Anda di halaman 1dari 128

Edisi 2

ROADMAP DEPTAN.indb 1

2/15/2013 7:35:34 PM

Undang-Undang
RI nomor 7 tahun 1996
tentang pangan. Ketahanan
pangan adalah suatu
kondisi dimana setiap
individu dan rumahtangga
memiliki akses secara fisik,
ekonomi, dan ketersediaan
pangan yang cukup,
aman, serta bergizi untuk
memenuhi kebutuhan
sesuai dengan seleranya
bagi kehidupan yang aktif
dan sehat.

Penerbit:
Kementerian Pertanian
Kantor Pusat Kementerian Pertanian
Jl. Harsono RM No.3, Ragunan-Jakarta 12550, INDONESIA

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Tahun 2012
Foto:
Dokumentasi Badan Ketahanan Pangan
Desain:
Penebar Art

ROADMAP DEPTAN.indb 2

2/15/2013 7:35:34 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan

DAFTAR ISI

Tahun 2011 - 2015

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 3

[3]

2/15/2013 7:35:34 PM

{4}

PENEBAR SWADAYA

ROADMAP DEPTAN.indb 4

2/15/2013 7:35:34 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

DAFTAR Tabel

DAFTAR Gambar

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 5

[5]

2/15/2013 7:35:34 PM

DAFTAR Lampiran

[6]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 6

2/15/2013 7:35:34 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 7

[7]

2/15/2013 7:35:34 PM

Sambutan

Menteri Pertanian RI

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Buku Roadmap Diversifikasi Pangan 2011-2015 ini
disusun sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan
percepatan

diversifikasi

atau

penganekaragaman

konsumsi pangan. Diversifikasi pangan merupakan


salah satu prioritas dari empat target sukses pertanian,
karena itu program atau gerakan percepatan diversifikasi
konsumsi pangan harus dilaksanakan secara terstruktur
dan terukur, dengan kegiatan, sasaran, dan ukuran kinerja yang jelas.
Roadmap ini merupakan penjabaran dari Peraturan Presiden (Perpres) No.
22 Tahun 2009. Dalam Perpres tersebut disebutkan dua sasaran dari upaya
diversifikasi pangan yaitu: (1) memasyarakatkan pola konsumsi pangan yang
beragam, bergizi, seimbang dan aman, serta, (2) mengurangi konsumsi beras/
kapita 1,5% per tahun. Saya meyakini bahwa program diversifikasi konsumsi
pangan ini hanya akan berhasil apabila semua pemangku kepentingan aktif
mendukung pelaksanaan program ini.
Perjalanan panjang upaya pelaksanaan diversifikasi pangan di Indonesia telah
mengalami pasang surut dari masa ke masa. Namun demikian, upaya tersebut
sampai saat ini belum memperlihatkan hasil yang memuaskan, bahkan konsumsi
makanan pokok masyarakat Indonesia masih tetap bertumpu pada beras, dan

[8]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 8

2/15/2013 7:35:35 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

yang cukup merisaukan secara perlahan beralih ke makanan yang bahan bakunya
tidak diproduksi di Indonesia pada saat ini, yaitu terigu.
Di sisi lain sebenarnya banyak tersedia makanan sumber karbohidrat berasal
dari pangan lokal seperti ubi-ubian (singkong, ubi jalar, talas, ganyong), sukun,
jagung dan pisang. Makanan-makanan sumber karbohidrat tersebut posisinya
di masyarakat dianggap kurang bergengsi dibandingkan dengan nasi, sehingga
muncul pameo kalau belum makan nasi dianggap belum makan. Kita akan terus
berupaya mengubah sikap masyarakat tersebut, agar di masa datang lebih
berminat untuk mengonsumsi makanan sumber karbohidrat dari bahan baku
lokal. Untuk itu, tentunya makanan tersebut harus beragam, bergizi seimbang
serta aman dikonsumsi untuk mendukung seseorang hidup sehat, aktif, dan
produktif. Untuk mencapai hal tersebut, kegiatan utama diversifikasi pangan pada
dasarnya berupa: (1) promosi dan sosialisasi pola konsumsi pangan beragam,
bergizi seimbang dan aman, (2) pemanfaatan lahan pekarangan dengan pola
pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), dan pengembangan
olahan pangan berbasis pangan lokal.
Saya berharap buku ini dapat dijadikan acuan oleh seluruh pemangku
kepentingan dalam implementasi kebijakan percepatan penganekaragaman
konsumsi pangan.

Menteri Pertanian RI

Suswono

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 9

[9]

2/15/2013 7:35:35 PM

Kata Pengantar

Diversifikasi

atau

penganekaragaman

pangan

merupakan salah satu kunci sukses pembangunan


pertanian sebagaimana tertuang dalam Rencana
Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014.
Upaya peningkatan diversifikasi pangan dimaksudkan
untuk

meningkatkan ketersediaan dan konsumsi

pangan yang beragam dan bergizi seimbang, dan


menghindari ketergantungan pada 1 jenis pangan pangan pokok seperti beras.
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati kedua
terbesar, dengan 77 spesies tanaman sumber karbohidrat seperti serealia
(jagung, sorghum, hotong, jali, jawawut dll), ubi-ubian (singkong, ubi jalar, talas,
sagu, ganyong, garut, gembili, gadung dll), dan buah (sukun, pisang, labu kuning,
buah bakau, dll). Pangan sumber karbohidrat tersebut tersedia dan tumbuh
subur di seluruh Indonesia, dan secara tradisional dikonsumsi sebagai pangan
pokok maupun kudapan.
Dengan kecenderungan bergesernya budaya makan masyarakat ke arah
makanan instan, maka ketersediaan pangan lokal harus diupayakan mengikuti
trend permintaan konsumen dan tersedia di pasar serta mudah dijangkau secara
fisik maupun ekonomi (murah). Tujuan yang diinginkan adalah meningkatkan

[10]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 10

2/15/2013 7:35:35 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

kualitas konsumsi pangan masyarakat ke arah pangan yang beragam dan bergizi
seimbang serta aman, berbasis sumberdaya lokal, untuk hidup sehat, aktif dan
produktif.
Upaya peningkatan diversifikasi pangan memerlukan dukungan dan sinergi
kegiatan lintas sektor serta peran aktif para pemangku kepentingan termasuk
pembuat kebijakan, pelaku usaha, peneliti dan para pihak yang peduli terhadap
ketahanan pangan berbasis sumberdaya lokal dan pengembangan sumber daya
manusia Indonesia yang berkualitas.
Pada akhirnya saya mengharapkan dukungan dari semua stakeholder terkait untuk
secara bersama-sama menyukseskan upaya peningkatan diversifikasi pangan
dengan mengutamakan pangan-pangan lokal sumber karbohidrat, sumber
protein, sumber vitamin dan mineral yang ada di seluruh wilayah Indonesia.

Kepala Badan Ketahanan Pangan


Kementerian Pertanian

Achmad Suryana

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 11

[11]

2/15/2013 7:35:35 PM

Ringkasan
eksekutif

ingginya dominasi beras dalam pola konsumsi pangan penduduk


Indonesia hingga saat ini merupakan salah satu penyebab masih
rendahnya kualitas konsumsi pangan nasional, yang belum
beragam dan bergizi seimbang yang diindikasikan oleh skor Pola

Pangan Harapan. Kontribusi beras dalam konsumsi kelompok padi-padian


sebesar 996 kkal/kap/hari atau mencapai 80.6 persen terhadap total energi padipadian (1.236 kkal/kap/hr) pada tahun 2011.
Beras sebagai pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, tidak
hanya telah membudaya dalam pola konsumsi pangan masyarakat namun juga
dianggap memiliki citra pangan yang lebih baik dari sisi sosial. Sementara komoditi
sumber karbohidrat lainnya yang biasa dikonsumsi sebagian masyarakat di
masa lampau, saat ini semakin tergeser sejalan dengan perkembangan ekonomi
dan teknologi serta sebagai ekses dari kebijakan pemerintah berupa program
penyaluran beras bagi keluarga miskin atau RASKIN.
Sementara keberagaman jenis pangan dan keseimbangan gizi dalam pola
konsumsi pangan dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat, aktif dan produktif.
Dengan memperhatikan pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia yang masih
belum sesuai harapan tersebut, maka penganekaragaman konsumsi pangan

[12]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 12

2/15/2013 7:35:35 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

atau diversifikasi konsumsi pangan menjadi penting untuk

Upaya

dilaksanakan guna menciptakan generasi sumber daya

penganekaragaman

manusia yang lebih berkualitas dan berdaya saing.

konsumsi pangan

Untuk mencapai kualitas konsumsi pangan yang lebih baik,


perlu ditingkatkan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani,
kacang-kacangan, buah/biji berminyak, gula serta sayur dan
buah atau dikenal sebagai penganekaragaman konsumsi
secara horizontal. Selain itu, peningkatan kualitas konsumsi
pangan juga dapat dicapai melalui penganekaragaman
vertikal yaitu konsumsi aneka ragam jenis pangan sumber
karbohidrat dan olahannya (jenis padi-padian: jagung dan
olahannya, hotong, sorghum, biji jali, dan jenis padi-padian
lainnya), aneka pangan sumber protein dan olahannya
(aneka pangan hewani dan aneka kacang-kacangan), serta

harus berbasis sumber


pangan setempat
atau khas daerah.
Hal ini agar diartikan
bahwa pengurangan
konsumsi beras tidak
dapat digantikan
dengan konsumsi
gandum/terigu yang
hampir seluruhnya
diimpor.

aneka pangan sumber vitamin dan olahannya (beragam jenis


sayur dan buah-buahan). Dengan demikian, peningkatan
konsumsi kelompok pangan sumber tenaga, pembangun
dan pengatur perlu diiringi dengan penurunan konsumsi
beras.
Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden
No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber
Daya Lokal, bahwa upaya penganekaragaman konsumsi
pangan harus berbasis sumber pangan setempat atau khas
daerah. Hal ini agar diartikan bahwa pengurangan konsumsi
beras tidak dapat digantikan dengan konsumsi gandum/
terigu yang hampir seluruhnya diimpor.

