Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BUDAYA MELAYU

DEFINISI DAN SEJARAH KEBUDAYAAN SUKU JAWA

Disusun Untuk Memenuhi Dan Melengkapi Tugas Mata Kuliah Budaya Melayu

Oleh:

1. AHMAD ARIEF WIDODO (2205114167)


2. BAYU ADRIAN HIDAYAT (2205124933)
3. BILLY ARI RANGGA (2205110568)
4. DANANG (0000000000)
5. DENY DWIE AL FIANSYAH (2205113108)
6. M. RAYHAN DIGJAYA (2205114132)
7. PRIYANTI (2205125997)
8. SAID ATHARID YAZID (2205114167)
9. SUNNIA YUMNA (2205135843)

Dosen Pengampu:
HARYONO, S. Pd., M. Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKA KEPEATIAN OLAHRAGA


FAKULTAS KEGURUAN DAN IMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapakan kepada Allah SWT, yang telah memberikan kemudahandan
nikmat-Nya sehingga makalah yang berjudul “DEFINISI DAN SEJARAH KEBUDAYAAN
SUKU JAWA” ini dapat diselesaikan dengan baik gunamelengkapi tugas akhir semseter. Tidak
lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Dalam penyelesaian makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
penulisan dan materi mengingat kemampuan penulis yang terbatas. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Kami
ucapkan terima kasih kepada bapak HARYONO, S. Pd., M. Pd. sebagai dosen mata kuliah
Budaya Melayu yang telah banyak memberikan petunjuk dan arahan selama ini sehingga
penyususan makalah dapat dibuat dengan baik.

Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Budaya Melayu. Saya
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dan saya juga menyadari akan pentingnya sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, 20 Februari 2023


Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 3
A. Definisi umum suku jawa ................................................................................................................. 3
B. Sejarah............................................................................................................................................... 4
C. Bahasa ............................................................................................................................................... 5
D. Sistem Religi ..................................................................................................................................... 6
E. SISTEM MATA PENCAHARIAN .................................................................................................. 7
F. Sistem Pengetahuan .......................................................................................................................... 7
G. Sistem Kekerabatan/ organisasi social .............................................................................................. 8
H. Sistem Budaya .................................................................................................................................. 9
BAB III ....................................................................................................................................................... 12
PENUTUP .................................................................................................................................................. 12
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 13

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebudayaan telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu, dan
tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan. Luasnya bidang
kebudayaan menimbulkan adanya telaahan mengenai apa sebenarnya isi dari kebudayaan itu.
Dalam hal memberi definisi terhadap konsep kebudayaan, ilmu antropologi seringkali sangat
berbeda dengan berbagai ilmu lain. Menurut ilmu antropologi, kebudayaan ialah keseluruhan
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh
tindakan manusia adalah kebudayaan, karena hanya amat sedikit tindakan manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang tak perlu dibiasakannya dengan belajar, yaitu hanya
beberapa tindakan naluri beberapa refleks, beberapa tindakan akibat proses fisiologi, atau
kelakuan apabila ia sedang membabi buta. Kebudayaan dapat berperan sebagai kontrol
masyarakat, yaitu cara yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk mengembalikan anggota
masyarakatnya yang menyimpang kepada tingkah laku normal. Kontrol sosial tersebut
dijalankan melalui bentuk sanksi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebudayaan
merupakan hasil belajar, dapat digunakan sebagai sistem makna dan sistem lambang, tetapi
meskipun dapat sebagai kontrol sosial dan sebagainya faktanya sampai saat ini masih
terdapat penyimpangan penyimpangan yang terjadi di dalam masyatakat khususnya Jawa jika
di tinjau dari Antropologi. Oleh karena itu saya mencoba membuat kajian mengenai
kebudayaan suku jawa ditinjau dari Antropologi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas , di susunlah rumusan masalah sebagai
berikut :

1. Bagaimana gambaran umum Kebudayaan Suku Jawa ?

2. Seperti apa sejarah Kebudayaan Suku Jawa ?

3. Bagaimana model penerapan hukum pada Kebudayaan Suku Jawa?

4. Seperti apa kajian Antropologi pada Kebudayaan Suku Jawa ?

1
C. Tujuan
 Memahami bagaimana cara melihat atau mempelajari budaya suku jawa yang dapat
dijangkau dari cabang ilmu Antropologi.

