• Imam Ali bin Abi Thalib menjelaskan makna ayat itu, "Didiklah diri dan
keluargamu dengan perbuatan baik dan saleh." (At Tahrim 6)
• Allah secara tegas memerintahkan kita mendidik diri sendiri dan keluarga
dengan ajaran-ajaran agama sehingga terbentuk keluarga yang bertakwa.
• Bila keluarga baik, maka negara pun baik. Keluarga merupakan negara
kecil. Bila ingin membangun negara, kita harus mulai dari keluarga.
• Keluarga adalah keluarga ke atas dan ke bawah
PENGERTIAN BIRRUL WALIDAIN
Birr: Kebaikan,
Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu
terletak pada murka orang tua”. (HR At-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih oleh
Ibnu Hibban dan Al-Hakim) [3]
MENGAPA IBU ?
Hadis Abu Hurairah tentang siapakah yang berhak dipergauli dengan baik.
س ِن
ْ س بِ ُح ًّ رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فقال يَا رسو َل هللا َمنْ اَ َح
ِ ق النّا ِ عَنْ اَبِي هُ َري َرةَ رضي هللا عنه قال َجا َء َر ُج ٌل الى
) ثم اَبُ ْو َك (اخرجه البخاري: ثم من؟ قال:ثم ا ُّمك قال: ثم من؟ قال: ثُ َّم اُ ُّمك قال: ثُ َّم َمنْ ؟ قال: اُ ُّمك قال:ص َحابَتِي؟ قال
َ
Artinya: dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: “ Suatu saat ada seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah SAW, lalu bertanya: “ Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak aku pergauli
dengan baik?” Rasulullah menjawab : “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “
Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “Ibumu!”. Sekali lagi orang itu bertanya:
kemudian siapa? Rasulullah menjawab: “Bapakmu!”(HR Bukhari)
Mengapa Islam mengutamakan berbakti kepada ibu daripada ayah? Abdullah Nashin
Ulwan, dalam Pendidikan Sosial Anak, menyebut dua sebab. Pertama, ibu lebih banyak
memperhatikan anak, mulai hamil, melahirkan, menyusui, merawat, dan mendidik (Q.S.
31:14). Kedua, dalam diri ibu penuh dengan ikatan batin, cinta, lembut, sayang, dan selalu
memperhatikan.
“Hendaklah kamu berbuat baik kepada ibumu
kemudian ibumu sekali lagi ibumu kemudian bapakmu
kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat.”
(Abu dawud no. 5139)
Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa ketika seseorang meminta izin untuk berjihad (dalam hal
ini fardhu kifayah kecuali waktu diserang musuh maka fardhu ‘ain) dengan meninggalkan
orang tuanya dalam keadaan menangis, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
“Kembali dan buatlah keduanya tertawa seperti engkau telah membuat keduanya menangis”
[Hadits Riwayat Abu Dawud dan Nasa’i]
Dalam riwayat lain dikatakan : “Berbaktilah kepada kedua orang tuamu”
[Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
2. LEMAH LEMBUT
• Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. (QS Al Isra:
24)
• Hendaknya dibedakan berbicara dengan kedua orang tua dan berbicara dengan
anak, teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia
kepada kedua orang tua, tidak boleh mengucapkan ‘ah’ apalagi mencemooh dan
mencaci maki atau melaknat keduanya karena ini merupakan dosa besar dan
bentuk kedurhakaan kepada orang tua.
3. TAWADHU
Semua harta kita adalah milik orang tua. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala surat Al-
Baqarah ayat 215.
ك َما َذا يُ ْنفِقُونَ ۖ قُلْ َما أَ ْنفَ ْقتُ ْم ِم ْن َخي ٍْر فَلِ ْل َوالِ َدي ِْن َواأْل َ ْق َربِينَ َو ْاليَتَا َم ٰى َو ْال َم َسا ِكي ِن َوا ْب ِن ال َّسبِي ِل ۗ َو َما تَ ْف َعلُوا ِم ْن َخي ٍْر
َ َيَسْأَلُون
فَإ ِ َّن هَّللا َ ِب ِه َعلِي ٌم
“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, “Harta
yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan
apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah maha mengetahui”
[Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 3, Abu Dawud No. 5139 dan
Tirmidzi 1897, Hakim 3/642 dan 4/150 dari Mu’awiyah bin Haidah, Ahmad 5/3,5 dan
berkata Tirmidzi, “Hadits Hasan”]
Kewajiban yang utama bagi anak laki-laki adalah berbakti kepada ibunya (kedua orang tuanya) setelah Allah dan
Rasul-Nya.