Sementara

konsumsi umbi-umbian bukan hanya sebagai pangan


pilihan pengganti padi-padian namun juga sebagai pangan

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 13

[13]

2/15/2013 7:35:35 PM

berpati (starchy foods) yang banyak mengandung serat dan dibutuhkan tubuh
untuk dikonsumsi setiap hari, seperti sagu, ubi kayu, ubi jalar, talas, pisang, labu
kuning, dan sukun.
Upaya diversiifikasi konsumsi pangan tentunya akan menghadapi berbagai
tantangan seperti laju pertumbuhan penduduk yang harus disertai dengan
ketersediaan pangan yang memenuhi gizi. Dari aspek psikologis, modernisasi
dalam kehidupan masyarakat tanpa disadari menggerus pola konsumsi
masyarakat dari mengonsumsi pangan lokal kepada pangan yang instan. Situasi
pergeseran pola konsumsi pangan masyarakat ini disebabkan oleh banyak hal
seperti masih kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap konsumsi pangan
beragam, bergizi seimbang dan masih aman. Sebagian masyarakat masih
memiliki prinsip asal kenyang. Di sisi lain, untuk mempercepat proses adaptasi
masyarakat kembali kepada pangan lokal diperlukan pengembangan teknologi
tepat guna baik untuk memproduksi maupun mengolah bahan pangan terutama
pangan lokal non beras. Melalui teknologi tepat guna dapat ditingkatkan nilai
tambah dan nilai sosial dari pangan lokal selain beras. Saat ini ketersediaan dan
akses terhadap teknologi semacam itu diindikasikan relatif rendah.
Dengan semakin disadarinya bahwa diversifikasi konsumsi pangan merupakan
suatu tuntutan yang penting untuk dilaksanakan melalui suatu gerakan
percepatan diversifikasi konsumsi pangan secara terkoordinasi dan sinergi antar
kebijakan di tingkat pusat lintas sektor dan daerah serta dukungan partisipasi
aktif pihak swasta dan masyarakat, yang diwujudkan dalam bentuk program dan
kegiatan sesuai kewenangan masing-masing namun saling mendukung, termasuk
pengembangan program-program percepatan pengurangan kemiskinan.
Berbagai kegiatan pembangunan ketahanan pangan dilaksanakan dalam rangka
percepatan penganekaragaman konsumsi pangan. Kegiatan promosi/kampanye
dilakukan melalui iklan layanan masyarakat, poster, baliho, leaflet, komik dan lainlain. Hampir semua provinsi dan kabupaten/kota telah mengeluarkan aturan/

[14]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 14

2/15/2013 7:35:35 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

edaran tentang upaya penganekaragaman konsumsi berbasis sumber daya lokal.


Pengenalan masyarakat terhadap menu pilihan pengganti beras dan terigu baik
sebagai pangan pokok maupun kudapan, dilakukan dengan melibatkan para ahli
teknologi pangan dari perguruan tinggi dan Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Di samping itu upaya peningkatan kualitas konsumsi pangan dilakukan
melalui upaya pemberdayaan kelompok wanita untuk mengoptimalkan
pemanfaatan pekarangan dengan menanam sayur dan buah serta budidaya ternak
kecil melalui pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari.

Sawut Singkong Kuning Lengkap

Mie Ubi Pelangi

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 15

[15]

2/15/2013 7:35:35 PM

Keladi Isi Ubi Ungu

Nasi Bingu Jagung Lengkap

Kentang Golong Lengkap

[16]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 16

2/15/2013 7:35:35 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Nasi Jagung Campur

Nasi Keribang Jali

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 17

[17]

2/15/2013 7:35:35 PM

pendahuluan

1
A. Latar Belakang
Membangun ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, swasta, dan masyarakat. Ketahanan pangan dimaksud adalah
kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat,
aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Sejalan dengan hal tersebut, salah satu
kunci sukses Kementerian Pertanian adalah peningkatan diversifikasi pangan
untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan pokok tertentu.
Hal ini didasari oleh pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia yang masih
belum beragam, bergizi seimbang, dan aman serta masih didominasi oleh beras.
Kontribusi beras dalam konsumsi kelompok padi-padian sebesar 996 kkal/kap/
hari atau mencapai 80,6 persen terhadap total energi padi-padian (1.236 kkal/
kap/hr) pada tahun 2011. Di samping itu, rendahnya konsumsi pangan hewani,
sayuran, buah dan aneka kacang menyebabkan kualitas konsumsi pangan
masyarakat masih rendah yang diindikasikan dengan skor Pola Pangan Harapan
(PPH) 77,3 tahun 2011 atau masih di bawah PPH yang ideal sebesar 100.
Keberagaman jenis pangan dan keseimbangan gizi dalam pola konsumsi pangan
dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat, aktif, dan produktif. Penganekaragaman
pangan adalah upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi pangan yang
beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya lokal.

[18]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 18

2/15/2013 7:35:35 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Penganekaragaman konsumsi pangan atau diversifikasi


pangan harus dilaksanakan guna menciptakan sumber daya
manusia yang lebih berkualitas dan berdaya saing. Data Human
Development Reports UNDP (United Nations Development
Programme) tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
2011, mengindikasikan bahwa Indonesia dikategorikan ke
dalam Medium Human Development dan menduduki peringkat
124 dari 187 negara, sementara Singapura peringkat 26, Brunei
Darussalam peringkat 33, Malaysia peringkat 61, Thailand
peringkat 103 dan Vietnam peringkat 128.
Selain itu, masih banyak tantangan yang akan dihadapi dalam
pemenuhan kebutuhan pangan di masa mendatang, baik
secara nasional, regional bahkan internasional, seperti laju
pertumbuhan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi di
berbagai belahan dunia, serta isu perubahan iklim. Sementara,

Perkembangan Pola
Konsumsi Pangan Pokok
Tahun
1954 :

Pola konsumsi pangan


pokok yaitu konsumsi
beras mencapai 53,5%,
sedangkan konsumsi ubi
kayu (22,26%), jagung
(18,9%) dan kentang
(4,99%).

Tahun
1987:

Pola konsumsi pangan


pokok sudah bergeser luar
biasa yaitu konsumsi beras
menjadi 81,1%, sedangkan
konsumsi ubi kayu 10,02%
dan jagung 7,82%.

Tahun
1999:

Perubahan pola konsumsi


pangan pokok berlanjut,
yaitu konsumsi jagung
hanya sebesar 3,1% dan
ubi kayu 8,83%

Tahun
2010:

Pangsa non beras (ubi


kayu, jagung dan kentang)
dalam pola konsumsi
pangan pokok hampir
tidak ada dan digantikan
oleh konsumsi terigu naik
500% menjadi 10.92 kg/
kap/tahun (dalam kurun
waktu 30 tahun).

sumber daya alam (lahan dan air) semakin terbatas, sebagai


akibat dari konversi lahan pertanian ke non pertanian,
meluasnya wilayah gurun atau penggurunan (desertification),
serta konversi bahan pangan menjadi bahan bakar.
Meroketnya harga pangan dunia pada tahun 2007 dan
2008 merupakan satu contoh nyata dari distorsi terhadap
keseimbangan antara pasokan dan permintaan pangan
dunia. Oleh karena itu, berbagai upaya (dari sisi pasokan dan
permintaan) perlu dilakukan untuk menghadapi berbagai
tantangan itu, salah satunya adalah optimalisasi pemanfaatan
sumber hayati (nabati dan hewani) yang tersedia melalui
peningkatan teknologi mulai dari budidaya, penanganan
pasca panen hingga pendistribusian serta penumbuhan
kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi pangan lokal

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 19

[19]

2/15/2013 7:35:35 PM

yang mampu berkontribusi terhadap pola makan yang beragam dan bergizi
seimbang, sekaligus dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap
pangan pokok tertentu.
Peran industri dan swasta dalam pengembangan pangan lokal untuk mendukung
diversifikasi pangan masih harus ditingkatkan. Pada umumnya industri yang
bergerak di bidang pangan masih mengandalkan terigu sebagai bahan baku
utama meskipun sudah dikembangkan tepung pengganti terigu yang berbasis
sumber daya lokal seperti ubi kayu, dan banyak sumber karbohidrat dari jenis

Perkembangan Kebijakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan


Tahun 1960

Program Perbaikan Menu Makanan Rakyat

Tahun 1969

Pemerintah mempopulerkan slogan Pangan Bukan Hanya Beras dengan tujuan


untuk memanfaatkan bahan pangan lokal, maka diperkenalkan Beras Tekad dari
singkong untuk mengganti beras.

Tahun 1974

Pencanangan kebijakan diversifikasi pangan (INPRES Nomor 14 Tahun 1974) tentang


Perbaikan Menu Makanan Rakyat disempurnakan dengan Inpres Nomor 20 Tahun
1979 tentang Menganekaragamkan Jenis Pangan dan Meningkatkan Mutu Gizi
Makanan Rakyat.

Tahun 19931998

Program Diversifikasi Pangan dan Gizi dilaksanakan oleh Departemen Pertanian.

Tahun 1989

Dibentuk Kantor Menteri Negara Urusan Pangan dengan Program Aku Cinta Makanan
Indonesia.

Tahun 1996

Undang-undang No. 7 Tentang Pangan

Tahun 2002

Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tentang Ketahanan Pangan

Tahun 2009

Peraturan Presiden RI No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan


Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber daya Lokal.

Tahun 2009

Peraturan Menteri Pertanian No. 43/Permentan/ OT.140/10/2009, Tahun 2009 tentang


Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP).

Tahun 2009

Undang-Undang No. 18 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan

Tahun 2010

Peraturan Menteri Pertanian No.65/Permentan/ OT.140/12/2010 tentang SPM Bidang


Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Tahun 2010

Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2010 tentang Pembangunan yang berkeadilan


Kementerian PPN/Bappenas bertanggung jawab dalam Penyusunan Rencana Aksi
Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011-2015
Pemerintah Provinsi melalui Gubernur diinstruksikan untuk menyusun Rencana
Aksi Daerah Pangan dan Gizi (atau disingkat RAD-PG) pada Tahun 2011

[20]

Tahun 2010

Undang-Undang No. 13 tentang Hortikultura

Tahun 2012

Undang-Undang No.18 tentang Pangan

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 20

2/15/2013 7:35:36 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

umbi-umbian termasuk sagu dapat dijadikan bahan pangan


pokok masyarakat kedepan. Berkembangnya teknologi
pangan dan inovasi-inovasi yang telah dilakukan oleh Badan
Litbang Pertanian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan
perguruan tinggi telah banyak menghasilkan paket teknologi
pangan yang berbasis kearifan lokal, menjadi produk pangan
yang dapat dikomersilkan.

