Anda di halaman 1dari 9

JST 7 (2) (2018)

JURNAL SENI TARI

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst

NILAI MORAL PADA KESENIAN BUNCIS


DI DESA TANGGERAN KECAMATAN SOMAGEDE
KABUPATEN BANYUMAS

Sri Sabandiyah Sabar1, Joko Wiyoso2

Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia.

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui dan mendeskrisikan mengenai
tiga aspek nilai moral pada Kesenian Buncis. Metode penelitian yang digunakan
Diterima : September 2018 adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif dan
Disetujui : Oktober 2018 sosiologi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan
dokumentasi. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi
Dipublikasikan : November sumber. Teknik analisis data berdasarkan model Milles and Huberman. Hasil
2018 penelitian mengenai nilai religius pada Kesenian Buncis terdapat dalam sejarah,
bentuk pertunjukan dan keadaan masyarakat seni. Bentuk pertunjuk meliputi: pola
pertunjukan dan elemen-elemen pertunjukan. Nilai religius terdiri dari: sikap percaya
Keyword: Moral Value; kepada Tuhan, toleransi, kerukunan hidup, cinta damai, bersahabat. Nilai gotong
Buncis Art. royong tercermin dari rasa solidaritas sosial para pelaku seni, kerjasama, tanggung
jawab, toleran, peduli lingkungan, peduli sosial, disiplin, kerja keras, dan kreatif baik
dalam kehidupan bermasyarakat, latihan dan pertunjukan. Nilai cinta tanah air
terlihat dari semangat kebangsaan, menghargai prestasi dan cinta damai, serta
semangat dalam melestarikan warisan budaya dengan cara berkesenian dan berlatih.
Kata Kunci: Nilai moral; Kesenian Buncis

Abstract
The Purpose in this research is to find out and describe about three aspects of moral
values in Buncis Arts. Research method that used is qualitative research methods with
qualitative descriptive approaches and sociology. Data collection techniques use observation,
interviews and documentation. Data validity techniques use technical triangulation and source
triangulation. Data analysis techniques based on Milles and Huberman models. The results of
research on religious values in Buncis Art are found in the history, form of performances and the
state of the art community. Forms of show include in: patterns of performances and elements of
the performance. Religious values consist of: attitude to believe in God, tolerance, harmony of
life, love of peace, friendship. The value of mutual cooperation is reflected in the sense of social
solidarity of the actors of art, cooperation, responsibility, tolerance, environmental care, social
care, discipline, hard work, and creativity in life community, training and performance. The
value of love for the homeland is seen from the spirit of nationality, respecting achievement and
love of peace, as well as the spirit of preserving cultural heritage by means of art and practice.
Keyword: Moral Value; Buncis Art

2018 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN : 2503-25852503-2585
Gedung B2 Lantai 2 FBS Unnes
Kampus Sekaran, Gunung pati, Semarang, 50229
E-mail:1. sabandiyahsabar16@gmail.com
2. jokowiyoso1962@yahoo.com

