Anda di halaman 1dari 18

1.

Hormat Kepada Orang Tua dan Guru

Nama: Salma Monhita


Kelas: XI-Akuntansi
2.Kompetensi Dasar Memahami Esensi Berbakti
Kepada Orang Tua dan Guru
a. Menghayati keutamaan berbakti kepada orang tua dan guru.
b. Menunjukan sikap hormat, berbakti dan patuh kepada orang tua dan guru.
c. Memiliki adab (tata krama) kepada orang tua dan guru sesuai tempat dan
kondisinya.
3.Tujuan Pembelajaran

a. Menunjukkan nilai-nilai syukur kepada Allah atas kasih sayang yang diberikan
oleh orang tua.
b. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap amanah dan perintah dari orang
tua.
c. Menunjukkan sikap jujur dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
PAI.
d. Menunjukkan sikap tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran PAI dan Budi Pekerti.
e. Menjelaskan keutamaan berbakti kepada orang tua dan guru.
4.Makna Orang Tua ada dua dimensi

a. Biologis (yang melahirkan)


b. Non Biologis (siapa saja yang turut berperan untuk mengisi ruang etika,
pengetahuan dan pengalaman hidup)
5.Kewajiban Berbakti Kepada Orang
Tua

‫ك ْال ِكبَ َر اَ َح ُدهُ َمٓا اَ ْو‬ َ ‫ُّك اَاَّل تَ ْعبُ ُد ْٓوا آِاَّل اِيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن اِحْ ٰسنً ۗا اِ َّما يَ ْبلُ َغ َّن ِع ْن َد‬ ٰ َ‫َوق‬
َ ‫ضى َرب‬ 

‫ف َّواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُلْ لَّهُ َما قَ ْواًل َك ِر ْي ًما‬ ٍّ ُ‫ِك ٰلهُ َما فَاَل تَقُلْ لَّهُ َمٓا ا‬

Terjemahan
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak
keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (Q.S Al Isra:23)
6.Siapa Yang Paling Berhak Ditaati di
Dunia?
َ‫اع َع ْن أَبِي ُزرْ َعة‬ ِ َ‫ب قَااَل َح َّدثَنَا َج ِري ٌر َع ْن ُع َما َرةَ ْب ِن ْالقَ ْعق‬ ٍ ْ‫يف الثَّقَفِ ُّي َو ُزهَ ْي ُر ب ُْن َحر‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ ب ُْن َس ِعي ِد ْب ِن َج ِمي ِل ْب ِن طَ ِر‬
َ ‫ص َحابَتِي قَا َل أ ُ ُّم‬
‫ك قَا َل ثُ َّم‬ َ ‫اس بِ ُح ْس ِن‬ ِ َّ‫ق الن‬ ُّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَقَا َل َم ْن أَ َح‬
َ ِ ‫َع ْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ قَا َل َجا َء َر ُج ٌل|إِلَى َرسُو ِل هَّللا‬
|‫ص َحا َب|تِي َولَ ْم يَ ْذ ُكرْ النَّا َس‬ َ ‫ق بِ ُح ْس ِن‬ ُّ ‫ث قُتَ ْيبَةَ َم ْن أَ َح‬
ِ ‫ك َوفِي َح ِدي‬ َ ‫ك قَا َل ثُ َّم َم ْن قَا َل ثُ َّم أ ُ ُّم‬
َ ‫ك قَا َل ثُ َّم َم ْن قَا َل ثُ َّم أَبُو‬ َ ‫َم ْن قَا َل|ثُ َّم أ ُ ُّم‬

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id bin Jamil bin Tharif Ats
Tsaqafi dan Zuhair bin Harb keduanya berkata; Telah menceritakan kepada
kami Jarir dari 'Umarah bin Al Qa'qa' dari Abu Zur'ah dari Abu Hurairah berkata;
"Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu dia
bertanya, "Siapakah orang yang paling berhak dengan kebaktianku?" Jawab Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, "Ibumu!" dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" beliau
menjawab: "Ibumu!" dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" beliau menjawab: "Kemudian
Ibumu!" dia bertanya lagi; "Kemudian siapa?" dijawab: "Kemudian bapakmu!“ (HR. Al-
Bukhari:No dan Muslim: NO.4621)
7.Batasan Berbakti Selama tidak bermaksiat kepada
Allah

‫اح ْبهُ َما فِى‬


ِ ‫ص‬ َ ‫ك بِ ِهۦ ِع ْل ٌم فَاَل تُ ِط ْعهُ َما ۖ َو‬ َ َ‫ك بِى َما لَ ْي َس|ل‬ َ ‫ك َعلَ ٰ ٓى أَن تُ ْش ِر‬ َ ‫َوإِن ٰ َجهَ َدا‬
‫ى َمرْ ِج ُع ُك ْم فَأُنَبِّئُ ُكم بِ َما ُكنتُ ْم‬
َّ َ‫ى ۚ ثُ َّم إِل‬ َ َ‫ٱل ُّد ْنيَا َم ْعرُوفًا ۖ َوٱتَّ ِب ْع َسبِي َل َم ْن أَن‬
َّ َ‫اب إِل‬
‫ون‬َ ُ‫تَ ْع َمل‬

