Anda di halaman 1dari 23

SUBAK SEBAGAI SISTEM SOSIAL,

SUBAK DARI PANDANGAN SOSIOLOGI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
KELAS A (SEMESTER III)

1. Darin Athirah (2006511022) 11. Ni Made Tami Astari (2006511033)


2. Grecia Eva Gusnita Gultom (2006511023) 12. Ida Ayu Nyoman Purnama Dewi (2006511034)
3. Nency Natalina Br Purba (2006511025) 13. Ni Made Marliana Putri (2006511035)

4. Elsafan Waoma (2006511026) 14. R. Arya Benadi (2006511037)

5. Dila Mestika Sembiring (2006511027) 15. Ni Made Leonita Kartika Sari (2006511038)
6. Natalia I Gusti Ayu Ary Dwipayanthi (2006511028) 16. Beatrix Yolanda Napitupulu (2006511039)

7. Ni Wayan Dewi Anjani (2006511029) 17. I Nyoman Wirya Sukmana (2006511040)


8. I Dewa Gede Ari Pratyaksa Suteja (2006511030) 18. Mitra Dharma Syaenoffen (2006511041)

9. Gede Krishna Ananda Putra (2006511031) 19. Ningsih Elisabeth Silaban (2006511042)
10. Ni Nyoman Sri Wahyuni (2006511032)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atasrahmat- Nya,
akhirnya paper ini dapat terselesaikan dengan baik. Paper ini berisikan mengenai “Subak
Sebagai Suatu Sistem dan Pandangan Sosiologis terhadap Subak”. Yang mana kami susun
berdasarkan dari berbagai sumber yang kami dapatkan.
Kami menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga paper ini dapat
memberikan manfaat bagi para permbaca, dan kami ucapkan terima kasih.

Denpasaar, 12 September 2021

Penulis,

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 2

1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................................... 3

2.1 Subak............................................................................................................ 3

BAB III PEMBAHASAN .................................................................................................... 4

3.1 Kaitan Sosiologi dengan Masyarakat .......................................................... 4

3.2 Aspek Sosial Subak ...................................................................................... 4

3.3 Fungsi dan Kewajiban Subak ...................................................................... 9

3.4 Struktur Organisasi, Panitia Pengawas dan Keanggotaan Subak ............. 9

3.5 Hak dan Kewajiban Anggota Subak ......................................................... 13

3.6 Tata Pengaturan Penetapan Iuran dan Pembagian Air dalam Subak ..... 15

3.7 Awig-Awig Subak ....................................................................................... 18

BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejarah subak dapat diketahui dari peninggalan sejarah seperti prasasti. Subak
dimulai dari masa pemerintahan Markandea dari tanah Jawa yang datang ke Bali pada
tahun pertamasaka dan bersama pengikutnya mulai membuka hutan dan membuat sawah.
Dilihat dari prasasti-prasasti yang menggambarkan sejarah kebudayaan Pulau Bali,
subak dimulai di masa Markandea, seorang yogi yang datang dari Pulau Jawa pada abad
pertama tahun Saka. Ketika itu ia, bersama dengan para pengikutnya, mulai membuka
hutan dan membuat sawah. beberapa prasasti raja-raja, dapat dibaca beberapa bukti yang
menguatkan bahwa sistem persawahan telah lama dikenal di Bali. Prasasti yang terdapat
di Sukawana mengatakan bahwa dalam tahun Saka 800 (tahun 882 M) telah dikenal kata
huma, yang artinya sama dengan sawah. Begitu pula dalam prasasti Trunyan bertahun
saka 813 (tahun 891 M) terdapat kata makah aser, yang artinya sama dengan pekaseh
(pengurus pengairan). Dalam prasasti Raja Purana di Klungkung, bertahun saka 994
(1072 M), ditemukan kata kesuwakan, yang sama dengan kata kesubakan, yang sekarang
disingkat menjadi subak. Di Kabupaten Tabanan, kata subak dianggap berasal dari kata
seuwak, yang diartikan sebagai pembagian air yang baik. Di Kabupaten Badung, kata
Subak juga dianggap berasal dari kata seuwak, tetapi diartikan sebagai aliran air yang
masuk ke dalam petak sawahpetani.
Fungsi dan kewajiban subak adalah mengatur pembagian air bagi para anggotanya,
memelihara sumber-sumber air, mengatur jenis padi yang harus ditanam, menetapkan
waktu penyiapan lahan, penaburan benih, dan penanaman padi, serta mengatur pergiliran
tanah. Pada masa kini, ada subak yang telah berfungsi sebagai badan perkreditan, yang
meminjamkan uang pada para anggotanya dengan bunga rendah. Subak berkewajiban
membuat dan memelihara jalan-jalan subak atau jalan desa yang sekaligus berfungsi
sebagaijalan subak, sehingga komunikasi menjadi lancar. Subak berhubungan dengan
pemerintah yang menyangkut hal peningkatan kemajuan subak, menjadi perantara antara
pemerintah dan petani dalam hal menyampaikan perintah-perintahnya, memajukan/
menyampaikan penyuluhan, lebih-lebih pada masa kini, yang menuntut agar teknologi
baru di bidang pertanian harus segera diterapkan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sistem sosial?
2. Apa saja aspek sistem sosial?
3. Apa saja fungsi dan kewajiban subak?
4. Bagaimana Struktur Organisasi, Panitia Pengawas dan Keanggotaan Subak?
5. Apa saja Hak dan Kewajiban Anggota Subak?
6. Bagaimana Tata Pengaturan Penetapan Iuran dan Pembagian Air dalam Subak?
7. Apa saja Awig-Awig dalam organisasi Subak?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian sistem sosial


2. Untuk mengetahui Aspek Sosial Subak.
3. Untuk Mengetahui apa saja Fungsi dan Kewajiban Subak.
4. Untuk mengetahui Struktur Organisasi, Panitia Pengawas dan KeanggotaanSubak.
5. Untuk mengetahui Hak dan Kewajiban Anggota Subak.
6. Untuk mengetahui Tata Pengaturan Penetapan Iuran dan Pembagian Air dalam
subak.
7. Untuk mengetahui apa saja Awig-Awig dalam Subak