 Mempelajari potensi potensi penyimpangan kebudayaan dalam Suku Jawa.

 Mengetahui seluk beluk Kebudayaan Suku Jawa termasuk sejarahnya.

 Menemukan beberapa solusi dalam penyimpangan Kebudayaan Suku Jawa dan lain
sebagainya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI UMUM SUKU JAWA


Suku Jawa adalah suku bangsa yang terbesar di Indonesia, dengan jumlahnya di sekitar
90 juta. Mereka berasal dari pulau Jawa dan menghuni khususnya di provinsi Jawa Tengah
serta Jawa Timur tetapi di provinsi Jawa Barat, Banten dan tentu saja di Jakarta, mereka juga
banyak ditemukan.Menurut Prof. Mr. Hardjono.almarhum , Guru Besar Universitas Gaja
Mada, ditahun 1980-an mengatakan mengenai arti Jawa atau Jawi dari sudut pandang
kebatinan. Begini katanya : Dimas, banyak orang yang sebenarnya tidak mengerti arti kata
Jawa atau Jawi. Ja itu artinya lahir dan wi artinya burung., jadi seperti burung, manusia itu
harus melewati dua tahapan untuk menjadi manusia sempurna. Pertama terlahir sebagai telur,
baru kemudian terbuka menjadi burung. Beliau tidak mau menjelaskan artinya yang jelas,
dan membiarkan kita untuk mengkajinya lebih dalam lagi.

Suku jawa bisa juga dibilang sebagai suku yang dominan di negara Indonesia. Karena
jumlah suku penduduk suku jawa memang lebih banyak daripada suku bangsa lainnya. Suku
jawa tidak hanya mendiami pulau jawa saat ini. Diantaranya: Yogyakarta, Kalimantan,
Sulawesi bagian selatan. Menguak asal usul suku jawa tidak lepas dari tokoh-tokoh bangsa
Indonesia yang berasal dari suku jawa. Salah satunya Presiden saat ini yaitu Susilo Bambang
Yudhoyono.

Sama halnya dengan daerah-daerah kajawen lainnya, di dalam wilayah daerah istimewah
Yogyakarta sebelah selatan terdapat kelompok-kelompok masyarakat orang jawa yang masih

3
mengikuti atau mendukung kebudayaan jawa. Umumnya mereka itu membentuk kesatuan-
kesatuan hidup setempat yang menetap di desa-desa.

Keturunan-keturunan masyarakat Jawa berpendapat bahawa bahasa Jawa adalah bahasa


yang sangat sopan dan mereka, khususnya orang-orang yang lebih tua, menghargai orang-
orang yang menuturkan bahasa mereka. Bahasa Jawa juga sangat mempunyai erti yang luas.

B. SEJARAH
Asal-usul suku Jawa banyak versinya. Versi yang paling populer adalah bahwa leluhur
orang Jawa adalah Ajiasaka, Pandita dari India yang datang ke Jawa. Kisah Ajisaka dan
murid-muridnya kemudian digunakan sebagai patokan aksara Jawa (ha na ca ra ka ...). Versi
lain mengatakan nenek moyang orang Jawa datang dari sekitar lereng Gunung Merapi.
Karena di lereng dan kaki gunung Merapi berdiri kerajaan Mataram kuno, yang mana mereka
mendirikan Candi Borobudur. Kerajaan Maratam Kuno kemudian pindah ke Jawa Timur
karena bencana dahsyat letusan Gunung Merapi yang bahkan membuat Borobudur terkubur
tanah.