Sedangkan kewajiban yang utama bagi wanita yang telah bersuami setelah kepada Allah dan Rasul-Nya adalah
kepada suaminya.
Ketaatan kepada suami akan membawanya ke surga. Namun demikian suami hendaknya tetap memberi
kesempatan atau ijin agar istrinya dapat berinfaq dan berbuat baik lainnya kepada kedua orang tuanya.
ْ ب ْال َجنَّ ِة َشا َء
ت ِ ي أَ ْب َوا
ِّ َت ِم ْن أ ْ َوأَطَاع،َت فَرْ َجهَا
ْ َ َد َخل،َت َب ْعلَهَا ْ صن َ َو،ت ْال َمرْ أَةُ َخ ْم َسهَا
ْ صا َم
َّ َو َح،ت َشه َْرهَا ِ َّصل
َ “ ِإ َذا
Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya
(menjaga kehormatannya), dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang
dikehendakinya.” (HR. Ibnu Hibban no. 1296 al-Mawaarid) dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu
Di samping wajib memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya, seorang suami juga wajib untuk membantu menafkahi orangtuanya jika mereka
membutuhkan.
Ibnul Mundzir mengatakan, “Para Ulama sepakat tentang kewajiban menafkahi kedua orangtua yang tidak punya pekerjaan atau kekayaan dengan harta
anak mereka.” Mughnil Muhtâj, 5/183
’ف’’’لُوا ِمْن َ ك’س ِْب أَوْ اَل ِد ُك ْم ْ ’ ِ َّإ’ن أَوْ اَل َد ُك ْم’ ِمْنَأ،َا’’ك ِ ل َ’و ِل ِدا’’ك
َ ُك،’طيَ ِب َ ك’ ْس ِب ُك ْم َ ق’’ا’’ل” َأ’ ْن َت َو َم ُل: َ َ َاح َم ِلا’’ي؟
َ ا’’ي ُ ي’’ ِري ُد َ ْأ’ن َ ي’’جْ ت ف’’’ا’’ل ِ َّإ’نِ ل ’ي َم اًلا’’ َو َو ِلد
َوِ َّإ’ن َو ِل ِد،ا’’ًا : ََ ق ََ َّأ’ن َأ’ع َْرا’ ِبيًّا َأ’تَى لنَّا’’بِ َّي َصلَّ’ى ُ ع
،’هللالَ ْي ِه’ َو َسلَّ َم
Diriwayatkan bahwa seorang badui datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan, “Saya memiliki harta dan orangtua, dan ayah saya
ingin menghabiskan harta saya.” Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Engkau dan hartamu boleh dipakai orangtuamu. Sesungguhnya,
anak-anak kalian termasuk penghasilan terbaik, maka makanlah dari penghasilan anak-anak kalian.” [HR. Ahmad, no. 7001)
Hadits ini dihukumi shahih oleh Syu’aib al-Arnauth rahimahumullah
Namun menafkahi orangtua tidaklah wajib atas anak kecuali dengan dua syarat berikut: Orangtua miskin dan membutuhkan bantuan. Si anak kaya dan
memiliki kelebihan nafkah setelah nafkah yang diberikannya kepada keluarganya. Syarat ini disepakati oleh para Ulama. Mughnil Muhtâj, 3/446
Jika kedua nafkah ini bisa dipenuhi, maka wajib bagi anak untuk melakukannya. Namun jika hartanya hanya cukup untuk salah satu nafkah saja, maka
nafkah istri dan anaknya harus didahulukan daripada nafkah orangtuanya; karena nafkah keluarga adalah konsekuensi dari akad nikah, sehingga
merupakan hak manusia. Sedangkan nafkah orangtua adalah bentuk kebaktian dan bantuan, sehingga masuk kategori hak Allâh Azza wa Jalla.