Manfaat terciptanya
budaya makan dengan
pola konsumsi pangan
beragam, bergizi
seimbang, dan aman:

VV Meningkatnya citra
pangan lokal

Hal tersebut juga diungkapkan Presiden pada Konferensi


Dewan Ketahanan Pangan tahun 2012 dan Sidang Kabinet

VV Turut menjaga
stabilitas pasokan dan

Terbatas dalam Safari Ramadhan Bidang Pangan di

harga pangan

Kementerian Pertanian yang mengamanatkan perlunya

VV Turut menciptakan

koordinasi dan sinergi kegiatan penelitian dan pengembangan

kesempatan kerja

pengolahan pangan dengan sektor industri, agar penelitian

dan mengurangi

dapat dirasakan masyarakat khususnya dalam mendukung

kemiskinan

program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan


(P2KP) yang selama ini belum masuk dalam mainstream

VV Turut menyumbang
pada ketahanan

pembangunan industri pangan Indonesia, sehingga perlu

pangan global

dilaksanakan kegiatan kerjasama antara pemerintah dan

(dengan menjadi

swasta dalam pengembangan diversifikasi pangan.

negara pengekspor

Efektivitas pangan percepatan penganekaragaman konsumsi

beras)

pangan akan tercapai apabila didukung dan berjalan seiring

VV Meningkatkan kualitas

dengan pengembangan bisnis pangan dan industri pangan

hidup sehat, aktif dan

lokal. Kondisi ini menuntut komitmen yang tinggi dari

produktif

berbagai pihak serta memerlukan rencana bisnis dan industri


aneka ragam pangan yang komprehensif. Rencana bisnis dan
industri aneka ragam pangan tersebut perlu dikembangkan
untuk

pemantapan

pelaksanaan

penganekaragaman

konsumsi pangan di berbagai daerah. Dalam rencana tersebut,


diperlukan komitmen yang kuat dari para pelaku usaha baik di

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 21

[21]

2/15/2013 7:35:36 PM

Mengapa Penganekaragaman Pangan Penting


VV Pola konsumsi pangan masyarakat belum beragam, bergizi seimbang,
dan aman, serta masih didominasi oleh beras dan terigu.
VV Pemanfaatan pangan lokal khususnya sumber karbohidrat belum
optimal.
VV Total permintaan kebutuhan beras terus meningkat sejalan dengan
pertumbuhan penduduk yang masih tinggi (1,49%/tahun).
VV Semakin nyata dampak perubahan iklim global yang dapat
mempengaruhi kapasitas produksi pangan domestik dan global.
VV Percepatan peningkatan status gizi perlu segera dilakukan, karena
sifat masalah gizi yang jelas terlihat masih cukup berat.

tingkat nasional maupun daerah untuk menyukseskan pengembangan industri


aneka ragam pangan berbasis sumber daya lokal.

Dampak Perubahan Iklim Global


Saat ini dunia sedang menghadapi tantangan yang berat dalam pembangunan
dengan adanya krisis global ditambah dengan isu perubahan iklim yang semakin
dirasakan. Menurut data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan
Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang atau 11,96 persen, berkurang 890 ribu
orang atau 0,53 persen dibanding dengan penduduk miskin pada bulan yang
sama tahun 2011 yang sebesar 30,02 juta orang (12,49 persen). Patut diwaspadai
perubahan iklim dapat meyebabkan meningkatnya kerentanan masyarakat
yang hidup dibawah garis kemiskinan dan tidak memiliki kapasitas cukup dalam
menghadapi dampak perubahan iklim.
Adanya perubahan iklim global tersebut memberikan dampak pada penurunan
kapasitas produksi pangan. Di satu sisi sebagian besar negara produsen justru
cenderung mengamankan produksi pangannya untuk memenuhi kebutuhan
dan cadangan pangan domestik. Untuk itu perlu ada upaya yang dilakukan,

[22]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 22

2/15/2013 7:35:36 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

salah satunya melalui gerakan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal
sebagaimana dituangkan di dalam buku Roadmap ini.
Roadmap Diversifikasi Pangan tahun 2011 2015 menginformasikan situasi pola
konsumsi pangan saat ini baik di tingkat nasional maupun wilayah, tantangan
dan peluang, kebijakan, strategi dan pelaksanaan program diversifikasi pangan,
keterlibatan swasta dan pemangku kepentingan dalam menyukseskan program
diversikasi pangan.

B. Maksud dan Tujuan


Roadmap Diversifikasi Pangan tahun 2011 2015 ini merupakan acuan bagi
pemangku kepentingan dalam upaya meningkatkan diversifikasi pangan secara
lebih terintegrasi, sinergis, efektif, dan efisien untuk meningkatkan keragaman
dan kualitas konsumsi pangan masyarakat Indonesia.

Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan


VV Dari sisi konsumsi merupakan upaya membudayakan pola konsumsi
pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman untuk mendukung
hidup sehat, aktif, dan produktif;
VV Dari sisi pengembangan bisnis pangan memberi dorongan dan insentif
pada rantai bisnis pangan yang lebih beragam dan aman yang berbasis
sumber daya lokal;
VV Pada sisi produksi mendorong pengembangan berbagai ragam
produksi pangan, dan menumbuhkan beragam usaha pengolahan
pangan (rumah tangga, UMKM, swasta);
VV Dari sisi kemandirian pangan akan dapat mengurangi ketergantungan
nasional terhadap pangan impor, dan secara mikro mengurangi
ketergantungan konsumen pada satu jenis pangan tertentu, serta
mendorong setiap wilayah untuk mengoptimalkan potensi sumber daya
pangan setempat dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk;
VV Dari sisi swasembada akan lebih menjamin dicapainya swasembada
pangan berbasis potensi sumber daya lokal secara berkelanjutan.

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 23

[23]

2/15/2013 7:35:36 PM

Kondisi Pola &


konsumsi Pangan
Saat ini

2
A. Kondisi Umum
1. Kondisi Gizi Masyarakat
Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010, secara nasional
prevalensi kurang gizi pada balita (berat badan menurut umur) sebesar 17,9
persen, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007 sebesar 18,4 persen.
Hal yang sama terjadi pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 persen pada tahun
2007 menjadi 4,9 persen tahun 2010 dan prevalensi pendek pada balita adalah
35,6 persen tahun 2010, menurun dari 36,7 persen pada tahun 2007. Penurunan
juga terjadi pada prevalensi anak kurus, dimana prevalensi balita sangat kurus
menurun dari 13,6 persen tahun 2007 menjadi 13,3 persen tahun 2010.

Gambar 1. Status Gizi Balita di Indonesia

[24]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 24

2/15/2013 7:35:36 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Walaupun secara nasional terjadi penurunan prevalensi masalah gizi pada balita,
tetapi masih terdapat kesenjangan antar provinsi. Terdapat 18 provinsi yang
memiliki prevalensi gizi kurang dan buruk diatas prevalensi nasional. Untuk
prevalensi pendek pada balita masih ada 15 provinsi yang memiliki prevalensi
diatas prevalensi nasional, dan untuk prevalensi anak kurus teridentifikasi 19
provinsi yang memiliki prevalensi di atas prevalensi nasional.

Sumber: Riskesdas, 2010.

Gambar 2.
Prevalensi Balita Gizi Kurang di Indonesia Tahun 2010
Disamping itu, data yang tercantum dalam Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi
(RAN-PG) juga menggambarkan kondisi yang beragam antar provinsi berdasarkan
data Riskesdas tahun 2010 dan data proporsi penduduk sangat rawan pangan
yang bersumber dari Susenas 2009. Kondisi ini merupakan dasar pertimbangan
dalam menyusun perencanaan khususnya terkait dengan intervensi pemerintah
yang diperlukan dalam mengatasi permasalahan pangan dan gizi di provinsi
bersangkutan. Stratifikasi Provinsi Berdasarkan Tingkat Prevalensi Anak Balita
Pendek dan Proporsi Penduduk Sangat Rawan Pangan dapat dilihat pada matriks
berikut.

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 25

[25]

2/15/2013 7:35:36 PM

Tabel 1. Stratifikasi Provinsi Berdasarkan Tingkat Prevalensi Anak Balita


Pendek dan Proporsi Penduduk Sangat Rawan Pangan
Proporsi Penduduk
Sangat Rawan Pangan
14,47 persen

Status

Persentase
Pendek
pada Anak
Balita 32
persen

Persentase
Pendek
pada Anak
Balita > 32
persen

Sumber

Catatan

[26]

Proporsi Penduduk Sangat


Rawan Pangan > 14,47 persen

Strata 1
Kepulauan Riau,
Bengkulu, dan
Bali.

Strata 2
Bangka Belitung,
Jambi,
Kalimantan Timur,
DI Yogyakarta,
DKI Jakarta,
Sulawesi Utara,
Maluku Utara, dan
Papua.

Strata 3
Aceh,
Sumatera Barat,
Riau,
Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan,
Banten,
Jawa Barat,
Sulawesi Selatan,
Sulawesi Barat, dan
Nusa Tenggara Barat.

Strata 4
Sumatera Utara,
Sumatera Selatan,
Lampung,
Kalimatan Barat,
Jawa Tengah,
Jawa Timur,
Gorontalo,
Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara,
Nusa Tenggara Timur,
Maluku, dan
Papua Barat.

: - Data anak balita yang pendek berasal dari Riskesdas 2010


- Data proporsi penduduk sangat rawan pangan berasal dari Susenas 2009
: Kondisi sangat rawan pangan adalah tingkat konsumsi energi rata-rata dibawah 1400
kkal/kap/hari.

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 26

2/15/2013 7:35:36 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

2. Situasi Konsumsi Pangan Masyarakat


a.

Situasi Konsumsi Pangan Nasional

Kondisi pola konsumsi pangan masyarakat dapat bergeser dengan cukup


dinamis, dipengaruhi oleh banyak hal seperti kondisi sosial, budaya dan ekonomi,
preferensi dan ketersediaan. Namun sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan
Presiden No.22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, bahwa upaya penganekaragaman
konsumsi pangan harus berbasis sumber pangan setempat atau pangan lokal.
Pengurangan konsumsi beras juga harus disertai dengan pengurangan konsumsi
gandum/terigu yang seluruhnya diimpor. Konsumsi beras sebagai sumber
karbohidrat dapat disubsitusi dengan karbohidrat lain yang biasa dikonsumsi
masyarakat berdasarkan kearifan lokal antara lain: jagung, sorghum, hotong,
jali, sagu, ubi kayu, ubi jalar, talas, pisang, labu kuning, dan sukun. Perbandingan
komposisi capaian pola pangan harapan berdasarkan data Susenas tahun 2011
dengan PPH, dapat dilihat pada Gambar 3 berikut :

Gambar 3. Pangsa Kelompok Pangan Terhadap Pencapaian Skor PPH pada


Tahun 2011 dan PPH

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 27

[27]

2/15/2013 7:35:36 PM

Penghitungan skor Pola Pangan Harapan (PPH) didasarkan pada triguna


makanan sesuai diagram di bawah ini.

Perkembangan situasi konsumsi pangan pada tahun 2011 secara kuantitas


dan kualitas belum memenuhi kondisi konsumsi energi menurut PPH untuk
memenuhi kecukupan energi sebesar 2.000 kkal/kapita/hari. Perincian realisasi
kontribusi energi (pangan) penduduk Indonesia tahun 2011 diuraikan pada Tabel
2. Berdasarkan komposisinya, pangan yang dikonsumsi penduduk Indonesia
masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang yang dianjurkan. Untuk mencapai
kualitas konsumsi pangan yang lebih baik, maka di tahun mendatang harus
ditingkatkan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, buah/
biji berminyak, serta sayur dan buah (penganekaragaman konsumsi secara
horizontal) pada proporsi yang direkomendasikan oleh PPH. Peningkatan kualitas
konsumsi pangan juga dapat dicapai melalui penganekaragaman vertikal yaitu
konsumsi aneka ragam jenis pangan sumber karbohidrat dan olahannya (jenis
padi-padian: jagung dan olahannya, hotong, sorghum, biji jali, dan jenis padipadian lainnya), aneka pangan sumber protein dan olahannya (aneka pangan
hewani dan aneka kacang-kacangan), serta aneka pangan sumber vitamin dan
olahannya (beragam jenis sayur dan buah-buahan).