Jika ditarik ribuan tahun ke belakang, di Jawa sudah ada kehidupan. Bahkan di Sangiran
(Sragen), ditemukan fosil manusia purba, terutama dari jenis phitecanthropus erectus. Jauh-
hari bahkan di Mojokerto (Jawa Timur) sudah hidup nenek moyang manusia Jawa yang
diberi julukan Homo Mojokertensis. Mereka hidup 200 ribu tahun yang lalu.

Masyarakat Jawa sekarang mendiami wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta.
Jika diperluas, mereka yang tinggal di Cirebon dan Indramayu juga diklasifikasikan sebagai
orang Jawa karena bahasa yang mereka gunakan lebih dekat ke bahasa Jawa daripada bahasa
Sunda. banyak orang Jawa menetap di selatan Sumatera (Lampung dan sekitarnya), sebagian
besar Banten (Keturunan pasukan Mataram) Jakarta dan Sumatera Utara. Hal ini terjadi
karena berbagai alasan, antara lain: kolonial Belanda membawa orang Jawa ke tempat-tempat
itu untuk menjadi buruh perkebunan. Selain itu, etnis Jawa juga menyebar ke Suriname.

Bahasa Jawa (ngoko dan Kromo) umum digunakan dalam bahasa sehari-hari instruksi.
Tentu ada beberapa dialek. Ada dialek Yogya-Solo, semarangan, Banyumasan, Tegal dan
Jawa Timur.

Soal kehidupan beragama, setelah kedatangan Wali Songo, umumnya orang Jawa adalah
Muslim. Sebagian kecil masih Hindu dan Budha, selain Kristen dan Katolik. Ada juga masih

4
memegang ajaran-ajaran kejawen. Orang Jawa dikenal halus dan sangat tepo seliro. Juga
tidak suka konflik. Di lain pihak, di mata suku Non-jawa, orang Jawa di kenal penakut dan
suka main belakang. tapi, apapun dan bagaimanapun, orang Jawa adalah mayoritas di
Indonesia dan sangat mendominasi sektor pemerintahan dan kebudayaan.

C. BAHASA
Sebahagian besar suku bangsa Jawa menuturkan bahasa Jawa sebagai bahasa percakapan
harian. Sebuah tinjauan pendapat yang dijalankan oleh Majalah Tempo pada awal dekade
1990-an menunjukkan bahwa hanya sekitar 12% daripada orang-orang Jawa menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa pertuturan harian. Sekitar 18% menggunakan campuran
bahasa Jawa dan bahasa Indonesia, dengan yang lain menuturkan bahasa Jawa sebagai
bahasa utama mereka. Dalam penggunaannya, bahasa Jawa memiliki beberapa tingkat.
Penggunaan tingkatan ini tergantung siapa lawan bicaranya.

Berikut ini adalah tingkatan dalam bahasa Jawa, antara lain:

 Bahasa Jawa Ngoko, yaitu bahasa Jawa sehari-hari yang tingkatannya berada di paling
bawah. Bahasa ini digunakan saat berbicara dengan yang usianya lebih mudah. Di masa
lalu juga digunakan kalangan bangsawan atau kalangan atas dalam status sosial
masyarakat Jawa jika bicara kepada orang yang status sosialnya berada di bawah mereka.

5
 Bahasa Krama Madya adalah bahasa Jawa yang dituturkan saat berbicara dengan orang
yang dianggap sederajat dengan mereka.

 Bahasa Krama Inggil, digunakan saat bicara dengan orang yang lebih tua atau orang yang
dihormati, serta orang yang kedudukan sosialnya berada di atas mereka.

Contoh Bahasa Indonesia: “Maaf, saya mau tanya rumah kak Budi itu, di mana?”

