Kelas : XI MIPA-1
No : 31/8161
Sekiranya itulah pengertian yang wikipedia beri berdasarkan kata kunci search
“makna orangtua bagi anak”. Tapi tidak hanya itu, Tanpa orangtua mungkin kita
bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Meskipun kadang-kadang terjadi sedikit
perbedaan antara kita dan orangtua, namun hal itu sangat wajar karena manusia itu
pada dasarnya tidak ada yang benar-benar cocok. Senakal apapun kita sebagai
anaknya, sesungguhnya orangtua tidak akan membenci kita sampai kapanpun.
Kasih sayang orangtua tidaklah terbatas. Dan saya percaya itu.
Orang tua merupakan orang yang paling berjasa dalam hidup kita. Bagaimana cara
membalas kebaikan orang tua? Salah satu cara membalas kebaikan orang tua yaitu
bersikap patuh kepada orang tua. Selain kepada orang tua, kita harus bersikap patuh
kepada guru dan sesama anggota keluarga.
Hormat berarti menghargai, takzim dan khidmat kepada orang lain, baik orang tua,
guru sesama anggota keluarga. Dalam hubungan dengan orang tua, perilaku hormat
ditujukan dengan berbakti kepada orang tua. Berbakti merupakan kewajiban anak
kepada orang tua. Berbakti Kepada orang tua merupakan salah satu amal saleh
yang mulia
Setelah semua hal itu, apa patut bagi kita untuk tidak menghormati orangtua?
Setelah semua pengorbanan mereka satu satunya yang bisa adalah dengan taat dan
berbakti serta mendoakan orangtua tidak kurang, tidak lebih.
ُد ُه َما أَ ْوCك ْال ِك َب َرأَ َح ِ دَ يCCِ ُدو ْا إِالَّ إِيَّاهُ َو ِب ْال َوالCك أَالَّ َتعْ ُب
َ َدCا ًنا إِمَّا َي ْبلُ َغنَّ عِ نCْن إِحْ َس َ َو َق
َ ى َر ُّبCض
ِكالَ ُه َما َفالَ َتقُل لَّ ُه َما أُفٍّ َوالَ َت ْن َهرْ ُه َما َوقُل لَّ ُه َما َق ْوالً َك ِريمًا
Artinya:
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sakali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkatan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia." (Q.S. Al Isra' : 23)
ُّ اح
َك َما َر َّب َيانِيCالذ ِّل م َِن الرَّ حْ َم ِة َوقُل رَّ بِّ ارْ َحمْ ُه َما ْ َو
َ اخفِضْ لَ ُه َما َج َن
ص ِغيرً ا
َ
Artinya :
"Dan rendahkan;ah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah : "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil." (Q.S. Al Isra' : 24)
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu bapaknya,
ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah
payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,
sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia
berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah
Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat
amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi
kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan
Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri”.
Pentingnya seorang anak untuk meminta doa restu dari kedua orang tuanya pada
setiap keinginan dan kegiatannya karena restu Allah Swt. disebabkan restu orang
tua. Orang yang berbakti kepada orang tua doanya akan lebih mudahdikabulkan oleh
Allah SWT.Apalagi seorang anak mau melakukan atau menginginkan sesuatu.
