Anda di halaman 1dari 12

Jangan Bingung

Dulkamdi sudah hampir divonis gila oleh orang-orang sekampung. Kemanapun ia berjalan,
selalu menyanyikan lagu-lagu. Kalau bukan lagu-lagu cinta seperti orang kasmaran, maka ia
lagukan kisah penderitaan yang teramat dalam. Lalu airmatanya meleleh membelah pipinya
yang kurus mongering. Ia sudh seperti majnun.
Bagaimana nasib sahabat kita itu Kang? Tanya Pardi.
Nanti juga waras.
Jangan lama-llama Kang gilanya
Memang saya ini Gusti Allah apa?
lho ya, saya nggak tega lihat Dulkamdi seperti itu
Saya juga! Tapi Insya Allah nanti sore juga sudah kelar gilanya
Kenapa nggak nanti siang Kang?
Biarlah dia lagi menikmati asmaranya dengan Allah.
Dari jarak yang jauh, Dulkamdi memang tampak seperti kegirangan, lalu berjoged, bahkan
tertawa terbahak-bahak. Ia bersyair dengan lagu yang begitu pahit :
Dunia sudah tua, lebih tua dari nenek tua
Kenapa kau buru dunia yang renta
Kenapa.?
Lihatlah yang selalu muda
Para bidadari di surga
Dengan senyum bunga-bunga jamaliyahNya
Tapi kenapa kalian berpaling dari jaga?
Lalu berkhayal tentang syrga?
Lalu bermimpi tentang janji
Wahai para hamba pemalas?
Oh dunia sudah tua
Sejak dulu yang begitu
Sejak kapan yang begini
Sejak kita bermimpi
Ya. Begitu
Ha.ha.ha.
Minum kopi dulu Dul, biar seger. Ucap Pardi.
yaya saya akan nikmati kopi. Tapi bukan rasa kopi ini yang nikmat bagiku. Tapi
dibalik kopi ini. Dibalik kopi ini ada nama-nama Allah, ada sifat-sifat Allah, ada perbuatanperbuatan Allah Nikmattt tenaaan. Allah Allah Allah kopi kesduhan Allah.
Hmmmmm. Kalian semua telah musrik dengan meminum kopi murni ini
Hmmmmm.

Gegerlah seisi kedai itu. Dulkamdi benar-benar gila kepada Allah. Dulkamdi telah majdzub.
Ini kopi Dul, bukan Allah!
Saya tahu. Tapi kopi ini menjadi hijab antara kamu dengan Allah. Kopi ini menjadi lebih
besar dimata hatimu dibanding kebesaran Alah. Hmmmmm..
Sadar Dul, sadar!
Justru kamu semua ini yang nggak sadar. Setiap hari minum kopi tapi tidak pernah
mendengarkan tasbihnya kopi. Tega benar, kalian semua ini. Kopi mendoakan anda, tapi
kenapa kopi anda bikin sebagai sungai dalam kencing anda. Ha. Ha,,,,, ha. Kalian
sudah gila semua.
Dulkamdi lalu menangis tersedu-sedu. Tiba-tiba Kang Saleh mendekatinya. Memeluknya
erat-erat.
Dul, mari kita pakai baju Islam dengan syariatnya. Mari kita alirkan darah daging
keimanan denngan dzikirnya. Mari kita getarkan Allah dalam ruhnya.
Lalu gimana Kang, aku ini?
Pejamkan matamu Dul/ allah mencintaimu dengan tirai nama-namaNya. Nah, pakailah
jubah Ilahi itu, dengan penuh riasan warni dzikrillah.
Pardi memejamkan matanya. Lalu ia buka kembali. Sesaat ia sadarkan diri. Lalu ia raih air
putih di kendi kedai itu, ia minum habis, laksana pengembara di kedahagaan sahara..
M. Luqman Hakim.

Ziarah Ke Makam Pelacur


Malam itu, Jack dengan jamaah pelacur kelas tinggi sedang berbincang di hotel bintang
lima.Di bulan suci, apa yang mereka inginkan?Ya,mereka juga pasti ingin hari raya, pulang
kampung dengan membawa oleh-oleh. Di antara mereka banyak yang libur melacur, hanya
minta kiriman lewat ATM para pelanggannya. Ada pula yang masih ngebut mencari
tumpangan layaknya angkot. Ada pula yang sudah berjanji, selepas lebaran, dunia kelam
akan ditutup selamanya dalam hidupnya. Macam-macamlah.
Jack bercerita banyak tentang sejarah pelacuran di dunia,sampai profil-profil pelacur hingga
seorang pelacur yang menjadi permaisuri raja, dan sempat menyelamatkan negrinya. Tak
kurang pula bagaimana Jack mengisahkan tobatnya para pelacur dan sejumlah pelacur yang
memondokkan anaknya di pesantren, dari hasil pelacuran.
Malam inikita akan lanjutkan ziarah bersama ke sebuah makam seorang perempuan mulia
di mata Allah tapi hina di mata manusia
Apakahdiaseorang penjahat? Koruptor? Kanibal?Atau? Seperti kita-kita ini, Mas? tanya
salah satu hostes di hotel itu.
Ya, Anda tebak sendiri. Kita kesana, kita tahlil, danberdoa bersama?

