Anda di halaman 1dari 14

Peran Kesenian Tradisional Dongkrek Sebagai Media Pendidikan Nilai

Moral
Juan Tanger Montoya Pua
Mahasiswa
Institut Seni Indonesia Surakarta
juanmonty91@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang peran kesenian
tradisional dongkrek sebagai media pendidikan nilai moral. Penelitian menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Alat pengumpulan data adalah wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Proses analisis data dengan mereduksi, menyajikan, dan menyimpulkan data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) kesenian tradisional Dongkrek tetap menjaga keaslian
Kesenian tradisional Dongkrek; (b) Tata cara pagelaran kesenian tradisional Dongkrek di bagi
menjadi tiga tahap yaitu tahap pra acara, tahap acara inti dan tahap penutupan; (c) Nilai moral
yang terkandung dalam kesenian tradisional Dongkrek diantaranya adalah nilai
kebersamaan/gotong royong, nilai keindahan, nilai kebenaran,nilai kebaikan, nilai tanggung
jawab,nilai ketaatan, nilai keburukan atau kejahatan, nilai kejujuran, nilai kepercayaan; (d)
Kesenian tradisional Dongkrek yang ada di Sanggar Krido Sakti tidak hanya sebagai ritual dan
hiburan saja, tetapi dapat dijadikan sebagai media pendidikan pada waktu mengadakan latihan
ataupun pagelaran; (e) Masyarakat Desa Mejayan sangat mendukung dikarenakan fungsi
kesenian tradisional Dongkrek dinilai sangat potensial sebagai tontonan dan tuntunan bagi
masyarakat.

Kata kunci: kesenian tradisional dongkrek, media pendidikan, nilai, moral

Abstract
The research aims to find out and describe the role of traditional dongkrek art as a medium of
moral value education. Research using descriptive methods with a qualitative approach. Data
collection tools are interviews, observation, and documentation. The process of analyzing data by
reducing, presenting, and summarizing data. The results showed that (a) Dongkrek traditional
art while maintaining the authenticity of Dongkrek traditional art; (b) The procedures for
performing traditional Dongkrek arts are divided into three stages: the pre- event stage, the core
program stage and the closing stage; (c) The moral values contained in the traditional arts of
Dongkrek include the value of togetherness / mutual cooperation, the value of beauty, the value
of truth, the value of goodness, the value of responsibility, the value of obedience, the value of
evil or evil, the value of honesty, the value of trustworthiness; (d) Dongkrek traditional art in
Sanggar Krido Sakti is not only for rituals and entertainment, but can be used as an educational
medium when conducting exercises or performances; (e) The people of Mejayan Village are very
supportive because the function of Dongkrek traditional art is considered to be very potential as
a spectacle and a guide for the community.

Keywords: traditional dongkrek art, educational media, values, moral.

Pendahuluan Kesenian tradisional Dongkrek


Aset bangsa yang sangat berharga adalah peninggalan leluhur yang harus
baik dari aspek ekonomi, sosial, maupun dilestarikan, karena mempunyai nilai-nilai
budaya salah satunya adalah adanya kehidupan manusia yang indah untuk dilihat
kesenian tradisional . Sebagai aset dan menarik untuk dihayati maknanya
ekonomis, kesenian tradisional terbukti sebagai kesenian tradisional milik daerah.
memiliki nilai komersil yang tinggi dengan Dengan kemajuan IPTEK, maka senipun
banyaknya penerimaan serta apresiasi dari dapat dijadikan sebagai media pendidikan
dunia internasional. Kesenian tradisional nilai-nilai moral pada masyarakat. Hal ini
adalah warisan budaya yang memiliki arti sesuai dengan Pasal 1 Nomor 2 Undang-
penting bagi kehidupan adat dan sosial Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
karena di dalamnya terkandung nilai, Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi
kepercayaan, dan tradisi, serta sejarah dari “Pendidikan Nasional adalah pendidikan
suatu masyarakat lokal. Kesenian tradisional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
tidak hanya berfungsi sebagai hiburan saja, Undang Dasar Negara Republik Indonesia
namun di dalamnya terkandung Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai
penghormatan terhadap arwah leluhur dan agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan
nilai-nilai magis religius lainnya. tanggap terhadap tuntutan zaman”.1
Kesenian tradisional Dongkrek dongkrek ini, sehingga mempunyai nilai
merupakan salah satu unsur kebudayaan istimewa dilingkungan masyarakat madiun
Jawa dan Indonesia yang banyak dan luar madiun.
mengandung nilai etis dan estetika yang Pemanfaatan budaya rakyat (folk
sangat berharga untuk dipelajari. Kesenian cultur) di Indonesia selayaknya perlu
tradisional Dongkrek memiliki kontribusi diperhatikan oleh semua pihak, karena
yang banyak bagi pendidikan didalam budaya memiliki peranan penting dalam
masyarakat, karena didalam setiap kehidupan masyarakat. Kesenian tradisional
pementasan, kesenian tradisional Dongkrek Dongkrek yang tetap diminati
menyampaikan berbagai nilai- nilai pesan pertunjukannya disebabkan oleh beberapa
moral yang dapat memberikan pendidikan faktor kedekatan budaya, yaitu bahasa yang
bagi masyarakat (penonton) khususnya dipergunakan. Masyarakat lebih mudah
memuat nilai-nilai yang berharga dalam meahami akan nilai dan maksud kesenian
kehidupan bermasyarakat. tradisional Dongkrek melalui komunikasi
Kesenian tradisional Dongkrek yang sudah mereka kenal dengan
secara filosofis memiliki makna dan fungsi menggunakan bahasa Indonesia dan Jawa.
