Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filsafat pendidikan adalah ilmu yang mempelajari dan berusaha
mengadakan penyelesaian terhadap masalah-masalah pendidikan yang bersifat
filosofis. Secara filosofis, pendidikan adalah hasil dari peradaban suatu bangsa
yang terus menerus dikembangkan berdasarkan cita-cita dan tujuan filsafat serta
pandangan hidupnya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang melembaga di
dalam masyarakatnya.
Pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang bersifat
modernisasi dapat pula menjadikan pendidikan itu kehilangan arah. Berhubung
dengan itu pendidikan haruslah bersendikan atas nilai-nilai yang dapat
mendatangkan kestabilan. Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu
perlu dipilih yang mempunyai tata yang jelas dan yang telah truji oleh
waktu. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah berasal dari kebudayaan dan
filsafat yang korelatif selama 4 abad belakangan ini, dengan perhitungan
Zaman Renaissance, sebagai pangkal timbulnya pandangan-pandangan
esensialistis awal. Essensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan
kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.
Dengan pengembalian pola pendidikan pada pengambilan nilai-nilai
masa lalu, esensialisme percaya bahwa keefektifan pembelajaran akan tercipta.
Esensialisme sangat menekankan pada pendidikan dimasa lalu dan cenderung
tidak mendukung dengan pola pendidikan masa kini atau yang sering disebut
sebagai modernisasi pendidikan. Bagi esensialisme pola-pola pendidikan masa
lalu lebih memberikan banyak kemutakhiran pola berpikir yang ada dalam diri
siswa. Modernisasi dianggap sebagai zaman yang hanya menambahkan banyak
nilai-nilai baru yang kalah dengan nilai-nilai lama dalam hal menghasilkan siswa
yang berkompeten, sehingga nilai-nilai lamalah yang mempunyai peranan penting
jika dilihat dari kacamata esensialisme. Oleh karena itu dalam makalah ini penulis
akan memaparkan mengenai  aliran filsafat esensialisme.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Jelaskan latar belakang lahirnya aliran esensialisme?
1.2.2 Jelaskan konsep pendidikan menurut esensialisme?
1.2.3 Jelaskan landasan ontologi konsep pendidikan esensialisme?
1.2.4 Jelaskan bagaimana konsep belajar menurut Esensialisme?
1.2.5 Jelaskan bagaimana konsep kurikulum menurut Esensialisme?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk menjelaskan belakang lahirnya aliran esensialisme
1.3.2 Untuk menjelaskan konsep pendidikan menurut esensialisme
1.3.3 Untuk menjelaskan landasan ontologi konsep pendidikan esensialisme
1.3.4 Untuk menjelaskan bagaimana konsep belajar menurut Esensialisme
1.3.5 Untuk menjelaskan bagaimana konsep kurikulum menurut Esensialisme

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Lahirnya Aliran Essensialisme


Esensialisme berasal dari kata latin “esential” yang berarti “hal yang
pokok atau hakiki”. Aliran ini merupakan reaksi terhadap progresivisme yang
terlalu menekankan metode belajar melalui pemecahan masalah dan aktivitas
sendiri para siswa atau mahasiswa untuk mengikuti minat dan kebutuhan mereka.1
Esensialisme muncul pada zaman Renaissans, dengan ciri-ciri utamanya
yang berbeda dengan progressivisme. Perbedaan ini terutama dalam memberikan
dasar berpijak mengenai pendidikan yang penuh fleksibilitas, dimana serba
terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin
tertentu. Bagi essensialisme, pendidikan yang berpijak pada dasar pandangan itu
mudah goyah dan kurang terarah. Karena itu esensialisme memandang bahwa
pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan
lama, sehingga memberikan kestabilan dan arah yang jelas.2
Essensialisme lahir dari protes terhadap progresivisme, namun dalam
protes tersebut tidak menolak atau menentang secara keseluruhan pandangan
progresivisme, ada beberapa aspek dari progrevisme yang secara prisipil tidak
dapat di terimanya. Mereka berpendapat bahwa betul-betul ada hal-hal yang
esensial dari pengalaman anak yang memiliki nilai esensial dan perlu di bimbing,
dan semua manusia dapat mengenal yang esensial tersebut apabila manusia
berpendidikan.3
Esensialisme disusun atas dasar konsep yang sistematis dan menyeluruh
mengenai manusia dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman. 4 Selain itu
juga diwarnai  oleh pandangan-pandangan dari paham penganut aliran idealisme
dan realisme, idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak

1
Ismail. Tholib, fisafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,(Surabaya: Usaha
Nasional, 1988), hlm 109
2
Zuhairini, Filsafat Pendidikan, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2012), hlm. 25.
3
Sadulloh. Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Banddung : Alpabeta, 2012, hlm 159
4
Anan-nur, Filsafat Pendidikan Essensialisme, dalam http://anan-
nur.blogspot.com/2012/03/filsafat-pendidikan-essensialisme.html, diakses pada tanggal 21
Nopember 2016, pukul 20.25 WIB

3
essensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan
tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada
dirinya masing-masing.5
Essensialisme merupakan falsafah pendidikan tradisional yang
memandang bahwa nilai-nilai pendidikan hendaknya bertumpu pada nilai-nilai
yang jelas dan tahan lama sehingga menimbulkan kestabilan dan arah yang jelas
pula. Nilai-nilai humanisme yang dipegangi oleh esensialisme dijadikan sebagai
tumpuan hidup untuk menantang kehidupan materialistik, sekuler, dan saintifik
yang gersang dari nilai-nilai kemanusian. Gerakan esensialisme modern
sebenarnya berkembang pada awal abad ke-20, dan muncul sebagi jawaban atas
aliran progresivisme.6

2.2 Konsep Pendidikan Menurut Essensialisme


Essensialisme yang merupakan salah satu gerakan filsafat pada bidang
pendidikan memandang bahwa manusia  perlu kembali kepada nilai-nilai yang
yang telah teruji kebaikannya dari waktu ke waktu. Maka dengan penanaman
nilai-nilai budaya ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi masyarakanya
dalam menghadapi pengaruh-pengaruh dari luar yang  sifatnya negatif.7
Filsafat essenssialisme mempunyai prinsip dalam pendidikan yaitu tugas
pendidikan dalah menagajarkan hal-hal yang mendasar. Belajar adalah kerja keras
dan disipilin sebagai membentuk manusia yang berkualitas. Serta pendidik
menjadi pusat belajar (Dwi Siswoyo dkk). Sebab peserta didik dianggap belum
mampu mengidentifikasikan kebutuhannnya sendiri maka perlu ada peranan
pendidik untuk membantu peserta didik belajar. Konsekuensinya guru harus
menguasai materi pengetahuannya, sebab mereka dianggap memegang posisi
tertinggi dalam pendidikan. Sekolah, melalui upaya guru, berperan untuk
melestarikan dan mentransmisikan ilmu kepada para pelajar atau generasi
selanjutnya yang berupa budaya dan sejarah melalui pengetahuan.8
5
Dra. Zuharini. dkk, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm.25.
6
Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan. Jakarta, PT Bumi Aksara, 2012), hlm. 19
7
Kahar, Aliran Esensialisme dalam Filsafat Pendidikan,
http://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.co.id/2011/01/aliran-esensialisme-dalam-
filsafat.html, diakses pada tanggal 21 Nopember 2016, Pukul 21.03 WIB

8
Ibid, hlm. 192

4
2.2.1 Definisi Pendidikan
Bagi penganut Essensialisme pendidikan merupakan upaya untuk
memelihara kebudayaan. Mereka percaya bahwa pendidikan harus
didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal
peradaban umat manusia, sebab kebudayaan tersebut telah teruji dalam
segala zaman, kondisi dan sejarah.
Tugas pendidikan adalah mengijinkan terbukanya realita berdasarkan
susunan yang tidak terelakan (pasti) bersendikan kesatuan
spiritual. (William T. Harris, 1835-1909) maksudnya sekolah adalah
lembaga yang memelihara nilai-nilai yang telah turun-menurun, dan
menjadi penuntun penyesuaian orang kepada masyarakat.9
2.2.2 Tujuan Pendidikan
Pendidikan bertujuan untuk mentransmisikan kebudayaan untuk menjamin
solidaritas sosial dan kesejahteraan umum (E.J. Power, 1982). Secara
umum, essensialisme adalah model pendidikan transmisi yang bertujuan
untuk membiasakan siswa hidup dalam masyarakat masa kini. Sekolah
yang baik adalah sekolah yang berpusat pada masyarakat, “society
centered school” , yaitu sekolah yang mengutamakan kebutuhan dan
minat masyarakat (Madjid Noor, dkk, 1987). Konsep dasar pendidikan
esensialisme adalah bagaimana menyusun dan menerapkan program-
program esensialis di sekolah-sekolah.10

