Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

SALAT

A. Pengertian dan Kewajiban Salat


Hasbi Ash-Shiddieqy (2014) mengungkapkan Kata salat berasal dari bahasa arab ialah
“Doa, memohon kebajikan dan pujian,” Salat menurut syarak adalah beberapa ucapan dan
perbuatan (gerakan tubuh) yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, yang dengannya
kita beribadah kepada Allah, menurut syarat-syarat yang ditentukan. Allah berfirman :
           
Artinya : Mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. At-Taubah : 103).

Hakikat salat ialah melahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah,
dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-duanya.
Ruh Salat ialah berharap kepada Allah Swt dengan sepenuhnya jiwa, dan khusuk
dihadapan-Nya dan berikhlas bagi-Nya, serta hadir hati dalam berdzikir, berdoa dan memuji.
Untuh mewujudkan hal tersebut, maka disyariatkanlah salat. Salat tidak disyariatkan karena
bentuknya. Salat disyariatkan karena jiwanya (ruhnya). Lantaran inilah maka bentuk salat
berubah-rubah, lain pula bentuknya, sedang ruh (jiwanya) tetap, tidak berubah-rubah.
Menghadapnya hati (jiwa) kepada Allah Swt, menimbulkan rasa takut, menumbuhkan
rasa kebesaran-Nya dan kekuasaan-Nya dengan penuh khusuk dan ikhlas dalam seluruh ucapan
dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Firman Allah Swt :
       
Artinya : Peliharalah semua salat(mu), dan (peliharalah) salat wusthaa (yang paling
baik).Berdirilah untuk Allah (dalam salatmu) dengan khusyu'. (QS. Al-Baqarah : 238).
Hasbi Ash-Shiddieqy, dalam buku, Pedoman Salat Lengkap (2014) mengungkapkan
pengertian hakikat salat tersebut dalam Islam lahir dalam bentuk yang indah. Salat yang
diwajibkan bagi orang Islam, menurut kaifiah (cara) yang telah dilaksanakan oleh Nabi Saw, dan
telah sampai kepada kita dengan jalan mutawatir, merupakan ritual utama yang dilakukan untuk
mewujudkan rasa butuh kepada Allah yang ma’bud dan rasa kebesaran Allah Swt, yang
mempengaruhi jiwa bila dilaksanakan dengan sempurna.
Hikmah dan sebab dinamakan ibadah penting ini dengan nama salat adalah karena
dalam salat tersebut terdapat tawajjuh (usaha berhadap diri pada Allah Swt) dan doa (seruan
memohonkan hajat dan ampunan kepada Allah Swt). oleh karena itu, sangat utama kalau kita
memakai kata salat, jangan memakai kata sembahyang. Apalagi kalau diingat bahwa kata
sembahyang berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti menyembah dewa.
Mendirikan salat adalah memelihara waktu-waktunya, menyempurnakan wuduknya dan
melaksanakannya secara sempurna: sempurna berdiri, sempurna rukuk, sempurna i’tidal,
sempurna sujud, sempurna duduk diantara dua sujud, sempurna duduk tasyahud, sempurna zikir,
sempurna doa, sempurna khusuk, sempurna hadir hati, sempurna takut dan sempurna segala
adabnya.
Tegasnya mendirikan salat ialah mewujudkan ruh dan hakikat salat dalam bentuknya
yang sempurna untuk mencapai hikmah dan rahasianya. Apabila salah satu tidak sempurna,
maka salat tersebut juga tidak sempurna. As-Sayyid Rasyid Ridha mengatakan : mendirikan salat
melaksanakannya dengan cara yang paling sempurna, yaitu mengerjakan salat karena pengaruh
rasa kebesaran Allah dan kemuliaan-Nya dan menunaikan dengan khusuk kepada Allah.

B. Rukun-rukun Salat.
Rukun salat dirumuskan menjadi 13 macam :
1. Niat.
Arti niat ada dua yaitu, asal makna niat ialah “menyengaja” suatu perbuatan. Dengan
adanya kesengajaan ini, perbuatan dinamakan ikhtijari (kemauan sendiri, bukan dipaksa). Kedua
niat pada syarak yaitu menyengaja suatu perbutan karena mengikuti perintah Allah supaya
diridhai-Nya. Inilah yang dinamakan ikhlas. Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam (2001)
mengungkapkan bahwa orang yang salat hendaklah sengaja mengerjakan salat karena mengikuti
perintah Allah semata-mata agar mendapat keridhaan-Nya; begitu juga ibadat yang lain.

