Anda di halaman 1dari 7

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Agenda PJJ/ Daring/ Belajar dari Rumah Mapel Akidah Akhlak adalah:
1. Presensi siswa
(jika sudah masuk E-Learning pastikan klik/masuk menu Absensi)
2. Masuk Bahan Ajar UNDUH “PERTEMUAN 12 BAB 4 ETIKA BERGAUL DALAM
ISLAM”

Teriring doa semoga pembelajaran daring : jarak jauh (PJJ) / belajar dari rumah (BDR)
berjalan lancar dan membawa kemanfa’atan serta keberkahan bagi kita semua.
Allahuma aamiin.

Sukses menyertai kalian semua.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Tugas :
 Unduhlah, baca dan pahamilah materi Bab 4 pertemuan Ke 12 dibawah perintah tugas ini,
materi: “ETIKA BERGAUL DALAM ISLAM dengan sebaik-baiknya,
 Sukses menyertai kalian semua .
BAB 4

ETIKA BERGAUL DALAM ISLAM

A. Pengertian Etika Bergaul


Etika ialah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban. Dalam Bahasa Arab, etika biasa disebut dengan Adab yaitu kebiasaan atau
aturan tingkah ;laku praktis yang mempunyai muatan baik yang diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Menurut al-Jurjani, Adab adalah pengetahuan yang dapat
menjauhkan seseorang dari kelalaian.
Sedangkan Bergaul ialah berbaur dengan individu atau kelompok lain. Jadi yang
dimaksud dengan etika bergaul adalah aturan tingkah laku untuk berinteraksi dan
berkomunikasi dengan sesama manusia sehingga terjalin hubungan tingkah laku yang
baik antar individu.
Islam mengajarkan untuk mengusahakan etika bergaul yang baik. Seperti etika
berjalan, Islam mengajarkan kerendahan hati ketika berjalan dan menjawab sapaan
dengan baik meskipun dari orang-orang jahil. Allah Swt. Berfirman:
ِ ‫ض هوناً وإِ َذا خاطَبهم اجْل‬ ِ َّ ِ
٦٣- ً‫اهلُو َن قَالُوا َساَل ما‬َ ُ ُ َ َ َ ْ َ ِ ‫ين مَيْ ُشو َن َعلَى اأْل َْر‬
َ ‫اد الرَّمْح َ ِن الذ‬
ُ َ‫ َوعب‬-
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan
di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al-furqan [25]:63)
Selain itu Islam juga melarang untuk berbuat permusuhan. Permusuhan bisa
terjadi ketika perbuatan keji, kejelekan, dan keburukan dilakukan dalam bergaul. Allah
Swt berfirman:

٩٠- ‫ان َوإِيتَاء ِذي الْ ُق ْرىَب َو َيْن َهى َع ِن الْ َف ْح َشاء َوالْ ُمن َك ِر َوالَْب ْغ ِي يَعِظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُرو َن‬
ِ ‫إِ َّن اللّه يأْمر بِالْع ْد ِل وا ِإلحس‬-
َ ْ َ َ ُُ َ َ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran,” (QS. An-Nahl [16]:90)