Para pelacur itu sepertinya sudah mengerti siapa yang akan di ziarahi itu.Wajah-wajah
mereka mengekspresikan pancaran yang beragam. Ad yang kelihatan pucat pasi,ada pula
yang gembira, ada pula yang menunduk, ada pula yang langsung menitikkan air mata.
Bagaimana kisahnya Mas Jack,kok sampai dia begitu mulia di hadapan Allah? Apakah kitakita ini yang sangatkotor juga bisa?
Mata Jackmenerawangjauh. Lalu ia kisahkan tentang kehidupan pelacur itu. Ia adalah
seorang hostes yang sangat cantik dan sangat laris. Semua orang di jakarta yang hobi
berselingkuh dengan dunia perempuan tahu namanya. Begitu juga orang-orang di
kampungnya tahu profesinya.Makanya, ketika tiba-tiba meninggal dunia, hampir tak ada
yang mau mngubrnya. Sanak saudaranya juga tidak jelas. Akhirnya pelacur ini dikubur saja
asal-asalan, di kuburan dekat sungai, yang tempatnya jauh dari kuburan umum. Masyarakat
merasa jijik, dan sekaligus menjadikan momentum, agar dikenang, bahwa seorang pelacur
kalau matitidak akan dikubur di makam umum. Mungkin masyarakat mau menghukum
pelacur ini.
Sepuluh tahun kemudian, tiba-tiba ada proyek pelebaran sungai. Tentu kuburan pelacur ini
akan digaruk begitu saja. Benar, ketika kuburan pelacur itu di buldoser, tiba-tiba
buldosernya macet, dan berulang kali demikian. Akhirnya seorang kyai di kampung itu
datang bersama masyarakat untuk mengeduk kuburan itu. APa yang terjadi?Mereka semua
terkejut setangah mati ketika melihat mayat pelacur sepuluh tahun yang lalu masih utuh,
kafannya masih bersih, kulitnya masih mulus. Mereka terhenyak, dan hampir semua yang
melihat disana menangis, memohon ampun kepada Allah atas dosa dan penghinaan yang
mereka lakukan selama itu. Akhirnya dikuburkan di makam umum, dihormati layaknya
orang yang lain.
Jack terdiamsejenak hampir tersedak suaranya. Sementara para pelacur lainnya itu, sudah
saling berpelukan menahan tangis atas kisah tragis itu.
Apa yang dilakukannya selama jadi pelacur Mas?
Saya tidak tahu. Mungkin hatinya tidak pernah melacur, jiwanya untuk Allah. Dan setiap
dia melacur dia hanya ingat Allah,bahkan menjerit-jerit.Saya dengar dari dunia waktu yang
saya tembus, melihat dia menjelang meninggalnya menangis sampai kering air matanya, dan
menjerit sampai pingsan atas pertobatannya, sampai wafatnya Allah mengampuni segala
dosanya yangberlalu. Saya merasa mendengarkan munajatnya begini:Tuhan,Engkau tahu
aku hamba yang Engkau Ciptakan, dan Engkau pun tahu aku seperti initidak lepas dari
TakdirMu. Kini aku hanya ingin kembalikepadaMu, setelah seluruh isi makhlukMu tidak
ada yang menjadi harapanku.Kalu seluruh makhlukMu saja mencaciku,
menghinaku,menghempaskanku
, lalu Engkaupun juga hendak membuangku,lalu siapa lagi yang bakal menerima hamba
yang hina iniTuhaaan PadahalEngkaulah satu-satunya harapankuKarena itu terimalah
aku di PangkuanMu ya Tuhaaann
Hotel berbintang ituseakan-akan mau roboh mendengar kisah Jack,karena setelah kisah itu
diuraikan, berurai pula air mata dan jeritan jamaah pelacur itu
M. Luqman Hakim.