2. Berdiri bagi orang yang kuasa.


Orang yang tidak kuasa berdiri, boleh salat sambil duduk; kalau tidak kuasa duduk,
boleh berbaring; dan kalau tidak kuasa berbaring, boleh melentang; kalau tidak kuasa juga
demikian, salatlah sekuasanya, sekalipun dengan isyarat. Yang penting, salat tidak boleh
ditinggalkan selama iman masih ada. Orang yang di atas kenderaan, kalau takut jatuh atau takut
mabuk, ia boleh salat sambil duduk. Sabda Rasul Saw :

ٍ ‫ فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ْستَ ِط ْع فَ َعلَى َج ْن‬،‫ فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ْستَ ِط ْع فَقَا ِعدًا‬،‫صلِّ قَائِ ًما‬
‫ب‬ َ

Artinya : “Salatlah engkau dalam keadaan berdiri, apabila tidak mampu maka duduklah.
Apabila tidak mampu pula maka berbaringlah di atas rusuk.” (HR. al-Bukhari dan Shahihnya)

3. Takbiratul ihram (membaca Allahu Akbar).


Sabda Rasul Saw :

ُّ ‫صاَل ِة‬
‫الطهُو ُر َوتَحْ ِري ُمهَا التَّ ْكبِي ُر َوتَحْ لِيلُهَا التَّ ْسلِي ُم‬ َّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل ِم ْفتَا ُح ال‬
َ ‫ع َْن النَّبِ ِّي‬

Artinya : “Dari Nabi Saw. kunci salat itu wuduk, permulaannya takbir, dan penghabisannya
salam”. (HR Abu Dawud dan Tirmizi).

4. Membaca surat Fatihah.


Sabda Rasul Saw :
ِ ‫صالَةَ لِ َم ْن لَ ْم يَ ْق َر ْأ بِفَاتِ َح ِة ْال ِكتَا‬
‫ب‬ َ َ‫ال‬
Artinya : Tiadalah salat bagi seseorang yang tidak membaca surat Fatihah (HR. Bukhari).
ِ ‫صالَةٌ الَ يَ ْق َرأُ ال َّر ُج ُل فِيهَا بِفَاتِ َح ِة ْال ِكتَا‬
‫ب‬ ُ ‫اَ تُجْ ِز‬
َ ‫ئ‬

Artinya : Tidak sah salat bagi orang yang tidak membaca surat Fatihah. (HR. Duruqutni).

ً‫َّحي ِْم فَ َع َّدهَا آَيَة‬ َّ ‫ى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَ َرأَ فِي ال‬
ِ ‫صالَ ِة بِس ِْم هللاِ الرَّحْ م ِن الر‬ َ ِ‫ع َْن أُ ِّم َسلَ َمةَ أَ َّن َرسُوْ َل هللا‬
َّ ‫صل‬
Artinya : Dari Ummu Salamah, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallama membaca dalam
salat Bismillahirrahmanirrahim itu satu ayat dari surat Fatihah. (HR. Duruqutni).

5. Rukuk serta thumakninah (diam sebentar).


Sabda Rasul Saw.
ْ ‫ثُ َّم ارْ َك ْع َحتَّى ت‬
‫َط َمئِ َّن َرا ِكعًا‬
Artinya : Kemudian rukuklah engkau hingga engkau diam sebentar untuk rukuk. (HR. Bukhari
dan Muslim).

6. I’tidal adalah bangkit dari rukuk dan berdiri tegak dengan adanya tuma’ninah. Sabda Rasul
Saw.
‫ثُ َّم ارْ فَ ْع َحتَّى تَ ْعتَ ِد َل قَائِ ًما‬
Artinya : Kemudian bangkitlah engkau sehingga berdiri tegak untuk i’tidal. (HR. Bukhari
dan Muslim).

