Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suap-menyuap adalah suatu hal yang sering ditemui dalam kehidupan
masyarakat saat ini. Karena banyak orang belum mengerti tentang hukum dan
keharaman suap tersebut dalam Islam. Banyak orang menganggap sepele dan
menganggap suap menyuap adalah suatu hal yang wajar. Mulai dari hal yang
paling kecil hingga yang paling besar banyak yang mengandung unsur suap
menyuap. Berbagai kepentingan politik pun tak lepas dari unsur suap menyuap.
Maka sangatlah penting untuk kita kaji landasan hukum tentang keharaman suap
menyuap itu sendiri. Disini kami akan mencoba mengkaji matan hadits tentang
masalah suap menyuap supaya kita lebih waspada tentang bahaya dan keharaman
suap menyuap yang sudah membudaya dalam masyarakat kita saat ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Matan Hadits Tentang Larangan Hakim Menerima Suap ?
2. Bagaimana Makna Ijmali dan Tafshili dari hadits tentang al-Risywah
(Suap Menyuap) ?
3. Bagaimana Fiqh Hadits al-Risywah (Suap Menyuap) ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Matan Hadits Tentang al-Risywah (Suap Menyuap)
2. Memahami Makna Ijmali dan Tafshili Hadits
3. Mengerti Fiqh Hadits

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teks Hadits Tentang Larangan Hakim Menerima Suap

‫لحددثللناَ قهتلييِبلةه لحددثللناَ ألهبو لعلواَنلةل لعين هعلملر يببن ألببيِ لسلللمةل لعين ألببيِبه لعين ألببيِ ههلرييلرةل لقاَلل‬
‫ (لرلواَهه‬.‫اك لعللييِ به لولسكلدلم اَلدراَبشكليِ لواَيلهميرتلبش ليِ فب يِ اَيلهحيككبم‬
‫ص دلىَّ د ه‬ ‫لللعلن لرهسوهل د‬
1
‫اب ل‬
‫لن‬.َ‫صدحلحهه اَيبهن بحدبا‬ ِ‫ُّ لولحدسنلهه اَلتتيربمبذ ي‬,‫اَيللخيملسةه‬
‫ُّ لو ل‬,‫ي‬
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Abu
'Awanah dari Umar bin Abu Salamah dari ayahnya dari Abu Hurairah ia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknati penyuap dan yang disuap
dalam masalah hukum.” (HR. Ahmad dan Al’arba’ah serta dihasankan oleh At-
Tirmidzi dan dishohihkan oleh Ibnu Hibban)

B. Makna Mufrodat
‫لللعلن‬ : Melaknati
ِ‫اَلدراَبشلي‬ : Penyuap
ِ‫اَيلهميرتلبشلي‬ : Yang Disuap

C. Sanad dan Biografi Perawi


 Nama Lengkap : Abdur Rahman bin Shakhr
 Kalangan : Shahabat
 Kuniyah : Abu Hurairah
 Negeri semasa hidup : Madinah
 Wafat : 57 H

 Nama Lengkap : Abdullah bin 'Abdur Rahman bin 'Auf

1 Mausu’ah al-Hadits al-Syariif al-Kutub al-Sittahُّ, (Riyadh: Dar al-Salam li-Nashri wa Tauzi’ُّ, cet. 4ُّ,
2008) Jami’ al-Tirmidziُّ, No Hadits: 1336ُّ, hlm. 1785-1786.

