Anda di halaman 1dari 25

“Menggapai Istiqomah Menuai Syahadah”

“Innamal A’malu bil Khawatim, Sesungguhnya amalan itu sesuai dengan amalan terakhirnya.”
(HR. Bukhari)
Quran Surat Az-Zukhruf Ayat 67 ََ ‫ض ُه أم ِلبَ أعٍ ََُُو ِِ اَّ أٱل ُمَّ ا ِِي‬ ٓ ‫أٱْل َ ِخ ا‬
ُ ‫َّل ُء يَ أو َمئِ ٍۭذ بَ أع‬
Al-akhillā`u yauma`iżim ba'ḍuhum liba'ḍin 'aduwwun illal-muttaqīn
A. Pengertian (1)
Dari segi bahasa, bentuk mashdar (baca; infinitif) dari kata
“istaqama” yang berarti “tegak dan lurus.”
Sedangkan dari segi istilah sebagai berikut :
❖ Abu Bakar al-Shiddiq.
“Istiqamah adalah bahwa engkau tidak menyekutukan Allah
terhadap sesuatu apapun.” (Al-Jauziyah, tt: 331).
Ibnu Qayyim Al-Jauzi: Abu Bakar menggambarkan istiqamah
dalam bentuk tauhidullah (mengesakan Allah swt.).
Seseorang yang dapat istiqamah dalam pijakan tauhid, insya
Allah akan dapat istiqamah di atas jalan yang lurus dalam
segala aktivitas dan segala kondisi. (Al-Jauziyah, tt : 331)
A. Pengertian (2)
❖ Umar bin Khatab.
Umar bin Khatab : Istiqamah adalah bahwa engkau senantiasa lurus
(baca; konsisten) dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
larangan Allah, serta tidak menyimpang seperti menyimpangnya
rubah. (Al-Jauziyah, tt : 331)
Usman bin Affan.
“Beristiqamahlah kalian yaitu ikhlaskanlah amal kalian hanya kepada
Allah swt.”
Al-Hasan (Hasan al-Bashri)
“Istiqamahlah kalian melaksanakan perintah Allah, dengan beramal
untuk menaati-Nya dan menjauhi berbuat kemaksiatan pada-Nya.”
(Al-Jauzi, tt : 331)
Ibnu Taimiyah
“Istiqamahlah kalian dalam mahabah (kepada Allah) dan dalam
berubudiyah kepada-Nya. Dan jangalah menoleh dari-Nya (berpaling
walau sesaat) baik ke kanan ataupun ke kiri.” (Al-Jauzi, tt : 332)
❖ Ibnu Rajab Al-Hambali
Istiqomah adalah menempuh jalan yang lurus, tanpa belok ke kiri dan
ke kanan, tercakup di dalamnya ketaatan yang tampak maupun yang
tidak tampak, serta meninggalkan larangan.
A. Pengertian (3)

Dari penjelasan-
penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa
istiqomah adalah:
implementasi dari nilai-
nilai keimanan kepada
Allah secara konsisten
dalam kehidupan
sehari-hari baik secara
lahiriyah maupun
bathiniyah.
B. Keutamaan (1)
1. Jalan menuju ke surga.
2. Perbuatan yang dapat mendatangkan ta’yiid
(pertolongan dan dukungan) dari para
malaikat.
3. Amalan yang paling dicintai oleh Allah swt.
Dari Aisyah r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda,
‘Berbuat sesuatu yang tepat dan benarlah kalian
(maksudnya; istiqamahlah dalam amal dan
berkatalah yang benar/jujur) dan mendekatlah
kalian (mendekati amalan istiqamah dalam amal
dan jujur dalam berkata). Dan ketahuilah, bahwa
siapapun diantara kalian tidak akan bisa masuk
surga dengan amalnya. Dan amalan yang paling
dicintai Allah adalah amalan yang langgeng
(terus menerus) meskipun sedikit. (HR. Bukhari)
B. Keutamaan (2)

4. Pengamalan dari sunnah


Rasulullah saw.

5. Ciri mendasar orang mukmin.


Dari Tsauban ra, Rasulullah saw.
bersabda, ‘istiqamahlah kalian, dan
janganlah kalian menghitung-hitung.
Dan ketahuilah bahwa sebaik-baik
amal kalian adalah shalat. Dan tidak
ada yang dapat menjaga wudhu’
(baca; istiqamah dalam whudu’,
kecuali orang mukmin.) (HR. Ibnu
Majah)
Ibnu Mas’ud berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya aku tahu siapa
orang yang paling terakhir dikeluarkan dari neraka dan paling terakhir masuk ke surga. Yaitu seorang laki-
laki yang keluar dari neraka dengan merangkak. Kemudian Allah berfirman kepadanya, “Pergilah engkau,
masuklah engkau ke surga.” Ia pun mendatangi surga, tetapi ia membayangkan bahwa surga itu telah
penuh. Ia kembali dan berkata, “Wahai Rabbku, aku mendatangi surga tetapi sepertinya telah penuh.” Allah
berfirman kepadanya, “Pergilah engkau dan masuklah surga.” Ia pun mendatangi surga, tetapi ia masih
membayangkan bahwa surga itu telah penuh. Kemudian ia kembali dan berkata, “Wahai Rabbku, aku
mendatangi surga tetapi sepertinya telah penuh.” Allah berfirman kepadanya, “Pergilah engkau dan
masuklah surga, karena untukmu surga seperti dunia dan sepuluh kali lipat darinya.” Orang tersebut
berkata, “Apakah Engkau memperolok-olokku atau menertawakanku, sedangkan Engkau adalah Raja
Diraja?” Ibnu Mas’ud berkata, “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa sampai tampak
gigi geraham beliau. Kemudian beliau bersabda, “Itulah penghuni surga yang paling rendah derajatnya.”
(HR. Bukhari no. 6571, 7511 dan Muslim no. 186).
C. Kiat Istiqomah
“Setiap umatku akan masuk surga, kecuali orang-orang yang enggan untuk
memasukinya. Ada seseorang yang bertanya, siapakah orang yang enggan tersebut
wahai Rasulullah ? Beliau bersabda, “Barangsiapa menaatiku akan masuk surga,
barangsiapa tidak taat kepadaku sungguh dia orang yang enggan masuk surga “
(H.R. Bukhari)

Wajib bagi setiap muslim untuk menaati syariat Allah, serta mengikuti Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam setiap syariat yang beliau bawa. Beliau
adalah Rasulullah yang hak, penutup para Nabi ‘alaihis shalatu wa salaam. Allah Ta’ala
telah berfirman tentang Nabi-Nya,

‫هللا فَاَّ ا ِبعُونِي يُ أح ِب أب ُك ُم هللاُ َويَ أغ ِف أر لَ ُك أم ذُنُوبَ ُك أم‬


َ ََ ‫قُ أل ِِ َ ُكنَّ ُ أم َّ ُ ِحبُّو‬

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
menyayangimu dan mengampuni dosa-dosamu.” (QS. Ali ‘Imran :31)
1. Berdo’a kepada Allah (2)
Ummu Salamah pernah bertanya,
“Wahai Rasulullah kenapa engkau lebih sering
berdo’a dengan do’a, Ya muqollibal quluub
tsabbit qolbii ‘ala diinik (Wahai Dzat yang Maha
Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di
atas agama-Mu).”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya


menjawab, “Wahai Ummu Salamah, yang
namanya hati manusia selalu berada di antara
jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah
kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan
dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki,
Allah pun bisa menyesatkannya.”

Setelah itu Mu’adz bin Mu’adz (yang


meriwayatkan hadits ini) membacakan ayat,
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati
kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau
beri petunjuk kepada kami.” (QS. Ali Imran: 8)
(HR. Tirmidzi, no. 3522; Ahmad, 6: 315. Tirmidzi
mengatakan bahwa hadits ini hasan)
1. Berdo’a kepada Allah(1)

Adapun doa yang diajarkan


dalam Al-Qur’an,
“Ya Rabb kami, janganlah
Engkau jadikan hati kami
condong kepada kesesatan
sesudah Engkau beri petunjuk
kepada kami, dan karuniakanlah
kepada kami rahmat dari sisi
Engkau; karena sesungguhnya
Engkau-lah Maha Pemberi
(karunia).” (QS. Ali Imron: 8)
2. Rutin beramal walau sedikit (1)
Amal yang dilakukan ajek (kontinu) walaupun
sedikit itu lebih dicintai Allah dibandingkan
amalan yang langsung banyak namun tak ajek.
hadits dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-; beliau
mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala


adalah amalan yang kontinu walaupun itu
sedikit.” (HR. Bukhari, no. 6465; Muslim, no.
783).
2. Rutin beramal walau sedikit (2)
Memperbanyak Sujud
Ma’dan bin Abi Tholhah Al Ya’many, ia berkata, “Aku pernah bertemu Tsauban –bekas
budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-, lalu aku berkata padanya,
‘Beritahukanlah padaku suatu amalan yang karenanya Allah memasukkanku ke dalam
surga’.” Atau Ma’dan berkata, “Aku berkata pada Tsauban, ‘Beritahukan padaku suatu
amalan yang dicintai Allah’.” Ketika ditanya, Tsauban malah diam.
Kemudian ditanya kedua kalinya, ia pun masih diam. Sampai ketiga kalinya, Tsauban
berkata, ‘Aku pernah menanyakan hal yang ditanyakan tadi pada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,
‫َّللاُ ِب َها َد َر َجةً َو َح ه‬
‫ط‬ ‫س ْج َدةً ِإاله َرفَعَ َك ه‬َ ‫ّلِل‬ ْ َ ‫ّلِل فَ ِإنه َك الَ ت‬
ِ ‫س ُج ُد ِ ه‬ ُّ ‫ع ََلَ ْي َك ِب َكثْ َر ِة ال‬
ِ ‫س ُجو ِد ِ ه‬
ً‫ع ْن َك ِب َها َخ ِطيئَة‬ َ
‘Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada Allah. Karena
tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah akan meninggikan
derajatmu dan menghapuskan dosamu’.” Lalu Ma’dan berkata, “Aku pun pernah
bertemu Abu Darda’ dan bertanya hal yang sama. Lalu sahabat Abu Darda’ menjawab
sebagaimana yang dijawab oleh Tsauban padaku.” (HR. Muslim no. 488)
3. Menghisab diri

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)

Ibnu Katsir rahimahullah, “Hisablah (koreksilah) diri kalian sebelum kalian itu dihisab.
Siapkanlah amalan shalih kalian sebelum berjumpa dengan hari kiamat di mana harus
berhadapan dengan Allah.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7: 235)

Ibnul Jauzi rahimahullah, “Pandanglah amal yang telah kalian lakukan. Apakah amalan
shalih yang berujung selamat? Ataukah amalan jelek yang berujung celaka?” (Zaad Al-
Masiir, 8: 224)
4. Memilih teman yang shalih
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang
menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap wajah-
Nya.” (QS. Al-Kahfi: 28)

Diriwayatkan dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Nabi SAW bersabda:


“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek
bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik
minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi)
darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan
pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus
terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari, no.
2101)

Imam Al-Ghazali, “Bersahabat dengan yang pelit, akan tertular


pelitnya. Bersahabat dengan yang zuhud, membuat ikut zuhud.
Karena seseorang akan mencontoh teman dekatnya.” (Tuhfah Al-
Ahwadzi, 7: 94)
Sebagaimana kata pepatah Arab:
1. “sahabat bisa menarik (mempengaruhi).”

2. “Seseorang itu bisa dinilai dari teman dekatnya.”


“Pada hari kiamat didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia
dari penghuni neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sejenak. Kemudian ia
ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kebaikan, pernahkah kamu
merasakan suatu kenikmatan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb.”
Dan didatangkan orang yang paling menderita sewaktu hidup di dunia dari penghuni
surga. Lalu ia dicelupkan ke dalam surga sejenak. Kemudian ditanya: ”Hai anak Adam,
pernahkah kamu melihat suatu kesulitan, pernahkah kamu merasakan suatu
kesengsaraan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb. Aku tidak pernah
merasakan kesulitan apapun dan aku tidak pernah melihat kesengsaraan apapun.”
(HR Muslim 5018)
Penutup
Berteman dengan Mukmin yang Baik, Menjadi Syafaat di Hari
Kiamat
Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, dalam hadis yang
panjang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
tentang syafaat di hari kiamat: ”Setelah orang-orang mukmin itu
dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-
Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk
memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam
neraka pada hari kiamat. Mereka memohon: Wahai Tuhan kami, mereka
itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan
juga haji. Dijawab: ”Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian
kenal.” Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka.
Para mukminin inipun mengeluarkan banyak saudaranya yang telah
dibakar di neraka, ada yang dibakar sampai betisnya dan ada yang
sampai lututnya. Kemudian orang mukmin itu lapor kepada Allah, ”Ya
Tuhan kami, orang yang Engkau perintahkan untuk dientaskan dari
neraka, sudah tidak tersisa.” Allah berfirman, ”Kembali lagi,
keluarkanlah yang masih memiliki iman seberat dinar.” Maka
dikeluarkanlah orang mukmin banyak sekali yang disiksa di neraka.
Kemudian mereka melapor, ”Wahai Tuhan kami, kami tidak
meninggalkan seorangpun orang yang Engkau perintahkan untuk
dientas…” (HR. Muslim no. 183).
Penutup
Berteman dengan Mukmin yang Baik, Menjadi
Syafaat di Hari Kiamat
Memahami hadis ini, Imam Hasan al-
Bashri menasehatkan, َ ‫اسَّكثروا م‬
‫اْلصُقاء المؤمني َ فإ َ لهم شفاَة يوم الِيامة‬
”Perbanyaklah berteman dengan orang-
orang yang beriman. Karena mereka
memiliki syafaat pada hari klamat.”
Imam Ibnul Jauzi menasehatkan kepada
teman-temannya,
‫يا‬: ‫ِ َ لم َّجُوني في الجنة بينكم فاسألوا َني وقولوا‬
‫ربنا َبُك فَّل َ كا َ يذكرنا بك‬
”Jika kalian tidak menemukan aku di
surga, maka tanyakanlah tentang aku
kepada Allah. Ucapkan: ’Wahai Tuhan
kami, hambaMu fulan, dulu dia pernah
mengingatkan kami untuk mengingat
Engkau.”

JAZAKUMULLAH KHOIRON JAZA
“Lathaa`ifu al-Ma’aarif” (1999: 221, 222 dan 224)

Ibnu Rajab Al-Hanbali Rahimahullah:


“Para (generasi) salaf, enam bulan pasca Ramadhan mereka
gunakan untuk memohon -berdoa dan beramal- pada Allah
agar seluruh amalan di bulan Ramadhan diterima oleh-Nya”.

Umar bin Abdul Aziz, Rahimahullah:


“Wahai rakyat sekalian! Kalian telah berpuasa selama 30 hari,
dan telah shalat malam selama 30 hari. Sekarang (tiba saatnya)
kalian keluar dari bulan Ramadhan untuk memohon pada Allah
agar semuanya diterima”.
Bisyr Rahimahullah:
ُ‫بئس الِوم َّ يعرفو َ هلل حِا َِّ في شهر رمضا َ ِ َ الصالح الذي يَّعبُ ويجَّه‬
‫السنة كلها‬
“Sejelek-jelek kaum adalah yang hanya mengenal hak-hak
Allah di bulan Ramadhan saja. Sesungguhnya orang saleh
adalah yang beribadah dan bersungguh-sungguh sepanjang
tahun.”

Asy-Syibli Rahimahullah :
‫ك َ ربانيا وَّ َّك َ شعبانيا‬
“Jadilah orang yang Rabbani, dan jangan menjadi orang
Sya’bani.”
Ibnu Rajab Rahimahullah berkata:
‫م َ َمل طاَة م َ الطاَات وفرغ منها فعَّلمة قبولها أ َ يصلها بطاَة أخرى‬
‫وََّلمة رُها أ َ يعِب َّلك الطاَة بمعصية‬
“Barangsiapa yang mengamalkan beberapa ketaatan dan
menyelesaikannya, maka tanda amal itu diterima adalah ketika
berlanjut (bersambung) dengan ketaatan yang lain. Sedangkan
tanda amal tertolak ketika beriring maksiat setelahnya.”

Wahab bin Warad :


‫َّ َّسألوا َ َ ثوابه ولك َ اسألوا ما الذي َلى م َ وفق لهذا العمل م َ الشكر للَّوفيق‬
‫واإلَانة َليه‬
“Jangan bertanya tentang pahalanya, tapi bertanyalah: apa kamu
sudah bersyukur kepada Allah yang telah memberi taufik dan
pertolongan untuk melakukan (amal kebaikan tersebut).”
Syurga: Kasih Sayang Allah

Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:


‫ب فِي ِكََّابِ ِه فَ ُه َو َِ أن َُهُ فَ أوقَ أالعَ أر ِش ِِ ا َ َر أح َمَِّي َغلَبَ أ‬
َ ‫ت َغ‬
‫ضبِي‬ َ َ َّ‫َّللاُ أالخ أَلقَ َك‬
‫ضى ا‬َ َ‫ لَ اما ق‬:‫سلا َم‬ ‫صلاى ا‬
َ ‫َّللاُ ََلَ أي ِه َو‬ َ ‫َّللا‬ ُ ‫قَا َل َر‬
ِ ‫سو ُل ا‬
Bahwa Nabi saw. bersabda: Tatkala Allah menciptakan makhluk, Allah telah
menuliskan dalam kitab catatan-Nya yang berada di sisi-Nya di atas arsy
bahwa sesungguhnya kasih sayang-Ku mengalahkan murka-Ku. (Shahih
Muslim No.4939)
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Allah telah menjadikan kasih
sayang-Nya terbagi dalam seratus bagian. Dia menahan sembilan puluh
sembilan bagian di sisi-Nya dan menurunkan satu bagian ke bumi. Dari satu
bagian itulah para makhluk saling kasih-mengasihi sehingga seekor induk
binatang mengangkat cakarnya dari anaknya karena takut melukainya. (Shahih
Muslim No.4942)

Anda mungkin juga menyukai