7. Sujud serta thumakninah. Anggota badan yang sujud ada 7 yaitu dahi, dua tapak tangan, dua
lutut, dan dua ujung jari kaki.
ْ ‫ ثُ َّم ا ْس ُج ْد َحتَّى ت‬، ‫َط َمئِ َّن َجالِسًا‬
‫َط َمئِ َّن َسا ِجدًا‬ ْ ‫ ثُ َّم ارْ فَ ْع َحتَّى ت‬، ‫َط َمئِ َّن َسا ِجدًا‬
ْ ‫ثُ َّم ا ْس ُج ْد َحتَّى ت‬
Artinya : “Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika sujud. Lalu bangkitlah dari sujud
dan thuma’ninalah ketika duduk. Kemudian sujudlah kembali dan thuma’ninalah ketika
sujud.(HR. Bukhari dan Muslim).
8. Duduk diantara dua sujud serta thumakninah.
Duduk antara dua sujud dengan thumakninah artinya ialah bangun kembali setelah
sujud yang pertama kemudian duduk sebentar, sementara menanti untuk sujud yang kedua.

‫ــن َسـا ِجــ ًد ا‬ ْ ‫ـن َجـالِــسًا ثُــ َّم اسْـ ُج ْد َحتَّى ت‬


َّ ِ‫َطـ َمئ‬ ْ ‫اجـدًا ثُـ َّم ارْ فَــ ْع َحـتَّى ت‬
َّ ِ‫َطــ َمـئ‬ ْ ‫ثُـ َّم ا ْسجُـ ْد َحــتَّى ت‬
َّ ِ‫َـط َمـئ‬
ِ ‫ـن َس‬

Artinya: "Kemudian Sujudlah engkau, sehingga engkau tenang (diam sejenak) dalam keadaan
Sujud itu. Kemudian angkat kepalamu, sehingga engkau duduk tenang sejenak (berhenti
seketika). Dalam keadaan duduk itu, kemudian Sujud lagi sehingga engkau tenang, berhenti
sejenak dalam keadaan Sujud itu". (H.R. Al-Bukhari & Muslim)

Syarat Duduk antara Dua Sujud itu Ada Tiga :


a. Disengaja bangun dari sujud yang pertama. Bukan terkejut atau refleks.
b. Duduknya itu betul. Jangan condong ke muka atau ke belakang maupun ke samping.
c. Thumakninah (berhenti sejenak) dijaga dengan baik.
9. Duduk akhir untuk tasyahud akhir, shalawat atas Nabi Saw.
Membaca tasyahud atau tahyat akhir di waktu duduk pada raka'at yang terakhir. Dalil
dalam hal ini kita perhatikan :

‫ يُـ َعـلِّـ ُمــنَـا‬،‫صــلَّى هّللا ُ َعلَيْــ ِه َو َسلَّــ َم‬ َ ‫ َكـانَ َرسُـوْ ُل الـلّــــ ِه‬: ‫ـال‬ َ َ‫ض َي هّللا ُ عَــ ْنهُــ َمـا ق‬
ِ ‫س َر‬ ٍ ‫َو لــ ِ ُمسْــلِ ٍـم ع َِن ا بْـ ِن عَـبَّـا‬
ِ ‫ إِ لَى أَ ِخ‬، ِ ‫ات هّلِل‬
‫ــر ِه‬ ُ َ‫ات الطَّـــيِّــب‬
ُ ‫ات الصَّـــلَــ َو‬ ُ ‫َّـات ْالـ َمــبَا َر َك‬
ُ ‫ اَلــتَّ ِحــي‬: ‫الـتَـ َشــهُـ َد‬

Artinya : "Dan dalam riwayat Muslim dari Ibnu 'Abbas R.a. ia berkata : "Rasulullah Saw
Mengajarkan Tahiyyat kepada kami : "Attahiyyatul Mubaarokatush- Sholawatut- Thoiyibatu
Lillah" ...Sampai akhirnya". (H.R. Muslim)