2
 Kalangan : Tabi'in kalangan pertengahan
 Kuniyah : Abu Salamah
 Negeri semasa hidup : Madinah
 Wafat : 94 H
 Komentar Ulama: menurut Abu Zur’ah: tsiqah imamُّ, menurut Ibnu
Hibban: tsiqah

 Nama Lengkap : Umar bin Abi Salamah bin 'Abdur Rahman bin
'Auf
 Kalangan : Tabi'in (tidak jumpa Shahabat)
 Kuniyah :
 Negeri semasa hidup : Madinah
 Wafat : 132 H
 Komentar Ulama: menurut Yahya bin ma’inُّ, Al-Ajliُّ, Ibnu Adi: la
ba’sa bihi; menurut Ibnu Hibban dan Ibnu Syahin: disebutkan dalam ats-tsiqat

 Nama Lengkap : "Wadldloh bin 'Abdullah, maula Yazid bin


'Atha'"
 Kalangan : Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan
 Kuniyah : Abu 'Awanah
 Negeri semasa hidup : Bashrah
 Wafat : 176 H
 Komentar Ulama: Menurut Abu Zur’ah dan Al-Ajli: Tsiqah; menurut
Abu Hatim dan Ibnu Sa’d: tsiqah shaduqُّ, Affan bin Muslim dan Ya’kub bin
Syaibah: tsabat

 Nama Lengkap : Qutaibah bin Sa'id bin Jamil bin Tharif bin
'Abdullah
 Kalangan : Tabi'ul Atba' kalangan tua
 Kuniyah : Abu Raja'

3
 Negeri semasa hidup :
 Wafat : 240 H
 Komentar Ulama: menurut Abu Hatimُّ, An-Nasa’iُّ, Yahya bin Ma’in
dan Ibnu Hajar al-Asqalani: tsiqah

D. Makna Ijmali
Dalam hadits di atas telah dijelaskan bahwa suap menyuap hukumnya
haram. Karena risywah (penyuapan) adalah hal yang sangat merugikan pihak lain.
Dalam hadits di atas Rasulullah melaknat orang yang memberikan suap dan orang
yang menerima suap tersebut. Suap adalah cara untuk mempermudah
terlaksananya kepentingan pihak tertentu dengan cara memberi uang sogokan pada
seseorang yang memiliki wewenang mengadili.
Penyuapan (risywah) hukumnya haram menurut ijma’. Seperti halnya
haramnya menyuap qadhi/ hakimُّ, bagi para pekerja yang menangani sadaqah dan
sebagainya.2 Allah swt berfirman:

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta
itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui. (QS. Al-
Baqarah: 188)

E. Makna Tafshili

(ِ‫اه لعللييِبه لولسلدلم اَلدراَبشليِ لواَيلهميرتلبشلي‬


‫صدلىَّ د‬ ‫)لللعلن لرهسوهل د‬
‫اب ل‬
{Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknati penyuap dan yang disuap}
dalam penggalan hadits tersebut dijelaskan tentang larangan seseorang untuk
memberi suap dengan tujuan yang bathil dan juga larangan bagi seseorang yang
menerima suap tersebut.3 Al-Risywah ialah pemberian apa saja (berupa uang atau
lainnya) terhadap penguasaُّ, hakimُّ, dan lain sebagainya. Dan Islam sangat
2 Ibidُّ, hlm. 170

4
mengharamkan hal tersebutُّ, sehingga sebuah ketentuan berubahُّ, menyakiti
banyak orangُّ, dan wajarlah apabila Rasulullah melaknat terhadap para pelakunya.
Dalam penggalan hadits tersebut sudah jelas bahwa Nabi melaknat orang
yang memberikan suap dan juga orang yang menerima suap. Namun apabila lebih
dicermati hadits tersebut bukan hanya mengharamkan seseorang yang
melaksanakan suap menyuapُّ, akan tetapi juga diharamkan melakukan hal yang
bisa membuat suap menyuap itu sendiri berjalan. Misalnya apabila hakim yang
mau menerima suap enggan bertemu dengan pihak penyuap maka pastilah hakim
tersebut membutuhkan perantara untuk menerima suap tersebutُّ, perantara inilah
yang dinamakan mediator suap. Maka dalam hadits tersebut juga mengandung tiga
pekerjaan sekaligus yang diharamkanُّ, yakni penerimaan suapُّ, pemberian suapُّ,
dan mediator suap menyuap.

