Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SENI PEWAYANGAN DAN PEDALANGAN


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan Indonesia II

Dosen Pengampu: Mardani, M.A., Hum.

Disusun Oleh:

Kelompok 9

Faizal Ardiansyah : 1205010055


Faris Azhar Rasyid : 1205010057
Muhammad Nur Aziz : 1205010022

Kelas 3-B

SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021 M/1442 H
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayah- Nya sehingga kami dapat menyelesaikannya makalah karya ilmiah ini. Sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad
saw, yang telah membawa risalah islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya
ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita baik di dunia maupun di
akhirat kelak.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah


Sejarah Kebudayaan Indonesia II, juga bertujuan agar setiap mahasiswa dapat mengetahui
tokoh-tokoh besar ulama Nusantara berikut dengan karya-karyanya.

Adapun judul makalah ini adalah “Seni Pewayangan dan Pedalangan” ini
merupakan tugas yang tidak ringan. Maka kami menyadari di dalam penulisan makalah
ini masih banyak kekurangan, mengingat kemampuan yang penulis miliki. Oleh Karena
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah ini.

Bandung, 29 September 2021

Pemakalah

i | SENI PEWAYANGAN DAN PEDALANGAN


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2

SENI PEWAYANGAN DAN PEDALANGAN ................................................................................. 2

A. Wayang Kulit ............................................................................................................................ 2

B. Wayang Golek ........................................................................................................................... 4

C. Wayang klithik .......................................................................................................................... 6

D. Fungsi wayang dalam masyarakat .......................................................................................... 7

E. Seni Pedalangan ...................................................................................................................... 12

BAB III PENUTUP .............................................................................................................................12

A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seni Wayang sudah ada jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu ke
indonesia. Wayang merupakan kreasi budaya masyarakat /kesenian Jawa yang
memuat berbagai aspek kebudayaan Jawa. Pertunjukan wayang ceritanya
menggambarkan jiwa kepahlawanan para nenek moyang yang ada dalam
mitologi.

Orang Jawa sangat gemar menonton wayang karena ceritanya sarat akan

1 | SENI PEWAYANGAN DAN PEDALANGAN


pelajaran-pelajaran hidup yang sangat berguna yang dapat dijadikan pedoman
dalam menjalani hidup. Berdasarkan cerita dan cara penyajian, kira-kira terdapat
40 jenis wayang di Indonesia, diantaranya : Wayang Beber, Wayang Klithik,
Wayang Kulit, Wayang Krucil dan Wayang Thengul / Golek. Pementasan
wayang selalu diiringi dengan musik gamelan. Wayang adalah bentuk teater
rakyat yang sangat populer, terutama di pulau Jawa dan Bali. Orang sering
menghubungkan kata “wayang” dengan “bayang”, karena dilihat dari pertunjukan
wayang kulit yang memakai layar, di mana muncul bayang-bayang.

B. Rumusan Masalah

1. 3 jenis wayang di indonesia ?


2. Apa fungsi wayang dalam masyarakat ?
3. Apa itu seni Pedalangan ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Kebudayaan Indonesia II, juga agar setiap orang dapat mengetahui seni pewayangan dan
pedalangan yang ada di Nusantara beserta dengan segala pemikirannya dan juga karya-karya
yang telah mereka hasilkan.

2 | SENI PEWAYANGAN DAN PEDALANGAN


BAB II
PEMBAHASAN
SENI PEWAYANGAN DAN PEDALANGAN

A. Wayang Kulit

Wayang kulit adalah seni pertunjukan yang telah berusia lebih dari
setengah milenium. Kemunculannya memiliki cerita tersendiri, terkait dengan
masuknya Islam Jawa. Salah satu anggota Wali Songo menciptakannya dengan
mengadopsi Wayang Beber yang berkembang pada masa kejayaan Hindu-
Budha. Adopsi itu dilakukan karena wayang terlanjur lekat dengan orang Jawa
sehingga menjadi media yang tepat untuk dakwah menyebarkan Islam,
sementara agama Islam melarang bentuk seni rupa. Alhasil, diciptakan wayang
kulit dimana orang hanya bisa melihat bayangan.

