Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan pesertaa didik

Dosen Pengampu :

BAPAK HAMIDI RASYID S.pd M pd

Disusun oleh :

Maulidi Ardha Tillah (22842071023)

Erika pramudya (228420710006)

Apryan alfito rizqi (22842072026)

PROGRAM STUDY FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SEPTEMBER
2022/2023

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Adapun maksud dan tujuan dari penyususnan makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen pada Mata
Kuliah perkembangan peserta didik.
Dalam proses penyusunan tugas ini kami menjumpai beberapa
hambatan, namun berkat dukungan dari berbagai pihak. Kami dapat
menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu melalui kesempatan ini kami
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak terkait yang telah
membantu dan mendukung terselesaikannya tugas ini. Khususnya kepada
Dosen Mata Kuliah Perkembangan peserta didik, bapak Hamidi Rasyid
M.Pd

Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kesalahan dan


kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Dan saya
berharap penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan

Malang, 25 okt 2022

Penulis

2
DAFTAR
ISI .........................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 4

1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................................... 4

2.1 RUMUSAN MASALAH ................................................................................ 4

3.1 TUJUAN ......................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 4

JUDUL………………………………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................
ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................


iii

2.1 PENGERTIAN MEMORI .................................................................................. 5

2.2 HUBUNGAN ANTARA SEJARAH DAN MEMORI .......................................


6

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 7

A. KESIMPULAN .................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 8

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Antropologi adalah ilmu yang mempelajari segala macam seluk beluk, unsur unsur,
kebudayaan yang dihasilkan dalam kehidupan manusia. Sejarah perkembangan
antropologi muncul dari ketertarikan orang orang eropa pada ciri ciri fisik, adat
istiadat, dan budaya etnis etnis lain yang berbeda dari masyarakat yang dikenal
dieropa pada abad ke 19.

Antropologi pada abad ke 19 sampai abad 20 berkembang ke arah yang lebih


sistematik dan menggunakan metodologi ilmiah.

2.1 RUMUSAN MASALAH

1. Sejarah perkembangan antropologi!


2. Apa saj konsep konsep antropologi?
3. Apa generalisasi antropologi?
4. Apa saja teori antropologi?

3.1 TUJUAN
1. Mengerti sejarah perkembangan antropologi
2. Mengerti konsep antropologi
3. Mengerti generalisasi antopologi
4. Mengerti teori antropologi

BAB II PEMBAHASAN

4
2.1 SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI
Antropologi berasal dari bahasa yunani dari asal kata antrhopos yang berarti
manusia, dan logos yang berarti ilmu. Secara harfiah antopologi berarti ilmu
tentang manusia. Jadi antropologi merupakan ilmu yang berusaha mencapai
pengertian atau pemahaman tentang makhluk manusia dengan mempelajari
aneka bentuk fisiknya, masyarakat, dan kebudayaannya.

Antropologi muncul berawal dari ketertarikan orang eropa yang melihat ciri
ciri fisiknya, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal dieropa.

Banyak ahli antropologi berpendapat bahwa antropologi muncul sebagai suatu


cabang ilmu yang jelas batasannya pada sekitar abad ke 19. Antropologi pada abad
ke 19 sampai 20 berkembang ke arah yang lebih sistematik dan menggunakan
metodologi ilmiah.

Koentjaningrat menyusun perkembangan antropologi menjadi 4 fase.

1.Fase pertama (sebelum tahun 1800 an)

Pada akhir abad ke 15. Bangsa eropa mulai menjelajah ke berbagai


benua seperti asia, afrika, dan amerika. Dari para penjelajah tersebut
terkumpul buku buku kisah perjalanan, yang berisi bahan pengetahuan berupa
deskripsi tentang adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa, dan ciri ciri fisik
dari bermacam macam suku bangsa di asia, afrika, dan amerika,. Kemudia
bahan pengetahuan tadi disebut bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa
bangsa.

2.Fase kedua ( tahun 1800 an)

Pada masa ini muncul karangan karangan yang menyusun bahan


etnografi berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada masa itu.