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Subak
Sistem sosial (Social system) berwujud aktivitas, tingkah laku berpola, perilaku,
upacara-upacara serta ritus-ritus yang wujudnya lebih kongkrit. Sistem sosial adalah bentuk
kebudayaan dalam wujud yang lebih kongkrit dan dapat diamati.
Subak sebagai sistem sosial, karena kegiatan anggota subak berwujud aktivitas ataupun
tingkah laku yang berpola dalam bentuk perilaku, upacara-upacara serta ritus-ritus yang
wujudnya lebih kongkret. Sistem irigasi Subak Bali, Indonesia, metode pengairan sawah
tradisional di Bali yangterkenal dan ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya
dunia.
Subak adalah sebuah organisasi yang dimiliki oleh masyarakat petani di Bali yangkhusus
mengatur tentang manajemen atau sistem pengairan/irigasi sawah secara tradisional,
keberadaan Subak merupakan manifestasi dari filosofi/konsep Tri Hita Karana.
Tri Hita Karana berasal dari kata "Tri" yang artinya tiga, "Hita" yang berarti
kebahagiaan/kesejahteraan dan "Karana" yang artinya penyebab. Maka dapat disimpulkan
bahwa Tri Hita Karana berarti “Tiga penyebab terciptanya kebahagiaan dan kesejahteraan”.
Penerapannya didalam sistem subak yaitu:
1. Parahyangan yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan.
2. Pawongan yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesamanya.
3. Palemahan yakni hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam dan
lingkungannya.
Subak bagi masyarakat Bali tidak hanya sekedar sistem irigasi, tetapi juga merupakan
konsep kehidupan bagi rakyat Bali itu sendiri. Dalam pandangan rakyat Bali, Subak adalah
gambaran langsung dari filosofi Tri Hita Karana tersebut.
Sebagai suatu metode penataan hidup bersama, Subak mampu bertahan selama lebih
dari satu abad karena masyarakatnya taat kepada tradisi leluhur. Pembagian air dilakukan
secara adil dan merata, segala masalah dibicarakan dan dipecahkan bersama, bahkan
penetapan waktu menanam dan penentuan jenis padiyang ditanam pun dilakukan bersama.
Sanksi terhadap berbagai bentuk pelanggaran akan ditentukan sendiri oleh warga melalui
upacara atau ritual yang dilaksanakan di pura. Harmonisasi kehidupan seperti inilah yang
menjadi kunci utama lestarinya budaya Subak di pulau dewata

3
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kaitan Sosiologi dengan Masyarakat


Mencari kaitan sosiologi dengan masyarakat berarti membicarakan aspek filsafat
keilmuan sosiologi, terutama aspek ontologisnya. Batasan sederhana dari sosiologi adalah
ilmu tentang masyarakat. Definisi ini sekaligus tersirat aspek ontologis ilmu sosiologi
bahwa objek kajian sosiologi adalah masyarakat. Kata masyarakat digunakan dalam konteks
kehidupan bersama. Dimana ada kehidupanbersama dan saling mempengaruhi perilakunya
disitulah ada masyarakat yang menjadiokus kajian sosiologi.
Kesatuan masyarakat memiliki berbagai ukuran, dari yang kecil seperti keluarga,
tetangga, kelurahan, hingga yang besar seperti kabupaten, provinsi, negara dan seterusnya.
Dalam tahap ini, maka kaitan sosiologi dengan masyarakat sudah sangat jelas dimana
masyarakat adalah kajian ontologis atau objek kajian ilmu sosiologi.
Dilihat dari perspektif aksiologis (manfaat) keilmuannya, maka sosiologi diperlukan
untuk memecahkan berbagai persoalan sosial dan budaya dalam masyarakat. Misalnya,
sosiologi berperan besar dalam perekayasaan sosial suatu sistem sosial masyarakat untuk
dikembangkan menjadi sistem sosial yang kuat dan produktif (Scott, 2012).
Sosiologi juga dipergunakan untuk mengatasi konflik sosial dalam masyarakat,
mendinamisasi masyarakat, atau mendesain tatanan sosial yang sehat sehingga masyarakat
bisa hidup berdampingan secara aman, damai, dan ajeg. Untuk meringkasnya dengan lebih
sederhana, sosiologi sangat terkait dengan masyarakat dalam hal memberikan solusi
pemecahan masalah sosial dan budaya sehingga sistem sosial dalam masyarakat bisa
berjalan baik.

3.2 Aspek Sosial Subak


Subak adalah masyarakat hukum adat di Bali yang bersifat sosio-agraris- religius, yang
secara historis didirikan sejak dulu kala dan berkembang terussebagai organisasi
penguasa tanah dalam bidang pengaturan air dan lain-lain persawahan dari suatu sumber
di dalam suatu daerah (Gandakoesoemah 1975). Aspek sosial sistem subak yang menjadi
indikator dari sebuah organisasi yang dapat dikategorikan sebagai organisasi sosial, terdiri
dari 10 indikator. Adapun indikator tersebut adalah :

