Disusun oleh:
KELOMPOK 4
1. Risya Hadiansyah (1610611136)
2. Belly Astatantica Stanio (1610611152)
3. Silmi Hanifah (1610611155)
4. Rarenzan Widita (1610611158)
5. Nada Siti Salsabila (1610611159)
Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam tercurah pada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya hingga
akhir zaman. Alhamdulillah, berkat kemudahan serta petunjuk dari-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Hukum Dagang yang berjudul “Makalah tentang Upaya
dan Strategi Penyelesaian Sengketa Pembangunan Pabrik Semen Rembang Pasca Putusan PK
Melalui Pengefektifan Komunikasi dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibility) dalam Perspektif Sosiologi Hukum dapat selesai seperti waktu yang telah
ditentukan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang dapat bermanfaat
bagi penulis maupun pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini mungkin masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Seperti peribahasa
“Tak ada gading yang tak retak.” Maka penulis mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan di
masa yang akan datang dan dapat membangun kami.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 6
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................................. 6
iii
4.2 Saran ............................................................................................................................... 30
iv
BAB I
PENDAHULUAN
4
Petani dari kawasan pegunungan Kendeng, kabupaten Rembang Jawa Tengah, kembali
menggelar aksi mencor kaki dengan semendi depan Istana Negara dimana terdapat lima
petani yang melakukan cor kedua kaki, yaitu dua laki-laki dan tiga perempuan. Pada hari,
Kamis 16 Maret 2017 Patmi dan puluhan peserta lain mulai mengecor kaki. Patmiwarga
Pegunungan Kendeng, yang ikut dalam aksi melakukan cor kaki didugameninggal dunia
karena serangan jantung. Munculnya gerakan perempuan Kendeng, dikupasdari pemikiran
ekofeminisme tak lepas dari kegelisahan perempuan terhadap praktik-praktik perusakan
ekologis yang berujung pada ketidakadilan gender. Ekofeminismemerupakan aliran
feminis gelombang ketiga yang menjelaskan keterkaitan alam danperempuan, dengan titik
fokus pada kerusakan alam dan penindasan perempuan.Istilah ini pertama kali
diperkenalkan oleh penulis Prancis Françoise d’Eaubonne dalam bukunya, Le Féminisme
ou la Mort (1974). Ekofeminisme membahasdi satu pihak, eksploitasi dan dominasi
perempuan terhadap lingkungan; dan dipihak lain, berpendapat bahwa sesungguhnya ada
hubungan historis antaraperempuan dan alam. Para Ekofeminis percaya bahwa hubungan
ini digambarkan melalui nilai timbal balik ‘perempuan’ secara tradisional, pemeliharaan
dankerjasama, yang terjadi baik di kalangan perempuan maupun di alam. Perempuan dan
alam juga bersatu dalam sejarah mereka, yang sama-sama pernah mengalamipenindasan
oleh masyarakat patriarki. Adapun tujuan dan gerakan ini adalah untuk mendekonstruksi
keterpurukan ekologis yang dilakukan dan didominasi olehkaum laki-laki.
Dalam pandangan ini, alam dianggap sebagai representasi dan simbol perempuan yang
selama ini tunduk dalam dominasilaki-laki. Dalam Kasus Kendeng dominasi diwakili oleh
kuasa negara yang tidakhadir untuk memberi persetujuan pelestarian alam, alih-alih terlihat
pro pada agen eksploitatif. Akibatnya perempuan lalu teralienasi, kehilangan ruang hidup,
terpisah dari alam, yang disimbolkan dalam pemasungan kaki di depanIstana Merdeka.
Keputusan Presiden Joko Widodo saat melakukanaudiensi dengan warga Kendeng ,bahwa
akan dilakukan KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis) di pegunugan Kendeng yang
melibatkan 5 kabupaten dengan 5butir keputusan juga tidak ditaati oleh pemerintah daerah.
Dalam butirkeputusan tersebut, sudah jelas disebutkan bahwa selama proses KLHS
berlangsung 1 tahun, semua keggiatan pertambangan harus dihentikan, tidak boleh ada izin
baru yang keluar dan semua proses harus terbuka. Walaupun Surat Keputusan KLHStelah
keluar, justru gubernur melakukan tindakan yang kontraproduktif denganmengeluarkan
izin lingkungan baru. Gubernur berarti telah melawan putusan pemimpin tertinggi, kepala
Negara dan kepala pemerintahan di negeri ini yaitupresiden RI, 2 Agustus 2016. Berkaitan
dengan pokok permasalahan tersebut maka kami mengangkat sebuah topik makalah dengan
5
judul "Upaya dan Strategi Penyelesaian Sengketa Pembangunan Pabrik Semen Rembang
Pasca Putusan PK Melalui Pengefektifan Komunikasi dan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (Corporate Social Responsibility) dalam Perspektif Sosiologi Hukum".
