َم اِلَنا
َم ْن َيْهِدِه ُهللا َفَال ُمِض ّل َلُه َو َم ْن ُيْض ِلْل َفَال َهاِدَي َلُه َأْش َهُد َأْن َال ِإلَه ِإّال ُهللا َو َأْش َهُد َأّن
ُمَحّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه
َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َع َلى آِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َم ْن َس اَر َع َلى َنْهِج ِه الَقِوْيِم َو َدَع ا ِإَلى الِّص َر اِط
الُم ْسَتِقْيِم ِإَلى َيْو ِم الِّدْيِن َو َس َّلَم َتْس ِلْيًم ا َك ِثْيًرا
، َو َأَر َنا الَح َّق َح ّقًا َو اْر ُز ْقَنا اِّتَباَع ُه، َو ِزْدَنا ِع ْلمًا، َو اْنَفَع َنا ِبَم ا َع َّلْم َتَنا،الّلُهَّم َع ِّلْم َنا َم ا َيْنَفُع َنا
َو َأَر َنا الَباِط َل َباِط ًال َو اْر ُز ْقَنا اْج ِتَناَبُه
Amma ba’du …
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …
Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kita kepada takwa. Siapa yang bertakwa maka Allah
akan memberikan jalan keluar pada masalah hidupnya. Siapa yang bertakwa, maka urusannya akan
selalu dimudahkan. Tinggal kita mau wujudkan rasa syukur kepada Allah dengan takwa ataukah tidak.
Kalau kita rajin bersyukur, Allah akan tambahkan nikmat lainnya kepada kita.
Shalawat dan salam kepada sayyid para nabi, nabi akhir zaman, rasul yang syariatnya telah sempurna,
rasul yang mengajarkan perihal ibadah, muamalah, serta hidup berkeluarga, yaitu nabi besar kita
Muhammad. Semoga shalawat dari Allah tercurah kepada beliau, kepada istri-istri beliau, para sahabat
beliau, serta yang disebut keluarga beliau karena menjadi pengikut beliau yang sejati hingga akhir
zaman.
Sebagian yang hadir dalam khutbah Jumat kali ini adalah seorang bapak. Ingatlah seorang kepala
rumah tangga punya tugas yang mulia untuk mendidik istri dan anak-anaknya.
Allah Ta’ala berfirman,
َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن َآَم ُنوا ُقوا َأْنُفَس ُك ْم َو َأْهِليُك ْم َناًرا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At-Tahrim:
6)
Adh-Dhahak dan Maqatil mengenai ayat di atas,
َو َم ا، َم ا َفَرَض ُهللا َع َلْيِهْم، ِم ْن ُقَر اَبِتِه َو ِإَم اِئِه َو َع ِبْيِدِه،َح ُّق َع َلى المْس ِلِم َأْن ُيَع ِّلَم َأْهَلُه
َنَهاُهُم ُهللا َع ْنُه
“Menjadi kewajiban seorang muslim untuk mengajari keluarganya, termasuk kerabat, sampai pada
hamba sahaya laki-laki atau perempuannya. Ajarkanlah mereka perkara wajib yang Allah perintahkan
dan larangan yang Allah larang.” (HR. Ath-Thabari, dengan sanad shahih dari jalur Said bin Abi
‘Urubah, dari Qatadah. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7:321)
Kepala rumah tangga yang baik mengajak anaknya untuk shalat sebagaimana yang suri tauladan kita
perintahkan,
ُم ُروا َأْو َالَد ُك ْم ِبالَّص َالِة َو ُهْم َأْبَناُء َس ْبِع ِس ِنيَن َو اْض ِرُبوُهْم َع َلْيَها َو ُهْم َأْبَناُء َع ْش ِر ِس ِنيَن
“Perhatikanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun. Jika
mereka telah berumur 10 tahun, namun mereka enggan, pukullah mereka.” (HR. Abu Daud, no. 495;
Ahmad, 2:180. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Setelah tahu demikian, kita tetap dapati ada saja kenakalan yang timbul di rumah oleh anak. Ada anak
yang susah diatur. Ada anak yang mudah membantah orang tua. Ada anak yang berbicara keras di
hadapan orang tua. Sampai ada anak yang memukul orang tuanya sendiri.
Apa saja sebab anak tersebut itu nakal? Moga dengan mengetahui sebab-sebab ini, kita bisa dapat
solusi untuk mengatasinya.