(‫)بفيِ اَيلهحيكبم‬
{dalam masalah hukum} Para ulama’ memberikan perhatian yang besar terhadap
permasalahan iniُّ, di antaranya ialah Ibnu Qudamah dalam kitabnya al-Mughny.
Beliau berkata adapun suap menyuap dalam masalah hukum dan pekerjaan (apa
saja) maka hukumnya haram. Imam asy-Syaukani dalam kitab nailul authar
berkata bahwa “Ibnu Ruslan berkata dalam syarhus sunan, termasuk hakim dan
para pekerja yang mengambil sedekah tersebut telah diterangkan keharamannya
sesuai ijma’.”4

F. Kadungan Hadits
Pelaksanaan suap seakan sudah menjadi budaya dikalangan masyarakatُّ,
mulai dari urusan pekerjaanُّ, pemenangan suatu hukum dan kepentingan-
kepentingan politik lainnya. Untuk urusan apapun rasanya aneh apabila tidak ada
unsur suap-menyuap. Adapun suap-menyuap dalam Islam disebut al-Risywahُّ,
Ibnu Atsir dalam kitab Nihayah fi Gharibil Hadits wa Atsar mendefinisikan al-

3 Ibidُّ, hlm. 170

4 Al-Syaukaniُّ, Nail al-Autharُّ, (maktabah syamilah)

5
Risywah sebagai suatu usaha untuk memenuhi kepentingan dengan suatu bujukan.5
Risywah (suap) secara terminologis berarti suatu harta yang diperoleh sebab
terselesaikannya suatu harta yang diperoleh atau sebab terselesaikannya suatu
kepentingan manusia (baik untuk memperoleh keuntungan maupun menghindari
kemadharatan) yang semestinya harus diselesaikan tanpa adanya suatu imbalan.
Hasil yang diperoleh hakim dalam perbuatannya itu terbagi menjadi empat
macam: risywah (suap)ُّ, hadiahُّ, ujroh (upah)ُّ, rizki. Suap kepada hakim dengan
tujuan supaya hakim tersebut dalam mengadili menggunakan cara yang tidak
benar hukumnya haram bagi hakim dalam menerima dan haram juga bagi orang
yang memberi suap tersebut. Tetapi apabila suap tersebut digunakan untuk
mendapatkan hak dalam artian apabila ada hakim yang menghalangi seseorang
untuk mendapatkan haknya. yakni dengan cara menarik upah kepada seseorang
yang ingin mendapatkan haknyaُّ, maka hal ini hukumnya haram bagi pelaku yang
menerima suap dan tidak haram bagi orang yang memberikan upah karena orang
tersebut memiliki wewenang mendapatkan haknya.
Sedangkan hadiah jika uang atau harta itu diberikan sebelum hakim
menduduki jabatannya sebagai seorang hakim. Maka halal bagi si pemberi itu
meneruskan kebiasaannya dengan memberikan hadiah tersebut. Akan tetapi jika
hadiah itu diberikan setelah hakim menduduki jabatannya sebagai hakim dan si
pemberi hadiah tidak mmeiliki persengketaan atau permasalahan yang ditangani
oleh hakimُّ, maka hadiah tersebut boleh diambil kana tetapi hukumnya makruh.
Hukumnya haram bagi hakim menerima suap jika si pemberi hadiah sedang
bersengketa yang ditangani oleh hakim tersebut dan yang memeberi hadiah pun
hukumnya haram.
Dinamakan upah apabila seseorang hakim sudah mendapattkan gaji secara
rutin dari baitul malُّ, maka haram baginya untuk menerima upah dalam
memutuskan perkara. Dan rizki adalah suatu yang wajar diterima sang hakim.6

