Anda di halaman 1dari 25

BERBAKTI

KEPADA KEDUA ORANG TUA


HINGGA
BERKUMPUL LAGI
DI SYURGA
ISLAM SYARIAT LENGKAP DAN
SEMPURNA
1. Konsep Syurga adalah Kampung Halaman
2. Konsep Masuk Syurga dengan Bapak dan Keturunan
3. Konsep Syafaat dalam keluarga
4. Konsep Keluarga yang Ideal
5. Konsep Berbakti kepada kedua Orang tua
6. Konsep Anak yang Sholeh
PENTINGNYA KONSEP KELUARGA

• Imam Ali bin Abi Thalib menjelaskan makna ayat itu, "Didiklah diri dan
keluargamu dengan perbuatan baik dan saleh." (At Tahrim 6)
• Allah secara tegas memerintahkan kita mendidik diri sendiri dan keluarga
dengan ajaran-ajaran agama sehingga terbentuk keluarga yang bertakwa.
• Bila keluarga baik, maka negara pun baik. Keluarga merupakan negara
kecil. Bila ingin membangun negara, kita harus mulai dari keluarga.
• Keluarga adalah keluarga ke atas dan ke bawah
PENGERTIAN BIRRUL WALIDAIN

Birr: Kebaikan,

“Al-birr adalah baiknya akhlak”(HR Muslim)

Birrul walidain: kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan oleh seorang anak


kepada kedua orang tuanya. Al-birr adalah menaati kedua orang tua didalam
semua apa yang mereka perintahkan, selama tidak bermaksiat kepada Allah.

Hukum birrul walidain


Birrul walidain hukumnya adalah wajib kecuali dalam hal yang haram.
AYAT-AYAT BAKTI KEPADA ORANG TUA

• ”Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah menyembah


selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya, dan
ucapkanlah perkataan yang baik” (Al-Isra: 23).
• “Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orangtuanya,
ibu telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah lemah dan
menyapih dalam dua tahun, bersyukurlah kalian kepada-Ku dan kepada kedua
orangtuamu. Hanya kepada-Ku lah kalian kembali” (QS. Luqman: 14)
HADITS TENTANG BAKTI KEPADA ORTU

Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu
terletak pada murka orang tua”. (HR At-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih oleh
Ibnu Hibban dan Al-Hakim) [3]
MENGAPA IBU ?

Hadis Abu Hurairah tentang siapakah yang berhak dipergauli dengan baik.
‫س ِن‬
ْ ‫س بِ ُح‬ ًّ ‫رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فقال يَا رسو َل هللا َمنْ اَ َح‬
ِ ‫ق النّا‬ ِ ‫عَنْ اَبِي هُ َري َرةَ رضي هللا عنه قال َجا َء َر ُج ٌل الى‬
)‫ ثم اَبُ ْو َك (اخرجه البخاري‬: ‫ ثم من؟ قال‬:‫ثم ا ُّمك قال‬: ‫ ثم من؟ قال‬:‫ ثُ َّم اُ ُّمك قال‬:‫ ثُ َّم َمنْ ؟ قال‬:‫ اُ ُّمك قال‬:‫ص َحابَتِي؟ قال‬
َ
Artinya: dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: “ Suatu saat ada seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah SAW, lalu bertanya: “ Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak aku pergauli
dengan baik?” Rasulullah menjawab : “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “
Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “Ibumu!”. Sekali lagi orang itu bertanya:
kemudian siapa? Rasulullah menjawab: “Bapakmu!”(HR Bukhari)
Mengapa Islam mengutamakan berbakti kepada ibu daripada ayah? Abdullah Nashin
Ulwan, dalam Pendidikan Sosial Anak, menyebut dua sebab. Pertama, ibu lebih banyak
memperhatikan anak, mulai hamil, melahirkan, menyusui, merawat, dan mendidik (Q.S.
31:14). Kedua, dalam diri ibu penuh dengan ikatan batin, cinta, lembut, sayang, dan selalu
memperhatikan.
“Hendaklah kamu berbuat baik kepada ibumu
kemudian ibumu sekali lagi ibumu kemudian bapakmu
kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat.”
(Abu dawud no. 5139)