sebagai ritual tolak bala. Kesenian Sebuah bangsa bisa disebut sebagai
tradisional dongkrek pada awalnya bangsa yang maju dan kuat apabila nilai-
dilakukan sebagai tarian untuk mengusir nilai dasar yang menjadi pedomannya benar-
wabah penyakit, bencana alam, dan roh jahat benar termanifestasi dalam perilaku sehari-
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat di hari. Sehingga dalam kehidupan berbangsa
kecamatan Caruban yang sekarang berganti tidak ada lagi perilaku penyimpangan,
menjadi kecamatan Mejayan pada tahun penyelewengan, penjajahan, diskriminasi
1867. Masyarakat sangat dipengaruhi oleh dan perilaku- perilaku negatif lainnya.
kesenian tradisional Dongkrek ini karena di Namun, dewasa ini bangsa Indonesia seolah
dalamnya terkandung nilai-nilai moral yang sedang berada pada posisi yang sangat
dapat dijadikan pedoman oleh masyarakat. rapuh. Berbagai permasalahan kian
Fungsi kesenian adalah sebagai sarana untuk menjamur mengotori bangsa ini. Hampir
melibatkan masyarakat secara langsung. disetiap lini dan sektor kehidupan tidak luput
Sifat masyarakat yang membutuhkan suatu dari permasalahan yang tidak kunjung
tuntunan sekaligus hiburan, maka dari itu terselesaikan.2
kesenian tradisional Dongkrek sangat Pendidikan merupakan unsur
melekat dihati masyarakat madiun pada terpenting suatu negara yang harus
khususnya.nilai ritual dan magis sangat erat diperhatikan. Sistem pendidikan yang tepat
didalam kesenian tradisional maka akan membawa kemajuan bagi suatu
negara dan begitupun sebaliknya disaat
sistem pendidikan tidak tepat maka
kemajuan negara di pertaruhkan. Kehidupan bermaksud untuk memahami fenomena
berbangsa dan bernegara Indonesia tentang apa yang dialami oleh subjek
mengalami suatu perubahan dan penelitian secara holistic, dengan cara
perkembangan yang sangat besar. Kondisi deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
kerapuhan bangsa ini harus segera dicarikan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
solusi dan dihentikan. Oleh karenanya, alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
diperlukan upaya serius untuk metode alamiah. Tujuan dari penelitian
mengembalikan etika dan moral bangsa agar deskriptif adalah untuk memberikan
bisa kembali pada nilai-nilai yang luhur. deskripsi, gambaran atau lukisan secara
Dan untuk itu, diperlukan sebuah patokan sistematis, faktual dan akurat, fakta-fakta,
nilai yang bisa diterima oleh seluruh elemen sifat-sifat serta hubungan antarfenomena
bangsa yang majemuk ini. Sebuah nilai yang yang diselidiki. Teknik pengumpulan data
tidak bias dan ambigu, melainkan nilai yang dalam penelitian menggunakan observasi
mampu mengakomodir langsung, komunikasi langsung,
seluruh ide-ide dokumentasi, triangulasi, dan studi literatur.
masyarakat. Mengembalikan moral dan etika Agar penelitian dapat dilakukan secara
ditengah-tengah kondisi bangsa mejemuk mendalam, maka subjek yang diteliti adalah
yang sudah rapuh memang bukan perkara Pendiri dan Penasihat sanggar “Krido Sakti”,
mudah. Butuh perjuangan keras untuk Pelaku seni Dongkrek, siswa sekolah yang
mewujudkannya, dan pendidikan belajar kesenian dongkrek, Tokoh
Pancasila mulai masyarakat dan masyarakat sebagai
direaktualisasikanlah yang paling tepat penonton kesenian tradisional Dongkrek,
untuk kondisi saat ini. Batasan tentang Kepala Sub. Bagian Kebudayaan Dinas
pendidikan seperti sifat sasarannya yaitu Pendidikan Kabupaten Madiun, Kepala Desa
manusia, mengandung banyak aspek dan Ibu Titik Handayani dan Perangkat Desa
sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya Mejayan Kecamatan Mejayan Kabupaten
yang kompleks itu maka tidak sebuah Madiun
batasanpun yang cukup memadai untuk
menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Sejarah kesenian tradisional
Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh “Dongkrek” di Desa Mejayan Kecamatan
para ahli beranekaragam, dan kandungannya Mejayan Kabupaten Madiun.
berbeda satu dari yang lainnya.3 Kesenian tradisional Dongkrek
merupakan sebuah kesenian yang
Metode Penelitian mengisahkan cerita legenda di wilayah
Pendekatan yang digunakan adalah kabupaten Madiun tepatnya di Desa
pendekatan deskriptif kualitatif dengan Mejayan Kecamatan Mejayan. Bentuk dan
metode studi kasus yang saya lakukan model kesenian Dongkrek hampir sama
dengan mengajak teman rumah saya pada
awal samapi pertengahan bulan November
2022 dan penelitian ini dibantu oleh saudara
saya yang kebetulan juga pernah
mengangkat Dongkrek sebagai bahan
penelitaian. Dan penelitian ini saya lakukan
di Madiun kurang lebih 3 minggu dengan
cara pulang pergi Solo-Madiun. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang
dengan sendratari yang tidak disertai dialog. Lahirnya kesenian Dongkrek yaitu
Kesenian tradisional Dongkrek pada tahun 1867 di Mejayan yang diciptakan
menggunakan topeng, karena itu juga oleh Raden Ngabei Lo Prawirodipoero yang
disebut seni drama topeng. pada masa itu menjabat sebagai Palang di
Arti dari Dongkrek yaitu Donganipun Mejayan (Caruban). Raden Ngabei Lo
kawulo(rakyat) Enggal Keraharjan (do’a Prawiridipoero merupakan Palang terakhir
rakyat semoga diberi keselamatan). Istilah dalam sitem pemerintahan pada waktu itu
Dongkrek berasal dari bunyi dua buah sampai wafatnya ± tahun 1915/1916.