6
BAB II
LANDASAN TEORI
Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yangterdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya
rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup
dan lingkungannya. Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau
sistem dengan lingkungannya. Definisi ekologi seperti di atas, pertama kali disampaikan
oleh Ernest Haeckel (zoologiwan Jerman, 1834-1914).
Ekologi adalah cabang ilmu biologi yangbanyak memanfaatkan informasi dari berbagai
ilmu pengetahuan lain, seperti: kimia, fisika, geologi, dan klimatologi untuk
pembahasannya. Penerapan ekologi di bidang pertanian dan perkebunan di antaranya
adalah penggunaan kontrol biologi untuk pengendalian populasi hama guna meningkatkan
produktivitas.
Ekologi berkepentingan dalam menyelidiki interaksi organisme dengan lingkungannya.
Pengamatan ini bertujuan untuk menemukan prinsip-prinsip yang terkandung dalam
hubungan timbal balik tersebut.
7
Dalam studi ekologi digunakan metoda pendekatan secara rnenyeluruh pada
komponenkornponen yang berkaitan dalam suatu sistem. Ruang lingkup ekologi berkisar
pada tingkat populasi, komunitas, dan ekosistem.
8
2.4 Definisi dan Perspektif Sosiologi Lingkungan
9
Mengapa dibutuhkan sosiologi lingkungan juga diungkap dalam Introduction buku
Environmental Sociology, from Analysis to Action (2009: 2-3) oleh McCarthy and Leslie
King bahwa analisis sosiologis diperlukan dalam mengkaji lingkungan karena pemecahan
problem yang berbeda dengan ilmu-ilmu alam;
Sociologists, by focusing their research on questions of inequality, culture, power
and politics, the relationship between government and economy, and other societal
issues, bring a perspective to environmental problem-solving that is quite different
from that of most natural and physical scientists.
Berdasarkan hal tersebut di atas, sosiologi menurut Hannigan (1995:15), dapat
memberi kontribusi positif pada kajian lingkungan karena masalah lingkungan perlu
pemecahan dari perspektif sosial-masyarakat, dan hal tersebut tidak semata urusan ilmu-
ilmu alam atau eksak;
………..sociologists can make a positive contribution to the environmental debate
by both incorporating and engaging. The former suggests that pockets or niches of
environmental research can enrich mainstream sociological theory even if they do
not as yet have the capacity to transform the discipline as a whole. The latter
recognises that there is much to gain in applying the sociological imagination to the
extra-disciplinary study of contemporary environmental issues; for example,
through political economy models or via the sociology of science and knowledge.
Alas, sociologists far too often end up as ‘underlabourers’ in this endeavour, being
viewed as supporting actors in a cast dominated by natural scientists and
environmental policymakers.
Melalui kajian sosiologis, problema lingkungan akan dikaji dari aspek perilaku,
tindakan maupun budaya masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungan. Sebagai
contoh, tindakan sesorang yang menginginkan efisiensi.
Bahwa kajian lingkungan adalah interdisipliner, Dickens (1996: 29-34) berpendapat
tentang pentingnya pembagian kerja para intelektual untuk mengatasi problema kerusakan
lingkungan tersebut. Tiga ranah ilmu pengetahuan – biologis, fisik dan sosial – memiliki
keterkaitan dan problema lingkungan harus menjadi kajian di tiga ranah ilmu pengetahuan
ini;
A key result is our failure to understand how social processes as understood by the
social sciences combine with ecological and natural systems as understood by the
natural and physical sciences. We are back to the question of’one science’ briefly
mentioned by Marx a century and a half ago and later attempted by Engels. The
10
situation now, however, has marched well beyond the ‘two sciences’ (one for ‘man’,
the other for ‘nature’) as originally outlined by Marx. We now have three main forms
of knowledge. Even this, of course, underestimates the extent of the debates within
these areas of scientific work. It surely goes without saying that an adequate
appreciation of humans’ relation with nature entails not only an understanding of the
mechanisms within the physical, natural and social worlds but, just as importantly,
of how these interact with one another. How can these interactions be envisaged?
