Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HADIS TENTANG HARAMNYA GHULUL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis Sosial, Budaya, dan Politik

Dosen Pengampu: Dr. H. Agung Danarta, M.Ag.

Disusun oleh:

AMANATURRAHMAN (20105050024)

PROGRAM STUDI ILMU HADITS


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENTINGNYA KAJIAN
Sungguh sangat menyedihkan bahwa bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya
beragama, namun sampai dengan saat ini Indonesia masih menyandang jawara dalam hal
korupsi. Hal ini dilansir dari Merdeka.com yang menginformasikan bahwa “Transparency
International merilis laporan bertajuk 'Global Corruption Barometer-Asia' dan Indonesia
masuk menjadi negara nomor tiga paling korup di Asia. Posisi pertama ditempati India diikuti
Kamboja di peringkat kedua”. Pada dasarnya korupsi dilarang dalam ajaran agama apapun
termasuk agama Islam rahmatan lil-alamin.

Meskipun terjadinya praktek korupsi di berbagai sektor tidak serta merta berdampak
langsung kepada kehidupan bermasyarakat, namun jika masyarakat Indonesia tidak peduli
dan tidak turut serta dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi maka lambat laun
kehidupan bermasyarakat akan hancur berantakan. Hal ini diibaratkan sebagai sebuah kapal
besar yang bernama “Indonesia”, berlayar menyeberangi samudera nan luas dan mengangkut
banyak penumpang dengan berbagai kepentingan. Agar tujuan dapat dicapai dengan selamat
maka kapten kapal harus menegakkan aturan main seperti yang telah mereka sepakati.

Korupsi dalam syariat Islam ditetapkan dalam Fiqh Jinayah. Jinayah menurut bahasa
(etimologi) adalah nama bagi hasil perbuatan seseorang yang buruk dan apa yang diusahakan.
Sedangkan jinayah menurut istilah (terminologi) adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh
syara’ baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta atau lainnya (Perpustakaan IAIN Kediri).

Menggelapkan uang Negara (Korupsi) dalam Syari’at Islam disebut Al-ghulul, yakni mencuri
ghanimah (harta rampasan perang) atau menyembunyikan sebagiannya (untuk dimiliki)
sebelum menyampaikannya ke tempat pembagian, meskipun yang diambilnya sesuatu yang
nilainya relatif kecil bahkan hanya seutas benang dan jarum.

Sehingga menurut penulis pentingnya pengkajian mengenai permasalahan haramnya ghulul.


Dalam makalah ini penulis akan mengkaji mengenai hadis haramnya ghulul berdasarkan
sumber bacaan yang didapatkan oleh peneliti baik dari segi deskriptif, analitis, maupun
implikatif.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kandungan tekstual hadis tentang haramnya ghulul?
2. Apa perubahan makna yang dihasilkan dari hadis haramnya ghulul yang dianalisis dengan
pendekatan kontekstual, tematis, dan maqashid syariah?
3. Apa implikasi perubahan makna yang dihasilkan dari hadis haramnya ghulul dalam
penerapannya pada masyarakat sekarang?
‫‪BAB II‬‬
‫‪PEMBAHASAN‬‬

