yang
menggunakan boneka wayang sebagai pemainnya. Sarana pertunjukan
lainnya, meliputi kelir (layar), batang pohon pisang, blencong sebagai alat
penerangan, kotak sebagai penyimpan wayang, dan cempolo sebagai alat
untuk memukul kotak. Selain itu, juga diiringi dengan seperangkat alat musik
Gamelan beserta para penabuh dan penyanyinya (sinden). Seni pewayangan
ini juga sering disebut wayang kulit purwa. Sumber cerita berasal dari kitab
Mahabharata dan Ramayana ajaran agama Hindu. Pada umumnya, Wayang
kulit dipergelarkan semalam suntuk (sedalu natas).
2. Wayang Jemblung
Wayang Jemblung adalah tradisi yang turun-temurun dilaksanakan pada
saat kelahiran seorang jabang bayi. Tujuan penampilan guna memohon
keselamatan atas kelahiran seorang bayi, mula-mula diadakan acara nguyen.
Acara nguyen dilaksanakan sebagai bentuk tirakatan pada malam hari yang
dilaksanakan oleh para tetangga dekat dan handai taulan hingga semalam
suntuk. Acara itu berakhir menjelang subuh. Bentuk acara nguyen adalah
’macapatan’. Karena manusia mempunyai daya kreasi yang tinggi maka dari
macapatan ini berubah menjadi ’maca kandha’ yang berarti membaca bentuk
cerita prosa.
3. Tari Serimpi
Tari Serimpi merupakan tari jawa klasik yang berasal dari daerah
Surakarta. Awalnya dulu, tari Serimpi dibawa oleh Kesultanan Mataram yang
kemudian dilestarikan oleh empat istana pewarisnya yakni di Jawa Tengah
dan Yogyakarta. Tari Serimpi ini mempunyai gerakan yang lemah gemulai
karena tari Serimpi mencerminkan makna kesopanan, kelemah lembutan, dan
kehalusan budi yang terlihat dari gestur gerakannya serta diiringi oleh
merdunya suara Gamelan.
4. Kethoprak
Kesenian Kethoprak asalnya dari daerah Jawa Tengah, khususnya berasal
dari Surakarta, yang mula-mula pemain, cerita, serta peralatan masih sangat
sederhana, yaitu hanya berupa lesung. Sumber cerita kethoprak berasal dari
berbagai cerita rakyat dan sejarah.
Ketoprak merupakan bentuk teater tradisional yang dipentaskan di atas
panggung. Cerita yang dipentaskan berlatar belakang kisah kerajaan, dongeng,
babad, legenda, sejarah, dan cerita rakyat. Awalnya kesenian ini berawal dari
permainan orang-orang desa yang sedang menghibur diri. Mereka menabuh
lesung secara berirama saat waktu bulan purnama (gejog).
5. Tayuban
Pertunjukan tari tayub banyak diselenggarakan oleh masyarakat pedesaan
atau daerah pinggiran untuk kepentingan pesta misalnya sunatan, perkawinan
dan pertanian. Tari tayub banyak dilakukan di daerah Jawa Tengah seperti
Sragen, Karanganyar, Pati, dan Blora. Pada upacara pernikahan, tari tayub
diselenggarakan saat mempelai pria dipertemukan dengan mempelai wanita.
Fungsi ritual tari Tayub yang berkaitan dengan pertanian adalah saat para
petani usai melakukan panen padi.
6. Tari Gambyong
Awalnya, tarian ini hanya sebuah tarian rakyat dan diadakan ketika
memasuki musim panen padi. Sekarang, tarian tersebut diadakan saat acara
sakral dan sebagai penghormatan pada tamu. Sejarahnya nama Gambyong pun
diambil dari salah satu penari tempo dulu, dimana penari tersebut memiliki
suara merdu dan tubuh yang lentur, dengan kedua bakat tersebut Gambyong
yang memiliki nama lengkap Sri Gambyong cepat terkenal dan dapat memikat
banyak orang.
Untuk jumlah penari tidak disyaratkan, namun untuk kostum yang biasa
digunakan adalah kostum kemben yang sebahu dilengkapi dengan selendang.
Pada dasarnya tarian ini sangat identik dengan warna kuning dan hijau.
Namun seiring zaman, warna pun tidak menjadi patokan.
7. Sendratari Ramayana
Sendratari Ramayana merupakan sebuah pertunjukan tari yang digabung
dengan drama tanpa dialog. Kegiatan ini diselenggarakan pada bulan-bulan
musim kemarau. Cerita yang disajikan dalam pertunjukan ini diangkat dari
kisah Ramayana. Pertunjukan Sendratari Ramayana rutin dipentaskan sejak
tahun 1961, sampai sekarang. Lokasi pertujukan kesenian ini adalah di dekat
Candi Prambanan.
