Anda di halaman 1dari 14

CARA TURUN SUJUD

TANGAN DAHULU ATAU LUTUT


1. Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

‫ض ْع يَ َديْ ِه َق ْب َل‬ ‫ل‬‫و‬ ‫ير‬‫ع‬ِ


َ َ َ ُ َ ُ َْ َ ُ َْ ْ َ َ َ َ ‫إ‬
‫ْي‬ ‫ْب‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ك‬
ُ ‫ر‬‫ب‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ك‬
َ ‫ك‬
ْ ‫ر‬‫ب‬ ‫ي‬ ‫ال‬
َ ‫ف‬
َ ‫م‬ ‫ك‬
ُ ‫د‬
ُ ‫َح‬
‫أ‬ ‫د‬‫ج‬ ‫س‬ ‫ا‬ ‫ذ‬
َ ِ
‫ُرْكبََت ْي ِه‬
"Jika salah seorang dari kamu (berkehendak) sujud, maka janganlah dia
menderum sebagaimana menderumnya onta, maka hendaklah dia meletakkan
kedua tangannya sebelum kedua lututnya".

Diriwayatkan oleh Ahmad II/381, Abu Dawud (‘Aunul Ma’bud III/70),


An-Nasa-I II/207, Ad-Darimi I/245, Al-Bukhari di dalam At-Tarikhul
Kabir I/1/139, )
2 .Hadits Abu Hurairah yang shahih di atas dikuatkan lagi oleh
hadits Ibnu ‘Umar:

َ َ‫َق ْب َل ُرْكبََت ْي ِه َو ق‬
‫ َكا َن‬: ‫ال‬ ‫ض ُع يَ َديْ ِه‬
َ َ َ َ ُ ُ ْ َ ٌ َ‫ال ن‬
‫ي‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫اب‬ ‫ان‬ ‫ك‬َ ‫ع‬ ِ
‫اف‬ َ َ‫ق‬
ِ
َ ‫ َي ْف َع ُل َذل‬r ‫النَّبِ ُّي‬
‫ك‬
"Nafi’ berkata: “Kebiasaan Ibnu ‘Umar meletakkan kedua tangannya sebelum
kedua lututnya".

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam Shahihnya secara ta’liq (tanpa


menyebutkan sanadnya-Red), dan disambungkan sanadnya oleh Ibnu
Khuzaimah I/318-319, Ath-Thahawi di dalam Syarh Ma’anil Atsar I/254,
Ad-Daruquthni I/344, Al-Hakim I/226, Al-Baihaqi II/100, Al-Hazimi di
dalam Al-I’tibar (hal:160), dari jalan Ad-Darawurdi, dari ‘Ubaidillah bin
‘Umar, dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar.
DALIL MELETAKKAN LUTUT LEBIH DAHULU SEWAKTU AKAN SUJUD DAN
BANTAHANNYA.

1. Dari Wail bin Hujr, dia berkata:

‫ض‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫ا‬‫ذ‬َ ِ


‫إ‬‫و‬ ِ
‫ه‬ ‫ي‬‫د‬ ‫ي‬ ‫ل‬‫ب‬‫ق‬َ ِ
‫ه‬ ‫ي‬‫ت‬ ‫ب‬‫ك‬ْ‫ر‬ ‫ع‬‫ض‬ ‫ي‬ ‫د‬ ‫ج‬ ‫س‬ ‫ا‬‫ذ‬َ ِ
‫إ‬ r ِ
‫اهلل‬ ‫ول‬َ ‫ت َر ُس‬ ُ ْ‫َرأَي‬
َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ ْ ََ ُ ُ َ َ َ َ َ
‫َرفَ َع يَ َديْ ِه َق ْب َل ُرْكبََت ْي ِه‬
“Aku melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, jika beliau bersujud
meletakkan kedua lutunya sebelum kedua tangannya, dan jika beliau bangkit,
beliau mengangkat kedua tangannya sebelum kedua lututnya”.
Hadits Dha’if. Diriwayatkan oleh Abu Dawud (‘Aunul Ma’bud III/68-74), An-Nasa-i II/206-207, Ibnu
Majah I/287, Ad-Darimi I/245, Ath-Thahawi di dalam Syarh Ma’anil Atsar I/255, Ad-Daruquthni I/345,
Al-Hakim di dalam Al-Mustadrak (I/226), Ibnu Hibban (487), Al-Baihaqi II/98, Al-Baghawi di dalam
Syarhus Sunnah III/133, Al-Hazimi di dalam Al-I’tibar (hal:160-161) dari jalan Syarik An-Nakh’i, dari
‘Ashim bin Kulaib, dari bapaknya, dari Wail bin Hujr.