‫‪A. TEKS HADIS‬‬

‫‪1. SHAHIH MUSLIM NO 3412‬‬

‫و َح َّد َثِني ُز َهْيُر ْبُن َح ْر ٍب َح َّد َثَنا ِإْس َم ِع يُل ْبُن ِإْبَر اِهيَم َع ْن َأِبي َح َّي اَن َع ْن َأِبي ُز ْر َع َة َع ْن َأِبي ُهَر ْي َر َة َق اَل َق اَم ِفيَن ا َر ُس وُل ِهَّللا‬
‫َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َذ اَت َيْو ٍم َفَذ َك َر اْلُغ ُلوَل َفَع َّظَم ُه َو َع َّظَم َأْمَرُه ُثَّم َقاَل اَل ُأْلِفَيَّن َأَح َد ُك ْم َيِج يُء َيْو َم اْلِقَياَم ِة َع َلى َر َقَبِت ِه َبِع يٌر َل ُه‬
‫ُرَغاٌء َيُقوُل َيا َر ُسوَل ِهَّللا َأِغ ْثِني َفَأُقوُل اَل َأْمِلُك َل َك َش ْيًئا َق ْد َأْبَلْغُت َك اَل ُأْلِفَيَّن َأَح َد ُك ْم َيِج يُء َي ْو َم اْلِقَياَم ِة َع َلى َر َقَبِت ِه َف َر ٌس َل ُه‬
‫َحْم َح َم ٌة َفَيُقوُل َيا َر ُسوَل ِهَّللا َأِغ ْثِني َفَأُقوُل اَل َأْمِلُك َلَك َشْيًئا َقْد َأْبَلْغُتَك اَل ُأْلِفَيَّن َأَح َد ُك ْم َيِج يُء َيْو َم اْلِقَياَم ِة َع َلى َر َقَبِتِه َش اٌة َلَها ُثَغاٌء‬
‫َيُقوُل َيا َر ُسوَل ِهَّللا َأِغ ْثِني َفَأُقوُل اَل َأْمِلُك َلَك َش ْيًئا َق ْد َأْبَلْغُت َك اَل ُأْلِفَيَّن َأَح َد ُك ْم َيِج يُء َي ْو َم اْلِقَياَم ِة َع َلى َر َقَبِت ِه َنْفٌس َلَه ا ِص َياٌح‬
‫َفَيُقوُل َيا َر ُسوَل ِهَّللا َأِغ ْثِني َفَأُقوُل اَل َأْمِلُك َلَك َشْيًئا َقْد َأْبَلْغُتَك اَل ُأْلِفَيَّن َأَح َد ُك ْم َيِج يُء َيْو َم اْلِقَياَم ِة َع َلى َر َقَبِتِه ِرَقاٌع َتْخ ِفُق َفَيُقوُل َيا‬
‫َر ُسوَل ِهَّللا َأِغ ْثِني َفَأُقوُل اَل َأْمِلُك َلَك َشْيًئا َقْد َأْبَلْغُتَك اَل ُأْلِفَيَّن َأَح َد ُك ْم َيِج يُء َيْو َم اْلِقَياَم ِة َع َلى َر َقَبِتِه َص اِم ٌت َفَيُق وُل َي ا َر ُس وَل ِهَّللا‬
‫َأِغ ْثِني َفَأُقوُل اَل َأْمِلُك َلَك َشْيًئا َقْد َأْبَلْغُت َك و َح َّد َثَنا َأُب و َبْك ِر ْبُن َأِبي َش ْيَبَة َح َّد َثَنا َع ْب ُد الَّر ِح يِم ْبُن ُس َلْيَم اَن َع ْن َأِبي َح َّي اَن ح و‬
‫َح َّد َثِني ُز َهْيُر ْبُن َح ْر ٍب َح َّد َثَنا َج ِر يٌر َع ْن َأِبي َح َّياَن َو ُع َم اَر َة ْبِن اْلَقْع َق اِع َجِم يًع ا َع ْن َأِبي ُز ْر َع َة َع ْن َأِبي ُهَر ْي َر َة ِبِم ْث ِل َح ِد يِث‬
‫ِإْس َم ِع يَل َع ْن َأِبي َح َّياَن و َح َّد َثِني َأْح َم ُد ْبُن َسِع يِد ْبِن َص ْخ ٍر الَّد اِرِمُّي َح َّد َثَنا ُس َلْيَم اُن ْبُن َح ْر ٍب َح َّد َثَنا َحَّم اٌد َيْع ِني اْبَن َزْي ٍد َع ْن‬
‫َأُّيوَب َع ْن َيْح َيى ْبِن َسِع يٍد َع ْن َأِبي ُز ْر َع َة ْبِن َع ْم ِرو ْبِن َج ِريٍر َع ْن َأِبي ُهَر ْي َر َة َق اَل َذ َك َر َر ُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم‬
‫اْلُغ ُلوَل َفَع َّظَم ُه َو اْقَتَّص اْلَحِد يَث َقاَل َحَّم اٌد ُثَّم َسِم ْع ُت َيْح َيى َبْع َد َذ ِلَك ُيَح ِّد ُثُه َفَح َّد َثَنا ِبَنْح ِو َم ا َح َّد َثَنا َع ْنُه َأُّيوُب و َح َّد َثِني َأْح َم ُد ْبُن‬
‫اْلَح َس ِن ْبِن ِخ َر اٍش َح َّد َثَنا َأُبو َم ْع َم ٍر َح َّد َثَنا َع ْب ُد اْل َو اِر ِث َح َّد َثَنا َأُّي وُب َع ْن َيْح َيى ْبِن َس ِع يِد ْبِن َح َّي اَن َع ْن َأِبي ُز ْر َع َة َع ْن َأِبي‬
‫ُهَر ْيَر َة َع ْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ِبَنْح ِو َحِد يِثِهْم‬