َال َيْع َد ُم َك، َم َثُل اْلَجِليِس الَّصاِلِح َو اْلَجِليِس الَّس ْو ِء َك َم َثِل َص اِح ِب اْلِم ْس ِك َو ِكيِر اْلَح َّد اِد
َو ِكيُر اْلَح َّد اِد ُيْح ِرُق َبَد َنَك َأْو َثْو َبَك َأْو، ِم ْن َص اِح ِب اْلِم ْس ِك ِإَّم ا َتْش َتِريِه َأْو َتِج ُد ِريَح ُه
َتِج ُد ِم ْنُه ِريًحا َخ ِبيَثًة
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek bagaikan berteman
dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau
bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman
dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal
engkau mendapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari, no. 2101)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اْلَم ْر ُء َع َلى ِد يِن َخ ِليِلِه َفْلَيْنُظْر َأَح ُد ُك ْم َم ْن ُيَخ اِلُل
“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan
menjadi teman karib kalian.” (HR. Abu Daud, no. 4833; Tirmidzi, no. 2378; dan Ahmad, 2:344. Al-Hafizh
Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Ketiga: Perlakuan yang Buruk dari Orang Tua
Bisa jadi sebab anak nakal adalah karena didikan kasar dari orang tua, dididik dengan pukulan, dididik
dengan perkataan yang pedas, dan kadang menghina anak itu sendiri sehingga akhirnya timbul
perangai dan akhlak yang jelek pada anak.
Allah telah memerintahkan kepada kita,
َو ُقوُلوا ِللَّناِس ُحْس ًنا
“Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah: 83)
Dalam ayat lain disebutkan,
َفِبَم ا َر ْح َم ٍة ِم َن ِهَّللا ِلْنَت َلُهْم ۖ َو َلْو ُكْنَت َفًّظا َغ ِليَظ اْلَقْلِب اَل ْنَفُّض وا ِم ْن َح ْو ِلَك
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali
Imran: 159)
Dalam hadits ‘Abdullah bin ‘Amr disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِاْر َحُم وا َم ْن ِفي اَألْر ِض َيْر َحْم ُك ْم َم ْن ِفي الَّس َم اِء، الَّراِح ُم ْو َن َيْر َحُم ُهُم الَّرْح َم اُن
“Orang-orang yang mengasihi dirahmati oleh Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih). Karenanya kasihilah
yang ada di bumi nicaya Yang di langit (yaitu Allah) akan mengasihi kalian.”(HR. Tirmidzi, no. 1924 dan
Abu Daud, no. 4941. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Bagaimana mencetak anak shalih? Semua orang yang telah menikah dan memiliki anak pasti
menginginkan anaknya jadi shalih dan bermanfaat untuk orang tua serta agamanya. Karena anak jadi
penyebab bagi orang tua untuk terus mendapat manfaat lewat doa dan amalannya, walau orang tua
telah tiada. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ِه ٍد ِل ٍة ٍة ِع ٍة ِم ِم
ِإَذا َم اَت اِإْل ْنَس اُن اْنَق َطَع َعَم ُلُه ِإاَّل ْن َثاَل َث ْن َص َد َق َج اِر َي َو ْلٍم ُيْنَتَف ُع ِب َو َو َل َص ا ٍح َيْد ُعو َلُه
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah
jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, atau doa anak yang shalih.” (HR. Muslim no. 1631).
Berarti keturunan atau anak yang shalih adalah harapan bagi setiap orang tua. Terutama ketika orang
tua telah tiada, ia akan terus mendapatkan manfaat dari anaknya. Manfaatnya bukan hanya dari doa
seperti tertera dalam hadits di atas. Manfaat yang orang tua perolah bisa pula dari amalan anak. Dari
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِإَّن ِم َأْط ِب ا َأَك الَّر ِم َك ِبِه َلُد ِم َك ِبِه
ْن َي َم َل ُج ُل ْن ْس َو َو ُه ْن ْس
“Sesungguhnya yang paling baik dari makanan seseorang adalah hasil jerih payahnya sendiri. Dan
anak merupakan hasil jerih payah orang tua.” (HR. Abu Daud no. 3528, An-Nasa’i dalam Al-Kubra 4: 4,
6043, Tirmidzi no. 1358, dan Ibnu Majah no. 2290. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits
ini shahih)
Ada beberapa kiat singkat yang bisa kami sampaikan dalam kesempatan kali ini.
َمْن َيْه ِد الَّلُه َفُه َو اْلُم ْه َتِدي َو َمْن ُيْض ِلْل َفُأوَلِئَك ُه ُم اَخْلاِس ُر وَن
“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa
yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’rof : 178)
Karena hidayah di tangan Allah, tentu kita harus banyak memohon pada Allah. Ada contoh-contoh
doa yang bisa kita amalkan dan sudah dipraktikkan oleh para nabi di masa silam.