3.Fase ketiga (awal tahun 1900 an )

5
Pada fase ini, antropologi menjadi ilmu praktis dengan tujuan
mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku suku bangsa diluar eropa guna
kepentingan pemrintah kolonial dan untuk memahami kebudayaan
masyarakat modern yang kompleks.

4.Fase keempat (tahun 1930 an)

Pada masa ini antropologi mengalami masa perkembangan yang paling


pesat karena terjadi perubahan yang besar.

2.2 KONSEP-KONSEP ANTROPOLOGI

Ilmu antropologi, memandang manusia sebagai sesuatu yang kompleks.


Maka, Antropologi melihat manusia dari banyak aspek, mencakup fisik,
emosi, sosial, hingga kebudayaan.

Konsep-konsep dasar dalam Antropologi sebagaimana dikutip dari modul


Konsep Dasar Antropologi terbitan UPI, adalah sebagai berikut.

1. Kebudayaan

Dalam bahasa latin, kebudayaan disebut dengan cultura yang berarti:


berkembang dan tumbuh. Kebudayaan mengacu pada kumpulan pengetahuan
yang secara sosial diwariskan dari satu generasi, ke generasi berikutnya.

2. Evolusi

Evolusi merupakan sebuah transformasi yang berlangsung secara bertahap.

3. Cultur area (daerah budaya)

Suatu daerah budaya merupakan, daerah geografis yang memiliki sejumlah


ciri-ciri budaya, dan kompleksitas lain yang dimilikinya.

4. Enkulturasi

6
Enkulturasi merupakan sebuah sikap memahami proses kebudayaan sendiri,
maupun kebudayaan orang lain.

5. Difusi

Difusi merupakan proses penyebaran unsur-unsur secara meluas, sehingga


melewati batas tempat di mana kebudayaan itu muncul.

5. Akulturasi

Akulturasi merupakan proses ataupun saling mempengaruhi dari satu


kebudayaan asing yang berbeda sifatnya. Lambat laun unsur-unsur
kebudayaan yang ada, diakomodasikan ke kebudayaan itu sendiri. Akan
tetapi, masih memegang unsur kebudayaan aslinya.

6. Etnosentrisme

Etnosentrisme berarti penilaian terhadap kebudayaan lain atas dasar nilai, dan
standar budaya sendiri. Pemahaman seperti ini, dapat menghambat
komunikasi antar-budaya.

7. Tradisi

Tradisi merupakan pola perilaku yang dilakukan berulang kali oleh


sekelompok orang. Lama kelamaan pola perilaku tersebut, menjadi sebuah
tradisi.

8. Ras dan etnik

Ras merupakan sekelompok orang yang memiliki beberapa kesamaan


berdasarkan aspek fisik yang disebabkan karena adanya faktor keturunan.

9. Stereotip

Menurut Fred E. Jandt, dalam bukunya yang berjudul Intercultural


Communication: An Introduction bahwa stereotip merupakan salah satu

7
penghambat terjadinya komunikasi antarbudaya. Stereotip adalah persepsi
terhadap seseorang berdasarkan kelompok mana orang itu dikategorikan atau
berdasarkan keyakinan tertentu.

10. Kekerabatan

Menurut Malinowski, keluarga atau kekerabatan merupakan suatu institusi


domestik yang bergantung pada afeksi. Selain itu, konsep kekerabatan juga
ingin menegaskan bahwa tujuan dari keluarga adalah membesarkan anak.

11. Kekerabatan

Menurut Malinowski, keluarga atau kekerabatan merupakan suatu institusi


domestik yang bergantung pada afeksi. Selain itu, konsep kekerabatan juga
ingin menegaskan bahwa tujuan dari keluarga adalah membesarkan anak.

12. Magis

Menurut antropolog J.G Frazer, dalam karyanya yang berjudul Golden Bough,
magis berarti penerapan yang salah dalam dunia materiil. Dunia materiil ini
mendukung adanya pemikiran terkait dunia yang semu.

13. Tabu

Dalam ilmu antropologi, tabu berarti terlarang. Dalam hal ini, contoh tabu
adalah bersentuhan dengan kepala suku.

