Anda di halaman 1dari 2

Etnografi Suku Badui

Suku Badui merupakan masyarakat adat dan sub-etnis dari suku Sunda di
wilayah pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Suku Badui adalah
suku yang menetap, meski pada awalnya mereka hidup nomaden. Suku Badui
tersebar paling banyak di Cikeusik, Cikertawana, dan Cibeo Banten.

Populasi mereka saat ini sekitar 26.000 orang, mereka merupakan salah satu
kelompok masyarakat yang menutup diri mereka dari dunia luar. Sebenarnya,
Badui termasuk dalam suku Sunda, mereka dianggap sebagai suku Sunda yang
belum terpengaruh modernisasi atau kelompok yang hampir sepenuhnya
terasing dari dunia luar.

Sebutan "Badui" merupakan sebutan yang


diberikan oleh penduduk luar kepada
kelompok masyarakat tersebut, berawal dari
sebutan para peneliti Belanda yang agaknya
mempersamakan mereka dengan kelompok
Arab Badawi yang merupakan masyarakat
yang berpindah-pindah (nomaden). Menurut
KBBI, pengejaan yang tepat adalah Badui,
bukan Baduy. Bahasa yang mereka gunakan
adalah bahasa Sunda dialek Badui. Walau begitu, mereka lancar menggunakan
Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan penduduk luar.

Orang Badui atau disebut Orang Kanekes tidak mengenal sekolah, karena
pendidikan formal berlawanan dengan adat-istiadat mereka. Masyarakat Badui
cara mereka sendiri untuk belajar, yakni mengamati alam sekitar, teman-teman.
Suku Badui terbagi menjadi tiga kelompok sosial tangtu, panamping, dan
dangka .

Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Kanekes Dalam


(Badui Dalam), yang paling ketat mengikuti adat, yang memiliki ciri-ciri
pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua (warna tarum) serta memakai
ikat kepala putih. Mereka dilarang secara adat untuk bertemu dengan orang
asing.

Sebagian peraturan yang dianut oleh Orang Kanekes Dalam antara lain:

1. Tidak diperkenankan menggunakan kendaraan untuk sarana transportasi


2. Tidak diperkenankan menggunakan alas kaki
3. Pintu rumah harus menghadap ke utara/selatan (kecuali rumah sang Pu'un
atau ketua adat)
4. Larangan menggunakan alat elektronik (teknologi)
5. Menggunakan kain berwarna hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan
dijahit sendiri serta tidak diperbolehkan menggunakan pakaian modern.

Masyarakat Kanekes Luar terdiri dari kelompok panamping dan dangka yang
berciri khas mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna biru gelap (warna
tarum).

Badui Kanekes Luar inilah yang banyak berkomunikasi dengan orang luar,
menggunakan teknologi, dan bersekolah.

Orang Badui adalah keturunan Suku Sunda asli yang tidak terpengaruh agama
hindu-buddha dan islam selama zaman kerajaan.

Mereka memiliki keyakinan turun temurun yang dikenal dengan keyakinan


kabuyutan Jati Sunda atau 'Sunda Asli' atau Sunda Wiwitan (wiwitan=asli, asal,
pokok, jati). Oleh karena itulah agama asli mereka pun diberi nama Sunda
Wiwitan.

Anda mungkin juga menyukai