1
Sri Sabandiyah Sabar /Jurnal Seni Tari 7 (2) (2018)

PENDAHULUAN Buncis di Desa Tanggeran Kecamatan


Banyumas merupakan salah satu Somagede Kabupaten Banyumas. Tujuan
kabupaten yang ada di Jawa Tengah dengan penelitian adalah mengetahui dan
pusat pemerintahan yang berada di Kota mendeskripsikan nilai moral pada Kesenian
Purwokerto. Kesenian yang berkembang di Buncis di Desa Tanggeran Kecamatan
wilayah Banyumas bermacam-macam baik Somagede Kabupaten Banyumas.
kesenian tradisional kerakyatan maupun Nilai merupakan kumpulan sikap,
kesenian kreasi baru. Kerakter masyarakat perasaan ataupun anggapan terhadap suatu
Banyamas yang tegas dalam berbicara hal yang baik buruk, benar salah, patut tidak
dengan bahasa ngapaknya melahirkan ciri patut, hina mulia, maupun penting tidak
khas gerakan tari yang patah-patah dan penting (Elly dan Usman 2011:118). Nilai
tegas, yang biasa disebut dengan istilah yang terkandung dalam tari mengajarkan
gerak Banyumasan. sifat egaliteran, sebagaimana sikap
Kesenian Buncis termasuk kesenian kehidupan mereka yang bersifat
yang dikatakan unik, karena dalam “kegotongroyongan”, yaitu kebersamaan
pementasan Kesenian Buncis, penari/pelaku sesama individu, jika terjadi perbedaan atau
seni harus membagi konsentrasinya untuk menempatkan seseorang berada pada
menari sambil memainkan alat musik, selain tingkatan yang lebih tinggi, sifatnya adalah
itu durasi dalam sajian pementasan juga penghormatan terhadap sesama (Sumandiyo
panjang dan pada inti pertunjukan penari Hadi 2005:76).
mengalami trance atau kerasukan. Iringan Nilai moral dalam pendidikan
yang dihasilkan yaitu iringan dari penari itu karakter memiliki 18 aspek yang terdiri dari:
sendiri yang membawa alat musik berupa nilai religius, jujur, toleran, disiplin, kerja
angklung. keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
Pertunjukan Kesenian Buncis yaitu ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
penari memegang satu buah angklung tanah air, menghargai prestasi, bersahabat,
dengan satu notasi berlaras slendro, gerakan cinta damai, gemar membaca, peduli
penari menggunakan pijakan gerak lingkungan, peduli sosial dan tanggung
Banyumasan. Kesenian Buncis memiliki jawab (Yaumi 2014:83), dalam penelitian
Nilai Moral yang bermanfaat bagi ini, peneliti merangkum nilai moral pada
masyarakat, agar masyarakat tidak hanya Kesenian Buncis menjadi 3 aspek nilai yaitu:
mendapatkan kepuasan batin sebagai sarana nilai religius, nilai gotong royong dan nilai
hiburan saja, namun menjadikan sebagai cinta tanah air, karena dari 18 aspek nilai
mendia pendidikan karakter masyarakat moral beberapa nilai diantaranya sudah
yang membentuk suatu nilai moral. Oleh tercakup dalam ketiga aspek tersebut dalam
karena itu perlu dilakukan penelitian nilai religius sudah mencakup nilai toleransi,
terhadap Kesenian Buncis, penelitian cinta damai, jujur dan bersahabat. Nilai
mengenai nilai moral masih layak dilakukan gotong royong sudah mencakup aspek nilai
karena belum pernah dilakukan dan untuk tanggung jawab, toleran, peduli lingkungan,
melengkapi penelitian sebelumnya, peduli sosial, disiplin, kerja keras,
khususnya mengenai Kesenian Buncis, demokratis dan kreatif. Nilai cinta tanah air
melengkapi dari segi kontekstualnya. di dalamnya sudah mencakup mengenai nilai
Penelitian yang dilakukan oleh Fitri semangat kebangsaan, menghargai prestasi
Puspa Dewi dengan fokus kajian pada dan cinta damai.
bentuk dan makna simbolik penyajian Delapan belas pilar nilai moral yang
Kesenian Buncis Paguyuban Ngudi Utama terdapat dalam pendidikan karakter ada
Desa Tanggeran Kecamatan Somagede beberapa nilai yang tidak terdapat di dalam
Kabupaten Banyumas. Masalah dalam Kesenian Buncis seperti: mandiri, rasa ingin
penelitian ini adalah Bagaimana nilai moral tahu dan gemar membaca, dengan demikian
pada Kesenian Buncis di Desa Tanggeran peneliti merangkumnya menjadi 3 masalah
Kecamatan Somagede Kabupaten dalam penelian.
Banyumas. Terfokus pada nilai religius, Nilai religius, sikap dan perilaku
gotong-royong dan cinta tanah air. yang patuh dalam melaksanakan ajaran
Masalah dalam penelitian ini adalah agama yang dianutnya, toleran terhadap
Bagaimana Nilai Moral Pada Kesenian pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup

2
Sri Sabandiyah Sabar /Jurnal Seni Tari 7 (2) (2018)

rukun dengan pemeluk agama lain. Toleran semacam trance atau tak sadar bagi yang
dalam mengakui pluralitas agama dan menarikannya (Moh. Hasan Bisri 2007).
kepercayaan tanpa harus memaksa penganut Bentuk adalah wujud (fisik) yang
yang berbeda untuk mengikuti agama yang tampak atau dapat dilihat, bentuk hadir di
kita anut. Kerukunan hidup antara penganut depan kita secara konkrit sehingga dapat
beragama merupakan pilar penting dalam dilihat serta diraba. Apabila bentuk tersebut
membangun relasi sosial dalam bernegara dikaitkan dengan peristiwa berkesenian,
dan bermasyarakat (Yaumi 2014:86). kemudian menjadi kata “bentuk
Nilai Gotong royong merupakan pertunjukan”, maka bentuk yang terkandung
salah satu bentuk dari solidaritas sosial di dalam kata tersebut dapat dimaknai wujud
(Irfan, 2013:1-5). yang berupa tampilan sebuah kesenian yang
Nilai cinta tanah air merupakan suatu dapat dilihat dan didengarkan. Pendukung
sikap positif untuk memberikan kontribusi pertunjukan meliputi: peraga, tata rias, tata
positif dalam membangun bangsa dan busana, musik, tata suara, dan tempat
negara. Cinta tanah air merupakan cara pementasan (Joko Wiyoso 2011:2). Elemen-
berpikir, bersikap, dan berbuat yang elemen pendukung pertunjukan terdiri dari:
menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan gerak, pelaku, tata busana, tata rias, tata
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, pentas, tata lampu, properti, dan penonton
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, (Jazuli 1994).
dan politik bangsa. Mengembangkan nilai-
nilai karakter dan budaya bangsa “cinta METODE PENELITIAN
tanah air” merupakan bagian yang tak Penelitian ini menggunakan metode
terpisahkan dengan kehidupan sehari-hari penelitian kualitatif dengan pendekatan
(Yaumi 2014:104). deskriptif kualitatif dan sosiologi. Teknik
Nilai moral dapat dilihat dari pengumpulan data dilakukan dengan
kehidupan masyarakat, namun dalam hal ini menggunakan teknik observasi, wawancara,
nilai moral tercermin dalam sebuah dan dokumentasi. Hasil observasi berupa
kesenian. Kesenian merupakan hasil karya data tentang gambaran umum lokasi
masyarakat yang menggambarkan penelitian, monografi Desa Tanggeran,
keseharian masyarakat dimana kesenian itu latihan dan pementasan. Observasi
lahir dan berkembang. dilakukan pada bulan Desember 2017 – Mei
Kesenian adalah produk kreativitas 2018, yang diketahui oleh Pemerintah Desa
masyarakat, kesenian ditopang beragam Tanggeran, Masyarakat Grumbul Lampeng
faktor tidak hanya intrinsik tetapi sekaligus meliputi tokoh masyarakat dan pelaku
juga yang ekstrinsik (Moh. Hasan 2005:1) Kesenian Buncis.
Kesenian merupakan salah satu elemen aktif, Hasil wawancara berupa data
kreatif dan dinamis yang mempunyai mengenai sejarah Kesenian Buncis, bentuk
pengaruh langsung atas pembentukan pertunjukan dan nilai moral. Wawancara
kepribadian suatu masyarakat (Cristoper dilakukan dengan Bapak Sarwono selaku
Dawson dalam Jazuli 2016:33). ketua paguyuban Seni Buncis Ngudi Utama,
Tari adalah paduan gerak-gerak Bapak Legono, S.Pd selaku Pamong Budaya
ritmis dan indah dari seluruh atau sebagian Kabupaten Banyumas, Bapak Misan selaku
badan baik spontan maupun gerak terlatih Pelaku, Ibu Sutinah selaku sindhen dan
yang telah disusun dengan seksama di sertai Bapak Samin selaku Penimbul/Pawang.
ekspresi atau ide tertentu yang selaras Hasil dokumentasi berupa
dengan musik sehingga memberi dokumentasi penelitian yang meliputi: foto
kesenangan kepada pelaku atau penghayat pertunjukan Kesenian Buncis pada saat
(Cahyono 2006:4). Seni tari merupakan seni peringatan Hari Raya Nyepi tanggal 18
menggerakkan tubuh secara berirama, Maret 2018, foto perayaan HUT-RI pada
biasanya sejalan dengan musik. Gerakan- tahun 2016, foto kegiatan masyarakat seni
gerakannya dapat sekedar untuk dinikmati dan masyarakat pada umumnya yang
sendiri, pengucapan suatu gagasan atau berhubunagn dengan nilai moral.
emosi, penceritaan suatu kisah, dapat pula Dokumentasi peneliti berupa foto video
digunakan untuk mencapai keadaan latihan pada tanggal 4 April 2018, foto dan