10. Membaca tasyahud akhir.


11. Membaca shalawat atas Nabi Saw.
Yaitu setelah selesai Tasyahud akhir. Dilanjutkan membaca Shalawat atas Nabi Saw
dan Keluarganya :
‫صلِّى َعلَ ْيـكَ ؟‬ َ ُ‫ أَ َم َرنَا هّللا ِ اَ ْن ن‬،ُ‫ع َْن اَبِ ْي َم ْسعُوْ ِد قَا َل اَتَانَا َرسُوْ ُل هللا صلى هللا عليه وسلم فَقَا َل لَهُ بَ ِش ْير‬
َ ُ‫ فَ َك ْيفَ ن‬،َ‫صلِّى َعلَ ْيك‬
ِ ‫ َوبَـ‬،‫اصـلَّيْتَ َعلَى ِإ ْبـ َرا ِه ْي َم‬
‫ـار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى أ ِل ُم َح َّم ٍد َك َمــا‬ َ ‫ أَللّهُ َّم‬:‫ قُوْ لُوْ ا‬:‫قَا َل‬
َ ‫صـ ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى أ ِل ُم َح َّم ٍد َك َم‬
َ َّ‫ فِى ْال َعالَ ِم ْينَ ِإن‬،‫بَا َر ْكتَ َعلَى اَ ِل إِ ِ ْب َرا ِه ْي َم‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬

Artinya: Dari Ibnu Mas'ud. Rasulullah Saw. telah dating kepada kami, maka Basyir berkata
kepada beliau, “Allah telah memerintahkan agar kami bershalawat atas engkau, lalu
bagaimana caranya kami bershalawat atas engkau ? beliau bersabda : "Ucapkanlah oleh kamu
semua. Ya Allah, semoga keselamatan dicurahkan atas Nabi Muhammad Saw dan atas keluarga
Muhammad. Sebagaimana Engkau memberi kesejahteraan pada Ibrahim. Dan semoga
keberkahan dicurahkan atas Muhammad dan keluarga Muhammad. Sebagai mana Engkau
curahkan keberkahan kepada Ibrahim. Diseluruh Alam. Engkaulah Yang Maha Terpuji dan
Maha Mulia". (H.R. Muslim)

12. Memberi salam yang pertama (kekanan).


Mengucapkan Salam yang pertama. Bila telah selesai membaca tasyahud akhir dan
salawat atas Nabi dan keluarganya, maka ia memberi salam, yang wajib hanya salam pertama :
َّ َ‫أ‬
‫لسـالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم‬ : ‫ فَ َكــانَ ي َُسـلِّ ُم ع َْن يَ ِم ْينِـ ِه‬، ‫صلَى هّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسـلَّ َم‬ َ ‫ْت َم َع النَّبِّ ّي‬ ُ ‫صلَّي‬ َ : ‫ض َي هّللا ُ َع ْنهُ قَا َل‬
ِ ‫ع َْن َوائِ ِل ْبنِحُجْ ٍر َر‬
ُ‫ أَ ل َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هّللا ِ َوبَ َر َكاتُه‬: ‫ َوع َْن ِش َمالِ ِه‬،ُ‫َو َرحْ َمةُ هّللا ِ َوبَ َر َكا تُه‬

Artinya : "Dari Wail bin Hujr. R.a. ia berkata : "Saya pernah Sholat bersama Nabi Saw. Dan
Beliau memberi Salam ke kanannya : "Assalamu 'Alaikum Warohmatullohi Wabarookaatuh".
Dan kesebelah Kirinya: "Assalamu 'Alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh". Artinya :
"Semoga Kesejahteraan dicurahkan atas Kamu demikian pula Rahmat Allah dan Berkah- Nya"
(H.R. Abu Daud)

Dari 'Amir bin Sa'ad dari ayahnya. Ia berkata :

‫ يُ َسلِّ ُم َعلَى يَ ِم ْينِ ِـه َوع َْن يَ َسار ِه َحتَّى ي ُِرى بَيَاضُ خَ ِّد ِه‬،‫صلَّى هّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َّ ِ‫ت أَ ِرى النَّب‬
َ ‫ي‬ ُ ‫ُك ْن‬

Artinya: "Saya melihat Nabi Saw. memberi Salam ke sebelah anan dan ke sebelah kiri. Sehingga
kelihatan putih Pipinya" (H.R. Muslim)

13. Menertibkan rukun artinya meletakkan tiap-tiap rukun pada tempatnya masing-masing
menurut susunan yang telah disebutkan di atas.

