DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
KELAS A (SEMESTER III)
5. Dila Mestika Sembiring (2006511027) 15. Ni Made Leonita Kartika Sari (2006511038)
6. Natalia I Gusti Ayu Ary Dwipayanthi (2006511028) 16. Beatrix Yolanda Napitupulu (2006511039)
9. Gede Krishna Ananda Putra (2006511031) 19. Ningsih Elisabeth Silaban (2006511042)
10. Ni Nyoman Sri Wahyuni (2006511032)
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atasrahmat- Nya,
akhirnya paper ini dapat terselesaikan dengan baik. Paper ini berisikan mengenai “Subak
Sebagai Suatu Sistem dan Pandangan Sosiologis terhadap Subak”. Yang mana kami susun
berdasarkan dari berbagai sumber yang kami dapatkan.
Kami menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga paper ini dapat
memberikan manfaat bagi para permbaca, dan kami ucapkan terima kasih.
Penulis,
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
2.1 Subak............................................................................................................ 3
3.6 Tata Pengaturan Penetapan Iuran dan Pembagian Air dalam Subak ..... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sistem sosial?
2. Apa saja aspek sistem sosial?
3. Apa saja fungsi dan kewajiban subak?
4. Bagaimana Struktur Organisasi, Panitia Pengawas dan Keanggotaan Subak?
5. Apa saja Hak dan Kewajiban Anggota Subak?
6. Bagaimana Tata Pengaturan Penetapan Iuran dan Pembagian Air dalam Subak?
7. Apa saja Awig-Awig dalam organisasi Subak?
1.3 Tujuan
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Subak
Sistem sosial (Social system) berwujud aktivitas, tingkah laku berpola, perilaku,
upacara-upacara serta ritus-ritus yang wujudnya lebih kongkrit. Sistem sosial adalah bentuk
kebudayaan dalam wujud yang lebih kongkrit dan dapat diamati.
Subak sebagai sistem sosial, karena kegiatan anggota subak berwujud aktivitas ataupun
tingkah laku yang berpola dalam bentuk perilaku, upacara-upacara serta ritus-ritus yang
wujudnya lebih kongkret. Sistem irigasi Subak Bali, Indonesia, metode pengairan sawah
tradisional di Bali yangterkenal dan ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya
dunia.
Subak adalah sebuah organisasi yang dimiliki oleh masyarakat petani di Bali yangkhusus
mengatur tentang manajemen atau sistem pengairan/irigasi sawah secara tradisional,
keberadaan Subak merupakan manifestasi dari filosofi/konsep Tri Hita Karana.
Tri Hita Karana berasal dari kata "Tri" yang artinya tiga, "Hita" yang berarti
kebahagiaan/kesejahteraan dan "Karana" yang artinya penyebab. Maka dapat disimpulkan
bahwa Tri Hita Karana berarti “Tiga penyebab terciptanya kebahagiaan dan kesejahteraan”.
Penerapannya didalam sistem subak yaitu:
1. Parahyangan yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan.
2. Pawongan yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesamanya.
3. Palemahan yakni hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam dan
lingkungannya.
Subak bagi masyarakat Bali tidak hanya sekedar sistem irigasi, tetapi juga merupakan
konsep kehidupan bagi rakyat Bali itu sendiri. Dalam pandangan rakyat Bali, Subak adalah
gambaran langsung dari filosofi Tri Hita Karana tersebut.
Sebagai suatu metode penataan hidup bersama, Subak mampu bertahan selama lebih
dari satu abad karena masyarakatnya taat kepada tradisi leluhur. Pembagian air dilakukan
secara adil dan merata, segala masalah dibicarakan dan dipecahkan bersama, bahkan
penetapan waktu menanam dan penentuan jenis padiyang ditanam pun dilakukan bersama.
Sanksi terhadap berbagai bentuk pelanggaran akan ditentukan sendiri oleh warga melalui
upacara atau ritual yang dilaksanakan di pura. Harmonisasi kehidupan seperti inilah yang
menjadi kunci utama lestarinya budaya Subak di pulau dewata
3
BAB III
PEMBAHASAN
4
1. Tujuan
Subak sebagai suatu organisasi yang sekaligus memiliki nilai-nilai. Karena
subak adalah tidak sekedar organisasi, tetapi suatu organisasi yang juga memiliki
nilai, maka subak dapar juga disebut sebagai suatu lembaga. Nilai yang dimiliki
subak di Bali adalah apa yang disebut Tri Hita Karana (THK). THK adalah sebuah
filsafat yang mengajarkan tentang harmoni.