3
Sri Sabandiyah Sabar /Jurnal Seni Tari 7 (2) (2018)

video pertunjukan Kesenian Buncis pada Bentuk pertunjukan pada Kesenian


tanggal 22 April 2018 dan 17 Juli 2018. Buncis terdiri dari 3 babak yaitu: awal, inti
Teknik pemeriksaan keabsahan data dan akhir. Bentuk pertunjukan itu sendiri
dilakukan menggunakan teknik Triangulasi memiliki elemen-elemen pertunjukan
sumber dan teknik pengumpulan data. meliputi gerak, pelaku, iringan, tata rias, tata
Peneliti menggunakan triangulasi sumber busana, desain lantai, tata cahaya dan tata
untuk menghilangkan perbedaan data dari suara, tempat pertunjukan, dan properti.
hasil temuan penelitian melalui cara Urutan pertunjukan Kesenian Buncis
membandingkan dari berbagai sumber data bagaian awal atau babak pertama
dan teknik pengumpulan data yang Pertunjukan Kesenian Buncis yaitu penari
digunakan. Sumber data yang digunakan keluar menuju tempat pertunjukan dengan
dalam penelitian adalah Paguyuban Seni menggunakan gerak lampah malangkrik
Buncis Ngudi Utama (Ketua, Pelaku, dengan posisi jadi satu baris. Penari
Pawang/Penimbul, sindhen), Pamong memasuki arena dengan diiringi
Budaya Kabupaten Banyumas (Bapak musik/gendhing eling-eling Banyumasan,
Legono, S.Pd) dan tokoh masyarakat (Bapak setelah penari berada di tempat pementasan
Giwan). Triangulasi dengan teknik penari membentuk desain lantai lingkaran,
memperoleh dan mengecek data dari sumber dan bergerak berdasarkan lagu yang
yang berbeda, diperoleh melalui tiga teknik dibawakan, gerakannya terdiri dari keweran
pengumpulan data yaitu: observasi, dan sindet, geolan, entrakan, lampah maju
wawancara dan dokumentasi. mundur. Gerakan dilakuakn berdasarkan
Langkah-langkah yang dilakukan lagu yang dimainkan. Lagu yang dimainkan
dalam analisis data menurut model Milles pada babak pertama yaitu : eling-eling
and Huberman meliputi: reduksi data, Banyumasan, sekar gadung, caping
penyajian data, kesimpulan atau verifikasi. nggunung.
Bagian inti pertunjukan Kesenian
HASIL DAN PEMBAHASAN Buncis adalah janturan pada babak janturan
Sejarah Kesenian Buncis gerakan tarinya lebih tidak beratur, hal ini
Secara etimologis, kata “Buncis” dikarenakan penari dalam keadaan tidak
berasal dari kata “Buntar” dan “Cis”. Buntar sadar. Bagian inti setelah penari mengalami
berarti ganggang dan Cis berarti keris kecil. trance, penari tidak sadarkan diri dan berlari
Sejarah kesenian buncis tidak beraturan, kemudian tugas dari 4 orang
menceritakan tentang sayembara antara penimbul yaitu membenarkan posisi tubuh
Raden Prayitno dengan Patih Brajanggelap. ataupun gerak penari. Penari yang
Sayembara dilakukan untuk memperebutkan mengalami trance akan diiringi lagu eling-
putri Adipati kalisalak yang bernama Dewi eling Banyumasan agar tetap tansah eling,
Nurkhanti. Sayembara dimenangkan oleh ricik-ricik Banyumasan yang disambung
Raden Prayitno dengan menggunakan dengan sholawat, kulu-kulu, bedrong kulon,
senjata keris kecil yang diperoleh dari Empu ijo-ijo, renggong manis, atau sesuai dengan
Lemah Tengger (Ki Ageng Tinggir). Keris permintaan penari, meskipun penari
kecil tersebut menjelma menjadi makhluk mengalami trance penari masih dapat
berbulu yang menyerupai manusia dan memainkan angklung sesuai dengan notasi
seekor naga, makhluk tersebut berjanji mereka masing-masing dan kapan saatnya
kepada Raden Prayitno, apabila mereka harus membunyikan angklungnya,
memenangkan sayembara makhluk tersebut selain itu saat penari dalam keadaan trance,
akan menari dan meminta diiringi musik penari akan memakan sesaji yang
yang terbuat dari bambu, jadi kata Buncis disediakan, penari akan menuju tempat
jika dilihat dari sejarah yaitu Bun-tuning sesaji dan meminta kepada penata sesaji.
lelakon (akhir dari perjuangan), hanya dapat Gerakan tari yang dilakukan cenderung lebih
pertolongan dan penyelesaian dengan bebas dan tidak beraturan.
menggunakan keris kecil yang disingkat Bagian akhir yaitu penthulan dan
menjadi Buncis. lenggeran, pada bagian akhir gerakan tari
yang dilakukan juga cenderung tidak
Bentuk Pertunjukan beraturan dikarenakan penari masih dalam
Pola Pertunjukan keadaan belum sepenuhnya sadar. Penimbul