Dalam hubungannya dengan pendidikan, essensialisme menekankan pada


tujuan pewarisan nilai-nilai kultural-historis kepada peserta didik melalui
pendidikan yang akumulatif dan terbukti dapat bertahan lama serta bernilai untuk
diketahui oleh semua orang. Sehingga dapat di simpulkan dari beberapa kutipan di
atas, bahwa pendidikan menurut essensialisme adalah upaya untuk
mempertahankan atau membantu manusia untuk kembali ke nilai-nilai budaya
lama yang telah ada sebelumnya dan bersendi atas nilai-nilai yang dapat
mendatangkan kestabilan dalam kehidupan melalui pengetahuan inti yang
terakumulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang lama. Dengan
penanaman nilai-nilai budaya ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi
9
Zuhairini, Filsafat Pendidikan, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2012), hlm. 25.\
10
Ibid,hlm.26

5
masyarakanya dalam menghadapi pengaruh-pengaruh dari luar yang  sifatnya
negatif.

2.3 Konsep Ontologi Essensialisme


Sifat khas dari ontologi esensialisme adalah suatu konsepsi bahwa dunia
ini di kuasai oleh tatanan yang tanpa cela, yang mengatur dunia beserta isinya
dengan tiada cela pula. Ini berarti bahwa bagaimanpun bentuk, sifat, kehendak
dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan tatanan tersebut. Secara
filosofis esensialisme dilandasi oleh prisip-prinsip klasik dari filsafat realisme dan
idialisme moderen. Ontologinya dapat disebut realisme objektif, yang berpendapat
bahwa kenyataan adalah sebuah pokok (subtansi) mater atau idialisme objektif
yang berpandangan bahwa kenyataan itu pada pokoknya bersifat rohaniah.11

2.4 Konsep Belajar Menurut Essensialisme


Idealisme sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi
individu dengan menitikberatkan pada individu tersebut. Menurut idealisme, bila
seorang itu belajar pada taraf permulaan adalah memahami dirinya sendiri, terus
bergerak keluar untuk memahami dunia obyektif. Dengan mengambil landasan
fikir, belajar  dapat didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada sendirinya
sebagai substansi spiritual yang jiwanya membina dan menciptakan diri sendiri.
Belajar adalah menerima dan mengenal secara sungguh-sungguh nilai-nilai sosial
angkatan baru yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan diteruskan kepada
angkatan berikutnya.
Dengan demikian pandangan-pandangan realisme mencerminkan adanya
dua jenis, yaitu determinasi mutlak dan determinasi terbatas.Determinisme
mutlak, menunjukkan bahwa belajar adalah mengalami hal-hal yang tidak dapat
dihalang-halangi adanya, jadi harus ada, yang bersama-sama membentuk dunia
ini. Pengenalan ini perlu diikuti oleh penyesuaian supaya dapat tercipta suasana
hidup yang harmonis. Determinisme terbatas, memberikan gambaran kurangnya
sifat pasif mengenai belajar. Bahwa meskipun pengenalan terhadap hal-hal yang

11
Anan-nur. Filsafat Pendidikan Essensialisme. dalam http://anan-
nur.blogspot.com/2012/03/filsafat-pendidikan-essensialisme.html.diakses pada 21 Nopember
2016, pukul 21.30 WIB.