Setiap organisasi pasti harus memiliki tujuan. Dalam hal ini tujuan subak adalah
sesuai dengan nilai THK yang dianut oleh subak. Pada dasarnya tugas dan tujuan
yang harusnya dicapai adalah sebagai berikut :
a) Merencanakan tujuan, dan sasaran kegiatan yang merupakan wujud dari
pelaksanaan yangtaat asas menurut aturan yang diberlakukan.
b) Menjelaskan tujuan dan sasaran kepada anggota subak.
c) Menyusun kesepakatan tindakan pemecahan masalah, dan pembagian
tanggung jawabpada semua anggota subak.
d) Memberdayakan anggota untuk dapat berperan-serta sesuai dengan
tujuan, hak, dankewajiban yang dimiliki.
e) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan, agar tujuan
dan sasaran kegiatan yang telah disepakati dapat tercapai dengan baik.
Tujuan-tujuan subak dapat dicapai dengan sebuah kesepakatan bersama
(konsensus), yang diadakan dalam sebuah rapat subak. Rapat subak biasanya
diadakan menjelang waktu tanam pada suatu musim tertentu. Tujuan rapat subak
adalah untuk : menentukan waktu tanam, jenis tanaman yang ditanam, menentukan
waktu gotong royong perbaikan sarana irigasi, pelaksanaan upacara, jenis dan
jumlah pupuk yang diperlukan, masalah denda dan berbagai hal lain yang muncul
dalam rapat subak.
2. Kepercayaan
Dalam teori modal sosial, ada tiga komponen yang harus dipahami, yakni
kepercayaan, jaringan kerja dan norma. Dari ketiga komponen itu, maka komponen
kepercayaan adalah hal yang paling penting. Komponen kepercayaan dalam modal
sosial, khususnya dalam sistem subak, umumnya berkaitan dengan :
i. kepercayaan antar petani,
ii. kepercayaan petani kepada pengurus subak
iii. kepercayaan petani kepada Penyuluh Pertanian Lapangan Satuan
Kerja Perangkat Daerah dan LSM (Windia dkk, 2015).
5
Kepercayaan adalah anggapan yang diterima sebagai hal yang benar atau tidak
benar (salah). Setiap sosial memiliki kepercayaan terhadap nilai-nilai tertentu yang
mempengaruhi cara berfikir dan kegiatan system social dan anggota sistem sosial
itu. Kepercayaan ini ada yang bersumber pada agama, takhayul dan ilmu kebatinan
(kepercayaan irasional) dan ada pula yang bersumber pada kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (kepercayaan rasional). Apabila suatu sistem sosial
lebih menonjol mempunyai kepercayaan yang bersifat irasional, maka sistem sosial
itu akan sulit menerima inovasi, demikian pula sebaliknya.
3. Setimen
Unsur sentimen pada dasarnya merupakan keadaan kejiwaan manusia yang
berkenan dengan situasi alam sekitarnya termasuk di dalamnya perasaan/sentimen
antar sesama manusia. Perasaan sebagai salah satu elemen sistem sosial yang
menyangkut aspek emosional, dalam arti hal-hal yang dapat menyentuh dan
mempersatukan anggota sistem sosial.
Perasaan atau sentimen anggota subak terbentuk karena adanya ketergantungan
bersama terhadap sumber air irigasi dan keterikatan terhadap adanya pura yang
dikelola oleh subak bersangkutan (Windia dkk, 2015).
4. Norma
Norma adalah pedoman tentang perilaku yang diharapkan atau pantas menurut
kelompok masyarakat atau biasa disebut dengan peraturan sosial. Norma sosial
merupakan patokan- patokan tingkah laku yang diwajibkan atau dibenarkan dalam
situasi-situasi tertentu dan merupakan unsur paling penting untuk meramalkan
tindakan manusia dalam sistem sosial. Norma pada dasarnya menunjukkan tentang
apa yang baik dan yang buruk dalam suatu komunitas tertentu. Pada sistem subak,
norma dan etika dicantumkan dalam peraturan subak yang disebutkan dengan
awig-awig (peraturan tertulis) dan juga perarem (peraturan yangtidak tertulis,
namun telah disepakati dalam rapat subak. Perarem pada umumnya disepakati
dalam rapat subak, kalau ada kasus-kasus tertentu yang muncul dalam pengelolaan
organisasisubak, namun ternyata belum diatur secara spesifik dalam awig-awig.