Pagelaran wayang kulit dimainkan oleh seorang yang kiranya bisa disebut
penghibur publik terhebat di dunia. Bagaimana tidak, selama semalam suntuk,
sang dalang memainkan seluruh karakter aktor wayang kulit yang merupakan
orang- orangan berbahan kulit kerbau dengan dihias motif hasil kerajinan tatah
sungging (ukir kulit). Ia harus mengubah karakter suara, berganti intonasi,
mengeluarkan guyonan dan bahkan menyanyi. Untuk menghidupkan suasana,
dalang dibantu oleh musisi yang memainkan gamelan dan para sinden yang
menyanyikan lagu-lagu Jawa.

Tokoh-tokoh dalam wayang keseluruhannya berjumlah ratusan. Orang-


orangan yang sedang tak dimainkan diletakkan dalam batang pisang yang ada di
3 | SENI PEWAYANGAN DAN PEDALANGAN
dekat sang dalang. Saat dimainkan, orang-orangan akan tampak sebagai
bayangan di layar putih yang ada di depan sang dalang. Bayangan itu bisa
tercipta karena setiap pertunjukan wayang memakai lampu minyak sebagai
pencahayaan yang membantu pemantulan orang-orangan yang sedang
dimainkan.

Setiap pagelaran wayang menghadirkan kisah atau lakon yang berbeda. Ragam
lakon terbagi menjadi 4 kategori yaitu lakon pakem, lakon carangan, lakon
gubahan dan lakon karangan. Lakon pakem memiliki cerita yang seluruhnya
bersumber pada perpustakaan wayang sedangkan pada lakon carangan hanya
garis besarnya saja yang bersumber pada perpustakaan wayang. Lakon gubahan
tidak bersumber pada cerita pewayangan tetapi memakai tempat-tempat yang
sesuai pada perpustakaan wayang, sedangkan lakon karangan sepenuhnya
bersifat lepas. Cerita wayang bersumber pada beberapa kitab tua misalnya
Ramayana, Mahabharata, Pustaka Raja Purwa dan Purwakanda. Kini, juga
terdapat buku-buku yang memuat lakon gubahan dan karangan yang selama
ratusan tahun telah disukai masyarakat Abimanyu kerem, Doraweca, Suryatmaja
Maling dan sebagainya. Diantara semua kitab tua yang dipakai, Kitab
Purwakanda adalah yang paling sering digunakan oleh dalang-dalang dari Kraton
Yogyakarta. Pagelaran wayang kulit dimulai ketika sang dalang telah
mengeluarkan gunungan. Salah satu bagian yang paling dinanti banyak orang
pada setiap pagelaran wayang adalah gara-gara yang menyajikan guyonan-
guyonan khas Jawa.

Seiring perkembangan jaman, keberadaan seni pewayangan di Indonesia


saat ini sudah mengalami penurunan minat oleh para masyarakatnya, ditandai
dengan berkurangnya minat para generasi muda untuk turut menikmati seluk
beluk dunia pewayangan dan pertunjukan wayang kulit itu sendiri, padahal seni
wayang kulit ini dapat dijadikan hiburan dan sarana penyampaian berita ataupun
realita-realita kehidupan yang terjadi pada saat ini yang tentunya sarat akan
makna. Permasalahan yang timbul saat ini adalah kurangnya minat generasi
muda terhadap seni pewayangan ini. Tentunya kelestarian seni wayang kulit di
Yogyakarta tidak terlepas dari campur tangan para generasi muda untuk
mengenal, mempelajari, mengembangkan dan ikut melestarikan budaya seni

4 | SENI PEWAYANGAN DAN PEDALANGAN


wayang kulit di indonesia . Tujuan dari penyusunan perancangan Pusat
Pengembangan Seni Wayang Kulit di indonesia ini adalah untuk menumbuhkan
rasa kepedulian para generasi muda untuk ikut mengembangkan dan
melestarikan budaya seni wayang kulit di indonesia dengan pendekatan unsur
komedi di dalamnya, sehingga Tergugahnya rasa kepedulian dan minat para
generasi muda untuk lebih mengenal dan ikut melestarikan budaya seni wayang
kulit di indonesia terutama di jawa .
B. Wayang Golek

Wayang golek merupakan salah satu dari ragam kesenian wayang, yang
berasal dari masyarakat Sunda di Jawa Barat. Pertunjukan seni wayang
golek merupakan seni pertunjukan teater rakyat yang banyak
dipagelarkan. Selain berfungsi sebagai pelengkap upacara selamatan atau
ruwatan, pertunjukan seni wayang golek juga menjadi tontonan dan
hiburan dalam perhelatan tertentu.