‫‪Sumber: https://www.hadits.id/hadits/muslim/3412‬‬

‫‪Artinya: Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada‬‬
‫‪kami Isma'il bin Ibrahim dari Abu Hayyan dari Abu Zur'ah dari Abu Hurairah dia‬‬
‫‪berkata, "Suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri di tengah-tengah kami,‬‬
‫‪lalu beliau menyebutkan-nyebut tentang ghulul dan membesarkan perkaranya, kemudian‬‬
‫‪beliau bersabda: "Jangan sampai pada hari kiamat aku dapati salah seorang dari kalian‬‬
‫‪datang dengan memikul unta yang sedang melenguh-lenguh." Lalu dia berkata, "Ya‬‬
‫‪Rasulullah, tolonglah aku!" Aku lalu menjawab: "Aku tidak kuasa sedikitpun untuk‬‬
‫‪menolongmu. Aku telah sampaikan itu padamu. Jangan sampai pada hari kiamat kelak, aku‬‬
‫"‪dapati salah seorang dari kalian datang dengan memikul kuda yang meringkik-ringkik.‬‬
‫‪Lalu dia berkata, "Ya Rasulullah, tolonglah aku!" Jawab beliau: "Aku tidak sedikitpun‬‬
‫‪menolong kamu. Bukankah dahulu pernah ku katakan kepadamu. Di hari kiamat kelak,‬‬
‫‪janganlah kudapati salah seorang di antara kalian memikul di kuduknya kambing yang‬‬
mengembek-embek." Lalu dia berkata, "Ya Rasulullah, tolonglah aku!" Jawab beliau: "Aku
tidak kuasa sedikitpun untuk menolongmu. Aku telah sampaikan itu kepadamu. Jangan
sampai pada hari kiamat kelak aku dapati salah seorang dari kalian datang dengan memikul
orang yang berteriak-teriak di kuduknya." Lalu dia berkata, "Ya Rasulullah, tolonglah aku!"
Jawab beliau: "Aku tidak dapat sedikitpun menolongmu. Aku telah sampaikan itu. Pada
hari kiamat jangan sampai aku dapati salah seaorang dari kalian datang dengan kepadaku
membawa selembar kain berkibar-kibar di kuduknya." Lalu dia berkata, "Ya Rasulullah,
tolonglah aku!" Lalu jawab beliau: "Aku tidak sedikitpun kuasa menolongmu. Aku telah
sampaikan itu kepadamu. Pada hari kiamat kelak janganlah kudapati salah seorang di antara
kalian memikul harta kekayaan berupa emas dan perak di kuduknya." Lalu dia berkata, "Ya
Rasulullah, tolonglah aku!" Jawab beliau: "Aku tidak kuasa sedikitpun menolongmu. Aku
telah sampaikan itu kepadamu." Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu
Syaibah telah menceritakan kepada kami 'Abdurrahim bin Sulaiman dari Abu Hayyan.
(dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb telah
menceritakan kepada kami Jarir dari Abu Haiyan dan 'Umarah bin Al Qa'qa' semuanya
dari Abu Zur'ah dari Abu Hurairah seperti hadits Isma'il dari Abu Haiyan." Dan telah
menceritakan kepadaku Ahmad bin Sa'id bin Shakhr Ad Darami telah menceritakan
kepada kami Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada kami Hammad -yaitu Ibnu
Zaid- dari Ayyub dari Yahya bin Sa'id dari Abu Zur'ah bin 'Amru Jarir dari Abu
Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan tentang
ghulul….lalu dia melanjutkan hadits tersebut. Hammad berkata, "Setelah itu saya
mendengar Yahya menceritakan kepadanya, maka ia kemudian menceritakan kepada kami
sebagaimana Ayyub menceritakannya kepada kami." Dan telah menceritakan kepada
kami Ahmad bin Al Hasan bin Khirasy telah menceritakan kepada kami Abu
Ma'mar telah menceritakan kepada kami Abdul Warits telah menceritakan kepada
kami Ayyub dari Yahya bin Sa'id bin Hayyan dari Abu Zur'ah dari Abu Hurairah dari
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seperti hadits mereka."