[28]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 28

2/15/2013 7:35:36 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Tabel 2. Kualitas Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Berdasarkan PPH


Konsumsi Th. 2011
No

Kelompok Pangan

Gram

Energi

%
AKG

315,9

1.236

61,8

PPH
Skor
PPH

Gram

Energi

%
AKG

25,0

275

1.000

50,0

Skor
PPH

1.

Padi-padian

2.

Umbi-umbian

40,0

53

2,6

1,3

100

120

6,0

2,5

3.

Pangan hewani

95,9

168

8,4

16,8

150

240

12,0

24,0

4.

Minyak dan lemak

22,8

204

10,2

5,0

20

200

10,0

5,0

5.

Buah/biji berminyak

6,0

33

1,6

0,8

10

60

3,0

1,0

6.

Kacang-kacangan

22,7

56

2,8

5,6

35

100

5,0

10,0

7.

Gula

22,2

81

4,1

2,0

30

100

5,0

2,5

8.

Sayur dan buah

197,3

83

4,2

20,8

250

120

6,0

30,0

9.

Lain-lain

61,2

39

1,9

60

3,0

1.952

97,6

Total

25,0

2.000
100,0

Skor PPH

77,3

100

Sumber : Susenas 2011 Triwulan I; BPS diolah Pusat PKKP BKP


Keterangan : Angka Kecukupan Energi 2000 kkal/kap/hari (Widya Karya Pangan dan Gizi VIII, 2004)
- Energi : Dalam kkal
- Gram : Untuk berat jenis pangan menurut kelompok
- AKG
: Angka Kecukupan Gizi

Konsumsi jagung dalam kelompok padi-padian masih rendah dibanding


konsumsi jenis padi-padian lain (beras dan terigu). Begitu juga dengan konsumsi
jenis umbi-umbian terutama sagu dan jenis umbi lainnya masih rendah. Konsumsi
pangan sumber protein hewani lebih banyak bersumber dari ikan, daging unggas
dan telur. Kacang kedelai memiliki proporsi konsumsi yang lebih tinggi sebagai
sumber protein nabati utama dalam pola konsumsi pangan penduduk selama
tahun 2011. Komoditas minyak sawit dan kelapa merupakan jenis pangan dari
kelompok minyak/lemak serta buah/biji berminyak yang memiliki proporsi
konsumsi cukup besar dalam sumbangan energi pola konsumsi penduduk
nasional. Gambaran konsumsi ini menunjukkan bahwa konsumsi penduduk
Indonesia masih didominasi pangan sumber energi (serealia, minyak/lemak,
dan buah/biji berminyak), dan masih kurang konsumsi pangan sumber vitamin
mineral, serta kurang konsumsi buah-buahan (Tabel 3).

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 29

[29]

2/15/2013 7:35:36 PM

Tabel 3. Konsumsi Berdasarkan Kelompok Pangan Penduduk Indonesia


Tahun 2011
Kelompok Bahan Pangan

I. Padi-padian
a. Beras
b. Jagung
c. Terigu
II. Umbi-umbian
a. Singkong
b. Ubi jalar
c. Kentang
d. Sagu
e. Umbi lainnya
III. Pangan Hewani
a. Daging ruminansia
b. Daging unggas
c. Telur
d. Susu
e. Ikan
IV. Minyak dan Lemak
a. Minyak kelapa
b. Minyak sawit
c. Minyak lainnya
V. Buah/biji berminyak
a. Kelapa
b. Kemiri
VI. Kacang-kacangan
a. Kedelai
b. Kacang tanah
c. Kacang hijau
d. Kacang lain
VII.Gula
a. Gula pasir
b. Gula merah
VIII. Sayuran dan buah
a. Sayur
b. Buah
IX. Lain-lain
a. Minuman
b. Bumbu-bumbuan

Energi (kkal/
kap/hari)
1236
996
12
228
53
33
10
2
4
2
168
15
39
27
29
57
204
36
163
5
33
27
6
56
47
6
2
1
81
74
7
83
44
39
39
29
10

Konsumsi Tahun 2011


gram/kap/hari
kg/kap/thn

281,7
4,3
29,9

27,6
8,1
4,3
1,3
1,8

5,5
13,0
19,6
5,7
52,0

4,1
18,1
0,6

5,1
0,9

20,7
0,9
0,8
0,3

20,2
2,0

133,7
63,6

49,9
11,3

102,8
1,6
10,9

10,1
3,0
1,6
0,5
0,7

2,0
4,8
7,1
2,1
19,0

1,5
6,6
0,2

1,9
0,3

7,6
0,3
0,3
0,1

7,4
0,7

48,8
23,2

18,2
4,1

Sumber: Susenas 2011 triwulan I, BPS diolah BKP

[30]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 30

2/15/2013 7:35:36 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

b. Situasi Konsumsi Pangan Wilayah


Seperti halnya kondisi nasional, situasi konsumsi di beberapa provinsi juga belum
mencapai keberagaman dan keseimbangan, hal ini dilihat dari skor mutu pangan
(skor Pola Pangan Harapan) yang masih jauh di bawah ideal. Berdasarkan hasil
olah data Susenas-BPS tahun 2011, skor mutu pangan tertinggi sebesar 86,8
dicapai oleh Provinsi Bali, dan skor mutu pangan terendah terdapat di Provinsi
Papua sebesar 69,6 pada tahun 2011 (Gambar 4).
Umumnya hampir seluruh provinsi belum memiliki pola konsumsi pangan yang
beragam dan bergizi seimbang. Hanya sembilan provinsi yang mampu mencapai
skor mutu pangan diatas 80. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan
beragam, dan bergizi seimbang belum menjadi pola konsumsi pangan penduduk
rata-rata nasional. Konsumsi pangan penduduk masih didominasi oleh sumber
karbohidrat terutama padi-padian yaitu proporsi beras menempati porsi yang
besar dalam menu makanan sebagian besar penduduk provinsi secara nasional.
Tabel 4. Pembagian Kelompok Wilayah Berdasarkan Skor PPH dan Tingkat
Konsumsi Beras Tahun 2011

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 31

[31]

2/15/2013 7:35:36 PM

Konsumsi di beberapa sentra produksi cenderung memiliki kualitas konsumsi


pangan penduduk yang rendah yaitu seperti di Provinsi Sumatera Selatan, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan NTB memiliki skor mutu pangan dibawah
skor PPH sebesar 77. Hal ini menggambarkan bahwa ketersediaan pangan yang
memadai di suatu wilayah belum menjamin konsumsi pangan yang berkualitas,
karena pola konsumsi pangan sangat erat kaitannya dengan pola perilaku,
pengetahuan gizi, preferensi, maupun budaya makan penduduk.

(Sumber: Susenas 2011 Triwulan I, BPS diolah BKP)

Gambar 4. Capaian Skor PPH per Provinsi Tahun 2011

[32]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 32

2/15/2013 7:35:36 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

B. Pola Konsumsi
1. Pola Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat
Pola konsumsi pangan pokok di Indonesia selama lima tahun terakhir (2005-2010)
umumnya didominasi oleh beras dan terigu. Jika dilihat perkembangannya pola
konsumsi pangan pokok penduduk Indonesia tahun 2005, sebagian besar (22 provinsi
dari 33 provinsi) di Indonesia memiliki pola konsumsi beras-terigu, sedangkan 11 provinsi
lainnya memiliki pola konsumsi beras-terigu-ubi kayu (Provinsi DI Yogyakarta dan Maluku
Utara), beras-jagung-ubi kayu (Provinsi Nusa Tenggara Timur), beras-jagung-terigu
(Provinsi Gorontalo), beras-terigu-ubi kayu-sagu (Provinsi Sulawesi Tenggara dan Maluku),
dan beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu (Provinsi Papua). Pola konsumsi pangan pokok
Provinsi Aceh, Kepulauan Riau, Sulawesi Barat dan Papua Barat tidak terpantau karena
data SUSENAS tahun 2005 untuk provinsi tersebut tidak tersedia.
Pada tahun 2007, pola konsumsi pangan pokok tidak banyak mengalami perubahan
dibandingkan dengan tahun 2005. Terdapat 24 provinsi dengan pola konsumsi
pangan pokok beras-terigu dan hanya Provinsi Gorontalo pola konsumsinya berasjagung. Provinsi Lampung mengalami perubahan pola konsumsi pangan pokok dari
beras-terigu pada tahun 2005 menjadi beras-terigu-ubi kayu pada tahun 2007. Provinsi
Jawa Timur dan Gorontalo memiliki pola konsumsi pangan pokok beras-jagung-terigu.
Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami perubahan pola konsumsi pangan pokok
menjadi beras-terigu-sagu. Provinsi Maluku dan Maluku Utara memiliki pola konsumsi
pangan pokok beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar, dan hanya Provinsi Papua dengan pola
konsumsi pangan pokok beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu. Pola konsumsi Provinsi
Papua Barat tidak terpantau karena data tidak tersedia.
Pada tahun 2008, pola konsumsi pangan pokok tidak mengalami perubahan
yang signifikan dibandingkan pada tahun 2007. Terdapat 24 provinsi dengan
pola konsumsi pangan pokok beras-terigu. Provinsi Lampung dan Maluku Utara
memiliki pola konsumsi pangan pokok beras-terigu-ubi kayu, sedangkan Provinsi
Jawa Timur dan Gorontalo memiliki pola konsumsi pangan pokok beras-jagung-

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 33

[33]

2/15/2013 7:35:36 PM

terigu, dan hanya Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan pola konsumsi pangan
pokok beras-jagung-ubi kayu. Terdapat beberapa provinsi yang mengalami
perubahan pola konsumsi, diantaranya Provinsi Sulawesi Tenggara menjadi
beras-terigu-ubi kayu-sagu, Provinsi Papua menjadi beras-terigu-ubi jalar-sagu
dan Provinsi Maluku menjadi beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu. Pola konsumsi
pangan pokok provinsi Papua Barat tidak terpantau karena data tidak tersedia.
Pola konsumsi pangan pokok tahun 2009 mengalami beberapa perubahan
dibandingkan tahun 2008. Terdapat 27 provinsi dengan pola konsumsi beras-terigu.
Provinsi Lampung, JawaTimur, dan Sulawesi Barat mengalami perubahan pola konsumsi
menjadi beras-terigu, sedangkan Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami perubahan
pola konsumsi menjadi beras-jagung. Terdapat 5 provinsi di wilayah Indonesia Timur
yang memiliki pola konsumsi tiga komoditas atau lebih, yaitu Gorontalo dengan pola
konsumsi beras-jagung-terigu, Provinsi Maluku Utara pola konsumsinya beras-teriguubi kayu, Provinsi Maluku dan Papua Barat pola konsumsinya beras-terigu-ubi kayusagu, serta Provinsi Papua pola konsumsinya beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu.
Pola konsumsi pangan pokok tahun 2010 tidak mengalami perubahan
dibandingkan dengan tahun 2009. Terdapat 27 provinsi dengan pola konsumsi
pangan pokok beras-terigu. Provinsi Nusa Tenggara Timur pola konsumsinya
beras-jagung. Terdapat lima provinsi di wilayah Indonesia Timur yang memiliki
pola konsumsi pangan pokok tiga komoditas atau lebih, yaitu Gorontalo dengan
pola konsumsi pangan pokok beras-jagung-terigu, Provinsi Maluku Utara pola
konsumsinya beras-terigu-ubi kayu, Provinsi Maluku dan Papua Barat pola
konsumsinya beras-terigu-ubi kayu-sagu, serta Provinsi Papua pola konsumsinya
beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5
berikut dan Lampiran 1 (Tabel 1.1.).

