Anda di halaman 1dari 46

Tuntunan Sholat Lima Waktu

Oleh: Dani Yanuar Eka Putra, S.E, A.k, M.A


Pokok Bahasan
A. Pengertian dan Dasar Sholat Lima Waktu
• Pengertian Sholat
• Dasar Hukum Shalat Fardhu
B. Persiapan untuk Sholat
• Mengetahui Waktu Sholat
• Menutup Aurat
• Suci Badan, Pakaian, dan Tempat Shalat dari Najis
• Suci Hadas Kecil dan Hadas Besar
C. Tata Cara Shalat
Pengertian dan Dasar Hukum
• Sholat secara etimologis bermakna doa. Sedangkan
secara terminologis adalah ucapan dan perbuatan
tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan
diakhiri dengan salam disertai syarat-syarat tertentu.
• Dasar Hukum:
‫ول لَ َعلَّ ُك ْم ُتْرمَحُو َن‬
َ ‫الر ُس‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫يع‬ ِ
‫َأط‬
‫و‬ ‫ة‬ ‫ا‬ ‫ك‬َّ
‫الز‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ت‬ ‫آ‬‫و‬ ‫ة‬ ‫الص‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫يم‬ِ
َّ ُ َ َ َ ُ َ َ ‫َّاَل‬ ُ ‫وَأق‬ َ
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan
taatlah kepada Rasul, supaya kalian mendapat rahmat.”
(QS. An-Nur (24): 56
Persiapan Shalat
1. Mengetahui Masuknya Waktu Sholat
‫ني كِتَابًا َّم ْوقُوتًا‬ِ‫ِإ َّن الصَّاَل َة َكانَت علَى الْمْؤ ِمن‬ 
َ ُ َ ْ
Artinya: “Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban bagi orang
beriman yang telah ditentukan waktu-waktunya.” (QS. An-Nisa
(4): 103).
• Shalat yang terlewat karena lupa atau tertidur, maka sholat
pada saat ingat.
Persiapan Shalat
2. Menutup Aurat
Persiapan Shalat
3. Suci Badan, Pakaian, dan Tempat Shalat dari
Najis
Suci dari Najis Hissiah (Nampak)
Persiapan Shalat
4. Suci dari Hadast Kecil dan Hadast Besar
Hadast secara bahasa adalah kejadian atau
keadaan yang timbul baru. Secara istilah,
ketentuan syar’I mengenai suatu keadaan yang
menghalangi keabsahan seseorang melakukan
ibadah-ibadah tertentu.
Hadast Kecil
Disucikan dengan Wudhu

Besar
Disucikan dengan Mandi Besar
Tata Cara Shalat
1. Berdiri Tegak Menghadap Kiblat

a. Menghadap Kiblat
‫ك َشطَْر الْ َم ْس ِج ِد‬ ِ ‫السم ِاء ۖ َفلَنولِّين‬
َ ‫اها ۚ َف َو ِّل َو ْج َه‬
َ‫ض‬ َ ‫َّك قْبلَةً َتْر‬ َ َ َُ َ َّ
‫ك يِف‬َ ‫ب َو ْج ِه‬
َ ُّ‫قَ ْد َنَر ٰى َت َقل‬
َ ‫ث َما ُكنتُ ْم َف َولُّوا ُو ُج‬
ُ‫وه ُك ْم َشطَْره‬ ُ ‫ۗ احْلََرِام ۚ َو َحْي‬
Artinya: “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu
menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan
memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di
mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke
arahnya.” (QS. Al-Baqarah (2): 144) 

b. Berdiri apabila tidak ada halangan untuk berdiri


ِِ ِ ِ ُ‫ات والصَّاَل ِة الْوسطَى وق‬
ِ ‫الصلَو‬ ِ‫حاف‬
َ ‫وموا للَّه قَانت‬
‫ني‬ ُ َ ٰ ْ ُ َ َ َّ ‫ى‬َ‫ل‬ ‫ع‬
َ ‫ا‬
‫و‬ ‫ظ‬
ُ َ
Artinya: “Peliharalah segala shalat (mu), dan (periharalah)
shalat wustha. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu)
dengan khusyuk.” (QS. Al-Baqarah (2): 238) 
Berniat Ikhlas Karena Allah

c. Niat

Asy-Syirazi seorang ulama Syafi’I mengatakan bahwa “niat itu di dalam hati,
seseorang yang sudah berniat di dalam hati tanpa diucapkan itu sudah cukup.
Tidak benar jika niat itu harus dilafalkan.”