C. Salat Jamak dan Qasar


Jamak salat dalam perjalanan adalah rukhshah ‘aridhah, yaitu apabila kita sudah berada
dalam perjalanan dan berangkat dari tempat tinggal sebelum tergelincir matahari, kita
mentakhirkan zuhur kepada asar, atau pun kita berangkat sesudah zuhur, kita mentaqdimkan
Asar kepada zuhur.
Seseorang boleh menjamak antara zuhur dengan Asar dengan jamak taqdim
(mengerjakan dua salat dalam waktu yang pertama) dan jamak ta’khir (mengerjakan dua salat
dalam waktu yang kedua), antara zuhur dan Asar, Magrib dan Isya, taqdim dan ta’khir, apabila :
Pertama, berada di Arafah dan Muzdalifah.
Para ulama sepakat bahwa jamak antara zuhur dan Asar di Arafah, jamak taqdim di
waktu zuhur dan antara Magrib dan Isya, jamak ta’khir di Muzdalifah adalah sunnah. Karena
demikian yang dilakukan Rasulullah Saw.
Kedua, berada dalam perjalanan.
Jamak antara dua salat dalam perjalanan di salah satu waktu adalah jaiz (boleh) menurut
pendapat kebanyakan ahli ilmu, dan tidak ada perbedaan antara musafir tersebut sedang singgah
di suatu tempat atau sedang berjalan.
Ketiga, karena hujan. Al-Atsram meriwayatkan dalam sunanya dari Abu Salamah ibn
Abdurrahman, bahwa beliau mengatakan, “ Dari antara sunnah Nabi Saw ialah apabila hari
hujan, beliau mengumpulkan Magrib dan Isya’.
Keempat, karena sakit atau uzur.
Imam Ahmad, Qadhi Husain, Al-Khaththabi, Mutawalli dari ashhab Asy-Syafi’i
berpendapat bahwa menjamakkan salat karena uzur sakit, baik taqdim maupun ta’khir,
dibolehkan karena kesukarannya. Sakit lebih kuat dari kesukaran-kesukaran lain.
Kelima, Jamak karena hajat (keperluaan).
Hasbi Ash-Shiddieqy (2014) bahwa An-Nawawi mengatakan dalam syarah Muslim:
“sebagian imam membolehkan jamak dalam hadhar karena hajat (ada keperluan) asal tidak
menjadi adat (kebiasaan).
Apabila kita telah mengerjakan salat kedua di waktu pertama kemudian hilang uzur
sesudah selesai salat, sebelum masuk waktu kedua, sudah cukup tidak perlu dikerjakan lagi di
waktu kedua, karena salat tersebut telah dilakukan dengan sah.
Qashar salat ialah salat yang dipendekkan (diringkaskan). Seorang musafir
diperbolehkan mengqashar salat fardu yang empat rakaat menjadi dua rakaat. Adapun salat
magrib (3 rakaat) dan subuh (2 rakaat) tetap sebagaimana biasa, tidak boleh diqashar.
Hukum salat qashar itu boleh, sebagaimana firman Allah Swt
.           
Artinya: “Apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah mengapa kamu men-qashar
salat ”. (QS. An-Nisa’ : 101)

Menurut madzhab Syafi’i dinyatakan lebih baik mengqashar bagi orang yang musafir
yang cukup syarat-syaratnya. Demikian berdasarkan hadis Nabi sebagai berikut:
َ ‫صـهُ َك َمــا يَ ْكـ‬
ُ‫ـره‬ ُ َ‫ اِ َّن هَللا َ تَ َعالَى يُ ِحبُّ اَ ْن تُ ْؤتَى رُخ‬: ‫ قَا َل َرسُوْ ُل هَللا ِ صلى هللا عليه وسلم‬:‫ض َى هَللا ُ تَ َعالَى َع ْنهُ قَا َل‬
ِ ‫َع ٍن اب ِْن ُع َم َر َر‬
)‫ (رواه احمد وصححه ابن خزيمة وابن حبان‬.ُ‫صيَتُه‬
ِ ‫اَ ْن تُ ْؤتَى َم ْع‬

Artinya : Dari Ibn Umar ra. ia berkata : Rasulullah Saw bersabda : “sesungguhnya Allah
Ta’ala suka (senang) apabila segala kelonggarannya diterima (dilaksanakan oleh kamu),
sebagaimana ia sangat benci apabila segala kemaksiatannya dikerjakan oleh kamu”. (HR
Ahmad).

