Anda di halaman 1dari 5

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

‫هلل ْالـَولِ ِّي ْالـ َحـ ِمـيِد ‪ ،‬الُـ ُمـبْـ ِدِئ ْالـ ُمــ ِعـيْـد ‪ ،‬الـفَع ِ‬
‫َّـال ِلـ َمـا‬ ‫هلل ْال َح ْم ُد ْ‬
‫ْال َح ْم ُد ْ‬
‫ُـريْـد ‪َ،‬أحْ ـ َمـ ُدهُ َوَأ ْشـ ُكـ ُرهُ سُـبْـ َحـانَـهُ َوتَـ َعـالَى َعـلَى فَـضْ ـلِـ ِه ْالـ َمـ ِديْـد ‪،‬‬ ‫ي ِ‬
‫ـجـيْد ‪َ ،‬شهَا َدةً‬ ‫الـحـ ِمـيْـ ُد ْالـ َم ِ‬
‫ك لَـهُ َ‬ ‫َأ ْشـهَـ ُد َأ ْن اَل اِلهَ اِاَّل هللا َوحْ َدهُ اَل َش ِ‬
‫ـر ْي َ‬
‫ب َشـ ِديْـد ‪ ،‬واشـهد أن محمدا عبـده ورسـوله‬ ‫ـن َعـ َذا ٍ‬‫تُـ ْن ِج ْي قَـاِئـلَـهَـا ِم ْ‬
‫خـيـر األنـام يـدعو الى األيـمـان والـتـوحـيـد‪ ،‬اللهـم صـل وسـلم‬
‫وبارك على سـيدنا محمـد الـمـبـعـوث الى الــحـيــاة الـحـمـيـد‪ ،‬صالة‬
‫تـنجينـا بهـا من الـبـاليـا والـشـدائـد ‪ ،‬وعلى آلـه وأصــحابه ومن تبعهم‬
‫مـن صـالـح الـعـبـيـد‪ ،‬أمـابعـد فيـا عبـاد هللا أوصــيكم وايـاي بتقـوى‬
‫هللا ذي الـعـرش الـمـجيـد‪َ ،‬وقَ ْد قَا َل هللاَ تَ َعالَى فِي ِكتَابِ ِه ْال َك ِري ِْم ‪ ،‬حكايـة‬
‫َّجي ِْم‪،‬‬
‫ان الر ِ‬ ‫ـو ُذ بِاهللِ ِم َن ال َّش ْيطَ ِ‬‫عـن شـأن يـعـقــوب عـلـيـه الـسـالم‪َ ،‬أ ُع ْ‬
‫ون ِم ْن بَ ْع ِدي‬ ‫َّحي ِْم ‪ْ ،‬إذ قَا َل ِلبَنِي ِه َما تَ ْعبُ ُد َ‬
‫ْـم هللاِ الرَّحْ َم ِن الر ِ‬
‫بِس ِ‬
‫‪Ma’asiral Muslimin Rahimakumullah,‬‬

‫‪Marilah senantiasa kita berupaya untuk meningkatkan kualitas keimanan dan‬‬


‫‪ketaqwaan kita kepada Allah, dengan mengoptimalkan diri dalam menjalankan‬‬
‫‪perintah Allah, dan meninggalkan segala yang dilarang-Nya. Hanya dengan cara‬‬
‫‪demikian, hidup kita akan mendapatkan kebahagiaan sejak kita hidup di dunia‬‬
‫‪ini, sampai di akhirat kelak, dengan ridla Allah Subhanahu wa Ta’ala , Amiin.‬‬

‫‪Marilah kita sejenak memperhatikan pesan Nabi Ya’qub ‘Alaihis salam yang‬‬
‫‪diabadikan didalam al-Qur’an, ketika mengumpulkan anak cucunya:‬‬

‫ِإ ْذ قَا َل لِبَنِي ِه َما تَ ْعبُ ُد َ‬


‫ون ِم ْن بَ ْع ِدي‬
“Ketika Ya’qub berkata pada putra putranya: “Apa yang akan kalian sembah
nanti sepeninggalku?” (QS. Al Baqarah 133).

Pertanyaan Nabi Ya’qub kepada putra putranya ini menggambarkan


keprihatinan orang tua terhadap generasi penerusnya dalam hal agama, aqidah
dan peribadatannya. Sebagai pelajaran bagi kita semuanya, bahwa kita harus
senantiasa memperhatikan peribadatan anak cucu kita. Sebab, Nabi Ya’qub
sebagai seorang Nabi saja, begitu menghawatirkan terhadap anak cucu
keturunannya, apalagi kita, yang hanya sebagai manusia biasa, tentu harus
lebih mengkhawatirkan anak anak kita.