14. Perkawinan

Secara umum, konsep perkawinan mengacu pada konsep formal pemaduan


hubungan 2 individu yang berbeda jenis dan dilakukan secara seremonial-
simbolis, serta semakin dikaraterisasi oleh adanya kesederajatan, kerukunan,
dan kebersamaan dalam hidup berpasangan.

Di sebagian besar tradisi, perkawinan juga dimaknai sebagai proses institusi


sosial dan wahana untuk mengembangkan keturunan.

8
2.2 Generalisasi Antropologi

1. Kebudayaan
Dalam mengapresiasi budaya bangsa, setiap kebudayaan di samping memiliki
kelemahan- kelemahan, kebudayaan itu juga memiliki keunggulan-
keunggulan. Oleh karena itu tidak akan suatu bentuk kebudayaan yang
sempurna.

2. Evolusi
Evolusi tidak terbatas pada bidang biologi saja, melainkan meluas pada
bidang sosial dan kebudayaan.

Dalam bidang sosial kita mengenal evolusi univesal dari Herbert Spencer,
dalam bidang keluarga dikenal evolusi keluarga J.J. Bachhoven, dalam bidang
agama dan kepercayaan, dikenal evolusi animisme, religi dan magic dari E.B.
Taylor dan J.G. Frazer, dalam bidang kebudayaan dikenal evolusi kebudayaan
dari E.B. Taylor dan L.H. Morgan, serta dalam sosiokultural dikenal evolusi
sosiokultural dari Sahlins & Harris. (Sanderson, 1995: 63).

3. Culture Area
Pertumbuhan kebudayaan menyebabkan timbulnya unsur-unsur baru yang
akan mendesak unsur-unsur budaya lama ke arah pinggir sekeliling daerah
pusat pertumbuhan budaya itu. Oleh karena itu jika hendak mencari atau
meneliti unsur-unsur budaya kuno, maka tempat untuk mendapatkannya
adalah di daerah-daerah pinggiran (Koentjaraningrat, 1987: 128).

4. Enkulturasi
Pada hakikatnya proses enkulturasi (proses mempelajari kebudayaan)
seseorang terhadap budaya orang lain itu diperlukan, guna
menumbuhkembangkan sikap toleransi dan harga- menghargai kebudayaan
yang beragam dalam suatu pendidikan multikultural maupun pendidikan
global.

5. Difusi
Bisa saja orang beranggapan bahwa dengan meluasnya unsur-unsur budaya
megalith Mesir kuno, yang berada di kawasan Afrika, L.Tengah,
Mesopotamia, India, Indonesia, Polinesia, sampai ke Amerika. Kemudian
berkesimupalan bahwa telah terjadi proses difusi budaya heliolithic
(Koentjaraningrat, 1987: 120).

9
6. Akulturasi
Dalam proses akulturasi biasanya budaya overt atau lahiriah jauh lebih mudah
berkembang dibanding budaya covert atau tersembunyi (Linton, 1940: 458). .

7. Etnosentrisme
Pada setiap bangsa pada hakikatnya memiliki etnosentrisme atau penilaian
baik terhadap sikap-sikap dan pola kebudayaannya kelompok sendiri, hanya
intensitasnyalah yang berbeda- beda, ada yang hanya sedikit dan ada pula
yang sangat etnosentris.. Suatu bangsa semakin tinggi etnosentrisme-nya,
akan semakin memperbanyak saingan dan lawan dalam kehidupan di dunia
internasioal.

8. Tradisi
Bagi pendukung antropologi aliran fungsionalisme, maka tradisi itu pada
hakikatnya adalah aktivitas kebudayaan yang bermaksud untuk memuaskan
suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri mahluk manusia yang
berhubungan dengan seluruh kehidupannya.

9. Ras dan Etnik


Ras merupakan suatu konsep biologi yang valid. Ia tidak sekedar
menggambarkan morfologinya yakni struktur fisik yang bisa diamati,
melainkan juga komposisi genetic sub- sub bagian sepsis itu, seperti gen
untuk golongan darah dan untuk protein-protein spesifik.

