Anda di halaman 1dari 16

1

MAKALAH

INTERVENSI PSIKOLOGI KELOMPOK

“ EXPERIENTAL”

Dosen Pengampu : Asri Mutiara Putri, M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh:

1. A
2. Dwi Jihad Nur Fatimah (18370002)
3. Kris Dwi Aprillia (18370005)
4. Reza Afni (18370006)

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG

1
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan
Makalah “Experiental” dapat terselesaikan dengan baik tanpa kendala.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Intervensi Psikologi Kelompok. Dalam menyelesaikan makalah ini, kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami serta rekan rekan yang telah memberikan materi, semangat
dan motivasi untuk menyelesaikan makalah ini.

Penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat


adanya kekurangan dan kesalahan, hal itu disebabkan karena keterbatasan
penyusun, baik dalam pemahaman materi, maupun dalam referensi yang
dijadikan rujukan dan sumber penyusunan makalah. Maka dari itu,
diharapkan kepada semua pihak agar memberikan saran dan kritik yang
kontruktif terhadap makalah ini, untuk perbaikan makalah ini dimasa
mendatang.

Demikian kata pengantar ini kami buat. Semoga dapat bermanfaat,


khususnya bagi diri pribadi kami sendiri dan pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, 20 September 2020

Penyusun

2
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Model Experiential Learning adalah suatu model proses belajar


mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan
dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini,
experiential learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk
menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam
proses pembelajaran. Experiential learning dapat didefinisikan sebagai
tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus
menerus mengalami perubahan guna meningkatkan keefektifan dari hasil
belajar itu sendiri. Tujuan dari model ini adalah untuk mempengaruhi siswa
dengan tiga cara, yaitu: mengubah struktur kognitif siswa, mengubah sikap
siswa, memperluas keterampilan-keterampilan siswa yang telah ada.

Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan memengaruhi seara


keseluruhan, tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak
ada, maka kedua elemen lainnya tidak akan efektif. Experiential learning
menekankan pada keinginan kuat dari dalam diri siswa untuk berhasil dalam
belajarnya. Motivasi ini didasarkan pula pada tujuan yang ingin dicapai dan
model belajar yang dipilih. Keinginan untuk berhasil tersebut dapat
meningkatakan tanggung jawab siswa terhadap perilaku belajarnya dan
meraka akan merasa dapat mengontrol perilaku tersebut.

Model  experiential learning memberi kesempatan kepada siswa


untuk memutuskan pengalaman apa yang menjadi fokus mereka,
keterampilan-keterampilan apa yang mereka ingin kembangkan, dan
bagaimana cara mereka membuat konsep dari pengalaman yang mereka
alami tersebut. Hal ini berbeda dengan pendekatan belajar tradisional di

3
4

mana siswa menjadi pendengar pasif dan hanya guru yang mengendalikan
proses belajar tanpa melibatkan siswa.

B. Rumusan Masalah
 Pengertian dari Model Experiantal Learning?
 Apa saja tahapan dari Model Experiantal Learning?
 Apa saja Aspek Pembelajaran Experiantal Learning?
 Bagaimana Prosedur Experiantal Learning?

C. Tujuan Masalah
 Mengetahui Pengertian dari Model Experiantal Learning
 Mengetahui tahapan dari Model Experiantal Learning
Mengetahui Aspek Pembelajaran Experiantal Learning
 Mengetahui Prosedur Experiantal Learning

4
5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Experiantial Learning Theory (Teori Pembelajaran


Berdasarkan Pengalaman)

Model Pembelajaran Eksperiensial Kolb (1984), Teori Kolb (1984)


dari experiential learning membahas komponen kunci dari learning-by-
doing, bagaimana cara kerjanya dan karakteristik yang berkontribusi pada
praktek yang bermakna. Sebagai teori yang diterima secara luas, pendidik
dapat menggunakan model untuk mendukung praktik mengajar dan
pengalaman peserta didik. Model ini dikenal dengan pendekatan holistiknya
terhadap pembelajaran siswa, yang menggabungkan tindakan/refleksi dan
pengalaman/abstraksi (Kolb & Kolb, 2011). Ada empat fase kunci untuk
siklus pembelajaran eksperiensial: pengalaman konkret (CE), observasi
reflektif (RO), konseptualisasi abstrak (AC), dan eksperimen aktif (AE)
(Gambar 1)(Kolb & Kolb, 2011). Tidak ada titik awal atau akhir dalam
siklus, memastikan siswa dapat melompat ke fase apa pun.