Kandungan: 1Hadis ini menceritakan mengenai ancaman bagi orang yang telah melakukan
ghulul (korupsi), pada hari kiamat kelak orang akan memikul terhadap barang yang diambil
secara tidak sah (ghulul). Dengan demikian, orang yang korupsi proyek pembangunan akan
datang di hari kiamat nanti dengan membawa semen atau pasir, mereka yang korupsi tinta
pada penyelenggaraan pemilu akan datang dengan dengan tinta yang telah di korupsinya,
begitu juga dengan mereka yang korupsi di kantor-kantor atau departeman lainnya di hari
kiamat nanti akan membawa benda-benda yang dia korup seperti tinta kertas, dan alat-talat
lainnya.

2. SHAHIH BUKHARI NO. 2844

sumber: https://www.hadits.id/hadits/bukhari/2844

Artinya: Telah bercerita kepada kami Musaddad telah bercerita kepada


kami Yahya dari Abu Hayyan berkata telah bercerita kepadaku Abu Zur'ah berkata telah
bercerita kepadaku Abu Hurairah radliallahu'anhu berkata; Nabi
Shallallahu'alaihiwasallam berdiri di hadapan kami, lalu Beliau menuturkan tentang ghulul
(mengambil harta Rampasan perang sebelum dibagikan) dan Beliau (memperingatkan)
besarnya dosa dan akibat dari perbuatan tersebut. Beliau bersabda: "Sungguh akan kutemui
salah seorang dari kalian pada hari kiamat yang di tengkuknya ada seekor kambing yang
mengembik, di tengkuknya ada seekor kuda yang meringkik sambil dia berkata; "Wahai
Rasulullah, tolonglah aku", lalu aku jawab; "Aku tidak berkuasa sedikitpun terhadapmu.
Aku sudah menyampaikan kepada kamu (ketika di dunia) ". Dan kutemui seseorang yang di
atas tengkuknya ada seekor unta yang melenguh, sambil dia berkata; "Wahai Rasulullah,
tolonglah aku", lalu aku menjawab: "Aku tidak berkuasa sedikitpun terhadapmu. Aku sudah
menyampaikan kepada kamu (ketika di dunia) ". Dan kutemui seseorang yang di atas
tengkuknya ada sebongkah emas dan perak lalu dia berkata; "Wahai Rasulullah, tolonglah
aku", lalu kujawab: "Aku tidak berkuasa sedikitpun terhadapmu. Aku sudah menyampaikan
kepada kamu (ketika di dunia) ", Dan kutemui seseorang yang di atas tengkuknya ada
lembaran kain sembari berkata; "Wahai Rasulullah, tolonglah aku", lalu aku katakan: "Aku
tidak bekuasa sedikitpun terhadapmu. Aku sudah menyampaikan kepada kamu (ketika di
dunia) ". Dan Ayyub dari Abu Hayyan mengatakan; "(Dan seseorang) yang di tengkuknya
ada kuda yang meringkik".