5. Sanksi
Sanksi adalah suatu bentuk imbalan atau balasan yang diberikan kepada
seseorang atas perilakunya. Sanksi dapat merupakan suatu pujian atau ganjaran
bagi anggota yang mematuhi norma mematuhi norma dan merupakan suatu
hukuman bagi anggota yang tidak memenuhi norma yang diterima oleh sistem
6
sosial. Sudarta (2005) menyatakan untuk menciptakan kelompok yang dinamis,
maka berkaitan dengan sanksi perlu diperhatikan hal seperti : 1) kelompok yang
harus mempunyai norma yang dibarengi dengan sanksi; 2) sanksi tersebut harus
jelas dan dipahami oleh setiap anggota kelompok; 3) pemimpin bertugas
mengawasi norma, termasuk mengenakan sanksi; 4) efektivitas sanksi untuk
mencegah pelanggaran norma kelompok oleh anggota. Pada organisasi subak,
sanksi diatur dalam awig-awig atau perarem berdasarkan kesepakatan atau
konsensus. Dalam organisasi subak yang paling banyak diatur dalam
pengelolaannya adalah sanksi negatif kepada anggotanya yang melanggar
kesepakatan subak. Sanksi diberikan kepada anggota subak apabila tidak ikut dalam
rapat subak, tidak mengikuti pola tanam dan tidak melaksanakan upacara agama
di subak. Sanksi biasanya berupa uang dan sanksi sosial yaitu melaksanakan
upacara agama di subak.
6. Status dan Peranan
Status dan peranan merupakan dua komponen yang saling bergandengan satu
sama lain dalam suatu sistem sosial (kelompok atau organisasi) yang artinya tiada
status tanpa peranan dan tiada peranan tanpa status. Status atau kedudukan
merupakan tempat atau posisi seseorang dalam sistem sosial. Status dapat pula
diartikan sebagai posisi atau tempat seseorang dalam suatu kelompok Sedangkan
peranan merupakan aspek dinamis dari status (kedudukan).
Setiap anggota kelompok memiliki status tertentu dan berdasarkan status itu
yang bersangkutan menjalankan peranan tertentu. Demikian pula di dalam subak
sebagai sistem sosial terdapat status dan peranan yang dapat dilihat pada struktur
organisasi subak. Struktur organisasi subak mencerminkan tinggi rendahnya status
dan peranan setiap anggota subak, disamping itu juga menggambarkan tingkat
kekuasaan dan jenjang sosial setiap anggota subak.
7. Kekuasaan
Kekuasaan dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain, yakni memerintah atau menggerakan, mengawasi atau
mengendalikan orang lain dan mengambil keputusan serta menentukan kebijakan
mengenai sesuatu untuk melaksanakan suatu kegiatan yang diinginkan (Sudarta,
2004). Ada empat indikator yang perlu diperhatikan berkaitan dengan kekuasaan
pada sistem subak yakni :
1) kekuasaan anggota subak sesuai kedudukannya
7
2) kemampuan pemimpin menggerakan anggotanya
3) kemampuan pemimpin mengontrol anggotanya
4) kemampuan pemimpin mengambil keputusan
8
10. Wilayah
Wilayah sebagai suatu subsistem dari sistem sosial mempunyai arti yang sangat
penting bagi kelangsungan hidup suatu sistem sosial. Demikian pula subak-subak
di Bali, masing- masing mempunyai wilayah dengan batas-batas alamiah yang
jelas seperti gunung, hutan, jurang, sungai dan desa. Wilayah subak disebut dengan
palemahan sebagai suatu keserasian hubungan timbal balik antara manusiadengan
lingkungannya (Windia dkk, 2015).
9
digolongkan menjadi 3, yaitu:
1. Krama aktif adalah anggota yang aktif seperti krama pekaseh, sekaa yeh
atau sekaa subak.
2. Krama pasif yaitu anggota yang mengganti kewajibannya dengan uang
atau naturakarena beberapa penyebab yang biasa disebut dengan
Pengampel atau Pengohot.