Thoriqoh

Pardi kelihatan semlengeren. Jidatnya terasa penat. Sesekali menarik nafas panjang, lalu
mengepalkan tinjunya, digedor-gedorkan ke dinding.
Di, jadi orang jangan mudah frustasi..
Saya nggak drustasi Dul. Hanya saya in jengkel banget
Ya, tapi lama-lama bisa frustasi, karena jengkel itu melahirkan kekecewaan, dan
kekecewaan mendorong untuk putus asa/
Habisnya bagaimana Dul. saya ini disalahkan karena saya bertarekat. Katanya nggak usah
tarekat-tarekatan. Tarekat itu jalan, metode atau cara, kenapa harus bertarekat
Ya nggak usah kamu prihatinkan. Didoakan saja smoga dapat hidayah.
Ya deh Dul. Doakan saya bisa dengan sendiri.
Harus. Kamu harus sabar, apalagi sekarang banyak gerakan yang mengatasnamakan
tarekat, ada pula yang merasa lebih hebat dari tareat, ada pula yang anti tarekat, ada yang
mengkafirkan tarekat. Nggak usah bingung. Memang jamannya begini. Jamannya orang
sedang bangga dengan penikut, dan jumlah massa. lalu kalu jumlahnya besar jadi bangga,
jadi merasa hebat, lalu tokohnya dianggap sebagai wali. Kita sudah ditakdirkan hidup di
jaman edan ini di.
Pardi kelihatan merenung memandng langit-langit kedai itu.
Kang saleh datang dengan menyelimutkan sarungnya sampai ke kepala, seperti orang
kedinginan. Tapi dari gemertek giginya Kang saleh sedang melawan hawa pagi itu, dengan
mendendangkan lagu Abu Nawas ; Ilahi lastu li al-firdusi ahla wala aqwa ala an-nari aljahimi. Tuhaaaaan, betapa tak layaknya aku sebagai penghuni surga. Tapi toh Tuhan, aku tak
mampu dengan ganasnya api neraka..
Lalu kang saleh mengeluarkan sebuah buku bersampul hitam. Buku tebal itu berjudul
Yarekat tanpa Tassawuf, Tassawuf tanpa Tarekat. Pengarangnya adalah Kang saleh sendiri.
Pardi dan Dulkamdo terjengak penuh heran. Kapan kang saleh menulis buku setebal itu?
Tiba-tiba kok sudah terbit?
Boleh baca isinya kang? Jangan bikin saya deg-degan kang. Tiba-tiba Anda kok jadi
pengarang buku tebal ni. Kapan menulisnya?
Baca dulu baru berkomentar! Kata Kang saleh.
Pardi dan Dulkamdi berebut untuk terlebih dahulu membaca. Pardi membolak balik buku
tebal itu, dari halaman awal sampai akhir. Kira-kira seribu halaman. Dua jidat menjadi
terkenyit. Matanya mebelalak seperti tak percaya. Ternyata dari awal halaman sampai akhir
tidak satupun huruf, apalagi judul bab, atau kalimat. Segebokj buku itu kosong melompong.
Hanya ada sampul belaka berjudul Tarekat tanpa Tassawuf, Tassawus tanpa Tarekat, oleh
kang saleh, diterbitkan dari kedai kopi sufi.
Apa-apaan Kang? Ini maksunya apa?
Lha, kamu kok nanya maksudnya ini bagaimana. Sudah gamblang jelas seperti itu.
Apanya yang jelas wong kosong bolong melompong kopong kok.

Lha iya itu maksudnya. Kosong bolong melompong kopong.


Dua sahabat, Dulkamsi dan Pardi manggut-manggut hampir seperempat jam, seperti burung
onta. Lalu dua-duanya tertawa bersama, meledak bersama, dan gaduh brsama.
Wah, ini buku terhebat di dunia hari ini Kang. Harry Potter pasti kalah Semua rasa
frustasi saya terjwb disini. Yah, bagaimana kosong bolong melompong gombong kok merasa
penuh dengan kandungan mutiara. Pasti jauhjauhhahaha

Tassawuf tanpa Tarekat dan Tarekat tanpa Tassawuf ibarat buku itu, Kosong
Untung oran masih sadar kalau dirinya kosong glondangan dengan bunyi nyaring. Betapa
kosongnya mereka yang bertassawuf tapi tak bertarekat, dan bertarekat tapi tak bertassawuf.
M. Luqman Hakim

Nafsu
Dulkamdi ngelamun panjang, sampai tak karuan. Betapa tidak? Sapi yang ia pelihara sejak
setahun yang lalu, kini harganya tetap sama saja, gara-gara menjamurnya daging sapi import
dari luar negri. Produk dalam negri anjlok lagi, sehingga harga sapi untuk ritual qurban
sangat murah.
Kamu mestinya bersyukur Dul, banyak orang yang berqurban berduyun-duyun. Alias
dengan rombongan,,,, tegur Pardi.
Maksudmu?
Lah iya, kalau orang berqurban sapi kan bias dinaiki tujuh orang. Nah, sekarang harga sapi
murah, berarti kamu turut menolong banyak ummat Dul.
Ya, tapi.?
Tapi? Tidak ada tapi-tapian Dul.
Dulkamdi terdiam. Kang Saleh hanya senyum-senyum. Ada terbesit wajah gembira di raut
mukanya.
Idul Adha ini sampean qurban sapi juga Kang?
Kalau perlu semua binatang kita qurbankan Di. Nggak bias kambing, ayam juga boleh,
burung juga boleh. Telor juga boleh.
Dua sahabat kaget bukan main atas ucapan Kang Saleh.
Masa qurban selain kambing dan sapi, kerbau, boleh Kang?