4
Sri Sabandiyah Sabar /Jurnal Seni Tari 7 (2) (2018)

mulai menyadarkan penari satu persatu. putih pada bagian wajah, sebelumnya wajah
Penari yang telah dikeluarkan dari kondisi dilapisi dengan bedak dasar/alas bedak,
trance belum sepenuhnya sadar, penari akan kemudian menggunakan bedak padat,
bertingkah lucu hal tersebut dinamakan menggunakan perona pipi, dan selanjutnya
penthulan. Tingkah yang dilakukan pipi dicoret-coret dengan pidih berwarna
bermacam-macam seperti antar penari hitam dan putih. Coretan-coretan di pipi
berebut makanan, dan berbicara dengan berwarna hitam menggambarkan seperti
suara kecil, adapula yang bersalaman dengan orang dhayak, karakter tersebut mengambil
yang punya hajat atau biasa di sebut dari sejarah Kesenian Buncis, kemudian
Ramane/bapane (Bapak), adapula penari bagian akhir make-up yaitu memakai lipstik.
yang memakai topeng penthul yaitu topeng Tata busana yang digunakan pada
dengan karakter lucu. Penari juga ada yang Kesenian Buncis merupakan busana yang
di dandani seperti Lengger dan biasanya menggambarkan sejarah, yaitu orang
akan menari gerakan Lenggeran atau dhayak. Busana yang digunkan yaitu: 1)
gerakan tari putri. Lagu-lagu yang baju berwarna kuning dengan lengan pendek
dimainkan yaitu Pepeling agar senantiasa dengan plisir merah di samping kanan dan
eling akan kewajiban kita sebagai Umat kiri, 2) celana sebatas lutut berwarna hitam
Islam, eling-eling Banyumasan dan lagu dengan plisir berwarna kuning dibagian
sesuai permintaan penari. Setelah itu samping kanan dan kiri, dan plisir merah
penimbul akan menyadarkan penari dibagian bawah, 3) rumbai-rumbai yang
sepenuhnya dengan lagu eling-eling berbentuk seperti rok yang terbuat dari kain
Banyumasan. bekas, dengan motif bunga, batik/motif-
motif yang mencolok, 4) menggunakan
Elemen-elemen Pertunjukan aksesoris kepala yang berupa bulu, yang
Gerak pada Kesenian Buncis pada terbuat dari bulu ayam berwarna coklat,
dasarnya gerak Banyumasan, terdiri dari : hitam dan putih, dan aksesoris leher berupa
lampah, tangan malang kerik, keweran dan kalung kace lebar, 5) menggunakan stagen
sindet, lampah tigo, geolan, entrakan, berwarna hitam.
lampah maju mundur, hoyogan, dan Desain lantai yang digunakan dalam
junjungan. pertunjukan Kesenian Buncis yaitu:
Pelaku Kesenian Buncis terdiri dari lingkarang dan sejajar. Tata cahaya dan tata
17 anggota inti yang terdiri dari 10 orang suara yang digunakan dalam pertunjukan
penari, 4 orang penimbul, 1 orang penabuh Kesenian Buncis sangat sederhana, hanya
kendhang dan 2 orang shinden, pada berupa lampu biasa sebagai penerangan dan
dasarnya pemain inti Kesenian Buncis hanya sound system sederhana.
8 orang, namun saat ini pemain disesuaikan Tempat pertunjukan yang digunakan
dengan kebutuhan pertunjukan dan dalam pertunjukan Kesenian Buncis
permintaan dari penanggap (yang punya merupakan tempat yang cukup luas, seperti :
hajat). Iringan pada pertunjukan Kesenian lapangan, halaman rumah dan sejenisnya.
Buncis menggunakan gending-gending Hal tersebut dikarenakan jumlah pemain
Banyumasan dengan laras Slendro. Alat yang lebih dari 5 orang dan digunakan untuk
musik yang digunakan dalam pertunjukan trance. Pertunjukan Kesenian Buncis
Kesenian Buncis terdiri dari : 9 buah menggunkan properti angklung, selain
angklung berlaras Slendro, 1 buah gong angklung digunakan sebagai alat musik,
bambu atau gong bumbung, dan 1 buah angklung juga digunakan sebagai properti,
kendhang dengan 2 ketipung. dimana setiap gerakan yang dilakukan pasti
Lagu-lagu yang dibawakan/gendhing angklung tersebut dimainkan.
yang dibawakan adalah gending Selain properti pendukung sajian
Banyumasan yang terdiri dari: ricik-ricik dalam pertujukan Kesenian Buncis adalah
Banyumasan, caping gunung, sekar gadung, sesaji. Sesaji digunakan sebagai lantaran,
eling-eling Banyumasan, renggong manis, dan digunkan untuk persembahan kepada
kulu-kulu, bendrong kulon, ijo-ijo, pepeling leluhur. Sesaji yang di sediakan akan
dan tole-tole. dimakan oleh penari yang mengalami trance
Tata rias pada Kesenian Buncis atau kersukan. Sesaji yang digunakan terdiri
berupa coretan-coretan warna hitam dan dari: bunga kantil, kenangan, mawar putih,