3. Krama luput yaitu anggota yang tidak aktif didalam segala macam
kegiatansubak karena tugasnya seperti kepala desa atau Bendesa Adat.
10
air.
f) Pembantu Klian tempek untuk menyampaikan berita dan perintah kepada
para anggota.
b. Susunan Panitia Pengawas Subak
Berikut adalah tugas-tugas dari Panitia Irigasi yang dibentuk untuk melaksanakan
pembinaan dan pengawasan terhadap subak-subak di Bali pada tiap kabupaten.
Menyelenggarakan koordinasi penggunaan air seefisien mungkin, dengan penentuan
prioritas penggunaan, baik secara bergilir maupun secara bergolongan dalam rangka
mencapai produksi yang optimal.
1. Menyelenggarakan koordinasi tata-tanam dengan menetapkan peraturan
tentang waktu/musim, tempat, jenis dan luas tanaman.
2. Mengatur kerjasama yang baik diantara dinas-dinas/jawatan-jawatan dan
instansi- instansi lain yang berkaitan dengan penggunaan air.
3. Membantu gubernur kepala daerah dalam:
a. Mengkoordinasikan tugas-tugas pemeliharaan jaringan irigasi (bangunan
dansaluran) serta bangunan pengendali (tanggul dan bangunan pengendali
banjir lainnya) dengan baik dan terus-menerus.
b. Mengkoordinasikan usaha pembinaan terhadap jaringan-jaringan irigasi,
termasuk jaringan tersier, irigasi desa, pompanisasi dan sebagainya, agar
dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi usaha-usaha pertanian.
c. Mengkoordinasikan usaha inventarisasi jaringan-jaringan dan sumber air,
baik yang sudah maupun yang belum dimanfaatkan secara langsung untuk
irigasi maupun usaha-usaha pertanian lainnya.
d. Mempersiapkan dan mengajukan saran-saran untuk menentukan langkah
kebijaksanaan dalam penyediaan biaya untuk usaha eksploitasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi.
Pembentukan panitia pengairan di Bali berdasar atas:
a. Instruksi Presiden No. 1 tahun 1969 tanggal 22-1-1969
b. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Bali tanggal 28-4-1972
c. Surat Pejabat Gubernur Kepala Daerah Propinsi Bali tanggal 7-6-1973
No.Perbang/150/II/C/1973
d. Surat Keputusan Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Bali tanggal 7-6-1973
No.180/36/73.
11
c. Keanggotaan Subak
Sejumlah anggota pada tiap organisasi memiliki syarat menjadi anggota yang
ditetapkan dalam anggaran dasar atau anggaran rumah tangga organisasi bersangkutan.
Menurut haknya atas tanah para petani yang bekerja di sawah dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu: 1) pemilik sawah, dan 2) petani yang mengerjakan sawah orang lain
sebagai penyekap atau karena menggandai.
Ada suatu persoalan yang terjadi dalam keanggotaan subak yaitu sakap- menyakap
atau sewa menyewa tanah. Hal ini terjadi karena siapakah yang termasuk anggota
subak? Para penyekap atau para pemilik tanah? Sedangkan pada waktu itu semua
pemilik tanah mengerjakan tanah miliknya sendiri. Atau petani mengerjakan sawah
milik raja atau bangsawan lainnya sebagai kerja bakti. Dengan upah diberikannya
tanah pecatu dari raja atau bangsawan itu. Tanah ini akan menjadi tanah milik yang
dapat diwariskan turun temurun.
Pada umumnya para penggarap menjadi anggota subak karena menggarapsawah
yang terletak dalam wilayah suatu subak. Penggarap dapatberupa pemilik tanah,
penyakap atau penyewa. Di dalam hal penyakapan, pemilik tanah dan penyakap itu
merundingkan pembagian beban yang harus dipikul oleh masing- masing pihak
sebagai konsekuensi menjadi anggota subak. Ada pemilik tanah yang memikulkan
segala beban kepada penyakap, tetapi ada juga yang bebannnya ditanggung bersam-
sama.
Dilihat dari segi tanggung jawabnya, anggota subak seringkali dapat dibagiatas tiga
golongan:
1) Anggota yang ikut menjalankan setiap kegiatan subak dalam urusan pengairan.
Anggota-anggota ini terhimpun dalam sekehe yeh (perkumpulan air), dan
sering disebut krama pekaseh.