4
1. Tujuan
Subak sebagai suatu organisasi yang sekaligus memiliki nilai-nilai. Karena
subak adalah tidak sekedar organisasi, tetapi suatu organisasi yang juga memiliki
nilai, maka subak dapar juga disebut sebagai suatu lembaga. Nilai yang dimiliki
subak di Bali adalah apa yang disebut Tri Hita Karana (THK). THK adalah sebuah
filsafat yang mengajarkan tentang harmoni.
Setiap organisasi pasti harus memiliki tujuan. Dalam hal ini tujuan subak adalah
sesuai dengan nilai THK yang dianut oleh subak. Pada dasarnya tugas dan tujuan
yang harusnya dicapai adalah sebagai berikut :
a) Merencanakan tujuan, dan sasaran kegiatan yang merupakan wujud dari
pelaksanaan yangtaat asas menurut aturan yang diberlakukan.
b) Menjelaskan tujuan dan sasaran kepada anggota subak.
c) Menyusun kesepakatan tindakan pemecahan masalah, dan pembagian
tanggung jawabpada semua anggota subak.
d) Memberdayakan anggota untuk dapat berperan-serta sesuai dengan
tujuan, hak, dankewajiban yang dimiliki.
e) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan, agar tujuan
dan sasaran kegiatan yang telah disepakati dapat tercapai dengan baik.
Tujuan-tujuan subak dapat dicapai dengan sebuah kesepakatan bersama
(konsensus), yang diadakan dalam sebuah rapat subak. Rapat subak biasanya
diadakan menjelang waktu tanam pada suatu musim tertentu. Tujuan rapat subak
adalah untuk : menentukan waktu tanam, jenis tanaman yang ditanam, menentukan
waktu gotong royong perbaikan sarana irigasi, pelaksanaan upacara, jenis dan
jumlah pupuk yang diperlukan, masalah denda dan berbagai hal lain yang muncul
dalam rapat subak.
2. Kepercayaan
Dalam teori modal sosial, ada tiga komponen yang harus dipahami, yakni
kepercayaan, jaringan kerja dan norma. Dari ketiga komponen itu, maka komponen
kepercayaan adalah hal yang paling penting. Komponen kepercayaan dalam modal
sosial, khususnya dalam sistem subak, umumnya berkaitan dengan :
i. kepercayaan antar petani,
ii. kepercayaan petani kepada pengurus subak
iii. kepercayaan petani kepada Penyuluh Pertanian Lapangan Satuan
Kerja Perangkat Daerah dan LSM (Windia dkk, 2015).

5
Kepercayaan adalah anggapan yang diterima sebagai hal yang benar atau tidak
benar (salah). Setiap sosial memiliki kepercayaan terhadap nilai-nilai tertentu yang
mempengaruhi cara berfikir dan kegiatan system social dan anggota sistem sosial
itu. Kepercayaan ini ada yang bersumber pada agama, takhayul dan ilmu kebatinan
(kepercayaan irasional) dan ada pula yang bersumber pada kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (kepercayaan rasional). Apabila suatu sistem sosial
lebih menonjol mempunyai kepercayaan yang bersifat irasional, maka sistem sosial
itu akan sulit menerima inovasi, demikian pula sebaliknya.
3. Setimen
Unsur sentimen pada dasarnya merupakan keadaan kejiwaan manusia yang
berkenan dengan situasi alam sekitarnya termasuk di dalamnya perasaan/sentimen
antar sesama manusia. Perasaan sebagai salah satu elemen sistem sosial yang
menyangkut aspek emosional, dalam arti hal-hal yang dapat menyentuh dan
mempersatukan anggota sistem sosial.
Perasaan atau sentimen anggota subak terbentuk karena adanya ketergantungan
bersama terhadap sumber air irigasi dan keterikatan terhadap adanya pura yang
dikelola oleh subak bersangkutan (Windia dkk, 2015).
4. Norma
Norma adalah pedoman tentang perilaku yang diharapkan atau pantas menurut
kelompok masyarakat atau biasa disebut dengan peraturan sosial. Norma sosial
merupakan patokan- patokan tingkah laku yang diwajibkan atau dibenarkan dalam
situasi-situasi tertentu dan merupakan unsur paling penting untuk meramalkan
tindakan manusia dalam sistem sosial. Norma pada dasarnya menunjukkan tentang
apa yang baik dan yang buruk dalam suatu komunitas tertentu. Pada sistem subak,
norma dan etika dicantumkan dalam peraturan subak yang disebutkan dengan
awig-awig (peraturan tertulis) dan juga perarem (peraturan yangtidak tertulis,
namun telah disepakati dalam rapat subak. Perarem pada umumnya disepakati
dalam rapat subak, kalau ada kasus-kasus tertentu yang muncul dalam pengelolaan
organisasisubak, namun ternyata belum diatur secara spesifik dalam awig-awig.
5. Sanksi
Sanksi adalah suatu bentuk imbalan atau balasan yang diberikan kepada
seseorang atas perilakunya. Sanksi dapat merupakan suatu pujian atau ganjaran
bagi anggota yang mematuhi norma mematuhi norma dan merupakan suatu
hukuman bagi anggota yang tidak memenuhi norma yang diterima oleh sistem

6
sosial. Sudarta (2005) menyatakan untuk menciptakan kelompok yang dinamis,
maka berkaitan dengan sanksi perlu diperhatikan hal seperti : 1) kelompok yang
harus mempunyai norma yang dibarengi dengan sanksi; 2) sanksi tersebut harus
jelas dan dipahami oleh setiap anggota kelompok; 3) pemimpin bertugas
mengawasi norma, termasuk mengenakan sanksi; 4) efektivitas sanksi untuk
mencegah pelanggaran norma kelompok oleh anggota. Pada organisasi subak,
sanksi diatur dalam awig-awig atau perarem berdasarkan kesepakatan atau
konsensus. Dalam organisasi subak yang paling banyak diatur dalam
pengelolaannya adalah sanksi negatif kepada anggotanya yang melanggar
kesepakatan subak. Sanksi diberikan kepada anggota subak apabila tidak ikut dalam
rapat subak, tidak mengikuti pola tanam dan tidak melaksanakan upacara agama
di subak. Sanksi biasanya berupa uang dan sanksi sosial yaitu melaksanakan
upacara agama di subak.
6. Status dan Peranan
Status dan peranan merupakan dua komponen yang saling bergandengan satu
sama lain dalam suatu sistem sosial (kelompok atau organisasi) yang artinya tiada
status tanpa peranan dan tiada peranan tanpa status. Status atau kedudukan
merupakan tempat atau posisi seseorang dalam sistem sosial. Status dapat pula
diartikan sebagai posisi atau tempat seseorang dalam suatu kelompok Sedangkan
peranan merupakan aspek dinamis dari status (kedudukan).
Setiap anggota kelompok memiliki status tertentu dan berdasarkan status itu
yang bersangkutan menjalankan peranan tertentu. Demikian pula di dalam subak
sebagai sistem sosial terdapat status dan peranan yang dapat dilihat pada struktur
organisasi subak. Struktur organisasi subak mencerminkan tinggi rendahnya status
dan peranan setiap anggota subak, disamping itu juga menggambarkan tingkat
kekuasaan dan jenjang sosial setiap anggota subak.
7. Kekuasaan
Kekuasaan dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain, yakni memerintah atau menggerakan, mengawasi atau
mengendalikan orang lain dan mengambil keputusan serta menentukan kebijakan
mengenai sesuatu untuk melaksanakan suatu kegiatan yang diinginkan (Sudarta,
2004). Ada empat indikator yang perlu diperhatikan berkaitan dengan kekuasaan
pada sistem subak yakni :
1) kekuasaan anggota subak sesuai kedudukannya