Seperti,mencari ilmu, mendapatkan pekerjaan, dan lain sebagainya, yang paling
penting adalah meminta restu kedua orang tuanya. Dalam sebuah hadis disebutkan:
Cُ َو َس َخ،ِالوالِد
ط الرَّ بِّ فِي َس َخطِ ْال َوالِ ِد َ ضىَ ضى الرَّ بِّ فِي ِر
َ ِر
“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada
murka orang tua” (Hasan. at-Tirmidzi : 1899, HR. al-Hakim : 7249, ath-Thabrani
dalam al-Mu’jam al-Kabiir : 14368, al-Bazzar : 2394)
َ Cِ «أَ َحيٌّ َوال: َف َقا َل،ِ َفاسْ َتأْ َذ َن ُه فِي ال ِج َهاد،صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
، َن َع ْم:ا َلCC َق،»دَاك؟C َ ِّا َء َر ُج ٌل إِلَى ال َّن ِبي
ِيه َما َف َجاه ِْد
ِ « َفف:َقا َل
“Seorang pria mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta izin
beliau agar diberangkatkan berjihad. Maka beliau bertanya,”Apakah kedua orang tua
Anda masih hidup?” Pria tersebut menjawab,”Iya”. Maka Nabi pun
berkata,”Berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya.” (Shahih. HR. Bukhari :3004
dan Muslim : 5)
اCCا َل َيCC َف َق،لَّ َمC ِه َو َسCلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيCص ِ C ٌل إِلَى َر ُسC ا َء َر ُجC َج:ا َلCCَعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َة َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه َق
َ ِ ول هَّللا
َقا َل ُث َّم َمنْ ؟ َقا َل، َقا َل ُث َّم َمنْ ؟ َقا َل ُث َّم أُمُّك،ُّك َ َقا َل أُمCص َحا َبتِي؟
َ اس ِبحُسْ ِن ِ َرسُو َل هَّللا ِ َمنْ أَ َح ُّق ال َّن
)ُوك (متفق عليه َ ُث َّم أُم
َ َقا َل ُث َّم َمنْ ؟ َقا َل ُث َّم أَب،ُّك
Birrul Walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan
Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga
berbuat baik pada keduanya juga menempati posisi yang sangat mulia, dan
sebaliknya durhaka kepada keduanya menempati posisi yang sangat hina.
Sesungguhnya keutamaan dan buah dari berbakti kepada orang tua sangatlah
agung dan besar, di antaranya:
1. Diterima amalan shalih dan dihapuskan dosa-dosa baginya. (Al Ahqaf: 15-16)
2. Terkabulnya do’a. (HR. Al Bukhari no. 2272 dan Muslim no. 2743)
Ada banyak cara untuk berbakti kepada orang tua, di antaranya adalah seperti
berikut.
1. Berbakti dengan melaksanakan nasihat dan perintah yang baik dari keduanya.
2. Merawat dengan penuh keikhlasan dan kesabaran apalagi jika keduanya sudah
tua dan pikun.
3. Merendahkan diri, kasih sayang, berkata halus dan sopan, serta mendoakan
keduanya.
4. Rela berkorban untuk orang tuanya Rasulullah saw. bersabda: “Ada seorang laki-
laki datang kepada nabi dan bertanya “Sesungguhnya aku mempunyai harta
sedang orang tuaku membutuhkannya.” Nabi menjawab: “Engkau dan hartamu
adalah milik orang tuamu karena sesungguhnya anak-anakmu adalah sebaik-
baiknya usahamu. Karena itu, makanlah dari usaha anak-anakmu itu.” (H.R Abu
Daud dan Ibnu Majah)
Berbakti kepada orang tua tidak hanya kita lakukan ketika orang tua masih hidup.
Berbakti kepada orang tua juga dapat kita lakukan meski orang tua telah meninggal.
Dalam hadis dijelaskan bahwa: “Kami pernah berada pada suatu majelis bersama
nabi, seorang bertanya kepada Rasulullah: wahai Rasulullah, apakah ada sisa
kebajikan yang dapat aku perbuat setelah kedua orang tuaku meninggal dunia”
Rasulullah bersabda: “ada empat hal: mendoakan dan memintakan ampun untuk
keduanya, menempati/melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman-teman
kedua orang tua, dan bersilaturrahmi yang engkau tiada mendapatkan kasih sayang
keuali karena kedua orang tua.”
Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk berbakti kepada orang tua yang telah
meninggal adalah seperti berikut :
4. Melanjutkan cita-cita luhur yang dirintisnya atau menepati janji kedua orang tua.
5. Mendoakan orang tua yang telah tiada dan memintakan ampun kepada Allah
Swt. dari segala dosa orang tua kita.
Guru adalah orang yang mengajarkan kita berbagai ilmu pengetahuan dan
mendidik kita sehingga menjadi orang yang mengerti dan dewasa.