[34]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 34

2/15/2013 7:35:36 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

2. Pola Konsumsi Pangan Sumber Protein


Pola konsumsi pangan sumber protein nasional selama lima tahun terakhir
didominasi oleh ikan, kacang kedele, daging unggas dan telur. Pangan sumber
protein penduduk Indonesia sebagian besar bersumber dari pangan hewani yaitu
ikan. Indonesia dengan wilayah lautan yang luas menjadi potensi penyediaan
ikan yang sangat potensial dalam memenuhi kebutuhan protein penduduk.
Konsumsi ikan yang telah menjadi pola di hampir sebagian besar wilayah
Indonesia didorong oleh keterjangkauan secara ekonomi yaitu harga ikan lebih
terjangkau di seluruh tingkat pendapatan masyarakat. Kontribusi ikan dalam pola
konsumsi pangan sumber protein rata-rata sebesar 40 persen selama tahun 2005
-2010. Sumbangan protein yang cukup besar ini menjadikan asupan konsumsi
protein asal pangan hewani dapat dipenuhi (Tabel 5).
Jenis pangan sumber protein yang dikonsumsi selama tahun 2005 2010 lebih
didominasi oleh pangan hewani dibanding nabati. Sejak tahun 2007 semua
komoditas pangan hewani telah menjadi tren konsumsi pangan penduduk
Indonesia. Hal ini mencerminkan tingginya preferensi masyarakat terhadap
pangan hewani dibanding pangan sumber protein nabati. Selama lima tahun
terakhir dari semua jenis pangan sumber protein nabati, hanya kacang kedelai
yang memiliki tren konsumsi yang tinggi dibanding jenis kacang-kacangan
lainnya. Kontribusi kacang kedelai hampir 12 kali lipatnya dibanding rata-rata
konsumsi kacang tanah, dan hampir 6 kali lipat dibanding rata-rata konsumsi
kacang hijau. Untuk itu, diperlukan upaya lebih maksimal untuk meningkatkan
konsumsi kacang-kacangan dalam rangka diversifikasi konsumsi pangan. Namun
di sisi lain, konsumsi jenis kacang-kacangan lain seperti kacang mete, kacang
merah, dan sebagainya, sudah banyak dikonsumsi di Indonesia namun belum
tercatat sehingga pola konsumsi pangan sumber protein asal pangan nabati
masih kurang.

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 35

[35]

2/15/2013 7:35:36 PM

Gambar 5. Pola Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat Indonesia Tahun 2010

[36]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 36

2/15/2013 7:35:36 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan


Kesehatan Hewan Pasal 78 ayat 6 bahwa pemerintah dan pemerintah daerah
menyelenggarakan penyuluhan dan pendidikan publik di bidang peternakan
dan kesehatan hewan melalui upaya peningkatan kesadaran gizi masyarakat
dalam mengonsumsi produk hewan yang aman, sehat, utuh dan halal.
Tabel 5. Perkembangan Pola Konsumsi Sumber Protein Selama
2005 2010
No
1

Jenis Pangan

Kontribusi Konsumsi (% AKP)


2005

Daging ruminansia

2006

2007

2008

2009

2010

4.6

4.3

5.1

5.3

5.3

5.5

10.3

8.8

11.0

11.1

11.0

11.9

Daging unggas

Telur

9.2

9.1

9.3

9.1

9.7

10.5

Susu

3.7

4.0

5.4

5.4

5.3

5.2

Ikan

42.3

42.2

38.6

42.2

41.7

41.3

Kedelai

23.8

27.2

24.7

22.4

23.2

21.7

Kacang tanah

3.7

2.6

4.0

2.7

2.3

2.5

Kacang hijau
1.9

1.5

1.5

1.4

1.1

1.0

Kacang lain
0.5

POLA KONSUMSI

0.3

0.4

0.4

0.5

0.4

Ikan

Ikan

Ikan

Ikan

Ikan

Ikan

Kedelai

Kedelai

Kedelai

Kedelai

Kedelai

Kedelai

Telur

Telur

D.Unggas

D.Unggas

D.Unggas

D.Unggas

D.Unggas

D.Unggas

Telur

Telur

Telur

Telur

Susu

Susu

Susu

D.Ruminansia

D.Ruminansia

D.Ruminansia

D.Ruminansia

Susu

Sumber : Data Susenas 2005-2010, BPS diolah BKP

3. Pola Konsumsi Pangan Sumber Vitamin dan Mineral


Pola konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral secara nasional umumnya
didominasi oleh buah-buahan. Selama tahun 2005, 2007 hingga 2010 pisang
dan daun ketela pohon telah menjadi pola konsumsi pangan sumber vitamin dan

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 37

[37]

2/15/2013 7:35:37 PM

mineral penduduk Indonesia. Selama tahun 2005, jenis pangan sumber vitamin
yang telah menjadi pola konsumsi yaitu pisang, daun ketela pohon, rambutan,
dan salak. Pada tahun 2007, rambutan dan salak tidak lagi menjadi pola konsumsi
tapi duku tergolong menjadi komoditas buah-buahan yang berkontribusi dalam
pola konsumsi sumber vitamin dan mineral. Pola konsumsi sumber vitamin
mineral pada tahun 2008-2009 sama dengan pola konsumsi pada tahun 2005,
sedangkan pada tahun 2010, hanya pisang dan daun ketela pohon yang tercatat
dalam pola konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral (Tabel 6).

Tabel 6. Pola Konsumsi Pangan Sumber Vitamin dan Mineral


Tahun 2005-2010
Kontribusi Konsumsi (%AKE)

Jenis
Pangan

No

2005

2007

2008

2009

2010

Daun Ubi Kayu

8.3

8.7

9.6

9.8

7.5

Rambutan

7.5

4.8

7.1

5.0

4.0

Duku

3.0

5.1

1.1

0.7

4.1

Salak

5.3

4.2

6.5

5.3

4.3

Pisang Lain2

16.0

16.2

17.3

17.2

15.0

Gado-gado

6.6

6.4

-Pisang Lain2

- Pisang

- Pisang

- Pisang

- Pisang

- Daun Ubi K.

Lain2

Lain2

Lain2

Lain2

POLA

(ketela pohon)

- Daun Ubi K.

- Daun Ubi K.

- Daun Ubi K

- Daun Ubi K.

KONSUMSI

- Gado-gado

(ketela pohon)

(ketela pohon)

(ketela pohon)

(ketela pohon)

- Rambutan

- Duku

- Rambutan

- Salak

- Gado-gado

- Salak

- Rambutan

Salak

Sumber : Data Susenas, 2005, 2007-2010; BPS; diolah BKP

Dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral
penduduk Indonesia umumnya didominasi oleh komoditas pangan yang
bersumber dari pekarangan atau paling tidak bisa dikembangkan oleh setiap
keluarga di pekarangan yang dimilikinya. Pemenuhan kebutuhan akan sumber
vitamin dan mineral umumnya dipenuhi dari daun ketela pohon untuk jenis
sayuran dan buah pisang untuk jenis buah-buahan yang semuanya bisa
dikembangkan di pekarangan, bahkan pada lahan pekarangan yang sangat
terbatas luasannya. Untuk itu, potensi pekarangan harus lebih ditingkatkan lagi

[38]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 38

2/15/2013 7:35:37 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

dalam pemanfaatannya serta lebih dikembangkan lagi dalam budidaya tanaman


sayuran dan buah-buahan untuk konsumsi pangan sehari-hari.
Berdasarkan pasal 95 Undang-Undang No.13 Tahun 2010 tentang Hortikultura
bahwa pemerintah dan pemerintah daerah bertugas meningkatkan konsumsi
hortikultura masyarakat melalui: (a) penetapan dan sosialisasi buah dan sayuran
sebagai produk pangan pokok; (b) penetapan target pencapaian angka konsumsi
buah dan sayuran per kapita per tahun sesuai dengan standar kesehatan; dan
(c) pemuatan materi hortikultura ke dalam kurikulum pendidikan nasional atau
daerah.
Dalam undang-undang tersebut mengamanatkan bahwa komoditas sayur dan
buah bukan hanya sebagai pendamping pangan pokok melainkan tergolong
sebagai pangan utama yang harus dikonsumsi masyarakat setiap harinya.
Selain itu, undang-undang tersebut juga menetapkan bahwa pencapaian angka
konsumsi sayur dan buah per kapita setiap tahunnya didasarkan pada standar
kesehatan, yang dalam perencanaan konsumsi pangan sejalan dengan standar
komposisi Pola Pangan Harapan (PPH).

Standar konsumsi sayur dan buah

berdasarkan komposisi Pola Pangan Harapan yaitu sebanyak 250 gram/kap/hari.


Kondisi pola konsumsi sayur dan buah penduduk Indonesia saat ini masih
dibawah anjuran, sehingga perlu upaya peningkatan konsumsi sayur dan buah
bagi seluruh masyarakat, diantaranya melalui pendidikan formal (kurikulum
pendidikan), maupun melalui sosialisasi secara berkelanjutan kepada seluruh
lapisan masyarakat.
Apabila dilihat dari pangan lokal yang dikonsumsi masyarakat di tingkat provinsi
banyak yang masih mempunyai potensi untuk dikembangkan dan dihidupkan
kembali budaya makannya, seperti pada Lampiran 5.
***

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 39

[39]

2/15/2013 7:35:37 PM

TANTANGAN,
PERMASALAHAN DAN
PELUANG

3
A. Tantangan
Tantangan utama yang dihadapi dalam upaya percepatan diversifikasi konsumsi
pangan, adalah:

1.

Meningkatnya jumlah penduduk

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 laju pertumbuhan penduduk


Indonesia adalah 1,3% per tahun, sehingga pada tahun 2009 penduduk Indonesia
diprakirakan sejumlah 231.369.500 jiwa. Namun berdasarkan sensus penduduk
tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 237.556.363 jiwa,
meningkat sebesar 2,67% dari prakiraan jumlah penduduk tahun 2009.
Laju pertumbuhan jumlah penduduk ini menuntut adanya ketersediaan pangan
dalam jumlah yang cukup, harga terjangkau dan tersedia di setiap saat, hal ini
merupakan tantangan yang sangat besar. Ditambah lagi dengan kebijakan
pemerintah yang masih lebih terfokus kepada penyediaan beras (pangan
pokok) tanpa disertai pertimbangan yang memadai bagi peningkatan produksi/
pengadaan pangan yang berbasis sumber daya lokal seperti umbi-umbian
yang selain dapat berfungsi sebagai sumber karbohidrat, juga sumber serat.
Mengonsumsi beras tetap harus dilengkapi dengan umbi-umbian karena dapat
melengkapi fungsi gizi dari beras.