Sejak 1920-an, selama pertunjukan wayang golek diiringi oleh sinden.


Popularitas sinden pada masa-masa itu sangat tinggi sehingga
mengalahkan popularitas dalang wayang golek itu sendiri, terutama ketika
zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitar tahun 1960-an.
Wayang golek saat ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat,
yang memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat lingkungannya, baik kebutuhan spiritual maupun material. Hal
demikian dapat kita lihat dari beberapa kegiatan di masyarakat misalnya
ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) dalam rangka khitanan,
pernikahan dan lain-lain adakalanya diriingi dengan pertunjukan wayang
golek.

5 | SENI PEWAYANGAN DAN PEDALANGAN


Tokoh Wayang Golek
Perkembangan wayang golek pada dari abad 19 hingga abad ke 20 tidak
lepas dari para Dalang yang terus mengembangkan seni tradisional ini,
salah satunya almarhum Ki H. Asep Sunandar Sunarya yang telah
memberikan inovasi terhadap wayang golek agar bisa mengikuti
perkembangan zaman.

Lewat tangan terampilnya dalam memainkan wayang kayu, Asep


ditanggap hingga ke mancanegara. Tidak sekali dua kali Asep Sunandar
Sunarya tampil di luar negeri, tetapi berkali-kali dalang ini membawa
kesenian wayang golek go internasional. Tahun 1993, Abah Asep juga
diundang menjadi dosen kehormatan di Institut International de La
Marionnette di Charleville, Prancis. Sebagai dosen luar biasa selama dua
bulan dan diberi gelar profesor oleh masyarakat akademis Perancis.

Setahun kemudian, Abah Asep kembali membawa wayang golek keliling


Eropa. Abah diminta menampilkan pertunjukan wayang golek di benua
Eropa 1982-1985 Asep Sunandar Sunarya rekaman kaset oleh SP Record
dan Wisnu Record. 1986, Asep Sunandar Sunarya mendapat mandat dari
pemerintah sebagai duta kesenian, untuk terbang ke Amerika Serikat.

Pada tahun yang sama, 1986, Dian Record mulai merekam karya-karya
Asep Sunandar dalam bentuk kaset pita. Pada tahun 1989, Abah Asep
berkunjung ke Amerika dalam rangka pementasan wayang golek. Tahun
1992 Abah juga mengikuti Festival Wayang (Teater Boneka) di
Prancis.Tahun 1994, Asep Sunandar Sunarya mulai pentas di luar negeri,
antara lain di Inggris, Belanda, Swiss, Perancis, dan Belgia, setelah itu,
yakni 1995, ia mendapat penghargaan bintang Satya Lencana
Kebudayaan.

UNESCO pada tanggal 7 November 2003, menetapkan Wayang sebagai


Warisan Budaya Dunia sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan.

Dalam lembaga yang bernaung di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa

6 | SENI PEWAYANGAN DAN PEDALANGAN


(PBB) itu, wayang yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ditetapkan dalam
daftar Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanitiy.

Kini selain sebagai bentuk teater seni pertunjukan wayang, kerajinan


wayang golek juga kerap dijadikan sebagai cindera mata oleh para
wisatawan. Tokoh wayang golek yang lazim dijadikan cindera mata benda
kerajinan adalah tokoh pasangan Rama dan Shinta, tokoh wayang terkenal
seperti Arjuna, Srikandi, dan Kresna, serta tokoh Punakawan seperti
Semar dan Cepot.
C. Wayang Klithik