7
2) kemampuan pemimpin menggerakan anggotanya
3) kemampuan pemimpin mengontrol anggotanya
4) kemampuan pemimpin mengambil keputusan

Pekaseh sebagai pucuk pimpinan subak memiliki kedudukan dan kekuasaan


tertinggi dalam subak. Kekuasaan pekaseh dalam menjalankan tugas-tugasnya
kepemimpinannya tetap diatur dengan awig-awig dan perarem subak yang berlaku
(Windia dkk, 2015).
8. Jenjang sosial
Jenjang sosial atau tingkat hirarki dapat diartikan sebagai suatu status atau
kedudukan yang menggambarkan tingkat kekuasaan, kewenangan dan prestise
yang membedakan antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya dalam
sistem sosial. Jenjang sosial adalah tingkatan-tingkatan suatu struktur organisasi
mulai dari yang teratas sampai kepada terbawah, yang masing-masing
menunjukkan tingkatan kewenangan atau kekuasaan dalam organisasi tersebut
(Stoner, 1980).
Sistem subak mempunyai sistem perjenjangan yang jelas yakni mulai dari
jenjangsosial atau tingkat hirarki terendah sampai dengan jenjang sosial tingkat
hiraki tertinggi. Sistem perjenjangan yang ada pada subak, umumnya dipahami
oleh anggota subak. Hal ini karena struktur organisasi beserta personalia pengurus
subak yang mencerminkan perjenjangan sosial tersebut dipilih dan disepakati
bersama melalui rapat subak (Windia dkk, 2015).
9. Fasilitas
Pencapain tujuan dalam sistem sosial memerlukan fasilitas dalam jumlah dan
mutu yang memadai. Suatu sistem sosial tidak akan bisa mencapai tujuan seperti
diharapkan apabila tidak didukung oleh fasilitas yang dibutuhkan. Umumnya
subak telah mempunyai fasilitas yang cukup dan fasilitas itu telah digunakan
secara baik untuk mencapai tujuan. Tanah, danau, sungai, hutan, dan lainnya yang
digunakan untuk mencapai tujuan dalam sistem sosial, termasuk sebagai fasilitas.
Beberapa fasilitas fisik subak antara lain : bendung (empelan), terowongan
(aungan), telabah, talikunda, tembuku. Sedangkan fasilitas non fisik antara lain :
pura, balai subak, balai timbang, dan jalan usaha tani/jalan subak. Umumnya
fasilitas subak terpelihara dengan baik karena rutin diadakan gotong royong di
subak untuk memperbaiki jaringan irigasi (Windia dkk, 2015).

8
10. Wilayah
Wilayah sebagai suatu subsistem dari sistem sosial mempunyai arti yang sangat
penting bagi kelangsungan hidup suatu sistem sosial. Demikian pula subak-subak
di Bali, masing- masing mempunyai wilayah dengan batas-batas alamiah yang
jelas seperti gunung, hutan, jurang, sungai dan desa. Wilayah subak disebut dengan
palemahan sebagai suatu keserasian hubungan timbal balik antara manusiadengan
lingkungannya (Windia dkk, 2015).

3.3 Fungsi dan Kewajiban Subak


Fungsi dan kewajiban subak adalah mengatur pembagian air bagi para anggotanya,
memelihara sumber-sumber air, mengatur jenis padi yang harus ditanam, menetapkan
waktu penyiapan lahan, penaburan benih, dan penanaman padi, serta mengatur pergiliran
tanah. Pada masa kini, ada subak yang telah berfungsi sebagai badan perkreditan, yang
meminjamkan uang pada para anggotanya dengan bunga rendah. Subak berkewajiban
membuat dan memelihara jalan-jalan subak atau jalan desa yang sekaligus berfungsi sebagai
jalan subak, sehingga komunikasi menjadi lancar. Subak berhubungan dengan pemerintah
yang menyangkut hal peningkatan kemajuan subak, menjadi perantara antara pemerintah
dan petani dalam hal menyampaikan perintah-perintahnya, memajukan/ menyampaikan
penyuluhan, lebih-lebih pada masa kini, yang menuntut agar teknologi baru di bidang
pertanian harus segera diterapkan.
Dalam bidang ekonomi subak mempunyai tugas untuk menjamin peningkatan produksi
padi. Dalam bidang rohani, subak berfungsi melaksanakan upacara- upacara keagamaan
yang berhubungan dengan persubakan. Dalam bidang sosial subak berkewajiban membina
dan meningkatkan kerja sama yang erat antara paraanggotanya, antara subak-subak dan
para petani dan pemerintah. Bila ada perselisihan mengenai antaranggota, subak
berkewajiban untuk menyelesaikan dengan bijaksana. Dalam hubungan kerja sama dengan
pemerintah, subak menjadialat bantu untuk memungut Ipeda (Iuran Pembangunan Daerah).
(Andik Prasetyo)

3.4 Struktur Organisasi, Panitia Pengawas dan Keanggotaan Subak


a. Struktur Organisasi Subak
Anggota subak atau juga biasa disebut dengan krama subak adalah para petani yang
memiliki garapan sawah dan mendapatkan bagian air pada sawahnya. Didalam anggota
subak juga terdapat beberapa kelompok yang disebut dengan Sekaa, Krama subak

9
digolongkan menjadi 3, yaitu:
1. Krama aktif adalah anggota yang aktif seperti krama pekaseh, sekaa yeh
atau sekaa subak.
2. Krama pasif yaitu anggota yang mengganti kewajibannya dengan uang
atau naturakarena beberapa penyebab yang biasa disebut dengan
Pengampel atau Pengohot.
3. Krama luput yaitu anggota yang tidak aktif didalam segala macam
kegiatansubak karena tugasnya seperti kepala desa atau Bendesa Adat.

a) Sedahan Agung, ciri-ciri antara lain:


1. Pemegang kekuasaan tertinggi dalam organisasi subak Ia pegawai negeri
2. Berkedudukan di kantor bupati dan diangkat oleh bupati
3. Mengatur pengairan dan persediaan air irigasi di wilayah kabupaten dan
bertugas :
- Memecahkan persoalan-persoalan yang timbul antar subak yang tidak
sanggup diselesaikan oleh petugas bawahannya.
- Memungut pajak tanah.
- Menjadi penghubung antara subak-subak dan pemerintah untuk
menetapkan tanggal pelaksanaan upacara-upacara untuk desa dan subak.
- Mengkoordinasi upacara adat yang berhubungan dengan subak di tingkat
kabupaten.
b) Pekaseh, ciri-ciri antara lain:
- Bukan pegawai negeri
- Luas tanah dana bukti untuk pekaseh di Kabupaten Badung itu tergantung
dari luas wilayah pegangannya.
c) Tempek, ciri-ciri antara lain:
- Dipilih seorang pemimpin dari anggota subak dalam tempek bersangkutan,
yang disbeut klian tempek.
- Pengesahan jabatan klian tempek dilakukan oleh pekasehd) Klian tempek
diadakan untuk memudahkan kepengurusan hal-hal yang menyangkut
pengairan dan pertanaman padi di subak yang wilayahnya luas.
e) Pembantu pekaseh, berbeda bergantung daerah misalnya wakil pekaseh, penulis,
bendahara, juru arah (pembantu untuk menyampaikan berita dan perintah), dan
pecelang atau petilik yang bertugas mengamankan jaringan irigasi dan pembagian

10
air.
f) Pembantu Klian tempek untuk menyampaikan berita dan perintah kepada
para anggota.
b. Susunan Panitia Pengawas Subak
Berikut adalah tugas-tugas dari Panitia Irigasi yang dibentuk untuk melaksanakan
pembinaan dan pengawasan terhadap subak-subak di Bali pada tiap kabupaten.
Menyelenggarakan koordinasi penggunaan air seefisien mungkin, dengan penentuan
prioritas penggunaan, baik secara bergilir maupun secara bergolongan dalam rangka
mencapai produksi yang optimal.
1. Menyelenggarakan koordinasi tata-tanam dengan menetapkan peraturan
tentang waktu/musim, tempat, jenis dan luas tanaman.
2. Mengatur kerjasama yang baik diantara dinas-dinas/jawatan-jawatan dan
instansi- instansi lain yang berkaitan dengan penggunaan air.
3. Membantu gubernur kepala daerah dalam:
a. Mengkoordinasikan tugas-tugas pemeliharaan jaringan irigasi (bangunan
dansaluran) serta bangunan pengendali (tanggul dan bangunan pengendali
banjir lainnya) dengan baik dan terus-menerus.
b. Mengkoordinasikan usaha pembinaan terhadap jaringan-jaringan irigasi,
termasuk jaringan tersier, irigasi desa, pompanisasi dan sebagainya, agar
dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi usaha-usaha pertanian.
c. Mengkoordinasikan usaha inventarisasi jaringan-jaringan dan sumber air,
baik yang sudah maupun yang belum dimanfaatkan secara langsung untuk
irigasi maupun usaha-usaha pertanian lainnya.
d. Mempersiapkan dan mengajukan saran-saran untuk menentukan langkah
kebijaksanaan dalam penyediaan biaya untuk usaha eksploitasi dan
pemeliharaan jaringan irigasi.
Pembentukan panitia pengairan di Bali berdasar atas:
a. Instruksi Presiden No. 1 tahun 1969 tanggal 22-1-1969
b. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Bali tanggal 28-4-1972
c. Surat Pejabat Gubernur Kepala Daerah Propinsi Bali tanggal 7-6-1973
No.Perbang/150/II/C/1973
d. Surat Keputusan Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Bali tanggal 7-6-1973
No.180/36/73.

