Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH PANCASILA

SEPARATISME SEBAGAI SALAH SATU BENTUK ANCAMAN

PERSATUAN DAN KEDAULATAN

Disusun Oleh:

Achyunisa (D1B022048)
Aditya Rabin Mustofa (D1B022034)
Ari Wijaya (D1B022004)
Belian Sunja Sari (D1B022045)
Eni Seven Two Purba (D1B022047)
Nur Adila (D1B022003)
Nur Anisah Tulwahidah (D1B022005)
Putri Dinanti (D1B022049)
Rustika (D1B022033)
Salaisyah Amalia Yusuf (D1B022010)

Dosen Pengampuh:

Drs. Asep, M.Si

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN SAINS INFORMASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BENGKULU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik mungkin. Kami juga berterima kasih pada orang tua saya serta Pak Asep selaku dosen
pengampu Pancasila yang telah membimbing saya hingga sampai saat ini.

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi dan melengkapi tugas mata kuliah Pancasila dengan
judul “Separatisme sebagai Salah Satu Bentuk Ancaman Persatuan dan Kedaulatan”. Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan kita. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Bengkulu, 25 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................2
BAB II SEPARATIS ATAU SEPARATISME ............................................................3
2.1 Pengertian Separatis dan Separatisme..........................................................3
2.1.1 Pengertian Separatis......................................................................3
2.1.2 Pengertian Separatisme.................................................................3
2.2 Tujuan Separatisme......................................................................................3
2.3 Gerakan Separatis dalam Konteks Nasionalisme.........................................4
2.4 Penyebab Munculnya Gerakan Separatisme................................................4
2.5 Sejumlah Gerakan Separatisme di Indonesia...............................................6
2.6 Separatisme dalam Pandangan Hukum Internasional..................................6
BAB III SEPARATISME DI PAPUA ........................................................................10
3.1 Organisasi Papua Merdeka (OPM).............................................................10
3.1.1 Sejarah Awal...............................................................................10
3.1.2 Deklarasi Republik Papua Barat..................................................11
3.1.3 Hierarki dan Otoritas...................................................................11
3.1.4 Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat................................12
3.2 Latar Belakang Konflik Separatisme Papua...............................................13
3.3 Tantangan Keamanan Indonesia terhadap Separatisme Papua..................14
3.4 Respon dan Kebijakan Pemerintah terhadap Separatisme Papua..............15
3.4.1 Respon Pemerintah terhadap Separatisme di Papua ...................15
3.4.2 Kebijakan Pemerintah terhadap Separatisme di Papua...............16
3.5 Internasionalisasi Gerakan Separaisme Papua...........................................17
3.5.1 Aktor Non-Negara.......................................................................17
3.5.2 Aktor Negara...............................................................................18
3.5.3 Aktor Organisasi Regional..........................................................20
3.6 Solusi terhadap Gerakan Separatisme Papua.............................................21
BAB IV KORELASI SEPARATISME DENGAN PERSATUAN DAN
ii
KEDAULATAN............................................................................................23
4.1 Separatisme sebagai Bentuk Penyimpangan Pancasila Sila ke-3...............23
4.2 Kebhinnekaan sebagai Sumber Kekuatan..................................................24
4.3 Kedaulatan Negara.....................................................................................24
4.3.1 Pengertian Kedaulatan Negara....................................................25
4.3.2 Arti Penting Kedaulatan Negara..................................................25
4.3.3 Dampak Separatisme Terhadap Keutuhan NKRI.......................25
4.4 Negara dalam Mengatasi Ancaman Kedaulatan NKRI..............................27
BAB V PENUTUP ......................................................................................................29
5.1 Kesimpulan.................................................................................................29
5.2 Saran...........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila merupakan refleksi jiwa seluruh rakyat Indonesia, falsafah serta ideologi bangsa
yang telah dilegitimasi sebagai dasar negara, namun saat ini mengalami berbagai interpretasi sesuai
dengan berbagai kepentingan yang tidak lagi sejalan dengan pandangan dan pedoman hidup bangsa
Indonesia yang tercermin pada tujuan nasional pada Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi
“Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia” dengan makna bahwa
segenap bangsa Indonesia merupakan warga negara Indonesia yang berhak mendapat perlindungan
dan seluruh tumpah darah Indonesia berarti seluruh wilayah Indonesia yang harus kita jaga
keutuhannya. Karena Pancasila yang berperan sebagai ideologi bangsa dan juga sebagai alat
pemersatu yang menjunjung tinggi kemanusiaan, keadilan, persatuan, kesatuan,keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan.

Pancasila mengajarkan agar kita memiliki wawasan Nusantara yang artinya cara pandang
bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya yang kini berganti zaman kian memudar karena
banyak rakyat yang sudah tidak bisa memaknai secara mendalam apa itu wawasan Nusantara. Pada
masa sekarang terjadi banyak kegagalan dari penerapan Pancasila salah satunya adalah adanya
gerakan separatisme di Papua yang mengancam kedaulatan NKRI. Hal ini menyangkut masalah
tidak terlaksananya nilai Pancasila terutama pada sila ke-tiga “Persatuan Indonesia”.

Gerakan separatis tersebut beberapa kali terjadi di Indonesia, dan menjadi masalah yang
dapat mengancam kedaulatan. Hal semacam itu terjadi sejak lama dan kembali terjadi beberapa
tahun ini. Beberapa Gerakan tersebut terjadi dengan di latarbelakangi berbagai faktor yang
berbeda–beda. Gerakan separatis tersebut juga ditunggangi oleh kepentingan agama dan politik.

1.2 Rumusan Masalah


a) Separatisme merupakan salah satu bentuk ancaman bagi persatuan dan kedaulatan suatu
negara. Apa yang menyebabkan terjadinya separatisme dan bagaiamana pandangan hukum
terkait dengan gerakan tersebut disuatu negara?

b) Bagaimana awal mulanya terjadi separatisme di Papua hingga upaya dan kebijakan yang
dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi gerakan tersebut?

1
c) Apa korelasi separatisme tersebut dengan nilai Pancasila khususnya sila ketiga, yaitu
persatuan, yang kemudian berkaitan dengan kedaulatan NKRI?

1.3 Tujuan Makalah


Adapun tujuan penulisan makalah tersebut ,antara lain sebagai berikut:

a) Sebagai bentuk pemenuhan tugas mata kuliah Pancasila.

b) Sebagai wadah untuk mengimplementasikan hasil dari pembelajaran mata kuliah


Pancasila.

Selain itu, berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah:

a) Mengetahui dan memahami apa itu separatisme beserta faktor-faktor penyebab munculnya
dan padangan hukum mengenai gerakan tersebut.

b) Mengetahui dan memahami mengenai separatisme yang terjadi di Papua hingga upaya dan
kebijakan yang pemerintah Indonesi lakukan untuk mengatasi gerakan tersebut.

c) Mengetahui dan memahami korelasi antara separatisme yang terjadi di Indoensia dengan
Pancasila terkhusus sila ketiga, yaitu “Persatuan Indonesia” dan kaitannya dengan
kedaulatan NKRI.

1.4 Manfaat Makalah


Manfaat dari penulisan makalah “Separatisme sebagai Salah Satu Bentuk Ancaman Persatuan
dan Kedaulatan” pada mata kuliah Pancasila ini, yaitu:

a) Diharapkan mampu membangun karakter kepada penulis dan pembaca serta masyarakat.

b) Sebagai bahan yang dapat menggambarkan dan menjabarkan tentang arti penting Pancasila
terkhusus sila ketiga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

c) Diharapkan penulisan makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
jurusan Perpustakaan dan Sains Informasi bahwa pentingnya Pancasila dalam
menyelesaikan dan mempersatukan bangsa Indonesia agar tetap menjadi suatu kesatuan
yang harmoni.

Sumber :

2
https://www.coursehero.com/file/57740284/makalah-bab-demokrasi-kelompok-1docx/
https://osf.io/dr4jm/download/?format=pdf.

BAB II
SEPARATIS ATAU SEPARATISME

2.1 Pengertian Separatis dan Separatisme


2.1.1 Pengertian Separatis

Se·pa·ra·tis /séparatis/ n orang (golongan) yang menghendaki pemisahan diri dari suatu
persatuan; golongan (bangsa) untuk mendapat dukungan. Pengertian separatis dalam wikipedia
adalah politik suatu gerakan untuk mendapatkan kedaulatan dan memisahkan suatu wilayah atau
kelompok manusia. Kata ini dalam sejarah telah terbukti selalu disampaikan oleh pejabat
pemerintah pada suatu negara yang berdaulat, kepada kelompok yang berjuang untuk memisahkan
diri.

2.1.2 Pengertian Separatisme

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti separatisme adalah paham atau gerakan untuk
memisahkan diri atau mendirikan negara sendiri. Secara umum, separatisme adalah kelompok etnis
atau kelompok identitas lain yang berupaya memisahkan diri dari suatu negara atau pemerintahan
yang sah.

Dari sudut pandang pemerintah, separatisme merupakan gerakan perlawanan dan


pemberontakan yang harus segera ditumpas dan dihilangkan. Berbagai gerakan separatisme akan
diredam dan diberi pemahaman agar kembali pada konstitusi dan undang-undang yang berlaku. Jika
tidak diatasi, separatisme dapat memicu keretakan dan mengancam keutuhan negara. Tidak sedikit,
negara yang terpecah belah akibat separatisme.

Separatisme adalah sebuah paham, sedangkan separatis adalah orang (golongan) yang
menghendaki pemisahan diri dari suatu persatuan; golongan (bangsa) untuk mendapatkan
dukungan. Jadi orang yang melakukan separatisme adalah atau disebut juga dengan separatis.

2.2 Tujuan Separatisme


Separatisme adalah paham atau gerakan memisahkan diri (mendirikan negara sendiri).
Gerakan separatisme ini bertujuan untuk memisahkan diri dari negara asal untuk menjadi negara

3
sendiri dan merdeka. Hal ini dilakukan untuk membuat suatu wilayah atau golongan merdeka dan
mendapatkan kedaulatannya sendiri sebagai negara baru.

Selain itu terdapat juga tujuan seperti pada gerakan separatisme DI/TII, yaitu membentuk
negara daulat islam Indonesia, memperbaiki nasib umat Islam di indonesia, mendirikan negara
islam di indonesia.