B. Macam-macam Etika Bergaul dan Praktiknya


Dalam bergaul kita sering berinteraksi dengan orang dewasa, teman sebaya, anak-
anak, dan lawan jenis. Dalam interaksi tersebut, kita menemukan beberapa perbedaan cara
berinteraksi dengan mereka. Terkadang seseorang berkata dengan menggunakan
wibawanya, terkadang pula orang akan berkata dengan riang gembira ketika bertemu
dengan anak-anak. Berdasarkan segi umur lawan bicara, etika bergaul ada tiga yaitu:
1. Etika bergaul dengan yang lebih tua.
Dalam agama islam orang tua ada tiga yaitu, Bapak dan Ibu kandung, kedua
mertua dan guru.
‫ الَْبَر َكةُ َم َع أَ َكابِ ِر ُك ْم‬: ‫صلَّى ال ٰلّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِٰ ٍ َّ‫َع ِن ابْ ِن َعب‬
َ ‫ قَ َال َر ُس ْو ُل اللّه‬: ‫ قَ َال‬،‫اس‬
“Dari Ibnu Abbas, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda, keberkahan ada pada
orang-orang tua dari kalian” [HR. Hakim dan Ibnu Hibban]
Berikut ini adalah tujuh etika yang seharusnya dilakukan kepada orang tua menurut
imam al-Ghazali, yaitu:
a. Mendengarkan dan mengikuti arahan orang tua
b. Berdiri ketika orang tua berdiri
c. Tidak berjalan di depan orang tua
d. Mencari ridha kedua orang tua
e. Bersikap rendah hati kepada orang tua
f. Tidak mengungkit-ungkit kebaikan orang tua
g. Tidak menunjukkan sikap murung dan tajam di hadapan orang tua
h. Sebelum pergi harus meminta izin kepada orang tua
Sedangkan etika yang seharusnya dilakukan kepada guru menurut Imam al-
Ghazali, yaitu:
a. Meminta izin ketika hendak bertanya
b. Harus menundukkan kepala
c. Tidak berburuk sangka kepada guru
Dalam al-Qur’an, kita diajarkan untuk seyogyanya bertingkah laku sebagai
berikut:
a. Sopan
Allah Swt berfirman:
٢٤- ً‫صغِريا‬ ِّ ‫الذ ِّل ِم َن الرَّمْح َِة َوقُل َّر‬ ِ ‫و‬-
َ ‫ب ْارمَحْ ُه َما َك َما َربَّيَايِن‬ ُّ ‫اح‬
َ َ‫ض هَلَُما َجن‬
ْ ‫اخف‬
ْ َ
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
dan ucapkanlah : “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” (QS. Al Isra [17:24)
b. Santun
Allah Swt berfirman:
ٍّ ‫َدمُهَا أ َْو كِالَمُهَا فَالَ َت ُق ل هَّلُمَا أ‬
‫ُف‬ َ ‫ك أَالَّ َت ْعبُ ُدواْ إِالَّ إِيَّاهُ َوبِالْ َوالِ َديْ ِن إِ ْح َس اناً إِ َّما َيْبلُغَ َّن ِع‬
ُ ‫ند َك الْ ِكب ََر أَح‬ َ ُّ‫ضى َرب‬
َ َ‫َوق‬

٢٣- ً‫ َوالَ َتْن َه ْرمُهَا َوقُل هَّلَُما َق ْوالً َك ِرميا‬-

“Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan “ah” Dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (QS. Al Isra’ [17]:23).
c. Menolak dengan halus perintah buruk
Allah Swt berfirman:
ِ ِ ِ ‫َك بِ ِه ِع ْلم فَاَل تُ ِطعهمَا وص‬
ُّ ‫احْب ُه َما يِف‬ ‫ِ يِب‬ َ ‫َوإِن َجاه‬
َ ‫الد ْنيَا َم ْع ُروف اً َواتَّب ْع َس ب‬
‫يل َم ْن‬ َ َ ُْ ٌ َ ‫سل‬
َ ‫َد َاك َعلى أَن تُ ْش ر َك مَا لَْي‬
١٥- ‫اب إِيَل َّ مُثَّ إِيَل َّ َم ْر ِجعُ ُك ْم فَأَُنبِّئُ ُكم مِب َا ُكنتُ ْم َت ْع َملُو َن‬
َ َ‫أَن‬-
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan
orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,
Maka kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Luqman
[31]:15)
d. Menghormati dengan penuh kasih sayang
Rasulullah Saw bersabda:

َ‫الصغِْيَر ُتَرا فِ ْقيِن ْ يِف اجْلَنَّة‬


َ ‫ َوقِّ ِر الْ َكبِْيَر َو ْار َح ِم‬،‫س‬ َّ ِ ٰ َّ َ ‫ول ال ٰلّ ِه‬
ُ َ‫ يَا أَن‬: ‫صلى اللّهُ َعلَْيه َوسل َم‬ ُ ‫قَ َال َر ُس‬
“Rasulullah Saw bersabda: Wahai anas, hormatilah yang lebih tua dan sayangi
yang lebih muda, maka kau akan menemaniku di surga”. (HR. Baihaqi)
e. Mendahulukan orang yang lebih tua
Rasulullah Saw bersabda:
ِ ِ ِ َ ‫ وق‬،‫َوِم‬ ِ ٰ
َ ‫ فَأ‬، ُّ ‫ص لَّى اللّ هُ َعلَيْه َو َس لَّ َم َو ُه َو يَ ْس نَت‬
ِ ٰ ُ ‫ رأَيت رس‬:‫ قَ َال‬،‫َن ابن عمر‬
َ ‫ إ َّن جرْب ي‬:‫َال‬
‫ْل‬ َ ْ ‫َعطَى أَ ْكب ََر الْق‬ َ ‫ول اللّ ه‬ َُ َُْ َ َ ُ َ ْ َّ ‫أ‬
‫صلَّى ال ٰلّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم أ ََمَريِن ْ أَ ْن أُ َكِّبَر‬
َ
“Ibnu ‘Umar berkata, aku melihat Rasulullah Saw. Sedang memakai siwak lalu
beliau memberikkannya pada orang yang lebih tua dari suatu kaum, dan beliau
bersabda,”sesungguhnya Malaikat Jibril memerintahkanku untuk mendahulukan
yang lebih tua. (HR. Ahmad dan Baihaqi)
2. Etika bergaul dengan teman sebaya
Teman sebaya adalah orang yang bersama-sama karena adanya kesetaraan umur.
Sebelum berbicara tentang bagaimana cara memperlakukan teman sebaya dengan
baik, kita sebaiknya memilih teman. Pemilihan teman ini bukan berarti memusuhi
teman yang tak termasuk pada pilihan terbaik melainkan tetap berteman dengan siapa
saja namun dengan prioritas yang berbeda. Bagaikan wanginya aroma bunga akan
didapatkan bila berteman dengan penjual bunga dan tak mungkin dengan penjual
daging.
Menurut Imam al-Ghazali, kita harus memperlakukan teman sebaya dengan
sembilan cara, yaitu:
a. Mengutamakan kepentingan teman dari dirinya
b. Menutup aib teman
c. Mendengarkan teman ketika berdiskusi
d. Menghindari perdebatan yang tidak penting
e. Memanggil dengan panggilan yang baik
f. Memberikan nasihat yang baik
g. Mendoakan sahabat ketika masih hidup atau sudah meninggal
h. Menyapa ketika bertemu
i. Menyukai teman dengan tulus
Dalam al-Qur’an, kita diajarkan untuk seyogyanya bertingkah laku sebagai
berikut:
a. Tolong-menolong
Allah Swt berfirman:
٢- ‫اب‬ ُ ‫الت ْق َوى َوالَ َت َع َاونُواْ َعلَى ا ِإلمْثِ َوالْعُ ْد َو ِان َو َّات ُقواْ اللّهَ إِ َّن اللّهَ َش ِد‬
ِ ‫يد الْعِ َق‬ َّ ‫ َوَت َع َاونُواْ َعلَى الْ ِّرب َو‬-

“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,


dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (QS. Al
Maidah [5]:2)
b. Berkata Baik
Allah Swt berfirman:
ِ ‫وقُل لِّعِب ِادي ي ُقولُواْ الَّيِت ِهي أَحسن إِ َّن الشَّيطَا َن ينزغُ بيَنهم إِ َّن الشَّيطَا َن َكا َن لِ ِإلنْس‬-
٥٣- ً‫ان َع ُد ّواً ُّمبِينا‬ َ ْ ْ ُ َْ َ َ ْ َُ ْ َ َ َ َ
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan
perselisihan diantara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagi manusia”. (QS. Al Isra’ [17]:53)
c. Menjaga persaudaraan
Allah Swt berfirman:
١٠- ‫َخ َويْ ُك ْم َو َّات ُقوا اللَّهَ لَ َعلَّ ُك ْم ُتْرمَحُو َن‬ ِ ‫إِمَّنَا الْمؤِمنو َن إِخوةٌ فَأ‬-
َ ‫َصل ُحوا َبنْي َ أ‬
ْ َْ ُ ُْ
“sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah
antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertaqwalah kepada Allah agar
kamu mendapat rahmat”. (QS. Al-Hujarat [49]:10)
3. Etika bergaul dengan orang yang lebih muda
Orang yang lebih muda adalah orang yang berumur lebih muda dari kita, bisa
anak, adik kandung, adik kelas, dan lain sebagainya. Sebagai seorang yang lebih tua,
sebaiknya kita seharusnya memperlakukannya dengan cara:
a. Menyayangi orang yang lebih muda
b. Membimbing kepada arah kebaikan
c. Memberikan teladan yang baik
d. Memberikan apresiasi atas pencapaian berharganya
Dalam al-Qur’an, kita diajarkan untuk seyogyanya bertingkah laku sebagai
berikut:
a. Menasehati kearah kebajikan
Rasulullah Saw bersabda:
ِ َ‫ض لِْلبص ِر وأَحص ن لِْلفَر ِج ومن مَل يس تَ ِطع َفعل‬ ِ َ‫اب من اس تَط‬
‫يْه‬ َ ْ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ ُّ ‫َز َّو ْج فَِإنَّهُ أَ َغ‬ َ ْ ْ َ ِ َ‫الش ب‬
َ ‫اع مْن ُك ْم الْبَاءَةَ فَليَت‬ َّ ‫يَا َم ْع َش َر‬