Kandungan: 1Hadis ini tidak berbeda jauh dari hadis sebelumnya (Shahih Muslim No. 3412).
Isi kandungan hadis ini juga sama dengan hadis sebelumnya, yakni hadis ini menceritakan
mengenai ancaman bagi orang yang telah melakukan ghulul (korupsi), pada hari kiamat
kelak orang akan memikul terhadap barang yang diambil secara tidak sah (ghulul). Hadis
ini juga sebagai penguat keshahihan hadis sebelumnya mengenai haramnya ghulul.

3. HADIS MUSNAD AHMAD NO. 9139

sumber: https://quranhadits.com/hadits/ahmad/9139/

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Isma'il telah menceritakan kepada kami Abu
Hayyan dari Abu Zur'ah bin 'Amru bin Jarir dari Abu Hurairah berkata; Pada suatu hari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berada ditengah tengah kami, lalu beliau menyebut-
nyebut tentang ghulul dan menganggap besar perkaranya, kemudian Rasulullah bersabda:
"Sekali-kali aku belum pernah mendapatkan ada salah seorang dari kalian pada hari kiamat
yang pada lehernya terdapat seekor unta yang bersuara, lalu ia berkata; "Wahai Rasulullah,
tolonglah aku, " maka aku katakan, "Aku tidak mempunyai hak apapun di hadapan Allah atas
dirimu, dan sungguh aku telah menyampaikan hal ini padamu." Sekali-kali aku belum pernah
mendapatkan ada salah seorang dari kalian pada hari kiamat yang pada lehernya terdapat
seekor kambing yang mengembek, lalu ia berkata; "Wahai Rasulullah, tolonglah aku, " maka
aku katakan, "Aku tidak mempunyai hak apapun di hadapan Allah atas dirimu, dan sungguh
aku telah menyampaikan hal ini padamu." Sekali-kali aku belum pernah mendapatkan ada
salah seorang dari kalian pada hari kiamat yang pada lehernya terdapat seekor kuda yang
meringkik, lalu ia berkata; "Wahai Rasulullah, tolonglah aku, " maka aku katakan, "Aku tidak
mempunyai hak apapun di hadapan Allah atas dirimu, dan sungguh aku telah menyampaikan
hal ini padamu." Sekali-kali aku belum pernah mendapatkan ada salah seorang dari kalian
pada hari kiamat yang pada lehernya terdapat sesosok jiwa (budak) yang bersuara, lalu ia
berkata; "Wahai Rasulullah, tolonglah aku, " maka aku katakan, "Aku tidak mempunyai hak
apapun di hadapan Allah atas dirimu, dan sungguh aku telah menyampaikan hal ini padamu."
Sekali-kali aku belum pernah mendapatkan ada salah seorang dari kalian pada hari kiamat
yang pada lehernya terdapat pakaian yang bergoncang, lalu ia berkata; "Wahai Rasulullah,
tolonglah aku, " maka aku kataan, "Aku tidak mempunyai hak apapun di hadapan Allah atas
dirimu, dan sungguh aku telah menyampaikan hal ini padamu." Sekali-kali aku belum pernah
mendapatkan ada salah seorang dari kalian pada hari kiamat yang pada lehernya terdapat
emas dan perak, lalu ia berkata; "Wahai Rasulullah, tolonglah aku, " maka aku katakan, "Aku
tidak mempunyai hak apapun di hadapan Allah atas dirimu, dan sungguh aku telah
menyampaikan hal ini padamu."