Gambar 1: Model Pembelajaran Experiential Kolb

5
6

 Concrete Experience/CE (Pengalaman Konkrit): Ini adalah fase


tindakan. Siswa didorong untuk mencoba aksi tersebut dan
mendapatkan pengalaman baru.
 Reflective Observation/RO (Pengamatan reflektif): Ini adalah fase
observasi. Siswa didorong untuk dengan sengaja merefleksikan
pengalaman mereka dari berbagai perspektif dan faktor yang terlibat
(misalnya lingkungan, pemangku kepentingan, konteks, hasil).
 Abstrac Conseptualization/AC (Konseptualisasi abstrak): Ini adalah
fase integrasi. Siswa didorong untuk mengintegrasikan pengalaman
(tindakan dan hasil) ke dalam skema pengetahuan yang ada dan
dengan teori yang ada. Hasilnya, konsep baru terbentuk dan dapat
diterapkan pada pengalaman masa depan.
 Active Experimentation/AE (Eksperimen aktif): Ini adalah tahap
hipotesis dan percobaan. Siswa didorong untuk membuat hipotesis
tentang apa yang akan terjadi dan mencoba tindakan dengan
membuat keputusan dan memecahkan masalah.

B. Temuan Utama

Kolb & Kolb (2011) yang ekstensif bekerja di bidang pembelajaran


berdasarkan pengalaman telah menghasilkan beberapa pertimbangan yang
harus ditinjau oleh pendidik. Mereka merekomendasikan bahwa pendidik
mengenali bahwa pembelajaran itu bersiklus dan sementara siswa belajar
tentang konten dan materi pelajaran tertentu, refleksi dan pembelajaran
tentang proses pembelajaran diri dan individu sama pentingnya.

Ingatlah bahwa pembelajaran berdasarkan pengalaman


membutuhkan kerja dan waktu; itu harus bertujuan dan bermanfaat bagi
pembelajaran siswa. Pendidik hendaknya melakukan kegiatan berdasarkan
tingkat keterlibatan yang sesuai dan paling bermakna bagi siswa (Kolb &
Kolb, 2011, hlm. 58). Kolb & Kolb (2011) mengemukakan prinsip-prinsip
berikut sebagai pedoman:

6
7

 Menghormati pembelajaran dan pengalaman mereka;


 Mulai belajar dengan pengalaman pelajar tentang materi pelajaran;
 Membuat dan mengadakan ruang yang ramah untuk belajar;
 Memberi ruang untuk pembelajaran percakapan;
 Memberi ruang untuk bertindak dan berefleksi;
 Memberi ruang untuk merasa dan berpikir;
 Memberi ruang untuk pembelajaran dari dalam ke luar;
 Memberi ruang untuk pengembangan keahlian; dan
 Memberi ruang bagi peserta didik untuk mengambil karakter dari
pembelajaran mereka sendiri (2011, hlm. 61-62).

C. Model Pembelajaran Experiential (Experiential Learning)

Model pembelajaran Experiential merupakan sebuah model


pembelajaran yang didasarkan pada teori Kolb, yaitu merupakan proses
dimana pengetahuan terkonstruksi melalui transformasi pengalaman. Belajar
dari pengalaman mencakup keterkaitan antara berbuat (the doing) dan
berpikir (the thinking). Menurut Kolb & Kolb (2005), tujuan teori
pembelajaran konstruktivis sosial Vygotsky sejalan dengan pengembangan
model pembelajaran Experiential. Seseorang akan belajar jauh lebih baik
lewat keterlibatannya secara aktif dalam proses belajar. Menurut Vygotsky,
konstruksi pengetahuan fisik dan logiko matematis bersifat inter-
individualistik. Proses konstruksi pengetahuan lewat pengalaman tidak
dapat terjadi pda ruang lingkup yang kosong.

Pembelajaran Experiential menawarkan perbedaan yang mendasar


yang melihat proses belajar yang didasarkan atas epistemologi empiris
(Arsoy & Özad, 2005). Teori ini menekankan akan kebutuhan lingkungan
belajar dengan menyediakan kesempatan siswa belajar untuk
mengembangkan dan membangun pengetahuan melalui pengalamannya.
Pengalaman akan menyajikan dasar untuk melakukan refleksi dan observasi,
mengkonseptualisasi dan menganalisis pengetahuan dalam pikiran anak.