Terjemahan
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.” (Luqman:15)
8.Keutamaan Berbakti Kepada Orang Tua

 Amalan paling utama Hadist Rasulullah dari Ibnu Mas’ud, “Aku bertanya tentang amalan yang
paling utama dan dicintai Allah? Nabi menjawab,”Shalat tepat waktu, berbakti kepada orang tua,
dan jihad dijalan Allah (Bukhari 1/134, Muslim, 85)
 Mendapatkan Keridhaan Allah
ُ ‫س ْخطُهُ فِي‬
‫س ْخ ِط ِه َما‬ ُ ‫ َو‬, ‫ضا ا ْل َوالِ َد ْي ِن‬
َ ‫ضا هَّللا ِ فِي ِر‬
َ ‫ِر‬
“Ridha Allah terletak pada ridha orang tua, dan murka Allah terletak pada kemurkaan orang tua.”
(Baihaqi)
 Panjang Umur
Rasulullah saw. Bersabdah, “Siapa yang ingin diperpanjangkan usianya dan
dilimpahkan rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada ibu bapaknya, dan memelihara
silahturahmi.” (H.R.Ahmad)
 Masuk Syurga
Rasulullah bersabda, “Pintu Syurga terebuka untuk orang-orang yang birrul
walidain (berbakti kepada orang tua). Barangsiapa yang berbakti kepada ibu dan
bapaknya, akan terbukalah pintu itu, dan siapa yang durhaka kepada keduanya,
tertutuplah pintu itu baginya.” (Kitab At Targhib dan ad-Dailami)
 Keturunan Yang Sama Berbakti
Sabda Nabi, “Dan berbaktilah kepada ibu dan bapak kalian, agar anak-anakmu
kelak berbakti kepadamu. Barangsiapa yang diminta maaf oleh saudaranya,
hendaklah dimaafkannya, baik ia salah atau benar.” (Al Hakim)
 Penghapus Dosa
Ibnu Umar meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah
saw. Dan berkata, “Saya telah melakukan suatu dosa besar. Apakah mungkin dosa itu
diampuni?” Rasulullah saw. Bertanya, “Apakah kedua ibu bapakmu masih hidup?”
Lelaki itu dengan sedih menjawab, “Keduanya telah meninggal dunia.” Rasulullah
saw. Bertanya lagi,
“Apakah kau punya khallah (saudara ibu)?” “Ya punya,” Jawab lelaki itu. Maka
Rasulullah kembali bersabda, “Baktikanlah dirimu kepadanya.” (H.R Tirmizi, Ibnu
Hibban, dan Hakim)

 Diskusi Kelompok: Adab Anak Kepada Orang tua


1.Saat masih hidup
2.Saat sudah meninggal
3.Satu kisah anak yang durhaka kepada orang tua
Saat Orang Tua Masih Hidup

 Mengucapkan salam saat akan meninggalkan atau menemuinya.


 Mendengarkan segala perkataannya dengan penuh rasa hormat dan rendah hati.
 Tidak memotong pembicaraanya karena itu akan menyakiti hati keduanya.
 Berpamitan atau meminta izin ketika akan pergi ke luar rumah, bsik untuk
bersekolah atau keperluan lainnya.
 Mencium tangan kedua orang tua jika ingin pergi dan kembali dari berpergian.
 Membantu pekerjaan rumah atau pekerjaan lain yang akan meringankan beban
orang tua.
 Berbakti dengan penuh keikhlasan dan kesabaran apalagi jika keduanya sudah
tuan dan pikun.
 Merendahkan diri, kasih sayang, berkata halus dan sopan, serta mendoakan
keduanya
 Menyambung silahturahmi meskipun hanya melalui telepon ketika jarak jauh
 Memberikan sebagian rezeki yang kita miliki meskipun mereka tidak
membutuhkannya
 Selalu meminta doa restu orang tua dalam menghadapi suatu permasalahan.
Saat Orang Tua Telah Tiada

 Melaksanakan wasiat dan menyelesaikan hak orang lain yang ditinggalkannya


(utang atau perjanjian dengan orang lain yang masih hidup).
 Menyambung tali silaturahim kepada kerabat dan teman-teman dekatnya atau
memuliakan teman-teman kedua orang tua.
 Melanjutkan cita-cita luhur yang dirintisnya atau menempati janji kedua ibu bapak
 Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan meminta ampunan kepada Allah
Swt.
 Beramal shalih yang diniatkan untuk mereka, seperti berkurban, infak dan
sedekah serta haji dan umrah.
Satu Kisah Anak yang Durhaka kepada Orang Tua