11
c. Keanggotaan Subak
Sejumlah anggota pada tiap organisasi memiliki syarat menjadi anggota yang
ditetapkan dalam anggaran dasar atau anggaran rumah tangga organisasi bersangkutan.
Menurut haknya atas tanah para petani yang bekerja di sawah dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu: 1) pemilik sawah, dan 2) petani yang mengerjakan sawah orang lain
sebagai penyekap atau karena menggandai.
Ada suatu persoalan yang terjadi dalam keanggotaan subak yaitu sakap- menyakap
atau sewa menyewa tanah. Hal ini terjadi karena siapakah yang termasuk anggota
subak? Para penyekap atau para pemilik tanah? Sedangkan pada waktu itu semua
pemilik tanah mengerjakan tanah miliknya sendiri. Atau petani mengerjakan sawah
milik raja atau bangsawan lainnya sebagai kerja bakti. Dengan upah diberikannya
tanah pecatu dari raja atau bangsawan itu. Tanah ini akan menjadi tanah milik yang
dapat diwariskan turun temurun.
Pada umumnya para penggarap menjadi anggota subak karena menggarapsawah
yang terletak dalam wilayah suatu subak. Penggarap dapatberupa pemilik tanah,
penyakap atau penyewa. Di dalam hal penyakapan, pemilik tanah dan penyakap itu
merundingkan pembagian beban yang harus dipikul oleh masing- masing pihak
sebagai konsekuensi menjadi anggota subak. Ada pemilik tanah yang memikulkan
segala beban kepada penyakap, tetapi ada juga yang bebannnya ditanggung bersam-
sama.
Dilihat dari segi tanggung jawabnya, anggota subak seringkali dapat dibagiatas tiga
golongan:
1) Anggota yang ikut menjalankan setiap kegiatan subak dalam urusan pengairan.
Anggota-anggota ini terhimpun dalam sekehe yeh (perkumpulan air), dan
sering disebut krama pekaseh.
2) Anggota yang tidak ikut dalam tugas menyelenggarakan pembagian air.
sebagai gantinya mereka membayar sejumlah uang, yang besarnya ditetapkan
dalam peraturan subak. Anggota semacam ini dinamakan pengampel.
3) Anggota yang dibebaskan dari tugas menyelenggarakan pembagian air.
golongan ini disebut leluputan, yang terdiri dari para ahli agama yang bertugas
menyelenggarakan upacara keagamaan yang berhubungan dengan subak.
Selain itu, seorang anggota subak hilang keanggotaannya, apabila ia meninggal
dunia, berhenti menggarap sawah di wilayah subak bersangkutan karena sawah
sekapannya telah diambil oleh pemiliknya atau apabila ia menggarap tidak mematuhi

12
subak. Jika seorang anggota meninggal dunia, maka pewarisnyalah yang
menggantikannya dengan syarat yaitu laki-laki dewasa. Kalau sawah itu digadaikan
atau dijual, maka yang menjadi anggota subak ialah si pemilik yang baru atau
sipenggadai.

3.5 Hak dan Kewajiban Anggota Subak


a) Hak Anggota Subak
Para anggota subak berhak untuk:
- Mendapat bagian air secara adil dari subak. Banyaknya air yang diperoleh
tergantung dari luas sawah yang dimiliki/ digarap
- Memilih dan dipilih sebagai pengurus subak
- Mengeluarkan pendapat dan usul-usul dalam rapat anggota
- Diwakili oleh orang lain dalam melakukan segala kegiatan persubakan
- Melaporkan pelanggaran-pelanggaran kepada pengurus subak dengan mendapat
sebagian uang denda yang harus dibayar oleh si pelanggar yang besarnya
ditetapkan dalam peraturan subak
- Mendapat bagian dari kekayaan subak
- Mendapat pelayanan dan perlakuan yang baik dari subak
b) Kewajiban Anggota Subak
Tugas dan kewajiban anggota subak mencakup tiga bidang, yaitu:
1. Bidang fisik :
- Membuat, memelihara serta memperbaiki bangunan-bangunan pengairan.
- Membuat, memelihara serta memperbaiki bangunan-bangunan subak selain
bangunan pengairan.
2. Bidang sosial ekonomi :
- Menaati dan melaksanakan peraturan subak, baik yang tertulis maupun tidak
- Melaksanakan segala keputusan rapat anggota
- Menjalankan segala perintah pengurus berdasarkan peraturan berlaku
- Mengadakan pemilihan pengurus
- Menghadiri rapat anggota, baik yang bersifat rutin maupun insidental
- Memelihara kelancaran pembagian air
- Membayar denda serta iuran-iuran, baik yang berupa uang maupun barang
- Membayar Ipeda yang telah ditetapkan oleh pemerintah pada batas waktu yang
telah ditentukan

13
- Melaksanakan instruksi-instruksi pemerintah yang disalurkan lewat subak
- Menjaga air di bendungan agar tidak dicuri oleh anggota subak lain dan mencari
airapabila terjadi kecurian atau kebocoran
- Bilamana perlu, bersama-sama dengan anggota subak lainnya mengadakan
pemberantasan hama
3. Bidang keagamaan :
Upacara keagamaan dilakukan saat lahan dipersiapkan sampai hasil panen
(padi) sudah di tempat penyimpanan (lumbung). Jenis serta waktu upacara tidak
sama setiap subak. Upacara ada yang dilakukan secara perorangan ataupun
bersama- sama. Upacara-upacara yang dilakukan antara lain:
a) Ngendagin, dilakukan perorangan oleh anggota pada saat mencangkul pertama
disawah. Penentuan waktunya tergantung dari masing-masing anggota.
b) Pangwiwit, dilakukan waktu akan menebar benih oleh pekaseh bersama
pemukaagama
c) Mapag toya, dilakukan saat akan menyalur air pertama kali ke sawah pada
musim menanam padi rendengan
d) Nandur, dilakukan waktu menanam padi secara perorangan
e) Neduh, dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit tangan oleh beberapa
pengurus subak setelah padi berumur kira-kira 17 hari. Kemudian air suci
dibagikan kepada para anggota yang selanjutnya akan melakukan upacara di
sawahnya masing-masing
f) Pecaruan, dilakukan untuk menarik hama secara bersama setelah padi berumur
satu bulan
g) Nyambutin, dilakukan pada waktu padi berumur satu setengah bulan oleh
anggota disawahnya masing-masing.
h) Biyakukung, dilakukan pada saat padi sedang bunti
i) Miseh, dilakukan oleh masing-masing anggota pada saat padi berumur dua
sampai dua setengah bulan
j) Ngasaba, dilakukan secara bersama-sama kira-kira sepuluh hari menjelang
panen serta khusus untuk rendengan dan dilakukan dengan cukup mewah karena
disertai dengan pesta oleh seluruh anggota. Sebelum upacara ini dilakukan, tidak
diperkenankan untuk memungut hasil/ panen
k) Mentenin, dilakukan secara perorangan di masing-masing lumbung anggota
beberapa hari setelah padi di taruh di lumbung.

