Disusun Oleh:
Kelompok 9
Kelas 3-B
Adapun judul makalah ini adalah “Seni Pewayangan dan Pedalangan” ini
merupakan tugas yang tidak ringan. Maka kami menyadari di dalam penulisan makalah
ini masih banyak kekurangan, mengingat kemampuan yang penulis miliki. Oleh Karena
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah ini.
Pemakalah
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................... 1
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seni Wayang sudah ada jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu ke
indonesia. Wayang merupakan kreasi budaya masyarakat /kesenian Jawa yang
memuat berbagai aspek kebudayaan Jawa. Pertunjukan wayang ceritanya
menggambarkan jiwa kepahlawanan para nenek moyang yang ada dalam
mitologi.
Orang Jawa sangat gemar menonton wayang karena ceritanya sarat akan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Kebudayaan Indonesia II, juga agar setiap orang dapat mengetahui seni pewayangan dan
pedalangan yang ada di Nusantara beserta dengan segala pemikirannya dan juga karya-karya
yang telah mereka hasilkan.
A. Wayang Kulit
Wayang kulit adalah seni pertunjukan yang telah berusia lebih dari
setengah milenium. Kemunculannya memiliki cerita tersendiri, terkait dengan
masuknya Islam Jawa. Salah satu anggota Wali Songo menciptakannya dengan
mengadopsi Wayang Beber yang berkembang pada masa kejayaan Hindu-
Budha. Adopsi itu dilakukan karena wayang terlanjur lekat dengan orang Jawa
sehingga menjadi media yang tepat untuk dakwah menyebarkan Islam,
sementara agama Islam melarang bentuk seni rupa. Alhasil, diciptakan wayang
kulit dimana orang hanya bisa melihat bayangan.
Pagelaran wayang kulit dimainkan oleh seorang yang kiranya bisa disebut
penghibur publik terhebat di dunia. Bagaimana tidak, selama semalam suntuk,
sang dalang memainkan seluruh karakter aktor wayang kulit yang merupakan
orang- orangan berbahan kulit kerbau dengan dihias motif hasil kerajinan tatah
sungging (ukir kulit). Ia harus mengubah karakter suara, berganti intonasi,
mengeluarkan guyonan dan bahkan menyanyi. Untuk menghidupkan suasana,
dalang dibantu oleh musisi yang memainkan gamelan dan para sinden yang
menyanyikan lagu-lagu Jawa.
Setiap pagelaran wayang menghadirkan kisah atau lakon yang berbeda. Ragam
lakon terbagi menjadi 4 kategori yaitu lakon pakem, lakon carangan, lakon
gubahan dan lakon karangan. Lakon pakem memiliki cerita yang seluruhnya
bersumber pada perpustakaan wayang sedangkan pada lakon carangan hanya
garis besarnya saja yang bersumber pada perpustakaan wayang. Lakon gubahan
tidak bersumber pada cerita pewayangan tetapi memakai tempat-tempat yang
sesuai pada perpustakaan wayang, sedangkan lakon karangan sepenuhnya
bersifat lepas. Cerita wayang bersumber pada beberapa kitab tua misalnya
Ramayana, Mahabharata, Pustaka Raja Purwa dan Purwakanda. Kini, juga
terdapat buku-buku yang memuat lakon gubahan dan karangan yang selama
ratusan tahun telah disukai masyarakat Abimanyu kerem, Doraweca, Suryatmaja
Maling dan sebagainya. Diantara semua kitab tua yang dipakai, Kitab
Purwakanda adalah yang paling sering digunakan oleh dalang-dalang dari Kraton
Yogyakarta. Pagelaran wayang kulit dimulai ketika sang dalang telah
mengeluarkan gunungan. Salah satu bagian yang paling dinanti banyak orang
pada setiap pagelaran wayang adalah gara-gara yang menyajikan guyonan-
guyonan khas Jawa.
Wayang golek merupakan salah satu dari ragam kesenian wayang, yang
berasal dari masyarakat Sunda di Jawa Barat. Pertunjukan seni wayang
golek merupakan seni pertunjukan teater rakyat yang banyak
dipagelarkan. Selain berfungsi sebagai pelengkap upacara selamatan atau
ruwatan, pertunjukan seni wayang golek juga menjadi tontonan dan
hiburan dalam perhelatan tertentu.
Pada tahun yang sama, 1986, Dian Record mulai merekam karya-karya
Asep Sunandar dalam bentuk kaset pita. Pada tahun 1989, Abah Asep
berkunjung ke Amerika dalam rangka pementasan wayang golek. Tahun
1992 Abah juga mengikuti Festival Wayang (Teater Boneka) di
Prancis.Tahun 1994, Asep Sunandar Sunarya mulai pentas di luar negeri,
antara lain di Inggris, Belanda, Swiss, Perancis, dan Belgia, setelah itu,
yakni 1995, ia mendapat penghargaan bintang Satya Lencana
Kebudayaan.
Wayang klithik adalah wayang yang terbuat dari kayu. Berbeda dengan
wayang golek yang mirip dengan boneka, wayang klitik berbentuk pipih
seperti wayang kulit.
Wayang ini pertama kali diciptakan oleh Pangeran Pekik, adipati
Surabaya, dari bahan kulit dan berukuran kecil sehingga lebih sering
disebut dengan wayang krucil. Munculnya wayang menak yang terbuat
dari kayu, membuat Sunan Pakubuwana II kemudian menciptakan wayang
klithik yang terbuat dari kayu yang pipih (dua dimensi). Tangan wayang
ini dibuat dari kulit yang ditatah. Berbeda dengan wayang lainnya,
wayang klithik memiliki gagang yang terbuat dari kayu. Apabila pentas
menimbulkan bunyi "klithik, klithik" yang diyakini sebagai asal mula
istilah penyebutan wayang klithik.