Si Lancang
Kali ini cerita ini berasal dari Negeri Melayu Riau. Pada masa dulu di daerah Kampar, tinggallah seorang pemuda bernama si Lancang. Ia tinggal
bersama ibunya yang sudah tua, menempati sebuah gubuk reot. Suatu hari, si Lancang mohon izin kepada ibunya untuk pergi merantau mencari uang.
Dengan hati yang sedih, emaknya akhirnya mengizinkan si Lancang pergi merantau. Setelah merantau sekian lama, akhirnya si Lancang sukses menjadi
seorang saudagar yang kaya raya. Kapal dagangnya berpuluh jumlahnya, anak buahnya cukup banyak dan istrinya pun sangat cantik. Suatu hari si
Lancang mengajak istrinya untuk pergi berdagang ke tanah Andalas.
Akhirnya kapal si Lancang yang megah tersebut merapat ke kawasan Sungai Kampar, yakni kampung halaman si Lancang sendiri. Alangkah bahagianya
emak si Lancang mendengar kabar kedatangan anaknya. Emak langsung menemui si Lancang dan memanggil anaknya. Namun tanpa diduga, si Lancang
berkata, “Bohong! Dia bukan emakku. Usir dia dari kapalku!” teriak si Lancang. Rupanya si Lancang malu untuk mengakui kondisi ibunya yang sudah
tua dan miskin tersebut.
Dengan hati yang sangat sedih, Emak pulang ke gubuknya. Emak memutar-mutar lesung dan mengipasinya dengan nyiru sambil berkata, “Ya Tuhanku,
si Lancang telah aku lahirkan dan aku besarkan dengan air susuku. Namun setelah menjadi orang kaya, dia tidak mau mengakui diriku sebagai emaknya.
Ya Tuhanku, tunjukkan padanya kekuasaan-Mu!”.
Tiba-tiba saja kondisi cuaca berubah dan turun hujan yang sangat lebat. Kapal si Lancang hancur berkeping-keping. Kain sutra yang dibawa si Lancang
sebagai barang dagangan terbang melayang-layang kemudian jatuh berlipat-lipat dan menjadi Negeri Lipat Kain yang terletak di Kampar Kiri. Sebuah
gong terlempar jauh dan jatuh di dekat gubuk Emak si Lancang di Air Tiris Kampar kemudian menjadi Sungai Ogong di Kampar Kanan.
Sebuah tembikar pecah dan melayang menjadi Pasubilah yang terletak berdekatan dengan Danau si Lancang. Di danau itulah tiang bendera kapal si
Lancang tegak tersisa. Bila sekali waktu tiang bendera itu muncul ke permukaan yang menjadi pertanda bagi masyarakat Kampar akan terjadi banjir di
Sungai Kampar. Banjir itulah air mata si Lancang yang menyesali perbuatannya yang durhaka kepada Emaknya.
9.Adab Kepada Guru dan Makna Kedudukan Guru

 Hendaklah merendahkan diri di hadapan guru, tidak keluar dari


tempat belajar sebelum mendapatkan izin dari guru.
 Hendahlah memandang guru dengan penuh rasa hormat dengan
meyakini bahwa gurunya memiliki kelebihan.
 Hendahlah duduk dihadapan guru dengan sopan, tenang, dan
mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru.
 Tidak berjalan-jalan dikelas, duduk, atau memulai perkataan sebelum
meminta izin kepada guru.
 Patuh terhadap perkataan dan perintahnya. Mengucapkan salam dan
mencium tangannya jika bertemu.
 Mendengarkan pelajaran yang sedang diberikannya dengan penuh rasa hormat.
 Jujur dan terbuka dalam berbicara kepadanya.
 Mengamalkan ilmunya dan membaginya kepada orang lain.
 Tidak melawan, menipu, dan membuka rahasia guru. Murid harus mengikuti sifat
guru yang dikenal baik akhlak, ilmu dan keahlian, berwibawa, santun dan
penyayang.
 Murid harus mengagungkan guru dan meyakini kesempurnaan ilmunya.
 Orang yang berhasil hingga menjadi ilmuwan besar, sama sekali tidak boleh
berhenti menghormati guru.
 Bersikap sabar terhadap perlakuan kasar atau akhlak buruk guru.
 Menunjukkan rasa berterima kasih terhadap ajaran guru.
 Hendaklah berusaha memaafkan perlakuan kasar, turut mendoakan keselamatan
guru.
 Sopan ketika berhadapan dengan guru, misalnya: duduk dengan tawadhu, tenang,
diam, posisi duduk sedapat mungkin berhadapan dengan guru, menyimak
perkataan guru sehingga tidak membuat guru mengulangin perkataan

Anda mungkin juga menyukai