Anda di halaman 1dari 17

SISTEM SUBAK

FUNGSI INTERNAL DAN EKSTERNAL SUBAK

OLEH:

AGUNG MADE AGUSTIAN 1517351020


GABRIELLA BRENDA CHRISTIE 1517351021
WYN ARYA KINANJALU PACUNG 1517351022
NI PUTU RAHAYU CHANDRA DEWI 1517351023
IMROATUL CHASANAH 1517351024
I KADEK PANDI BERI ARTANA 1517351025
I WAYAN NGURAH SARASWATHA 1517351026
NUR AINI 1517351027
WAYAN DISNUYANA 1517351028
KADEK WIDIANTARA 1517351029
BERLIAN OKTA DORA PRISKILA TAMBUNAN 1517351030
WAYAN TRYANI PERTIWI 1517351031
NI KOMANG GINA RAHAYU 1517351033

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sistem
Subak yang kami beri judul "Fungsi Internal dan Eksternal Subak".
Adapun makalah Sistem Subak tentang " Fungsi Internal dan Eksternal Subak " ini telah
kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak teman,
sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah sistem Subak ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah " Sistem Subak tentang " Fungsi
Internal dan Eksternal Subak " ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan
inpirasi terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan saran dari Anda kami tunggu untuk
perbaikan makalah ini nantinya.

Denpasar, 16 Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI
1
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1. 1 Latar Belakang...........................................................................................................1

1. 2 Rumusan Masalah......................................................................................................2

1. 3 Tujuan Paper..............................................................................................................2

1. 4 Manfaat Paper............................................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA.....................................................................................................3

2. 1 Umum........................................................................................................................3

2. 2 Fungsi dan Peranan Subak.........................................................................................5

2. 3 Fungsi Internal Subak................................................................................................5

2. 4 Fungsi Eksternal Subak..............................................................................................8

BAB III PENUTUP..................................................................................................................11

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................12

DAFTAR GAMBAR

2
Gambar 2. 1 Hubungan timbal balik antar subsistem dalam sistem manajemen irigasi
masyarakat yang bersifat sosio-kultural Arif, S.S.( l999.).........................................................4

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

UNESCO, sebuah Komisi Bidang Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan


Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 29 Juni 2012 menetapkan
subak sebagai warisan budaya dunia (world cultural heritage) yang harus
dilindungi. PBB menilai bahwa subak yang lahir dari budaya masyarakat Bali
yang berlandaskan konsep Tri Hita Karana (THK) memiliki nilai-nilai universal
yang luar biasa (outstanding universal values), dan salah satunya adalah nilai-nilai
perekat sosial yang kuat (ANTARA, 2012).

Keunggulan subak sebagaimana diutarakan di atas bersumber dari THK


yang dijadikan pedoman hidup dalam subak. Ajaran THK dalam subak
menekankan pentingnya kehidupan yang harmoni dan kebersamaan untuk
mewujudkan kesejahteraan anggotanya. Ajaran THK terdiri dari tiga komponen,
yaitu : (1) parhyangan, yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, (2)
pawongan, yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, dan (3)
palemahan, yang mengatur hubungan manusia dengan alam. Dengan demikian
keberlangsungan sistem subak ditentukan oleh seberapa jauh ajaran THK dapat
diterapkan dan dipertahankan sesuai dengan perubahan jaman. Dibalik
keunggulan yang dimiliki, subak juga tidak luput dari ancaman perkembangan
eksternal yang kecenderungannya terus meningkat. Fenomena perkembangan
eksternal yang dapat mengancam eksistensi subak diantaranya adalah globalisasi,
program Revolusi Hijau, perkembangan sektor pariwisata, dan kekotaan.
Perkembangan eksternal ini akan memicu terjadinya urbanisasi, peningkatan
infrastruktur fisik, aksesibilitas lokasional, dan permukiman.

Globalisasi termasuk kebijakan global yang dinilai lebih banyak


memarjinalisasikan pertanian yang dikelola oleh komunitas lokal seperti subak,
dan petani kecil serta masyarakat miskin di perdesaan (Tum, 1997 ; Shiva, 2003;
Sutawan, 2005 ; Sheperd,1988). Kemudian Revolusi Hijau yang dintroduksi awal

1
tahun 1970-an, merupakan salah satu bentuk kebijakan pembangunan pertanian
yang bertumpu pada peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui industrialisasi
(Fauzi, 1999, Baswir, et. al., 1999 ; Tjondronegoro, 2008).