Muawiyah bin jahimah mendatangi Rasulullah SAW,” wahai


Rasulullah, aku hendak berperang, aku minta pendapat
engkau”. Rasulullah SAW menjawab. Apakah engkau
mempunyai ibu?” Jawabnya, “ ya”. Lalu rasulullah SAW
bersabda. “Berbuat baiklah kepadanya. Sesungguhnya
surga itu berada di bawah kedua kakinya.” (Hr. Ath-
thabrani)
1. BERGAUL DENGAN CARA YANG BAIK.

Senyummu di hadapan Saudaramu adalah sedekah (HR Tirmidzi)


“Sebaik-baik kalian adalah yan berbuat baik kepada keluarganya. Sedangkan aku adalah
orang yang  paling berbuat baik pada keluargaku” (HR. Tirmidzi no. 3895, Ibnu Majah
no. 1977, Ad Darimi 2: 212, Ibnu Hibban 9: 484.)

Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa ketika seseorang meminta izin untuk berjihad (dalam hal
ini fardhu kifayah kecuali waktu diserang musuh maka fardhu ‘ain) dengan meninggalkan
orang tuanya dalam keadaan menangis, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
“Kembali dan buatlah keduanya tertawa seperti engkau telah membuat keduanya menangis”
[Hadits Riwayat Abu Dawud dan Nasa’i]
Dalam riwayat lain dikatakan : “Berbaktilah kepada kedua orang tuamu”
[Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
2. LEMAH LEMBUT

• Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. (QS Al Isra:
24)
• Hendaknya dibedakan berbicara dengan kedua orang tua dan berbicara dengan
anak, teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia
kepada kedua orang tua, tidak boleh mengucapkan ‘ah’ apalagi mencemooh dan
mencaci maki atau melaknat keduanya karena ini merupakan dosa besar dan
bentuk kedurhakaan kepada orang tua.
3. TAWADHU

• Tawadlu (rendah diri).


• Tidak boleh kibir (sombong) apabila sudah meraih sukses atau
mempunyai jabatan di dunia, karena sewaktu lahir kita berada dalam
keadaan hina dan membutuhkan pertolongan. Kedua orang tualah yang
menolong dengan memberi makan, minum, pakaian dan semuanya.
4. MEMBERIKAN INFAK

Semua harta kita adalah milik orang tua. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala surat Al-
Baqarah ayat 215.
‫ك َما َذا يُ ْنفِقُونَ ۖ قُلْ َما أَ ْنفَ ْقتُ ْم ِم ْن َخي ٍْر فَلِ ْل َوالِ َدي ِْن َواأْل َ ْق َربِينَ َو ْاليَتَا َم ٰى َو ْال َم َسا ِكي ِن َوا ْب ِن ال َّسبِي ِل ۗ َو َما تَ ْف َعلُوا ِم ْن َخي ٍْر‬
َ َ‫يَسْأَلُون‬
‫فَإ ِ َّن هَّللا َ ِب ِه َعلِي ٌم‬
“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, “Harta
yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan
apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah maha mengetahui”
[Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 3, Abu Dawud No. 5139 dan
Tirmidzi 1897, Hakim 3/642 dan 4/150 dari Mu’awiyah bin Haidah, Ahmad 5/3,5 dan
berkata Tirmidzi, “Hadits Hasan”]
Kewajiban yang utama bagi anak laki-laki adalah berbakti kepada ibunya (kedua orang tuanya) setelah Allah dan
Rasul-Nya.
Sedangkan kewajiban yang utama bagi wanita yang telah bersuami setelah kepada Allah dan Rasul-Nya adalah
kepada suaminya.
Ketaatan kepada suami akan membawanya ke surga. Namun demikian suami hendaknya tetap memberi
kesempatan atau ijin agar istrinya dapat berinfaq dan berbuat baik lainnya kepada kedua orang tuanya.
ْ ‫ب ْال َجنَّ ِة َشا َء‬
‫ت‬ ِ ‫ي أَ ْب َوا‬
ِّ َ‫ت ِم ْن أ‬ ْ ‫ َوأَطَاع‬،‫َت فَرْ َجهَا‬
ْ َ‫ َد َخل‬،‫َت َب ْعلَهَا‬ ْ ‫صن‬ َ ‫ َو‬،‫ت ْال َمرْ أَةُ َخ ْم َسهَا‬
ْ ‫صا َم‬
َّ ‫ َو َح‬،‫ت َشه َْرهَا‬ ِ َّ‫صل‬
َ ‫“ ِإ َذا‬
Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya
(menjaga kehormatannya), dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang
dikehendakinya.” (HR. Ibnu Hibban no. 1296 al-Mawaarid) dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu
Di samping wajib memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya, seorang suami juga wajib untuk membantu menafkahi orangtuanya jika mereka
membutuhkan.
Ibnul Mundzir mengatakan, “Para Ulama sepakat tentang kewajiban menafkahi kedua orangtua yang tidak punya pekerjaan atau  kekayaan dengan harta
anak mereka.” Mughnil Muhtâj, 5/183