• Tirmidzi berkata: “Ini hadits Hasan Gharib. Kami tidak mengetahui seorangpun meriwayatkan
seperti ini dari Syarik”.
‫‪Kaki dulu apa tangan dulu‬‬

‫صلَّى اهلل عليه وسلم أن‬


‫صلَّى اهلل عليه وسلم نهى رسول اهلل َ‬
‫س‪ .‬ما صحة قوله َ‬
‫يبرك أحدكم كما يبرك البعير؟‬
‫‪Pertanyaan, “Shahihkah hadits yang melarang orang yang shalat‬‬
‫‪untuk turun sujud sebagai mana onta turunnya onta untuk men‬‬
‫”?‪derum‬‬

‫ج‪ .‬هذا ليس على هذا اللفظ هو هذا الحديث مشهور معروف يعني مشهور‬
‫التداول ال مشهور المعنى االصطالحي «ال يبرك أحدكم كما يبرك البعير» هذا‬
‫هو القدر المحفوظ‪ ،‬ثم اختلفت الرواية في بقية الحديث «وليضع يديه قبل‬
‫ركبتيه» ورويت «وليضع ركبتيه قبل يديه» والعلماء اختلفوا أي هذه الروايات هو‬
‫الصحيح‪.‬‬
“Hadits yang ditanyakan adalah hadits yang terkenal dalam
pengertian tersebar di masyarakat, bukan masyhur dalam pengertian
ilmu hadits. Bagian awal hadits bunyinya adalah “janganlah salah
satu kalian turun untuk sujud sebagaimana bentuk turunnya onta
ketika hendak menderum”. Hanya inilah bagian hadits yang shahih
sedangkan lanjutan hadits ada beberapa versi, ada yang berbunyi,
“hendaknya dia letakkan tangannya sebelum lututnya’. Versi lain
mengatakan, “hendaknya dia letakkan dua lututnya sebelum dua
tangannya”. Para ulama hadits memperselisihkan manakah tamba
han yang shahih dari dua versi tambahan di atas.

‫والص واب أ ن ك ل هذه الروايات فيه ا اضطراب ال يص ح منها‬


‫ والثابت «ال يبرك أحدكم‬،‫شيء؛ بل الزيادات هذه كلها مضطربة‬
،»‫كما يبرك البعير‬
Pendapat yang benar kedua versi tambahan tersebut adalah
riwayat yang goncang, tidak ada satu pun yang sahih. Keduanya
goncang [baca: lemah]. Sehingga riwayat yang valid hanyalah
bagian awal hadits yang berbunyi, “janganlah salah satu kalian
turun untuk sujud sebagaimana bentuk turunnya onta ketika
hendak menderum”.

‫وإذا تقرر ذلك فإن النهي في هذا الحديث عن مشابهة البعير في‬
‫؛ ألنه نهى عن بروك كبروك البعير (ال يبرك أحدكم كما‬،‫هيئة البروك‬
‫أن النهي عن أن يبرك المصلي‬ َّ ‫يبرك البعير) فظاهر من الحديث‬
‫ وهذه الهيئة قد تكون‬،‫ وبروك البعير له هيئة‬،‫بروكا كبروك البعير‬
‫ وق د تكون بتقدي م الركبتي ن على‬،‫بتقدي م اليدي ن عل ى الركبتي ن‬
.‫اليدين‬
Jika penjelasan di atas telah dipahami dengan baik maka
larangan yang ada dalam hadits di atas adalah larangan untuk
menyerupai onta dalam masalah bentuk turunnya karena yang
Nabi larang adalah turun sebagaimana turunnya onta ketika
hendak menderum. Sehingga zhahir hadits menunjukkan bahwa
orang yang sedang mengerjakan shalat dilarang turun sujud
sebagaimana bentuk turunnya onta ketika mau menderum.
Turunnya onta untuk menderum itu memiliki bentuk yang khas,
bentuk khas ini bisa terjadi baik kita turun dengan mendahulukan
tangan dari pada lutut ataupun kita mendahulukan lutut dari
pada tangan.