Di samping karena tekanan eksternal yang terlampau besar, subak juga


mengalami kendala internal. Di tingkat petani, kendala yang dihadapi antara lain
sempitnya penguasaan lahan, rendahnya pendidikan dan keterampilan, terbatasnya
akses modal, pendapatan rendah, dan lemahnya posisi tawar terhadap pasar.
Kendala-kendala ini juga akan dapat melemahkan eksistensi subak. Bertolak dari
kompleksitas masalah dan ancaman yang dihadapi subak dan menyadari perannya
yang begitu strategis dalam pembangunan, maka sangat penting dilakukan suatu
kajian yang dapat melahirkan rumusan dan solusi untuk mempertahankan
keberlanjutan subak.

1. 2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari paper ini sebagai berikut:


1. Bagaimanakah fungsi internal subak?
2. Bagaimanakah fungsi eksternal subak?
3. Mengetahui peran internal dan eksternal subak dalam pembangunan
pertanian

1. 3 Tujuan Paper

Tujuan dari paper ini untuk mengetahui apa saja fungsi dari internal dan
eksternal subak serta untuk mengetahui peran internal dan eksternal subak dalam
pembangunan pertanian

1. 4 Manfaat Paper

Manfaat dari paper ini sebagai berikut:


1. Mengetahui fungsi internal subak
2. Mengetahui fungsi eksternal subak

2
3. Mengetahui peran internal dan eksternal subak dalam pembangunan
pertanian

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2. 1 Umum

Kalau mendengar kata subak masyarakat Bali umumnya sering


membayangkan atau menginterpretasikan dengan salah satu gambaran yaitu suatu
kompleks persawahan dengan luas dan batas-batas tertentu, para petani padi
sawah yang terhimpun dalam suatu wadah organisasi yang bergerak di bidang
pengelolaan air irigasi, dan sistem fisik atau jaringan irigasi itu sendiri serta
fasilitas lainnya. Menurut Sutha (1978) dalam Windia (2006), Persubakan
sebagai suatu organisasi kemasyarakatan yang disebut dengan Seka Subak adalah
suatu kesatuan sosial yang teratur di mana para anggotanya merasa terikat satu
sama lain karena adanya kepentingan bersama dalam hubungannya dengan
pengairan untuk persawahan, mempunyai pimpinan (pengurus) yang dapat
bertindak ke dalam maupun keluar serta mempunyai harta baik material maupun
immaterial. Sedangkan menurut Sutawan (1985) dalam Windia (2006), Subak
sebagai sistem irigasi, selain merupakan sistem fisik juga merupakan sistem
sosial.

Sistem fisik diartikan sebagai lingkungan fisik yang berkaitan erat dengan
irigasi seperti sumber-sumber air beserta fasilitas irigasi berupa empelan,
bendungan atau dam, saluran-saluran air, bangunan bagi, dan sebagainya,
sedangkan sistem sosial adalah organisasi sosial yang mengelola sistem fisik
tersebut. Kaler (1985) dalam Windia (2006) juga berpendapat bahwa Subak
adalah suatu organisasi petani sawah secara tradisional di Bali, dengan satu
kesatuan areal sawah, serta umumnya satu sumber air selaku kelengkapan
pokoknya.

3
Berdasarkan pengertian-pengertian subak di atas, dapat disimpulkan
bahwa subak merupakan suatu sistem irigasi yang dianut oleh masyarakat di Bali
yang bersifat sosio-agraris-religius. Dari aspek sosial dan teknik dilihat bahwa
subak sebagai sistem teknologi dari sitem sosio kultural masyarakat yang pada
dasarnya memiliki tiga sub sistem yaitu

1. subsistem budaya (pola pikir, norma dan nilai);

2. subsistem sosial (termasuk ekonomi); dan

3. subsistem kebendaan (termasuk teknologi).

Gambar 2. 1 Hubungan timbal balik antar subsistem dalam sistem manajemen


irigasi masyarakat yang bersifat sosio-kultural Arif, S.S.( l999.)

Semua subsistem tersebut memiliki hubungan timbal balik, dan juga


memiliki hubungan dengan keseimbangan dan lingkungan. Dengan adanya
keterkaitan antar semua sub sistem, maka secara teoritis konflik antar subak yang
terkait dalam satu sistem irigasi yang tergabung dalam satu wadah koordinasi
dapat dihindari.