2.3 Gerakan Separatis dalam Konteks Nasionalisme

Orang yang memiliki jiwa nasionalisme sungguh tidak mungkin melakukan gerakan
separatisme yang dinilai dapat memecahkan negeri ini, karena adanya kesadaran bahwa negara,
bangsa dan tumpah air adalah hasil dari suatu perjuangan yang panjang dan hidup dalam tatanan
dasar, filosofi dasar bangsa ini yang berdasarkan asas-asas pancasila, bukan menjadi pembrontak
atau pembangkang yang suatu saat akan menjadi bom atom bagi generasi, tunas-tunas bangsa di
masa yang akan datang.

Dewasa ini gerakan separatisme sudah menjamur di negeri ini mulai dari polemik agama,
masalah kebangsaan, perbedaan pandangan, perbedaan cara berfikir, bahkan yang pailing parah
adalah perbedaan kepentingan yang mengatasnamakan suatu perubahan sehingga menghalalkan
berbagai cara dalam mencapai tujuan dari organisasi mereka. Sungguh miris rasanya melihat
keadaan bangsa yang begitu multi etnik,ras, budaya, yang indah akan perbedaan yang kaya akan
kearifan lokal, tiba-tiba terpecah belah menjadi sekutu-sekutu yang egois .

Gerakan separatis dan nasionalisme apabila dilihat dari sisi positifnya, 50% adalah suatu
pembenaran, karena bisa dilihat dari keadaaan ekonomi yang semraut, tingginya angka
pengangguran, angka kemiskinan, kriminalitas kian menjamur, sampai hukum dalam bangsa ini
ibarat permen karet apabila sudah habis manisnya, siap untuk di campakan dan diganti dengan
perman pahit yang sudah tidak mampu di isap oleh penguasa bangsa ini.

2.4 Penyebab Munculnya Gerakan Separatisme

Sekilas gerakan separatis terlihat brutal, dan tanpa dasar atau arogan karena ingin
memisahkan diri dan mendirikan negara sendiri. Namun ternyata gerakan ini tak muncul tanpa
sebab. Ada bermacam sebab sekelompok orang ingin memisahkan diri dari ikatan kedaulatan suatu
negara. Mulai dari tidak puas dengan pelayanan pemerintah, dan sebab-sebab lainnya.

4
Penyebabnya bisa jadi karena dua jenis konflik yakni konflik vertikal dan konflik horizontal
yang terjadi dalam suatu negara. Kedua konflik tersebut menjadi faktor penyebab separatisme yang
paling utama. Konflik vertikal adalah konflik yang terjadi antara rakyat dengan pemerintah.
Sedangkan konflik horizontal merupakan konflik antara rakyat dengan rakyat, kelompok
dengan kelompok, yang sederajat. Adapun penyebab gerakan separatis akibat kedua konflik yang
dimaksud adalah sebagai berikut:

a) Krisis Ekonomi

Ekonomi yang lemah pada suatu negara menyebabkan terjadinya berbagai tindak
kejahatan, seperti merampok, mencuri, membunuh, dan sebagainya. Selain itu, penyebab
separatisme adalah pemulihan dari krisis ekonomi yang lamban dan berlangsung begitu
lama dan tidak efektif. Jika dibiarkan lama, rakyat akan merasa sulit dan kehilangan
kepercayaan terhadap pemerintah dalam mengelola negara dan memelihara rakyatnya.

b) Krisis Politik

Konflik antara elite politik yang hanya memperjuangkan kepentingannya sendiri,


pada akhirnya menciptakan kondisi instabilitas politik. Pejabat yang korupsi dan hanya
memperjuangkan kepentingan pribadi secara terus menerus akan menyebabkan kemarahan
rakyat. Hal ini tentunya dapat menjadi penyebab terjadinya gerakan separatisme.

Krisis politik ini tentu akan menyulitkan lahirnya kebijakan yang utuh dalam
mengatasi krisis ekonomi. Bukannya mendapat solusi, malah timbul perpecahan elite poltik
disertai defisiensi pemerintah menjalankan fungsinya. Hal ini akan berakibat pada
ketidakmampuan pemerintah dalam memberi pelayanan publik akan makin merosot yaitu
fasilitas kesehatan dan pendidikan bagi seluruh masyarakatnya.

c) Kebijakan Pemerintah Tak Berpihak ke Rakyat

Penyebab lainnya adalah warga merasa kebijakan pemerintahnya tidak


menguntungkan rakyat. Sehingga mereka merasa pemerintah tidak kompeten dalam
menyelesaikan masalah di negaranya. Kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang kurang
tepat juga mengakibatkan kurang meratanya penyebaran penduduk dan tidak berhasilnya
pemberdayaan masyarakat

d) Krisis Sosial

Selain krisis ekonomi dan politik, hal yang juga berbahaya adalah krisis sosial. Krisis
sosial ini berbentuk sikap primodialisme dan ekslusivisme bernuansa SARA. Pertautan
5
antara adanya kelompok masyarakat yang sulit menerima perbedaan dengan sejumlah alas
an, intimidasi terhadap kaum tertentu, dan masalah-masalah sosial lainnya juga menjadi
salah satu faktor penyebab separatisme terjadi.

e) Hukum yang Tidak Dihormati

Bagi sejumlah orang hukum tak lagi punya harga diri. Karena hanya membela orang-
orang tertentu. Hukum yang harusnya menjadi pelindung, justru menjadi pisau yang
menyakitkan karena tak sama sekali bisa membela kebenaran. Lemahnya penegakan hukum
dan HAM sehingga terkesan seperti adanya pembiaran yang dilakukan oleh negara terhadap
kekerasan yang terjadi di sejumlah daerah. Mereka yang muak dengan sistem hukum yang
tidak adil akan berpikir untuk memisahkan diri dari kedaulatan yang tidak menyediakan
tempat untuk mereka.

f) Intervensi Internasional

Adanya pihak dari luar negara masuk ke dalam negara yang berupaya untuk
memecah belah dan mengambil untung dari perpecahan tersebut dengan menanamkan
pengaruhnya terhadap kebijakan politik dan ekonomi negara tersebut (khususnya negara-
negara pasca merdeka).

2.5 Sejumlah Gerakan Separatisme di Indonesia

Sejak merdeka pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia harus menghadapi sejumlah
gerakan separatis. Gerakan-gerakan separatis tersebut memakan jumlah korban yang tidak sedikit.
Selain itu, gerakan separatis itu menyisakan luka yang mendalam bagi para korban.

a) PKI Madiun

Pada 11 Agustus 1948, Musso tiba dari Moskow. Amir dan FDR segera bergabung
dengan Musso. Untuk memperkuat organisasi, maka disusunlah doktrin bagi PKI. Doktrin
itu bernama Jalan Baru. PKI banyak melakukan kekacauan, terutama di Surakarta. Salah
satu penyebab terjadinya PKI Madiun yaitu Jatuhnya kabinet Amir disebabkan
kegagalannya Perundingan Renville yang merugikan Indonesia. Untuk merebut kembali
kedudukannya,pada 28 Juni 1948 Amir Syarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat
(FDR).

b) Pemberontakan DI/TII

6
Pada 7 Agustus 1949, Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam
Indonesia (NII). Tentara dan pendukungnya disebut Tentara Islam Indonesia (TII).
Pemberontak ini terjadi dikarenakan Tidak semua komponen bangsa menaati isi Perjanjian
Renville yang dirasakan sangat merugikan bangsa Indonesia. Salah satunya adalah S.M.
Kartosuwiryo beserta para pendukungnya. PRRI

Munculnya pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)


diawali dari ketidakharmonisan hubungan pemerintah daerah dan pusat. Daerah kecewa
terhadap pemerintah pusat yang dianggap tidak adil dalam alokasi dana pembangunan.

c) Pemberontakan Permesta

Proklamasi PRRI ternyata mendapat dukungan dari Indonesia bagian Timur. Pada 17
Februari 1958 Somba memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat dan mendukung
PRRI. Gerakannya dikenal dengan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Gerakan ini jelas
melawan pemerintah pusat dan menentang tentara sehingga harus ditumpas.

d) Gerakan Aceh Merdeka (GAM)

GAM adalah sebuah organisasi separatis yang memiliki tujuan supaya Aceh lepas
dari NKRI. Konflik antara pemerintah RI dengan GAM terus berlangsung hingga
pemerintah menerapkan status Darurat Militer di Aceh pada 2003.

Pada 27 Februari 2005, pihak GAM dan pemerintah RI memulai tahap perundingan
di Vantaa, Finlandia. Pada 17 Juli 2005, setelah perundingan selama 25 hari, tim perunding
Indonesia berhasil mencapai kesepakatan damai dengan GAM di Helsinki, Finlandia.

e) Organisasi Papua Merdeka (OPM)

OPM adalah organisasi yang didirikan pada 1965 untuk mengakhiri pemerintahan
provinsi Papua dan Papua Barat di Indonesia yang sebelumnya dikenal sebagai Irian Jaya
serta untuk memisahkan diri dari Indonesia. Gerakan ini dilarang di Indonesia dan tidak
mendapat dukungan dari dunia internasional yang masih mengakui kedaulatan Indonesia.

2.6 Separatisme dalam Pandangan Hukum Internasional

Hukum internasional tidak menghukum adanya pemberontakan. Kejadian-kejadian dalam


suatu negara, termasuk di dalamnya pemberontakan dari kaum separatis merupakan urusan intern
negara yang bersangkutan. Hukum yang berlaku terhadap peristiwa pemberontakan tersebut adalah

7
hukum nasional negara yang bersangkutan. Hukum internasional melarang negara lain untuk tidak
melakukan intervensi tanpa persetujuan negara tersebut.

Negara negara lain berkewajiban menghormati kedaulatan negara yang bersangkutan


termasuk menghormati hak negara ter sebut menerapkan hukum nasionalnya terhadap peristiwa
pemberontakan itu. Apabila pemberontakan dalam suatu negara telah mengambil porsi sedemikian
rupa, sehingga negara negara lain tidak mungkin lagi menutup mata terhadap kejadian tersebut,
terpaksa negara-negara lain dengan sesuatu cara menunjukkan perhatian mereka dengan Pengakuan
(recognition of insurgency) dan bukan dengan penghukuman.