tabuhan yang mendominasi suara gamelan Dimulai dengan adanya Pageblug
yang mengiringi tarian. Kata “Dung” (wabah penyakit) di Desa Mejayan,
berasal dari bunyi tabuhan bedug sedangkan kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun.
kata “krek” berasal dari bunyi Korek. Pageblug yaitu wabah penyakit yang konon
Apabila kedua alat tersebut dimainkan sangat berbahaya karena pagi sakit sore
secara beraturan maka akan terdengan bunyi meninggal, sore sakit pagi meninggal.
dung... krek...dung... krek... dan seterusnya. Keadaan yang sangat memilukan itu
Dari bunyi itulah maka lahirlah istilah di membuat Eyang Palang (R. Ngabei Lo
kalangan Mejayan untuk menyebut sebagai Prawirodipoero) merasa iba atas penderitaan
Dongkrek. rakyatnya. Eyang Palang kemudian
Sanggar Krido Sakti adalah sanggar mengadakan musyawarah dengan para
kesenian yang bergerak dalam bidang segenap pejabat di Desa Mejayan untuk
Dongkrek yang ada di Dusun Gendoman menumpas pageblug tersebut, namun
Desa Mejayan Kecamatan Mejayan keputusannya yaitu semua persoalan
Kabupaten Madiun. Di tengah pengaruh diserahkan sepenuhnya kepada Eyang
budaya luar yang semakin luas, Sanggar Palang.
Krido Sakti tetap gagah berdiri. Sanggar Eyang Palang kemudian sowan ke
Krido Sakti didirikan oleh Mbah Dul rumah Bapaknya yaitu Eyang Kanjeng
Rokhim seorang Paripurna TNI AU asli Raden Tumenggung Prawirodipoero II
kelahiran Malang Jawa Timur. Beliau untuk meminta petunjuk. Oleh bapaknya
menikah dengan orang Madiun dan Eyang Palang disuruh menyepi di suatu
bertempat tinggal di Dusun Gendoman Desa
Mejayan Kecamatan Mejayan
Kabupaten Madiun 79 dan meng enal tempat yaitu di Gunung Kidul Madiun
Dongkrek. Ketertarikan dan kecintaan untuk bertapa memohon petunjuk kepada
terhadap Dongkrek itulah yang membuat Sang Pencipta. Dalam tapa bratanya di
Mbah Dul Rokhim mendirikan Sanggar bawah pohon rindang, Eyang Palang digoda
Krido Sakti pada Tahun 1979 dan baru oleh para jin, setan, peri, banas pati serta
mendapatkan nomor Induk pada tahun 2003 bangsa lelembut lainnya. Pada waktu itu
serta pada tahun 2009 mendapatkan terjadilah perkelahian yang sangat sengit
Keputusan Bupati bahwa Dongkrek sebagai antara Eyang Palang dengan bangsa Ghoib
Kesenian khas Kabupaten Madiun. tersebut dan dimenangkan oleh Eyang
Palang.
Kesaktian dan dengan kebersihan Instrumen Dongkrek terdiri dari korek,
hatinya Eyang Palang bisa mengalahkan bedug, kentongan bambu, kecer, kendang,
para lelembut, lelembut yang telah kalah kenong, beri dan kempul. Topeng Dongkrek
tersebut akhirnya tunduk dan patuh kepada terdiri dari; 1)Empat buah topeng
Eyang Palang. Setelah terjadi pengakuan genderuwo/hantu, 2) Dua buah topeng
kekalahan tersebut maka terjadi percakapan wanita, 3) 1 buah topeng orang tua.
dan negosiasi antara Eyang Palang dengan Perlengkapan tari Dongkrek terdiri dari: dua
Para lelembut tersebut. Hasilnya para buah keris dan dua buah pedang kayu yang
lelembut tersebut diperintahkan oleh Eyang dipakai oleh penari raksasa, satu buah
Palang untuk mengelilingi Desa Mejayan tongkat dari kayu yang dipakai oleh penari
mengusir Pageblug yang disebabkan oleh orang tua.