Dan hak manusia didahulukan atas hak Allâh Azza wa Jalla ; karena hak manusia didasari musyâhhah (saling menuntut) sedangkan hak Allâh Azza wa
Jalla didasari musâmahah (pengampunan).
5. MENDOAKAN ORANG TUA
1. Mendo’akannya
2. Menshalatkan ketika orang tua meninggal
3. Selalu memintakan ampun untuk keduanya.
4. Membayarkan hutang-hutangnya
5. Melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syari’at.
6. Menyambung tali silaturrahmi kepada orang yang keduanya juga pernah
menyambungnya. [Diringkas dari beberapa hadits yang shahih]
Sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma. Aku mendengar Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
ِص َل ال َّر ُج ُل اَ ْه َل ُو ِّد أَبِ ْي ِه بَ ْع َد أَ ْن يُ َولِّ َي
ِ َ“ َّن ِم ْن أَبَرِّ ْالبِ ِّر أَ ْن ي
Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi
kepada teman-teman bapaknya sesudah bapaknya meninggal” [Hadits Riwayat
Muslim No. 12, 13, 2552]
PENTINGNYA ANAK YANG SHOLEH
1. Kematian bukan istirahat, kematian adalah mulainya perjalanan Panjang (kisah
Abu Hurairoh)
Maadzaa yubqiika, Thuulus shafar qiillatul amal falaa nadri al mahrib am akuuna fil
Jannah aw am akuuna finnaar.
Safar qoriib dan safar baiid: intiqoolul bilad ilal bilad Bana wa wadloha
2. Orang yang meninggal mendapat Nikmat Qubur atau adzab qubur
Taman di antara taman2 syurga atau lembah di antara lembah neraka
Naklul kalam minal ghairi ilal ghair.
Kullu nikmatin laa tuqorribu minallaahi fahiya balhiyatun. Mencintai kematian
karena cinta berjumpa dengan Allah.
Al kayyis man kana fii nafsihi wal amila ba’dal maut
3. Orang Yang telah Wafat Memerlukan Doa
a. Doa Kaum muslimin Al Hasyr ayat 10
b. Doa Malaikat: Al Malaaikatu yuamminu maa taquuluun
c. Doa Anak yang Sholeh
ORANG YANG CERDAS
• “Sungguh di surga ada pasar yang didatangi penghuni surga setiap Jumat. Bertiuplah angin dari utara
mengenai wajah dan pakaian mereka hingga mereka semakin indah dan tampan. Mereka pulang ke istri-
istri mereka dalam keadaan telah bertambah indah dan tampan. Keluarga mereka berkata, ‘Demi Allah,
engkau semakin bertambah indah dan tampan.’ Mereka pun berkata, ‘Kalian pun semakin bertambah
indah dan cantik’.” (HR. Muslim no. 7324)
• Dijelaskan dalam Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah, ’عضهم’ ل’’بعض؛ الزدياد لا’’نعيم ’’’إ’ن س’وق لا’’جنة هو مكان لا’’ق’اء ل’’لمؤمنين ب
ما ك’ان ف’’ي’ لا’’دار لا’’دنيا وما لآ’’وا ليإ’’ه’ ف’’ي’ لا’’دار ا’’آلخرة؛ ويتجدد هذا
’’’عضهم’ ل’بعض؛ وتذا’كرهم’ ب ’’’ وتحدث ب، ما ي’’جدونه’ من ل’’ذة وسؤدد ’’’ب
بعض’’’عضهم’ ب
’’’عضهم’ ل’بعض وأ’نس ب ’’’حديث ل’رؤية ب “ لا’’ق’اء ك’ل جمع’ة ك’ما ج’اء ف’’ي’ لا’’ ؛Pasar di surga adalah tempat
bertemunya kaum muslimin satu sama lain supaya bertambah kenikmatan. Merasakan kelezatan saling
berbincang-bincang. Dan saling mengenang apa yang terjadi di dunia dan membicarakan apa yang
mereka dapatkan di akhirat. Mereka bertemu setiap Jumat sebagaimana pada hadits, agar mereka bisa
saling berjumpa satu sama lain.” [Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah 54/214]
TERIMA KASIH