8. Tari Rancak Denok
Tari Rancak Denok yang berasal dari Semarang merupakan sebuah seni
tari yang terinspirasi oleh seni topeng. Sebagai sebuah hasil kreasi, tari
Rancak Denok banyak mengambil ide dari berbagai jenis seni tari yang
menggunakan topeng sebagai propertinya, seperti halnya tari Betawi dan Jawa
Barat.
9. Tari Rong Tek
Nama tarian rong tek mungkin masih terdengar asing di telinga
masyarakat Jawa Tengah. Tetapi jika ditelisik lebih jauh lagi, tari rong tek
merupakan tari kreasi yang berakar dari tari lengger Banyumasan.
Secara etimologi, nama rong tek berasal dari dua kata, yaitu “Rong” yang
diambil dari suku pertama kata “ronggeng”, dalam bahasa Banyumas dapat
diartikan sebagai lengger atau penari. Sementara, kata “tek” diambil dari suara
kentongan bambu yang menjadi properti utama dalam pementasan.
10. Tari Topeng Lengger
Masyarakat Wonosobo mempunyai sebuah tarian yang dianggap sangat
sakral. Tari tersebut adalah tari topeng lengger, tarian ini menceritakan kisah
asmara antara Galuh Candra Kirana dan Panji Asmoro Bangun.
Di mana, Galuh Candra Kirana merupakan seorang putri dari Prabu
Lembu Ami Joyo yang merupakan seorang pemimpin Kerajaan Jenggolo
Manik, sedangkan Panji Asmoro Bangun adalah putra dari Prabu Ami Luhur
yang merupakan seorang pemimpin dari Kerajaan Jenggolo Puro.
11. Tayuban
Tari tayub banyak dilakukan di daerah Jawa Tengah seperti Sragen,
Karanganyar, Pati, dan Blora. Pertunjukan tari tayub banyak diselenggarakan
oleh masyarakat pedesaan atau daerah pinggiran untuk kepentingan pesta
misalnya sunatan, perkawinan dan pertanian.
12. Srandul
Kesenian srandul memiliki kekhasan, yakni para pemain mengenakan
kostum yang compang-camping, namun ada pula di daerah lain kostumnya
cukup indah. Pertunjukan dilaksanakan pada malam hari, para pemainnya
menggunakan topeng karena untuk menyembunyikan identitas diri pemain.
13. Tembang Dolanan
Tembang dolanan ada bermacam-macam, biasanya dinyanyikan anak-anak
pada waktu bulan purnama. Tembang dolanan itu antara lain jamuran, cublak-
cublak suweng, dan tembang menggunakan nini thowok untuk mengundang
roh.
14. Tari Ebeg
Ebeg adalah jenis tarian rakyat yang berkembang di wilayah Banyumasan.
Varian dari jenis kesenian ini di daerah lain dikenal dengan nama kuda
lumping, dan jaran kepang. Ada juga yang
menamakannya jathilan (Yogyakarta) dan reog (Jawa Timur). Tarian ini
menggunakan ebeg yaitu anyaman bambu yang dibentuk menyerupai kuda
berwarna hitam atau putih dan diberi kerincingan. Penarinya mengenakan
celana panjang dilapisi kain batik sebatas lutut dan berkacamata hitam,
mengenakan mahkota dan sumping ditelinganya. Pada kedua pergelangan
tangan dan kaki dipasangi gelang-gelang kerincingan sehingga gerakan tangan
dan kaki penari ebeg selalu dibarengi dengan bunyi kerincingan. Penari terdiri
dari dua orang berperan sebagai penthul-tembem (penari topeng yang lebih
sering melucu menggoda penonton), seorang berperan sebagai pemimpin atau
dalang, 7 orang lagi sebagai penabuh gamelan. Jadi satu grup ebeg dapat
beranggotakan 16 orang atau lebih. Semua penari menggunakan alat
bantu ebeg, kecuali penthul-tembem. Peralatan untuk gending pengiring yang
dipergunakan antara lain kendang, saron, kenong, gong, dan terompet. Selain
gendhing dan tarian, ada juga ubarampe (sesaji) yang selalu disediakan
berupa: bunga-bungaan, pisang raja dan pisang mas, kelapa muda, jajanan
pasar, dan lain-lain. Untuk mengiringi tarian ini selalu digunakan lagu-lagu
irama Banyumasan seperti ricik-ricik, gudril, blendrong, lung gadung, eling-
eling (cirebonan). Yang unik, disaat saat kerasukan/mendem para pemainnya
biasa memakan pecahan kaca (beling) atau barang tajam lainnya, mengupas
kelapa dengan gigi, makan padi dari tangkainya, bekatul, bara api, dan lain-
lain, sehingga menunjukkan kekuatannya Satria. Demikian pula pemain yang
manaiki kuda kepang menggambarkan kegagahan prajurit berkuda dengan
segala atraksinya. Biasanya dalam pertunjukan ebeg dilengkapi dengan atraksi
barongsai ala Banyumas.
