Anda di halaman 1dari 7

Nama : Salsabila

Kelas : XII MIPA 1


No : 31 / 8161

1. Apa yang dimaksud dengan sistem hukum nasional itu ?


Jawab : Sistem hukum nasional adalah keseluruhan unsur-unsur hukum nasional yang saling
berkait dalam rangka mencapai suatu masyarakat yang berkeadilan.
2. Apa artinya hukum itu !
Jawab : Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hukum adalah peraturan atau adat yang
secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah.
Pengertian lain dalam KBBI, hukum adalah undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk
mengatur pergaulan hidup masyarakat. Adapun pengertian hukum menurut beberapa ahli :
a. Utrecht, S.H.
Hukum adalah himpunan peraturan (perintah dan larangan) yg mengurus tata tertib
suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.
b. Amin, S.H.
Kumpulan peraturan yg terdiri dari norma dan sanksi, dengan tujuan mewujudkan
ketertiban dalam pergaulan manusia.
c.Leon Duguit
Hukum adalah aturan tingkah laku anggota masyarakat, aturan yg daya
penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan
dari kepentingan bersama dan yg pelanggaran terhadapnya akan menimbulkan reaksi
bersama terhadap pelakunya.
d. J.C.T. Simorangkir,S.H. dan Woerjono Sastropranoto,S.H
Hukum adalah peraturan-peraturan yg bersifat memaksa,yg menentukan
tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat,yg dibuat oleh badan-badan
resmi yg berwajib,dan yg pelanggaran terhadapnya mengakibatkan diambilnya
tindakan, yaitu hukumam tertentu.
3. Bagaimanakah penggolongan hukum menurut isinya !
Jawab : Penggolongan hukum menurut isinya
- Hukum publik : hukum yg mengatur
hubungan antara warga negara dan
negara yg menyangkut kepentingan
umum. Adapun hukum publik dibagi menjadi : Hukum Tata Negara, Hukum
Administrasi Negara, Hukum Pidana dan Hukum Acara
- Hukum privat : hukum yg mengatur
hubungan antara orang yg satu dengan yg
lain dan bersifat pribadi. Adapun yang termasuk dalam hukum privat : dibagi menjadi
Hukum Pribadi, Hukum Keluarga, Hukum Kekayaan, dan Hukum Waris.

4. Apa yang dimaksud sumber hukum material dan formal itu serta sebutkan yang termasuk
didalamnya ?
Jawab :
- Sumber hukum material adalah keyakinan dan perasaan hukum individu dan pendapat
umum yg menentukan isi atau materi (jiwa) hukum. Isi atau materi hukum dapat bersumber
dari nilai agama maupun kesusilaan,kehendak Tuhan, akal budi, jiwa bangsa.
- Sumber hukum formal adalah perwujudan bentuk dari isi hukum material yg menentukan
berlakunya hukum itu sendiri. Macam-macam sumber hukum formal:
1. UU
2. Kebiasaan Hukum tidak tertulis)
3. Yurisprodensi
4. Traktat
5. Doktrin
5. Buatlah bagan macam-macam badan peradilan di Indonesia dengan jelas !
Jawab :

6. Sebutkan 5 perangkat lembaga peradilan !


Jawab :
1) Hakim
2) Jaksa
3) Panitera
4) Polisi
5) Advokat (Pengacara/Pembela)
7. Jelaskan 4 macam lembaga peradilan di Indonesia !
Jawab : Berdasarkan undang-undang nomor 48 tahun 2009, tepatnya pada Pasal 18,
lingkungan kekuasaan kehakiman meliputi 4 (empat) lembaga peradilan yaitu:

1. Peradilan Umum,
Berwenang menangani perkara pidana dan perdata, termasuk juga perkara pidana khusus
seperti tindak pidana korupsi. Peradilan umum ini terbagi menjadi tingkat pertama dan
tingkat banding.

Peradilan umum tingkat pertama disebut “Pengadilan Negeri” dan berkedudukan di


kabupaten dan memiliki wilayah hukum satu atau lebih kabupaten atau kota. Perkara pidana
dan perdata pertama kali disidang di tingkat ini. Bila pihak berperkara, terdakwa, atau jaksa
tidak puas dengan putusan pengadilan ini dapat melakukan banding ke tingkat berikutnya.

Contohnya, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Negeri Bandung, dan sebagainya.

Peradilan umum tingkat banding disebut “Pengadilan Tinggi” dan berkedudukan di provinsi
dan memiliki wilayah hukum satu atau lebih provinsi. Pengadilan ini menangani perkara
banding dari pengadilan tingkat pertama di bawahnya. Bila pihak berperkara, terdakwa, atau
jaksa setelah banding masih tidak puas dengan putusan pengadilan, dapat melakukan kasasi
ke tingkat Mahkamah Agung.

Contohnya, Pengadilan Tinggi Jakarta yang membawahi seluruh pengadilan negeri di DKI
Jakarta.

2. Peradilan Agama,

Berwenang menangani perkara yang berhubungan dengan hukum Islam, termasuk perkara
cerai dan perselisihan yang berkaitan dengan ekonomi syariah. Sama seperti peradilan
umum, peradilan agama ini terbagi menjadi tingkat pertama dan tingkat banding.

Peradilan agama tingkat pertama disebut “Pengadilan Agama” dan berkedudukan di


kabupaten dan memiliki wilayah hukum satu atau lebih kabupaten atau kota. Khusus untuk
kota dan kabupaten provinsi Aceh, disebut dengan “Mahkamah Syariyah”. Perkara pertama
kali disidang di tingkat ini. Bila pihak berperkara, terdakwa, atau jaksa tidak puas dengan
putusan pengadilan ini dapat melakukan banding ke tingkat berikutnya.

Contohnya, Pengadilan Agama Jakarta Pusat, Mahkamah Syariyah Banda Aceh, dan
sebagainya.

Peradilan agama tingkat banding disebut “Pengadilan Tinggi Agama” dan berkedudukan di
provinsi dan memiliki wilayah hukum satu atau lebih provinsi. Khusus untuk provinsi Aceh,
“Pengadilan Tinggi Agama Aceh” disebut dengan “Mahkamah Syariyah Aceh”. Pengadilan
ini menangani perkara banding dari Pengadilan Agama di bawahnya. Bila pihak berperkara,
terdakwa, atau jaksa setelah banding masih tidak puas dengan putusan pengadilan, dapat
melakukan kasasi ke tingkat Mahkamah Agung.

Contohnya, Pengadilan Tinggi Agama Jakarta yang membawahi seluruh pengadilan agama
di DKI Jakarta.

3. Peradilan Militer,

Berwenang menangani perkara yang dilakukan oleh anggota TNI. Peradilan ini memiliki
sistemberbeda dengan peradilan umum dan agama yang berbasis wilayah hukum. Peradilan
militer ini terbagi menjadi:

a. Pengadilan Militer (Dilmil) untuk tingkat Kapten ke bawah. Saat ini di seluruh Indonesia
terdapat 19 Pengadilan Militer, mulai dari Pengadilan Militer I-01 Banda Aceh hingga
Pengadilan Militer III-19 Jayapura. Banding dari perkara ini dilakukan ke Pengadilan Militer
Tinggi.
b. Pengadilan Militer Tinggi (Dilmilti) untuk tingkat Mayor ke atas. Saat ini terdapat tiga
Pengadilan Militer Tinggi yakni : Pengadilan Militer Tinggi I Medan, Pengadilan Militer
Tinggi II Jakarta dan Pengadilan Militer Tinggi III Surabaya

c. Pengadilan Militer Utama (Dilmiltama) untuk banding dari Pengadilan Militer Tinggi.
Hanya terdapat satu Pengadilan Militer Utama, yang berada di Jakarta.

d. Pengadilan Militer Pertempuran, khusus di medan pertempuran.

4. Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara

Berwenang menangani perkara Tata Usaha Negara, misalnya mengenai pemberhentian


Pegawai Negeri Sipil dan administrasi kenegaraan lainnnya.

Peradilan Tata Usaha tingkat pertama disebut “Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)” dan
berkedudukan di ibukota provinsi. Ini berbeda dengan peradilan agama dan umum yang
peradilan tingkat pertamanya berada di tingkat kabupaten/kota. Saat ini terdapat 28 PTUN di
Indonesia, beberapa PTUN membawahi lebih dari satu provinsi.

Contoh : PTUN Jakarta, PTUN Surabaya, dan sebagainya.

Peradilan Tata Usaha tingkat banding disebut “Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
(PTTUN)”. Peradilan ini menerima banding dari tingkat PTUN. Saat ini terdapat 4 PTTUN
di Indonesia yaitu PTTUN Jakarta, PTTUN Makassar, PTTUN Medan dan PTTUN
Surabaya.
8. Apa peranan lembaga peradilan di Indonesia ?
Jawab : Memberikan perlindungan hukum kepada seluruh rakyat demi tercapainya
kesejahteraan yang berkeadilan.
9. Jelaskan wewenang Mahkamah Konstitusi !
Jawab : Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk:
a. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar;
b. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-Undang Dasar;
c. Memutus pembubaran partai politik, dan
d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
10. Jelaskan kewajiban Mahkamah Konstitusi !
Jawab : Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan
Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut
Undang-Undang Dasar. Pelanggaran dimaksud sebagaimana disebutkan dan diatur dalam
ketentuan Pasal 7A UUD 1945 yaitu melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan
terhadap negar, korupsi, penyuapan, tindak pidana lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
11. Berilah 3 contoh sikap yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku !
Jawab : Sikap yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku :
a. Mematuhi peraturan lalu lintas.
b. Menaati norma yang berlaku di suatu lingkungan.
c. Mematuhi peraturan sekolah.
12. Berilah 3 contoh perbuatan yang bertentangan dengan hukum !
Jawab : perbuatan yang bertentangan dengan hukum :
a. Melanggar rambu lalu lintas
b. Melakukan tindak pidana seperti mencuri
c. Melanggar norma yang berlaku di suatu masyarakat

13. Hukuman pokok itu terdiri dari apa saja ?


Jawab : Hukuman pokok terdiri atas hukuman mati, hukuman penjara, hukuman kurungan,
hukuman denda dan hukuman tutupan
14. Berapa lama hukuman kurungan itu ?
Jawab : sanksi pidana/hukuman kurungan menurut UU No.14 Tahun 1970 adalah 1 hari – 1
tahun
15. Hukuman tambahan itu terdiri dari apa saja ?
Jawab : Hukuman tambahan teridri atas pencabutan beberapa hak yang tertentu; perampasan
barang yang tertentu; pengumuman keputusan hakim.
16. Sebutkan landasan pemberantasan korupsi di Indonesia !
Jawab :
1. .Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209)
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150)
5. Undang-Undang Nomoe 30 Tahun 2002 tentang KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK
PIDANA KORUPSI
17. Apa arti korupsi itu ?
Jawab : Menurut bahasa korupsi berasal dari bahasa latin “corruptio” yang artinya
pengrusakan, pembusukan, penyuapan.
Adapun secara istilah korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan
uang (negara, perusahaan) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
18. Berikan contoh macam-macam perbuatan yang berkategori korupsi !
Jawab : Macam-macam perbuatan yang dikategorikan sebagai korupsi :
- Menerima uang suap.
- Memakai kekuasaan yang dimilikinya untuk kepentingan pribadi atau kelompok sendiri
19. Berilah 2 contoh perbuatan korupsi yang telah dikenakan sanksi !
Jawab :
1. Kasus pembelian pesawat sukoi oleh Abdullah Puteh di Aceh
2. Korupsi di BAPINDO Tahun 1993, negara dirugikan 1,3 triliun.
20. Sebutkan UU yang mengatur korupsi !
Jawab :
1. .Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209)
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150)
5. Undang-Undang Nomoe 30 Tahun 2002 tentang KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK
PIDANA KORUPSI

21. Berilah contoh organisasi yang bertugas melakukan pemberantasan korupsi !


Jawab : Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
22. Jelaskan peran serta masyarakat dalam upaya pemberantasan korupsi !
Jawab : Peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi diwujudkan dalam bentuk antara lain mencari, memperoleh, memberikan data atau
informasi tentang tindak pidana korupsi dan hak menyampaikan saran dan pendapat secara
bertanggungjawab terhadap pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.
23. Jelaskan faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya korupsi !
Jawab :
Faktor inernal :
- Aspek individu : sifat tamak, lemahnya moral, dan gaya hidup yang konsumtif
- Aspek sosial : Dorongan keluarga atau orang terdekat
Faktor ektstrernal
- Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
- Aspek ekonomi : Pendapatan yang tidak mencukupi
- Aspek politik : Kepentingan politik dalam meraih dan mempertahankan kekuasaan
- Aspek organisasi : Kurang adanya keteladadan dari pimpinan, lemahnya kultur
organisasi, lemahnya pengawasan dalam organisasi, dan lemahnya sistem akuntabilitas
organisasi
24. Upaya apa untuk mencegah terjadinya korupsi ?
Jawab :
- Memberikan arahan dalam upaya pencegahan
- Perbaikan sistem untuk menutup celah korupsi
- Mengubah budaya yang ada
- Memberi hukuman berat kepada koruptor
- Meningkatkan Supremasi hukum
25. Apa bedanya KPK dan KPKPN itu ?
Jawab :
Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggaran Negara (KPKPN) adalah lembaga independen
yang dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya bebas dari pengaruh kekuasaan eksekutif,
legislatif, dan yudikatif yang dibentuk di masa pemerintahan Presiden Bacharudin Jusuf
Habibie . Komisi Pemeriksa mempunyai fungsi mencegah praktek korupsi, kolusi, dan
nepotisme dalam penyelenggaraan negara. Namun sejak Presiden Megawati Soekarno Putri
mendirikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui Undang-Undang Nomor 30 tahun
2002 pada 2002, KPKPN kemudian dibubarkan. Sejak itu KPKPN menjadi bagian dari
bidang pencegahan KPK.

Sedangkan Komisi Pemberantasan Korupsi merupakan lembaga yang memiliki tugas:


Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi, supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi, melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi, melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi, dan melakukan
monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Anda mungkin juga menyukai