Meskipun pemberian pengakuan sebagai pemberontak tidak memberikan status hukum yang
tegas terhadap mereka, namun diharapkan dengan pengakuan tersebut pemerintah pusat akan
memperlakukan mereka sesuai dengan tuntutan perikemanusiaan. Kaum pemberontak seharusnya
tidak diperlakukan seperti penjahat-penjahat kriminal. Untuk mencegah kesalahpahaman, perlu
ditekankan bahwa pemberian pengakuan terhadap kaum pemberontak tidak berarti bahwa negara
yang memberi pengakuan berpihak pada kaum pemberontak tersebut. Pemberian pengakuan ini
bukan hanya menuntut perlakuan berdasarkan tuntutan perikemanusiaan bagi kaum pemberontak
yang tertawan tetapi juga meletakkan kewajiban pada negara yang memberikan pengakuan itu
untuk mengambil sikap netral dalam pertempuran-pertempuran yang sedang berlangsung antara
kaum pemberontak dengan pemerintah yang sah

Bilamana pemberontakan tidak segera dapat dipadamkan oleh pemerintah pusat, dan kaum
pemberontak telah bertambah kuat kedudukannya, mampu menguasai secara de facto suatu wilayah
yang cukup luas, telah mempunyai pemerintahan sendiri, maka dalam literatur hukum internasional
dikenal adanya pengakuan terhadap belligerent. Walaupun penerapannya tidak mudah karena
faktor- faktor politik lebih dominan daripada kriteria obyektifnya, pada umumnya ada 4 unsur yang
harus dipenuhi kaum pemberontak untuk mendapat pengakuan sebagai belligerent, yaitu :

a) Terorganisir secara rapi dan teratur di bawah kepemimpinan yang jelas.

b) Harus menggunakan tanda pengenal yang jelas yang menunjukkan identitasnya.

c) Harus sudah menguasai secara efektif sebagian wilayah sehingga wilayah tersebut benar-
benar telah di bawah kekuasaannya.

d) Harus mendapat dukungan dari rakyat di wilayah yang didudukinya.

Hukum Internasional melalui Pasal 3 Konvensi Jenewa 1949 mengatur mengenai pertikaian
bersenjata yang tidak bersifat internasional. Pasal ini menegaskan bahwa dalam hal terjadi

8
pertikaian bersenjata yang tidak bersifat internasional (armed conflict not of an international
charcater) yang berlangsung dalam wilayah salah satu pihak agung penandatangan, tiap pihak yang
bertikai harus memperhatikan aturan aturan tentang kemanusiaan, antara lain larangan:

a) Tindakan kekerasan atas jiwa dan raga

b) penyanderaan

c) Pemerkosaan atas kehormatan pribadi

d) Menghukum dan menjalankan hukuman mati tanpa didahului keputusan yang dijatuhkan
oleh suatu pengadilan yang dibentuk secara teratur

Pengakuan terhadap belligerent sifatnya hanya sementara selama peperangan berlangsung


saja. Bilamana kelompok belligerent berhasil dalam perjuangannya pengakuan terhadap mereka
berubah menjadi pengakuan terhadap pemerintah baru bilamana mereka berhasil menggulingkan
pemerintah yang sah, atau pengakuan terhadap negara baru bilamana mereka berhasil memisahkan
diri membentuk negara baru. Dalam hal ini meski pun hukum internasional cenderung untuk
menolak penggunaan kekerasan dalam perolehan kekuasaan atau wilayah baru, namun dalam
praktek akan tergantung dari kemampuan entitas baru tersebut meya kinkan masyarakat
internasional. Tergantung apakah mereka mampu mendapat dukungan dari rakyat, apakah mereka
mampu menguasai secara efektif organ organ pemerintah yang ada, juga ke mampuan mereka
mengendalikan stabi litas keamanan nasional.

Sumber :
https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/07/21/01000041/apa-itu-separatisme.
https://www.ctrs.id/separatisme-adalah-gerakan-untuk-memisahkan-diri/
https://m.liputan6.com/hot/read/4462088/separatisme-adalah-gerakan-untuk-memisahkan-diri-kenali-
penyebab-dan-contohnya.
https://pelayananpublik.id/2019/10/09/pengertian-gerakan-separatis-penyebab-hingga-contohnya-di-
indonesia/
https://www.kompasiana.com/daniarmurdi/5500cec9a33311307251213b/gerakan-separatis-dalam-konteks-
nasionalisme
https://www.kompasiana.com/indarmawan182/60e9ee25152510063d788df2/kenali-penyebab-dan-contoh-
dari-gerakan-separatisme
https://nasional.sindonews.com/berita/1463855/14/sejumlah-gerakan-
separatis-di-indonesia

9
https://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Maluku_Selatan
https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_Aceh_Merdeka
https://www.readcube.com/articles/10.20885%2Funisia.vol26.iss47.art5

BAB III

SEPARATISME DI PAPUA

3.1 Organisasi Papua Merdeka (OPM)

Organisasi Papua Merdeka merupakan organisasi yang didirikan pada tahun 1965 untuk
mengakhiri pemerintahan provinsi Papua dan Papua Barat yang saat ini di Indonesia, yang
sebelumnya dikenal sebagai Irian Jaya dan untuk memisahkan diri dari Indonesia. Gerakan ini
dilarang di Indonesia, dan memicu untuk terjadinya kemerdekaan bagi provinsi tersebut yang
berakibat tuduhan pengkhianatan.

Sejak awal, OPM telah menempuh jalur dialog diplomatik, melakukan upacara pengibaran
bendera Bintang Kejora, dan dilakukan aksi militan sebagai bagian dari konflik Papua. Pendukung
secara rutin menampilkan bendera Bintang Kejora dan simbol lain dari kesatuan Papua, seperti lagu
kebangsaan "Hai Tanahku Papua" dan lambang negara, yang telah diadopsi pada periode 1961
sampai pemerintahan Indonesia dimulai pada Mei 1963 di bawah Perjanjian New York.

3.1.1 Sejarah Awal

Selama Perang Dunia II, Hindia Belanda (kelak menjadi Indonesia) dipandu oleh Soekarno
untuk menyuplai minyak demi upaya perang Jepang dan langsung menyatakan merdeka dengan
nama Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Nugini Belanda (Nugini Barat) dan Australia yang
menjalankan pemerintahan di teritori Papua dan Nugini Britania menolak penjajahan Jepang dan
menjadi sekutu pasukan Amerika Serikat dan Australia sepanjang Perang Pasifik. Hubungan
Belanda dan Nugini Belanda sebelum perang berakhir dengan diangkatnya warga sipil Papua ke
pemerintahan sampai pemerintahan Indonesia diaktifkan tahun 1963.

Meski sudah ada perjanjian antara Australia dan Belanda pada tahun 1957 bahwa teritori
milik mereka lebih baik bersatu dan merdeka, ketiadaan pembangunan di teritori Australia dan
kepentingan Amerika Serikat membuat dua wilayah ini berpisah.

OPM didirikan bulan Desember 1963 dengan pengumuman, "Kami tidak mau kehidupan
modern! Kami menolak pembangunan apapun: rombongan pemuka agama, lembaga kemanusiaan,
10
dan organisasi pemerintahan. Tinggalkan kami sendiri!". Nugini Belanda mengadakan pemilu pada
Januari 1961 dan Dewan Nugini dilantik pada April 1961.

Akan tetapi, di Washington, D.C., Penasihat Keamanan Nasional McGeorge Bundy melobi
Presiden A.S. John F. Kennedy untuk menegosiasikan transfer pemerintahan Nugini Barat ke
Indonesia. Perjanjian New York dirancang oleh Robert Kennedy dan ditandatangani oleh Belanda,
Indonesia, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan Agustus 1962.

Walaupun Belanda menuntut agar rakyat Nugini Barat boleh menentukan nasib sendiri
sesuai piagam PBB dan Resolusi 1514 (XV) Majelis Umum PBB dengan nama "Act of Free
Choice", Perjanjian New York memberikan jeda tujuh tahun dan menghapuskan wewenang PBB
untuk mengawasi pelaksanaan Akta tersebut.

Kelompok separatis mengibarkan bendera Bintang Kejora Papua Barat pada tanggal 1
Desember setiap tahunnya. Tanggal tersebut mereka anggap sebagai hari kemerdekaan Papua.
Kepolisian Indonesia berspekulasi bahwa orang-orang yang melakukan tindakan seperti ini bisa
dijerat dengan tuduhan pengkhianatan yang hukumannya berupa kurungan penjara selama 7 sampai
20 tahun di Indonesia.

3.1.2 Deklarasi Republik Papua Barat

Nicolaas Jouwe dan dua komandan OPM, Seth Jafeth Roemkorem dan Jacob Hendrik Prai,
berencana mendeklarasikan kemerdekaan Papua pada tahun 1971.Tanggal 1 Juli 1971. Roemkorem
dan Prai mendeklarasikan Republik Papua Barat dan segera merancang konstitusinya.

Tahun 1982, Dewan Revolusi OPM (OPMRC) didirikan dan di bawah kepemimpinan
Moses Werror, OPMRC berusaha meraih kemerdekaan melalui kampanye diplomasi internasional.
OPMRC bertujuan mendapatkan pengakuan internasional untuk kemerdekaan Papua Barat melalui
forum-forum internasional seperti PBB, Gerakan Non-Blok, Forum Pasifik Selatan, dan
ASEAN.Tahun 1984, OPM melancarkan serangan di Jayapura, ibu kota provinsi dan kota yang
didominasi orang Indonesia non-Melanesia. Bulan Juli 1998, OPM mengibarkan bendera mereka di
menara air kota Biak di pulau Biak. Mereka menetap di sana selama beberapa hari sebelum militer
Indonesia membubarkan mereka.

3.1.3 Hierarki dan Otoritas

Organisasi internal OPM sulit untuk ditentukan. Pada tahun 1996 'Panglima Tertinggi' OPM
adalah Mathias Wenda.Jurnalis lepas Australia, Ben Bohane, mengatakan telah ada tujuh titah
11
kemerdekaan.Tentara Nasional Indonesia mengatakan OPM memiliki dua sayap utama, 'Markas
Besar Victoria' dan 'Pembela Kebenaran'.Mantan yang lebih kecil, dan dipimpin oleh ML Prawar
sampai ia ditembak mati pada tahun 1991.Terakhir ini jauh lebih besar dan beroperasi di seluruh
Papua Barat.

Organisasi yang lebih besar, atau Pembela Kebenaran (selanjutnya PEMKA), yang diketuai
oleh Jacob Prai, dan Seth Roemkorem adalah pemimpin Fraksi Victoria.Selama pembunuhan
Prawar, Roemkorem adalah komandannya.Sebelum pemisahan ini, TPN/OPM adalah satu, di
bawah kepemimpinan Seth Roemkorem sebagai Komandan OPM, kemudian menjadi Presiden
Pemerintahan Sementara Papua Barat, sementara Jacob Prai menjabat sebagai Ketua Senat.