Doa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam,
ِحِل ِم
َر ِّب َه ْب يِل َن الَّص ا َني
“Robbi hablii minash shoolihiin” [Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk
orang-orang yang saleh]”. (QS. Ash Shaffaat: 100).
Doa Nabi Zakariya ‘alaihis salaam,
يِل ِم َل ْن ُذِّر َّيًة َطِّي ًة ِإَّن ِمَس ي الُّد اِء
َب َك ُع َع َر ِّب َه ْب ْن ُد َك
“Robbi hab lii min ladunka dzurriyyatan thoyyibatan, innaka samii’ud du’aa’” [Ya Rabbku, berilah aku
dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mengdengar doa] (QS. Ali Imron:
38).
Doa ‘Ibadurrahman (hamba Allah yang beriman),
َر َّبَنا َه ْب َلَنا ِم ْن َأْز َو اِج َنا َو ُذِّر َّياِتَنا ُقَّرَة َأْع ٍنُي َو اْجَعْلَنا ِلْلُم َّتِق َني ِإَم اًم ا
“Robbanaa hab lanaa min azwajinaa wa dzurriyatinaa qurrota a’yun waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa”
[Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang
hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa]. (QS. Al-Furqan: 74)
Yang jelas doa orang tua pada anaknya adalah doa yang mustajab. Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُة اْل ْظُلوِم ِف ِلِد ِف ِه ٍت
َثَالُث َدَعَو ا ُمْس َتَج اَباٌت َال َش َّك ي َّن َدْعَو ُة اْلَو ا َو َدْع َو ُة اْلُمَس ا ِر َو َدْعَو َم
“Ada tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian
(safar) dan doa orang yang terzalimi.” (HR. Abu Daud no. 1536, Ibnu Majah no. 3862 dan Tirmidzi no.
1905. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Oleh karenanya jangan sampai orang tua melupakan doa baik pada anaknya, walau mungkin saat ini
anak tersebut sulit diatur dan nakal. Hidayah dan taufik di tangan Allah. Siapa tahu ke depannya, ia
menjadi anak yang shalih dan manfaat untuk orang tua berkat doa yang tidak pernah putus-putusnya.
2- Orang Tua Harus Memperbaiki Diri dan Menjadi Shalih
Kalau menginginkan anak yang shalih, orang tua juga harus memperbaiki diri. Bukan hanya ia
berharap anaknya jadi baik, sedangkan ortu sendiri masih terus bermaksiat, masih sulit shalat, masih
enggan menutup aurat. Sebagian salaf sampai-sampai terus menambah shalat, cuma ingin agar
anaknya menjadi shalih.
Sa’id bin Al-Musayyib pernah berkata pada anaknya,
ِل
َأَلِز ْيَد َّن يِف َص َاليِت ِم ْن َأْج َك
“Wahai anakku, sungguh aku terus menambah shalatku ini karenamu (agar kamu menjadi shalih,
pen.).” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1: 467)
Bukti lain pula bahwa keshalihan orang tua berpengaruh pada anak, di antaranya kita dapat melihat
pada kisah dua anak yatim yang mendapat penjagaan Allah karena ayahnya adalah orang yang shalih.
Silakan lihat dalam surat Al-Kahfi,
َو َأَّم ا اِجْلَد اُر َفَك اَن ِلُغاَل َم ِنْي َيِتيَم ِنْي يِف اْلَم ِديَنِة َو َك اَن ْحَتَتُه َك ْنٌز ُهَلَم ا َو َك اَن َأُبوَمُها َص اًحِلا
“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada
harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shalih.” (QS. Al-
Kahfi: 82). ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz pernah mengatakan,
ا ِم ْؤ ِم ٍن ُمَي ِإَّال ِف َظ ا يِف ِق ِبِه ِق ِب ِق ِبِه
ْو ُت َح ُه ُهلل َع َو َع َع َم ْن ُم
“Setiap mukmin yang meninggal dunia (di mana ia terus memperhatikan kewajiban pada Allah, pen.),
maka Allah akan senantiasa menjaga anak dan keturunannya setelah itu.” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-
Hikam, 1: 467)
َلْيَس َش ْي ٌء َأَقُّر ِلَعِنْي املْؤ ِم ِن ِم ْن َأْن َيَر ى َز ْو َج َتُه َو َأْو َالَدُه ُمِط ْيِعَنْي ِهلل َعَّز َو َج َّل
“Tidak ada sesuatu yang lebih menyejukkan mata seorang mukmin selain melihat istri dan
keturunannya taat pada Allah ‘azza wa jalla.” (Disebutkan dalam Zaad Al-Masiir pada penafsiran Surat
Al-Furqan ayat 74) Wallahu waliyyut taufiq.
Sumber https://rumaysho.com/12012-bagaimana-mencetak-anak-shalih.html