Menurut pendapat beberapa ulama boleh. Yang penting binatang halal. Dan yang lebih
penting adalah ketaqwaan dibalik qurban itu sendiri. Karena nama-nama Allah, takbir dan
tahmid berkumandang disana.
Wah, kalau begitu saya akan menyembelih rusa sajahaha.,..ha
Begini, kita renungi saja betapa binatang saja rela demi Allah untuk diqurbankan. Binatang
itu ingin sekali naik derajatnya, karena bias saja para binatang itu sudah bosan hidup dalam
kehewanan nafsunya. Ia rela dimakan manusia, ummat Islam, agar derajatnya naik dari
binatang menjadi daging yang dimakan manusia, lalu nanti jadi daging manusia, kelak
diakhirat dipanggil dengan panggilan manusia, bukan wedus, bukan kebo, bukan sapi.
Wah, jangan terlalu kontroversiallah kan, kalau berpendapat.! Protes Pardi.
Ya tidak controversial? Lah wong mereka disembelih dengan basmallah dan takbir.
Mestinya kita belajar dari para binatang itu, kerelaan mereka untuk dialirkan darah
kebinatangannya. Kenapa kita tidak? Kenapa kita simpan kebinatangan kita, syahwat kita,
nafsu-nadsu kita? Sadisme kita? Bukankah itu semua merupakan kebinatangan kita? Nah,
ayo ramai-ramai kita alirkan darah kebinatangan kita biar terkubur, dan kelak kita lahir
menjadi hamba Allah yang merdeka bersama tasbih, takbir dan tahmid.
Dulkamdi semakin bergairah, dan seketika hilang kelesuannya, bahkan kalau perlu sapinya
akan dijual lebih murah, siapa tahu, ia turut membantu orang yang ingin menyembelih hawa
nafsunya, dan seluruh derajat rendah hinanya.
Takbir bersahutan diangkasa, menusuk langit menggugah seluruh kealpaan. Kita memang
terus-menerus menakbiri nafsu kita yang sombong dan egois. Kita menakbiri angkara murka
dan kejahatan dalam diri kita. Kita meneriakkan takbis kebusukan demi kebusukan dalam
sukma kita. Kita menakbiri segala hal selain Allah. Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar
Walillahil hamb.
M. Luqman Hakim

Ditengah Lumpur
Gemerlap lampu dan iringan musik berdebam menambah suasana diskotek yang sarat
pengunjung. Tampak Jack, panggilan akrab Jaka, sedang berbincang asik dengan beberapa
perempuan diskotek. Dengan jaket jean belelnya, ia tampak mengepulkan asap rokk.
Beberapa saat kemudian Parjo masuk, diiringi susi, yang sehari-hari sebagai waittres di sana.
Jack, jamaah kita bertambah banyak. Saya bingung nih, Ujar Parjo.
Jack hanya diam, sambil mengepulkan asap rokoknya. Rupanya dipojok tempat Jack
mangkal itu sering dikunjungi beberapa perempuan nakal ditempat hiburan itu, namun tak
jarang juga politisi yang sedang stress, bahkan juga pengusaha yang sedang muak dengan
remang-remang Jakarta, saking seringnya.
Tiba-tiba seorang perempuan cantik menghampiri Jack, dan langsung memeluknya sambil
menangis. Parjo terbelalak. Susi tersenyum simpul melihat ulah perempuan itu.