Orang yang sah mengqashar salatnya apabila :


1. Jarak perjalanan sekurang-kurangnya dua dari perjalanan kaki, atau dua marhalah (yaitu sama
dengan 16 farsakh). Sabda Nabi Saw.:

‫ان َويُ ْف ِط َرا ِن فِى أَرْ بَ َع ِة بُ ُر ٍد َو ْه َى ِستَّةَ َع َش َر فَرْ َس ًخا‬ ُ ‫س رضى هللا عنهم – يَ ْق‬
ِ ‫ص َر‬ ٍ ‫َو َكانَ ابْنُ ُع َم َر َوابْنُ َعبَّا‬

Artinya : Pernah Ibn Umar dan Ibn Abbas r.a. mengqashar dan berbuka dalam perjalanan
sejauh empat burud yaitu enam belas farsakh. (HR. Bukhari).
Tentang jarak jauh menurut Syekh Abdur Rahman Al-Jazairi dalam Kitabul Fiqih ‘Alaa
Madzaahibil Arba’ah, jilid I halaman 472, dinyatakan 16 farsakh = 80.640 m. (dibulatkan
menjadi 81 km).

2. Bepergian bukan untuk maksiat.


3. Salat yang boleh diqashar hanya salat yang empat rakaat saja, dan bukan salat qadha. Salat
yang empat rakaat ialah salat Zuhur, Asar, dan Isya.
4. Niat mengqashar pada waktu takbiratul ihram.
5. Tidak makmum kepada orang salat yang bukan musafir.

D. Keistimewaan Salat.
Salat memiliki beberapa keistimewaan :
1. Salat adalah ibadah badaniyah, yang mulanya difardukan Allah Swt. kepada Rasul-Nya
sebelum ibadah badaniyah lainnya.
2. Salat adalah tiang agama. Nabi Saw, bersabda :

ْ ‫ َو‬، َ‫ َم ْن أقَا َمها فَق ْد أقَا َم ال ِّدين‬، ‫الصَّالةُ ِعما ُد الدِّي ِن‬
َ‫من تركهاا فَقَد هَ َد َم ال ِّدين‬

Artinya : Salat adalah tiang agama. Barang siapa mendirikan salat, sesungguhnya ia telah
mendirikan agama dan barang siapa meruntuhkan salat, sungguhlah ia telah meruntuhkan
agama. (HR. Baihaqi dari Umar ra,. Al-Ihya 2:9)

Imam Ahmad dalam menjelaskan hadis ini mengatakan, Salat adalah tiang agama Islam.
Sesudah hilang lenyap ibadah salat, hilang lenyaplah Islam (agama). Salat sebagai akhir agama.
Barang siapa telah hilang akhir agamanya, berarti telah hilang semua agamanya. Oleh karena itu
pegang teguh dan kerjakanlah salat. Janganlah sia-siakan atau mudahkan. Harus diketahui,
bahwa rumah apabila telah patah tiangnya, maka tidak berguna lagi dinding-dindingnya dan
kasau-kasaunya.
3. Salat lima waktu diwajibkan pada malam Nabi Muhammad Saw Isra’ mi’raj. Ditetapkannya
perintah salat di alam yang tinggi, dengan lebih dahulu membersihkan rohani dan jasmani
Nabi Saw, menyatakan kelebihan salat dan keutamaannya, menegaskan bahwa salat adalah
suatu ibadah yang luar biasa, suatu ritual agama yang sangat terhormat.
4. Salat adalah akhir wasiat Nabi Saw dan Nabi-nabi lainnya. Ahmad dalam risalah Ash-Shalah
menerangkan, bahwa salatlah yang diingatkan oleh Nabi Saw, kepada umatnya sewaktu
beliau akan meninggalkan dunia yang fana ini. Ali mengatakan :