5
Sri Sabandiyah Sabar /Jurnal Seni Tari 7 (2) (2018)

mawar merah, melati, pisang raja, pisang Nilai religius percaya kepada Tuhan
ambon, pisang mas, asem merah, gula dapat dilihat dari pertunjukan dan kehidupan
merah, kopi bubuk, jeruk nipis, telur ayam masyarakat, dalam pertunjukan Kesenian
kampung, minyak duyung, minyak wangi Buncis sikap percaya kepada Tuhan dilihat
fambo, gula batu, gula pasir, teh, kemenyan, dari malam sebelum melakukan pementasan,
rokok merah hijau, rokok 7, rokok LA, penimbul atau pawang melakukan puji-
rokok gudang garam merah, kacang goreng, pujian atau tahlilan dimana kegiatan yang
ketupat, gethuk, sambel bawang, nasi kepok, dilakukan adalah meminta doa kepada
gorengan sarung kacang, nasi kuning, tempe Tuhan Yang Maha Esa, agar diberi
goreng, nasi kepok putih, rebusan daun kelancaran pada saat melakukan
kelor, daun pepaya, ketupat merah, ikan pertunjukuan. Selain itu nilai religius terlihat
asin, tebu wulung, batang pohon lompong pada beberapa syair lagu yang dimainkan
hitam, tunas pisang raja, daun dadap, daun saat pertunjukan yaitu makna dari lagu
kelor, daun salam, rumput teki, daun pepaya, Eling-Eling Banyumasan, Ricik-Ricik
kelapa hijau muda, nasi tumpeng 2, nasi Banyumasan yang disambung dengan
ambeng 1 dan rendaman bunga tabur. sholawatan, dan Pepeling.
Meskipun para anggota Kesenian Ngudi Rasa toleransi antar umat beragama
Utama beragama Islam tetapi merepa tetap dalam Kesenian Buncis juga ditanamkan
menganut kepercayaan kejawen sebagai tercermin pada saat perayaan Hari Raya
warisan turun-temurun dari nenek moyang Nyepi pada tanggal 18 Maret 2018 Kesenian
mereka.Tari Angguk di Kabupaten Pati lahir Buncis ikut berpartisipasi dalam perayaan
pada tahun 1901 pada masa Kolonial tersebut
Belanda era Ratu Helmina. Dilihat dari bagaimana kerukunan
antara umat beragama terlihat pada saat
Kehidupan Masyarakat pelaksanaan peringatan Hari Raya Nyepi
Hubungan masyarakat seni dan dimana Kesenian Buncis ikut serta
masyarakat pada umumnya dapat dilihat dari membantu merayakan Hari Besar agama
kehidupan sosial masyarakat. Kegiatan yang Hindu. Kehidupan masyarakat yang
dilakuakan meliputi: kegiatan keagamaan mencerminkan kerukunan hidup dilihat dari
seperti perayaan Hari Raya Nyepi dimana kegiatan keagamaan yaitu sedekah bumi dan
masyarakat seni dan masyarakat pada penjamasan pusaka dimana masyarakat ikut
umumnya berkolaborasi melakukan arak- berpartisipasi tanpa membedakan agama
arakan keliling desa, kegiatan keagamaan yang dianutnya.
lain seperti acara sedekah bumi di bulan Cinta damai jika dilihat dari
mulud dan sura dimana masyarakat saling pertunjukan dimana para pelaku saling
bekerja sama dalam kegiatan tersebut, menghargai perbedaan dan saling membantu
kegiatan kerja bakti yang dilakukan setiap apabila salah satu pemain mengalami
hari minggu, baik dalam hal bersih desa kesulitan. Dilihat dari masyarakat dimana
maupun kerja bakti dilingkungan masyarakat mereka hidup rukun secara berdampingan
seni, kegiatan perayaan HUT-RI yang tanpa adanya perbedaan.
dirayakan setiap tahun dengan melibatkan Sikap bersahabat dilihat dari
masyarakat seni dan masyarakat pada hubungan masyarakat seni dengan
umumnya. masyarakat pada umunya terlihat dari
perbedaan agama tidak menjadi suatu
Nilai Moral Pada Kesenian Buncis di perbedaan, melainkan sebagai suatu
Desa Tanggeran Kecamatan Somagede persaudaraan terlihat dari saat perayaan hari
Kabupaten Banyumas raya Nyepi Kesenian Buncis membantu
dalam merayakannya, hal tersebut berupa
Nilai Religius
sambatan atau tidak mendapatkan upah.
Nilai religius merupakan sikap dan
Dalam kehidupan bermasyarakat antara
tindakan yang menunjukan patuh terhadap
masyarakat seni dan masyarakat pada
agama yang dianutnya, rasa toleran terhadap
umumnya baik yang bergama Islam dan
pelaksanaan ibadah agama lainnya,
beragama Hindu saling hidup rukun
kerukunan hidup, jujur, cinta damai, dan
berdampingan.
bersahabat.

