Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

Kata yasinan dan tahlilan seakan telah mendarah daging dihati masyarakat
luas terutama ditanah air kita indonesia, biasanya berkaitan dengan peristiwa
kematian, di ungkapkan dalam bentuk seperti suatu acara peringatan terhadap
kematian tersebut.acara yang diadakan oleh para ahli mayit ini dihadiri oleh para
kerabat para tetangga masyarakat sekitar dan terkadang mengundang orang jauh
yang dianggap penting bagi ahli mayit bahkan para kyaii.
Sebelum islam masuk ke indonesia, telah ada berbagai kepercayaan yang
dianut oleh sebagian besar penduduk tanah air ini diantara keyakinan yang
mendominasi hal itu adalah animisme dan dinamisme.

BAB II
PEMBAHASAN

Tahlil merupakan salah satu upaya untuk menghidupkan sunah-sunah


rasullulah SAW.
Tradisi tahlil sudah mengakar dimasyarakat, khususnya umat islam warga
nahdiyin khususnya. Menyikapi masalah tahlil dimasyarakat muncul 2 kelompok:
1. Kelompok yang tidak setuju mengatakan bahwasanya tahlil merupakan

bidah dhalalah yang tidak diajarkan rasullulah. Dengan prinsip kullu


bidahtun dhalalatun akibatnya mereka mengikis habis habisan dan akan
terus berusaha menghilangkan dari islam
2. Kelompok yang melestarikan tradisi tahlil berpendapat bahwa tidak ada teks

dalam al-quran dan hadis yang pasti melarang atau menghalalkan tradisi
tahlil.

Acara yasinan diduga kuat berasal dari para wali ketika berusaha maupun
animisme. Mereka menyusupkan ajaran-ajaran islam ditengah tradisi dan
kebiasaan masyarakat yang waktu itu masih sangat kuat mengakar. Contoh: sunan
kali jaga melalui wayangnya, sunan gunung jati melalui lagu-lagunya. Karena
pada saat itu masyarakat masih mempercayai bahwa arwah yang telah di cabut
dari jasadnya akan gentayangan di sekitar rumah selama 7 hari kemudian
setelahnya akan meninggalkan tempat tersebut dan akan kembali pada hari ke 40,
100, dan 1000. Sehigga masyarakat pada saat itu ketakutan akan gangguan arwah
tersebut. Dan membacakan mantra-mantra sesuai dengan keyakinan mereka,
setelah islam masuk di bawa oleh ulama yang berdagang ke tanah air ini, mereka
memandang bahwa ini merupakan kebiasaan yang menyelisihi syariat islam, lalu
mereka berusaha menghapusnya dengn perlahan-lahan dengan cara memasukkan
kalimat thoyibah sebagai pengganti mantra-mantra yang tidak di benarkan oleh
syariat islam. Dengan harapan supaya mereka supaya mereka sedikit demi sedikit
meninggalkan ajaran tersebut menuju ajaran islam yang murni. Alasan masyarakat
melakukan tradisi yasinan yang pertama:

1. Mendoakan simayit
2. Mempererat tali silaturahmi

Sebenarna secara nash, Yasinan dan Tahlilan ini sama sekali tidak ada
dasarnya dari sunnah, sepengetahuan saya,Nabi dan keluarganya serta para
sahabat tidak pernah hal yang demikian.
Acara yasinan diduga kuat berasal dari para wali ketika berusaha
menyebarkan islam didaerah-daerah yang masih menganut paham hindu maupun
animisme. Mereka menyusupkan ajaran-ajaran islam ditengah tradisi dan
kebiyasaan masyarakat yang waktu itu masih sangat kuat mengakar. Hal yang
sama misalnya dilakukan oleh sunan kali jaga melalui wayangnya dan sunan
gunung jati melalui lagu-lagunya.
Ritual tahlilan menurut kitab NU
Tahlilan yang dimaksud disini bukanlah tahlilan menurut tinjauan bahasa
arab. Dalam bahasa arab makna tahlilan adalah mengucapkan laa ilahaaillallah
yang dimaksud dengan ritual tahlilan disini adalah peringatan kematian yang
dilakukan pada hari ke3,7,40,100 atau 1000.
Makruh hukumnya keluarga dari yang meninggal dunia duduk untuk
menerima orang yang hendak menyampaikan bela sungkawa. Demikian pula
makruh hukumnya keluarga mayit membuat makanan lalu manusia berkumpul
untuk menikmatinya.
Dalam Hasyiyah al-jamal untuk kitab sarah al-manhaj disebutkan
termasuk bidah munkarah dan makrurah adalah erbuatan banyak orang yang
mengungkapkan rasa sedih lalu mengumpulkan banyak orang pada hari ke-40
kematian mayit. Bahkan semua itu hukumnya haram jika acara tersebut dibiayai
menggunakan harta anak yatim atau mayit yang meninggal dunia dalam keadaan
meninggalkan hutang atau meninggalkan keburukan atau semisalnya.
Dari abstraksi acara serimorial dengan diaertai sabda Nabi SAW seperti
tersebut, maka ahli hukum islam berkomentar bahwa hukum menyediakan