Mas Jack, saya sudah janji. Ini malam terakhir saya. Saya tidak tahu apakah malam-malam
berikutnya saya masih ada disini atau tidak. Saya nggak tahu Mas
Semua malam, sesungguhnya malam terakhir Linda, kata Jack.
Kok? kata Linda sambil melepaskan pelukannya, dan bersandar seenaknya di punggung
jack.
Ya, kita juga tak tahu apa yang terjadi besok hari. Saya tahu, rasanya malam ini ada cinta
sejati merasuk ke dadamu?
Saya tidak percaya sama cinta. Semua cinta itu hanya gombal amoh, memuakkan
Jack tertawa meledak
Ya. Karena Allah Maha cemburu atas cintaNya kepadamu, lalu kamu terlantarkan
cintaNya, maka jadilah kamu seperti hari-hari kemarin yang kelabu, bahkan hitam itu
Jadi, Allah mencintai saya yang kotor dan hina ini? Tuhan masih mau memaafkan dosa
saya yang bergolak Lumpur ini?
Kalau Allah mengampuni dosamu, memeluk jiwamu, maka kamu pasti kembali dan
bertobat. Jadi tobat itu cinta Lin, tobat juga rahmat, sekaligus pelukan Ilahi yang begitu
agung.
Linda lelu mengeratkan tubuhnya pada lengan Jack. Musik bergema, asap mengepul. Sulit
dibedakan apakah tu asap api neraka atau kenikmatan dan kepuasan.
Jack memandang Linda dalam-dalam. Pandangan yang menyejukkan. Karena ketika
memandang gadis itu, Jack terus menggetarkan dzikrullah dalam dadanya.
Allah bersamamu, Lin.. Kamu harus yakin dengan masa depanmu. Masa depanmu
adalah Allah itu sendiri. Allah mentakdirkanmu terjerumus di tempat hiburan ini, jangan
kamu sesali. Karena ini takdir Ilahi. Kamu harus belajar berbaik sangka kepada Allah,
dengan cara kamu memahami bahwa terkadang Allah menakdirkan hambanya berbuat dosa,
dalam rangka untuk si hamba itu untuk lebih mampu dekat kepadaNya. Nabi Adam berdosa
dengan pelanggaranNya, tetapi beliau menyadari bahwa itu takdir Allah agar kelak bias
melhirkan keturunan di dunia, termasuk membangun peradaban yang memuncak pada salah
satu keturunannya, Sayyidina Muhammad SAW. Tanpa Adam AS, berbuat salah, nabi tidak
pernah lahir di dunia. Nah, itu untuk hal yang berlalu. Tidak boleh untuk hal yang akan
dating, misalnya, kamu berpikir, aku ingin bermaksiatah, biar dekat dengan Allah. Itu
dilarang, karena kata-kata itu muncul dari hawa nafsu kita
Panjang lebar si Jack menjelaskan, layaknya seorang ustad saja. Tapi Linda begitu erat
menyimak kata demi kata, seakan-akan obat yang menguatkan jiwanya untuk menyongsong
masa depan, dan keluar dari kemelut kegelapan.
Jack memang lain. Ketika bertahun-tahun belajar agama di pesantren, lalu meneruskan studi
ke timur tengah, ke eropa, dan bahkan melanglang ke Afrika untuk belajar Tasawuf, Jack
kembali ke Indonesia bukannya mendirikan pesantren atau mengajar di perguruan tinggi.

Tapi malah menyeruak dibalik semak-semak belukar Jakarta, menghampiri mereka yang
dipinggirkan oleh peradaban, yang disingkirkan oleh mereka yang merasa suci, dan
diabaikan oleh para ulama dan kyai, ustad dan agamawan. Remang-remang Jakarta, remangremang rel kereta, remang-remang mereka yang berusan dengan peradilan, dan remangremang yang memainkan uang rakyat untuk dikorupsi. Jack mendekati mereka untuk
kembali ke jalan Ilahi, dengan caranya sendiri.
Hamper para artis dangdut, artis kade, artis televise menganal Jack sebagai sosok yang
sedikit controversial, tetapi sudah banyak diantara mereka yang kembali menemukan jati
dirinya.
Linda juga again dari sosok yang hadir di tengah-tengah Lumpur Jakarta. Ia datag dari
sumatera, mengadu nasib di Jakarta lalu terjerumus oleh kejamnya buaya kota. Nasibnya
terpuruk menjadi penghibur, dan segudang masa lau yang kelam. Linda ingin kembali, tetapi
selalu dipandang sinis oleh para ustad dan orang-orang dikampungnya. Linda adalah kotoran
dan sampah, dan itulah yang membuat Linda menjerit memprotes Tuhan setiap hari. Untung
ia bertemu Jack, sosok yang terkadang mewakili jiwanya dan jeritan hatinya. Untung pula
dengan segala kesiapan mentalnya, Jack yang sesungguhnya adalah seorang kyai
dikampungnya, tidak pernah larut dalam remang-remang itu, alaupun secari fisik ia disana.
Tetapi hatinya berada di Arasy Ilahi. Ramai dengan gemercak dentam musik, tatpi seluruh
bunyi di hati Jack adalah dzikullah, ia pun bersunyi-sunyi dalam dzikirnya.
Mas Jack, apa yang saya lakukan besok?
Kamu nggak usah bertobat secara drastic seperti itu, kalau kamu belum siap.
saya sudah yakin, Mas!
Baiklah. Malam ini kamu sudah jadi bayi baru, dan jangan lagi kamu tengok masa lalu.
Lihatlah kedepan, yang didepan adalah matahari harapan dan senyuman. Allah ada di masa
depan.
Dua orang itu pergi dari tempat hiburan itu, Linda dengan mata sembabnya. Sementara Jack,
menuntunnya ke mobil. Malam semakin larut ketika mobil menderu, dan hilang ditelan
kegelapan. Jack, masih tertinggal ditempat itu, sampai demuanya bubar. Jack masih sendiri.
Belum pulang, Susi?
Yah, nunggu subuh sekalian.
Dan Susi adalah waitres yang telah lama kerja disitu. Ia dilarang kembali oleh Jack, tetapi
tetap menjadi waitres dan pelayan restoran. Namun dengan jiwa yang sunyi bersama Allah.
Jack dan Susi, dua hamba Allah iltu seperti mutiara di tengah Lumpur Jakarta
M. Luqman Hakim.