.‫ت أَ ْي َمانُ ُك ْم‬


ْ ‫صالَةُ َو َما َملَ َك‬ َّ ‫صيَّة رسُوْ ل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم اَل‬
َّ ‫ اَل‬،ُ‫صالَة‬ ِ ‫َكانَ ِم ْن اَ ِخ ِر َو‬
Artinya : “Akhir pembicaraan Rasulullah Saw, adalah peliharalah salat dan bertakwalah
kepada Allah terhadap budak sahayamu”( HR Ahmad, Nailul Amani 1 : 203)
5. Salat adalah permulaan amal yang dihisab di akhirat, dan akhir ibadah yang ditinggalkan umat
di dunia. Nabi Saw bersabda :
‫اب َوخَ ِس َر فَإ ِ ِن‬ ْ ‫ت فَقَ ْد أَ ْفلَ َح َوأَ ْن َج َح َوإِ ْن فَ َسد‬
َ َ‫َت فَقَ ْد خ‬ ْ ‫صلَ َح‬ َ ‫إِ َّن أَ َّو َل َما يُ َحا َسبُ بِ ِه ال َع ْب ُد يَوْ َم القِيَا َم ِة ِم ْن َع َملِ ِه‬
َ ‫صاَل تُهُ فَإ ِ ْن‬
‫ضتِ ِه َش ْي ٌء‬ َ َ‫ا ْنتَق‬
َ ‫ص ِم ْن فَ ِر ْي‬
Artinya : Amalan yang mula-mula dihisab dari seorang hamba di hari kiamat ialah salatnya,
jika salatnya diterima, diterimakah amalan-amalan yang lain. Jika salatnya ditolak (tidak
diterima ) ditolaklah amalan-amalannya yang lain. (HR. Ath-Thabrani dari Anas)

6. Salat adalah syiar Islam yang paling utama, dan tali penghubung antara hamba dengan Allah
Swt.
Salat adalah ibadah nyata yang mampu membuktikan ke-Islaman seseorang yang
memberikan manfaat kepada jiwa manusia dan sangat mudah diketahui orang. Karena itulah
agama membesarkan kadarnya (nilainya) dan membesarkan urusannya.
Salat juga dipandang dari dua sisi. Pertama, salat adalah suatu syiar agama. Mengingat
hal ini, agama menyuruh supaya kita memerintahkan anak-anak kita salat ketika mereka telah
berumur tujuh tahun dan menghardik mereka jika mereka tidak mau mengerjakan salat ketika
telah berumur sepuluh tahun. Kedua, salat adalah shilat (penghubung) antara hamba dengan
Khaliq-nya. Oleh karena itu salat benar-benar dibebankan terhadap mereka yang telah balig dan
berakal atau mukallaf.

E. Salat yang Diterima Allah Swt.


Pernahkan kita merenung, bagaimana salat yang kita kerjakan? apakah salat kita
diterima di sisi Allah ? Bukankah Allah pernah berfirman celakalah orang-orang yang salat?
Siapakah di antara kita yang diterima salatnya? Dan seperti apa tanda-tanda orang yang diterima
salatnya? Dalam sebuah hadis Qudsi disebutkan ada 5 tanda orang yang salatnya diterima.
1. Orang yang merendahkan diri dengan salatnya karena kebesaran Allah. Salat yang diterima
adalah salat yang penuh kerendahan diri di hadapan kekuasaan dan kebesaran Allah Swt.
Orang yang rendah diri akan mampu merasakan khusyu` dalam hatinya. Jiwanya sadar dan
mengerti dengan siapa ia saat ini menghadap.
Karena itu, sebelum salat, yang harus ditata terlebih dahulu adalah hati. Hati itu seperti
pohon. Bila dahannya rindang, burung-burung pun senang hinggap di atasnya. Bila hati
bercabang pikiran-pikiran dan nafsu pun senang bermain di dalamnya. Allah tidak akan terasa
bila urusan dunia menghampiri dalam hati.
2. Orang yang tidak menyombongkan diri kepada makhluk Allah. Rasa tawadhu` dengan
sendirinya menghilangkan sikap angkuh dan sombong kepada sesama makhluk. Kekuasaan
yang ada di genggamannya tidak menyebabkan dirinya lupa daratan lalu berbuat sewenang-
wenang karena ia sadar bahwa kekuasan adalah amanat Allah.
Orang yang diterima salatnya adalah orang yang tidak menyombongkan dirinya kepada
siapa pun. Meski ia kuasa, pandai, dan kaya. Tidak termasuk orang yang diterima salatnya
kalau bertingkah laku sombong kepada sesamanya.
3. Orang yang tidak mengulangi maksiat kepada Allah. Dalam hidup, sekali waktu kita pernah
terjerembab dalam kubangan dosa. Mungkin ada dari kita yang pernah berdusta,
menggunjing, berbohong, menebar janji-janji yang tidak ditepati dan sebagainya.
Kenanglah perbuatan masa lalu itu sebelum salat, lalu lakukan salat dengan hati taubat
dan siap menghadap kepada-Nya.
Menangis dan mengemislah kepada Allah, memohon ampunan atas dosa seraya berucap
istighfar usai salat dan tidakmengulangi maksiat yang pernah kita lakukan.
4. Orang mengisi sebagian siangnya dengan berzikir kepada Allah. Waktu bagi orang mukmin,
amatlah berharga. Manajemen waktu dilaksanakan dengan penuh kedisplinan. Sebagian detik-
detiknya ia lalui dengan meladeni Allah, bersimpuh sujud, ingat dan tawakkal kepada-Nya.
Nabi yang merupakan sosok dengan keterjagaan dari segala dosa, baik yang telah lewat
maupun akan datang, tetap beliau beristighfar memohon ampunan kepada Allah tidak kurang
100 kali dalam sehari.
5. Orang yang menyayangi orang miskin, orang dalam perjalanan, wanita yang ditinggal
suaminya, dan yang mengasihi orang yang ditimpa musibah. Salat yang dilakukan membekas
dalam kehidupan sebagai khalifah Allah yang saling cinta-mencintai, sayang-menyanyangi
antara satu dengan lainnya.
Ibadah sosial menjadi warna-warni bunga hidupnya yang senantiasa ia berikan kepada
siapa saja untuk membahagiakan diri orang lain yang membutuhkan.