1. Ngoko kasar: “Eh, aku arep takon, omahé Budi kuwi, nèng*ndi?’

2. Ngoko alus: “Aku nyuwun pirsa, dalemé mas Budi kuwi, nèng endi?”

3. Ngoko meninggikan diri sendiri: “Aku kersa ndangu, omahé mas Budi kuwi, nèng ndi?”

4. Madya: “Nuwun sèwu, kula ajeng tanglet, griyané mas Budi niku, teng pundi?”

5. Madya alus: “Nuwun sèwu, kula ajeng tanglet, dalemé mas Budi niku, teng pundi?”

6. Krama andhap: “Nuwun sèwu, dalem badhé nyuwun pirsa, dalemipun mas Budi punika,
wonten pundi?”

7. Krama: “Nuwun sewu, kula badhé takèn, griyanipun mas Budi punika, wonten pundi?”

8. Krama inggil: “Nuwun sewu, kula badhe nyuwun pirsa, dalemipun mas Budi punika,
wonten pundi?”

Aksara Jawa terdiri dari 20 huruf yaitu ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya,
nya, ma, ga, ba, tha, nga. Jika diartikan adalah “ada dua utusan yang setia saling bertarung
sama-sama saktinya dan sama-sama matinya”.

Aksara Jawa sudah jarang digunakan dalam penulisan modern. Meskipun demikian,
masih diajarkan di beberapa sekolah di Pulau Jawa sebagai bentuk pelestarian tradisi dan
kebudayaan Jawa.

D. SISTEM RELIGIUS
Agama Islam berkembang baik di Jawa. Hal ini tampak dari banyaknya bangunan-
bangunan tempat ibadat agama ini. Agama Islam adalah agama mayoritas masyarakat Jawa.
Selain itu ada juga penganut agama Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan aliran
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Kebanyakan orang Jawa percaya bahwa hidup manusia ini sudah diatur oleh alam
semesta, sehingga tidak sedikit dari mereka yang bersikap nrimo, yaitu menyerahkan diri

6
pada takdir. Selain itu, orang Jawa percaya kepada kekuatan atau kesakten (kesaktian) yang
terdapat pada benda-benda pusaka, seperti : keris, gamelan, dan lain-lain. Mereka juga
mempercayai keberadaan arwah dan roh leluhur, dan mahluk-mahluk halus seperti memedi,
lelembut, tuyul, serta jin yang menempati alam sekitar tempat tinggal mereka. Menurut
kepercayaan, mahluk halus tersebut dapat mendatangkan kesuksesan, kebahagiaan,
ketentraman, atau keselamatan. Tetapi sebaliknya ada juga mahluk halus yang dapat
menimbulkan ketakutan dan kematian.

E. SISTEM MATA PENCAHARIAN


Mata pencarian masyarakat Jawa mencakup:
1. Pertanian
Yang dimaksud pertanian disini terdiri atas pesawahan dan perladangan (tegalan),
tanaman utama adalah padi. Tanaman lainnya jagung, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau
dan sayur mayor, yang umumnya ditanam di tegalan. Sawah juga ditanami tanaman
perdagangan, seperti tembakau, tebu dan rosella.
2. Perikanan
Adapun usaha yang dilakukan cukup banyak baik perikanan darat dan perikanan laut.
Perikanan laut diusahakan di pantai utara laut jawa. Peralatannya berupa kail, perahu, jala
dan jarring
3. Peternakan
Binatang ternak berupa kerbau, sapi, kambing, ayam dan itik dan lain-lain.
4. Kerajinan
Kerajinan sangat maju terutama menghasilkan batik, ukir-ukiran, peralatan rumah tangga,
dan peralatan pertanian.
Adapun mata pencaharian dalam suku Jawa atau masyaraakat Jawa biasanya bermata
pencaharian bertani, baik bertani di sawah maupun tegalan, juga Beternak pada umumnya
bersipat sambilan, selain itu juga masyarakat Jawa bermata pencaharian Nelayan yang
biasanya dilakukan masyarakat pantai.