Perihal waktu Niat para Ulama berbeda pendapat. Fukaha Syafi’I menyatakan
bahwa niat itu bersamaan dengan dengan takbiratul ihram, sedangkan
jumhur (Hanafiah, Malikiah, dan Hanabilah) menyatakan bahwa niat itu
berada sebelum bertakbiratul Ihram.
2. Mengarahkan Pandangan ke Tempat
Sujud saat Berdiri
3. Melakukan Takbiratul Ihram
• Mengangkat kedua tangan
sejajar dengan bahu dan ibu
jari sejajar daun telinga
bagian bawah (HR. Abu
Dawud dari Wa’il bin Hujr)
• Jari-jari sedikit direnggangkan
dalam arti tidak juga
mengepal (HR. Tirmizi)
• Telapak tangan menghadap
kiblat
Takbir dapat dilakukan secara bersamaan dengan gerakan tanpa
menafikan hadist-hadits yang menyatakan bahwa bergerak terlebih
dahulu baru kemudian bertakbir

TAKBIR DAN GERAKAN


4. Bersedekap dengan Meletakkan
Tangan di atas Dada
• Telapak tangan menggenggam
pergelangan atau hasta kiri
(HR. Bukhori dan Ahmad, an-
Nasa’i)
• Diletakkan di atas dada (HR.
Ibn Khuzaimah)
5. Membaca Doa Iftitah Secara Lirih
6. Membaca Ta’awudz (Isti’azah) Secara
Lirih (Sir)
‫الرِجي ِم‬ ِ َ‫فَِإ َذا َقرْأت الْ ُقرآ َن فَاستَعِ ْذ بِاللَّ ِه ِمن الشَّيط‬ 
َّ ‫ان‬ ْ َ ْ ْ َ َ
Artinya: “Dan apabila engkau hendak membaca Al-Qur’an, maka
mintalah perlindungan kepada Allah dari Syaitan yang terkutuk.”
(QS. An-Nahl (16): 98). Variasi Isti’azah:
1. Isti’azah dibaca dalam setiap rakaat jika berdasarkan
keumuman perintah surat An-Nahl tersebut. Jika di luar
saja diperintahkan, apalagi di dalam shalat.
2. Isti’azah lebih utama dibaca dalam setiap akan membaca
surat Al-Fatihah pada setiap rakaat

ISTI’AZAH
7. Membaca Basmallah secara Jahr atau Sir
pada Shalat Jahr, dan Sir pada Shalat Sir
Membaca Basmallah (HR. Nasa’I, Ibn
Khuzaimah, Ibnu Hibban, al-Baihaqi, ad-
Daruqutni, at-Tahawi, dan yang lainnya)
Membaca Basmallah Jahr (HR. Nasa’I, Ibn
Khuzaimah, Ibn Hibban, al-Baihaqi, ad-
Daruqutni, dan yang lainnya)
Membaca Sir (HR. Muslim, dengan lafal
Ahmad, al-Baihaqi, Abu Dawud, at-
Tabari, dan yang lainnya
‫بسم اهلل الرمحن الرحيم‬

As-San’ani menyatakan, “Yang lebih dekat pada kebenaran


adalah pendapat bahwa Nabi Saw terkadang
menjaharkannya dan terkadang melirihkannya.”