F. Hikmah Salat dalam Kehidupan.


Setiap ibadah dalam Islam, baik berupa suruhan, larangan, baik yang dapat dipahami
dengan mudah maksud dan tujuanya, maupun yang tidak, harus diakui dan diyakini, bahwa
ibadah-ibadaah tersebut mengandung rahasia-rahasia yang dalam, mengandung hikmah, manfaat
dan faedah yang besar bagi yang mengerjakannya dan bagi pergaulan masyarakat umum.
Rahasia dan hikmah-hikmah yang terkandung dalam salat adalah :
1. Mengingatkan kita kepada Allah, menimbulkan rasa takut kepada-Nya, rasa khudhu’ dan
tunduk kepada-Nya dan menumbuhkan dalam jiwa, rasa kebesaran dan ketinggian Allah Swt.
serta meng-Esa-kan kebesaran dan kekuasaan Allah Swt.
Salat menyuburkan dasar-dasar tauhid yang ada dalam jiwa kita dan menghaluskan budi
pekerti insani kita. zikir-zikir dan doa-doa yang dibaca dalam salat, jika dibaca dan dipahami
makna-maknanya dan maksud-maksudnya, sangat cepat memberi hasil. Salat adalah tali
penghubung hamba dengan Allah Khaliqnya. Firman Allah :
           
Artinya : “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka
sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku”. (QS. Thaha : 14).

2. Mendidik dan melatih kita menjadi orang yang dapat menghadapi semua kesulitan dengan
hati yang mantap dan tenang. Salat adalah menghilangkan sifat tamak. Orang yang telah
mendirikan salat dengan benar, tidak takut akan kemiskinan dan kepapaan. Karena banyak
mengeluarkan harta dijalan Allah Swt.
Salat menghasilkan kemantapan pendirian, kekal dalam mengerjakan suatu kebajikan.
Kemauan dalam memelihara aturan-aturan, serta disiplin, berhati-hati dan tidak tergesa-gesa.
Allah berfirman :

            
    
Artinya : “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia
ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.
Kecuali orang-orang yang mengerjakan salat. (QS. Al-Ma’arij : 19-22).

3. Menjadi penghalang untuk mengerjakan kemungkaran dan keburukan.


Bacaan-bacaan di dalam salat, demikian juga gerakan anggota tubuh yang kita lakukan,
seperti rukuk dan sujud, menumbuhkan perasaan akan kebesaran Allah. Karena perasaan
inilah menyebabkan kita tak berani melakukan sesuatu maksiat dan yang menyebabkan kita
tak berani meninggalkan perbuatan taat. Firman Allah Swt :
            
           

Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu al-kitab (Alquran) dan
dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Ankabut :
45).

Anda mungkin juga menyukai