Protes Pada Allah

Dengan dengus nafas ngos-ngosan, lelaki bertubuh tambun itu memasuki kedai Cak San. Ia
memesan air putih dua gelas besar, untuk mengusir dahaganya. Rupanya pagi yang dingin
itu, tidak mampu menyelimuti kegerahan dadanya.
"Dari mana Mas, kok seperti dikejar harimau?"
Sembari menegak dua gelas air putih, lelaki itu masih juga belum menjawab pertanyaan
Pardi.
"Jangan tanya dari mana pada saya. Tapi saya harus bertanya lebih dulu kepada anda-anda di
sini, kemana itu Kang Soleh? Saya ingin bikin perhitungan dengan dia....!"
Mendengar gertakan si gendut itu, penghuni kedai kopi cukup terhenyak. Ada apa gerangan
Kang Soleh dikejar manusia heboh seperti dia ini. Apa Kang Soleh punya hutang, punya
kesalahan, atau ada bratayudha antara Kang Soleh dengan orang ini? Nggak jelas.
"Sebentar lagi juga datang Pak, sabar sebentar," sahut Dulkamdi.
"Ya, saya ingin minta pertanggungjawabannya!"
"Wah, pertanggungjawaban apa Pak, kok kelihatannya penting sekali," timpal Pardi
memberanikan diri mengorek masalah orang itu.
"Tanggungjawab Ketuhanan...!"
"Lhadalah! Kang Soleh p[asti bikin ulah lagi!"
"Ya, ia telah membikin saya jadi uring-uringan dengan diri saya sendiri, bahkan kalau perlu
Pintu Allah akan saya gedor-gedor, lalu saya mau bikin protes kepadaNya."
Weleh-weleh, Pardi, si Tambun ini pasti agak tidak waras. Masak Tuhan diprotes, memang
dia ini lahir ke dunia atas kehendaknya sendiri, lalu dibantu Tuhan itu atau bagaimana?
Belum juga tuntas imajinasi Pardi, Kang Soleh memasuki kedai itu. Dengan gaya agak acuh,
ia mengambil sisi pojok seperti biasanya, sambil berdehem-dehem. Rupanya si Tambun itu
juga belum kenal siapa Kang Soleh, bagaimana prejengannya. Serentak Pardi menyapa
Kang Soleh, lalu si Tambun itu berdiri bersungut-sungut mendekati Kang Soleh. Ia
memperkenalkan dirinya, lalu duduk di sebelahnya.
"Maaf Kang. Menurut saya Allah itu tidak adil. Kenapa saya melakukan usaha yang benar,
ikhtiar yang halal, kerja keras, dan begitu hendak memetik hasilnya, malah saya ditipu oleh
kawan saya yang ongkang-ongkak sejak dulu. Dan saya tidak mau menjelaskan lebih jauh,
kasus yang seperti saya alami ini. Sebab banyak orang bener di dunia ini, malah bernasib
tragis. Jadi mana keadilan Ilahi itu? Apa saya salah kalau saya protes kepada Tuhan?" kata si
Tambun nerocos tanpa rem.
"Anda benar. Allah memang tidak adil!' jawab Kang Soleh.
Seluruh kedai itu sepertinya mau runtuh mendengar ucapan Kang Soleh yang kontroversial.
"Jadi?"
"Yah, keadilan itu tuntutan manusia. Yang adil itu manusia. Keadilan itu adalah persamaaan,
keseimbangan dan samarata yang dituntut manusia. Tapi ingatlah bahwa keadilan yang
diprotes dan dituntut dimana-mana pasti kehilangan cinta dan kasih sayang. Keadilan
senantiasa menuntut persamaan dengan amarah."

"Jadi bagaimana donk hidup ini?"