14
3.6 Tata Pengaturan Penetapan Iuran dan Pembagian Air dalam Subak
a) Tata Pengaturan Dan Penetapan Iuaran
Sumber-Sumber Keuangan Subak
Untuk menjalankan kegiatan sehari-hari pasti memerlukan biaya yang tidak kecil
jumlahnya dan untuk besarnya tidak diketahui dengan pasti.
Sumber-sumber dari subak adalah:
- Iuran dari tiap anggota, dalam bentuk uang atau barang
- Denda yang dikenakan kepada para anggota yang tidak hadir dalam rapat,
ataupundenda karena pelanggaran terhadap peraturan subak yang sedang berlaku
Uang pangkal yang ditarik dari anggota baru
- Upah panen yang diperoleh jika anggota subak yang bersangkutan melakukan
pemungutan hasil/panen di lingkungan subaknya sendiri maupun di lingkungan
subak lain dengan menerima upah dalam bentuk barang
- Hasil tanah milik subak
- Bunga uang dari anggota subak yang meminjam kepada kas subak
- Subsidi atau bantuan dari pemerintah
- Sumber-sumber lain, misalnya pengumpulan dana waktu mengadakan tontonan,
sabungan ayam dan lain-lain
Besar iuran tidak sama tiap anggota tergantung dari luas pemilikan sawah.
Begitu juga cara penetapan iuaran per satuan luas sawah antara subak satu dengan
lainnya tidak ada keseragaman. Besarnya iuran ditentukan dalam peraturan subak
atau dalam rapat anggota. Bentuk iurannya berupa uang dan barang. Macam iuran
dapat dibedakan menjadi:
1) Iuran yang dipungut secara insidental (waktunya tidak tetap)
- Biasanya iuran berbentuk uang dan dikenakan kepada para anggota karena
keperluan-keperluan mendadak.
- Beberapa subak besar iuran sama setiap anggota, tapi untuk kebanyakan
subakbesarnya ditentukan menurut luas pemilikan sawah.
- Iuran ditentukan atas persetujuan rapat anggota
- Pembayarannya dilakukan pada rapat berikutnya.
2) Iuran yang dipungut secara berkala.
Biasanya iuran ini dipungut setiap habis panen dan dibayar dalam bentuk
barang.Ada beberapa macam iuran berkala, yaitu:

15
a) Pengoot atau pengampel, adalah iuran untuk pembelian air oleh anggota,
dibayar dalam bentuk padi sehabis panen padi rendengan (setahun sekali).
- Di beberapa subak di Kabupaten Badung, anggota yang aktif (ngoot ngayah)
dikenakan pengoot yang besarnya setengah dari yang dikenakan pada
anggota yang tidak aktif (ngoot ngutang).
- Sebagian dari pengoot (pengampel) biasanya digunakan untuk biaya
upacara keagamaan di subak dan sebagian dibagikan kepada anggota
aktif sebagai balas jasa.
b) Sarin tahun, adalah iuaran yang dikenakan kepada semua anggota subak dalam
bentuk padi setiap habis panen.
- Iuran digunakan untuk keperluan upacara-upacara keagamaan di subak
- Ada yang dipungut sekali setahun yaitu sehabis panen padi rendengan atau
gadu dan besarnya ditetapkan dalam rapat anggota
- Iuran untuk balas jasa pengurus subak

b) Pembagian Air Diantara Anggota Anggota Subak


Pembagian bagi para anggota subak didasarkan atas luas sawah, yang dinyatakan
dalam tenah. Bila misalnya luas sebuah x tenah dan satu petak sawah sama dengan
x tenah, maka air yang diterima oleh petak bersangkutan ialahbagian air yang tersedia
untuk subak itu.
Di subak yang mengadakan sistem giliran, karena air sungai tidak cukup,
penggunaan air oleh tempek-tempek diatur dalam tiga masa yaitu :
1) Ngulu (terdahulu). Tempek-tempek yang di hilir sumber air biasanya mendapat giliran
ini. Bulan subak-subak mendapat air berbeda-beda, tergantung dari keadaan iklim
setempat. Misalnya di Kabupaten Karangasem, ngulu dimulai bulan November-
Desember, di Kabupaten Buleleng dimulai bulan Oktober dan di Kabupaten Bangli
bulan Desember.
2) Maongin, (baong = leher, maksudnya pertengahan). Tempek- tempek turun ke sawah
pada masa pertengahan. Di Kabupaten Karangasem maongin mulai bulan Januari-
Februari, sedangkan di Kabupaten Buleleng mulai bulan Februari sampai Maret dan
akhirnya di Kabupaten Bangli dalam bulan Februari. Tempek- tempek ini terletak di
tengah- tengah antara hulu dan hilir sumber air.
3) Ngasep (kasep = terlambat, yang artinya paling akhir). Tempek-tempek ang ngasep