…….. This entail recognising that there are real causal mechanisms and powers
within the physical, biological and social worlds. It also entails recognising a
stratified way in which these mechanisms and powers are organised and relate to one
another.
13
b) Kewajiban untuk tidak menghambat kebebasan organisme lain untuk berkembang
sesuai dengan hakikatnya.
c) Kesediaan untuk tidak menjebak, memperdaya, atau menjerat binatang liar.
2) Etika bumi
Bumi dilihat tidak sebagai hak milik (property), sebagai mana halnya manusia
dengan budak-budaknya pada zaman primitif. Akan tetapi, seperti komunitas manusia,
bumi dengan segala isisnya adalah subjek moral. Oleh karena itu, ia bukan objek dan
alat yang bisa digunakan sesuka hati sebab bumi memiliki banyak keterbatasan sama
dengan manusia. Dengan demikian, bumi harus dihargai bernilai pada dirinya sendiri.
Etika ini diperluas ke luar batas kumunitas agar mencakup pula tanah, air, tumbuh-
tumbuhan, binatang atau secara kolektif di bumi.
3) Anti Spesiesisme
Peter Singer dan James Rachels mengkritik antroposentrisme, sebagai paham yang
bersifat rasisme dan spesiesisme. Rasisme menganggap dan menjustifikasi ras tertentu
sebagai ras yang lebih unggul dibandingkan ras lain. Sementara itu, spesiesisme, yang
ditolak oleh biosentrisme di sini sebab ia menganggap bahwa spesies manusia lebih
unggul dibandingkan spesies lain (binatang dan tumbuh-tumbuhan).
Karena ide ini belum diketahui dengan baik, sosialisasi biosentrisme harus
dilakukan sebagai upaya menciptakan para pejuang lingkungan. Hingga mereka
meyakini paham biosentrisme dan merasakan penghormatan moral atas alam
sesungguhnya adalah tindakan yang paling beradab dan bermoral yang dilakukan oleh
manusia atas makhluk hidup lain.
b. Paham Ekosentrisme (The Deep Ecology) : Memperjuangkan Keseimbangan
Dibanding biosentrisme, ekosentrisme memiliki pandangan lebih luas. Menurut
penganut paham ini sama dengan biosentrisme perjuangan penyelamatan dan kepedulian
terhadap lingkungan alam tidak hanya mengutamakan penghormatan atas spesies (makhluk
hidup saja), tetapi yang tidak kalah penting pula adalah perhatian setara atas seluruh
kehidupan.
Sebagai paham yang peduli terhadap lingkungan, ke munculan ekosentrisme tidak lepas
dari dua latar belakang. Kemunculannya merupakan tanggapan atas pandangan-pandangan
filsafat antroposentrisme yang terbukti tidak ramah atau tidak bijak mengatur hubungan
manusia dengan alam. Fenomena krisis ekologi tidak lepas dari semakin kuatnya
antroposentrisme dalam mengarahkan hubungan manusia dengan lingkungan yang dalam
kenyataannya memproduksi kerusakan-kerusakan.
14
Gerakan penyalamatan lingkungan, yang menjadikan ekosentrisme, sebagai landasan
gerakan, merupakan cara hidup orang-orang primitif seluruh dunia dan taoisme (alam
romantis yang berorientasi budaya tanding abad ke-19, dengan akar-akarnya dalam
Spinoza dan Zen Buddhisme dari Alan Watts dan Gary Snyder) sebagai “ruh”nya. Ia
emrupakan salah satu gerakan dari the deep ecology. Oleh karena itu, membicarakan the
deep ecology sama dengan mengkaji fisafat ekosentrisme.
Perpanjangan atau pengembangan biosentrisme ini tidak hanya berhenti pada dunia
tumbuh-tumbuhan atau binatang, melainkan diperluas dengan memberi cakupan komunitas
ekologis secara keseluruhan. Berkaitan dengan ini, banyak kalangan menyatakan bahwa
ekosentrisme adalah paham lingkungan yang holistik. Makhluk hidup dengan benda-benda
abiotis memiliki hubungan saling berkaitan. Tanggung jawab moral berlaku bagi semua
reakita ekologis. Deep ecology, sebagai bagian ekosentrisme adalah etika yang berpusat
pada makhluk hidup secara keseluruhan dalam kaitan memberikan penghormatan terhadap
semua spesies.