BACAAN BASMALLAH
8. Melafalkan Surat Al-Fatihah dan Amin

• Dilafalkan dalam setiap rakaat


• Melafalkannya dengan putus-putus dalam setiap ayat dengan
memperhatikan tanda-tanda bacaannya. (HR. al-Bukhari dan HR. Ahmad)
• Dilafalkan dengan lisan, bukan di dalam hati (HR. Bukhori)
• Saat berjamaah makmum tetap membaca Al-Fatihah di belakang Imam
(Jumhur berpendapat demikian kecuali Madzhab Hanafi)
• Aamiin bersama aminnya Imam (HR. Bukhori dan Muslim)
9. Melafalkan Surat atau Ayat dalam Al-
Qur’an
• Ijma’ sahabat bahwa setelah membaca surat
Al-Fatihah kemudian membaca surat lain
dalam al-Qur’an pada rakaat pertama dan ke
dua dalam semua shalat yang didasarkan pada
Hadist Nabi Saw dari Abu Qatadah
diriwayatkan oleh Bukhori
• Lebih utama berurutan namun tidak ada dosa
jika tidak. Hanya sekedar keutamaan saja.
10. Rukuk

1. Mengangkat kedua belah tangan seperti saat takbiratul ihram (HR. An-
Nasa’i)

2. Rukuk dengan membungkukkan badan seraya meluruskan punggung


dengan tengkuk (HR. Ibnu Majah)

3. Telapak tangan kiri memegang lutut kiri, telapak tangan kanan memegang
lutut kanan. (HR. Abu Dawud)

4. Jari jemari tangan agak direnggangkan (HR. Abu Dawud).

Tuma’ninah (HR. Bukhori)


Bacaan dan Tata Cara Rukuk
11. I’tidal

Tidak kembali
bersedekap.
Apabila telah Jika ada dalam
berdiri tegak, hadist Wa’il,
kedua tangan sebenarnya
Melafalkan lurus ke makna
‫س مع هللا ل من‬ bawah (HR. sedekap di situ
‫( حمدة‬HR. Bukhori dan bukanlah
Bukhori) Muslim) setelah I’tidal,
Mengangkat namun
kedua sedekap
tangan secara umum
seperti saat
takbiratul
ihram (HR.
Bukhori)
Doa-Doa Pilihan I’tidal
12. Membaca Takbir untuk Sujud (tanpa
mengangkat tangan)
a. Meletakkan kedua lutut di tempat sujud dan telapak kaki ditegakkan
dengan menekukkan jari-jari kaki ke arah kiblat (HR. at-Turmuzi dan
Nasa’i)
b. Hadist sujud dengan tangan terlebih dahulu dinyatakan dho’if oleh Ibnu
Qayyim, al-Khattabi, dan as-San’ani karena matan yang maklub (terbalik).
Matan yang benar adalah “lutut terlebih dahulu lalu tangan”.
c. Meletakkan kedua tangan, dahi, dan hidung (HR. Turmuzi) di tempat
sujud (HR. Bukhori)
d. Tangan direnggangkan dari lambung, mengangkat kedua siku, telapak
tangan sejajar dengan bahu, merapatkan jari-jari tangan, dan tidak
direnggangkan. (HR. Bukhori, Muslim, dan yang lainnya).
e. Posisi tumit bisa dirapatkan atau direnggangkan
f. Sujud dengan tujuh tulang, yaitu dahi serta hidung, kedua telapak
tangan, dua lutut, dan dua ujung kaki
Gerakan Sujud
Video
Tata Cara Sujud
Doa-Doa Pilihan Sujud
Diperkenankan membaca tasbih lebih dari tiga kali, sepuluh kali atau bahkan
lebih. (HR. Abu Dawud, dari Anas dan Abdullah bin Mas’ud). Imam Asy-
Syaukani menyebutkan bahwa pendapat yang paling kuat untuk membaca
tasbih dalam sujud lebih dari tiga kali saat shalat sendiri (munfarid).