6
kausatif di dunia ini berarti tidak dimungkinkan adanya penguasaan terhadap
mereka, namun kemampuan akan pengawas yang diperlukan.12

2.5 Konsep Kurikulum Menurut Essensialisme


Essensialisme adalah suatu teori pendidikan yang menegaskan bahwa
pendidikan selayaknya bergerak dalam kegiatan pembelajaran tentang keahlian
dasar, seni dan sains yang telah nyata-nyata berguna dimasa lalu dan tetap
demikian dimasa yang akan datang. Para essensialis percaya bahwa beberapa
keahlian esensi atau dasar mempunyai kontribusi yang besar terhadap keberadaan
manusia seperti membaca, menulis, aritmatika dan perilaku sosial yang beradab.
Keahlian dasar ini merupakan hal yang selayaknya dan memeng dibutuhkan
sehingga selalu ada dalam setiap kurikulum sekolah dasar yang baik. 
Pada kurikulum sekolah pertama, kurikulum dasar seharusnya terdiri dari
sejarah, matematika, sains dan sastra. Kurikulum perguruan tinggi terdiri dari dua
komponen yaitu mata kuliah umum dan sains. Dengan menguasai mata kuliah ini
yaitu yang berkaitan dengan lingkungan sosial dan alam, seorang siswa
mempersiapkan diri untuk berpartisipasi ssecara efektif dalam masyarakat
beradab. 
Jadi intinya kurikulum hendaknya disusun secara sistematis, dari mulai
yang sederhana sampai yang kompleks. Kurikulum direncanakan dan disusun
berdasarkan pikiran yang matang agar manusia dapat hidup harmonis dan
menyesuaikan diri dengan sifat-sifat kosmis. 13

BAB III
PENUTUP

12
Anan-nur. Filsafat Pendidikan Essensialisme. dalam http://anan-
nur.blogspot.com/2012/03/filsafat-pendidikan-essensialisme.html, diakses pada 21 Nopember
2016, pukul 21.30 WIB.
13
Nova suntia, Aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme,
http://novasuntiayusni.blogspot.co.id/2012/12/aliran-filsafat-pendidikan-
esensialisme.html, diakses pada tanggal 21 Nopember 2016, pukul 22.00 WIB

7
3.1 Kesimpulan
Aliran filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan
agar manusia kembali kepada kebudayaan lama. Aliran Esensialisme ini
memandang bahwa pendidikan yang bertumpu pada dasar pandangan fleksibilitas
dalam segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-
ubah, mudah goyah, kurang terarah, tidak menentu dan kurang stabil. Tujuan
pendidikan esensialisme adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah
melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, dasar bertahan sepanjang
waktu untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang tepat untuk membentuk unsur-unsur yang
inti (esensiliasme), sebuah pendidikan sehingga pendidikan, jadi Menurut
esensialisme sekolah berfungsi untuk warga negara supaya hidup sesuai dengan
prinsip-prinsip dan lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam masyarakat.

3.2  Kritik dan Saran


Saran penulis bagi pembaca khususnya para pendidik atau guru, yaitu.
1. Hendaknya tidak meninggalkan nilai-nilai budaya lama dalam hal
kependidikan, setidaknya dapat memadukan teknik pengajaran dengan
metode lama, karena metode lama juga memiliki nilai-nilai positif untuk
diterapkan.
2. Selalu menjadi figur teladan dan kreatif serta inovatif dalam menciptakan
pengajaran-pengajaran yang menarik bagi para siswanya.
3. Selalu menyesuaikan teknik pengajaran dengan kurikulum yang telah
ditetapkan, kurangi mengeluh dan terus mensiasati segala perubahan yang
terjadi dalam dunia kependidikan agar tetap bertahan dan berhasil menjadi
seorang guru yang profesional.
Semoga dengan berbagai kekurangan yang ada ini tidak mengurangi nilai-
nilai dan manfaat dari mempelajari sejarah islam dan peradaban melayu.

DAFTAR PUSTAKA

8
Abd. Rachman Assegaf.2012. Filsafat Pendidikan. Jakarta, PT Bumi Aksara
Dra. Zuharini. 1992. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Ismail. Tholib.1988. Fisafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan
Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional
Sadulloh.Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Banddung : Alpabeta
Zuhairini, 2012. Filsafat Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara
Anan-nur, Filsafat Pendidikan Essensialisme, dalam http://anan-
nur.blogspot.com/2012/03/filsafat-pendidikan-essensialisme.html, diakses
pada tanggal 21 Nopember 2016, pukul 20.25 WIB
Kahar, Aliran Esensialisme dalam Filsafat Pendidikan, dalam
http://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.co.id/2011/01/aliran-
esensialisme-dalam-filsafat.html, diakses pada tanggal 21 Nopember 2016,
Pukul 21.03 WIB

Anda mungkin juga menyukai