OPM mencapai puncaknya dalam organisasi dan manajemen (dalam istilah modern) karena
sebagai struktural terorganisasi. Selama ini, Pemerintah Senegal mengakui keberadaan OPM dan
memungkinkan OPM untuk membuka Kedutaan di Dakhar, dengan Tanggahma sebagai Duta
Besar. Karena persaingan, Roemkorem meninggalkan markasnya dan pergi ke Belanda.

Selama ini, Prai mengambil alih kepemimpinan John Otto Ondawame (waktu itu ia
meninggalkan sekolah hukum di Jayapura karena diikuti dan diancam untuk dibunuh oleh ABRI
Indonesia siang dan malam) menjadi tangan kanan dari Jacob Prai.Itu inisiatif Prai untuk
mendirikan Komandan Regional OPM.Dia menunjuk dan memerintahkan sembilan Komandan
Regional.

Sebagian besar dari mereka adalah anggota pasukannya sendiri di kantor pusat PEMKA,
perbatasan Skotiau, Vanimo-Papua Barat.Komandan regional dari mereka , Mathias Wenda adalah
komandan untuk wilayah II (Jayapura –Wamena), Kelly Kwalik untuk Nemangkawi (Kabupaten
Fakfak), Tadeus Yogi (Kabupaten Paniai), Bernardus Mawen untuk wilayah Maroke dan lain-
lain.Kelly Kwalik ditembak dan dibunuh pada 16 Desember 2009.Pada tahun 2009, sebuah
kelompok perintah OPM yang dipimpin oleh Jenderal Goliat Tabuni (Kabupaten Puncak Jaya)
sebagai fitur pada laporan menyamar tentang gerakan kemerdekaan Papua Barat.

3.1.4 Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat

Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) adalah sayap militer dari Organisasi
Papua Merdeka (OPM). TPNPB dibentuk pada 26 Maret 1973, setelah Proklamasi
Kemerdekaan Papua Barat 1 Juli 1971 di Markas Victoria. Pembentukan TPNPB adalah
Tentara Papua Barat berdasarkan Konstitusi Sementara Republik Papua Barat yang ditetapkan 1971
pada Bab V bagian Pertahanan dan Keamanan. Sejak 2012 melalui reformasih TPN, Goliath Tabuni
diangkat menjadi Panglima Tinggi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat.
12
3.2 Latar Belakang Konflik Separatisme Papua

OPM melakukan serangkaian pemberontakan diakibatkan beberapa faktor. Salah satunya


dilatarabelakangi oleh ketidakpuasan akan hasil Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) yang
menunjukkan bahwa Papua memilih menjadi bagian dari Indonesia. Keputusan tersebut ditetapkan
secara sah dalam Resolusi PBB Nomor 2504, dengan menyebutkan bahwa adanya pemindahan
kekuasaan Papua ke tangan Indonesia (Agreement between the Republic of Indonesia and the
Kingdom of the Netherlands concerning West New Guinea, 1996).

Masyarakat pro-Papua beranggapan bahwa pemungutan suara yang dilakukan tidak


melibatkan rakyat Papua dan tidak menggambarkan kepentingan rakyat Papua. Sementara itu,
Pemerintah Indonesia pada tahun 1969, dibawah kepemimpinan Soeharto, merujuk pada Perjanjian
New York, memilih 1.026 orang untuk mewakili orang Papua dalam Penentuan Pendapat Rakyat
(Perpera) (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Current Asia dan the Centre for Humanitarian
Dialogue, 2011). Bagi masyarakat pro-Papua, keputusan tersebut dianggap sebagai sebuah
kecurangan. Kesenjangan presepsi terkait integrasi Papua ke Indonesia menjadi salah satu pemicu
timbul konflik separatisme.

Setelah disahkannya hasil Pepera, secara administratif wilayah Papua Barat terintegrasi
dengan wilayah Indonesia. Konflik separatis tetap bertahan akibat keputusan pemerintah pusat yang
dianggap merugikan rakyat Papua. Salah satunya adalah pemberlakuan Papua sebagai Daerah
Operasi Militer (DOM). Tuduhan eksploitasi alam juga menjadi pemicu separatisme tetap
melakukan pemberontakan. Ditandatanganinya kontrak kerjasama dengan perusahaan
pertambangan Amerika Serikat, Freeport-McMoran selama kurang lebih 30 tahun, menimbulkan
keyakinan bahwa kekayaan alam Papua akan dieksploitasi oleh pihak eksternal. Program
transmigrasi oleh pemerintah juga dianggap merugikan mereka.

Adanya program transmigrasi ini membuat wilayah Papua lebih didominasi oleh pihak-
pihak yang bukan asli Papua. Kesenjangan ekonomi dan sosial semakin dirasakan oleh masyarakat
Papua. Mereka merasa bahwa wilayah mereka memiliki kekayaan alam yang sangat banyak, namun
yang menikmati justru pihak luar, sedangkan masyarakat asli justru tidak dapat merasakannya.
Menurut Soedarjanto (2000) yang dikutip oleh Ngatiyem, masyarakat Irian Jaya (Papua) ingin
keluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia disebabkan oleh:

a) Perlakuan tidak adil selama ini dirasakan oleh rakyat Irian Jaya.

b) Merasa ditelantarkan
13
c) Aspirasi masyarakat Irian Jaya kurang diakomodir (Ngatiyem, 2007).

Beberapa alasan tersebut menjadi dasar mengapa OPM melakukan perlawanan sehingga
menimbulkan beberapa konflik.

3.3 Tantangan Keamanan Indonesia terhadap Separatisme Papua

National Security atau Keamanan nasional dapat didefinisikan sebagai kemampuan negara
untuk menjaga nilai-nilai internal mereka dari ancaman dari luar. Sedangkan menurut Cohen dan
Tuttle dalam Hermann (1977), keamanan juga dapat diartikan sebagai kondisi protektif dimana
pemerintah atau aparatur negara berusaha untuk menjaga pemerintahannya dari ancaman baik
ancaman internal maupun eksternal (Hermann, 1977). Keamanan nasional bukanlah sesuatu hal
yang statis. Akan tetapi dapat berubah-ubah berdasarkan perubahan konteks yang menjadi penyebab
ancaman.

Dalam hal ini, isu-isu mengenai upaya kemerdekaan Papua, dapat memunculkan ancaman
terhadap kedaulatan Indonesia. Upaya OPM dan kelompok separatis untuk menyebarkan kampanye
kemerdekaan papua melalui media sosial dan jaringan network memunculkan beberapa dukungan
internasional agar Indonesia segera melepaskan Papua.

Beberapa dukungan ditunjukkan organisasi-organisasi internasional seperti International


Parliamentarians for West Papua (IPWP) yang terbentuk di Inggris, West Papua Action di Irlandia,
dam West Papua Action Network atau Westpan di Kanada. Tidak hanya itu. Beberapa negara
seperti Vanuatu, Nauru, dan Cook Island juga memberikan dukungan terhadap kemerdekaan Papua
(LIPI 2012).

Perjuangan kelompok separatis melalui jaringan network dan media online ini menjadi
tantangan tersendiri bagi pemerintah Indonesia, dikarenakan ancaman yang diberikan bukanlah
ancaman militer sebagaimana konfilk bersenjata, akan tetapi dapat menganggu stabilitaas dan
kedaulatan negara. Dalam menghadapi ancaman berupa non-violent struggle seperti ini, pemerintah
tidak dapat hanya dengan mengandalkan kekuatan militer yang dimiliki, tetapi juga membutuhkan
strategi melalui soft power dan diplomasi kepada masyarakat internasional yang mana nampaknya
hal ini belum dimaksimalkan oleh pemerintah Indonesia. Oleh karenanya, pergerakan separatisme
gaya baru melalui pemanfaatan media online dan networking ini kini memumnculkan tantangan
bagi keamanan nasional indonesia.

14
3.4 Respon dan Kebijakan Pemerintah terhadap Separatisme Papua

3.4.1 Respon Pemerintah terhadap Separatisme di Papua

Setelah membunuh banyak warga sipil tak berdosa, menembak mati sejumlah personil TNI
dan Polri dan merusak sejumlah fasilitas, lantas mereka mengancam akan membunuh orang Jawa
yang tinggal di Papua. Ancaman itu ditebar oleh kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM)
setelah pekan lalu pemerintah resmi menetapkan Kelompok Kriminal Senjata (KKB) Papua sebagai
teroris.

Setelah membunuh banyak warga sipil tak berdosa, menembak mati sejumlah personil TNI
dan Polri dan merusak sejumlah fasilitas, lantas mereka mengancam akan membunuh orang Jawa
yang tinggal di Papua. Ancaman itu ditebar oleh kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM)
setelah pekan lalu pemerintah resmi menetapkan Kelompok Kriminal Senjata (KKB) Papua sebagai
teroris.

Pemeruntah justru dibuat terkesan gagal menghadirkan negara di sektor pertahanan dan
keamanan di Papua, yang membuat legitimasi dan reputasi Indonesia semakin buruk di
sana. Pemerintah yang telah menetapkan status “pemberontak” kepada pihak yang dituduh
mengacau justru gagal melucuti kemampuan pemberontakan mereka. Jadi jangan disalahkan jika
ada saja pihak yang mengenduskan tuduhan bahwa instabilitas di Papua sengaja dibiarkan seperti
itu.

Justru dengan mengambil langkah minimal seperti melabeli teroris, tapi secara diam-diam
melakukan aksi militer, pemerintah akan semakin menjadi sasaran kritik dari banyak pihak, karena
melakukan pelanggaran HAM secara diam-diam. Berbeda dengan bertahan dengan status
pemberontak dan separatis, yang mengharuskan Indonesia menyepakati sebuah aksi strategis untuk
mencegah terjadinya disintegrasi nasional, yang didukung penuh oleh semua elemen bangsa.