Cerita wayang klitik juga berbeda dengan wayang kulit. Di mana repertoar
cerita wayang kulit diambil dari wiracarita Ramayana dan Mahabharata,
repertoar cerita wayang klitik diambil dari siklus cerita Panji dan
Damarwulan.
Wayang adalah salah satu jenis kebudayaan Jawa yang telah ada dan
dikenal oleh masyarakat Jawa sejak ±1500 tahun yang lalu. Kebudayaan Hindu
masuk ke Jawa membawa pengaruh pada pertunjukan bayang-bayang, yang
kemudian dikenal dengan pertunjukan wayang. Dalam penyebaran agama
Hindu di pulau Jawa, para Brahmana menggunakan kitab Mahabarata dan
Ramayan selain kitab Weda sehingga kedua kitab ini dikenal di masyarakat
Jawa. Cerita wayang semula menceritakan petualangan dan kepahlawanan
nenek moyang kemudian beralih ke cerita Mahabarata dan Ramayana. Pada
zaman Hindu ini seni pewayangan semakin populer terutama dengan disalinya
ke dalam bahasa Jawa Kuno.
Dalam hal ini Manusia setelah melalui tingkatan hidup estetis, dan etis,
2. Dalang berasal dari kata bahasa Jawa: Dhal adalah kependekan dari
kata ngudhal = menggali; dan lang kependekan dari kata piwulang =
piwuruk = petuah/nasihat. Dengan demikian dapat diartikan bahwa dalang
11 | SENI PEWAYANGAN DAN PEDALANGAN
adalah orang yang menggali nasihat/petuah untuk disampaikan/disebarkan
kepada para penonton wayang. Di sini fungsi dalang adalah sebagai
pendidik/pembimbing masyarakat atau guru masyarakat.
7. Dalang berasal dari kata dal = dalil-dalil, dan lang = langgeng. Ini
adalah pendapat seorang dalang kasepuhan dari Kecamatan Ciledug
Kabupaten Cirebon, yang bernama Dulah. Dengan demikian dapat
diartikan bahwa dalang adalah seorang yang memberi dalil-dalil atau
petuah-petuah/wejangan/wejangan selama hidupnya. Di sini fungsi dalang
adalah sebagai pendidik/pembimbing masyarakat atau guru masyarakat.
Wikipedia
Brainly.co.id
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Wayang adalah bentuk teater rakyat yang sangat populer, terutama di pulau Jawa dan Bali. Orang
sering menghubungkan kata “wayang” dengan “bayang”, karena dilihat dari pertunjukan wayang
kulit yang memakai layar, di mana muncul bayang-bayang. Di Jawa Barat, selain dikenal wayang
kulit, yang paling populer adalah Wayang golek . Istilah golek dapat merujuk kepada dua makna,
sebagai kata kerja kata golek bermakna 'mencari', sebagai kata benda golek bermakna boneka
kayu.[2] Berkenaan dengan wayang golek, ada dua macam di antaranya wayang golek papak (cepak)
dan wayang golek purwa yang ada di daerah Sunda. Kecuali wayang orang yang merupakan bentuk
seni tari-drama yang ditarikan manusia, kebanyakan bentuk kesenian wayang dimainkan oleh
seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang sekaligus menyanyikan suluk, menyuarakan
antawagu dan lain-lain.
Dalang adalah sebutan untuk orang yang memainkan wayang, ada beberapa arti dari kata dalang itu
sendiri diantaranya:
1. Dalang asal kata dari dalung/blencong (bahasa Jawa)/lampu = alat penerang. Dengan alasan
demikian, maka fungsi dalang dalam masyarakat adalah sebagai juru penerangan, atau lebih tegasnya
dalang adalah orang yang memberi penerangan dan bimbingan bagi masyarakat yang tingkatan
sosialnya beraneka ragam.
2. Dalang berasal dari kata bahasa Jawa: Dhal adalah kependekan dari kata ngudhal = menggali; dan
lang kependekan dari kata piwulang = piwuruk = petuah/nasihat. Dengan demikian dapat diartikan
3. Dalang berasal dari kata da = veda = pengetahuan dan lang = wulang. Dalang adalah pengetahuan
mengajar, di sini dalang dapat diartikan sebagai guru masyarakat.
4. Dalang berasal dari kata talang = alat penghubung untuk mengalirkan air. Dalam hal ini dalang
bertugas sebagai penghubung/penyambung lidah, baik pesan dari pemerintah kepada masyarakat,
maupun sebaliknya.
5. Dalang adalah pemimpin, penyusun naskah, produser, juru cerita dan memainkan wayang.
Pendapat ini dikemukakan oleh Claere Holt (seorang sarjana Barat) dalam bukunya: Art In Indonesia
Continintees, and Change, 1960.
6. Dalang adalah seniman pengembara, sebab apabila mengadakan pementasan tidak hanya di satu
tempat, tetapi berpindah-pindah. Menurut Drs. Sudarsono, pendapat ini dikemukakan oleh Hazou
(seorang sarjana Barat juga ).
Brainly.co.id , www. Kompas.com ,Pikiran rakyat ,Kuningan MAS ,Wikipedia , jurnal perwayangan
, artikel ISBI BANDUNG , artikel ISI YOGYAKARTA .