"Ya nggak bagaimana, bagaimana... Hidup dijalani saja. Kalau hidup nuruti kehendak
sampean itu, semua orang pasti berperut gendut, semua orang jualan kopi, semua gaji sama,
semua pinter dan semua bodoh. Semua sama rata kayak komunis. Itu keadilan. Tetapi Allah
itu memang tidak adil, jadi ada yang bodoh, ada yang pinter, ada yang cantik ada yang jelek,
ada yang nyentrik ada yang lugu, ada pendusta ada yang jujur, ada maling ada yang
dimalingi..."
Si Tambun itu hanya diam saja menunggu kata-kata Kang Soleh selanjutnya.
"Jadi, itulah Kemahaadilan Allah. Allah Maha Adil, tetapi tidak adil. Maha Adil itu yang
seperti itu, jadi jangan protes orang kurus, kalau anda tambun. Karena dibalik kekurusan
kawan anda, disana ada hikmah kasih sayang yang tersembunyi. Dibalik kemlaratan orang
fakir, disana ada hikmah kedermawanan orang kaya. Dibalik kebodohan umat, ada
perjuangan para Ulama. Dibalik wajah cantik perempuan tersimpan ujian bagi lelaki. Lalu
ketidaksamaan itulah muncul perjuangan cinta dan kasih sayang antar sesama."
"Lhah, kalau saya berjuang, lalu yang memetik hasil justru orang yang dzalim?" kata si
tambun itu.
"Salahnya sendiri anda merasa bisa berjuang, bisa berikhtiar, bisa ini dan bisa itu. Apa anda
tidak tahu, kalau rizki anda itu sudah digaris oleh Allah, jodoh dan rumah masa depan anda
sudah di tulis oleh Allah, bahwa hari ini anda belum kaya itu, bukan karena anda nggak
punya rizki, tetapi kekayaan anda masih disimpan oleh Allah. Allah Maha Tahu kapan,
berapa, dimana dan bagaimana rizki dan kekayaan anda itu nanti diwujudkan. Anda minta
perjuangan anda hari ini, besok membuahkan hasilnya, justru itulah kesalahan besar anda."
"Kesalahannya dimana Kang?"
"Ya, tadi anda merasa bisa mengandalkan jerih payah, kekuatan dan amal anda, seakan-akan
syurga dan neraka itu tergantung pada amal baik buruk anda. Padahal.....Sama sekali tidak."
"Kalau begitu kenapa saya harus beramal Kang, kalau saya besok harus ditakdirkan masuk
neraka, atau sebaliknya kenapa saya harus berikhtiar, kerja keras kalau garis saya tetap
miskin?"
"Kalau anda ditakdirkan masuk neraka, pasti anda ingin jauh dari amal baik, dan anda
semakin menuruti hawa nafsu anda. Jika anda ditakdirkan masuk syurga, pasti anda beramal
baik, berusaha meraih ridhoNya. Kalau anda bekerja keras, itu pertanda anda ditakdirkan
sukses. Jika sampai mati anda belum sukses, maka anak cucu andalah yang akan memetik
buahnya....Sebab belum tentu kesuksesan yang anda petik hari ini bisa menyelamatkan dunia
dan akhirat anda..."
"Saya harus bagaimana Kang?"
"Nggak usah bingung. Apakah ketika anda bingung itu segala nasib anda lalu berubah
seketika?"
Si Tambun itu hanya diam belaka, antara faham dan tidak. Tetapi dia telah merasakan
beberapa sentuhan jiwa, minimal ia akan banyak beristighfar karena teklah banyak
memprotes ketidakadilan Allah.

Memburu Allah
Seorang tamu di kedai itu sejak tadi pagi memegang tasbih. Rambutnya gondrong, menjadi
lengkap disebut sebagai pengembara ketika tongkat dan rangselnya ada di pundaknya. Tapi
wajahnya tampak sangar, matanya memerah dan lehernya menekuk.