7
8

Model pembelajaran Experiential mendefinisikan pembelajaran


sebagai sebuah proses yang didapatkan melalui kombinasi antara
memperoleh pengalaman (grasping experiece) dengan mentransformasi
pengalaman (transformation of experiece) (Holzer & Andruet, 2000; Adam,
et al., 2004). Kegiatan memperoleh pengalaman (grasping experience) dapat
terjadi secara langsung, yaitu melalui indra dan secara tidak langsung, yaitu
berupa bentuk simbolis, misalnya konsep. Kegiatan mentransformasi
pengalaman (transforming experience) berupa refleksi dan keterlibatan
siswa dalam suatu aktivitas sains. Model pembelajaran Experiential
menggambarkan dua model peroleh informasi yaitu concrete experience dan
abstract conceptualization, dan dua model transformasi pengalaman yaitu
reflective observation dan active experimentation.

Pengalaman memberi peranan penting dalam kontruksi pengetahuan.


Madnesen & Sheal mengemukakan bahwa kebermaknaan belajar tergantung
bagaimana cara belajar. Jika belajar hanya dengan membaca kebermaknaan
belajar bisa mencapai 10%, dari mendengar 20%, dari melihat 30%,
mendengar dan melihat 50%, mengkomunikasikan mencapai 70 %, dan
belajar dengan melakukan dan mengkomunikasikan bisa mencapai 90%
(Suherman, 2006). Jelas bahwa kegiatan belajar dengan peran aktif siswa
dalam pengalaman nyata dapat mengoptimalkan kegiatan dalam mencapai
tujuan belajar.

Kolb (1994) mengemukakan 3 karakteristik model pembelajaran


Experiential, yaitu:

 belajar paling baik diterima sebagai suatu proses, di mana konsep


diperoleh dan dimodifikasi dari kegiatan eksperimen, tidak
dinyatakan dalam bentuk produk,
 belajar merupakan proses kontinu bertolak dari pengalaman,
 proses belajar memerlukan resolusi konflik (Wita et al.,2007).

Model pembelajaran Experiential menekankan pada peranan


pengalaman dalam proses pembelajaran, pentingnya keterlibatan aktif siswa,

8
9

dan kecerdasan sebagai kesan interaksi antara pebelajar dengan


lingkungannya (Yusof et al., 2007). Prior experiences dalam MPE sangat
penting yang merupakan starter dalam proses pembelajaran yang
berlangsung. Kolb menyampaikan “learning is a process, in which
knowledge is created through transformation of experience”. Kegiatan
belajar merupakan suatu proses. Pengetahuan dibentuk melalui tranformasi
pengalaman siswa.

Teori pembelajaran Experiential memberikan jalan dan alternatif di


dalam pembelajaran, menyediakan sebuah pemahaman nyata (concrete
understanding) tentang bagaimana sebuah kelas dapat belajar lebih baik
(Sharlanova, 2004). Witherington mengungkapkan ciri-ciri pengalaman
edukatif adalah berpusat pada satu tujuan yang berarti bagi anak
(meaningful), kontinu dengan kehidupan anak, interaksi dengan lingkungan,
dan menambah integrasi anak “…the process is learning is doing, reacting,
undergoing, and experiencing. The product are all achieved by the learner
through his own activity…” (Djamarah & Zain, 2002).

Pembelajaran Experiential adalah proses belajar secara edukatif,


berpusat pada pebelajar, dan berorientasi pada aktivitas. Refleksi secara
personal tentang suatu pengalaman dan memformulasikan rencana untuk
menetapkan apa yang telah diperoleh dari pengalaman sains untuk konteks
sains yang lain adalah faktor kritis dalam menjaga efektivitas pembelajaran
Experiential.

Pengalaman-pengalaman yang telah dialami siswa mempunyai


peranan penting dalam pembentukan pengetahuan kognitif dalam pikiran
siswa. Siswa merefleksikan pengalamannya pada sebuah pengetahuan baru.
Suparno (1997) memaparkan bahwa konsep baru dapat diintegrasi dengan
konsep yang ada di dalam struktur kognitif siswa apabila konsep baru
tersebut dapat mereka bayangkan atau dapat mereka kaitkan dengan dunia
nyata (realistik). Pengetahuan yang diperoleh kemudian diaplikasikan pada
situasi lain (Diem, 2001; Walt & Blicblau. 2005).

9
10

Keterlibatan siswa dalam kegiatan eksperimen akan membuat


individu memperoleh pengalaman langsung yang konkrit. Menurut Bruner,
ketika siswa dilibatkan dalam kegiatan pengalaman eksperimen, mereka
akan mengembangkan kemampuan untuk pemecahan masalah yang ada
(Gonen & Ozek, 2005). Siswa atau individu kemudian akan
mengembangkan keterampilan observasi dan kemudian merefleksikan
pengalaman yang diperolehnya. Setelah fase ini, siswa akan membentuk
generalisasi dalam pikirannya yang kemudian menghasilkan sebuah
implikasi yang menjadi pegangan dalam pengalaman baru. Kolb
menguraikan beberapa manfaat penerapan pembelajaran yang didasarkan
pada pengalaman sebagai berikut (Adam, et al., 2004).