’‫ف’’’لُوا ِمْن َ ك’س ِْب أَوْ اَل ِد ُك ْم‬ ْ ’‫ ِ َّإ’ن أَوْ اَل َد ُك ْم’ ِمْنَأ‬،َ‫ا’’ك ِ ل َ’و ِل ِدا’’ك‬
‫ َ ُك‬،’‫طيَ ِب َ ك’ ْس ِب ُك ْم‬ َ ‫ق’’ا’’ل” َأ’ ْن َت َو َم ُل‬: َ َ ‫َاح َم ِلا’’ي؟‬
َ ‫ا’’ي ُ ي’’ ِري ُد َ ْأ’ن َ ي’’جْ ت‬ ‫ف’’’ا’’ل ِ َّإ’نِ ل ’ي َم اًلا’’ َو َو ِلد‬
‫ َوِ َّإ’ن َو ِل ِد‬،‫ا’’ًا‬ : َ‫َ ق‬ َ‫َ َّأ’ن َأ’ع َْرا’ ِبيًّا َأ’تَى لنَّا’’بِ َّي َصلَّ’ى ُ ع‬
،’‫هللالَ ْي ِه’ َو َسلَّ َم‬
Diriwayatkan bahwa seorang badui datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan, “Saya memiliki harta dan orangtua, dan ayah saya
ingin menghabiskan harta saya.” Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam   menjawab, “Engkau dan hartamu boleh dipakai orangtuamu. Sesungguhnya,
anak-anak kalian termasuk penghasilan terbaik, maka makanlah dari penghasilan anak-anak kalian.” [HR. Ahmad, no. 7001)
Hadits ini dihukumi shahih oleh Syu’aib al-Arnauth rahimahumullah
Namun menafkahi orangtua tidaklah wajib atas anak kecuali dengan dua syarat berikut: Orangtua miskin dan membutuhkan bantuan. Si anak kaya dan
memiliki kelebihan nafkah setelah nafkah yang diberikannya kepada keluarganya. Syarat ini disepakati oleh para Ulama. Mughnil Muhtâj, 3/446

Jika kedua nafkah ini bisa dipenuhi, maka wajib bagi anak untuk melakukannya. Namun jika hartanya hanya cukup untuk salah satu nafkah saja, maka
nafkah istri dan anaknya harus didahulukan daripada nafkah orangtuanya; karena nafkah keluarga adalah konsekuensi dari akad nikah, sehingga
merupakan hak manusia. Sedangkan nafkah orangtua adalah bentuk kebaktian dan bantuan, sehingga masuk kategori hak Allâh Azza wa Jalla.
Dan hak manusia didahulukan atas hak Allâh Azza wa Jalla ; karena hak manusia didasari musyâhhah (saling menuntut) sedangkan hak Allâh Azza wa
Jalla didasari musâmahah (pengampunan).
5. MENDOAKAN ORANG TUA