14. Laisan
Laisan adalah jenis kesenian yang melekat pada kesenian ebeg. Laisan
dilakukan oleh seorang pemain pria yang sedang kesurupan. Badannya
ditindih dengan lesung terus dimasukkan ke dalam kurungan, biasanya
kurungan ayam. Dalam kurungan itulah Laisan berdandan seperti wanita.
Setelah terlebih dulu dimantra-mantara, kurunganpun dibuka, dan munculah
pria tersebut dengan mengenakan pakaian wanita lengkap. Laisan muncul di
tengah pertunjukan ebeg. Pada pertunjukan ebeg komersial, salah seorang
pemain biasanya melakukan thole-thole yaitu menari berkeliling arena sambil
membawa tampah untuk mendapatkan sumbangan. Laisan, di wilayah lain
biasa disebut sintren.
15. Lengger Calung
Tarian lengger-calung terdiri dari lengger (penari) dan calung (gamelan
bambu). Gerakan tariannya sangat lincah dan dinamis mengikuti irama calung.
Rambut penari lengger digelung, mengenakan jarit dan kemben, tanpa
mengenakan baju, dan ada sampur atau selendang di bahu. Jumlah pemain
lengger calung 7 orang yang berperan sebagai penabuh gamelan dan penari.
Kesenian tradisional lengger-calung tumbuh dan berkembang di wilayah
banyumasan. Gerakan khas tarian lengger antara lain geyol,
gedheg, dan lempar sampur. Dahulu, penari lengger adalah pria yang
berdandan seperti wanita, tetapi kini umumnya ditarikan oleh wanita cantik,
sedangkan penari prianya hanyalah sebagai badut pelengkap yang berfungsi
untuk memeriahkan suasana. Badut biasanya hadir pada pertengahan
pertunjukan. Jumlah penari lengger antara 2 sampai 4 orang, mereka harus
berdandan sedemikian rupa sehingga kelihatan sangat menarik, rambut
disanggul, leher sampai dada bagian atas biasanya terbuka, sampur atau
selendang biasanya dikalungkan dibahu, mengenakan kain/jarit dan stagen.
Dalam penyajiannya calung diiringi vokalis yang lebih dikenal sebagai sinden.
Satu grup calung minimal memerlukan 7 orang anggota, terdiri dari penabuh
gamelan dan penari/lengger.
16. Tari Angguk
Tarian jenis ini sudah ada sejak abad ke-17, dibawa oleh para penyebar
agama Islam yang datang dari wilayah Mataram-Bagelen. Tarian ini disebut
angguk karena penarinya sering memainkan gerakan mengangguk-anggukan
kepala. Kesenian angguk yang bercorak Islam ini mulanya berfungsi sebagai
salah satu alat untuk menyiarkan agama Islam. Sayangnya jenis kesenian ini
sekarang semakin jarang dipentaskan. Angguk dimainkan sedikitnya oleh 10
orang penari anak laki-laki berusia sekitar 12 tahun. Pakaian para penari
umumnya berwarna hitam lengan panjang dengan garis-garis merah dan
kuning di bagian dada/punggung sebagai hiasan. Celana panjang sampai lutut
dengan hiasan garis merah, tanpa alas kaki, mengenakan kaos kaki panjang
sebatas lutut, serta memakai topi pet berwarna hitam. Perangkat musiknya
terdiri dari kendang, bedug, tambur, kencreng, 2 rebana, terbang (rebana
besar) dan angklung. Tetapi akhir-akhir ini gerak tari dan syairnya mulai
dimodifikasi dengan menyisipkan gerak tari serta bahasa khas Banyumasan
tanpa mengubah corak aslinya. Bentuk lain dari kesenian angguk
adalah aplang. Bedanya bila angguk dimainkan oleh remaja pria, maka aplang
atau daeng dimainkan oleh remaja putri.