Ekosentrisme memandang hubungan antara alam dan kehidupan sosial dengan pokok-
pokok gagasan sebagai berikut:
1) Manusia dan kepentingannya bukan lagiukuran bagi sesuatu yang lain. Ia tidak hanya
melihat spesies manusia saja, tetapi juga memandang spesies lain. Pernyataan ini
sekaligus menunjukkan bahwa ekosentrisme tidak setuju dengan nilai-nilai dominatif
yang dibawa oleh antroposentrisme.
2) Pandangan tentang lingkungan harus bersifat praktis. Artinya, etika ini menuntut suatu
pemahaman baru tentang relasi yang etis dalam alam semesta(terutama antara manusia
dengan makhluk lain) disertai prinsip-prinsip yang diterjemahkan dalam gerakan
lingkungan.
The deep ecology bertindak dalam dua ranah, yakni ranah praktis dan ranah filosofis.
Bill Devall meletakkan komitmen deep ecology dalam tindakan praktis. Ia mempraktikkan
hidup dalam tempat tinggal dengan entropi dan gaya hidup mengomsumsi yang sangat
sedikit. Dalam ranah filosofis, the deep ecology bisa juga debut sebagai ecosophy (eikos =
rumah tangga, sophy = kearifan). Ecosophy adalah kearifan yang mengatur kehidupan
selaras dengan alam sebagai sebuah rumah tangga dala arti luas. Ia meliputibentuk
pergeseran dari bentuk ilmu kepada bentuk kearifan. The deep ecology adalah
penggabungan anatara pendekatan ekologi sebagai ilmu dengan filsafat sebagai studi
pencarian kearifan. Gabungan dari dua pendekatan ini bisa dijelaskan sebagai berikut.
15
1) Realisasi diri manusia berlangsung dalam komunitas ekologi. Ini berarti bahwa
manusia bisa berkembang menjadi penuh dan utuh justru dalam relasi dengan
semua kenyataan kehidupan dan alam. Manusia tidak hanya memiliki hubungan-
hubungan dengan manusia saja.
2) Realisasi manusia seharusnya memperhatikan dirnya sebagai ecological self.
Dalam artian bahwa manusia harus menyadari, ia akan berhasil menjadi manusia
yang sempurna (insan kamil) hanya dalam kesatuan asasi dengan alam atau melalui
intraksi positif manusia dengannya secara keseluruhan dan dengan bagian lain dari
alam.
c. Paham Ekofeminisme : Melawan Androsentrism
Kemunculan paham dan gerakan lingkungan yang berideologi ekofeminisme
merupakantahapan bagian yang tidak lepas dari perkembangan ideologi feminisme. Istilah
ekofeminismemuncul pertama kali tahun 1974 dalam buku tulisan Franciose
d’eaubonneyang berjudul le feminisme ou la mort.dalam karya ini dungkapkan pandangan
tentang hubungan lansung antara eksploitasi alam dengan penindasan pada perempuan.
Pembebasan salahsatunya tidak bisa dilakukan tanpa membebaskan penindasan yang lain.
Kedua-duanya tidak bisa dipisahkan sebab persoalan lingkungan dan perempuan sangat
ditentukan keterpusatan yang terletak pada laki-laki (androsentrisme). Adapun definisi
ekofeminisme seperti dinyatakan Ariel Salleh ialah sebagai berikut.
“Eco-feminism adalah pengembangan kini dalam pemikiran feminisme yang
menyatakan bahwa krisis lingkungan global akhir-akhir ini adalah diramalkan hasil dari
kebudayaan patriarkhal”(Salleh, 1988).
Ekofeminisme (ada yang menggunakan bahasa inggris, sebagai ecological feminism)
bukan gerakan atau filsafat feminisme umum, tetapi feminisme yang membatasi diri khusus
fokusvkepadabisu-isu lingkungan. Baik dengan memanfaatkan model gerakan akar rumput
(grass root movement), wacana (discourse) maupun perombakan/penguatan ide-ide
filosofis. Bahkan, sama seperti biosentrisme maupun ekosentrisme, ekofeminisme juga
memiliki rumusan jelas tentang risalah etikalingkungan.
Ekofeminisme memberikan penghormatan atas bentuk-bentuk kehidupan non-manusia.