َ أَالَ الَ َت َنـا ُل ْالع ِْلـ َم إِالَّ ِبسِ َّتـ ٍة * َسأ ُ ْن ِبي
ِ ْك َعنْ َمجْ م ُْوعِ َها ِب َب َي
ان
Ingatlah, engkau tidak akan sukses meraih ilmu, kecuali dengan enam (hal) *
saya akan menjelaskan seluruhnya secara gamblang.
(1) Cerdas (berakal); (2) Antusias (hobi belajar); (3) Sabar (gigih dan tabah); (4)
Biaya (sarana-prasarana) * (5) Bimbingan guru; (6) Waktu lama
Terlihat jelas “bimbingan guru”, disebutkan dalam syarat sukses mencari ilmu,
adapun juga peran guru :
Karena guru adalah pendidik (pemelihara) jiwaku, dan jiwa itu (ibarat) permata *
Sedangkan orangtua adalah pendidik (pemelihara) ragaku, dan raga itu ibarat
kulit kerang.
ْت أَ َح َّق ْال َح ِّق َح َّق ْالم َُعلِّ ِم * َوأَ ْو َج َب ُه ِح ْف ًظا َعلَى ُك ِّل مُسْ ل ِِم
ُ َرأَي
لَ َق ْد َح َّق اَنْ ُي ْهدَى إِلَ ْي ِه َك َرا َم ًة * لِ َتعْ لِي ِْم َحرْ فٍ َوا ِح ٍد أَ ْلفُ دِرْ َه ِم
Sungguh guru itu berhak diberi hadiah sebagai tanda penghormatan * atas
pengajaran satu huruf (ilmu), dengan seribu dirham (uang perak)
Maka dari itu kita harus memiliki adab yang baik terhadap guru.
” Penyair Syauki telah mengakui pula nilainya seorang guru dengan kata-kata
sebagai berikut: “Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang
guru itu hampir saja merupakan seorang rasul.”
adab-adab bagi penuntut ilmu syar’i yang dikutip dari kitab Al Mu’lim fi Adabil
Mu’allim wal Muta’allim karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdil Lathif Alu
Asy Syaikh rahimahullah.
8. Menjauhkan diri dari segala hal yang rawan mendatangkan tuduhan serta tidak
melakukan hal-hal yang menjatuhkan muru’ah.
9. Zuhud terhadap dunia dan menganggap dunia itu kecil, tidak terlalu
bersedih dengan yang luput dari dunia, sederhana dalam makanannya,
pakaiannya, perabotannya, rumahnya.
10. Menjaga jarak dengan para penguasa dan hamba-hamba dunia, dalam
rangka menjaga kemuliaan ilmu. Sebagaimana dilakukan para salaf terdahulu.
Jika memang ada kebutuhan untuk itu maka hendaknya ketika ada maslahat
yang besar disertai niat yang lurus.
12. Perhatian dan fokus utamanya adalah mendapatkan ilmu yang bermanfaat
untuk akhiratnya. Menjauhkan diri dari ilmu yang tidak bermanfaat.
13. Mempelajari apa saja yang bisa merusak amalan, kemudian menjauhinya.
14. Makan makanan dengan kadar yang sedikit saja, dari makanan yang halal
dan jauh dari syubhat. Ini sangat membantu seseorang untuk memahami agama
dengan baik.
15. Banyaknya makan menyebabkan kantuk, lemah akal, tubuh loyo, dan malas.
16. Mempersedikit makan makanan yang bisa menyebabkan lemah akal dan
memperbanyak makanan yang menguatkan akal seperti susu, mushtoka, kismis
dan lainnya.
19. Aktifitas-aktifitas yang lain dan juga sakit yang ringan, hendaknya tidak
membuat seorang penuntut ilmu bolos menghadiri kajian atau lalai dari membaca
dan mengulang pelajaran.
20. Bersungguh-sungguh untuk bersuci dari hadats dan najis ketika menghadiri
kajian, badan dan pakaiannya dalam keadaan bersih serta wangi. Menggunakan
pakaiannya yang terbaik, dalam rangka untuk mengagungkan ilmu.