6
Sri Sabandiyah Sabar /Jurnal Seni Tari 7 (2) (2018)

Nilai Gotong Royong harus menghargai perbedaan kinerja atau


Nilai gotong royong pada Kesenian kemampuan masing-masing pelaku, dilihat
Buncis dapat dilihat salah satunya melalui dari pola lantai sejajar yang menggambarkan
media pertunjukan Kesenian Buncis dilihat bahwa hidup harus saling berdampingan,
dari desain lantai, kerja sama antara pemain saling menghargai, untuk mencapai tujuan
dalam melakukan pertunjukan dimana antara bersama. Dilihat pada saat latihan dimana
pemain satu dengan yang lain harus para pemaian harus mau menerima pendapat
kerjasama, tanggung jawab, toleran, peduli orang lain, menghargai setiap perbedaan
lingkungan, peduli sosial, disiplin, kerja pendapat dan mencari solusi yang baik untuk
keras, dan kreatif dalam menjalankan mencapai keputusan bersama dengan tujuan
tugasnya masing-masing, apabila salah satu sebuah pertunjukan yang menarik untuk
pemain bersikap egois dan tidak disiplin dipertontonkan. Dilihat dari masyarakat
makan gerak yang dihasilkan tidak akan dimana sikap toleransi terhadap perbedaan
sama, dan iringan yang dihasilkan juga tidak agama lain, peduli terhadap lingkaungan
terdengar indah. Desa Tanggeran dengan cara bersama-sama
Kerjasama dan peduli sosial dilihat membersihkan lingkungan, terlihat dari
dari pertunjukan bagaimana pelaku kegiatan kerja bakti yang dilakukan setiap
bekerjasama dalam melakukan dalam sebuah hari Minggu.
pertunjukan untuk mencapai sebuah Sikap kerja keras dan kreatif jika
pertunjukan yang menarik. Pada pola lantai dilihat dari pertunjukan dimana para pelaku
lingkaran yang menggambarkan sebuah bekerja keras saling bekerja sama
garis yang menyatu dimana menggambarkan bertanggung jawab dan disiplin saat
antar pemain harus saling membantu dan melakukan pertunjukan, agar dapat
bekerjasama dalam kebutuhan pertunjukan. menyajikan sebuah pertunjukan yang
Kerjasama antar pemain terlihat dari saat menarik. Sikap kerja keras dan kreatif
latihan mereka berlatih bersama saling terlihat pada saat pelaku melakukan latihan
membantu dan saling membenahi untuk dimana pelaku bersungguh-sungguh
sebuah penampilan yang maksimal. Sikap melakukan latihan dan kreatif dalam
peduli sosial dilihat dari kerjasama antara menyajikan pertunjukan yang berupa dua
masyarakat seni dan masyarakat pada aktifitas secara bersamaan yaitu menari
umumnya dalam kegiatan yang ada di Desa sambil memainkan alat musik. Dalam
Tanggeran seperti kerja bakti. kehidupan bermasyarakat, masyarakat
Sikap tanggung jawab dan disiplin bekerja keras dan kreatif dalam menciptakan
dilihat dari pertunjukan dimana pelaku desa yang dapat dijadikan sebagai Argo
memiliki tanggung jawab masing-masing Wisata, kreatif dalam mengolah potensi
yaitu pelaku harus memainkan angklung Desa Tanggeran, baik potensi dalam bidang
dengan satu notasi berlaras Slendro dan pertanian maupun potensi wisata religi.
harus melakukan gerakan tari. Sikap disiplin
dimana pelaku yang sudah memiliki Nilai Cinta Tanah Air
tanggung jawab masing-masing harus Nilai cinta tanah air merupakan sikap
melakukannya dengan sungguh-sungguh dan tindakan yang merupakan rasa
kapan saatnya harus membunyikan angklung kecintaannya terhadap Negara dan Tanah
dan kapan harus bergerak. Dilihat pada saat Air Indonesian, semangat Kebangsaan,
latihan dimana pelaku harus disiplin dalam menghargai prestasi dan cinta damai.
waktu berkumpul untuk latihan, berlatih Sikap semangat kebangsaan pada
dengan sungguh-sungguh sesuai dengan Kesenian Buncis terlihat dari sikap para
porsinya masing-masing. Dilihat dari pemain yang tetap menjaga warisan budaya
kehidupan masyarakat dimana sebagai Indonesia dengan cara berkesenian. Sikap
warga Desa Tanggeran, masyarakat seni semangat kebangsaan dapat dilihat dari
maupun masyarakat pada umumnya aktifitas Kesenian Buncis yang rutin,
memiliki tanggung jawab terhadap desa melakukan pertunjukan pada saat peringatan
yang berupa menjaga ketertiban dan HUT RI sebagai bentuk rasa cinta terhadap
kenyamanan bersama. NKRI sebagai wujud sikap semangat
Sikap demokratis atau toleransi jika kebangsaan sehingga masyarakat dapat
dilihat dari pertunjukan dimana para pemain melihat Kesenian Buncis sebagai wujud