roh halus yang jahat. Pada saat itulah terjadi Dongkrek bisa dikatakan sebagai
peperangan antara para roh halus yang baik seni yang diciptakan oleh Raden Ngabei Lo
(tunduk pada Eyang Palang) dengan para Prawirodipoero dengan melalui berbagai
roh halus yang menyebarkan pageblug. proses, hal ini sependapat dengan pendapat
Peperangan tersebut Paul Klee dalam Bastomi yang menyatakan
dimenangkan oleh roh halus yang tunduk bahwa, “seni bukan tiruan alam atau
pada Eyang Palang. Sesampai di Pendopo terjemahan alam, melainkan pernyataan
Palangan para roh halus tersebut di suruh gagasan yang utuh dari dalam diri seseorang
pulang ke alamnya, namun apabila sewaktu- dan gagasan itu menjadi wujud yang dapat
waktu dibutuhkan maka akan dipanggil diamati dan dinikmati”. Selain pendapat
untuk menjaga keselamatan para rakyat atas para ahli tersebut seni juga diartikan sebagai
izin yang Maha Kuasa. buah karya manusia yang berbentuk lahiriah
Eyang Raden Ngabei Lo yang menjadi wadah kehidupan perasaan
Prawirodipoera di lain kesempatan manusia yang bersifat artistik. Kemudian
mengumpulkan para tokoh masyarakat seni juga diartikan sebagai suatu proses,
untuk membuat topeng seperti roh halus yaitu seseorang memperoleh dan terpesona
yang pernah mengganggu beliau berupa ketika ia sedang aktif memproses
Genderuwo, Perot dan lainnya. Selanjutnya terwujudnya suatu seni.
disuruh menarikan dengan diiringi musik Peneliti berpendapat bahwa istilah
yang telah dibuatnya suara musik terdengar Dongkrek diambil dari penyingkatan
“dung” dari bunyi bedug dan “krek” dari harapan para rakyat Mejayan pada masa itu
bunyi korek. Dari bunyi dung.... krek... yaitu Donganipunkawulo enggal
itulah kemudian melahirkan istilah keraharjan. Istilah Dongkrek juga lahir
Dongkrek. Dongkrek mempunyai makna karena ditimbulkan oleh instrumen musik
filosofi juga yaitu Donganipun kawulo yang digunakan. Kesenian tradisional
enggal keraharjan. Dongkrek lahir pada tahun 1867 oleh Raden
Ngabei Lo Prawirodipoero. Sanggar
Krido Sakti mempunyai makna “karya dahulu untuk berdo’a memohon kelancaran
(krido) seseorang yang mempunyai dalam pagelaran kepada Tuhan Yang Maha
kelebihan dapat menemukan sesuatu yang Esa. Panjak gamelan Dongkrek dan narator
dipergunakan untuk mengusir wabah masuk panggung terlebih dahulu dengan
(pageblug)”. berbaris teratur, kemudian narator membuka
acara.
Pagelaran Kesenian Tradisional b. Tahap Acara Inti
“Dongkrek” di Desa Mejayan Kecamatan Pada tahap acara inti ini adalah tahap
Mejayan Kabupaten Madiun. kesenian tradisional Dongkrek dimulai.
Dalam pagelaran kesenian tradisional Selama pagelaran dimulai dari awal sampai
Dongkrek tidak memerlukan suatu akhir yang menyampaikan alur cerita adalah
panggung tertentu. Kesenian tradisional narator. Pertamakali yang dibunyikan dalam
Dongkrek dapat dilaksanakan dalam pementasan adalah bedug yang berbunyi
lapangan terbuka Syarat-syarat dalam “Dung” kemudian kentngan yang bunyinya
pelaksanaan ritual pagelaran Dongkrek salah thuk... thuk... thor... dan diteruskan dengan
satunya yaitu adanya sesaji. Sesaji hanya bunyi korek “krekk...” dan seterusnya.
diadakan pada bulan Suro saja dalam Setelah itu berhenti sejenak dilanjutkan
kesenian Tradisional Dongkrek ditujukan dengan bunyi kendang yang keras dan
kepada para Leluhur Mejayan, diluar bulan diikuti oleh instrumen gamelan lainnya. Para
Suro tidak menggunakan sesaji. Pagelaran penari masuk kepanggung setelah
kesenian tradisional Dongkrek mempunyai mendapatkan kode ataupun arahan dari
tahapan-tahapan atau tata cara dalam narator.
pementasannya. Adapun prosesi dalam Penari perempuan berjumlah 5 (lima)
kesenian tradisional Dongkrek Sanggar orang menari masuk panggung mengawali
Krido Sakti yang masih sangat dihormati kesenian tradisional Dongkrek membentuk
adalah tata cara kebudayaan Jawa di lingkaran beberapa kali. Penari perempuan
imbangi dengan unsur ajaran agama Islam. menari dengan ceria kemudian tiba-tiba
Tahapan-tahapan tersebut adalah: bunyi gamelan terdengar keras, mistik dan
seram diiringi jeritan para penari kesakitan.
a. Tahap Pra Acara Datanglah penari orang tua yang melihat
Sebelum pagelaran kesenian mengitari para penari perempuan yang
tradisional Dongkrek banyak hal yang harus menjerit kesakitan terkena wabah. Merasa
dipersiapkan yaitu mempersiapkan iba penari orang tua mengajak ke pendopo
panggung pagelaran. Gamelan-gamelan untuk dilindungi dan akan mencari cara
yang akan digunakan oleh panjak gamelan mengusir pageblug. Penari orang tua dan
dongkrek disiapkan terlebih dahulu lima perempuan keluar panggung.