[40]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 40

2/15/2013 7:35:37 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

2. Globalisasi perdagangan dan pergeseran pola konsumsi


pangan masyarakat ke arah pangan yang lebih instan
Semakin terbukanya perdagangan global dan dihapuskannya hambatan
perdagangan berakibat pada menjamurnya produk pangan impor dengan jenisjenis pangan yang tidak seluruhnya dapat dikembangkan di dalam negeri. Aneka
pangan impor baik bahan mentah (gandum, aneka sayuran, aneka buah, daging,
ikan, susu, dan sebagainya), hingga berbagai jenis pangan siap saji tinggi lemak
dan gula namun rendah serat dan karbohidrat kompleks membawa perubahan
pada semakin banyaknya jenis-jenis pangan yang tidak dapat diproduksi secara
lokal namun masuk dalam pola konsumsi pangan. Menjamurnya restoran yang
menyajikan makanan siap saji ini telah menggeser kebiasaan makan di rumah
dan konsumsi pangan tinggi serat rendah gula yang biasa disiapkan di rumah.
Disamping itu seiring dengan perkembangan/kemajuan teknologi, peningkatan
status sosial-ekonomi masyarakat yang diikuti dengan gaya hidup yang lebih
modern yang menuntut masyarakat untuk bergerak lebih cepat mendorong
pemilihan konsumsi makanan serba instant. Ditinjau dari pandangan ilmu gizi
perubahan perilaku tersebut dapat meningkatkan peluang terjadinya masalah
gizi lebih, obesitas dan penyakit degeneratif (Baliwati dkk, 2004).

3. Masih rendahnya tingkat konsumsi pangan sumber protein,


vitamin dan mineral serta tingginya konsumsi beras dan
terigu
Kondisi pola konsumsi pangan masyarakat yang masih didominasi oleh beras/padi,
perlu mendapat perhatian dengan menurunkan konsumsi beras dan meningkatkan
konsumsi umbi-umbian dari kelompok sumber karbohidrat. Di samping itu, perlu
pula meningkatkan konsumsi produk ternak dan ikan sebagai sumber protein;
serta sayuran dan buah sebagai sumber vitamin, mineral dan zat gizi lainnya.
Kualitas konsumsi masyarakat pada tahun 2010 untuk kelompok pangan hewani serta
sayuran dan buah masih di bawah target Pola Pangan Harapan (PPH). Sebagai contoh,
kontribusi kelompok pangan hewani (sebagai salah satu sumber protein) terhadap

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 41

[41]

2/15/2013 7:35:37 PM

skor PPH masih 16,1 sedangkan skor idealnya adalah sebesar 24,0. Rendahnya
konsumsi protein hewani sangat erat hubungannya dengan daya beli masyarakat.
Namun protein nabati dari kacang-kacangan seperti kedelai, dapat menjadi alternatif
untuk memenuhi kebutuhan protein dan pola makan namun ketersediaan aneka
kacang-kacangan sebagai sumber protein nabati, relatif masih kurang memadai.

4. Penggunaan bahan baku pangan lokal masih terkendala


dengan masalah kontinuitas ketersediaan yang belum stabil
dan mutunya sangat beragam.
Di tataran produsen maupun petani, belum dapat menjamin secara penuh untuk
menjaga kesinambungan tersedianya bahan baku pangan lokal secara terus menerus
sepanjang waktu. Ketersediaan bahan baku pangan lokal masih sangat dipengaruhi
oleh faktor musim panen. Pada saat panen tiba, bahan baku pangan lokal melimpah di
pasaran, namun sebaliknya jika bukan musimnya akan sangat sulit didapatkan.
Dalam kondisi seperti ini diperlukan investasi untuk memproduksi bahan baku
pangan lokal secara lebih berkesinambungan dan menghasilkan produk yang
memenuhi kebutuhan standar yang diinginkan oleh industri dan mempunyai
daya simpan, sehingga ketersediaannya terdistribusi sepanjang tahun. Pola
kemitraan antara pihak industri dan petani produsen merupakan solusi saling
menguntungkan yang perlu dikembangkan. Disamping itu untuk menjamin
kontinuitas produksi, pendekatan dengan pengembangan food estate juga cukup
baik, terutama di luar Jawa. Perlu ada upaya membangun sinergitas di antara
sektor hilir (industri pengolah) dengan sektor hulu (produsen) agar suplai bahan
baku dapat lebih terjamin, dan industri pengolah dapat merencanakan produksi
dengan standar kualitas yang lebih baik.

5. Kebijakan produksi pertanian belum mempertimbangkan


kecukupan gizi
Program pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan masyarakat secara luas
yang dilaksanakan selama ini masih bersifat kuantitas, belum mempertimbangkan
kebutuhan gizi. Perencanaan produksi sebaiknya disesuaikan dengan kondisi

[42]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 42

2/15/2013 7:35:37 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

pola konsumsi masyarakat yang bisa berbeda antar daerah. Pola Pangan
Harapan harus menjadi patokan dalam merencanakan produksi komoditas yang
akan dikembangkan sesuai dengan sumber daya setempat. Kebijakan yang
ada selama ini masih mengacu pada peningkatan swasembada yang hanya
mempertimbangkan kondisi supply demand secara agregat di tingkat nasional,
tanpa mempertimbangkan kebutuhan konsumsi pangan secara beragam dan
bergizi seimbang, di tiap wilayah.
Pada perkembangan selanjutnya, pelaksanaan P2KP tahun 2012 mulai dikenalkan
Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L). Sebagai contoh adalah beras
analog yang diproduksi menggunakan berbagai jenis bahan baku lokal seperti
ubi kayu, sagu, sorgum, jagung, dan sebagainya yang sekaligus diperkaya dengan
zat gizi sumber vitamin dan mineral dalam proses fortifikasi, agar kandungan
gizinya tidak kalah dengan yang ada pada beras. Produk yang dihasilkan dari
kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan ketersediaan pangan lokal sehingga
dapat dijadikan bahan pengganti beras dalam program subsidi pangan bagi
masyarakat berpenghasilan rendah yang selama ini disebut RASKIN.

6.

Perubahan iklim

Dampak pemanasan global yang menyebabkan timbulnya perubahan iklim


mengancam tersedianya bahan pangan di tingkat produksi. Pangan pokok
yang selama ini dikonsumsi masyarakat secara umum dikhawatirkan dapat
mengalami kegagalan panen akibat tidak dapat diprediksinya musim hujan
yang dapat menyebabkan sulitnya pengairan. Kondisi cuaca yang ekstrim
juga dikhawatirkan dapat mengganggu produksi pangan khususnya terhadap
komoditas pangan yang selama ini menjadi pangan pokok. Hal ini memerlukan
strategi perencanaan produksi pangan yang beradaptasi dengan perubahan
iklim tersebut. Ketergantungan pada satu jenis komoditi seperti beras akan
menimbulkan masalah karena harus mencari varietas-varietas baru yang sesuai
dengan kondisi perubahan iklim. Padahal banyak spesies sumber karbohidrat
selain beras yang diproduksi oleh masyarakat sesuai dengan kearifan lokal.

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 43

[43]

2/15/2013 7:35:37 PM

B. Permasalahan
1. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya
konsumsi beragam, bergizi seimbang dan aman
Saat ini pengetahuan masyarakat terhadap konsumsi pangan beragam bergizi
seimbang dan aman masih kurang. Sebagian masyarakat masih memiliki prinsip
asal kenyang. Kondisi ini akan menyebabkan ketidakseimbangan asupan gizi
yang pada akhirnya akan berpengaruh kepada gizi kurang maupun gizi lebih.
Pengetahuan yang kurang akan menimbulkan bermacam permasalahan seperti
salah pemilihan jenis dan jumlah makanan, cara mengolah bahan makanan yang
kurang tepat, sehingga banyak zat gizi yang hilang serta kurangnya kesadaran
dalam memanfaatkan potensi alam secara berkelanjutan.

2. Terbatasnya ketersediaan dan akses terhadap inovasi


teknologi
Pengembangan teknologi tepat guna sangat diperlukan baik untuk memproduksi
maupun mengolah bahan pangan terutama pangan lokal non beras, guna
meningkatkan nilai tambah dan nilai sosialnya. Namun ketersediaan dan akses
terhadap teknologi semacam itu diindikasikan kurang memadai. Disamping itu,
teknologi yang dikembangkan oleh berbagai lembaga penelitian dan perguruan
tinggi juga belum bebas diakses oleh para pelaku usaha.
Kondisi keterbatasan di atas, akan menjadi hambatan bagi pengembangan pangan
lokal. Peran perguruan tinggi menjadi penting dalam mengatasi permasalahan
keterbatasan ketersediaan dan akses terhadap teknologi pangan lokal.

3.

Keberagaman varietas yang ditanam oleh masyarakat.

Sebagaimana kondisi Indonesia yang mempunyai keanekaragaman hayati nomor


dua di dunia, begitu juga dengan varietas tanaman pangan lokal yang dimiliki
memberikan banyak pilihan bagi masyarakat untuk mengembangkannya. Namun
untuk keperluan industri pengolahan maka perlu ditentukan jenis varietas yang

[44]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 44

2/15/2013 7:35:37 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

ditanam petani dan sesuai dengan kebutuhan industri yang bersangkutan agar
produk olahannya dapat dibuat dengan standar kualitas dan kemasan yang lebih
baik.

4. Kurangnya dukungan permodalan untuk produksi maupun


untuk pengolahan karena skim kredit yang ada belum dapat
digunakan untuk pengembangan bahan baku pangan lokal.
Modal merupakan hal yang sangat utama untuk keberlanjutan usaha. Selama ini,
para petani dan pengolah tepung yang berbahan baku lokal seperti ubi kayu,
sagu, ganyong, dan lain sebagainya merasa kesulitan dalam mengajukan modal
kepada lembaga keuangan, seperti perbankan, koperasi maupun fasilitas kredit
yang ditawarkan pemerintah lainnya. Kelompok dan jenis usaha yang dilakukan
belum cukup meyakinkan lembaga keuangan untuk mendapatkan dana sebagai
bantuan modal.

5. Harga bahan baku pangan lokal masih belum stabil dan relatif
lebih tinggi daripada harga terigu, sehingga harga produk
akhir juga cenderung lebih tinggi.
Kontinuitas ketersediaan bahan baku sangat berpengaruh pada harga. Semakin
banyak permintaan dan penawaran sedikit, maka harga bahan baku pangan lokal
cenderung mahal, begitu pula sebaliknya. Pada musim panen, harga cenderung
turun. Kondisi ini menyebabkan fluktuasi harga yang sangat signifikan dan
merugikan petani maupun para pelaku usaha dan industri. Untuk itu perlu ada
kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan antara petani dan pelaku
usaha industri pangan untuk menjamin kontinuitas pasokan dan harga yang adil
bagi kedua belah pihak.