2) Anggota yang tidak ikut dalam tugas menyelenggarakan pembagian air.
sebagai gantinya mereka membayar sejumlah uang, yang besarnya ditetapkan
dalam peraturan subak. Anggota semacam ini dinamakan pengampel.
3) Anggota yang dibebaskan dari tugas menyelenggarakan pembagian air.
golongan ini disebut leluputan, yang terdiri dari para ahli agama yang bertugas
menyelenggarakan upacara keagamaan yang berhubungan dengan subak.
Selain itu, seorang anggota subak hilang keanggotaannya, apabila ia meninggal
dunia, berhenti menggarap sawah di wilayah subak bersangkutan karena sawah
sekapannya telah diambil oleh pemiliknya atau apabila ia menggarap tidak mematuhi
12
subak. Jika seorang anggota meninggal dunia, maka pewarisnyalah yang
menggantikannya dengan syarat yaitu laki-laki dewasa. Kalau sawah itu digadaikan
atau dijual, maka yang menjadi anggota subak ialah si pemilik yang baru atau
sipenggadai.
13
- Melaksanakan instruksi-instruksi pemerintah yang disalurkan lewat subak
- Menjaga air di bendungan agar tidak dicuri oleh anggota subak lain dan mencari
airapabila terjadi kecurian atau kebocoran
- Bilamana perlu, bersama-sama dengan anggota subak lainnya mengadakan
pemberantasan hama
3. Bidang keagamaan :
Upacara keagamaan dilakukan saat lahan dipersiapkan sampai hasil panen
(padi) sudah di tempat penyimpanan (lumbung). Jenis serta waktu upacara tidak
sama setiap subak. Upacara ada yang dilakukan secara perorangan ataupun
bersama- sama. Upacara-upacara yang dilakukan antara lain:
a) Ngendagin, dilakukan perorangan oleh anggota pada saat mencangkul pertama
disawah. Penentuan waktunya tergantung dari masing-masing anggota.
b) Pangwiwit, dilakukan waktu akan menebar benih oleh pekaseh bersama
pemukaagama
c) Mapag toya, dilakukan saat akan menyalur air pertama kali ke sawah pada
musim menanam padi rendengan
d) Nandur, dilakukan waktu menanam padi secara perorangan
e) Neduh, dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit tangan oleh beberapa
pengurus subak setelah padi berumur kira-kira 17 hari. Kemudian air suci
dibagikan kepada para anggota yang selanjutnya akan melakukan upacara di
sawahnya masing-masing
f) Pecaruan, dilakukan untuk menarik hama secara bersama setelah padi berumur
satu bulan
g) Nyambutin, dilakukan pada waktu padi berumur satu setengah bulan oleh
anggota disawahnya masing-masing.
h) Biyakukung, dilakukan pada saat padi sedang bunti
i) Miseh, dilakukan oleh masing-masing anggota pada saat padi berumur dua
sampai dua setengah bulan
j) Ngasaba, dilakukan secara bersama-sama kira-kira sepuluh hari menjelang
panen serta khusus untuk rendengan dan dilakukan dengan cukup mewah karena
disertai dengan pesta oleh seluruh anggota. Sebelum upacara ini dilakukan, tidak
diperkenankan untuk memungut hasil/ panen
k) Mentenin, dilakukan secara perorangan di masing-masing lumbung anggota
beberapa hari setelah padi di taruh di lumbung.
14
3.6 Tata Pengaturan Penetapan Iuran dan Pembagian Air dalam Subak
a) Tata Pengaturan Dan Penetapan Iuaran
Sumber-Sumber Keuangan Subak
Untuk menjalankan kegiatan sehari-hari pasti memerlukan biaya yang tidak kecil
jumlahnya dan untuk besarnya tidak diketahui dengan pasti.
Sumber-sumber dari subak adalah:
- Iuran dari tiap anggota, dalam bentuk uang atau barang
- Denda yang dikenakan kepada para anggota yang tidak hadir dalam rapat,
ataupundenda karena pelanggaran terhadap peraturan subak yang sedang berlaku
Uang pangkal yang ditarik dari anggota baru
- Upah panen yang diperoleh jika anggota subak yang bersangkutan melakukan
pemungutan hasil/panen di lingkungan subaknya sendiri maupun di lingkungan
subak lain dengan menerima upah dalam bentuk barang
- Hasil tanah milik subak
- Bunga uang dari anggota subak yang meminjam kepada kas subak
- Subsidi atau bantuan dari pemerintah
- Sumber-sumber lain, misalnya pengumpulan dana waktu mengadakan tontonan,
sabungan ayam dan lain-lain
Besar iuran tidak sama tiap anggota tergantung dari luas pemilikan sawah.