dipanggung. Panjak Gamelan Dogkrek, Masuklah dua peneri perempuan
narator Dongkrek, penari Dongkrek memakai topeng cantik dan perot menari
berkumpul diluar panggung terlebih membentuk lingkaran dengan beberapa
gerakan tangan kanan melambai,
menunjuk dan jari telunjuk di taruh didepan Narator dalam menyampaikan alur cerita
bibir. Kemudian datanglah segerombolan bisa ditambah dengan pesan-pesan yang
penari genderuwo berjumlah 4 (empat) bermanfaat bagi kehidupan
orang penari memakai topeng merah, putih, bermasyarakat dan beragama
hitam dan hijau. Menari mengitari dua Fungsi kesenian tradisional
penari perempuan dan penari peempuan Dongkrek selain sebagai tontonan juga
terlihat ketakutan dan menjerit. Dalam sebagai sarana ritual, hal ini sejalan dengan
keadaan tersebut masuklah ke panggung pendapat Soedarsono yang menyatakan
penari orang tua untuk menyelamatkan bahwa seni pertunjukan di Indonesia
kedua perempuan itu. Terjadilah tarian yang berfungsi sebagai sarana ritual. Dan
gerakannya menunjukkan perkelahian yang ditambah dengan temuan penelitian oleh
sangat dahsyat. Dengan tongkat janur Gazalba bahwa hakikat fungsi kesenian itu
kuning Orang tua bisa mengalahkan para untuk memberikan hiburan.
penari Genderuwo. Dan para penari Temuan tentang sesajen yang
genderuwo menyembah orang tua sakti ditujukan kepada para leluhur dalam
sebagai ungkapan meinta maaf, taat, dan kesenian Dongkrek selaras dengan pendapat
siap membantu mengusir pageblug di Yunus yang menyatakan bahwa kesenian
Mejayan. merupakan tindakan komunikasi baik
Kemudian semua penari menari vertikal maupun komunikasi horisontal yang
dengan gerakan melingkar beberapa kali menyebutkan bahwa komunikasi vertikal
dengan urutan orang tua di depan, kemudian berlangsung antara pendukung kesenian
para penari perempuan dan dilanjutkan oleh dengan kekuatan supranatural yang diyakini
penari genderuwo dan keluar panggung. melalui proses tertentu. Namun hal tersebut
Dengan demikian seesailah pagelaran bertentangan dengan norma agama seperti
Dongkrek yang berlangsung ± 20 menit. yang disampaikan oleh Wahyu Rochmadi
c. Tahap Penutupan bahwa norma agama adalah aturan-aturan
Setelah semua penari Dongkrek hidup yang bersumber dari wahyu Tuhan
keluar dari panggung dan alur cerita sudah yang Maha Esa.
disampaikan, maka dilanjutkan dengan
penutupan. Pagelaran kesenian Nilai-Nilai Moral Yang Terkandung
Tradisional Dongkrek ditutup dengan Dalam Kesenian Tradisional
ucapan terimakasih dan serangkaian do’a “Dongkrek” Di Desa Mejayan Kecamatan
dan diiringi dengan Sholawat. Dalam Mejayan Kabupaten Madiun.
pagelaran kesenian tradisional Dongkrek Nilai-nilai moral yang terkandung
juga terdapat tata cara dalam menyampaikan dalam kesenia tadisional Dongkrek meliputi:
alur cerita Dongkrek.
a. Nilai kebersamaan/gotong royong tampak pageblug yang disebabkan oleh para
pada waktu seluruh pemain Dongkrek makhluk yang jahat. Kemudian juga
saling bekerja sama dan gotong royong tampak pada saat penari orang tua yang
dalam mengadakan latihan, dalam berusaha menolong rakyatnya yang
mempersiapkan keperluan pagelaran terkena pageblug, orang tua mempunyai
kadangkala juga diwaktu salah satu dari keyakinan bahwa kebaikan pasti akan
pemain atau warga ada yang menang.
membutuhkan bantuan maka akan e. Nilai tanggung jawab,disini para pemain
dibantu. Selain dari kegiatan tersebut Dongkrek sangat bertanggung jawab baik
makna nilai-nilai kebersamaan juga dalam hal urusan sanggar ataupun
terkandung dalam setiap gerakan penari, permainannya, misalnya saja pak
misalnya disaat alur cerita bahwa rakyat Marianto itu sebagai pembuat topeng
Mejayan bersama-sama hidup Dongkrek satu-satunya di Madiun
berdampingan suka maupun duka, itu walaupun banyak sekali pesanan, maka
sudah mengandung arti kebersamaan dan dia tidak akan melemparkan tanggung
gotong royong. jawabnya, dia akan mengerjakannya
b. Nilai keindahan, tampak pada sajian dengan bantuan saudara dalam hal
pagelaran yang menggunakan tertentu saja, Kemudian nilai tanggung
perlengkapan khas Jawa jadi terlihat jawab juga tampak pada Mbah Dul yang
indah, mulai dari gamelan, busana yang bertanggung jawab terhadap sanggar
dipakai dan topeng Dongkrek, selain itu Krido Sakti dengan dibantu Pak Walgito
keindahan juga terlihat diwaktu para dan pengurus/pemain lainnya. Selain itu
pemain gamelan memainkan musik juga tampak pada saat penari orang tua
gamelan terdengar merdu dan indah yang berperan sebagai Raden Ngabei Lo
apalagi ditambah dengan gerakan para Prawirodipoero menjabat Palang Desa
penari Dongkrek sungguh indah. Mejayan bertanggung jawab atas segala
c. Nilai kebenaran, tampak pada saat hal yang terjadi di Desanya terutama pada
pemain benar-benar membawakan atau rakyatnya. Dengan segala kemampuan dia
memainkan Dongkrek dengan sungguh- bertanggung jawab, dengan
sungguh dari jiwanya tanpa ada paksaan, mempertaruhkan jiwa dan raga.