Sedangkan konsep etnis lebih merujuk kesatuan-kesatuan sosial dalam sistem


sosial atau kebudayaan, yang mempunyai arti/kedudukan tertentu karena
keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan
kapabilitas tiap ras dan etnis, tidak ada di dunia ini yang menjadi ras dan etnis
yang superior atau inferior,

10 Stereotip
Berkembangnya prasangka dan stereotip antar etnik yang terjadi di Indonesia,
merupakan salah satu faktor penyebab hambatan dalam mewujudkan
multikulturalisme bangsa Indonesia, yang pada gilirannya akan memperlemah
rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

11. Kekerabatan
Ikatan ibu dan anak bisa diamati da dinilai secara universal, tetapi peran ayah
maupun ibu dalam masyarakat tradisional sangatlah bervariasi. Oleh karena
itu sistem kekerabatan pada masyaraakat tradisional tidak bisa digeneralisir

10
secara universal.

Namun demikian harus diakui bahwa gagasan yang hampir sama mengenai
perkawinan yang menghindari tabu inses, keturunan yang memiliki hubungan
darah, dapat diteliti pada masyarakat-masyarakat tradisional bahkan modern
sekalipun.

12. Magis
Magis memang kejam, jahat, dan mudah disalahgunakan oleh pihak-pihak
berkepentingan, tetapi perkembangan magis yang pernah mengalami masa-
masa jayanya pada masa kehidupan primitif pada setiap masyarakat, tidak
bisa dipandang sebagai masa lampau yang ”hitam” dan penghalang segi-segi
keagamaan. Sebab masa primitif juga merupakan bagian penggambaran
tahapan perkembangan umat manusia secara keseluruhan (Pals, 2001: 61).

13. Tabu
Pada setiap tatanan masyarakat tradisinal, tabu selalu ada. Dalam pandangan
kaum funsionalis, tabu juga memiliki nilai-nilai kegunaan yang perlu dijaga
oleh masyarakatnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya
(Koentjaraningrat, 1987: 171)

14. Perkawinan
Pada semua masyarakat, untuk mengatur proses pemilihan pasangan dan
perkawinan, memiliki norma atau peraturan yang begitu kompleks.

2.3 Teori Antropologi

1. Teori Evolusi Deterministrik

Adalah teori tertua dan dikembangkan oleh 2 tokoh pertama dalam


antropologi, ialah Edward Burnet Tylor (1832-1917) dan Lewis henry Morgan
(1818-1889). Teori ini berangkat dari anggapan bahwa ada suatu hukum
(aturan) universal yang mengendalikan perkembangan semua kebudayaan
manusia. Menurut teori ini setiap kebudayaan mengalami evolusi melalui jalur
dan fase-fase yang sudah pasti.

2. Teori Partikularisme

Pada awal abad ke-20 berakhirlah kejayaan teori evolusionisme dan


berkembanglah pemikiran yang menentang teori tersebut. Pemikiran baru

11
tersebut dipelopori oleh Franz Boas (1858-1942) yang kemudian disebut teori
partikularisme historik. Boas tidak setuju dengan teori evolusi dalam hal
asumsi tentang adanya hukum universal yang menguasai kebudayaan
manusia. Ia menunjukkan betapa sangat kompleksnya variasi kebudayaan, dan
percaya bahwa terlalu prematur merumuskan teori yang universal.

3. Teori Fungsionalisme

Teori ini dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942) yang selama


Perang Dunia II mengisolir diri bersama penduduk asli pulau Trobrian untuk
mempelajari cara hidup mereka dengan jalan melakukan observasi
berperanserta (participant observation). Ia mengajukan teori fungsionalisme,
yang berasumsi bahwa semua unsur kebudayaan merupakan bagian-bagian
yang berguna bagi masyarakat di mana unsur-unsur tersebut terdapat. Dengan
kata lain, pandangan fungsional atas kebudayaan menekankan bahwa setiap
pola tingkah-laku, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari
kebudayaan suatu masyarakat, memerankan fungsi dasar di dalam kebudayaan
yang bersangkutan.

12
13
14
15

Anda mungkin juga menyukai