makanan pada hari wafat, dapat diketahui dengan mempertimbangkan adanya halhal sebagai berikut:
1. Jika jamuan makanan tersebut diambilkan dari harta peninggalan mayit dan

masih ada ahli waris yang majhur alaih atau tanpa ada izin dari sebagian ahli
waris, maka hukumnya adalah tidak boleh dan haram, sebagaimana pandangan
para ahli hukum islam sebagai berikut:

Dan shodaqoh dari mayit dengan cara syari diperlukan dan tidak di adaptasi
harus 7 hari atau lebih atau lenih sedikit dan tidak dibatasi dengan beberapa
hari dari hari-hari kematian saja. Sebagaimana sayid Ahmad Dahlan berfatwa
telah terjadi kebiasaan orang dengan sodaqoh untuk mayit pada hari ke3 dari
hari kematian, ke7, ke20, ke40, ke100, setelah itu tiap tahun ada hari kematian.
Sebagaimana keterangan ini juga di dukung oleh syeh sunbulawainy.
2. Jika jumuan makanan terssebut tidak diambilkan dari harta peninggalan si

mayit, maka hukumnya ialah makruh, yang status kemakruhannya tidak bisa
meninggalkan pahala shodaqoh, selama yang dimaksud shodaoh, sebagaimana
yang terungkap di dalam kitab Nihayatuz Zain sebagai berikut:

Adapun makanan yang digunakan untuk hidangan untuk hidangan orang yang
bertaziah pada hari dikuburnya mayit yang disebut dengan hari kegelisahan.
Yaitu hukumny makruh selama buakn harta anak yatim, dan jika harta anak
yatim maka hukumnya haram.
Budaya Bacaan Al-quran Untuk Orang Mati
Telah dapat kita saksikan bersama bahwa dilingkungan kita ketika ada orang
meninggal dunia, biasanya dibacakan ayat-ayat al-quran 30 juz atau suratsurat khusus seperti al-ikhlas atau berdzikir dengan bacaan tahlil, hauqalah
maupun lainnya, dengan maksud agar pahalanya sampai kepada yang
meninggal dunia. Dasarnya ialah Hadist Nabi SAW sebagai berikut:

Dari Maqal bin Yasay, beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda: Bacalah
surat Yasin untuk mayit-mayit kamu sekalian.
Waktu pelaksanaan berzikir dan berdoa kepada Allah SWT untuk si mayit
selama 1-3-7 hari atau lebih banyak hari lagi, ini semua boleh diamalkan.
Karena didalam syariat islam tidak ada larangan setiap waktu untuk berdzikir
dan berdoa kepada Allah SWT yang ditunjukan untuk orang yang masih
hidup maupun yang sudah wafat.malah sebaliknya banyak riwayat ilahi dan
hadist rasulullah yang menganjurkan baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk berdzikir dan berdoa setiap saat, lebih banyakwaktu yang
digunakan untuk berdoa dan berdzikir itu lebih baik.

BAB III
KESIMPULAN

Dari

pembahasan

makalah

tersebut

diatas

maka

penulis

dapat

menyimpulkan bahwa, Tradisi tahlil sudah mengakar dimasyarakat, khususnya


umat islam warga nahdiyin khususnya. Menyikapi masalah tahlil dimasyarakat
muncul 2 kelompok:
1. Kelompok yang tidak setuju mengatakan bahwasanya tahlil merupakan

bidah dhalalah yang tidak diajarkan rasullulah. Dengan prinsip kullu


bidahtun dhalalatun akibatnya mereka mengikis habis habisan dan akan
terus berusaha menghilangkan dari islam
2. Kelompok yang melestarikan tradisi tahlil berpendapat bahwa tidak ada teks

dalam al-quran dan hadis yang pasti melarang atau menghalalkan tradisi
tahlil.
Alasan masyarakat melakukan tradisi yasinan yang pertama:
1. Mendoakan simayit
2. Mempererat tali silaturahmi

Sebenarna secara nash, Yasinan dan Tahlilan ini sama sekali tidak ada
dasarnya dari sunnah, sepengetahuan saya,Nabi dan keluarganya serta para
sahabat tidak pernah hal yang demikian

Anda mungkin juga menyukai