Selain itu juga tampak pada saat penari f. Nilai religius, tampak dalam setiap do’a
orang tua dalam perkelahiannya bisa yang ditujukan kepada Tuhan yang Maha
mengalahkan para penari Genderuwo Esa dalam hal apapun baik dalam latihan
yang menebar pageblug (wabah), ini ataupun pagelaran selalu memohon
berarti bahwa kebenaran atau kebaikan pertolongan Allah SWT, selain itu juga
pasti akan mengalahkan kejahatan. tampak pada saat penari berusaha
d. Nilai kebaikan, tampak pada waktu mengusir Genderuwo dengan memohon
latihan pasti akan diajarkan tentang pertolongan Allah SWT.
kebaikan dan dijelaskan bahwa Dongkrek
dibuat untuk mengusir
g. Nilai kejujuran, tampak pada gerakan dua dipikirkan, dipahami, dihayati, dijiwai, dan
penari topeng perempuan yang berhubungan dengan cita-cita, harapan,
meletakkan jari telunjuknya didepan bibir keyakinan, hal-hal yang bersifat batiniah,
sebagai isyarat bahwa harus berkata jujur dan bersifat ideal, bukan faktual.
tidak boleh bohong dan agar selalu Orang muda menghormati orang tua
menjaga ucapan. serta di dalam melakukan apapun hendaknya
h. Nilai kepercayaan, tampak pada memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
masyarakat Mejayan khususnya pemain dengan di imbangi dengan hati yang bersih
Dongkrek bahwa mereka percaya dan suci. Hal inilah yang juga bisa
terhadap hal-hal Ghoib. Mereka didapatkan dari Dongkrek, selain itu juga
mempercayai adanya makhluk yang mengingatkan bahwa di muka bumi ini
diciptakan oleh Allah SWT selain Manusialah makhluk Tuhan yang paling
manusia, kemudian tampak pula dalam Mulia, akan tetapi manusia juga harus
alur cerita yang mengatakan bahwa menyadari bahwa Tuhan menciptakan
manusia harus percaya kepada Allah banyak Makhluk,
SWT dan dengan segala yang diciptakan diantaranya adalah makhluk Ghoib yang
termasuk setan dan jin. harus kita akui keberadaannya.
i. Nilai keburukan atau kejahatan, tampak Dari sinilah peneliti menyimpulkan
pada penari pemeran genderuwo sebagai bahwa “keburukan akan kalah dengan
penyebab pageblug atau wabah di Desa kebaikan” atau kejahatan akan kalah oleh
Mejayan,dan hal ini tidak diajarkan tetapi kebenaran” nilai-nilai moral tersebut diatas
hanya di sampaikan bahwa keburukan adalah yang terkandung dalam kesenian
dan kejahatan itu tidak baik. tradisional Dongkrek.
Temuan tentang nilai-nilai moral
memang bermanfaat bagi kebudayaan. Hal Pembelajaran Nilai-Nilai Moral Melalui
ini selaras dengan pendapat liliweri8 yang Kesenian Tradisional Dongkrek Pada
menyatakan bahwa Nilai merupakan sesuatu Sanggar Krido Sakti Di Dusun
yang abstrak tentang tujuan budaya yang Gendoman Desa Mejayan Kecamatan
akan kita bangun bersama melalui bahasa, Mejayan Kabupaten Madiun.
simbol, dan pesan-pesan verbal maupun Sanggar Krido Sakti sangat diminati
nonverbal. Nilai atau value mengandung oleh para seniman ataupun masyarakat.
pengertian sesuatu yang berharga. Sesuatu Karena disinilah Dongkrek dalam kemasan
yang bernilai apabila memiliki nilai guna aslinya bisa ditemukan dan dipelajari.
(memiliki keindahan) kebenaran atau Sanggar Krido Sakti terlihat dari Luar sudah
kebaikan, misalnya sesuatu yang baik berarti bisa ditebak bahwa selalu terbuka untuk
memiliki nilai moral (nilai kebaikan). Nilai siapa saja yang tujuannya sudah tentu
itu sesuatu yang abstrak, tidak konkret, tentang Dongkrek. pada awal kedatangan
dapat peneliti kesana sudah langsung menemukan
sanggar Krido Sakti
karena memang pintu selalu terbuka mulai mempengaruhi cepat lambatnya
dari jam 08.00-sore bahkan malam. Di pencapaian tahap-tahap perkembangan
depan sanggar terdapat tulisan moral dan juga mempengaruhi batas tahap
PAGUYUBAN KRIDO SAKTI perkembangan yang dicapai. Dengan kata
KABUPATEN lain, bahwa individu yang mempunyai latar
MADIUN, dan ternyata Sanggar tersebut budaya tertentu dapat berbeda
merupakan rumah pribadi Mbah Doel perkembangan moralnya dengan individu
Rokim. Kecintaan terhadap Dongkrek lain yang berasal dari kebudayaan lain atu
Mbah Dul mengabdikan diri untuk perkembangan moral dipengaruhi oleh
Dongkrek, rumahpun diberikan untuk faktor kebudayaan.