Kandungan: 1Hadis ini tidak berbeda jauh dari hadis pertama (Shahih Muslim No. 3412) dan
hadis kedua (Shahih Bukhari No. 2844). Isi kandungan hadis ini juga sama dengan hadis
sebelumnya, yakni hadis ini menceritakan mengenai ancaman bagi orang yang telah
melakukan ghulul (korupsi), pada hari kiamat kelak orang akan memikul terhadap barang
yang diambil secara tidak sah (ghulul). Hadis ini juga sebagai penguat keshahihan hadis
pertama dan kedua mengenai haramnya ghulul.

1
Balai Diklat Kepemimpinan Kabupaten Magelang, 2014, Korupsi Menurut Hukum Islam.

B. KONTEKS HADIS

1. ASBABUL WURUD MIKRO

Hadis tentang haramnya ghulul memiliki asbabul wurud mikro berupa sebab yang berupa
ayat Al-qur’an. Artinya ayat Al-qur’an menjadi penyebab Nabi SAW. mengeluarkan
sabdanya. Berdasarakan firman Allah dalam Al-qur’an surah Ali-Imran ayat 161 bahwa
hanya menjelaskan sanksi akhirat dan tidak menerangkan sanksi dunia, ayat ini juga memberi
pengertian bahwa ghulul hanya terbatas harta rampasan perang. Sehingga turunlah hadis
mengenai haramnya ghulul, yang mana ghulul tidak hanya sebatas mengambil harta
rampasan perang, melainkan memiliki makna yang lebih luas yakni berupa apapun barang
tidak sah yang dirampas selama di dunia.

sumber: https://www.liputan6.com/quran/ali-imran/161

Artinya: Dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang).
Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari Kiamat dia akan datang membawa apa yang
dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai
dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi.

2.ASBABUL WURUD MAKRO

Dalam penelitian Syaiful Anwar, para ulama menghubungkan ayat 161 QS. Ali-Imran.
dengan kejadian Perang Uhud pada tahun ke-3 H. Pada perang Uhud itu, Nabi menempatkan
pasukan pemanah di atas bukit. Tugas mereka adalah melindungi pasukan Nabi yang berada
di bawah bukit dari serangan musuh dari arah belakang. Pasukan Nabi berhasil
memenangkan peperangan dengan musuh dan mendapatkan harta rampasan yang banyak. Di
saat kemenangan itu terjadi, pasukan pemanah tergoda untuk tidak bertahan di atas bukit.
Penyebabnya adalah prasangka mereka terhadap Nabi yang tidak akan membagikan harta
rampasan secara adil. Di saat pasukan pemanah turun ke bawah bukit, pasukan musuh
menyerang dari arah belakang dan berhasil mengalahkan pasukan Nabi. Pada saat itulah,
Nabi mengatakan kepada pasukan pemanah, Sebenarnya kalian pasti mengira bahwa kami
melakukan ghulul. Dugaan buruk itu lalu dibantah dengan ayat 161 Qs. Âli-Imrân yang
diturunkan kepada Nabi setelah peristiwa Perang Uhud. Dari peristiwa ini dapat dipahami
bahwa yang dimaksud dengan ghulul adalah pembagian harta rampasan dengan tidak adil
atau tidak semestinya. Dikarenakan pada saat itu masyarakat arab hanya mengetahui ghulul
sebatas pada merampas harta peperangan, lalu muncullah hadis tersebut.

C. KANDUNGAN HADIS DALAM BINGKAI AJARAN ISLAM

Adapun ayat Alqur’an maupun hadis lain yang terkait adalah sebagai berikut:

1. QS. Ali Imran ayat 161


sumber: https://www.liputan6.com/quran/ali-imran/161

Artinya: Dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang).
Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari Kiamat dia akan datang membawa apa yang
dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai
dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi.