23. Tidak bersikap sombong dengan enggan mengambil ilmu dan faidah dari
orang yang lebih rendah kedudukannya atau lebih muda usianya atau lebih
rendah nasabnya atau kurang populer atau lebih rendah ilmunya dari kita
25. Taat kepada kebenaran dan rujuk kepada kebenaran ketika keliru, walaupun
yang mengoreksi kita adalah penuntut ilmu pemula
31. Mengurangi sikap terlalu banyak bergaul, terutama dengan orang-orang yang
banyak main-mainnya dan sedikit seriusnya. Hendaknya ia tidak bergaul kecuali
dengan orang-orang yang bisa ia berikan manfaat atau bisa mendapatkan
manfaat dari mereka.
32. Bersikap hilm (tenang) dan anah (hati-hati dalam bersikap) serta senantiasa
sabar
34. Hendaknya memiliki cita-cita yang tinggi untuk akhirat. Tidak hanya puas
dengan sesuatu yang sedikit jika masih mampu menggapai yang lebih. Dan tidak
menunda-nunda dalam belajar, bersemangat mencari faidah ilmu walaupun
sedikit
35. Tidak berpindah ke kitab yang lain sebelum menyelesaikan dan menguasai
kitab yang sedang dipelajari
36. Tidak mempelajari pelajaran yang belum dimampui. Belajar dari yang sesuai
dengan kadar kemampuannya
37. Selektif dalam memilih guru. Carilah guru yang mapan ilmunya, terjaga
wibawanya, dikenal keistiqamahannya, bagus pengajarannya.
41. Memuji ceramah dan jawaban-jawaban gurunya baik ketika ada gurunya
atau ketika sedang tidak ada
44. Bersabar dengan sikap keras dari gurunya atau terhadap akhlak buruknya.
Dan hal-hal ini hendaknya tidak membuatnya berpaling dari belajar ilmu dan
akidah yang lurus dari gurunya tersebut.
46. Tidak menghadiri majlis sang guru di luar majelis ilmu yang diampunya,
kecuali atas seizin beliau
49. Tidak belajar kepada guru di waktu-waktu sang guru sedang sibuk, bosan,
sedang kantuk, atau semisalnya yang membuat beliau kesulitan memberikan
syarah (penjelasan) yang sempurna
50. Jika menghadiri majelis ilmu, namun gurunya belum datang, maka
tunggulah
51. Duduk di majelis ilmu dengan penuh ada, penuh tawadhu, dan khusyuk
52. Duduk di majelis ilmu dalam keadaan tidak bersandar pada tembok atau
pada tiang.
54. Tidak menengok ke arah lain kecuali darurat, dan tidak menghiraukan
suara-suara lain kecuali darurat. Tidak meluruskan kakinya. Tidak menutup
mulutnya. Tidak memangku dagunya. Tidak terlalu banyak menguap. Tidak
membunyikan dahaknya sebisa mungkin. Tidak banyak bergerak-gerak,
hendaknya berusaha tenang. Jika bersih hendaknya merendahkan suaranya
atau menutupnya dengan sapu tangan
55. Tidak meninggikan suaranya tanpa kebutuhan dan tidak berbicara kecuali
darurat. Tidak tertawa-tawa kecuali ketika kagum jika tidak kuat menahan tawa
hendaknya tersenyum saja.
56. Ketika berbicara kepada gurunya hendaknya menghindarkan diri dari gaya
bicara yang biasa digunakan kepada orang secara umum
57. Jika gurunya terpeleset lisannya, atau gurunya menjelaskan perkara yang
agak vulgar, jangan menertawakannya atau mencelanya
58. Tidak mendahului gurunya dalam menjelaskan suatu masalah atau dalam
menjawab pertanyaan
60. Jika ia mendengar gurunya menjelaskan suatu faidah atau suatu pelajaran
yang ia sudah ketahui, maka dengarkanlah dengan penuh gembira, belum
pernah mengetahuinya sebelumnya
61. Hendaknya tidak bertanya yang di luar konteks bahasan dan tidak malu
untuk bertanya kepada gurunya atau meminta penjelasan tentang hal yang
belum ia pahami
2. Hendaklah memandang guru dengan penuh rasa takzim atau hormat dengan
menyakini bahwa guru memiliki kelebihan.