ِ ِ َ ِ‫ب‬
ٌ‫الص ْوم فَإنَّهُ لَهُ ِو َجاء‬
“Wahai para pemuda, barang siapa diantara kamu kamu semua yang mampu
(menikah), maka menikahlah. Karena hal itu lebih dapat menahan pandangan
dan menjaga kemaluan. Barang siapa yang tidak mampu, hendaklah dia
berpuasa, karena hal itu sebagai perisai”. (HR. Muttafaq’alaihi)
b. Menyayangi mereka dengan tulus
Rasulullah Saw bersabda:
‫الصغِْيَر ُتَرافِ ْقيِن ْ يِف اجلَن َِّة‬
َّ ‫ َوقِّ ِر الْ َكبِْيَر َو ْار َح ِم‬،‫س‬ َّ ِ ٰ َّ َ ‫ول ال ٰلّ ِه‬
ُ َ‫يَا أَن‬:‫ّصلى اللّهُ َعلَْيه َو َسل َم‬ ُ ‫قَ َال َر ُس‬
“Rasulullah Saw bersabda, Wahai Anas, hormatilah yang lebih tua dan sayangi
yang lebih muda, maka kau akan menemaniku di surga”. (HR.Baihaqi)
4. Etika bergaul dengan lawan jenis

Sedangkan segi Gender, etika bergaul ada 2 yaitu etika bergaul dengan sesama
jenis dan dengan lawan jenis. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam beretika pada sesama maupun lawan jenis, yaitu
a. Bersahabat karena Allah
Rasulullah Saw bersabda:
‫ض ىِف ال ٰلّ ِه‬ ِٰ ُّ ِ‫ب اِلَي ِْه مِم َّا َس َوا ُه ُهمَا َواَ ْن حُي‬
َ َ‫ب يِف اللّ ه َو َيْبغ‬ ُّ ‫أَ ْن يَ ُك و َن ال ٰلّ هُ اَ َح‬:‫َان‬
ِ ‫َد حلَو َة اأْلِ مْي‬ ِِ
َ َ َ ‫ث َم ْن ُك َّن فْيه َوج‬
ٌ ‫ثَاَل‬

‫ب ِاِلَْي ِه ِم ْن اَ ْن يُ ْس ِر َك بِاال ٰلّ ِه َسيِّئًا‬


ُّ ‫َوأَ ْن تُوقَ ُد نَ ٌار َع ِظْي َمةٌ َفَي َق ُع فِ َيها اَ َح‬
“Ada tiga perkara, barang siapa yang terdapat padanya ketiga hal tersebut,
maka akan merasakan lezat (manisnya) Iman: “Jika ia mencintai Allah dan
Rasulnya melebihi yang lainnya; mencintai dan membenci semata-mata hanya
karena Allah; jika dilemparkan ke dalam api neraka yang menyala-nyala, lebih
disukai daripada syirik (menyekutukan) Allah”. (HR. Muslim)
b. Menjaga aurat
Allah Swt berfirman:
ِ ِ
َ ‫ني َعلَْي ِه َّن ِمن َجاَل بِيبِ ِه َّن َذل‬
‫ك أ َْدىَن أَن يُع َْرفْ َن فَاَل يُ ْؤ َذيْ َن‬ ِ
َ ‫ني يُ ْدن‬
ِِ ِ َ ِ‫ك وبنَات‬
َ ‫ك َون َساء الْ ُم ْؤمن‬ َ َ َ ‫يَا أَيُّ َها النَّيِب ُّ قُل أِّل َْز َواج‬
٥٩- ً‫ َو َكا َن اللَّهُ َغ ُفوراً َّر ِحيما‬-