17. Begalan
Begalan adalah jenis kesenian yang biasanya dipentaskan dalam rangkaian
upacara perkawinan yaitu saat calon pengantin pria beserta rombongannya
memasuki pelataran rumah pengantin wanita. Disebut begalan karena atraksi
ini mirip perampokan yang dalam bahasa Jawa disebut begal. Yang menarik
adalah dialog-dialog antara yang dibegal dengan sipembegal biasanya berisi
kritikan dan petuah bagi calon pengantin dan disampaikan dengan gaya yang
jenaka penuh humor. Upacara ini diadakan apabila mempelai laki-laki
merupakan putra sulung. Begalan merupakan kombinasi antara seni tari dan
seni tutur atau seni lawak dengan iringan gending. Sebagai layaknya tari
klasik, gerak tarinya tak begitu terikat pada patokan tertentu yang penting
gerak tarinya selaras dengan irama gending. Jumlah penari 2 orang, seorang
bertindak sebagai pembawa barang-barang (peralatan dapur), seorang lagi
bertindak sebagai pembegal/perampok. Barang-barang yang dibawa antara
lain ilir, ian, cething, kukusan, saringan ampas, tampah, sorokan, centhong,
siwur, irus, kendhil dan wangkring. Barang bawaan ini biasa disebut brenong
kepang. Pembegal biasanya membawa pedang kayu. Kostum pemain cukup
sederhana, umumnya mereka mengenakan busana Jawa. Dialog yang
disampaikan kedua pemain berupa bahasa lambang yang diterjemahkan dari
nama-nama jenis barang yang dibawa, contohnya ilir yaitu kipas anyaman
bambu diartikan sebagai peringatan bagi suami-isteri untuk membedakan baik
buruk. Centhing, tempat nasi artinya bahwa hidup itu memerlukan wadah
yang memiliki tatanan tertentu jadi tidak boleh berbuat semau-maunya sendiri.
Kukusan adalah alat memasak atau menanak nasi, ini melambangkan bahwa
setelah berumah tangga cara berpikirnya harus masak/matang. Selain
menikmati kebolehan atraksi tari begalan dan irama gending, penonton juga
disuguhi dialog-dialog menarik yang penuh humor. Biasanya usai
pertunjukan, barang-barang yang dipikul diperebutkan para penonton.
Sayangnya pertunjukan begalan ini tidak boleh dipentaskan terlalu lama
karena masih termasuk dalam rangkaian panjang upacara pengantin.
18. Rengkong
Rengkong merupakan kesenian bunyi-bunyian khas seperti suara kodok
ngorek yang dihasilkan dari pikulan bambu. Rengkong adalah kesenian khas
petani, diadakan pada pesta perayaan panen atau hari-hari besar nasional.
19. Dengklung
Dengklung merupakan salah satu bentuk kesenian yang bersifat religius.
Kesenian tersebut merupakan perpaduan antara musik rakyat dengan irama
Timur Tengah. Alat yang dipergunakan pada seni Dengklung adalah kendang
buntung.

C. Faktor Dalam Melestarikan Kesenian


Paling tidak ada 3 (tiga) menjadi faktor penting untuk lestarinya kesenian
yang ada di Jawa Tengah, yaitu :
1. Dikenalkan Sejak Dini
Usia disi anak menjadi hal yang penting untuk mengenalkan segala macam
kesenian yang ada di Jawa Tengah. Karena pada usia masih anak – anak,
segala informasi dengan mudah diserap oleh mereka. Sangat disayangkan jika
anak – anak di Jawa Tengah sudah dikenalkan budaya dan kesenian asing
ketika masih kecil.
2. Sosialisasi Masif
Berbagai sarana media dapat dijadikan untuk melakukan sosialisasi terkait
dengan kesenian Jawa Tengah. Apakah itu sosialisasi di sekolah, komunitas,
segala instansi pemerinatahan dan swasta. Dan bisa juga sosialisasi dilakukan
dengan memaksimalkan media sosial.
3. Kesadaran Masyarakat Kolektif
Kesadaran masyarakat sangat penting guna melestarikan kesenian jawa
Tengah. Membangun masyarakat sadar kesenian bukan perkara yang mudah.
Butuh waktu dan kerja keras. Namun jangan cepat berputus asa, jika dibantu
dengan kebijakan pemerintah yang tepat sasaran, maka mewujudkan
masyarakat yang sadar akan seni daerahnya akan mudah tercapai.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesenian merupakan salah satu bagian dari budaya serta sarana yang
dapat digunakan sebagai cara untuk menuangkan rasa keindahan dari dalam
jiwa manusia.

B. Saran
Dari penulisan makalah ini penulis menyarankan agar kita sebagai
manusia harus mencintai budaya dan kesenian yang ada di daerah sendiri.
Yang kemudian melestrarikan kesenian yang ada di Jawa Tengah. Jika bukan
kita siapa yang akan melestariakan warisan dari nenek moyang kalo bukan
kita yang harus melestarikannya.
DAFTAR PUSTAKA

http://woocara.blogspot.com/2015/11/pengertian-kesenian-dan-menurut-para-
ahli.html#ixzz63t1FBKqs

Anda mungkin juga menyukai