7
Sri Sabandiyah Sabar /Jurnal Seni Tari 7 (2) (2018)

warisan budaya bangsa dan sebagai upaya ada pada Kesenian Buncis, seperti halnya
untuk melestarkan Kesenian Buncis. Pada nilai religius selain dilihat dari syair lagu
pertunjukan Kesenian Buncis terdapat nilai dan persiapan sebelum pementasan,
cinta tanah air yang terkandung dalam syair alangkah baiknya jika dalam elemen gerak
lagu ijo-ijo pada kalimat “Ijo-ijo godhonge lebih ditonjolkan lagi, sehingga masyarakat
kacang yo mas yo, sedompol isine lima, ayo lebih memahami nilai religius pada
kanca pada berjuang, kanggo mbela pertunjukan Kesenian Buncis. Mencari
pancasila.” Yang berarti berupa ajakan untuk generasi penerus alangkah lebih baiknya
terus berjuang dalam membela pancasila pada anak tingkat Sekolah Dasar selain
sebagai dasar negara. sebagai genersi penerus juga agar dapat
Cinta damai terlihat dari rasa melatih sikap atau nilai pendidikan karakter
menghargai terhadap kesenian lain yang ada dalam diri anak.
dalam satu lingkup daerah tercermin dengan Bagi pelaku seni dan warga Desa
adanya kolaborasi antara Kesenian Buncis Tanggeran supaya tetap menjaga rasa
dengan kesenian lain pada saat peringatan solidaritas antara sesama, dan menghargai
Hari Raya Nyepi. Cinta damai dilihat dari setiap perbedaan. Rasa kerja sama,
masyarakat sikap menghargai perbedaan kedisiplinan, tanggung jawab pada saat
yang ada. Antara masyarakat seni dan latihan atau pementasan alangkah lebih baik
masyarakat pada umumnya bekerja sama jika ditingkatkan, sehingga dapat
dalam kegiatan peringatan hari kemerdekaan menghasilkan sebuah pertunjukan yang baik
tanpa adanya perselisihan, dan berkolaborasi dan dapat dijadikan sebagai pendidikan
dalam mengisi semarak kemerdekaan. karakter melalui nilai moral pada Kesenian
Buncis untuk masyarakat pendukungnya/
Simpulan penonton.
Berdasarkan hasil penelitian Bagi pelaku seni supaya
mengenai nilai moral pada Kesenian Buncis meningkatkan semangat dalam berkesenian,
di Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede dan terus melestarikan warisan budaya
Kabupaten Banyumas, maka peneliti dapat bangsa, tetap menjaga dan meningkatkan
menyimpulkan bahwa nilai religius yang nilai kebaikan dalam masyarakat dan
terdapat dalam Kesenian Buncis dapat meninggalkan nilai keburukan atau sesuatu
dilihat dari aspek sejarah, pertunjukan dan yang menyalahi aturan yang ada dalam
kehidupan masyarakat yang meliputi sikap masyarakat yang telah disepakati secara
percaya kepada Tuhan, toleransi terhadap bersama.
agama lain, jujur, kerukunan hidup, cinta
damai dan bersahabat. Nilai gotong royong Daftar Pustaka
pada Kesenian Buncis dapat dilihat dari Bisri, Hasan. 2007. “Perkembangan Tari
aspek kehidupan masyarakan dan Ritual Menuju Tari Pseudoritual di
pertunjukan yang meliputi: kerjasama, Surakarta (The Development Of
tanggung jawab, demokratis, disiplin, Ritual in Surakarta)”. Harmonia.
toleran, peduli lingkungan, peduli sosial, Tahun 2007. Nomor 1. Hlm. 7.
kerja keras dan kreatif. Nilai cinta tanah air Semarang: Universitas Negeri
dapat dilihat dari rasa semangat kebangsaan,
Semarang.
menghargai prestasi dan cinta damai, yang
Bisri, Hasan. 2005. “Makna Simbolis
tercermin baik dalam Kesenian Buncis itu
sendiri maupun kehidupan masyarakat. Nilai Komposisi Bedaya Lemah Putih”.
kebaikan yang terdapat pada Kesenian Harmonia. Tahun 2005. Nomor 2.
Buncis yaitu : rasa kebersamaan, kerukunan, Hlm 4. Semarang: Universitas
cinta damai, toleransi, jujur, bertanggung Negeri Semarang.
jawab, kerja keras, religius, cinta tanah air, Cahyono, Agus. 2006. “Seni Pertunjukan
gotong royong, kreatif yang telah Arak-Arakan Dalam Upacara
mengerucut ,menjadi tiga nilai yaitu nilai Tradisional Dugdheran di Kota
religius, gotong royong dan cinta tanah air. Semarang”. Harmonia. Tahun
Saran 2006. Nomor 3. Hlm 4-5.
Paguyuban Seni Buncis Ngudi Utama Semarang: Universitas Negeri
agar dapat meningkatkan nilai moral yang Semarang.

8
Sri Sabandiyah Sabar /Jurnal Seni Tari 7 (2) (2018)

Hadi, Sumadiyo. 2005. Sosiologi Tari.


Yogyakarta: ASTI.
Irfan, Maulana. 2013. “Metamorfosis
Gotong Royong Dalam Pandangan
Konstruksi Sosial”. Jurnal
Pemikiran Sosiologi. Tahun 2013.
Nomor 1. Hlm 1-4.
Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Jazuli. M. 2016. Peta Dunia Seni Tari.
Sukoharjo: CV. Farishma
Indonesia.
______. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari.
Semarang: IKIP. Semarang.Press.
Setiadi, M. Elly. dan Kolip, Usman. 2011.
Pengantar Sosiologi Pemahaman
Faktor dan Gejala Permasalahan
Sosial, Teori, Aplikasi Dan
Pemecahannya. Jakarta:
KENCANA.
Wiyoso, Joko. 2011.”Kolaborasi Antara
Jaran Kepang Dengan Campursari
Suatu Bentuk Perubahan
Kesenian Tradisional”. Harmonia.
Tahun 2011. Nomor 3. Hlm.
2. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Yaumi, Muhammad. 2014. Pendidikan
Karakter. Jakarta: KENCANA.

Anda mungkin juga menyukai