Kita tidak boleh menutup mata dari kenyataan bahwa telah terjadi kemerosotan
nilai agama dan akhlak pada anak remaja akhir-akhir ini. Kita telah diingatkan
oleh Allah subhanahu wa ta’ala dengan firman-Nya:

‫ين َآ َمنُوا قُوا َأ ْنفُ َس ُك ْم َوَأ ْهلِي ُك ْم نَارًا‬


َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari api
neraka.” (at-Tahrim: 6)

Pada hari kiamat kelak, kita akan diminta pertanggungjawaban terhadap


keluarga dan anak-anak kita. Hal tersebut sebagaimana diisyaratkan oleh Sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam:

‫صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم – انه‬ َ – ‫َع ْن ابن عمر رضي هللا عنهماعن النبى‬
‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َمسْ ُئو ٌل َعنْ َرعِ َّي ِت ِه َفاَأْلمِي ُر الَّذِي َع َلى‬ ‫َأ‬
ٍ ‫َقا َل – اَل ُكلُّ ُك ْم َر‬
‫اع َع َلى َأهْ ِل َب ْي ِت ِه َوه َُو‬ٍ ‫ َوالرَّ ُج ُل َر‬،‫اع َوه َُو َمسْ ُئو ٌل َعنْ رعيته‬ ٍ ‫اس َر‬ ِ ‫ال َّن‬
‫ِي َمسْ ُئو َل ٌة‬ ِ ‫َمسْ ُئو ٌل َع ْن ُه ْم َو ْال َمرْ َأةُ َراعِ َي ٌة َع َلى َب ْي‬
َ ‫ت َبعْ لِ َها َو َو َل ِد ِه َوه‬
ْ
‫اع‬ٍ ‫ال َس ِّي ِد ِه َوه َُو َمسْ ُئو ٌل َع ْن ُه أال َف ُكلُّ ُك ْم َر‬ ِ ‫اع َع َلى َم‬ ٍ ‫َع ْن ُه ْم َوال َع ْب ُد َر‬
‫َو ُكلُّ ُك ْم َمسْ ُئو ٌل َعنْ َرعِ َّي ِت ِه‬
Dari Ibnu Umar RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Setiap
orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas
kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya
dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya.
Seorang suami adalah pemimpin atas anggota keluarganya dan akan ditanya
perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang istri adalah pemimpin atas rumah
tangga dan anak-anaknya dan akan ditanya perihal tanggung jawabnya. Seorang
pembantu rumah tangga adalah bertugas memelihara barang milik majikannya
dan akan ditanya atas pertanggungjawabannya. Dan kamu sekalian pemimpin
dan akan ditanya atas pertanggungjawabannya.” (HR Muslim).

Ma’asiral Muslimin Rahimakumullah,

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan semaraknya media


komunikasi, tentu akan cukup mewarnai kondisi agama putra-putri kita. Jarang
sekali orang tua yang peduli dengan hal ini, kecuali orang-orang yang mendapat
taufik dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Sebagian orang tua merasa sangat terpukul saat prestasi sekolah anaknya
menurun, tetapi mereka tidak merasa terpukul saat menjumpai anaknya tidak
melaksanakan ibadah yang wajib semisal shalat dan puasa. Sebagian orang tua
justru lebih condong membantu anaknya untuk melampiaskan hawa nafsunya
daripada membekali anaknya dengan pendidikan agama.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,

َ ُ‫َكفَى بِ ْال َمرْ ِء ِإ ْث ًما َأ ْن ي‬


ُ ُ‫ضيِّ َع َم ْن يَق‬
‫وت‬
“Cukuplah seseorang dikatakan berdosa ketika dia menelantarkan asuhannya.”
(HR. Abu Dawud )

Oleh karena itu marilah senantiasa mengingat akan tujuan dan misi hidup kita,
yaitu hanya untuk menghambakan diri dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Oleh karenanya, perhatian dan rasa khawatir terhadap terjagannya i’tiqad
dan keyakinan anak anak, harus tertanam dalam hati setiap orang tua, untuk
menjamin generasi keturunan kita, tetap melestarikan peribadatan dan keyakinan
generasi pendahulunya, sebagaimana firman Allah :

ِ ً‫ين لَ ْو تَ َر ُكوا ِم ْن َخ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬


‫ض َعافا ً َخافُوا َعلَ ْي ِه ْم‬ َ ‫ش الَّ ِذ‬ َ ‫َو ْليَ ْخ‬
ً‫فَ ْليَتَّقُوا هَّللا َ َو ْليَقُولُوا قَ ْوالً َس ِديدا‬
“Dan hendaknya takut dan khawatir orang orang yang apabila mereka
meninggalkannya, generasi yang lemah. Supaya mereka khawatir terhadap anak
cucunya, Dan hndaknya mereka takut kepada Allah, dan hendaklah mereka
mengucap dengan nucapan yang benar”.(QS.An Nisa’ 9).