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa dengan keutuhan antar


ketiga subsistem dalam sistem irigasi subak, maka secara teoritis konflik antar
anggota dalam organisasi subak maupun konflik antar subak yang terkait dalam

4
satu sistem irigasi yang tergabung dalam satu wadah koordinasi akan dapat
dihindari. Keterkaitan antar semua subsistem akan memungkinkan munculnya
harmoni dan kebersamaan dalam pengelolaan air irigasi dalam sistem irigasi
subak yang bersangkutan. Hal itu bisa terjadi karena kemungkinan adanya
kebijakan untuk menerima simpangan tertentu sebagai toleransi oleh anggota
subak (misalnya, adanya sistem pelampias, dan sistem saling pinjam air irigasi).
Di Subak Timbul Baru Kabupaten Gianyar, dilakukan kebijakan sistem pelampias
dengan memberikan tambahan air bagi sawah yang ada di hilir pada lokasi-lokasi
bangunan-bagi di jaringan tersier. Besarnya pelampias tergantung dari
kesepakatan anggota subak (Windia, dkk, 2011)

Kereligiusan subak dilihat dari adanya satu atau lebih Pura


Bedugul (untuk memuja Dewi Sri sebagai manifestasi Tuhan selaku Dewi
kesuburan), di samping adanya sanggah pecatu (bangunan suci) yang terdapat
dalam setiap blok/komplek persawahan milki petani anggota subak. Aspek
religious ini merupakan cerminan konsep Tri Hita Karana yang pada hakekatnya
terdiri dari Parhyangan, Palemahan, dan Pawongan (Sutawan, 2004). Konsep
Parhyangan dalam sistem subak ditunjukkan dengan adanya Pura pada wilayah
subak dan pada komplek persawahan petani. Konsep Palemahan, ditunjukkan
dengan adanya kepemilikan sawah untuk setiap subak. Konsep Pawongan
ditunjukkan dengan adanya organisasi petani yang disesuaikan dengan kebutuhan
setempat, adanya anggota subak, pengurus subak, dan pimpinan subak.

2. 2 Fungsi dan Peranan Subak

Seperti yang telah dijelaskan subak bukan hanya sekedar kelembagaan lokal
yang ada di Bali, dimana subak itu sendiri memiliki fungsi dan peran yang sangat
penting dalam keberlangsungan kegiatan pertanian di Bali. Dimana fungsi yang
dilakukan oleh subak dapat dibagi menjadi dua fungsi, yaitu fungsi internal dan
fungsi eksternal.

2. 3 Fungsi Internal Subak

5
Fungsi internal, subak memiliki fungsi yang sangat penting dan mutlak dalam
kehidupan organisasi subaknya sendiri, maupun anggotanya dalam hubungannya
dengan pertanian. Menurut Sutawa dkk. (1986) mengemukakan bahwa ada enam
fungsi utama yang harus dilakuka subak, sebagai berikut.

1. Pendistribusian Air Irigasi

Di dalam usahanya mendapatkan air irigasii dari sumbernya, subak


membangun berbagai fasilitas irigasi untuk menunjang pendistribusian air irigasi
kepada anggotanya, seperti empelan, saluran irigasi bangunanbagi,,dan aungan.
Secara umum ada dua metode yang dikenal oleh subak yaitu metode pengaliran
kontinyu dan metode bergilir. Dalam metode kontinyu, semua anggota
mendapatkan air irigasi secara merata, baik pada musim hujan maupun pada
musim kemarau. Sebaliknya pada metode bergilir, tidak semua anggota subak
meperoleh air irigasi pada suata waktu tertentu. Pada meode kedua ini, wilayah
subak dibagi atas dua atau tiga kelompok dalam pembagian airnya pada waktu
yang berbeda.

2. Operasi dan pemeliharaan sistem irigasi

Subak harus mengoperasikan fasilitas irigasi yang dimiliki untuk


menjamin adanya pembagian air irigasi sesuai dengan aturan yang telah
disepakati. Kegiatan pengoperasian yang paling menonjol adalah pengoperasian
pintu-pintu air irigasi pada bangunan bagi (membuka, menutup dan mengatur).
Disamping itu, subak juga melakukan pemeliharaan secara berkala atas berbagai
fasilitas irigasi yang dimiliki, sehingga dapat berjalan dan berfungsi dengan baik.
Untuk pemeliharaan dan perbaikan jaringan irigasi ini, subak mengerahkan
sumberdaya dari anggotanya, baik berupa tenaga kerja, bahan-bahan, maupun
uang.
Sejak adanya campur tangan pemerintah pada subak, beberapa bagian dari
jaringan irigasi subak telah secara langsung dikelola oleh pemerintah
(DPU). Berdasarkan atas tanggungjawab operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi ini, subak dapat dibedakan atas dua berikut ini.