Jadi sebenarnya langkah pemerintah yang kurang tegas akan mempersulit pemerintah di
kemudian hari, alias hanya menunda-nunda penyelesaian konflik Papua, sampai ke rezim
selanjutnya. Jika pemerintah tak tegas, maka OPM dan Benny Wenda akan terus menuntut
pemerintah untuk berunding melalui jalur diplomasi di pentas Internasional, yang berarti Indonesia
akan semakin kekurangan kontrol dalam mengelola langkah-langkah penyelesaian konflik di Papua.
Namun di sisi lain, pemerintah juga nampaknya takut mengambil sikap tegas karena takut
berhadapan dengan isu HAM

15
3.4.2 Kebijakan Pemerintah terhadap Separatisme di Papua

Saat ini yang dimaksud sebagai pemerintahan di wilayah Papua tidak lagi semata
Pemerintah Pusat (Jakarta). Dengan diterapkannya UU Otonomi Daerah pada tahun 1999, maka Era
Reformasi telah ditandai dengan terbentuknya sebuah pemerintahan daerah yang memiliki lebih
banyak kewenangan ketimbang masa-masa sebelumnya.

Terkait dengan kedudukan dan model pemerintah tersebut, perkembangan kekinian


memperlihatkan kesadaran baru pemerintah, baik pusat maupun lokal, untuk lebih memperhatikan
nasib masyarakat, termasuk di Papua yang selama ini termarginalkan. Bentuk-bentuk konkret yang
telah dilakukan oleh pemerintahan meliputi aturan main,pembangunan struktur dan infrastruktur,
pemantapan berbagai institusi politik dan demokrasi, penciptaan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang berkualitas, penegakan hukum dan pengaturan alokasi dana yang kesemuanya makin
menunjukkan keberpihakan pada masyarakat. Perubah

Perhatian pemerintah dan bangsa Indonesia juga tercermin jelas dari TAP MPR RI Nomor
IV tahun 1999 tentang GBHN (1999-2004) yang memberikan kewenangan masyarakat Papua untuk
mengatur dirinya sendiri melalui sebuah otonomi khusus yang diatur dengan undang-undang.
Dalam ketetapan MPR itu juga disebutkan pelanggaran HAM di Papua harus diselesaikan dengan
jujur dan bermartabat. Seiring perjalanan waktu, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan yang
menunjukkan kepedulian terhadap Papua, daerah marginal dan juga wilayah perbatasan atau
terpencil/tertinggal pada umumnya.

Terbit kemudian seperangkat UU seperti UU Otonomi Khusus (Otsus) untuk Papua, UU


Wilayah Negara dan UU tentang Desa, Peraturan Presiden tentang Badan Nasional Pengelolaan
Perbatasan/BNPP (2010), maupun Peraturan Presiden tentang Unit Percepatan Pembangunan
Provinsi Papua dan Papua Barat/UP4B (2011), yang jika ditelaah secara seksama memuat nilai-nilai
dan landasan kebijakan yang berorientasi kuat untuk turut makin menyejahterakan wilayah Papua
dan memberikan sepenuhnya segenap hak-hak yang patut didapatkan oleh masyarakatnya. Dengan
diterapkan berbagai UU tersebut masyarakat Papua secara normatif dan legal-formal mendapatkan
perhatian yang lebih luas termasuk, misalnya, dalam soal aliran dana pembangunan hingga
penghormatan terhadap adat istiadat.

Terkait dengan UU Otsus Papua, pemerintah pusat memberikan kewenangan yang luas
kepada rakyat Papua dan pemerintah daerahPapua untuk memegang kendali bagi jalannya
pemerintahan di wilayahnya. UU ini disusun oleh rakyat Papua dengan mengikutsertakan banyak
16
pihak. UU ini dilandasi oleh tujuh nilai dasar yakni, (1) perlindungan hak-hak dasar penduduk asli
Papua, (2) demokrasi dan kedewasan berdemokrasi, (3) penghargaan terhadap etika dan moral, (4)
penghormatan terhadap Hak-Hak Asasi Manusia (HAM), (5) penegakan supremasi hukum, (6)
penghargaan terhadap pluralisme dan (7) persamaan kedudukan, hak dan kewajiban warga negara.

UU ini demikian spesial karena hanya dalam Undang-undang inilah hak untuk menjadi
kepala daerah (Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati atau Walikota/Wakil Walikota)
khusus dimiliki oleh orang asli Papua, bukan pendatang atau dari suku non-Papua. 12 Ketetapan
semacam itu tidak ditemui di daerah lain. UU ini juga mewajibkan pemerintah pusat memberikan
sejumlah dana pembangunan yang dikelola langsung oleh orang Papua sendiri, yang diatur secara
detail pada Bab IX tentang Keuangan.

Meski dalam pelaksanaannya muncul berbagai persoalan dan kritik tajam, UU ini dapat
dikatakan telah menjadi jawaban legal-formal atas banyak persoalan. Menurut Sumule, UU Otsus
layak disebut sebagai “jalan tengah yang cukup adil dan beradab”16 yakni, antara sikap ingin
mempertahankan cengkraman tangan pusat kepada wilayah Papua dengan cara-cara lama, dengan
keinginan memisahkan diri secara total dari NKRI. Secara umum, UU ini telah mengatur semua
aspek yang dituntut oleh Rakyat Papua.

3.5 Internasionalisasi Gerakan Separaisme Papua

lnternasionalisasi gerakan separatis Papua semakin dimotivasi oleh belum berhasilnya


perjuangan bersenjata di lapangan untuk mencapai tujuan Papua merdeka selama 45 tahun, dihitung
dari tahun 1969. Sebaliknya, semakin banyaknya korban berjatuhan di kalangan gerakan separatis
dan penduduk sipil pendukung atau simpatisan gerakan separatis Papua dalam perlawanan fisik
bersenjata meningkatkan upaya perjuangan di jalur nonmiliter atau arena diplomasi. Tercatat, dalam
kurun waktu tiga tahun saja, yakni 67 orang tewas, baik aparat maupun warga biasa,

Realitas juga memperlihatkan aktor diplomasi gerakan separatisme Papua beragam,


melibatkan individu, kelompok, organisasi, LSM, negara dan kumpulan negara, serta organisasi
regional dan multilateral. Berikut ini diungkap dan dibahas mereka yang terlibat secara langsung
maupun tidak langsung, aktif atau tidak aktil di arena diplomasi internasional dalam
memperjuangkan kemerdekaan Papua.

3.5.1 Aktor Non-Negara

17
Para aktor individu yang berkampanye untuk kemerdekaan papua di forum internasional
selama ini adalah politisi dan pelarian seperti Theys Eluay, Socrates Sofyan Nyoman, Herman
Wanggai, dan Benny Wenda. Ini belum termasuk mereka yang telah memperoleh suaka untuk
menetap atau pun telah menjadi warga negara di mana mereka tinggal, terutama di Belanda dan
negara Eropa lainnya, serta Australia dan A5.

Juga muncul pendatang baru dari kalangan generasi yang lebih muda seperti aktivis pemuda
dan mantan jurnalis Kompas, Octavianus Motte (Otto), yang aktif berkampanye melalui jalur
akademik, melalui kegiatan di forum ilmiah di universitas dan media sosial. Aktor non-negara yang
juga ditengarai terlibat adalah aktivis dan pemuka (pendeta) gereja, baik asal Papua maupun asing.
Di luar aktor indjvidu, aktor non-negara di dalam negeri yang didentifikasi Kemlu Rt adalah
LSM seperti Foreri, Forum Kerja Sama (Foker), Dewan Adat papua (DAp), Organisasi Pribumi
Papua Barat (OppB), dan Negara Republik Federal papua Barat (NRFpB) dengan presidennya,
Forkorus.lt MRp dan DpRp, serta LSM seperti Akar Foundation dan Notionol Papua Solidority
(Napas)12 juga dicurigai pemerintah atas sikapnya yang seringkali dinilai ambivalen,
memperlihatkan dukungan pada aspirasi dan gerakan separatisme Papua.

Sedangkan LSM asing yang aktif terlibat kampanye internasional di luar negeri adalah LSM
seperti Free West Papua Campoign (FWPC), tnternotional Parliomentorians for West Papuo
(IPWP), West Papua lnterest Association (WPIA), West Papua Liberation Orgonizotion (WPLO),
West Papuo Nationol Coalition for Liberotion (WPNCL), serta Survivol lnternational. Selain itu,
terdapat beberapa lagi yang masih bersifat organisasi sempalan atau jejaringnya. la WPNCL sendiri
mempunyai sekretariat internasional di Porty Villa, Vanuatu. la merupakan organisasi payung yang
mewakili 28 gerakan separatis Papua.

Aktor non-negara asing dapat terlibat dalam kegiatan intervensi asing terhadap hubungan
pusat dan daerah yang terus memburuk dan berimplikasi pada muncul dan menguatnya aspirasi
separatisme. Selain itu, peran media asing dan lokal seperti Cendrowasih Pos dinilai turut
memanaskan situasi dan berpihak pada aspirasi para simpatisan dan pengikut gerakan separatisme
(kemerdekaan).

3.5.2 Aktor Negara

Aktor negara terkait dengan internasionalisasi gerakan separatis papua beragam, mulai dari
negara kecil sampai besar, mulai negara tetangga, negara-negara lain di kawasan terdekat, hingga
negara besar (adidaya) di luar kawasan. Yang diidentifikasi sebagai aktor negara ini ada yang
memiliki hubungan historis secara langsung dan ada yang tidak. Karena beragamnya aktor negara

18
yang terlibat, dipilih beberapa aktor negara yang eksistensinya cukup signifikan terkait aktivitas
gerakan separatis Papua.

a. Fiji, Vanuatu, dan PNG

Fiji dan Vanuatu, dua negara di Pasifik Selatan, rumpun Ras Melanesia, yang juga
anggota tokoh (pendiri) MSG, yang sebelumnya sangat vokal dalam menyampaikan sikap
mereka yang asertif terhadap kebijakan pemerintah lndonesia di Papua. Aktivis yang
mendukung gerakan separatis Papua adalah musikus Fiji, Seru Serevi. la telah meluncurkan
album musiknya "Let the Morning Star Rise," di kantor Fiji Performing Rights Association
di ibukota Suva pada Maret 2OL4, untuk mengajak negara-negara di Kepulauan Pasifik
mendukung perjuangan kemerdekaan Papua. la telah mengecam kebijakan Indonesia yang
dinilainya sebagai kolonialisme dan neo-imperialisme di papua.

b. Australia

Sebagaimana terdapat dalam laporan Kedutaan Besar Rl (KBRI) di luar negeri,


Australia adalah salah satu negara asing dengan banyak pelarian OPM yang aktif
menjalankan kampanye separatisnya, termasuk Herman Wanggai, yang bersama 45 orang
Papua lainnya melarikan diri ke Australia pada tahun 2005. Hal ini logis sebab Australia
merupakan negara tetangga terdekat lndonesia, yang letaknya secara geografis sangat
berdekatan dengan Provinsi Papua, terutama dari Darwin.