Adapun maksud dari ayat tersebut menjelaskan bahwa ghulul merupakan bentuk pemerasan
yang nantinya akan mendapat ganjaran di akhirat kelak. Namun ayat yang menerangkan
tentang ghulul pada ayat 161 surat Ali Imran di atas hanya menjelaskan sanksi akhirat dan
tidak menerangkan sanksi dunia, ayat ini juga memberi pengertian bahwa ghulul hanya
terbatas harta rampasan perang. Kemudian Rasulullah dalam hadisnya memperjelas makna
ghulul dalam beberapa bentuk di antaranya:

a. Hadiah

sumber: https://shareoneayat.com/hadits-ahmad-22495

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Isa telah menceritakan kepada
kami Isma'il bin Ayyasy dari Yahya bin Sa'id dari Urwah bin Az Zubair dari Abu
Humaid As Sa'idi bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "hadiah
bagi para kuli adalah ghulul (hasil ghanimah yang diambil secara sembunyi-senmbunyi
sebelum pembagiannya).

b. Komisi

Tindakan seseorang yang mengambil sesuatu di luar gaji yang telah ditetapkan, sebagaimana
hadis dari Buraidah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud:
sumber: https://hadits.in/abudaud/2554

Artinya: Barangsiapa yang kami beri tugas akan suatu jabatan dan kami memberinya rezki
(gaji rutin), maka apa-apa yang diambilnya selain itu (gaji) berarti kecurangan.

Adapun maksud dari QS. Ali-Imran ayat 161 dan Shahih Bukhari No. 6145 dijelaskan bahwa
ghulul merupakan suatu tindakan yang dilarang oleh agama Islam yang dapat menimbulkan
pembalasan di akhirat kelak bagi pelakunya. Ghulul ini sendiri dapat merusak Maqashid
Syariah (Agama, Jiwa, Akal, Harta, Keturunan) seseorang, penjelasan sebagai berikut:

a. Agama

Dengan melakukan ghulul tentu akan merusak pondasi tiang agama seseorang, sebab ghulul
merupakan tindakan yang dilarang bahkan ditegaskan dalam Qur’an dan Hadis.

b. Jiwa

Tindakan ghulul dapat merusak jiwa seseorang. Jiwa seseorang yang melakukan ghulul dapat
dikatakan tidak bersih lagi sepenuhnya, sebab Ia telah melakukan tindakan yang dilarang oleh
agama.

c. Akal

Tindakan ghulul dapat merusak akal/pikiran seseorang pula. Sebab pelaku ghulul sudah
mengetahui bahwa ghulul adalah tindakan yang dilarang dalam agama, akan tetapi mereka
tetap melakukan ghulul.

d. Harta

Ghulul dapat merusak harta seseorang. Sebab ghulul adalah tambahan harta yang tidak halal
dan dapat merusak kehalalan harta seseorang.

e. Keturunan
Tindakan ghulul dapat merusak keturunan pula. Sebab dengan melakukan ghulul berarti telah
memberi harta tidak halal kepada keturunan. Serta ini dapat berakibat buruk dalam kehidupan
keturunan selanjutnya.

D. KONTEKSTUALISASI

Berdasarkan paparan sebelumnya, sudah dijelaskan bahwa ghulul tidak hanya memiliki arti
merampas harta peperangan. Akan tetapi memiliki makna yang lebih luas lagi, seperti
pengambilan/pemberian hadiah yang bukan semestinya, pengambilan komisi yang tidak
halal, dan sebagainya. Beberapa bentuk ghulul pada masa sekarang adalah sebagai berikut:

1. Pejabat yang dipercaya oleh masyrakatnya. Akan tetapi dalam perjalanan karirnya, sang
pejabat menggunakan kekayaan rakyat bukan untuk kemakmuran rakyatnya, melainkan
memperkaya dirinya sendiri.

2. Seorang anak yang diberi uang sebesar Rp10.000,00 untuk dipergunakan membeli 1
kilogram beras. Dalam proses pembeliannya, ternyata masih menyisakan Rp3.000,00. Anak
tersebut pun menggunakan sisa uang tersebut untuk membeli jajanan tanpa diketahui sang
Ibu. Tindakan tersebut merupakan salah satu bentuk bibit-bibit pelaku ghulul di masa
mendatang.