Dongkrek sepenuhnya. Rasa kecintaan dan Peneliti berpendapat bahwa
kepedulian terhadap Pusaka pendalaman nilai-nilai moral bisa dilakukan
Dongkrek yang sekarang menjadi melalui kegiatan-kegiatan atau pengalaman-
kesenian tradisional Dongkrek warisan pengalaman konkret seperti belajar kesenian
leluhur membuat seseorang berhati mulia tradisional Dongkrek di Sanggar Krido
dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan. Sakti, sehingga nilai-nilai moral tertanam
Di sanggar Krido Sakti inilah Mbah dan terhayati dalam kehidupan. Namun
Doel Rokim beserta pengurus Sanggar apabila pelaksanaannya
lainnya mengajarkan Dongkrek baik kepada dilakukan sekali atau dua kali saja maka
masyarakat, siswa-siswi sekolah bahkan akan memperoleh hasil yang kurang
kepada orang-orang luar Mejayan yang optimal. Kesenian tradisional Dongkrek bisa
berkunjung. Nilai-nilai moral selalu dikembangkan tanpa meninggalkan nilai
diajarkan, bahwa kejahatan dan keburukan estetika dan etikanya.
itu tidak akan pernah abadi dan mendapat
perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa. Tanggapan Masyarakat Terhadap Isi
Nilai-nilai moral dalam kesenian tradisional Dan Cara Penyampaian Pendidikan Nilai-
Dongkrek diajarkan dengan cara tanya Nilai Moral Dalam Kesenian Tradisional
jawab, diskusi ataupun obrolan biasa disaat “Dongkrek” Pada Sanggar Krido Sakti Di
latihan Dongkrek di sanggar Krido Sakti. Dusun Gendoman Desa Mejayan
Dikaitkan dengan keadaan yang ada Kecamatan Mejayan
membuat peserta latihan lebih memahai Kabupaten Madiun.
nilai-nilai moral dan maksud dari kesenian Masyarakat merupakan salah satu
tradisional Dongkrek. aspek penting dalam pagelaran kesenian
Kesenian tradisional Dongkrek yang tradisional Dongkrek, karena tanpa adanya
mengajarkan nilai-nilai moral membawa masyarakat maka tidak akan berjalan dengan
pengaruh baik terhadap kebudayaan ataupun maksimal. Masyarakat merupakan sasaran
moral manusia, hal ini selaras dengan utama dari penyampaian pesan-pesan
pendapat Budiningsih yang menyatakan tentang nilai- nilai moral yang terkandung
bahwa Kebudayaan akan dalam
kesenian tradisional Dongkrek. Oleh karena mendengarkan, atau dengan kata lain
itu keberadaan masyarakat dalam kesenian meliputi berbagai kegiatan yang menyentuh
tradisional Dongkrek sangat vital. panca indera, yang tujuan akhirnya adalah
Tanggapan masyarakat tentang penyampaian menyentuh pikiran, perasaan dan hayal
pendidikan nilai-nilai moral melalui penonton.
kesenian tradisional Dongkrek sangat Dari data diatas maka peneliti
seragam, karena kesenian tradisional berpendapat bahwa berkembang tidaknya
Dongkrek berisi tentang kebenaran dan suatu kesenian yang merupakan unsur
kebaikan mengalahkan keburukan dan kebudayaan dipengaruhi juga oleh
kejahatan. anggapan masyarakat yang ada di daerah
Inti dari seluruh kesenian pada tersebut dan dapat disimpulkan bahwa
prinsipnya selain sebagai tontonan kesenian tradisional Dongkrek Sanggar
(pertunjukan) juga sebagai tuntunan. Krido Sakti sangat berperan penting dalam
Tuntunan yang disampaikan dalam penyampaian pendidikan nilai-nilai moral
pagelaran kesenian tradisional Dongkrek kepada masyarakat.
mengajarkan bahwa dalam kehidupan
sehari-hari pasti akan ada ancaman ataupun Kesimpulan
bencana olah karena itu maka manusia harus Berdasarkan hasil penelitian, pada
senantiasa berdo’a kepada Tuhan Yang bagian ini dikemukakan kesimpulan
Maha Esa dan berusaha agar bisa penelitian sebagai berikut: Sejarah kesenian
menghadapi dengan baik. Karena manusia tradisional “Dongkrek” di Desa Mejayan
dikaruniai oleh cipta, rasa dan karsa Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun
menjadikan manusia sebagai manusia paling yang diciptakan oleh Raden Ngabei Lo
sempurna. Dengan demikian manusia adalah Prawirodipoero pada tahun 1867. Sanggar
makhluk yang bisa ditata sehingga Dongkrek yang ada di Dusun Gendoman
diharapkan tuntunan atau pendidikan yang Desa Mejayan Kecamatan Mejayan
disampaikan dalam kesenian tradisional Kabupaten ini bernama Sanggar Krido Sakti
Dongkrek bisa menjadi tatanan yang yang didirikan oleh Mbah Dull Rokhim pada
akhirnya menjadikan manusia sebagai tahun 1979. Krido Sakti adalah pemberian
makhluk yang berbudaya. nama dari Bapak Walgito yang sekarang
Temuan penelitian mengenai menjadi ketua Sanggar/ paguyuban Krido
kesenian tradisional Dongkrek sebagai Sakti. Mengambil nama Krido Sakti karena
tontonan (pertunjukan) sekaligus tuntunan memuat makna “ karya (krido) seseorang
selaras dengan pendapat Soedarsono10 yang mempunyai kelebihan dapat
bahwa perkataan menemukan sesuatu yang dipergunakan
“pertunjukan” dalam “seni pertunjukan” untuk mengusir wabah (pageblug). Sanggar
menyarankan sejumlah kegiatan, yakni Krido Sakti mendapat nomor induk pada
memperlihatkan, memperagakan dan Tahun 2003 (IND:2/ DK/
4.4.14.07/0.2003) dan kesenian akan diajarkan tentang kebaikan; (e) nilai
tradisional Dongkrek kemudian disahkan tanggung jawab tampak pada para pemain
menjadi kesenian khas Kabupaten Madiun Dongkrek sangat bertanggung jawab baik
dengan Keputusan Bupati=188.45/ 677/ dalam hal urusan sanggar ataupun
KPTS/ 402.031/ 2009. permainannya; (f) nilai religius tampak pada
Tata cara pagelaran kesenian tradisional setiap do’a yang ditujukan kepada Tuhan
Dongkrek diluar bulan Suro dalam yang Maha Esa; (g) nilai keburukan atau
persiapannya tidak menggunakan sesajen kejahatan tampak pada pencerminan pemain
yang ditujukan kepada para leluhur. Setiap genderuwo yang mempunyai watak jahat;
pagelaran Dongkrek dalam prosesinya (h) nilai kejujuran tampak pada gerakan dua
dibagi menjadi tiga tahap, yaitu penari topeng perempuan yang
(a) tahap pra acara dengan mempersiapkan mencerminkan bahwa harus berkata jujur
panggung pagelaran dan semua tidak boleh bohng dan agar selalu menjaga
perlengkapan kesenian tradisional Dongkrek ucapan; (i) nilai kepercayaan tampak pada
serta Do’a untuk memohon kelancaran percaya terhadap hal-hal Ghoib.