Begitu juga cara penetapan iuaran per satuan luas sawah antara subak satu dengan
lainnya tidak ada keseragaman. Besarnya iuran ditentukan dalam peraturan subak
atau dalam rapat anggota. Bentuk iurannya berupa uang dan barang. Macam iuran
dapat dibedakan menjadi:
1) Iuran yang dipungut secara insidental (waktunya tidak tetap)
- Biasanya iuran berbentuk uang dan dikenakan kepada para anggota karena
keperluan-keperluan mendadak.
- Beberapa subak besar iuran sama setiap anggota, tapi untuk kebanyakan
subakbesarnya ditentukan menurut luas pemilikan sawah.
- Iuran ditentukan atas persetujuan rapat anggota
- Pembayarannya dilakukan pada rapat berikutnya.
2) Iuran yang dipungut secara berkala.
Biasanya iuran ini dipungut setiap habis panen dan dibayar dalam bentuk
barang.Ada beberapa macam iuran berkala, yaitu:
15
a) Pengoot atau pengampel, adalah iuran untuk pembelian air oleh anggota,
dibayar dalam bentuk padi sehabis panen padi rendengan (setahun sekali).
- Di beberapa subak di Kabupaten Badung, anggota yang aktif (ngoot ngayah)
dikenakan pengoot yang besarnya setengah dari yang dikenakan pada
anggota yang tidak aktif (ngoot ngutang).
- Sebagian dari pengoot (pengampel) biasanya digunakan untuk biaya
upacara keagamaan di subak dan sebagian dibagikan kepada anggota
aktif sebagai balas jasa.
b) Sarin tahun, adalah iuaran yang dikenakan kepada semua anggota subak dalam
bentuk padi setiap habis panen.
- Iuran digunakan untuk keperluan upacara-upacara keagamaan di subak
- Ada yang dipungut sekali setahun yaitu sehabis panen padi rendengan atau
gadu dan besarnya ditetapkan dalam rapat anggota
- Iuran untuk balas jasa pengurus subak
16
umumnya terletak di daerah hulu sungai/ sumber air). Tempek-tempek mulai turunke
sawah padabulan Maret-April di Kabupaten Karangasem serta bulan Juni-Juli di
Kabupaten Buleleng.
Adapun cara distribusi air di suatu subak adalah pertama-tama subak membuat
bendungan pada sungai, lalu air melalui tembuku (pintu air I), kemudian dialirkan ke
saluran primer (telabah gde). Besar kecilnya debit air yang boleh dimasukkan ke
saluran primer ini ditetapkan antar subak-subak yang memakai air yang bersangkutan.
Dari saluran primer air dialirkan dan dibagi oleh tembuku aya(pintu air II) ke dalam
saluran-saluran skunder dengan bagian air yang sebanding dengan luas tempek masing-
masing. Selanjutnya air dari saluran sekunder ini dibagi oleh tembuku pemaron (pintu
air III) ke dalam saluran tersier . Dari sini airdibagi lagi ke dalam saluran pengambilan
atau saluran kuarter (kekalen penyuangan) melalui tembuku gde (pintu air IV). Baru
dari saluran pengambilan inilah air langsung dialirkan ke petak- petak sawah dengan
bantuan temuku cerik (empangan kecil) masuk penampang pemasukan. Luas
penampang pemasukan disesuaikan dengan luas sawah anggota. Sisa air dari petak
terakhir kemudian dibuang, atau kadang-kadang dapat dipakai lagi oleh petak-petak
lain yang letaknya di sebelah bawah.(Maulina Pramesti)
Ada dua macam pembagian air di subak :
1. Pembagian antar subak
Dasar patokan yang dipakai yaitu satu tektek (satuan dasar bagian air). yang
dimasud dengan satu tektek ialah besarnya debit atau volume air yang melalui
penampang (pintu air) dengan ukuran 5 cm x 1 cm (lebar 5 cm dan dalam 1 cm
pada dam kecil) untuk mengairi sawah seluas 35-50 are. Sawah yang luasnya
sekianitu memerlukan bibit satu tenah (satu ikat, kira-kira 25-30 kg). Karena
itu luas sawah yang dinyatakan dalam ukuran tenah, dimana luas sawah satu
tanah adalah 35-50 are.