Artinya, tidak hanya kehidupan manusia saja yang harus dihormati, tetapi juga
menghormati kehidupan binatang, tumbuh-tumbuhan dan habitat-habitat di sekitar.
Ekofeminisme juga menegaskan bahwa akar kerusakan lingkungan tidak bisa dilepaskan
dari berkembangnya paham antroposentrisme, sebagai kepanjangan tangan sistem kapitalis
16
yang dihasilkan oleh budaya patriarki, di mana tidak sedikit menghasilkan paham bias laki-
laki.
Ekosentrime adalah bentuk penggabungan antara ekologi dengan filsafat,
ekofeminisme merupakan produk penggabungan antara feminisme dengan ekologi. Kedua
pandangan ini memungkinkan untuk disatukan sebab memiliki visi sama dalam melihat
masyarakat dan lingkungan yang sama-sama sedang mengalami krisis. Baik feminisme
maupun ekologi memiliki satu visi, yakni hendak membangun pandangan dunia dan
praktiknya yang tidak berdasarkan pada model dominasi. Jika ekologi memperlakukan baik
makhluk hidup maupun makhluk yang tidak hidup sama dan sederajat, sama halnya dengan
itu, feminisme pun memperjuangkan relasi sosial atau hubungan kesetaraan antara laki-laki
dengan perempuan. Gerakan ekofeminisme membangun sebuah teori dan praktik yang
memberi perhatian kepada manusia dan alam lingkungan dan tidak bias laki-laki. Keadilan
ekonomi dan keadilan sosial, kesetaraan gender dan lingkungan hidup, semuanya saling
terhubung (intan Darmawati dalam Jurnal Perempuan, No. 21, 2000).
18
2.8 Hubungan Antara Manusia Dengan Lingkungan
Kenyataan yang tak terbantahkan yang dapat kita saksikan saat ini adalah bahwa umat
manusia hidup di muka bumi ini terkotak-kotak dalam batas-batas negara, satu negara bisa
jadi terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan golongan. Bersamaan dengan itu kita juga
menyaksikan terjadinya perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara yang lain baik
yang sifatnya sementara maupun permanen.
Hubungan antara manusia dengan lingkungan antara lain:
a. Bentuk Adaptasi Manusia dengan Lingkungan
Lingkungan fisik, biologis, maupun sosial senantiasa mengalami perubahan-perubahan.
Agar dapat memper-tahankan hidup, manusia melakukan penyesuaian atau adaptasi
yang dibedakan sebagai manusia:
1) Adaptasi genetis, yakni penyesuaian yang dilakukan dengan membantu struktur
tubuh yang spesifik, bersifat turum temurun dan permanen.
2) Adaptasi somatis, yakni penyesuaian secara fungsional yang sifatnya sementasa.
Jika dibandingkan makhluk lain mempunyai kemampuan beradaptasi yang lebih
besar.
b. Bentuk-Bentuk Hubungan Manusia dengan Lingkungan
Dalam hubungan dengan organisme hidup lainnya dalam lingkungan hidup, hubungan
tersebut mungkin terjadi secara sadar atau bahkan tidak disadari. Namun demikian
dibedakan sebagai berikut:
1) Hubungan simbiosis, yakni hubungan timbal balik antara organisme-organisme
hidup yang berbeda spesisnya:
a) Simbiosis parasitisme, 1 pihak untung dan 1 pihak rugi.
b) Simbiosis komensalisme, 1 pihak untung dan 1 pihak tidak dirugikan.
c) Simbiosis mutualisme, kedua belah pihak diuntungkan.
2) Hubungan sosial yang merupakan hubungan timbal balik antara organisme-
organisme hidup yang sama spesisnya. Bentuk-bentuknya antara lain:
a) Kompetisi/persaingan.
b) Kooperatif/kerjasama.
20
c. Pengelompokan menurut sifat sumber menghasilkan pencemaran dalam bentuk
primer dan sekunder. Namun apapun klasifikasi dari pencemaran lingkungan, pada
dasarnya terletak pada esensi kegiatan manusia yangmengakibatkan terjadinya
kerusakan yang merugikan masyarakat'anyak dan lingkungan hidupnya.