5 Ibnu Atsirُّ, Nihayah fi Gharibil Hadits wa Atsarُّ, (maktabah syamilah)

6 Muhammad bin Isma’il al-Shon’aniُّ, Subul al-salam syarh bulugh al-maram min jam’i adilah al-
ahkamُّ, (Kairo: Dar al-Haditsُّ, 2007) juz: 4ُّ, hlm: 170

6
G. Hadits Penguat
Dalam hal ini juga ada hadits serupa dari Abdullah bin Amruُّ, A`isyahُّ, Ibnu
Hadidah dan Ummu Salamah. Abu Isa berkata; Hadits Abu Hurairah adalah hadits
hasan shahihُّ, hadits ini telah diriwayatkan dari Abu Salamah bin Abdurrahman
dari Abdullah bin Amru dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Dan diriwayatkan
juga dari Abu Salamah dari ayahnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam namun
tidak shahih. Ia mengatakan; Serta aku mendengar Abdullah bin Abdurrahman
berkata; Hadits Abu Salamah dari Abdullah bin Amru dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam adalah hadits yang lebih hasan dan lebih shahih di dalam bab ini.
Hadits dari Abdullah bin Amru diriwayatkan oleh empat perawi hadits (al-
Arba’ah) kecuali al-Nasa’i.7 Antara lain sebagai berikut:

‫ي لحددثللناَ اَيبهن ألببككيِ بذيئكك ب‬


‫ب لعككين‬ ِ‫لحددثللناَ ألهبو همولسىَّ هملحدمهد يبهن اَيلهمثلدنىَّ لحددثللناَ ألهبو لعاَبمبر اَيللعقلبد ي‬
‫ث يببن لعيببد اَلدريحلمبن لعين ألببيِ لسلللمةل لعين لعيببد د‬
‫اب يببن لعيمبرو لقاَلل لللعلن لرهسوهل‬ ‫لخاَلببه اَيللحاَبر ب‬
‫اهكك لعللييِككبه لولسككلدلم اَلدراَبشككليِ لواَيلهميرتلبشككليِ قلككاَلل ألبهككو بعيِلسككىَّ هلككلذاَ لحككبدي ن‬
‫ث لحلسككنن‬ ‫صدلىَّ د‬ ‫د‬
‫اب ل‬
8
‫صبحيِنح‬
‫ل‬
“Telah menceritakan kepada kami Abu Musa Muhammad bin Al Mutsanna, telah
menceritakan kepada kami Abu Amir Al 'Aqadi, telah menceritakan kepada kami
Ibnu Abu Dzi`b dari bibinya Al Harits bin Abdurrahman dari Abu Salamah dari
Abdullah bin Umar ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
melaknati penyuap dan yang disuap. Abu Isa berkata; Hadits ini hasan shahih.”

7 Muhammad bin Isma’il al-Shon’aniُّ, Subul al-salam syarh bulugh al-maram min jam’i adilah al-
ahkamُّ, (Kairo: Dar al-Haditsُّ, 2007) juz: 4ُّ, hlm: 170

8 Mausu’ah al-Hadits al-Syariif al-Kutub al-Sittahُّ, (Riyadh: Dar al-Salam li-Nashri wa Tauzi’ُّ, cet. 4ُّ,
2008) Jami’ al-Tirmidziُّ, hlm. 1786.