Wayang klithik adalah wayang yang terbuat dari kayu. Berbeda dengan
wayang golek yang mirip dengan boneka, wayang klitik berbentuk pipih
seperti wayang kulit.
Wayang ini pertama kali diciptakan oleh Pangeran Pekik, adipati
Surabaya, dari bahan kulit dan berukuran kecil sehingga lebih sering
disebut dengan wayang krucil. Munculnya wayang menak yang terbuat
dari kayu, membuat Sunan Pakubuwana II kemudian menciptakan wayang
klithik yang terbuat dari kayu yang pipih (dua dimensi). Tangan wayang
ini dibuat dari kulit yang ditatah. Berbeda dengan wayang lainnya,
wayang klithik memiliki gagang yang terbuat dari kayu. Apabila pentas
menimbulkan bunyi "klithik, klithik" yang diyakini sebagai asal mula
istilah penyebutan wayang klithik.

Di Jawa Tengah wayang klithik memiliki bentuk yang mirip dengan


wayang gedog. Tokoh-tokohnya memakai dodot rapekan, berkeris, dan
menggunakan tutup kepala tekes (kipas). Di Jawa Timur tokoh-tokohnya

7 | SENI PEWAYANGAN DAN PEDALANGAN


banyak yang menyerupai wayang purwa, raja-rajanya bermahkota dan
memakai praba. Di Jawa Tengah, tokoh-tokoh rajanya bergelung Keling
atau Garuda Mungkur saja.

Cerita wayang klitik juga berbeda dengan wayang kulit. Di mana repertoar
cerita wayang kulit diambil dari wiracarita Ramayana dan Mahabharata,
repertoar cerita wayang klitik diambil dari siklus cerita Panji dan
Damarwulan.

Cerita yang dipakai dalam wayang klithik umumnya mengambil dari


zaman Panji Kudalaleyan di Pajajaran hingga zaman Prabu Brawijaya di
Majapahit. Namun, tidak menutup kemungkinan wayang krucil memakai
cerita wayang purwa dan wayang menak, bahkan dari Babad Tanah Jawi
sekalipun.

Gamelan yang dipergunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang ini


amat sederhana, berlaras slendro dan berirama playon bangomati
(srepegan). Adakalanya wayang klithik menggunakan gending-gending
besar.

D. Apa fungsi wayang dalam masyarakat

Wayang adalah salah satu jenis kebudayaan Jawa yang telah ada dan
dikenal oleh masyarakat Jawa sejak ±1500 tahun yang lalu. Kebudayaan Hindu
masuk ke Jawa membawa pengaruh pada pertunjukan bayang-bayang, yang
kemudian dikenal dengan pertunjukan wayang. Dalam penyebaran agama
Hindu di pulau Jawa, para Brahmana menggunakan kitab Mahabarata dan
Ramayan selain kitab Weda sehingga kedua kitab ini dikenal di masyarakat
Jawa. Cerita wayang semula menceritakan petualangan dan kepahlawanan
nenek moyang kemudian beralih ke cerita Mahabarata dan Ramayana. Pada
zaman Hindu ini seni pewayangan semakin populer terutama dengan disalinya
ke dalam bahasa Jawa Kuno.