Isue-isue Seputar Masalah Lingkungan
a. Global Warming
b. Ilegal Loging
c. Ilegal Fishing
d. Kekeringan
e. Banjir
f. Tsunami
g. Gempa Bumi (Gempa Bumi Vulkanik dan Gempa Bumi Tektonik)
h. Pencemaran (Air, Udara, Tanah, Suara)
21
dapat dicapai dengan upaya untuk tercapainya persyaratan yang diminta oleh
pemerintah dengan cara:
1) Menetapkan dampak pada lingkungan seperti juga di dalam menetapkan dampak
pada faktor ekonomi dan faktor tekniknya.
2) Menentukan biaya dan kegunaan untuk jangka waktu pendek dan jangka panjang.
3) Menentukan alternatif-alternatif dari aktivitas proyek dan dampak pada lingkungan.
Pada dasarnya manfaat AMDAL adalah mengidentifikasikan, memprakirakan, dan
mengevaluasi dampak yang mungkin terjadi terhadap lingkungan hidup yang disebabkan
oleh kegiatan yang direncanakan. Serta meningkatkan dampak positif dan menangani
sampai sekecil-kecilnya dampak negatif yang terjadi dengan melaksanakan RKL-RPL
secara konsekuen, agar pembangunan berkelanjutan dapat tercapai.
22
BAB III
Upaya dan Strategi Penyelesaian Sengketa Pembangunan Pabrik Semen Rembang
Pasca Putusan PK Melalui Pengefektifan Komunikasi dan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (Corporate Social Responsibility) dalam Perspektif Sosiologi Hukum
24
3.2 Kronologi Kasus
Gejolak dan gerakan penolakan warga atas pembangunan atau pendirian pabrik semen
di Rembang telah menjadi konflik yang berkepanjangan antara PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk dan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah melawan warga atau kelompok
masyarakat yang menolak pembangunan yang akhirnya harus berujung ke Pengadilan,
dengan kronologi sebagai berikut :
1. PT Semen Indonesia di Rembang, mendapat Izin lingkungan yang diterbitkan pada
tanggal 7 Juni 2012. Kemudian memberitahukan soal izin itu kepada Bupati Rembang
perihal tersebut. Selanjutnya diumumkan dalam multimedia dan situs web Kantor
Badan Lingkungan Hidup Jawa Tengah per 11 Juni 2012.
2. PT Semen Indonesia pada tanggal 16 Juni 2014 meletakkan batu pertama tanda
dimulanya pembangunan pabrik semen di Rembang.
3. Kelompok Masyarakat (Para petani dan WALHI) menolak keras pembangunan pabrik
semen di wilayah Rembang karena memiliki efek yang merugikan. Warga menolak
masuknya investasi ke wilayah itu karena dikhawatirkan akan merusak lingkungan
4. Kelompok Masyarakat (Para petani dan WALHI) selaku PENGGUGAT kemudian
mengajukan gugatan ke PTUN Semarang pada tanggal 1 September 2014.
5. Putusan PTUN Semarang No. 64/G/2014/PTUN.SMG Tanggal 16-04-2015,
PENGGUGAT dinyatakan kalah.
6. Putusan PTTUN Surabaya di tingkat banding No 135/B/2015/PT.TUN.SBY Tanggal
03-11-2015, PENGGUGAT juga dinyatakan kalah
7. Putusan PK No. 99 PK/TUN/2016 Tanggal 5 Oktober 2016. PENGGUGAT dinyatakan
menang, dengan amar putusan :
1) Membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya Nomor:
135/B/2015/PT.TUN.SBY, tanggal 3 November 2015 yang menguatkan Putusan
Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang Nomo : 064/G/2014/PTUN.SMG,
tanggal 16 April 2015;
2) Mengadili kembali:
1. Mengabulkan gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan batal Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/17
Tahun 2012, tanggal 7 Juni 2012, tentang Izin Lingkungan Kegiatan
Penambangan oleh PT Semen Gresik (Persero) Tbk, di Kabupaten Rembang,
Provinsi Jawa Tengah;
25
3. Mewajibkan kepada Tergugat untuk mencabut Surat Keputusan Gubernur Jawa
Tengah Nomor 660.1/17 Tahun 2012, tanggal 7 Juni 2012, tentang Izin
Lingkungan Kegiatan Penambangan oleh PT Semen Gresik (Persero) Tbk, di
Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah;
Hukum mempunyai paradigma, yang oleh Satjipto Raharjo diartikan sebagai perspektif
dasar. Dengan adanya paradigma tersebut membawa kita kepada kebutuhan untuk melihat
26
hukum sebagai institusi yang mengekspresikan paradigma tersebut. Dengan mengetahui
paradigma yang ada di belakang hukum, kita dapat memahami hukum lebih baik daripada
jika kita tidak dapat mengetahunya.