Sikap negara itu dalarn merespons gerakan separatisme Papua masih konstruktif
mendukung lndonesia, dan tidak menunjukkan dukungannya. Bantuan luar negeri yang
mengalir dari Australia ke Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat cukup besar dan dalam
periode yang cukup lama, karena kondisi realistis provinsi itu yang masih memerlukan
bantuan.

Bantuan-bantuan dasar ini dapat menjadi bumerang bagi Pemerintah Indonesia, jika
tidak dapat memperbaiki kinerjanya dalam jangka menengah dan panjang, sebab memang
sudah menjadi kewajiban pemerintah nasional untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar
penduduknya.

c. Inggris dan AS

Inggris akhir-akhir ini menjadi pilihan para aktivis gerakan separatis Papua karena
pengaruh politiknya yang luas di Eropa, termasuk Uni Eropa. Namun Pemerintah Inggris
sendiri mengakui kedaulatan lndonesia dan tidak pernah menentang posisi dan kebijakan

19
Pemerintah Indonesia atas Papua. Seperti halnya di Australia yang merupakan anggota
Persemakmurannya, aktivitas mendukung gerakan separatisme Papua dilakukan oleh para
aktivis OPM yang melarikan diri. Aktivitas kampanye Papua merdeka dan menentang
Pemerintah Indonesia datang dari kalangan LSM, seperti Free West popua Compoign
(FWPC), yang menjadikan Inggris sebagai pusat gerakannya sejak tahun 2004.

Ada pun sikap Pemerintah AS selama ini sangat mendukung Pemerintah Indonesia
dalam menyikapi masalah separatisrne Papua, dengan terus mengikuti perkembangan yang
terjadi di lapangan. Mereka mempunyai kepentingan khusus dengan keberadaan PT Freeport
yang sangat menguntungkan dan diandalkan dalam bisnisnya dengan Pemerintah lndonesia.
Hal ini tampak dari aktivitas Dubes barunya tidak lama setelah tiba di Indonesia.

Secara individual, sejak lama anggota Komisi Luar Negeri DPR AS untuk Sub-
Komisi Asia Pasifik dari Partai Republik, Eni Faleomavaega, aktif mendukung gerakan
separatisme, karena solidaritas Melanesia. la pernah berupaya mengunjungi Papua, namun
gagal memperoleh izin, karena aktivitasnya dikhawatirkan akan membawa dampak negatif
lebih luas, dimanfaatkan gerakan separatis untuk kepentingan menyudutkan Indonesia.

3.5.3 Aktor Organisasi Regional

a. Melanesia Speorhead Group (MSG)

Pendirian MSG merupakan hasil dari pertemuan yang diadakan di Goroka, Papua
New Guinea (PNG) pada 17 Juli 1985 oleh kepala-kepala pemerintahan PNG, Kepulauan
Solgmon, Vanuatu, dan FLNKS. Sekretariat MSG ditetapkan di Port Vila, Vanuatu, negara
Pasifik Selatan yang sejak lama diketahui paling mendukung gerakan separatis Papua.

Selanjutnya penandatanganan "Persetujuan MSG" (MSG Agreement) pada 14 Maret


1988 oleh negara-negara Pasifik Selatan, yakni Vanuatu, Fiji, Papua New Guinea,
Kepulauan Solomon, dan Front Pembebasan Nasional Sosialis Kanak (Front de Liberotion
Nationdle Konak Socialiste -FLNKS) telah menandai perkembangan historis penting MSG
sebagai sebuah organisasi regional di Pasifik Selatan. Pada tanggal tersebut, PM PNG, Paias
Wingti, PM Kepulauan Solomon EzekielAlebua, dan PM Vanuatu, Walter Lini,
menandatangani 6 butir "Prinsip-prinsip yang disepakati mengenai Kerja Sama di antara
Negara-negara Merdeka di Melanesia."

b. Uni Eropa/Parlemen

20
Eropa Dalam Sidang Kelompok Kerja Universal Periodic Review (UPR) Dewan
HAM PBB pada 23 Mei 2103, lndonesia kembali mendapat sorotan tajam dari 14 negara
maju, termasuk negara-negara Uni Eropa seperti Jerman, Inggris, Prancis, Spanyol, dan
ltalia, terkait dengan tudingan pelanggaran HAM di Papua. Sedangkan pada 26 Maret 2014,
tanggota Parlemen Eropa (PE) telah mengirimkan surat ke High Representotive of the
Union for Foreign Affoirs and Security Policy, Baroness Chatherine Ashton, untuk
menindaklanjuti masalah pelanggaran HAM di Papua.

Dalam pengantar pandangan PE diungkapkan bahwa sejak integrasi papua ke dalam


wilayah lndonesia pada 1 Mei 1953 telah banyak terjadi kekerasan, terutama banyak orang
Papua terbunuh akibat operasi militer yang dilakukan aparat keamanan Indonesia pada
1950-1980. PE mengungkapkan lebih jauh adanya laporan gereja-gereja dan organisasi
HAM di Papua tentang berbagai praktek pembunuhan kilat, penganiayaan, penahanan
paksa, dan pembantaian, serta harapan rakyat Papua mengenai kebebasan berpendapat,
pendidikan, dan pelayanan kesehatan yang memuaskan. Dalam surat PE juga dilaporkan
adanya sekitar 25 aktivis dan warga masyarakat yang terbunuh dalam periode Oktober 2011
hingga Maret 2013, di samping terdapat 74 tahanan politik pada awal tahun.

3.6 Solusi terhadap Gerakan Separatisme Papua

Penyelesaian konflik di Papua diperlukan pendekatan secara kolaboratif dan holistik.


Persoalan Papua yang complicated dan multidimensi ini perlu dipahami dalam spektrum yang lebih
luas Melalui mekanisme horse-trading ini tentunya adalah cara penyelesaian yang paling efektif
untuk ditempuh karena dengan melakukan dialog antara kedua belah pihak, tentunya Pemerintah
Indonesia harus cermat dalam menyusun strategi dialog dengan cara memperhatikan aspek pola,
arah pembicaraan, dan efektivitas dalam penyelesaian konflik politik. Pemerintah Indonesia juga
perlu membuka ruang dialog terkait pembahasan mengenai penyelesaian isu HAM, tentunya dalam
penyelenggaraan tersebut harus melibatkan semua pihak.

Untuk dapat menyelesaikan konflik internal antara pemerintah Indonesia dan OPM, tentu
perlu dicari titik tengah yang dapat di trading, yaitu masalah komparatif yang disepakati kedua
belah pihak agar dialog dapat berjalan efektif. Pemerintah Indonesia dapat mengembangkan konflik
tanpa campur tangan asing, sehingga penyelesaian konflik yang terjadi murni merupakan hasil
musyawarah antara pemerintah Indonesia dan Papua karena banyak masalah muncul dalam
kehidupan orang Papua, yang menyebabkan ketidakpuasan di kalangan orang Papua.

21
Jika dilihat secara keseluruhan, selama pemerintahan Presiden Joko Widodo, tanah Papua
menjadi semakin maju. Tentunya tetap dalam kerangka NKRI. Presiden Joko Widodo (Jokowi)
membuat agenda prioritas pembangunan infrastruktur nasional di Papua. Jokowi seolah
menganakemaskan Papua yang selama ini dianggap seperti “anak tiri” bagi NKRI, dengan
membangun infrastruktur yang nantinya dapat dimanfaatkan rakyat Papua. Salah satu infrastruktur
yang tengah gencar dibangun adalah jalan. Jokowi mengatakan pembangunan jalan di Papua
mendorong lancarnya distribusi barang yang turut menghemat ongkos logistik dan ujungnya
menurunkan harga barang. Jokowi ingin harga barang-barang di Papua bisa semakin murah seiring
dengan makin lancarnya arus logistik barang. Infrastruktur jalan yang tersedia semakin baik
akhirnya akan menjadi sumber pemerataan ekonomi di seluruh Indonesia terutama di Papua.
Dengan adanya agenda prioritas tersebut diharapkan mereduksi gerakan separatis di Papua dan ke
depannya kepercayaan rakyat Papua terhadap pemerintah RI semakin baik.

Sumber :
http://p2k.unkris.ac.id/en1/3065-2962/Organisasi-Papua-Merdeka_42366_p2k-unkris.html
https://media.neliti.com/media/publications/299656-internal-conflict-resolution-between-gov-c21aeee2.pdf

22
https://repository.unair.ac.id/68175/3/jurnal%20rany.pdf
https://kolom.tempo.co/read/1459255/langkah-strategis-penyelesaian-papua
https://kumparan.com/sabrina-kartika-1641124834952575775/gerakan-separatisme-opm-dan-solusi-dalam-
pembangunan-nasional-1xGN3fjAESW/full

BAB IV

KORELASI SEPARATISME DENGAN PERSATUAN

DAN KEDAULATAN

4.1 Separatisme sebagai Bentuk Penyimpangan Pancasila Sila ke-3

Separatisme adalah contoh nyata ancaman dalam bidang pertahanan dan keamanan yang
berasal dari dalam negeri. Gerakan ini dapat mengganggu bahkan merusak persatuan dan kesatuan
Indonesia. Berbagai gerakan separatisme akan diredam dan diberi pemahaman agar kembali pada
konstitusi dan undang-undang yang berlaku. Jika tidak diatasi, separatisme dapat memicu keretakan
dan mengancam keutuhan negara. Tidak sedikit, negara yang terpecah belah akibat separatisme.

Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam kebulatan rakyat
untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan Indonesia
sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman yang dimiliki bangsa
Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia yang baik seharusnya kita menghormati pancasila
sebagai landasan hukum negara. Beberapa masyarakat masih memegang teguh nilai-nilai pancasila
akan tetapi ada juga beberapa masyarakat yang justru melakukan penyimpangan pada lima sila yang
tercantum dalam pancasila tersebut dan tidak menghargai nilai-nilai pancasila. Sila ketiga berbunyi
‘persatuan indonesia’ yang mengandung arti makna kesatuan dan persatuan rakyat Indonesia untuk
membina rasa nasionalisme dan mengutamakan persatuan seluruh Indonesia, menghargai agama,
suku, budaya dan ras, juga rela berkorban untuk negara dan bangsa.