 Menyediakan arah pembelajaran yang tepat dalam penerapan apa


yang dipelajari.
 Memberikan arah cakupan metode pembelajaran yang diperlukan.
 Memberikan kaitan yang erat antara teori dan praktek.
 Dengan jelas merumuskan pentingnya para siswa untuk
merefleksikan dan merangsang siswa memberikan umpan balik
tentang apa yang mereka pelajari.
 Membantu dalam mengkombinasi gaya pengajaran sehingga
pembelajaran menjadi lebih efektif.

Pembelajaran Experiential digambarkan dalam suatu siklus


pembelajaran yang terhirarki pada masing-masing fase. Terdapat empat
tahapan model belajar berbasis pengalaman (Experiential Learning Model),
yaitu Concrete Experience, Refective Observation, Abstract
Conceptualization, Active Experimentation. Sharlanova (2004)
menyampaikan kegiatan belajar dalam siklus belajar Kolb sebagai berikut.

1. Concrete Experience (CE)

Pada tahap concrete experience, pebelajar baik secara individu, tim,


atau organisasi hanya mengerjakan tugas. Tugas yang dimaksudkan adalah
aktivitas sains yang mendorong mereka melakukan kegiatan sains atau

10
11

mengalami sendiri suatu fenomena yang akan dipelajari. Siswa berperan


sebagai partisipan aktif. Fenomena ini dapat berangkat dari pengalaman
yang pernah dialami sebelumnya baik formal ataupun informal, atau situasi
yang bersifat real problematic sehingga mampu membangkitkan interest
siswa untuk menyelidiki lebih jauh.

2. Refective Observation (RO)

Pada tahap refective observation, siswa mereview apa yang telah


dilakukan atau dipelajari. Keterampilan mendengarkan, memberikan
perhatian atau tanggapan, menemukan perbedaaan, dan menerapakan ide
atau gagasan dapat membantu dalam memperoleh hasil refleksi. Siswa
mengamati secara seksama dari aktivitas sains yang sedang dilakukan
dengan menggunakan panca indra (sense) atau perasaan (feeling) kemudian
merefleksikan hasil yang didapatkan. Pada tahap ini siswa
mengkomunikasikan satu sama lain hasil refleksi yang dilakukan

3. Abstract Conceptualization (AC)

Tahap abstract conceptualization merupakan tahapan mind-on atau


fase “think” di mana pebelajar mampu memberikan penjelasan mtematis
terhadap suatu fenomena dengan memikirkan, mencermati alasan hubungan
timbal balik (reciprocal-causing) terhadap pengalaman (experience) yang
diperoleh setelah melakukan observasi dan refleksi terhadap penglaman
sains pada fase concrete experience. Pelajar mencoba mengkonseptualisasi
suatu teori atau model terhadap penglaman yang diobservasi dan
mengintegrasikan pengalaman baru yang diperoleh dengan pengalaman
sebelumnya (prior experience).

4. Active Experimentation (AE)

Pada tahap ini, pelajar mencoba merencanakan bagaimana menguji


kemampuan suatu teori atau model untuk menjelaskan pengalaman baru
yang diperoleh selanjutnya. Proses belajar bermakna akan terjadi pada tahap
active experimentation (Mardana, 2006). Pengalaman yang diperoleh

11
12

pebelajar sebelumnya dapat diterapkan pada pengalaman baru dan atau


situasi problematik yang baru. Melalui kegiatan active experimentation ini
siswa akan melatih kemampuan berpikir kritis. Siswa mengetahui sejauh
mana pemahaman yang telah dimiliki dalam memecahkan permasalahan-
permasalahan yang terkait dengan pengalaman sehari-hari. Terdapat tahapan
penting dalam pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Experiential yang terangkum dalam sintak pembelajaran. Menurut Mardana
(2006), model pembelajaran Experiential mampu menyediakan tahapan-
tahapan pembelajaran yang menekankan pada terjadinya proses transformasi
pengalaman sains berangkat dari pengalaman sehari-hari.

D. Aspek Pembelajaran Experiental Learning

Experiential learning itu sendiri berisi 3 aspek yaitu:

 Pengetahuan (konsep, fakta, informasi)


 Aktivitas (penerapan dalam kegiatan).
 Refleksi  (analisis dampak kegiatan terhadap perkembangan
individu).