• Sebagaimana dalam ayat,


• ‫ص ِغيرًا‬
َ ‫“ َربِّ ارْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّيَانِي‬
• Robbirhamhuma kamaa rabbayaani shagiiro”
• (Wahai Rabb-ku kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku diwaktu kecil). [Al-Isra : 24]
JIKA ORANG TUA SUDAH MENINGGAL

1. Mendo’akannya
2. Menshalatkan ketika orang tua meninggal
3. Selalu memintakan ampun untuk keduanya.
4. Membayarkan hutang-hutangnya
5. Melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syari’at.
6. Menyambung tali silaturrahmi kepada orang yang keduanya juga pernah
menyambungnya. [Diringkas dari beberapa hadits yang shahih]
Sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma. Aku mendengar Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
ِ‫ص َل ال َّر ُج ُل اَ ْه َل ُو ِّد أَبِ ْي ِه بَ ْع َد أَ ْن يُ َولِّ َي‬
ِ َ‫“ َّن ِم ْن أَبَرِّ ْالبِ ِّر أَ ْن ي‬
Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi
kepada teman-teman bapaknya sesudah bapaknya meninggal” [Hadits Riwayat
Muslim No. 12, 13, 2552]
PENTINGNYA ANAK YANG SHOLEH
1. Kematian bukan istirahat, kematian adalah mulainya perjalanan Panjang (kisah
Abu Hurairoh)
Maadzaa yubqiika, Thuulus shafar qiillatul amal falaa nadri al mahrib am akuuna fil
Jannah aw am akuuna finnaar.
Safar qoriib dan safar baiid: intiqoolul bilad ilal bilad Bana wa wadloha
2. Orang yang meninggal mendapat Nikmat Qubur atau adzab qubur
Taman di antara taman2 syurga atau lembah di antara lembah neraka
Naklul kalam minal ghairi ilal ghair.
Kullu nikmatin laa tuqorribu minallaahi fahiya balhiyatun. Mencintai kematian
karena cinta berjumpa dengan Allah.
Al kayyis man kana fii nafsihi wal amila ba’dal maut
3. Orang Yang telah Wafat Memerlukan Doa
a. Doa Kaum muslimin Al Hasyr ayat 10
b. Doa Malaikat: Al Malaaikatu yuamminu maa taquuluun
c. Doa Anak yang Sholeh
ORANG YANG CERDAS