F. SISTEM PENGETAHUAN
Sistem pengetahuan suku jawa pada prinsipnya berpedoman pada primbon jawa contoh
yang kita ketahui bahwa tiap-tiap hari mempunyai arti, dan nilai sendiri. Begitu pula bulan
pada sa’at. Misalnya hari ahad mempunyai nilai 5, senin = 4, Selasa = 3, Rabu =7, Kamis =

7
8, Jumat = 6, dan Sabtu = 9. Hari-hari ‘pasaran ‘ Kliwon = 8, Legi= 5, Pahing = 9, Pon = 7,
dan Wage = 4.

Dalam nama-nama bulan yaitu: bulan Sura = 7, Sapar = 2, Rabiulawal = 3, Rabiulakhir =


5, Jumadiawal = 6, Jumadiakhir = 1, Rajab = 2, Ruwah = 4, Puasa = 5, Sawal = 7, Dukaidah
= 1, dan Besar = 3. Disamping hari danbulan, huruf jawa pun mempunyai nilai, yaitu sebagai
berikut: Ha = 6,na =3, ca = 3, ra = 3, ka = 3, da = 5, ta = 3, sa = 3, wa = 6, la= 5, pa = 1, dha
= 4, ja =3, ya = 8,nya = 3, ma = 5, ga = 1, ba = 2, tha = 4, nga =2.

G. SISTEM KEKERABATAN/ ORGANISASI SOCIAL


Sistem kekerabatan suku bangsa Jawa adalah bilateral (garis keturunan ayah dan ibu).
Dalam sistem kekerabatan masyarakat Jawa, digunakan istilah-istilah sebagai berikut.
1. Ego menyebut orang tua laki-laki adalah bapak/rama.
2. Ego menyebut orang tua perempuan adalah simbok/ biyung.
3. Ego menyebut kakak laki-laki adalah kang mas, kakang mas.
4. Ego menyebut kakak perempuan adalah mbakyu.
5. Ego menyebut adik laki-laki adalah adhi, dhimas, dik, atau le.
6. Ego menyebut adik perempuan adalah ndhuk, denok, atau di.

Dalam masyarakat Jawa, istilah-istilah di atas merupakan tata cara sopan santun
pergaulan yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila melanggar nasihat
orang tua akan sengsara atau disebut kuwalat.
Dalam system kekerabatan Jawa keturunan dari Ibu dan Ayah dianggap sama hak nya,
dan warisan anak perempuan sama dengan warisan laki-laki tetapi, berbeda dengan banyak
suku bangsa yang lain, yang ada Indonesia. Misalnya, dengan suku-suku Batak di Sumatra
Utara, masyarakat jawa tidak mengenal system marga. Susunan kekerabatan suku jawa
berdasarkan pada keturunan kepada kedua belah pihak yang di sebut Bilateral atau Parental
yang menunjukan system penggolongan menurut angkatan-angkatan. Walaupun hubungan
kekerabatan di luar keluarga inti tidak begitu ketat aturannya, namun bagi orang jawa
hubungan dengan keluarga jauh adalah tetap penting.

Masyarakat Jawa dalam hal perkawinana melalui beberapa tahapan. Biasanya seluruh
rangkaian acara perkawinan berlangsug selama kurang lebih dua bulan, mencangkup:
 Nontoni; Melihat calon istri dan keluarganya, dengan mengirim utusan (wakil).
 Nglamar (meminang); Tahapan setelah nontoni apabila si gadis bersedia dipersunting.
 Paningset ; Pemberian harta benda, berupa pakaian lengkap disertai cin-cin kawin.
 Pasok Tukon ; Upacara penyerahan harta benda kepada keluarga si gadis berupa
uang,pakaian dan sebagainya, diberikan tiga hari sebelum pernikahan.

8
 Pingitan ; Calon istri tidak diper4bolehkan keluar rumah selama 7 hari atau 40 hari
sebelum perkawinan.
 Tarub ; Mempersiapkan perlengkapan perkawianan termasuk menghias rumah dengan
janur.
 Siraman ; Upacara mandi bagi calon pengantin wanita yang dilanjutkan dengan
selamatan.
 Ijab Kabul (Akad Nikah); Upacara pernikahan dihadapan penghulu, disertai orang tua
atau Wali dan saksi-saksi.
 Temon (Panggih manten); Saat pertemuan pengantin pria dengan wanita.
 Ngunduh Mantu (ngunduh temanten) ; Memboyong pengantin wanita kerumah pengantin
pria yang disertai pesta ditempat pengantin pria.

Jika di dalam perkawinan ada masalah antara suami istri maka dapat dilakukan "Pegatan"
(Perceraian). Jika istri menjatuhkan cerai di sebut "talak" sedangkan istri meminta cerai
kepada suami di sebut "talik". Jika keinginan isteri tidak di kabulkan oleh suami istri
mengajukan ke pengadilan maka di sebut "rapak". Jika ingin kembali lagi jenjang waktunya
mereka rukun kembali adalah 100 hari di namakan "Rujuk" jika lebih dari 100 hari
dinamakan "balen" (kembali). Setelah cerai seorang janda boleh menikah dengan yang lain
setelah "masa Iddah".

H. SISTEM BUDAYA
Budaya Jawa adalah budaya yang berasal dari Jawa dan dianut oleh masyarakat Jawa
khususnya di Banten Utara, Jawa Barat Utara, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Budaya Jawa secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 yaitu budaya Jawa Kulonan (Banten
Utara-Jawa Barat Utara-Jawa Tengah Barat), budaya Jawa Tengah(Timur)-DIY, dan budaya
Jawa Timur. Budaya Jawa mengutamakan keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam
kehidupan sehari-hari. Budaya Jawa menjunjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan. Budaya
Jawa selain terdapat di Banten Utara, Jawa Barat Utara, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa
Timur terdapat juga di daerah perantauan orang Jawa yaitu di Jakarta, Sumatra, dan Suriname.
Bahkan budaya Jawa termasuk salah satu budaya di Indonesia yang paling banyak diminati di
luar negeri. Beberapa budaya Jawa yang diminati di luar negeri adalah Wayang
kulit, Keris, Batik, Kebaya, dan Gamelan.
Di Malaysia dan Filipina dikenal istilah keris karena pengaruh Majapahit.[1] LSM Kampung
Halaman dari Yogyakarta yang menggunakan wayang remaja adalah LSM Asia pertama yang
menerima penghargaan seni dari Amerika Serikat tahun 2011.[2][3] Gamelan Jawa menjadi
pelajaran wajib di AS, Singapura, dan Selandia Baru.[4][5] Gamelan Jawa rutin digelar di AS
dan Eropa atas permintaan warga AS dan Eropa.[6] Sastra Jawa Negarakretagama menjadi satu
satunya karya sastra Indonesia yang diakui UNESCO sebagai Memori Dunia.[7] Menurut Guru
Besar Arkeologi Asia Tenggara Universitas Nasional Singapura John N. Miksic jangkauan
kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra dan Singapura, bahkan Thailand yang dibuktikan dengan
pengaruh kebudayaan, corak bangunan, candi, patung, dan seni.[8]

9
Bahkan banyak Negara di dunia terutama Amerika dan Eropa menyebut Jawa
identik kopi.[9][10][11][12][13][14][15][16][17] Budaya Jawa termasuk unik karena membagi
tingkat bahasa Jawa menjadi beberapa tingkat yaitu Ngoko, Madya, dan Krama. Ada yang
berpendapat budaya Jawa identik feodal dan sinkretik. Pendapat itu kurang tepat karena budaya
feodal ada di semua negara termasuk Eropa. Budaya Jawa menghargai semua agama dan
pluralitas sehingga dinilai sinkretik oleh budaya tertentu yang hanya mengakui satu agama
tertentu dan sektarian. Keunikan yang dimiliki oleh budaya Jawa adalah: Terkenal karena seni
wayang nya, yang menarik untuk menyampaikan pesan-pesan atau cerita yang dialami. Adanya
filosofi Tridama. Tariannya yang begitu unik dan menarik yang dipakai untuk upacara adat atau
persembahan.
Berikut adalah 5 kesenian yang menjadi ciri suku Jawa dan menarik untuk disimak:
1. Seni Tari.
Seni tari yang menjadi kesenian ciri suku Jawa antara lain;
 Tari Jaipong yang merupakan tarian tradisional khas Jawa Barat, dan dimainkan oleh
satu orang atau sekelompok penari.
 Tari Gambyong dari Jawa Tengah, biasanya ditampilkan untuk menyambut
kedatangan tamu.
2. Seni Pertunjukan.
 Wayang kulit, wayang orang, wayang sadat, dan wayang golek merupakan kesenian
ciri suku Jawa, terutama Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.
 Kuda Lumping adalah seni pertunjukan dari Jawa Barat, yang dimainkan dengan
cara mengundang roh halus.
3. Seni Bangunan.
Rumah Joglo, adalah rumah adat Jawa Tengah dan Jawa Timur. Rumah Joglo
memiliki ruang-ruang khusus sesuai kebutuhan penghuninya.

4. Alat Musik.

 Gamelan merupakan alat musik khas Jawa Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut dan pelan.
 Degung adalah kesenian Sunda, Jawa Barat yang biasanya dimainkan pada acara
hajatan sebagai musik pengiring.

10
5. Lagu Daerah.
 Cublak-Cublak Suweng, dan Rek Ayo Rek adalah lagu daerah terkenal yang berasal
dari Jawa Timur.
 Cianjuran merupakan kesenian khas Jawa Barat yang menampilkan nyanyian yang
dibawakan oleh seorang penyanyi.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setiap suku pasti memiliki karekter dominan yang berbeda antara satu dengan lainnya.
Suku jawa terkenal sebagai suku bangsa yang penuh dengan tat karama, berbudi perketi
halus, ulet mengerjakan sesuatu. Memiliki kecendrungan tertutup dan tidak terus terang
adalah salah satu watak yang paling terkenal pada suku jawa. Hal tersebut terjadi karena
mereka menginginkan hubungan yang harmonis. Suku bangsa jawa tidak menyukai
pertikaian, namun sering sekali menjadi negative karena terkadang menyimpan dendam
sesame saudara atau orang lain. Suku Jawa adalah suku bangsa yang terbesar di Indonesia,
dengan jumlahnya di sekitar 90 juta. Mereka berasal dari pulau Jawa dan menghuni
khususnya di provinsi Jawa Tengah serta Jawa Timur tetapi di provinsi Jawa Barat, Banten
dan tentu saja di Jakarta, mereka juga banyak ditemukan.
Berikut adalah beberapa aspek yang bisa menggambarkan masyarakat suku jawa secara
umum, antara lain : kepercayaan masyarakat, kesenian khas jawa, bahasa, susunan lapisan
sosial, system pencaharian dan lain-lain

12
DAFTAR PUSTAKA
https://images.app.goo.gl/ucqoBeA5vhuRG58v6
https://www.academia.edu/11300104/Kebudayaan_Jawa
https://kumparan.com/berita-terkini/5-kesenian-yang-menjadi-ciri-suku-jawa-dari-tarian-hingga-
alat-musik-1zpssghWWPU
https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Jawa
https://tirto.id/kebudayaan-suku-jawa-mengenal-sistem-religi-hingga-politiknya-gi9E

13

Anda mungkin juga menyukai