"Mas, apa saya boleh berguru ke pondok ini ya?" celetuknya pada Pardi.
"Berguru apa Mas?"
"Ya, supaya saya bisa dzikir, dan tentu sampean tahu maksud saya..."
"Wah saya ini orang bodoh Mas. Jadi saya tak mengerti maksud Mas..."
"Begini, singkatnya, saya sedang mencari banyak guru, untuk memburu ilmu, agar saya
mendapatkan karomah, kehebatan, dan sekaligus pahala. Oh, ya, apakah keistemewaan dari
dzikir dan ilmu di sini...."
"Wooooouuuu begitu to maksud anda. Di sini tidak mengajarkan dzikir dengan
keistemewaan supaya bisa begini dan begitu. Kalau mengajarkan ilmu jelas ada. Tapi bukan
ilmu yang anda cari. Di sini hanya mengajarkan ilmu menata batin, menata jiwa, agar
hubungan dengan Allah itu punya adab. punya etika dan sopan santun...."
"Memang kalau kita berdzikir padaAllah itu tidak ada sopan santunnya Mas?" tanya orang
itu.
"Lha kalau dzikirnya demi pahala dan kehebatan itu sah-sah saja. Tapi anda nggak dapat
pahala besar. Bolehlah pahala kecil, apalagi kalau dzikirnya agar dapat karomah, malah di
sini yang begitu malah dapat sampah...."
Pemuda itu terjengak. Kaget setengah mati dengan jawaban aneh Pardi yang ceplas ceplos
itu.Seakan-akan membongkar seluruh pandangan hidupnya tentang ilmu dan dzikir, seperti
ada revolusi batin yang sungguh begitu keras dan meledak-ledak.
"Sampean mau dapat ilmu membaca pikiran orang? Tahu apa yang telah dilakukan orang
lain kemarin? Atau yang bakal terjadi?"
Pemuda itu semakin kaget. Ia tertunduk merenung dalam konflik batin yang tak karuan.
Ingin marah, tapi juga ia tak dapat menyangkal kebenaran omongan si Pardi itu.
Pardi sendiri juga heran. Tapi siapa yang harus diherankan ketika kehidupan perjalanan
manusia melalui proses yang memnang harus demikian. Semula manusia ingin mencari
rahasia-rahasia Allah, memburu kehebatan-kehebatan, bahkan dengan segala kedigdayaan
dan kebanggaannya, terus mencari yang dahsyat-dahsyat. Lalu mereka kehilangan Allah,
kehilangan tujuan hakiki hidupnya, sirna dalam buih-buih pencariannya.
Dulkamdi tiba-tiba masuk bersama Kang Soleh. Dua sahabat itu bernyanyi-nyanyi kecil.
Sambil berselimut sarung, mereka langsung memesan kopi. Sementara pemuda tadi masih
terus bergumul dengan kontemplasinya.
Kang Soleh menebarkan senyum khasnya. Tapi matanya tampak berkaca-kaca. Seperti
menahan duka yang dalam. Tapi juga ada peradaan menepiskan duka itu. Lalu ia bicara
seperti orang berpidato, sambil sesekali tangannya mengepal memukul-mukul pahanya
sendiri.

"Saya nggak habis pikir kenapa orang diajak pada kebaikan sulitnya bukan main. Orang di
ajak beribadah malasnya bukan main. Orang diajak dzikir yang tergambar hanya
proposalnya saja di depan Allah. Orang sudah banyak yang ingin memaksa Allah sesuai
dengan seleranya. Orang diajak senyum malah marah. Diajak marah malah menghindar dari
kenyataan. Diajak menuju kepada Allah malah ingin mencari selain Allah, mencari pahala,
mencari kehebatan, mencari hal-hal aneh. Apakah mereka masih punya alasan lain untuk
mendurhakai Allah?"
Pemuda tadi tiba-tiba pucat pasi mendengar orasi Kang Soleh yang cukup emosional. Tapi
Kang Soleh terus nerocos.
"Tapi,....yaaakh...Memang Allah masih menakdirkan mereka itu sebatas itu, mau apalagi.
Astaghfirullaahal'adzim, jangan-jangan saya sendiri malah hancur-hancuran. Saya memburu
ikan paus malah dapat ikan teri. Saya memburu Allah, malah terpesona rahasia-rahasia
Allah. Wah..weah...wah..." kata Kang Soleh geleng kepala, sambil airmatanya bercucuran.
"Kang...Kang! Tenang, Kang!....kita pakai teori, kejarlah daku kau kutangkap!" ceplos
Dulkamdi.
"Betul....!" jerit Kang Soleh keras-keras. "Kita membru Allah, mengejar Allah, biar
ditangkap oleh Allah. Tapi Dul....Dul....." Kang Soleh tak mampu meneruskan kata-katanya.
Nafasnya tersenggal-senggal.
"Tapi apa Kang?"
"Tapi...Ditangkap Allah itu rasanya sakit Dul, sakit sekali....pedih. Kamu tahu Dul, betapa
hangus nya diri kita dalam Genggaman Allah. Tapi, sesungguhnya dibalik genggaman itu
ada ruang tak terhingga ketika jiwa kita dilepas oleh genggamanNya. Hati kita bisa melihat
kebun mawar syurgawi, taman firdaus ruhani, dan tarian mahajelita jamaliyah
bidadari....Dul...."
Kang Soleh seseunggukan seperti anak kecil. Dan Pemuda itu yang sedari tadi pucat pasi,
sudah tergolek tak mampu bergerak lagi, kecuali dadanya yang naik turun. Pingsan!

Anda mungkin juga menyukai