7
ِ‫ث يبكبن لعيبكبد اَلدريحلمكبن لعكين ألببكي‬ ‫ب لعين اَيللحكاَبر ب‬
‫س لحددثللناَ اَيبهن ألببيِ بذيئ ب‬
‫لحددثللناَ أليحلمهد يبهن هيونه ل‬
ِ‫اهكك لعللييِككبه لولسككلدلم اَلدراَبشككي‬
‫صككدلىَّ د‬
‫ابكك ل‬‫اب يببن لعيمبرو قلككاَلل لللعككلن لرهسككوهل د‬ ‫لسلللمةل لعين لعيببد د‬
9
ِ‫لواَيلهميرتلبشي‬
“Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada
kami Ibnu Abu Dzi`b dari Al Harits bin Abdurrahman dari Abu Salamah dari
Abdullah bin 'Amru ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
melaknat orang yang memberi uang sogokan dan orang yang menerimanya."
Yang membedakan hadits dari Abdullah bin Amru tersebut adalah tidak
adanya lafadz fil hukmi seperti yang ada pada hadits dari Abu hurairah. seperti
halnya hadits riwayat Abu Daud yang redaksinya tidak disebutkan lafadz fil hukmi.
Karena memang pengambilan hadits Abdullah bin Amru tersebut berasal dari
riwayat Tirmidzi.10

9 Ibid, Abu Daudُّ, No Hadits. 3580ُّ, hlm. 1488

10 Muhammad bin Isma’il al-Shon’aniُّ, Subul al-salam syarh bulugh al-maram min jam’i adilah al-
ahkamُّ, (Kairo: Dar al-Haditsُّ, 2007) juz: 4ُّ, hlm: 170

8
BAB II
PENUTUP
KESIMPULAN

1. Hadits Tentang Larangan Hakim Menerima Suap

‫لحددثللناَ قهتلييِبلةه لحددثللناَ ألهبو لعلواَنلةل لعين هعلملر يببن ألببيِ لسلللمةل لعين ألببيِبه لعين ألببيِ ههلرييلرةل لقاَلل‬
11 ‫ي ي‬
‫اه لعللييِبه لولسلدلم اَلدراَبشليِ لواَيلهميرتلبشليِ بفيِ اَلهحكبم‬
‫صدلىَّ د‬
‫اب ل‬ ‫لللعلن لرهسوهل د‬
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Abu
'Awanah dari Umar bin Abu Salamah dari ayahnya dari Abu Hurairah ia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaknati penyuap dan yang disuap
dalam masalah hukum.

2. Makna Ijmali dan Tafshili dari hadits tentang Larngan Hakim Menerima Suap
Makna Ijmali : suap menyuap hukumnya haram. Karena risywah
(penyuapan) adalah hal yang sangat merugikan pihak lain. Dalam hadits di atas
Rasulullah melaknat orang yang memberikan suap dan orang yang menerima suap
tersebut. Suap adalah cara untuk mempermudah terlaksananya kepentingan pihak
tertentu dengan cara memberi uang sogokan pada seseorang yang memiliki
wewenang mengadili.

Makna Tafshili : dalam penggalan hadits tersebut dijelaskan tentang larangan


seseorang untuk memberi suap dengan tujuan yang bathil dan juga larangan bagi
seseorang yang menerima suap tersebut.
3. Dalam fikih haram bagi hakim untuk menerima suap yang dengan tujuan
supaya hakim tersebut dalam mengadili menggunakan cara yang tidak benar.

11 Mausu’ah al-Hadits al-Syariif al-Kutub al-Sittahُّ, (Riyadh: Dar al-Salam li-Nashri wa Tauzi’ُّ, cet.
4ُّ, 2008) Jami’ al-Tirmidziُّ, No Hadits: 1336ُّ, hlm. 1785-1786.

9
DAFTAR PUSTAKA

--------, Mausu’ah al-Hadits al-Syariif al-Kutub al-Sittahُّ, (Riyadh: Dar al-Salam li-
Nashri wa Tauzi’ُّ, cet. 4ُّ, 2008)
al-Shon’aniُّ, Muhammad bin Isma’ilُّ, 2007ُّ, Subul al-salam syarh bulugh al-maram
min jam’i adilah al-ahkamُّ, Kairo: Dar al-Hadits
Al-Syaukaniُّ, Nail al-Autharُّ, Maktabah Syamilah
Ibnu Atsirُّ, Nihayah fi Gharibil Hadits wa Atsarُّ, Maktabah Syamilah

10

Anda mungkin juga menyukai