6
a. Subak yang sepenuhnya dikelola oleh petani, dimana semua urusan
persubakan ditangani oleh petani,termasuk operasi dan
pemeliharaan bendungan, jaringan utama, maupun jaringan irigasi
tersier, dan

b. Subak yang dikelola secara patungan, dimana jaringan utama


dikelola oleh pemerintah, sedangkan jaringan tersier oleh subak.
Dewasa ini sekitar 70% subak ada dalam kategori yang kedua ini
(Sutawan dkk, 1984; Wardani, 1990)

3. Pemeliharaan Sumberdaya

Mobilisasi sumber daya berarti perluasan sumber-sumber daya, dan


peningkatan keterampilan, pengetahuan dan kapasitas dalam pengelolaan sumber
daya yang dimiliki organisasi. Dalam hal melakukan perbaikan dan pemeliharaan
terhadap fasilitas yang dimiliki subak memerlukan sejumlah dana. Umumnya
dana tersebut dihimpun sendiri oleh subak secara internal. Sumber dana bagi
subak sebagai berikut

a. Sarin tahun, yaitu iuran yang dibayar oleh anggota subak setiap habis
panen padi. Besarnya iuan ini bervariasi antar subak yang biasanya
diukur dengan gabah.

b. Paturun, yaitu iuran yang dibayar oleh anggota subak secara


incidental, berdasarkan kebutuhan. Paturun ini dapat dalam bentuk
uang atau material.

c. Kontrak-bebek. Sehabis panen padi, subak biasanya mengontrakkan


sawahnya kepada para penggembala itik selama dua minggu. Pada
beberapa subak, nilai kontrak ini cukup besar.

d. Dedosan atau denda. Pelaku pelanggaran terhadap awig-awig didenda


sesuai dengan besar kecilnya pelanggaran. Besar kecilnya denda
tersebut sudah diatur pula dalam awig-awig subak.

7
e. Bantuan pemerintah. Dalam usaha peningkatan produksi dan
produktivitas pertanian sawah, pemerintah banyak membantu subak
dalam rehabiitasi sarana prasarana. Insentif juga diberikan kepada
subak oleh Dispenda, apabila sibak berhasil membayar pajak (PBB)
tepat waktu.(Windia 2006)

4. Penanganan sengketa atau konflik

Managemen konflik meliputi : Kegiatan menstimulasi konflik,


Pengurangan atau penekanan konflik, Penyelesaian konflik. Konflik adalah
adanya perbedaan yang sulit ditemukan kesamaannya atau didamaikan baik itu
perbedaan kepandaian, ciri fisik, pengetahuan, keyakinan, dan adat istiadat.
Konflik yang terjadi pada subak biasanya bersumber pada masalah air irigasi.
Masalah ini biasanya sering muncul pada subak yang memiliki masalah mengenai
kekurangan air. Selain itu, masalah lain yang timbul yaitu mengenai batas-batas
tanah sawah, seperti pepohonan yang tumbuh di perbatasan sawah milik orang
lain, hewan peliharaan yang merusak tanaman orang lain dan sebagainya.Konflik-
konflik ini biasanya dapat diselesaikan sendiri oleh subak dengan penyelesaian
secara mufakat atau kekeluarga atara pihak yang berkonflik, dengan pekaseh
sebagai penengahnya. Apabila konflik yang tejadi tidak dapat diselesaikan secara
kekeluargaan, maka penyelesaiannya dilakukan berdasarkan awig-awig dan
perarem yang ada.(Windia 2006)

5. Pengadopsian Inovasi

Inovasi pengetahuan dan teknologi di bidang pertanian dapat di adopsi


atau diterapkan dalam subak. Tujuannya ialah untuk mengoptimalkan hasil dari
tanaman petani. Contoh: Penemuan pupuk pembesar, pelebat buah dan sayuran
yang mulai di edarkan di pasaran, kemudian petani yang ada di subak memakai
pupuk tersebut untuk tanamannya. Dengan segala kemampuannya, pupuk organik
ini banyak dilirik oleh sejumlah petani. Jika produksi bertambah, dapat dipastikan
pundi-pundi rupiah pun juga akan bertambah. Hal ini akan berdampak pada
kesejahteraan petani lokal.

8
6. Pelaksanaan Kegiatan Ritual

Berbagai kegiatan ritual yang dilakukan secara kronologis oleh subak


dalam suatu siklus pertanaman padi, merupakan kegiatan khas subak. Kegiatan
ritual itu tidak dijumpai pada semua sistem air irigasi yang ada di dunia. Tidak ada
subak tanpa Pura (tempat suci) dan kegiatan ritual (upacara keagamaan). Kegiatan
ritual dalam subak, sebagai pemperkuat organisasi subak dan pura dianggap
sebagai pengawas atau kontrol sosial secara niskala (alam gaib).