6. Belum ada jaminan keamanan produk pangan lokal yang


dihasilkan
Upaya pemerintah dalam memenuhi hak konsumen untuk dapat mengakses produk
pangan lokal yang aman hingga saat ini belum dapat terpenuhi karena belum adanya
jaminan keamanan produk pangan lokal yang beredar. Padahal, jaminan keamanan

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 45

[45]

2/15/2013 7:35:37 PM

produk pangan merupakan hal yang sangat kompleks, mengingat faktor yang berpotensi
sebagai pembawa resiko dapat muncul dalam setiap titik pada rantai pangan, mulai dari
produksi, distribusi, dan pengolahan hingga siap untuk dikonsumsi. Faktor keamanan
produk pangan dapat dinilai dari sumber resiko dan dampaknya terhadap kesehatan
manusia. Secara umum, jaminan keamanan produk pangan harus mampu melindungi
masyarakat terutama dari pangan yang tidak aman atau tercemar oleh cemaran kimia,
biologi, dan fisik. Namun demikian, sampai dengan saat ini jaminan keamanan produk
pangan masih bersifat partial, seperti upaya peningkatan ketersediaan produk Prima 3
dan mengoptimalkan hasil uji terhadap produk pangan (uji terhadap pestisida, mikroba,
dan logam berat), belum mengarah kepada kawasan pangan yang aman.
Undang-Undang Pangan No. 7 Tahun 1996 yang telah diganti dengan UndangUndang No.18 Tahun 2012 tentang pangan menekankan pentingnya keamanan
pangan baik untuk pangan segar, pangan olahan dan pangan siap saji. Kementerian
Pertanian bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengawasan keamanan
pangan segar (sayur, buah, daging, telur dan susu). Pelaksanaan penanganan
keamanan pangan segar mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun
2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.

C. Peluang
Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang begitu besar
termasuk umbi-umbian. Kebanyakan komoditi ini tersedia secara tradisional dan
dibudidayakan secara sederhana di lahan kering dan tadah hujan. Di beberapa
daerah pangan lokal selain beras sejak dulu telah menjadi pangan pokok seperti
sagu dan umbi-umbian di Maluku dan Papua, jagung di Madura, Jawa Timur dan
beberapa daerah di Nusa Tenggara serta ubi kayu di daerah pegunungan di Jawa
Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Daerah yang memiliki potensi pangan
pilihan selain beras dapat dilihat pada Lampiran 2 (Gambar 2.1.2.4). Pangan
lokal memiliki kandungan gizi yang tidak kalah dibandingkan dengan nasi/beras.
Kandungan gizi beberapa pangan lokal sebagai berikut:

[46]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 46

2/15/2013 7:35:37 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

1.

Pangan Sumber Karbohidrat

Jagung. Produksi jagung Indonesia terus meningkat. Data


BPS menunjukkan dalam periode 19902011, produksi jagung
meningkat dari 6,73 juta ton menjadi 17,64 juta ton atau

Jagung

peningkatan dengan laju 5,34 persen per tahun. Peningkatan


luas areal pertanaman jagung meningkat dari sekitar 3,15 juta
ha menjadi 3,86 juta ha, dengan laju 1,49 persen per tahun;
dan peningkatan produktivitas dari 2,13 ton/ha menjadi 4,56

Jagung Bose (Pangan Lokal Ntt)

ton/ha atau peningkatan dengan laju 3,74 persen per tahun


(Lampiran 3; Tabel 3.1. 3.2.)
Produk pangan olahan dari bahan jagung bukan lagi
menjadi bahan pangan yang inferior, terutama dengan

Skotel Jagung

berkembangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan.


Produk pangan dari jagung seperti gula jagung dan minyak
jagung diyakini dapat menurunkan kadar gula darah dan non
kolesterol.

Mie Jagung

Ubi kayu. Sebagai sumber karbohidrat, ubi kayu dapat


dikonsumsi dalam bentuk langsung maupun makanan olahan
yang berasal dari tepung.
Tanaman ubi kayu relatif mudah dibudidayakan, dapat
dibudidayakan pada ketinggian dari 0 sampai 1500 m dpl
dengan curah hujan antara 750 1.000 mm per tahun. Ubi

Ubi kayu

kayu juga dapat diusahakan pada segala jenis tanah asal


mempunyai drainase yang baik, dengan

pH tanah yang

dikehendaki antara 4,5 sampai 8,0. Penanaman ubi kayu


dilakukan secara monokultur atau tumpangsari dengan
tanaman lain.
Tiwul

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 47

[47]

2/15/2013 7:35:37 PM

Ubi kayu mempunyai prospek menjadi sumber bahan pangan


pilihan dalam diversifikasi pangan, beberapa keunggulan
dari ubi kayu ini adalah: a) tanaman ini sudah dikenal dan
dibudidayakan secara luas oleh masyarakat pedesaan sebagai
bahan pokok dan sebagai bahan cadangan pangan pada
musim paceklik; b) masyarakat Pulau Jawa khususnya di
Brownies cassava

pedesaan telah terbiasa mengolah dan mengonsumsinya


dalam bentuk gatot dan tiwul; c) nilai kandungan gizinya
cukup tinggi; dan d) mudah beradaptasi dengan lingkungan
atau lahan yang marginal dan beriklim kering.
Dalam periode 1990 2011, produksi ubi kayu meningkat dari
15,83 juta ton menjadi 24,04 juta ton atau peningkatan dengan
laju 2,18 persen per tahun. Peningkatan produksi tersebut

Beras analog

terutama karena kontribusi peningkatan produktivitas. Dalam


tahun 1990 - 2011 produktivitas ubi kayu meningkat dengan
laju 2,57 persen per tahun yaitu dari 12,07 ton/ha 20,29 ton/
ha; sementara luas areal pertanaman ubi kayu cenderung
menurun dari 1,31 juta ha pada tahun 1990 menjadi 1,18
juta ha, atau penurunan dengan laju (0,38) persen per tahun
(Lampiran3; Tabel 3.3. 3.5.).

Ubi jalar

Ubi jalar. Sebagai sumber bahan pangan yang mempunyai


potensi tinggi namum belum didayagunakan secara maksimal.
Di Indonesia, penggunaan tepung ubi jalar memang belum
sebanyak di luar negeri. Kondisi ini merupakan peluang bagi
pengembangan ubi jalar. Indonesia termasuk lima besar
negara penghasil ubi jalar terbesar di dunia, dengan produksi
2 juta ton per tahun.

Bebilar (beras ubi jalar)

[48]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 48

2/15/2013 7:35:37 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Produksi ubi jalar terus meningkat, pada tahun 1990 2011


produksi ubi jalar Indonesia meningkat dari 1,97 juta ton
menjadi 2,19 juta ton atau peningkatan dengan laju 0,82
persen per tahun.

Peningkatan produksi tersebut terjadi

terutama karena kontribusi peningkatan produktivitas, yaitu


peningkatan sebesar 1,30 persen per tahun, dari produktivitas
sebasar 9,44 ton per hektar di tahun 1990 menjadi 12,32 ton

Roll cake ubi ungu

per hektar. Sementara luas panen ubi kayu nasional justru


cenderung menurun. Dalam tahun 1990-2011 luas panen
menurun dari 208,73 ribu hektar menjadi 178,12 ribu hektar
(Lampiran 3; Tabel 3.6. 3.7.).
Talas. Tanaman pangan yang bersifat menahun. Talas bisa
dijumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi
pantai sampai pegunungan yang terletak 1.000 1.300 m di

Es krim ubi jalar ungu

atas permukaan laut baik liar maupun dibudidayakan. Saat ini


daerah yang dikenal sebagai sentra Talas adalah Bogor, Banten
dan Malang. Beberapa jenis talas yang dapat dikonsumsi telah
dikenal seperti talas sutera, talas bentul, talas ketan, talas
paris, talas loma, talas pandan, talas lampung, talas mentega,
talas gambir atau talas hideung (Sunda = hitam).
Tanaman talas relatif mudah ditanam di hampir semua jenis

Talas

tanah dan juga dapat ditumpangsarikan. Budidaya tanaman


talas dapat menghasilkan produksi yang baik pada lingkungan
bersuhu 21 C -27 C, kelembaban udara 50% - 90%, adanya
sinar matahari langsung, dan curah hujan 2.000 mm/tahun.
Pada kondisi optimal, hasil produksi dapat mencapai 10 ton/
hektar. Di sisi lain, di samping dikonsumsi sebagai makanan
pokok dan makanan tambahan karena mengandung
karbohidrat tinggi, protein, lemak, dan vitamin, tanaman yang

Perkedel talas

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 49

[49]

2/15/2013 7:35:37 PM

mengandung asam perusi atau asam biru ini, juga memiliki nilai ekonomi tinggi.
Dalam perkembangannya, talas bukan lagi makanan inferior, dalam bentuk
tepung bahan baku talas dapat dibuat produk makanan bernilai tinggi.
Sagu. Sumber bahan pangan lain yang yang telah dimanfaatkan di beberapa daerah
di Indonesia adalah sagu (Metroxylon sp). Bersadarkan data dari berbagai sumber yang
dirangkum Bintoro (2000), taksiran luas area sagu di Indonesia berkisar 4.376.829 Ha,
seperti terangkum dalam Lampiran 3 (Tabel 3.8.).
Dibandingkan dengan tanaman penghasil karbohidrat lain, keunggulan utama
tanaman sagu adalah produktivitasnya tinggi. Produksi sagu yang dikelola
dengan baik dapat mencapai 25 ton pati kering/ha/tahun. Produktivitas ini setara
dengan tebu, namun lebih tinggi dibandingkan dengan ubi kayu dan kentang
dengan produktivitas pati kering 10-15 ton/ha/tahun. Sagu tumbuh baik pada
lahan marginal seperti gambut, rawa, payau atau lahan tergenang di mana
tanaman lain tidak mampu tumbuh.

Tabel 7. Kandungan Gizi Beberapa Pangan Lokal Sumber Karbohidrat


Zat Gizi
No

Bahan Pangan

Energi
(kkal)

Protein
(gr)

Lemak
(gr)

Abu
(gr)

Kh (gr)

Air
(gr)

BDD
(%)

I.

Padi-padian

Beras

360

6.8

0.7

78.9

13.0

100

Gandum lokal c)

360

13.4

1.6

73.0

1.4

10.6

100

Jawawut/sokuia)

334

9.7

3.5

73.4

11.9

100

Sorghum/lenab)

395

20.3

8.73

58.8

6.6

5.6

100

Sorghum Jagung Rote b)

385

10.6

7.4

69.0

1.1

11.9

100

Hermada (tepung) b)

367

2.4

1.5

86.0

1.2

9.0

100

Hotong (hotoburu) b)

366

9.9

3.6

73.4

2.4

10.7

100

Jali/nyolaia)

289

11.0

4.0

61.0

90

Jagung Kuning Pipila)

366

9.8

7.3

69.1

2.4

11.5

100

374

5.42

0.3

71.8

2.6

19.8

100

Berasan:
10

Beras Jagung Instan


Semarang Jateng b)
Tepung:

[50]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 50

2/15/2013 7:35:37 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Lanjutan Tabel 7.
Zat Gizi
No

11

Bahan Pangan

Tepung Jagung b)

Energi
(kkal)

Protein
(gr)

Lemak
(gr)

Abu
(gr)

Kh (gr)

BDD
(%)

Air
(gr)

374

7.0

4.2

77.1

1.4

10.3

100

II.