Dalam hal ini Manusia setelah melalui tingkatan hidup estetis, dan etis,

8 | SENI PEWAYANGAN DAN PEDALANGAN


manusia akan sampai pada tingkatan ketiga, yaitu religius. Pada tingkatan ini,
manusia telah terikat dengan Tuhan atau menerima ikatan-ikatannya. Dalam
sejarah manusia dijumpai fenomena yang disebut religi. Asal kata religi tidak
jelas, ada yang mengatakan bahwa itu berhungan dengan kata ragare, bahasa
latin yang berarti mengikat sehingga religius berarti ikatan. Dalam religi,
manusia terikat dengan aturan-aturan Tuhan, manusia yang beragama dengan
baik, selalu menjahui larangan-Nya, dan melaksanakan segala perintah-Nya.
Dengan ungkapan lain, religi adalah penyerahan diri kepada Tuhan, dengan
keyakinan bahwa manusia itu tergantung kepada Tuhan. Tuhan diyaikini akan
memberikan keselamatan bagi manusia. Untuk memeproleh keselamatan maka
manusia berserah diri kepadanya.
Sejarah perkembangan religi masyarakat Jawa telah dimulai sejak zaman
prasejarah. Pada waktu itu nenek moyang sudah beranggapan bahwa semua
benda yang ada disekelilingnya bernyawa, dan semua yang bergerak dianggap
hidup, mempunyai kekuatan gaib, roh yang berwatak baik maupun jahat. Pada
zaman prasejarah pertunjukan wayang berfungsi sebagai magis-mitos-religius.
Dalam kepercayaan animisme dan dinamisme, roh orang yang sudah
meninggal dianggap lebih kuat atau sakti dan berkuasa dibandingkan ketika
masih hidup. Mempercayai bahwa roh orang sudah meninggalmasih berada di
lengkungan sekitar, misalnya dipohon-pohon besar, gunung-gunung, bukit dan
benda lainnya. Kehadiran roh orang yang sudah meninggal diharapakan dapat
memberikan pertolongan dan bantuan serta berkah kepada orang yang masih
hidup. Berdasarkan pemikiran itu dengan sendirinya orang samapi pada usaha
untuk mendatangkan roh nenek moyang ke dalam rumah, halaman atau
tempat yang dianggap keramat. Dengan perantara orang sakti, roh nenek
moyang didatangkan dengan diiringi nyanyian, pujian, dan sesaji, seperti:
makanan, minuman dan buah-buahan serta wangi-wangian yang digemarinya
ketika masih hidup di dunia. Sekalipun hanya untuk waktu yang sementara,
namun kesempatan untuk dapat berhubungan langsung dengan roh tersebut
sangat penting. Dalam kesempatan ini, mereka yang masih hidup dapat
menghortmati roh leluhur, dengan cara ini keluarga dan keturunananya
merasa terjamin kelangsungan hidupnya, nasib baik, kebahaigaiaan, dan
kemakmuran.
Harapan-harapan yang kemudian mendorong nenek moyang

9 | SENI PEWAYANGAN DAN PEDALANGAN


menghasilkan pembuatan bayangan, sehingga orang dapat membayangkan roh
orang yang sudah meninggal. Gambar atau lukisan bentuk dari roh yang
dibayangkan bukanlah berwujud gambar realitas dari nenek moyang, tetapi
berwujud gambar bayangan remang-remang atau semu. Inspirasi bentuk
wayang yang dipergunakan untuk pentas bayangan didapat dari bentuk
bayangan manusia. Gambar bayangan tersebut diilhami oleh bayangan yang
dilihat setiap hari diwaktu pagi. Itulah sebabnya gambar yang dihasilkan
mempunyai kaki dan tangan panjang. Pada mulanya tidak sengaja dipasang
tabir atau selembar kain untuk membuat bayang-bayang yang kemudian tabir
tersebut menjadi perlengkapan wajib dalam pementasan wayang.
Upacara memanggil roh nenek moyang dilakukan pada malam hari, saat
roh tersebut melayang-layang sedang mengembara. Tempat yang dipilih untuk
mengadakan pertunjukan bayang-bayang adalah ditempat khusus. Di tempat
itu disediakan tempat pemujaan seperti dolmen, menhir, dan tahta batu sebagai
tempat berkumpul dan tempat duduk roh atau hyang yang datang.
Pertunjukan bayang-bayang tersebut diawali dengan cerita mitos kuno
tradisional yang berisikan cerita atau kejadian tentang bumi, langit, nenek
moyang manusia, dewa dan upacara-upacara yang berhubungan dengan
kepercayaan. Diceritakan pila tentang kebesaran dan kepahlawanan nenek
moyang serta mengharapkan berkah untuk keselamatan seamanya. Pada
zaman ini kepustakaan wayang belum ditulis. Cerita tersebut dituturkan secara
lisan dari generasi ke generasi berikutnya, yang setiap kurun waktu cerita
tersebut diubah dan ditambah menurut selera dan situasi zamannya.
Pertunujkan wayang pada zaman kerajaan mataram 1 tidak hanya
berfungsi magis-religius, tetapi juga sebagai alat pendidikan dan komunikasi.
Cerita diambil dari kitab Mahabarata dan Ramayana yang sudah diberi sifat
lokal dan bercampur mitos kuno tradisional. Pahlawan-pahlawan dari kedua
kitab tersebut menjadi pahlawan dan deaw bagi masyarakat Jawa. Hasil karya
lainnya yang sangat erat hubungannya dengan perkembangan pertunjukan
wayang, yaitu mulai dipahatnya relief cerita Ramayana dengan lengkap dan
bagus dalam dinding candi Roro Jonggrang di Prambanan pada tahun ±782-872
Masehi.
Di Jawa Timur, wayang digambar diatas kain dan sudah diberi warna.
Jumlah wayang yang cukup banyak dan sudah dilengkapi dengan kelir, saron,