kepada Allah; (b) acara inti yaitu dengan Kesenian tradisional “Dongkrek”
dimulainya pagelaran kesenian tradisional sebagai media pendidikan nilai-nilai moral
Dongkrek berupa tari Dongkrek yang pada Sanggar Krido Sakti di Dusun
diiringi oleh gamelan Dongkrek dari awal Gendoman Desa Mejayan Kecamatan
sampai selesai; (c) dan acara penutupan yaitu Mejayan Kabupaten Madiun. Kesenian
dengan serangkaian Do’a seperti Al Fatihah tradisional Dongkrek yang ada di Sanggar
dan Sholawat . Krido Sakti tidak hanya sebagai ritual dan
Nilai-nilai moral yang terkandung dalam hiburan saja, tetapi dapat dijadikan sebagai
kesenian tradisional “Dongkrek” di Desa media pendidikan pada waktu mengadakan
Mejayan Kecamatan Mejayan Kabupaten latihan ataupun pagelaran. Pada saat latihan
Madiun. Nilai moral merupakan nilai yang maka diadakan diskusi kecil disea-sela
digunakan sebagai dasar, tuntunan, dan latihan untuk pemantapan tari dan gamelan,
tujuan manusia dalam kehidupannya. Nilai kemudian setelah latihan selesai maka
moral yang ada pada kesenian tradisional diberikanlah wejangan-wejangan tentang
Dongkrek adalah: (a) nilai nilai-nilai moral yang terkandung dalam
kebersamaan/gotong royong tampak pada kesenian tradisional Dongkrek oleh pelatih.
kekompakan dalam keseharian antar pemain Setelah mengetahui isi cerita yang disajikan
Dongkrek; (b) nilai keindahan tampak pada maka dapat dipahami nilai-nilai yang
tarian, busana dan musik yang dimainkan terkandung di dalam kesenian tradisional
oleh pemain kesenian tradisional Dongkrek; Dongkrek. Inti dari kesenian tradisional
(c) nilai kebenaran tampak pada waktu Dongkrek adalah memberikan gambaran
memberikan wejangan untuk kepada masyarakat bahwa perbuatan jahat
memperjuangkan kebenaran; (d) nilai akan hancur oleh kebaikan atau
kebaikan tampak pada waktu latihan pasti
kebenaran, sehingga dapat dijadikan Sukarnoputri, Megawati (presiden Republik
tauladan. Indonesia). Undang-Undang Nomor 20
Tanggapan masyarakat Mejayan Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
terhadap isi dan cara penyampaian Nasional, Pub. L. No. UU No 2 Tahun
pendidikan nilai-nilai moral pada sanggar 2003 (2003).
Krido Sakti cukup baik dan masyarakat
antusias terhadap adanya kesenian
tradisional Dongkrek sebagai media
penyebaran pendidikan moral yang baik.

Daftar Pustaka
Bastomi, Suwaji. Wawasan Seni.
Semarang: IKIP Semarang Press,
1992.
Budiningsih, Asri. Pembelajaran Moral:
Berpijak Pada Karakteristik Siswa
Dan Budayanya. Jakarta: Rineka
Cipta, 2004.
Gazalba, Sidi. Antropologi Budaya Gaya
Baru: Untuk Perguruan Menengah
Islam, Perguruan Menengah Umum
Tingkat Pengetahuan Menengah.
Jakarta: Bulan Bintang, 1974.
Liliweri, Alo. Makna Budaya Dalam
Komunikasi Antarbudaya.
Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara,
2007.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007.
Pahlevi, Farida. “REAKTUALISASI
PANCASILA SEBAGAI
UPAYA PENINGKATAN
KUALITAS PENDIDIKAN
MORAL BANGSA
INDONESIA.” Al-Adabiya : Jurnal
Kebudayaan Dan Keagamaan 9, no. 1
(2014): 21–44.
Sudarsono, RM. Seni Pertunjukan
Indonesia Di Era Globalisasi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2002.

Anda mungkin juga menyukai