2. Pembagian antar anggota subak
Pembagian bagi para anggota subak didasarkan atas luas sawah, yang
dinyatakan dalam tenah. Bila misalnya luas sebuah x tenah dan satu petak sawah
sama dengan x tenah, maka air yang diterima oleh petak bersangkutan ialah
bagian air yang tersedia untuk subak itu.
Pertama-tama subak membuat bendungan pada sungai, lalu air melalui tembuku
(pintuair I) ,kemudian dialirkan ke saluran primer (telabah gde) . Besar kecilnya debit
air yang boleh dimasukkan ke saluran primer ini ditetapkan antarsubak-subak yang
17
memakai air yang bersangkutan. Dari saluran primer air dialirkan dan dibagi oleh
tembuku aya (pintu air II) kedalam saluran-saluran skunder dengan bagian air yang
sebanding dengan luas tempek masing-masing. Selanjutnya air dari saluran sekunder ini
dibagi oleh tembuku pemaron (pintuair III) ke dalam saluran tersier . Dari sini air dibagi
lagi ke dalam saluran pengambilan atau saluran kuarter (kekalen penyuangan) melalui
tembuku gde (pintu air IV). Baru dari saluran pengambilan inilah air langsung dialirkan
ke petak-petak sawah dengan bantuan temuku cerik (empangan kecil) masuk
penampang pemasukan . Luas penampang pemasukan disesuaikan dengan luas sawah
anggota. Sisa air dari petak terakhir kemudian dibuang, atau kadang- kadang dapat
dipakai lagi oleh petak-petak lain yang letaknya di sebelah bawah. (Maulina)
Pasal 11
Sanksi yang diatur dalam awig-awig tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan dan rasa keadilan dalam masyarakat.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem sosial adalah bentuk kebudayaan dalam wujud yang lebih konkret dan dapat
diamati. Subak sebagai sistem sosial, karena kegiatan anggota subak berwujud aktivitas
ataupun tingkah laku yang berpola dalam bentuk perilaku, upacara-upacara serta ritus-ritus
yang wujudnya lebih konkret. Menurut Windia,dkk (2015), aspek sosial sistem subak yang
menjadi indikator darisebuah organisasi agar dapat dikategorikan sebagai organisasi sosial
terdiri dari 10 indikator yaitu : Tujuan, Kepercayaan, Setimen, Norma, Sangsi, Status dan
Peranan, Kekuasaan, Jenjang sosial, Fasilitas, Wilayah.
Subak sendiri memiliki fungsi dan kewajiban untuk mengatur pembagian air bagi para
anggotanya, memelihara sumber-sumber air, mengatur jenis padi yang harus ditanam,
menetapkan waktu penyiapan lahan, penaburan benih, dan penanaman padi, serta
mengatur pergiliran tanah.
Di dalam subak juga terdapat struktur organisasi, panitia pengawas dan keanggotaan
subak. Sehingga para anggota subak memiliki hak yang harus dipenuhi serta kewajiban
yang harus dijalankan selama menjadi anggota subak. Pada subak juga terdapat aturan atau
yang dikenal dengan awig-awig, awig-awig adalah aturan yang dibuat oleh krama desa
pakraman dan atau krama banjar adat yang dipakai sebagai pedoman dalam pelaksanaan
Tri Hita Karana sesuai dengandesa mawacara dan Dharma Agama di desa pakraman atau
banjar pakraman masing-masing.
19
DAFTAR PUSTAKA
Bali Glory. (2016). Subak: Sistem Pengairan Sawah (irigasi) Tradisional Bali. Diambil
kembali dari id.baliglory: http://www.id.baliglory.com/2016/04/subak-bali.html
Sudika. I Wayan. 2020. Peran Pekaseh Dalam Pelestarian Budaya SubakDi Bali. Maha
Widya Duta. 4 (2) : 145.
Windia, Wayan, Wayan Sudarta, dan Wayan Sri Astiti. 2015. Sistem SubakDi BaliDenpasar :
Universitas Udayana Press.
20