10 | SENI PEWAYANGAN DAN PEDALANGAN


kemanak, suluk, dan sinden. Hal ini dapat diketahui dengan syair Warta
Sancaya bait ke 93. Pada tahun 1361 dibuat wayang beber dari kertas yang
sudah diringi gamelan slendro. Pertunjukan wayang pada zaman ini dilakukan
pada malam hari, dirumah atau tempat yang dianggap keramat oleh orang
sakti, kepala keluarga, atau kadang-kadang oleh Raja sendiri. Di Jawa Timur
seni pewayangan masih tetap berfungsi untuk kegiatan ritual dan menjadi
sarana untuk mendukung wibawa kekuasaan raja .
E. Seni Pedalangan

Dalang adalah sebutan untuk orang yang memainkan wayang, ada


beberapa arti dari kata dalang itu sendiri diantaranya:

1. Dalang asal kata dari dalung/blencong (bahasa Jawa)/lampu = alat


penerang. Dengan alasan demikian, maka fungsi dalang dalam masyarakat
adalah sebagai juru penerangan, atau lebih tegasnya dalang adalah orang
yang memberi penerangan dan bimbingan bagi masyarakat yang tingkatan
sosialnya beraneka ragam.

2. Dalang berasal dari kata bahasa Jawa: Dhal adalah kependekan dari
kata ngudhal = menggali; dan lang kependekan dari kata piwulang =
piwuruk = petuah/nasihat. Dengan demikian dapat diartikan bahwa dalang
11 | SENI PEWAYANGAN DAN PEDALANGAN
adalah orang yang menggali nasihat/petuah untuk disampaikan/disebarkan
kepada para penonton wayang. Di sini fungsi dalang adalah sebagai
pendidik/pembimbing masyarakat atau guru masyarakat.

3. Dalang berasal dari kata da = veda = pengetahuan dan lang = wulang.


Dalang adalah pengetahuan mengajar, di sini dalang dapat diartikan
sebagai guru masyarakat.

4. Dalang berasal dari kata talang = alat penghubung untuk mengalirkan


air. Dalam hal ini dalang bertugas sebagai penghubung/penyambung lidah,
baik pesan dari pemerintah kepada masyarakat, maupun sebaliknya.

5. Dalang adalah pemimpin, penyusun naskah, produser, juru cerita dan


memainkan wayang. Pendapat ini dikemukakan oleh Claere Holt (seorang
sarjana Barat) dalam bukunya: Art In Indonesia Continintees, and Change,
1960.

6. Dalang adalah seniman pengembara, sebab apabila mengadakan


pementasan tidak hanya di satu tempat, tetapi berpindah-pindah. Menurut
Drs. Sudarsono, pendapat ini dikemukakan oleh Hazou (seorang sarjana
Barat juga).

7. Dalang berasal dari kata dal = dalil-dalil, dan lang = langgeng. Ini
adalah pendapat seorang dalang kasepuhan dari Kecamatan Ciledug
Kabupaten Cirebon, yang bernama Dulah. Dengan demikian dapat
diartikan bahwa dalang adalah seorang yang memberi dalil-dalil atau
petuah-petuah/wejangan/wejangan selama hidupnya. Di sini fungsi dalang
adalah sebagai pendidik/pembimbing masyarakat atau guru masyarakat.