.‫أن يكون األعلى المؤخرة وأن يكون الرأس منخفضا‬:‫والهيئة‬


Bentuk khas tersebut adalah kepala merunduk dan bagian atas
badan dimundurkan
‫هذه هي الهيئة المنهي عنها؛ يعني إذا سجد أحدكم فال‬
‫يبرك بروك البعير يعني ال يجعل رأسه منخفض يصل إلى‬
‫األرض هكذا مثل البعير إذا أراد أن يبرك ويبقى ظهره عالي؛‬
.‫ فيها إضرار بالمصلي‬،‫يعني هكذا هذه صفة بروك البعير‬
Inilah bentuk turun yang terlarang. Sehingga makna sabda Nabi,
“janganlah salah satu kalian turun untuk sujud sebagaimana
bentuk turunnya onta ketika hendak menderum” adalah ketika
hendak sujud hendaknya kepala tidak dibuat merunduk sampai ke
lantai semisal onta ketika hendak turun sedangkan punggun
masih dalam posisi di atas. Inilah bentuk turunnya onta untuk
menderum dan bentuk semacam ini berdampak negatif bagi
orang yang mengerjakan shalat.
‫والهيئة هذه قد تحصل بتقديم اليدين على الركبتين؛ يعني في‬
‫فإذن المقصود من السنة في‬.‫ وقد تحصل بالعكس‬،‫ابن آدم‬
‫ إن قدمت يديك‬،‫ذلك أن ال تشابه البعير في هيئة البروك‬
‫ وإن قدمت الركبتين‬،‫على رجليك ولم تشابه فاألمر واسع‬
‫ول م تشاب ه فاألم ر واس ع؛ لك ن ال تشاب ه البعي ر ف ي هيئة‬
.‫البروك‬
bentuk khas onta – untuk manusia- ketika hendak turun sujud ini bisa terjadi
baik ketika kita mendahulukan tangan dari pada lutut atau pun sebaliknya.
Jadinya yang dimaksudkan oleh hadits adalah larangan menyerupai onta dalam
bentuk turun. Jika kita turun sujud dengan mendahulukan tangan dari pada lutut
namun tidak serupa dengan bentuk turunnya onta maka itu pun boleh dilakukan.
Jika kita mendahulukan lutut dan tidak serupa dengan bentuk turunnya onta, ini
pun diperbolehkan. Yang pokok, jangan menye rupai onta dalam bentuk turun.
:‫لهذا ذكر الترمذي في جامعه حينما ساق الحديث قال‬
‫ وقال‬،‫وقال بع ض أه ل العل م يقدم يدي ه عل ى ركبتيه‬
‫ واألمر في ذلك واسع‬،‫آخرون يقدم ركبتيه على يديه‬
.‫ كأنه [أشار] إلى ما ذكرنا‬.‫عندنا‬
Oleh karena itu, Tirmidzi dalam sunannya setelah membawakan hadits
berisi larangan turun untuk sujud sebagaimana turunnya onta
mengatakan, “Sebagian ulama mengatakan hendaknya tangan lebih
didahulukan dari pada lutut. Sedangkan ulama yang lain mengatakan
agar lutut lebih didahulukan dari pada tangan. Menurut kami, semuanya
boleh”. Mungkin beliau mengisyaratkan penjelasan yang telah kami
sampaikan.
‫هناك بحث لغوي بحثه بعضهم هل ركبتا البعير في رجليه أم‬
‫في يديه؟ وهذا في الحقيقة بحث مفيد لغوي؛ لكن هو خارج‬
‫الرَكب إذا‬
ُّ ،‫عن محل الفقه عند التدقيق؛ ألن المقصود الهيئة‬
‫كانت في يدي البعير أو كانت في رجليه هيئة البعير واحدة‬
.‫وهو أن الرأس منخفض واألعلى مرتفع‬
Ada sebagian orang yang melakukan pengkajian dari tinjauan bahasa Arab
apakah lutut onta itu terletak pada kaki belakang ataukah pada kaki depannya.
Sebenarnya bahasan ini adalah bahasan yang bagus dari sisi bahasa Arab akan
tetapi sayang bahasan tersebut jika dicermati lebih mendalam keluar dari
kandungan hukum yang ada dalam hadits di atas karena yang dimaksudkan oleh
hadits adalah larangan menyerupai bentuk turunnya onta. Baik lutut onta terletak
di kaki depan ataukah di kaki belakangnya bentuk turun tetap sama yaitu posisi
kepala merunduk sedangkan posisi punggung masing tinggi” [Syaikh Shalih bin
Abdul Aziz alu Syaikh dalam ceramahnya yang berjudul ‘Thalibul Ilmi wal Bahts’
tepatnya pada sesi tanya jawab pada jawaban untuk pertanyaan kedua].

Anda mungkin juga menyukai