3. Saat istirahat setiap siswa dipastikan mendapatkan 2 jenis kudapan. Akan tetapi
dikarenakan menurut Ahmad 2 jenis kudapan tidak cukup bagi dirinya seorang, maka Ia pun
mengambil lebih kudapan tanpa diketahui siswa lainnya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan materi yang penulis paparkan dapat diambil kesimpulan bahwa tindakan ghulul
tidak hanya sebatas dalam arti merampas harta rampasan perang, namun memiliki makna
yang lebih luas lagi seperti pengambilan/pemberian hadiah yang bukan semestinya,
pengambilan komisi yang tidak halal, dan sebagainya. Serta tindakan ghulul dengan tegas
dapat menimbulkan pembalasan di akhirat kelak bagi pelakunya, yakni akan memikul apa
saja barang tidak sah yang Ia rampas selama di dunia. Tidak hanya pembalasan akhirat, akan
tetapi pula menimbulkan pembalasan di dunia berupa rusaknya maqashid syariah seseorang.
Dengan demikian penulis mengajak pembaca untuk seusaha mungkin menghindari segala
tindakan maupun perbuatan yang mendekati maupun berbau ghulul.

B. SARAN

Dalam melalukan penulisan makalah, penulis menghadapi beberapa tantangan yang membuat
kepenulisan ini terbatas. Salah satu tantangan yang paling menantang adalah penuls kesulitan
menemukan sumber yang menjelaskan secara terperinci mengenai isi kandungan hadis yang
dijelaskan oleh penulis. Penulis berharap besar terhadap kepenulisan selanjutnya, yakni dapat
menjelaskan secara terperinci mengenai isi kandungan hadis tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Universitas Pakuan. 21 Mei 2020. Pandangan Islam Soal Korupsi, dan Hukumannya di
Akhirat Kelak. Diakses pada 13 Sep 2021, dari https://www.unpak.ac.id/khazanah-
ramadhan/pandangan-islam-soal-korupsi-dan-hukumannya-di-akhirat-kelak

Balai Diklat Kepemimpinan Magelang. 31 Oktober 2014. Korupsi Menurut Hukum Islam.
Diakses pada 13 Sep 2021, dari https://bppk.kemenkeu.go.id/content/berita/balai-diklat-
kepemimpinan-magelang-korupsi-menurut-hukum-islam-2019-11-05-9bb24de7/

Perpustakaan IAIN Kediri. 2018. Fiqh Jinayah. Diakses pada 13 Sep 2021, dari
http://opac.iainkediri.ac.id/opac/index.php?p=show_detail&id=22942

Faqih, Fikri. 30 November 2020. Indonesia Peringkat 3 Negara Terkorup di Asia, Perlu
Perampasan Kekayaan Koruptor. Diakses pada 13 Sep 2021, dari
https://www.merdeka.com/peristiwa/indonesia-peringkat-3-negara-terkorup-di-asia-perlu-
perampasan-kekayaan-koruptor.html

Amelia. Juni 2010. Korupsi dalam Tinjauan Hukum Islam. JURIS, Vol. 9:1, Hal 73-76.
Diakses pada 13 Sep 2021, dari https://media.neliti.com/media/publications/270242-
korupsi-dalam-tinjauan-hukum-islam-f52ad996.pdf

Hana, Yusrol, dan Zakaria. 2016. Media Kajian Keagamaan dan Ilmu Sosial. SINTESA, Vol.
15:2, Hal 84. Diakses pada 13 Sep 2021, dari
https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/2007/1/Asbabul%20Wurud%20Hadits
%20(Suatu%20Kajian%20Tentang%20Faktor%20dan%20Urgensi%20Asbabul
%20Wurud%20Hadis).pdf

Anda mungkin juga menyukai