8. Dalang adalah seorang aktor/aktris yang memainkan pagelaran


wayangnya menurut ilmu dan tata cara yang telah ditentukan. Definisi ini
dikemukakan oleh Juju Sain Martadinata, Alm. (eks Guru Kokar / SMKI
Bandung).

12 | SENI PEWAYANGAN DAN PEDALANGAN


9. Dalang berasal dari kata Dalilun lamnya ada dua yang satu lamnya
dihilangkan dan ganti oleh tasjid menjadi dala. Menurut ahli sorop dala ya
dulu dilalatan fa-hua daa-lun. Isimnya isim fa’il artinya petunjuk.
Pendapat ini dikemukakan oleh Asep Sunandar Sunarya (dalang
legendaris tanah Pasundan)

Wikipedia

Brainly.co.id

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

 Wayang adalah bentuk teater rakyat yang sangat populer, terutama di pulau Jawa dan Bali. Orang
sering menghubungkan kata “wayang” dengan “bayang”, karena dilihat dari pertunjukan wayang
kulit yang memakai layar, di mana muncul bayang-bayang. Di Jawa Barat, selain dikenal wayang
kulit, yang paling populer adalah Wayang golek . Istilah golek dapat merujuk kepada dua makna,
sebagai kata kerja kata golek bermakna 'mencari', sebagai kata benda golek bermakna boneka
kayu.[2] Berkenaan dengan wayang golek, ada dua macam di antaranya wayang golek papak (cepak)
dan wayang golek purwa yang ada di daerah Sunda. Kecuali wayang orang yang merupakan bentuk
seni tari-drama yang ditarikan manusia, kebanyakan bentuk kesenian wayang dimainkan oleh
seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang sekaligus menyanyikan suluk, menyuarakan
antawagu dan lain-lain.
 Dalang adalah sebutan untuk orang yang memainkan wayang, ada beberapa arti dari kata dalang itu
sendiri diantaranya:
1. Dalang asal kata dari dalung/blencong (bahasa Jawa)/lampu = alat penerang. Dengan alasan
demikian, maka fungsi dalang dalam masyarakat adalah sebagai juru penerangan, atau lebih tegasnya
dalang adalah orang yang memberi penerangan dan bimbingan bagi masyarakat yang tingkatan
sosialnya beraneka ragam.

2. Dalang berasal dari kata bahasa Jawa: Dhal adalah kependekan dari kata ngudhal = menggali; dan
lang kependekan dari kata piwulang = piwuruk = petuah/nasihat. Dengan demikian dapat diartikan

13 | SENI PEWAYANGAN DAN PEDALANGAN


bahwa dalang adalah orang yang menggali nasihat/petuah untuk disampaikan/disebarkan kepada
para penonton wayang. Di sini fungsi dalang adalah sebagai pendidik/pembimbing masyarakat atau
guru masyarakat.

3. Dalang berasal dari kata da = veda = pengetahuan dan lang = wulang. Dalang adalah pengetahuan
mengajar, di sini dalang dapat diartikan sebagai guru masyarakat.

4. Dalang berasal dari kata talang = alat penghubung untuk mengalirkan air. Dalam hal ini dalang
bertugas sebagai penghubung/penyambung lidah, baik pesan dari pemerintah kepada masyarakat,
maupun sebaliknya.

5. Dalang adalah pemimpin, penyusun naskah, produser, juru cerita dan memainkan wayang.
Pendapat ini dikemukakan oleh Claere Holt (seorang sarjana Barat) dalam bukunya: Art In Indonesia
Continintees, and Change, 1960.

6. Dalang adalah seniman pengembara, sebab apabila mengadakan pementasan tidak hanya di satu
tempat, tetapi berpindah-pindah. Menurut Drs. Sudarsono, pendapat ini dikemukakan oleh Hazou
(seorang sarjana Barat juga ).

14 | SENI PEWAYANGAN DAN PEDALANGAN


DAFTAR PUSTAKA

Brainly.co.id , www. Kompas.com ,Pikiran rakyat ,Kuningan MAS ,Wikipedia , jurnal perwayangan
, artikel ISBI BANDUNG , artikel ISI YOGYAKARTA .

15 | SENI PEWAYANGAN DAN PEDALANGAN

Anda mungkin juga menyukai