Seperti arti dari separatisme tadi adalah upaya untuk memisahkan diri atau membentuk
negara dalam negara, sedangkan sila ketiga yang bertujuan untuk menciptakan persatuan di
Indonesia. Tentu saja ini adalah merupakan penyimpangan dari sila ketiga itu sendiri karena tujuan
dan fungsi keduanya sudah sangat bertolak belakang sekali dimana separatisme hanya akan
menciptakan Disintegrasi dan memecahkan persatuan Indonesia sendiri.

23
Salah satu kasus yang menyimpang sila ke tiga adalah Organisasi Papua Merdeka (OPM).
OPM adalah sebuah gerakan nasionalis yang sudah berdiri sejak tahun 1965 dan masih berdiri
sampai sekarang. Tujuan OPM yaitu untuk memisahkan Papua bagian barat dari wilayah NKRI dan
ingin merdeka sendiri. Organisasi seperti ini sangat menyimpang dan termasuk pelanggaran sila
ketiga karena keinginannya berpisah dari bangsa Indonesia.

4.2 Kebhinnekaan sebagai Sumber Kekuatan

Eksistensi bangsa Indonesia, merupakan keputusan bersama dalam sejarah perjuangannya


terdiri dari berbagai suku, adat istiadat yang berbeda-beda, ribuan pulau besar, dan kecil dalam
suatu kebhinnekaan yang demikian terwujud dalam semangat kebangsaan Indonesia. Prosesi
semangat kebangsaan, yang kemudian diikuti dengan semangat berbahasa Indonesia, dan bertanah
air Indonesia berpuncak dengan keberhasilan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, yang
merupakan keputusan bersejarah, keputusan politik dan produk hukum yang tertinggi bagi bangsa,
dan rakyat Indonesia menuju eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai
negara yang berdaulat, berkeadilan, dan berkesejahteraan umum.

Namun begitu, di tengah semangat dan cita-cita kebersamaan melalui eksistensi NKRI
sebagai negara hukum, dalam perjalanannya seringkali diwarnai berbagai dinamika dan gejolak
politik sampai dengan gejolak sosial dan keamanan nasional. Semangat kebersamaan itu terkadang
diselingi perbedaan pendapat yang sangat tajam di antara kelompok masyarakat (daerah) tertentu.
Sehingga konflik kekerasan yang ada kalanya diwarnai tujuan-tujuan memisahkan diri dari NKRI,
menjadi tidak terelakkan.

Dapat dilihat pada separatisme yang terjadi di Papua. Papua memang agak lama di bawah
cengkraman penjajah Belanda sehingga terbentuk sentimen-sentimen suku tertentu apalagi jika
dilihat perkembangan ekonominya yang relatif sangat terbelakang dibandingkan dengan daerah-
daerah lain di Indonesia

Kebhinnekaan sebagai sumber kekuatan bangsa Indonesia, dalam arti kata yang lain
merupakan bentuk semangat nasionalisme. Sesuai prinsip demokrasi, dan perlindungan HAM,
sekarang ini rasa nasionalisme menjadi pudar. Kecintaan pada bangsa, dan NKRI, tidak sekuat pada
masa lalu. Kebebasan pribadi, dan kepentingan pribadi sebagai bagian dari individulisme, dengan
berbagai pembenaran, menjadi marak.

Liberalisasi ekonomi, demonstration effect akibat barang mewah di sekitar kita, serta
globalisasi, yang dibarengi dengan trend pemisahan wilayah dari Negara induk, menjadikan

24
kesepakatan dalam bernegara, tergerus dalam tindakan gerakan-gerakan memerdekakan daerah
sendiri.

4.3 Kedaulatan Negara

4.3.1 Pengertian Kedaulatan Negara

Kedaulatan secara etimologi berarti kekuasaan tertinggi dan diambil dari bahasa Arab
daulah dengan arti kekuasaan. Sementara itu, dalam bahasa Latin supremus dengan arti tertinggi.
Jika dalam bahasa Latin, kedaulatan itu supremus dan berarti tertinggi, maka dalam bahasa Inggris,
kedaulatan yaitu souvereignty. Dalam bahasa Jerman yaitu souvereniteit dan dalam bahasa Belanda
yaitu souveranete.

Ditinjau dari sudut hukum tata Negara, Negara adalah suatu organisasi itu merupakan
tatakerja daripada alat-alat perlengkapan negara yang merupakan suatu keutuhan, tatakerja di mana
melukiskan hubungan serta pembagian tugas dan kewajiban antara masing-masaing alat
perlengkapan negara itu untuk suatu tujuan yang tertentu.

Jadi pengertian Kedaulatan negara adalah kekuasaan tertinggi yang terletak di atas sebuah
negara dan tidak bisa dirubah dengan sistem kekuasaan apapun dan tidak bisa ditekan dari negara
manapun.

4.3.2 Arti Penting Kedaulatan Negara

Untuk arti penting dan makna dari suatu negara memiliki kedaulatan antara lain
menunjukkan bahwa negara yang berdaulat merupakan negara merdeka, bebas dari yang lainnya,
dan memiliki persamaan derajat. Dengan demikian, kedaulatan, kemerdekaan, dan persamaan
derajat tidak bertentangan satu sama lain.

Pada prinsipnya, tiap Negara memiliki kedaulatan sehingga tak ada satu Negara pun yang
berhak mengganggu kedaulatannya itu. Hingga kini, intervensi dan agresi negara-negara maju
terhadap negara-negara berkembang menjadi momok yang sangat menakutkan. Karena intervensi
terhadap suatu Negara dalam menjalankan kebijakan dalam negeri dan luar negerinya merupakan
salah satu bentuk penjajahan yang tersirat.

4.3.3 Dampak Separatisme Terhadap Keutuhan NKRI

25
Gerakan separatisme merupakan sebuah bentuk tindakan yang dikategorikan melanggar
UUD 1945. Sebab separatisme dapat digolongkan kedalam tindakan makar, Ketentuan mengenai
tindak pidana makar juga di rumuskan dan atur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP). Tentu saja adanya gerakan separatisme ini dapat mengancam keutuhan NKRI. Namun
disisi lain dampak gerakan separatisme bagi NKRI antara lain adalah sebagai berikut ini :

a) Perekonomian tidak Stabil

Tindakan separatisme membuat perekonomian menjadi terpuruk. Masyarakat akan


takut keluar rumah, akibatnya transaksi perekonomian menjadi terganggu dan bahkan tidak
jalan sama sekali. Lambat laun maka hal ini akan dapat mengancam stabilitas ekonomi
nasional tentu saja hal ini akan berdampak kepada kepercayaan investor luar serta juga dapat
memicu timbulnya krisis ekonomi.

b) Lambatnya pemulihan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang terus naik dengan signifikan menunjukkan bahwa tentu
dalam bidang perekonomian memgalami banyak perbaikan. Namun ketikan perekonomian
sebuah negara terkena imbas akibat tindakan separatisme maka tentu untuk dapat mencapai
kembali ke titik awal atau bahkan mengembangkannya kembali amatlah sulit. Sebab,
mendapatkan kembali kepercayaan pasar khususnya para investor asing serta juga
kepercayaan pasar global bukanlah hal mudah. Tindakan separatisme yang parah akan
membuat para investor memilih kabur dan memilih menanamkan modalnya kepada negara
yang lebih aman.

c) Krisis sosial

Secara terang terangan separatisme merupakan sebuah wabah yang merongrong


persatuan dan kesatuan bangsa. Sebab tindakan yang didalangi oleh beberapa pihak tertentu
ini merupakan upaya untuk dapat memisahkan diri dari NKRI. Padahal adanga kemerdekaan
yang nantinya mereka peroleh belum tentu akan dapat menjadikan wilayah baru yang bebas
menjadi lebih maju.

Krisis sosial yang terjadi di masyarakat menyebabkan stabilitas keamanan dan juga
stabilitas ekonomi terganggu. Akibat tindakan separatisme inilah yang tentu akan membuat
masyarakat resah serta merasa tidak aman. Sehingga mereka jemudian memutuskan untuk
membekali diri dengan persenjataan lengkap sebagai upaya untuk membela dan membekali
diri. Tentu saja hal ini akan menyebabkan peredaran senjata ilegal menjadi meningkat
sehingga menjadi tambahan pekerjaan bagi para aparat penegak hukum
26
d) Krisis politik

Aksi dan tindakan separatisme juga dapat menyebabkan pergolakan politik. Dimana
pihak pihak lawan politik memanfaatkan kondisi ini untuk memperburuk situasi dan
memecahbelah bangsa. Terlebih lagi banyak pihak dan lawan yang menjadikan situasi
seolah seolah membuat pemerintah tidak dapat berkutik di hadapan para anggota separatis.
Hal ini dijadikan senjata untuk menyerang pemerintah. Sehingga situasi politik semakin
memanas dan menjadikan kondisi pemerintahan tidak stabil.

4.4 Negara dalam Mengatasi Ancaman Kedaulatan NKRI

Gerakan separatis terus saja mengganggu kedaulatan sebuah bangsa, tidak terkecuali di
wilayah Indonesia. Gerakan ini terus berupaya memecah belah masyarakat Indonesia. Walaupun
memang jumlah partisan kelompok separatis ini tidak banyak di tanah air, namun aksi mereka
cukup menjadi ancaman yang nyata bagi stabilitas keamanan Negara.

Isu yang selalu mereka gunakan untuk memprovokasi masyarakat umumnya dengan
mendorong isu persoalan ekonomi dan kesejahteraan yang tidak merata. Mereka berupaya
menciptakan narasi provokatif yang menyebut Pemerintah gagal dalam menciptakan keadilan bagi
seluruh rakyatnya.

Tidak sampai disitu saja, gerakan separatis inipun tidak jarang mempergunakan isu SARA
untuk mengadu domba antar masyarakat dengan Pemerintah. Sebab pada akhirnya, kelompok
separatis ini berupaya memisahkan diri dari negara asal untuk membangun negara dan
pemerintahan sendiri.

Dalam menghadapi ancaman terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan


keselamatan bangsa dan negara dari berbagai jenis ancaman tersebut, TNI dan Polri berada sebagai
garda terdepan, namun dalam mengahadapi ancaman bentuk baru diperlukan peran aktif seluruh
lapisan masyarakat melalui bela negara.