Ma’asiral Muslimin Rahimakumullah,

Allah telah memberi peringatan kepada kita para orang tua, jangan sampai kita
keliru mendidik dan mengasuh anak anak kita, yang harus kita khawatirkan
terhadap anak anak kita adalah lemahnya agama dan keyakinan anak anak kita.
Adapun tentang materi, ekonomi dan kehidupan, kita yaqin anak cucu kita nanti
akan lebih pandai dari pada kita semua. Coba kita tengok ke belakang tentang
kehidupan kita di masa lampau, kita bandingkan dengan kehidupan sekarang.
Mestinya kita harus bersyukur, keadaan saat sekarang serba lebih makmur.

Padahal orang tua kita dahulu mendidik kita, tak pernah membuat target tertentu,
yang difokuskan hanyalah bagaimana kita bisa memegang agama dengan kuat,
dan istiqomah. Al-hamdulillah, keadaan kita lebih baik ketimbang masa lampau.
Artinya kita tak perlu berlebihan mengkhawatirkan masa depan ekonomi generasi
kita, tetapi yang terpenting dikasih modal kepandaian dan ilmu pengetahuan.
Yang harus kita khawatirkan adalah manakala anak cucu kita tinggalkan dalam
keadaan bodoh tanpa pengetahuan, lemah agamanya, lemah imannya. Karena
yang akan menderita kerugian tidak hanya mereka tetapi kita semua sebagai
orang tua. Kenapa kita tinggalkan generasi kita dalam keadaan bodoh? tentu oleh
karena kita kurang memberi perhatian dan mengabaikan kewajiban, sebagai orang
tua yang membawa amanat, tidak hanya urusan sandang pangan, papan dan
kesehatan saja, tetapi juga pendidikan mereka terlebih agama, akhlaq dan
aqidahnya menjadi kewajiban bagi orang tua.
Ma’asiral Muslimin Rahimakumullah,

Marilah kita sadar akan kewajiban mendidik anak anak kita. Mari kita bekali
mereka dengan ilmu pengetahuan agama, jangan sampai kita meninggalkan
generasi yang bodoh tanpa pengetahuan, terlebih agama akhlaq dan aqidahnya.
Nabi kita memberi peringatan keras kepada para orang tua,

ِ ‫ان ُكـلُّ َذ ْن‬


‫ب َعـ َمـلِــ ِه َعـلَـيْــ ِه‬ َ ‫ك َولَـ َدهُ َجـا ِهـاًل َك‬ ْ ‫َم‬
َ ‫ـن تَـ َر‬
“Barang siapa yang meninggalkan anak dalam keadaan bodoh (tidak mengerti
agama), niscaya dosa yang dilakoni anak oleh sebab bodhonya, dibebankan
kepada orang tuanya”

Semoga kita mendapat petunjuk dan pertolongan dari Allah Ta’ala. Memenuhi
amanat kwajiban mendidik anak anak kita, kelak kemudian menjadi generasi yang
shalih shalihat, selamat dunia akhirat. Amin

ِ ‫ َونَفَ َعنِي َوِإيَّا ُك ْم بِ ْااآليَا‬،‫آن ْال َك ِري ِْم‬


‫ت‬ ِ ْ‫ك هللاُ لِي َولَ ُك ْم فِي ْالقُر‬ َ ‫بَا َر‬
‫ َوقُلْ َربِّ ْاغفِرْ َوارْ َح ْم‬،‫َّحي ِْم‬ ِ ‫ ِإنَّهُ هُ َو التَّ َّوابُ الر‬،‫َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬
ِ ‫ت َخ ْي ُر الر‬
‫َّح ِمي َْن‬ َ ‫َوَأ ْن‬
Dr. H. Luthfi Hadi A, M.Ag

Sekretaris PCNU Ponorogo

Anda mungkin juga menyukai