2. 4 Fungsi Eksternal Subak

Secara eksternal, subak mempunyai fungsi dalam peran pembangunan


pertanian dan pedesaan. Suyatna (1982) dan Sutjipta (1987) membuktikan bahwa
subak sangat megang peranan dalam pelaksanaan berbagai pembangunan
pertanian lahan basah, menunjang pembangunan KUD, dan selain itu peran subak
sangat nyata dalam pencapaian swasembada pangan. Faktor ekternal ini lebih
melihat pada kondisi-kondisi tertentu yang berasal dari luar diri petani yang
mendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian. Faktor-faktor ekternal yang
mempengaruhi tersebut seperti:

1. Kepadatan penduduk yang terus meningkat di Desa Tampaksiring


manjadikan lahan pekarangan rumah yang dihuni oleh keluarga besar
menjadi penuh sesak. Sehingga tidak ada pilihan lain selain menggunakan
tanah warisan leluhur yang dalam hal ini didominasi lahan sawah untuk
dijadikan sebagai tempat untuk membangun rumah. Tapi bagi keluarga
besar yang memiliki modal tetapi tidak memiliki lahan sawah akan
memilih untuk membeli lahan yang strategis untuk dijadikan sebagai lahan
untuk membangun rumah.

2. Harga tanah yang semakin tinggi terutama lahan yang letaknya strategis
sangatlah menggiurkan bagi petani yang memiliki lahan strategis. Karena
jika dibandingkan dengan penghasilan ia mengolah lahan tersebut
sangatlah jauh, maka penawaran tersebut memiliki kecenderungan untuk
diterima oleh petani

9
3. Ketiadaan tempat untuk mengembangkan suatu usaha menjadi
permasalahan tersendiri bagi masyarakat Desa Tampaksiring. Hal ini pula
mendorong mereka untuk memanfaatkan lahan sawah yang ada untuk
dijadikan tempat untuk mengembangkan usahanya.

4. Tingginya biaya produksi pertanian seperti biaya untuk menyewa traktor,


harga bibit dan pupuk yang dirasa kurang seimbang dengan hasil panen
juga menjadi pertimbangan tersendiri bagi petani untuk mengalih
fungsikan lahan pertaniannya ke dalam bentuk lain yang dirasa akan
memberikan nilai ekonomis yang lebih.

5. Minat masyarakat terutama generasi muda untuk terjun dibidang pertanian


sangat rendah. Banyak masyarakat yang memilih bekerja disektor lain
yang dipandang lebih menjanjikan penghasilannya, seperti di sektor
pariwisata, dagang, dan di bidang kerajinan tangan yang kini berkembang
pesat di Desa Tampaksiring

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Subak yaitu suatu kompleks persawahan dengan luas dan batas-batas


tertentu, para petani padi sawah yang terhimpun dalam suatu wadah organisasi
yang bergerak di bidang pengelolaan air irigasi, dan sistem fisik atau jaringan
irigasi itu sendiri serta fasilitas lainnya. Menurut Sutha (1978) dalam Windia
(2006), Persubakan sebagai suatu organisasi kemasyarakatan yang disebut
dengan Seka Subak adalah suatu kesatuan sosial yang teratur di mana para
anggotanya merasa terikat satu sama lain karena adanya kepentingan bersama
dalam hubungannya dengan pengairan untuk persawahan, mempunyai pimpinan
(pengurus) yang dapat bertindak ke dalam maupun keluar serta mempunyai harta
baik material maupun immaterial. Sedangkan menurut Sutawan (1985) dalam
Windia (2006), Subak sebagai sistem irigasi, selain merupakan sistem fisik juga
merupakan sistem sosial.

11
Fungsi internal, subak memiliki fungsi yang sangat penting dan mutlak
dalam kehidupan organisasi subaknya sendiri, maupun anggotanya dalam
hubungannya dengan pertanian.

Secara eksternal, subak mempunyai fungsi dalam peran pembangunan


pertanian dan pedesaan. Suyatna (1982) dan Sutjipta (1987) membuktikan bahwa
subak sangat megang peranan dalam pelaksanaan berbagai pembangunan
pertanian lahan basah, menunjang pembangunan KUD, dan selain itu peran subak
sangat nyata dalam pencapaian swasembada pangan.

DAFTAR PUSTAKA

https://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/78783/potongan/S3-2015-325055-
chapter5.pdf

12
13

Anda mungkin juga menyukai