Selain itu, untuk mencegah pengaruh negatif gerakan separtis, perlu diupayakan sosialisasi
ke masyarakat tentang pentingnya rasa saling menjaga kedaulatan negara. Masyarakat diharapkan
lebih mengedepankan rasa pentingnya rasa nasionalisme dan mengoptimalkan poin-poin Pancasila.
Sebab tidak dapat dipisahkan bahwa Pancasila merupakan kesepakatan bersama masyarakat
Indonesia untuk menjaga persatuan NKRI.

27
Masyarakat perlu terus menerus disosialikan perihal sudah menjadi kewajiban bersama
mencegah berkembangnya jaringan kelompok separatis di Indonesia. Dengan propaganda tersebut,
kita yakin bahwa keutuhan NKRI tidak mudah diganggu oleh kelompok-kelompok oportunis yang
berupaya mengancam persatuan dan keutuhan bangsa.

Sumber :
https://www.kompasiana.com/amp/sitifatimah7468/6190bc586b07c503ad0e8592/penyimpangan-sila-ke-3
https://bphn.go.id/data/documents/pemberantasan_separatisme_di_indonesia.pdf
https://hukamnas.com/dampak-separatisme-terhadap-keutuhan-nkri
https://www.gramedia.com/literasi/teori-kedaulatan/
https://portalnawacita.com/jaga-persatuan-dan-nkri-dari-ancaman-gerakan-separatis/
https://polkam.go.id/peran-masyarakat-dalam-menghadapi-ancaman-terhadap-pertahanan-dan-keamanan-
negara/

28
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Separatisme adalah suatu kelompok yang berupaya memisahkan diri dari suatu negara atau
pemerintahan yang sah. Separatisme adalah sebuah paham, sedangkan orang yang melakukan
separatisme disebut dengan separatis. Penyebabnya karena dua jenis konflik yakn,i konflik vertikal
dan konflik horizontal yang terjadi dalam suatu negara.

Sejak merdeka pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia harus menghadapi sejumlah
gerakan separatis, seperti PKI Madiun, Pemberontakan DI/TII, Pemberontakan Permesta, Gerakan
Aceh Merdeka (GAM), dan Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Salah satu kasus yang menyimpang sila ke tiga adalah Organisasi Papua Merdeka (OPM).
OPM adalah sebuah gerakan nasionalis yang sudah berdiri sejak tahun 1965 dan masih berdiri
sampai sekarang. Tujuan OPM yaitu untuk memisahkan Papua bagian barat dari wilayah NKRI dan
ingin merdeka sendiri.

Dalam menghadapi ancaman terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
bangsa dan negara dari berbagai jenis ancaman tersebut, TNI dan Polri berada sebagai garda
terdepan. Selain itu, masyarakat juga diharapkan lebih mengedepankan rasa pentingnya rasa
nasionalisme dan mengoptimalkan poin-poin Pancasila. Sebab tidak dapat dipisahkan bahwa
Pancasila merupakan kesepakatan bersama masyarakat Indonesia untuk menjaga persatuan NKRI.

5.2 Saran

Sehubungan dengan pentingnya pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan


bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka diharapkan kepada seluruh warga negara Indonesia
29
untuk dapat mengamalkan nilai-nilai luhur pancasila mulai dari diri sendiri dengan kesadaran dan
keteladan yang mungkin akan dicontoh oleh orang lain dan menjadi budaya yang positif bagi
bangsa Indonesia serta mampu mewujudkan tujuan dan cita-cita bangsa sesuai yang terkandung
dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

DAFTAR PUSTAKA

Coursehero.com. 2020. Gerakan Separatisme sebagai Ancaman Demokrasi di

Indonesia

https://www.coursehero.com/file/57740284/makalah-bab-demokrasi-

kelompok-1docx/. Diakses pada 21 Oktober 2022 pukul 11.51 AM.

Mfr.osf.io. 2020. Menyikapi Gerakan Separatis Opm dengan Makna dan Relevansi

Negara Gotong Royong

https://osf.io/dr4jm/download/?format=pdf. Diakses pada 21 Oktober 2022

pukul 12.13 PM.

Amp.kompas.com. 2022. Apa itu Separatisme?

https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/07/21/01000041/apa-itu-

separatisme. Diakses pada 23 Oktober 2022 pukul 03.09 AM

Ctrs.id. 2021. Separatisme adalah Gerakan untuk Memisahkan Diri

https://www.ctrs.id/separatisme-adalah-gerakan-untuk-memisahkan-diri/.

Diakses pada 23 Oktober 2022 pukul 04.05 AM.

M. liputan6.com. 2021. Separatisme adalah Gerakan untuk Memisahkan Diri, Kenali

Penyebab dan Contohnya


30
https://m.liputan6.com/hot/read/4462088/separatisme-adalah-gerakan-

untuk-memisahkan-diri-kenali-penyebab-dan-contohnya. Diakses pada 21

Oktober 2022 pukul 15.07 PM.

Pelayananpublik.id. 2019. Pengertian Gerakan Separatis, Penyebab, hingga

Contohnya di Indonesia

https://pelayananpublik.id/2019/10/09/pengertian-gerakan-separatis-

penyebab-hingga-contohnya-di-indonesia/. Diakses pada 23 Oktober 2022

pukul 03.35 AM.

Kompasiana.com. 2011. Gerakan Separatis dalam Konteks Nasionalisme

https://www.kompasiana.com/daniarmurdi/5500cec9a33311307251213b/ger

akan-separatis-dalam-konteks-nasionalisme. Diakses pada 21 Oktober 2022

pukul 11.47 AM.

Kompasiana.com. 2021. Kenali Penyabab dan Contoh dari Gerakan Separatisme

https://www.kompasiana.com/indarmawan182/60e9ee25152510063d788df2/

kenali-penyebab-dan-contoh-dari-gerakan-separatisme. Diakses pada 21

Oktober 2022 pukul 13.57 PM.

Nasional.sindonews.com. 2019. Sejumlah Gerakan Separatis di Indonesia

https://nasional.sindonews.com/berita/1463855/14/sejumlah-gerakan-

separatis-di-indonesia. Diakses pada 21 Oktober 2022 pukul 13.26 PM.

Id.wikipedia.org. 2022. Republik Maluku Selatan

31
https://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Maluku_Selatan. Diakses pada 22

Oktober 2022 pukul 22.17 PM.

Id.wikipedia.org. 2022. Gerakan Aceh Merdeka

https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_Aceh_Merdeka. Diakses pada 22

Oktober 2022 pukul 22.23 PM.

Readcube.com. 2016. Separatisme dalam Perspektif Hukum Internasional: Studi

Kasus Organisasi Papua Merdeka

https://www.readcube.com/articles/10.20885%2Funisia.vol26.iss47.art5.

Diakses pada 21 Oktober 2022 pukul 15.06 PM.

P2k.unkris.ac.id. Organisasi Papua Merdeka

http://p2k.unkris.ac.id/en1/3065-2962/Organisasi-Papua-

Merdeka_42366_p2k-unkris.html. Diakses pada 21 Oktober 2022 pukul

14.59 PM.

Media.neliti.com. 2019. Artikel Penyelesaian Konflik Internal antara Pemerintah

Indonesia dengan Gerakan Separatisme di Papua melalui Mekanisme Horse-

Trading

https://media.neliti.com/media/publications/299656-internal-conflict-

resolution-between-gov-c21aeee2.pdf. Diakses pada 21 Oktober 2022 pukul

12.31 PM.

Repository.unair.ac.id. 2017. Artikel Tantangan Keamanan Nasional Indonesia dalam

32
Menyikapi Transformasi Separatisme dan Cyberprotest di Papua.

https://repository.unair.ac.id/68175/3/jurnal%20rany.pdf. Diakses pada 21

Oktober 2022 pukul 12.52 PM.

Kolom.tempo.co. 2021. Langkah Strategis Penyelesaian Papua

https://kolom.tempo.co/read/1459255/langkah-strategis-penyelesaian-papua.

Diakses pada 23 Oktober 2022 pukul 13.59 PM.

Jurnal.dpr.go.id. 2016. Aktivitas Internasional Gerakan Separatisme Papua

https://jurnal.dpr.go.id/index.php/kajian/article/view/555. Diakses pada 21

Oktober 2022 pukul 12.52 PM.

Kumparan.com. 2022. Gerakan Separatisme OPM dan Solusi dalam Pembangunan

Nasional

https://kumparan.com/sabrina-kartika-1641124834952575775/gerakan-

separatisme-opm-dan-solusi-dalam-pembangunan-nasional-

1xGN3fjAESW/full. Diakses pada 21 Oktober 2022 pukul 11.24 AM.

Kompasiana.com. 2021. Penyimpangan Sila Ke-3

https://www.kompasiana.com/amp/sitifatimah7468/6190bc586b07c503ad0e8

592/penyimpangan-sila-ke-3. Diakses pada 22 Oktober 2022 pukul 18.15 PM.

Bphn.gp.id. 2008. Laporan Akhir Tim Penelitian Hukum tentang Interaksi Hukum

Nasional dan Internasional dalam Pencegahan dan Pemberantasan

Separatisme di Indonesia

https://bphn.go.id/data/documents/pemberantasan_separatisme_di_indones

33
ia.pdf. Diaskses pada 21 Oktober 2022 pukul 12.56 PM.

Hukamnas.com. 2019. 4 Dampak Separatisme terhadap Keutuhan NKRI

https://hukamnas.com/dampak-separatisme-terhadap-keutuhan-nkri. Diakses

pada 21 Oktober 2022 pukul 22.54 PM.

Gramedia.com. 2021. Pengertian Teori Kedaulatan

https://www.gramedia.com/literasi/teori-kedaulatan/. Diakses pada 21

Oktober 2022 pukul 23.21 PM.

Portalnawacita.com. 2022. Jaga Persatuan dan NKRI dari Ancaman Gerakan

Separatis

https://portalnawacita.com/jaga-persatuan-dan-nkri-dari-ancaman-gerakan-

separatis/. Diakses pada 21 Oktober 2022 pukul 14.01 PM

Polkam.go.id. 2018. Peran Masyarakat dalam Menghadapi Ancaman terhadap

Pertahanan dan Keamanan Negara

https://polkam.go.id/peran-masyarakat-dalam-menghadapi-ancaman-

terhadap-pertahanan-dan-keamanan-negara/. Diakses pada 23 Oktober 2022

pukul 16.24 PM.

34

Anda mungkin juga menyukai