Ketiganya merupakan kontribusi penting dalam tercapainya tujuan


pembelajaran. Relasi dari ketiganya dapat digambarkan sebagai berikut:
Sedangkan dalam merancang pelatihan experiental learning, ada 4 tahapan
yang harus dilalui yaitu:

 Experiencing, tantangan pribadi atau kelompok.


 Reviewing, menggali individu untuk mengkomunikasikan
pembelajaran dari pengalaman yang didapat.
 Concluding, menggambarkan kesimpulan dan kaitan antara masa
lalu dan sekarang.
 Planning, menerapkan hasil pembelajaran yang dialaminya.

12
13

E. Prosedur Pembelajaran Experiential Learning.

Model pembelajaran semacam ini memberikan kesempatan kepada


siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif. Lebih lanjut,
Hamalik menyatakan bahwa pembelajaran berdasarkan pengalaman
memberi seperangkat atau serangkaian situasi belajar dalam bentuk
keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru
(Hamalik,2001). Cara ini mengarahkan para siswa untuk mendapatkan
pengalaman lebih banyak melalui keterlibatan secara aktif dan personal,
dibandingan bila mereka hanya membaca suatu materi atau konsep. Dengan
demikian, belajar berdasarkan pengalaman lebih terpusat pada pengalaman
belajar siswa yang bersifat terbuka dan siswa mampu membimbing dirinya
sendiri.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa penerapan


model experiential learning dapat membantu siswa dalam membangun
pengetahuannya sendiri (Depdiknas, 2002). Seperti halnya model
pembelajaran lainnya, dalam menerapakan model experiental learning guru
harus memperbaiki prosedur agar pembelajarannya berjalan dengan baik.
Hamalik (2001), mengungkapkan beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam model pembelajaran experiental learning adalah sebagai berikut :

 Guru merumuskan secara seksama suatu rencana pengalaman belajar


yang bersifat terbuka (open minded) yang memiliki hasil-hasil
tertentu.
 Guru harus bisa memberikan rangsangan dan motivasi.
 Siswa dapat bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil/keseluruhan kelompok di dalam belajar berdasarkan
pengalaman.
 Para siswa ditempatkan pada situasi-situasi nyata, maksudnya siswa
mampu memecahkan masalah dan bukan dalam situsi pengganti.
Contohnya, Didalam kelompok kecil, siswa membuat mobil-mobilan

13
14

dengan menggunakan potongan-potongan kayu, bukan menceritakan


cara membuat mobil-mobilan.
 Siswa aktif berpartisipasi di dalam pengalaman yang tersedia,
membua keputusan sendiri, menerima kosekuensi berdasarkan
keputusan tersebut.
 Keseluruhan kelas menceritakan kembali tentang apa yang dialam
sehubungan dengan mata pelajaran tersebut untuk memperluas
pengalaman belajar dan pemahaman siswa dalam melaksanakan
pertemuan yang nantinya akan membahas bermacam-macam
pengalaman tersebut.

Selain beberapa hal yang harus diperhatikan dalam model


pembelajaran experiental learning, guru juga harus memperhatikan metode
belajar melalui pengalaman ini, yaitu

 Strategi belajar melalui pengalaman berpusat pada siswa dan


berorientasi pada aktivitas. Penekanan dalam strategi belajar melalui
pengalaman adalah proses belajar, dan bukan hasil belajar.
 Guru dapat menggunakan strategi ini dengan baik di dalam kelas
maupun di luar kelas.

14
15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model pembelajaran experiential learning merupakan model


pembelajaran yang dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna,
dimana siswa mengalami apa yang mereka pelajari. Melalui model  ini,
siswa belajar tidak hanya belajar tentang konsep materi belaka, hal ini
dikarenakan siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran
untuk dijadikan sebagai suatu pengalaman. Hasil dari proses pembelajaran
experiential learning tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja, juga
tidak seperti teori behavior yang menghilangkan peran pengalaman subjektif
dalam proses belajar. Pengetahuan yang tercipta dari model ini merupakan
perpaduan antara memahami dan mentransformasi pengalaman.

15
16

Refrensi

Kolb, A. Y. & Kolb, D. A. (2011). Teori pembelajaran eksperiensial:


Pendekatan holistik yang dinamis untuk pembelajaran manajemen,
pendidikan dan pengembangan. Dalam Armstrong, S. J. & Fukami, C.
(Eds.) Buku Pegangan pembelajaran manajemen, pendidikan dan
pengembangan. 10.4135 / 9780857021038.n3.

16

Anda mungkin juga menyukai