• ‫اس وأكر ُم‬ِ َّ‫ من أكيَسُ ال’ن‬: ‫األنصار‬


ِ ‫ فقال رج ٌل من‬, ‫عاشر عشر ٍة‬َ ‫أتيت النَّب َّي صلَّى هللاُ عليه وسلَّم‬
ُ
‫ت وأش ُّدهم استعدا ًدا’ له أولئك هم األكياسُ ذهبوا‬
ِ ‫ أكثرُهم ِذكرًا للمو‬: ‫اس يا رسو َل هللاِ ؟ فقال‬ِ َّ‫الن‬
‫بشرف ا’ل ُّدنيا وكرام ِة اآلخر ِة‬
ِ .
• ''Bersama sepuluh orang, aku menemui Nabi SAW lalu salah seorang di
antara kami bertanya, 'Siapa orang paling cerdas dan mulia wahai
Rasulullah?' Nabi menjawab, 'Orang yang paling banyak mengingat
kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang yang
cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan
akhirat'.'' (hadits riwayat Ibnu Majah).
• Kita baca beberapa pernyataan dari Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) sebagai
berikut:
• ‫ وإنا إن شاء هلال بكم }السالم عليكم أهل دار‬:‫والميت قد يعرف من يزوره ولهذا كانت السنة أن يقال‬
18) 304/ 24) ‫ )مجموع الفتاوى‬. ‫ ويرح’م هلال المستقدمري‬،‫ الحقون‬،‫قوم مؤمنري منا ومنكم‬
‫{والمستأخرين‬
• Mayit itu kadang mengetahui orang yang menziarahinya. Maka sunnahnya
kita mengucapkan: "Selamat bagi kalian ahli kuburnya kaum mukmin dan
muslim, insyaallah kita nanti akana menyusul. Semoga Allah ’‫جل جال’له‬
merahmati yang telah dahulu wafat dari kita dan kalian dan yang belum.
KISAH ABDULLAH BIN UMAR
• Dalam riwayat yang lain, Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma menemui
seorang badui di perjalanan menuju Mekah, mereka orang-orang yang sederhana.
Kemudian Abdullah bin Umar mengucapkan salam kepada orang tersebut dan
menaikkannya ke atas keledai, kemudian sorbannya diberikan kepada orang badui
tersebut, kemudian Abdullah bin Umar berkata, “Semoga Allah membereskan
urusanmu”. Kemudian Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma berkata,
“Sesungguhnya bapaknya orang ini adalah sahabat karib dengan Umar sedangkan
aku mendengar sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
• :’‫ا’’رج ُُل َا’ ْه َل ُو ِّد َأ’ ِب ْي ِه‬ ِ ’’‫“ ِ َّإ’ن ِمْن َأ’بَ ِّر ْل ِبا’’ ِّر َ ْأ’ن َ ي‬
َّ ‫ص َل ل‬
• Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi
kepada teman-teman ayahnya” [Hadits Riwayat Muslim 2552 (13)]
• Berkaitan dengan masalah shalat dan puasa yang ditinggalkan oleh orang tua, maka
menurut syari’at tidak mengqadha shalat atau puasa kecuali puasa nadzar [Tamamul
Minnah Takhrij Fiqih Sunnah hal. 427-428, cet. III Darul Rayah 1409H)
PASAR TEMPAT KUMPUL AHLI SYURGA

• “Sungguh di surga ada pasar yang didatangi penghuni surga setiap Jumat. Bertiuplah angin dari utara
mengenai wajah dan pakaian mereka hingga mereka semakin indah dan tampan. Mereka pulang ke istri-
istri mereka dalam keadaan telah bertambah indah dan tampan. Keluarga mereka berkata, ‘Demi Allah,
engkau semakin bertambah indah dan tampan.’ Mereka pun berkata, ‘Kalian pun semakin bertambah
indah dan cantik’.” (HR. Muslim no. 7324)
• Dijelaskan dalam Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah, ’‫عضهم’ ل’’بعض؛ الزدياد لا’’نعيم‬ ’’’‫إ’ن س’وق لا’’جنة هو مكان لا’’ق’اء ل’’لمؤمنين ب‬
‫ما ك’ان ف’’ي’ لا’’دار لا’’دنيا وما لآ’’وا ليإ’’ه’ ف’’ي’ لا’’دار ا’’آلخرة؛ ويتجدد هذا‬
’’’‫عضهم’ ل’بعض؛ وتذا’كرهم’ ب‬ ’’’‫ وتحدث ب‬، ‫ما ي’’جدونه’ من ل’’ذة وسؤدد‬ ’’’‫ب‬
‫بعض‬’’’‫عضهم’ ب‬
’’’‫عضهم’ ل’بعض وأ’نس ب‬ ’’’‫حديث ل’رؤية ب‬ ‫“ لا’’ق’اء ك’ل جمع’ة ك’ما ج’اء ف’’ي’ لا’’ ؛‬Pasar di surga adalah tempat
bertemunya kaum muslimin satu sama lain supaya bertambah kenikmatan. Merasakan kelezatan saling
berbincang-bincang. Dan saling mengenang apa yang terjadi di dunia dan membicarakan apa yang
mereka dapatkan di akhirat. Mereka bertemu setiap Jumat sebagaimana pada hadits, agar mereka bisa
saling berjumpa satu sama lain.” [Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah 54/214]
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai