(اَ ْل ُعلَ َما ُء َو َرثَةُ اأْل َ ْنبِيَا ِء (رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه وابن حبان
Artinya: “Orang-orang yang berilmu adalah ahli waris para
nabi” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
هُ أَ ْغنَىMMاس ْال ُم ْؤ ِم ُن ْال َعالِ ُم الَّ ِذيْ إِ ِن احْ تِي َْج إِلَ ْي ِه نَفَ َع َوإِ ِن ا ْستُ ْغنِ َي َع ْن َ أَ ْف
ِ َّض ُل الن
نَ ْف َسهُ (رواه البيهقي
(ومسلم َم ْن ي ُِر ِد هللاُ بِ ِه خَ ْيرًا يُفَقِّ ْههُ فِي الدِّي ِن (رواه البخاري
Artinya: “Barang siapa dikehendaki bagi oleh Allah, maka Allah
memberi kepahaman untuknya tentang ilmu”, (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Pembelahan Bulan
Nabi Muhammad Shallallhu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
ُه#َهُ لMق ِم ْنَ ص َدقَةً َو َما س ُِر َ َُما ِم ْن ُم ْسلِ ٍم يَ ْغ ِرسُ غَرْ سًا إِالَّ َكانَ َما أُ ِك َل ِم ْنهُ لَه
ُهM َانَ لMM ٌد إِالَّ َكMرْ َز ُؤهُ أَ َحMMَ َدقَةً َو الَ يM ص
َ ُهM َ َو لM ُ ُر فَهM ت الطَّ ْي
ِ َا أَ َكلMM َدقَةً َو َمM ص
َ
( ص َدقَةً(رواه مسلم
َ
Artinya:
Artinya:
Artinya:
Artinya:
Penjelasanringkas:
Nyanyian secara mutlak adalah hal yang diharamkan, baik disertai
dengan musik maupun tanpa alat musik, baik liriknya berbau maksiat
maupun yang sifatnya religi (nasyid). Hal itu karena dalil-dalil di atas
bersifat umum dan tidak ada satupun dalil yang mengecualikan nasyid atau
nyanyian tanpa musik.
Jadi nyanyian dan musik ini adalah dua hal yang mempunyai
hukum tersendiri. Di dalam Surah Al Luqman dijelaskan tentang
keharaman nyanyian,
ُض َّل عَن َسبِي ِل هَّللا ِ بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم ِ اس َمن يَ ْشت َِري لَ ْه َو ْال َح ِدي
ِ ث لِي ِ ََّو ِمنَ الن
Artinya:
A. Al-Hanafiah.
Abu Hanifah rahimahullah berkata, “Nyanyian itu adalah haram
dalam semua agama.” (Ruh Al-Ma’ani: 21/67 karya Al-Alusi)
Abu Ath-Thayyib Ath-Thabari berkata, “Abu Hanifah membenci nyanyian
dan menghukumi perbuatan mendengar nyanyian adalah dosa.” (Talbis
Iblis hal. 282 karya Ibnu Al-Jauzi)
B. Al-Malikiah
Ishaq bin Isa Ath-Thabba’ berkata, “Aku bertanya kepada Malik
bin Anas mengenai nyanyian yang dilakukan oleh sebagian penduduk
Madinah. Maka beliau menjawab, “Tidak ada yang melakukukan hal itu
(menyanyi) di negeri kami ini kecuali orang-orang yang fasik.” (Riwayat
Al-Khallal dalam Al-Amru bil Ma’ruf wan Nahyu anil Munkar hal. 142,
Ibnu Al-Jauzi dalam Talbis Iblis hal. 282, dan sanadnya dinyatakan shahih
oleh Al-Albani dalam Tahrim Alat Ath-Tharb hal. 98)
Abu Ath-Thayyib Ath-Thabari berkata, “Adapun Malik bin Anas, maka
beliau telah melarang dari menyanyi dan mendengarkan nyanyian. Dan ini
adalah mazhab semua penduduk Madinah.” (Talbis Iblis hal. 282)
C. Asy-Syafi’iyah.
Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Aku mendapati di Iraq sesuatu
yang bernama taghbir, yang dimunculkan oleh orang-orang zindiq guna
menghalangi orang-orang dari membaca AL-Qur`an.” (Riwayat Abu
Nuaim dalam Al-Hilyah: 9/146 dan Ibnu Al-Jauzi dalam Talbis Iblis hal.
283 dengan sanad yang shahih)
Taghbir adalah kumpulan bait syair yang berisi anjuran untuk zuhud
terhadap dunia, yang dilantunkan oleh seorang penyanyi sementara yang
hadir memukul rebana mengiringinya.
Kami katakan: Kalau lirik taghbir ini seperti itu (anjuran zuhur terhadap
dunia) dan hanya diiringi dengan satu alat musik sederhana, tapi tetap saja
dibenci oleh Imam Asy-Syafi’i, maka bagaimana lagi kira-kira jika beliau
melihat nasyid yang ada sekarang, apalagi jika melihat nyanyian non religi
sekarang?!
Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiah berkata mengomentari ucapan Asy-Syafi’i
di atas, “Apa yang disebutkan oleh Asy-Syafi’i bahwa taghbir ini
dimunculkan oleh orang-orang zindiq adalah ucapan dari seorang imam
yang mengetahui betul tentang landasan-landasan Islam. Karena
mendengar taghbir ini, pada dasarnya tidak ada yang senang dan tidak ada
yang mengajak untuk mendengarnya kecuali orang yang tertuduh sebagai
zindiq.” (Majmu’ Al-Fatawa: 11/507)
Ibnu Al-Jauzi berkata, “Murid-murid senior Asy-Syafi’i radhiallahu
anhum mengingkari perbuatan mendengar (nyanyian).” (Talbis Iblis hal.
283)
Ibnu Al-Qayyim juga berkata dalam Ighatsah Al-Luhfan hal. 350, “Asy-
Syafi’i dan murid-murid seniornya serta orang-orang yang mengetahui
mazhabnya, termasuk dari ulama yang paling keras ibaratnya dalam hal ini
(pengharaman nyanyian).”
Karenanya Ibnu Al-Jauzi berkata dalam Talbi Iblis hal. 283, “Maka inilah
ucapan para ulama Syafi’iyah dan orang-orang yang baik agamanya di
antara mereka (yakni pengharaman nyanyian). Tidak ada yang
memberikan keringanan mendengarkan musik kecuali orang-orang
belakangan dalam mazhabnya, mereka yang minim ilmunya dan telah
dikuasai oleh hawa nafsunya.”
D. Al-Hanabilah
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata, “Aku bertanya kepada
ayahku tentang nyanyian, maka beliau menjawab, “Nyanyian itu
menumbuhkan kemunafikan di dalam hati, saya tidak menyukainya.”
(Riwayat Al-Khallal dalam Al-Amru bil Ma’ruf hal. 142)
Ibnu Al-Jauzi berkata dalam Talbis Iblis hal. 284, “Adapun nyanyian yang
ada di zaman ini, maka terlarang di sisi beliau (Imam Ahmad), maka
bagaimana lagi jika beliau mengetahui tambahan-tambahan yang
dilakukan orang-orang di zaman ini.”
Kami katakan: Itu di zaman Ibnu Al-Jauzi, maka bagaimana lagi jika Ibnu
Al-Jauzi dan Imam Ahmad mengetahui bentuk alat musik dan lirik
nyanyian di zaman modern seperti ini?!
Ibnu Taimiah rahimahullah berkata, “Imam Empat, mereka telah
bersepakat mengharamkan alat-alat musik yang merupakan alat-alat
permainan yang tidak berguna.” (Minhaj As-Sunnah: 3/439)
Ibnu Al-Qayyim rahimahullah berkata, “Hendaknya diketahui bahwa jika
rebana, penyanyi wanita, dan nyanyian sudah berkumpul maka
mendengarnya adalah haram menurut semua imam mazhab dan selain
mereka dari para ulama kaum muslimin.” (Ighatsah Al-Luhfan: 1/350)
Al-Albani rahimahullah berkata dalam Tahrim Alat Ath-Tharb hal. 105
berkata, “Para ulama dan fuqaha -dan di antara mereka ada Imam Empat-
telah bersepakat mengharamkan alat-alat musik, guna mengikuti hadits-
hadits nabawiah dan atsar-atsar dari para ulama salaf.”