16
umumnya terletak di daerah hulu sungai/ sumber air). Tempek-tempek mulai turunke
sawah padabulan Maret-April di Kabupaten Karangasem serta bulan Juni-Juli di
Kabupaten Buleleng.
Adapun cara distribusi air di suatu subak adalah pertama-tama subak membuat
bendungan pada sungai, lalu air melalui tembuku (pintu air I), kemudian dialirkan ke
saluran primer (telabah gde). Besar kecilnya debit air yang boleh dimasukkan ke
saluran primer ini ditetapkan antar subak-subak yang memakai air yang bersangkutan.
Dari saluran primer air dialirkan dan dibagi oleh tembuku aya(pintu air II) ke dalam
saluran-saluran skunder dengan bagian air yang sebanding dengan luas tempek masing-
masing. Selanjutnya air dari saluran sekunder ini dibagi oleh tembuku pemaron (pintu
air III) ke dalam saluran tersier . Dari sini airdibagi lagi ke dalam saluran pengambilan
atau saluran kuarter (kekalen penyuangan) melalui tembuku gde (pintu air IV). Baru
dari saluran pengambilan inilah air langsung dialirkan ke petak- petak sawah dengan
bantuan temuku cerik (empangan kecil) masuk penampang pemasukan. Luas
penampang pemasukan disesuaikan dengan luas sawah anggota. Sisa air dari petak
terakhir kemudian dibuang, atau kadang-kadang dapat dipakai lagi oleh petak-petak
lain yang letaknya di sebelah bawah.(Maulina Pramesti)
Ada dua macam pembagian air di subak :
1. Pembagian antar subak
Dasar patokan yang dipakai yaitu satu tektek (satuan dasar bagian air). yang
dimasud dengan satu tektek ialah besarnya debit atau volume air yang melalui
penampang (pintu air) dengan ukuran 5 cm x 1 cm (lebar 5 cm dan dalam 1 cm
pada dam kecil) untuk mengairi sawah seluas 35-50 are. Sawah yang luasnya
sekianitu memerlukan bibit satu tenah (satu ikat, kira-kira 25-30 kg). Karena
itu luas sawah yang dinyatakan dalam ukuran tenah, dimana luas sawah satu
tanah adalah 35-50 are.
2. Pembagian antar anggota subak
Pembagian bagi para anggota subak didasarkan atas luas sawah, yang
dinyatakan dalam tenah. Bila misalnya luas sebuah x tenah dan satu petak sawah
sama dengan x tenah, maka air yang diterima oleh petak bersangkutan ialah
bagian air yang tersedia untuk subak itu.
Pertama-tama subak membuat bendungan pada sungai, lalu air melalui tembuku
(pintuair I) ,kemudian dialirkan ke saluran primer (telabah gde) . Besar kecilnya debit
air yang boleh dimasukkan ke saluran primer ini ditetapkan antarsubak-subak yang

17
memakai air yang bersangkutan. Dari saluran primer air dialirkan dan dibagi oleh
tembuku aya (pintu air II) kedalam saluran-saluran skunder dengan bagian air yang
sebanding dengan luas tempek masing-masing. Selanjutnya air dari saluran sekunder ini
dibagi oleh tembuku pemaron (pintuair III) ke dalam saluran tersier . Dari sini air dibagi
lagi ke dalam saluran pengambilan atau saluran kuarter (kekalen penyuangan) melalui
tembuku gde (pintu air IV). Baru dari saluran pengambilan inilah air langsung dialirkan
ke petak-petak sawah dengan bantuan temuku cerik (empangan kecil) masuk
penampang pemasukan . Luas penampang pemasukan disesuaikan dengan luas sawah
anggota. Sisa air dari petak terakhir kemudian dibuang, atau kadang- kadang dapat
dipakai lagi oleh petak-petak lain yang letaknya di sebelah bawah. (Maulina)

3.7 Awig-Awig Subak


Awig-awig adalah aturan yang dibuat oleh krama desa pakraman dan atau
krama banjar adat yang dipakai sebagai pedoman dalam pelaksanaan Tri Hita Karana sesuai
dengan desa mawacara dan Dharma Agama di desa pakraman atau banjar pakraman
masing-masing.
Adapun Awig-Awig sudah diatur dalam peraturan pemerintah daerah yang
terletak di Bab V Peraturan Daerah Provinsi Bali No 9 tahun 2012 tentang Subak. Yaitu:
Pasal 9
(1) Setiap subak harus memiliki awig-awig.
(2) Awig-awig sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh bertentangan
dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945dan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 10
(1) Awig-awig sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dibuat dan disahkan oleh
krama subak.
(2) Awig-awig sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatatkan di Kantor
Bupati/Walikota

Pasal 11
Sanksi yang diatur dalam awig-awig tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan dan rasa keadilan dalam masyarakat.

18
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sistem sosial adalah bentuk kebudayaan dalam wujud yang lebih konkret dan dapat
diamati. Subak sebagai sistem sosial, karena kegiatan anggota subak berwujud aktivitas
ataupun tingkah laku yang berpola dalam bentuk perilaku, upacara-upacara serta ritus-ritus
yang wujudnya lebih konkret. Menurut Windia,dkk (2015), aspek sosial sistem subak yang
menjadi indikator darisebuah organisasi agar dapat dikategorikan sebagai organisasi sosial
terdiri dari 10 indikator yaitu : Tujuan, Kepercayaan, Setimen, Norma, Sangsi, Status dan
Peranan, Kekuasaan, Jenjang sosial, Fasilitas, Wilayah.
Subak sendiri memiliki fungsi dan kewajiban untuk mengatur pembagian air bagi para
anggotanya, memelihara sumber-sumber air, mengatur jenis padi yang harus ditanam,
menetapkan waktu penyiapan lahan, penaburan benih, dan penanaman padi, serta
mengatur pergiliran tanah.
Di dalam subak juga terdapat struktur organisasi, panitia pengawas dan keanggotaan
subak. Sehingga para anggota subak memiliki hak yang harus dipenuhi serta kewajiban
yang harus dijalankan selama menjadi anggota subak. Pada subak juga terdapat aturan atau
yang dikenal dengan awig-awig, awig-awig adalah aturan yang dibuat oleh krama desa
pakraman dan atau krama banjar adat yang dipakai sebagai pedoman dalam pelaksanaan
Tri Hita Karana sesuai dengandesa mawacara dan Dharma Agama di desa pakraman atau
banjar pakraman masing-masing.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bali Glory. (2016). Subak: Sistem Pengairan Sawah (irigasi) Tradisional Bali. Diambil
kembali dari id.baliglory: http://www.id.baliglory.com/2016/04/subak-bali.html

Sudika. I Wayan. 2020. Peran Pekaseh Dalam Pelestarian Budaya SubakDi Bali. Maha
Widya Duta. 4 (2) : 145.

Windia, Wayan, Wayan Sudarta, dan Wayan Sri Astiti. 2015. Sistem SubakDi BaliDenpasar :
Universitas Udayana Press.

20

Anda mungkin juga menyukai