3. Dr. Hj. Anis Mashdurohatun, SH, M.Hum :
Pengertian Hukum tidak dapat diartikan secara pasti dikarenakan senatiasa berkaitan
erat dengan kondisi riil di masyarakat yang dipengaruhi dengan perkembangan masyarakat
suatu bangsa itu sendiri dari waktu ke waktu, namun pada hakekatnya hukum merupakan
seperangkat aturan baik tertulis maupun tidak tertulis berisi perintah dan larangan yang
memberikan sanksi dan reward baik langsung maupun tidak langsung serta bersifat
mengikat dan bertujuan memberikan keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Berdasar
acuan atau pendapat para ahli tersebut, maka yang perlu dilakukan sekarang pasca putusan
Peninjauan Kembali (PK) adalah :
1. Mengefektifkan komunikasi melalui pendekatan Sosiologis Hukum antara pihak
PT. Semen Indonesia, Pemerintah Propinsi (Gubernur Jawa Tengah) serta Warga
dan Kelompok Masyarakat serta KSM yang berinteraksi yang menolak
pembangunan pabrik semen di Rembang, untuk mencari jalan kemaslahatan
bersama mengingat dana atau uang yang telah dikucurkan oleh negara melalui
BUMN (PT.Semen Indonesia) untuk membangun pabrik semen di rembang sudah
cukup banyak agar uang negara yang telah digelontorkan kepada BUMN PT.
Semen Indonesia tidak sia-sia yang harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat
selaku pemilik kedaulatan.
2. Tunduk dan mematuhi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH).[11] Pemerintah pusat
maupun daerah harus secepatnya. melakukan Kajian Lingkungan Hidup.
Strategis (KLHS) di Pegunungan Kendeng Rembang, serta membuat KLHS atas
rencana pembangunan infrastruktur di wilayah Kabupaten Rembang, sebagaimana Pasal
15 dan Pasal 16 UU PPLH yang mengatur soal KLHS. Yang menyatakan, KLHS meliputi
kepasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan, perkiraan
dampak dan risiko lingkungan hidup, kinerja layanan atau jasa ekosistem, efisiensi
pemanfaatan sumber dayaalam, dan tingkat ketahanan serta potensi keanekaragaman
hayati. Dalam melakukan kajian perlu melibatkan Para Ahli, Akademisi untuk masing-
masing bidang. Terjadinya konflik akibat miskomunikasi serta kurangnya sosialisasi,
sehingga upaya-upaya pengefektifan komunikasi untuk mencari jalan kemaslahatan
bersama harus diefektifkan.
27
3.4 Mengefektifan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Sosial Responsibility)
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Sosial Responsibility/CSR) adalah
suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan
perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan
sekitar tempat perusahaan itu berada baik sebelum, sedang dilakukan serta setelah
pembangunan pabrik semen sudah jadi. Bentuk tanggung jawab sosial tersebut bermacam-
macam, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu,
pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk desa/fasilitas
masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya
masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.
Secara umum CSR merupakan peningkatan kualitas kehidupan, adanya kemampuan
manusia sebagai individu anggota masyarakat untuk menanggapi keadaan sosial yang ada
dan dapat dinikmati, memanfaatkan serta memelihara lingkungan hidup, atau dengan kata
lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif
pada komunitas. CSR saat ini sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat umum, sebagai
respon perusahaan terhadap lingkungan masyarakat. CSR berkaitan dengan tanggung
jawab sosial, kesejahteraan sosial dan pengelolaan kualitas hidup masyarakat. Industri dan
korporasi dalam hal ini berperan untuk mendorong perekonomian yang sehat dengan
mempertimbangkan faktor lingkungan hidup.
Ada 4 (empat) hal ketentuan tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan, diatur
dalam Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2007 Pasal 74 tentang Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan, selanjuatnya disebut UU CSR:
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan / atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan.
2. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan
sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan
kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud padaayat
(1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
28
Bila dibaca dengan cermat ketentuan diatas tampak bahwa perusahaan bukan hanya
sekedar berkomitmen dalam melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, akan
tetapi sudah menjadi kewajiban perseroan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Kehadiran perusahaan di tengah-tengah masyarakat terlebih lagi perusahaan
tersebut membuka lahan yang semula belum tersentuh oleh teknologi canggih, suka atau
tidak, akan membawa dampak sosial bagi masyarakat, paling tidak di sekitar wilayah
beroperasinya perusahaan tersebut. Dampak sosial yang dimaksud misalnya penduduk di
sekitar lokasi perusahaan mengalami kesulitan untuk mendapat berbagai kebutuhan sehari-
hari. Sebelum perusahaan tersebut melakukan aktivitasnya dapat dikatakan bahwa
masyarakat tidak terlalu sulit untuk mendapatkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam
melakoni hidup. Melalui CSR, perusahaan tidak semata memprioritaskan tujuannya pada
memperoleh laba sebesar-besarnya. Konsep tanggung jawab perusahaan yang telah dikenal
sejak 1970-an, merupakan kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan
stakeholders, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat,
lingkungan, serta komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan secara
berkelanjutan. CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan
terhadap para stakeholders-nya, terutama komunitas atau masyarakat di sekitar wilayah
kerja dan pengoperasian perusahaan. Prinsip moral dan etis perusahaan dapat terlihat
dengan adanya hubungan yang harmonis antara perusahaan tersebut dengan masyarakat
sekitarnya, yakni menggapai hasil terbaik dengan meminimalisir kerugian bagi kelompok
masyarakat lainnya.
Hal ini guna menciptakan sebuah keseimbangan dan pemerataan kesejahteraan sosial
ekonomi di masyarakat agar kecemburuan sosial tidak lagi berpotensi menjadi sumber
konflik. Sebagai sebuah konsep moral dan etis yang berciri umum, CSR pada tatanan
praktisnya harus dialirkan ke dalam program-program konkrit. Salah satu bentuk
aktualisasi CSR adalah Community Development. Corporate Sosial Responsibility
dipandang sebagai suatu keharusan untuk membangun citra yang baik dan terpercaya bagi
perusahaan. Praktik CSR yangberkelanjutan sebagai investasi sosial (Sosial Investment)
yang berbuah pada lancarnya operasional perusahaan.
29
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Upaya dan strategi penyelesaian sengketa pembangunan pabrik semen Rembang pasca
Putusan PK dalam perspektif sosiologi hukum dapat dilakukan dengan
mengefektifkan komunikasi melalui pendekatan Sosiologis Hukum antara pihak PT.
Semen Indonesia, Pemerintah Propinsi (Gubernur Jawa Tengah) serta Warga dan
Kelompok Masyarakat serta KSM yang berinteraksi yang menolak pembangunan
pabrik semen di Rembang, untuk mencari jalan kemaslahatan bersama mengingat dana
atau uang yang telah dikucurkan oleh negara melalui BUMN (PT.Semen Indonesia)
untuk membangun pabrik semen di rembang sudah cukup banyak agar uang negara
yang telah digelontorkan kepada BUMN PT. Semen Indonesia tidak sia-sia yang harus
dipertanggungjawabkan kepada rakyat selaku pemilik kedaulatan. Tunduk dan
mematuhi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH).
2. Pengefektifan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Sosial Responsibility)
apabila dikaitkan dengan kasus semen Rembang yaitu suatu tindakan atau konsep yang
dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk
tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar tempat perusahaan itu
berada baik sebelum, sedang dilakukan serta setelah pembangunan pabrik semen
sudah jadi. Bentuk tanggung jawab sosial tersebut bermacam-macam, mulai dari
melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana
untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang
bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang
berada di sekitar perusahaan tersebut berada.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang ada, terdapat beberapa saran bahwasanya perusahaan
bukan sekedar berkomitmen dalam melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan,
30
akan tetapi sudah menjadi kewajiban perseroan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial
dan lingkungan. Kehadiran perusahaan di tengah-tengah masyarakat terlebih lagi
perusahaan tersebut membuka lahan yang semula belum tersentuh oleh teknologi canggih,
suka atau tidak, akan membawa dampak sosial bagi masyarakat, paling tidak di sekitar
wilayah beroperasinya perusahaan tersebut. Dengan adanya dampak social tersebut maka
akan membuat kehidupan masyarakat pun ikut berubah sehingga diperlukan sinergitas
hubungan yang baik antara masyarakat, pemerintah dan juga perusahaan terkait.
31
DAFTAR PUSTAKA
32