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-


istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”. (QS. Al Ahzab [33]:59)
c. Menjaga kemaluan
Allah Swt berfirman:
‫مِب‬ ِ ِ ‫قُل لِّْلمؤِمنِني يغضُّوا ِمن أَب‬-
ْ َ‫ك أ َْز َكى هَلُ ْم إِ َّن اللَّهَ َخبِريٌ َا ي‬
٣٠- ‫صَنعُو َن‬ َ ‫صا ِره ْم َوحَيْ َفظُوا ُفُر‬
َ ‫وج ُه ْم َذل‬ َْ ْ َُ َ ُْ
“katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih
suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat”. (QS. An-Nur [24]:30)
C. Pentingnya Etika Bergaul
Etika bergaul sangatlah penting dalam agama Islam. Hal ini dikarenakan dalam
etika bergaul terdapat dalam salah satu dari unsur Islam, Iman dan Ihsan. Etika bergaul
merupakan praktik dari ajaran Islam dan bukti akan keyakinan terhadap agama Islam. Itu
semua tidak bisa dipisah-pisahkan. Salah satu buktinya adalah perihal yang digambarkan
dalam al-Qur'an.
Allah Swt. berfirman:
ِ ‫ض هوناً وإِ َذا خاطَبهم اجْل‬ ِ َّ ِ
٦٣- ً‫اهلُو َن قَالُوا َساَل ما‬َ ُ ُ َ َ َ ْ َ ِ ‫ين مَيْ ُشو َن َعلَى اأْل َْر‬
َ ‫اد الرَّمْح َ ِن الذ‬
ُ َ‫ َوعب‬-
"Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan
di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata yang mengandung) keselamatan. " (QS. al Furqān [25]: 63)
Selain itu Islam juga melarang untuk berbuat permusuhan. Permusuhan bisa
terjadi ketika perbuatan keji, kejelekan, dan keburukan dilakukan dalam bergaul. Allah
Swt. Berfirman:
٩٠- ‫ان َوإِيتَاء ِذي الْ ُق ْرىَب َو َيْن َهى َع ِن الْ َف ْح َشاء َوالْ ُمن َك ِر َوالَْب ْغ ِي يَعِظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُرو َن‬
ِ ‫إِ َّن اللّه يأْمر بِالْع ْد ِل وا ِإلحس‬-
َ ْ َ َ ُُ َ َ
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambu
pelajaran." (QS. an-Nahl [16]: 90)
Dua dalil di atas menunjukkan pentingnya etika bagi manusia. Oleh karena itu,
hendaknya kita selalu menjaga dan mewariskannya agar mendapatkan kedudukan yang
mulia di sisi Allah dan Rasul-Nya serta manusia. Dalam Islam telah menjelaskan bahwa
dampak posirif dari beretika baik adalah mendatangkan kecintaan dari manusia.
Allah Swt. berfirman:
‫اسَت ْغ ِف ْر هَلُ ْم َو َشا ِو ْر ُه ْم يِف األ َْم ِر‬ ِ ِ ‫نت فَظّاً َغلِي َظ الْ َق ْل‬ ِِ
ْ ‫ف َعْن ُه ْم َو‬
ُ ‫اع‬ َ ‫ب الَن َفضُّواْ ِم ْن َح ْول‬
ْ َ‫ك ف‬ َ ‫نت هَلُ ْم َولَ ْو ُك‬
ٍ
َ ‫فَبِ َما َرمْح َة ِّم َن اللّه ل‬
ِ ُّ ِ‫ت َفَت َو َّك ْل َعلَى اللّ ِه إِ َّن اللّهَ حُي‬
َ ‫ب الْ ُمَت َو ِّكل‬
١٥٩- ‫ني‬ َ ‫فَِإذَا َعَز ْم‬-
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut, terhadap mereka.
Seandainya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu" (QS. Äli Imrän [3]: 159).
Kemudian etika bergaul ini penting karena jika manusia beretika yang benar
niscaya ia dapat menyelamatkan dirinya dari pikiran dan perbuatan yang buruk dan keji
dan ia akan memiliki hubungan yang baik antar sesama manusia.

Anda mungkin juga menyukai