PERIHAL DOA SUJUD


13. Duduk Iftirasy dari Sujud Sambil Membaca
Takbir (tanpa mengangkat tangan)
1. Menjulurkan telapak
kaki kiri ke kanan dan
bokong duduk di atasnya
2. Kaki kanan ditegakkan
dengan jari-jari kaki
ditekuk mengarah ke
kiblat
3. Telapak tangan kanan di
atas ujung paha kanan
dekat lutut, telapak
tangan kiri di atas ujung
paha kiri dekat lutut
4. Jari jemari
direnggangkan
diarahkan ke kiblat dan
ujung jari sampai ke
lutut
Kemudian Sujud sebagaimana Tata cara Sujud pada saat Awal
14. Bangun dari Sujud lalu untuk Masuk
Rakaat Kedua
1. Membaca Takbir (tanpa mengangkat tangan)
2. Duduk Iftirasy sebentar (HR. Bukhori, Turmuzi, an-Nasa’I,
dan Abu Dawud)
3. lalu berdiri untuk Rakaat kedua dengan Menekankan Telapak
kedua Tangan Pada Tempat Sujud (HR. Bukhori)
4. Tidak ditemukan hadist-hadist yang menerangkan
memanjangkan “Allahu Akbar” secara berlebihan saat
bangun dari sujud
5. Tidak mengangkat kedua tangan (HR. Bukhori dari Ibn Umar)
6. Mengangkat tangan dilakukan pada empat tempat: yaitu,
takbiratul ihram, hendak rukuk, I’tidal, saat berdiri setelah
tahiyat awal ke rakaat ke tiga (HR. Bukhori dari Ibn Umar)
7. Video
15. Melaksanakan Rakaat Kedua

Melaksanakan rakaat kedua sama dengan rakaat


pertama. Pembedanya dengan rakaat pertama
adalah pada tidak adanya doa Iftitah. (HR.
Muslim dari Abu Hurairah dan Muttafaqun ‘Alaih
dari Abu Hurairah)
16. Tasyahud/Tahiyat Akhir

a. Duduk Tawaruk
• Memasukkan kaki kiri di bawah kaki kanan,
sementara telapak kaki kanan ditegakkan
dengan jari-jari ditekuk menghadap ke arah
kiblat dan duduk betumpukan pantat di atas
lantai (tempat shalat)
• Sholat Wajib atau Sunnah dua, tiga, dan empat
rakaat duduknya tetap Tawaruk yang didasarkan
pada hadist Abu Humaid As-Sa’adi
b. Meletakkan Kedua Telapak Tangan di atas Ke dua
Lutut dan Mengacungkan Jari Telunjuk
• Menghamparkan jari kiri di atas lutut kiri
• Jari kelingking, jari manis, dan jari tengah tangan kanan
digenggam
• Ibu jari tangan kanan menyentuh jari tengah tangan
kanan dan jari telunjuk diacungkan saat memulai
Tasyahud
(Hadist Abu Humaid as-Sa’adi, Hadist Amir Ibn ‘Abdullah
Ibn az-Zubair, Hadist Ibn Umar)
• Tidak ditemukan dalam kitab-kitab Fikih menggerakkan
telunjuk kecuali Mazhab Maliki yang menggerakkan
telunjuk ke kanan dan ke kiri
Duduk
Tawaruk
c. Doa Tasyahud
• Tahiyat

• Sholawat

• Doa Memohon Perlindungan


17. Mengakhiri Shalat

a. Salam Penutup
• Menoleh ke kanan dan ke kiri hingga pipi
terlihat oleh jamaah yang berada di belakang
• Jumhur Ulama berpendapat bahwa hukum
penutup Sholat adalah wajib kecuali Imam
Abu Hanifah yang menyatakan sebagai
kesunnahan saja
• Muhammadiyah mengikuti Jumhur
b. Lafal Salam
1. Mengukuhkan Keputusan Tarjih salam
penutup ke kanan dan ke kiri sampai dengan
Wabarakatuh (HR. Abu Dawud dari Wa’il)
2. Salam hanya sampai wa rahmatullah juga
masyruk (disyariatkan) sehingga ada tanawuk
(keragaman) salah satunya hadist dari Jabir
bin Samurah diriwayatkan oleh Muslim dan
Abu Dawud
Visualisasi Salam Shalat
18. Melaksanakan Shalat Tiga dan Empat
Rakaat
a. Tasyahud Awal dilakukan dengan duduk
Iftirasy
b. Melafalkan doa Tasyahud dan Sholawat
Seperti dalam Tasyahud Akhir
c. Membaca doa pilihan yang salah satunya
‫جزاكم هللا‬

Anda mungkin juga menyukai