Umbi-umbian

Ubi Kayu

10

Ubi kayu putih a)

146

1.2

0.3

34.7

62.5

75

11

Ubi kayu kuning a)

157

0.6

0.3

37.9

60.0

75

Berasan :
12

Beras Singkong (Rasi) b)

359

1.4

0.9

86.5

1.9

7.8

100

13

Beras Aruk b)

353

0.6

0.8

85.9

0.2

12.5

100

14

Beras Kufu

342

2.3

0.1

83.1

100

15

Oyek a)

342

2.3

0.1

83.1

100

16

Tiwul

363

1.1

0.5

88.2

100

352

1.3

1.1

84.1

1.3

12.2

100

Lempengan :
17

Jeppa b)
Tepung/pati :

18

Iluy mentah b)

352

6.2

1.3

79.0

1.1

12.4

100

19

Tepung kasava

363

1.1

0.5

88.2

100

20

Tapioka (pati singkong)

362

0.5

0.3

86.9

100

350

0.4

0.9

85.0

0.3

13.3

100

123

1.8

0.7

27.9

86

Mie :
21

Mie bendo b)

Ubi Jalar

22

Ubi jalar a)
Tepung :

23

Tepung ubi jalar ungu d)

375

3.0

0.55

89.5

100

24

Tepung ubi jalar kuning d)

375

2.5

0.6

90.0

100

25

Tepung ubi jalar putih d(

371

4.0

0.35

88.0

100

118

2.5

0.7

25.4

0.8

70.5

95

1.0

0.11

22.6

75.0

356

1.0

1.53

84.6

0.23

16.6

100

Mie :
26

Mie telo
Bentuk segar :

27

Ubi banggai b)

Ganyong
Segar :

28

Ganyong (umbi)
Tepung :

29

Tepung ganyong
Mie :

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 51

[51]

2/15/2013 7:35:37 PM

Lanjutan Tabel 7.
Zat Gizi
No

Bahan Pangan

30

Mie ganyong b)

Sagu

Energi
(kkal)

Protein
(gr)

Lemak
(gr)

Abu
(gr)

Kh (gr)

BDD
(%)

Air
(gr)

341

1.1

0.85

82.1

0.4

15.6

100

364

0.6

0.8

88.6

0.9

9.1

100

353

0.7

0.2

84.7

14.0

100

Berasan :
31

Sagu rendang b)
Tepung :

32

Tepung sagu a)
Mie :

33

Mie sagu kering b)

382

4.5

0.98

88.9

1.6

4.0

100

34

Mie sagu basah

152

0.9

5.6

24.4

1.6

4.0

100

35

Soun sagu b)

385

2.5

1.4

90.5

1.2

4.4

100

349

0.8

0.6

85.8

1.4

11.4

355

0.7

0.2

85.2

100

376

3.4

0.8

88.7

1.4

5.7

100

100

0.9

0.3

23.5

0.9

74.4

100

Lainnya:
36
E

Sagu mentah kerug b)


Garut
Tepung :

37

Tepung garut a)

Talas
Tepung :

38

Tepung talas

Gadung
Segar :

39
III

Gadung a)
Buah
Segar :
Bakau

40

Buah bakau b)

371

4.2

1.5

85.1

3.9

5.3

41

Buah bakau (NTT) b)

319

25.4

0.5

63.6

1.3

9.1

42

Bakau segar (NTT) b)

155

11.9

2.4

26.5

1.0

58.2

43

Bakau segar (Halmahera) b)

147

10.5

2.0

26.5

1.2

59.9

44

Tepung buah bakau b)

367

4.3

1.1

85.0

2.1

7.6

100

45

Tepung buah bakau NTT b)

269

22.2

0.67

52.4

1.4

24.3

46

Tepung buah bakau


Halmahera b)

267

22.8

0.57

51.7

1.3

23.7

Tepung :

[52]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 52

2/15/2013 7:35:38 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Lanjutan Tabel 7.
Zat Gizi
No

IV

Bahan Pangan

Energi
(kkal)

Protein
(gr)

Lemak
(gr)

Kh (gr)

Abu
(gr)

Air
(gr)

BDD
(%)

Komposit
Tepung :

47

Tepung sijalejo

48

Tepung jalejo b)

366

19.1

2.5

66.9

2.4

9.

100

Mie :
49

Mie kering jalejo b)

369

14.4

1.6

74.3

1.5

8.2

100

50

Mie jalejo+bayam (kering)b)

362

13.7

2.1

72.2

1.4

10.6

100

51

Mie jalejo+wortel (kering)b)

369

14.2

2.0

73.4

1.5

8.9

100

52

Mie basah jalejo b)

193

7.9

0.9

38.4

0.8

52.1

100

53

Mie jalejo+bayam (basah) b)

199

7.7

1.1

39.5

0.8

51.0

100

54

Mie jalejo+wortel (basah) b)

197

7.4

1.1

39.3

0.8

51.4

100

Keterangan: Sumber a) Berdasarkan DKBM, Depkes



b) Hasil analisis lab. Fisik Terpadu, GMSK, IPB

c) Hasil analisis laboratorium Teknologi Pangan dan Gizi, IPB

d) Laboratorium Bogasari

Nasi goreng talas

Soun sagu

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 53

[53]

2/15/2013 7:35:38 PM

Kapurung

Cookies talas

Sagu

Papeda

2.

Pangan Sumber Protein

Pangan sumber protein hewani memberikan kontribusi yang cukup besar dalam
pemenuhan konsumsi pangan dan gizi terutama dalam pencapaian skor PPH.
Namun demikian, tingkat konsumsi kelompok pangan hewani tahun 2011 sebesar
95.9 gram/kapita/hari, masih kurang dibandingkan standar konsumsi ideal
sebesar 150 gram/kapita/hari. Apabila dilihat tingkat konsumsi per komoditas
untuk pangan hewani yang terdiri dari daging ruminansia, daging unggas, telur,
susu dan ikan, sebagai berikut:
VV Daging ruminansia sebesar 5,5 gram/kap/hari (standar 8,6 gram/kap/hari)
VV Daging unggas sebesar 13,0 gram/kap/hari (standar 18,7 gram/kap/hari)
VV Telur sebesar 19,6 gram/kap/hari (standar 28,8 gram/kap/hari)
VV Susu sebesar 5,7 gram/kap/hari (standar 6,6 gram/kap/hari)
VV Ikan sebesar 51,9 gram/kap/hari (standar 87,3 gram/kap/hari)

[54]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 54

2/15/2013 7:35:38 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Dari data tersebut terlihat bahwa konsumsi pangan hewani masyarakat Indonesia
masih rendah, kurang lebih dua per tiga dari standar kebutuhan konsumsi pangan
hewani. Komposisi kandungan gizi beberapa pangan hewani dapat dilihat pada
daftar berikut:

Tabel 8. Komposisi Zat Gizi Beberapa Pangan Hewani


Zat Gizi
No

Bahan Pangan

Energi
(kkal)

Protein
(gr)

Lemak (gr)

Kh (gr)

12,0

0,0

BDD (%)

Daging Anak Sapi

190,0

19,1

100,0

Daging Asap

191,0

32,0

6,0

0,0

100,0

Daging Babi Gemuk

457,0

11,6

45,0

0,0

100,0

Daging Babi Kurus

376,0

14,1

35,0

0,0

100,0

Daging Domba

206,0

17,1

14,8

0,0

100,0

Daging Kambing

154,0

16,6

9,2

0,0

100,0

Daging Kerbau

84,0

18,7

0,5

0,0

100,0

Daging Kuda

118,0

18,1

4,1

0,9

100,0

Daging Sapi

207,0

18,8

14,0

0,0

100,0

10

Daging Ayam

302,0

18,2

25,0

0,0

58,0

11

Telur Ayam

162,0

12,8

11,5

0,7

90,0

12

Telur Bebek (Itik)

189,0

13,1

14,3

0,8

90,0

13

Telur Penyu

144,0

12,0

10,2

0,0

90,0

14

Ikan Bandeng

129,0

20,0

4,8

0,0

80,0

15

Ikan Bawal

96,0

19,0

1,7

0,0

80,0

16

Ekor Kuning

109,0

17,0

4,0

0,0

80,0

17

Ikan Mas

86,0

16,0

2,0

0,0

80,0

18

Ikan Segar

113,0

17,0

4,5

0,0

80,0

19

Susu Sapi

61,0

3,2

3,5

4,3

100,0

20

Susu Kambing

64,0

4,3

2,3

6,6

100,0

Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM-Depkes, 1995)

Apabila dilihat dari produksi, komoditas pangan tersebut cukup untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan tetapi karena faktor daya beli dan pendapatan
sehingga akses terhadap pangan hewani masih rendah. Data produksi dapat
dilihat pada tabel berikut :

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 55

[55]

2/15/2013 7:35:38 PM

[56]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 56

2/15/2013 7:35:38 PM

1.813,0

44.104,9
1.339.939,9

1.382.142,4

Jumlah
567.683,4

944.136,0
207.534,4

Telur Ayam Ras Petelur

Telur Itik

646.952,3

1.323.605,4

200.988,4

955.999,0

166.618,0

1.380.534,4

30.980

1.018.734,0

57.274,0

942.784,0

58.162,0

756.188.5
273.546.4

230.472,0

Susu

47.028,5
209.777,0

294.889,0

Telur Ayam Buras

Telur

Jumlah

Daging Itik

Daging Ayam Ras Pedaging

Daging Ayam Ras Petelur

Daging Ayam

Daging Unggas

729.583,7

1.974,7

Jumlah

Daging Kuda

56.852,0
225.906,0

Daging Domba

Daging Babi

66.027,0

39.032,0

41.757,0
63.615,0

Daging Kerbau

392.511,0

2008

339.479,0

2007

Daging Kambing

Daging Sapi

Daging Ternak

Komoditas

Ket : *) Data Sementara


**) Pertumbuhan Tahun 2011

No.

Tabel 9. Perkembangan Produksi Daging, Telur, dan Susu

827.249,2

1.306.867,3

236.427,4

909.519,3

160.920,6

1.430.327,7

25.781,8

1.101.765,5

55.055,4

247.725,0

773.962,1

1.799,3

200.117,8

54.265,0

73.825,3

34.644,9

409.309,8

2009

Produksi (Ton)

909.532,8

1.366.200,7

245.037,8

945.635,1

175.527,8

1.565.684,8

25.999,1

1.214.339,0

57.711,6

267.635,1

799.989,4

1.974,4

211.992,6

44.865,1

68.792.9

35.912.1

436.452.3

2010

925.775,0

1.432.188,6

265.788,8

986.794,5

179.605,3

1.642.863.4

29.180.2

1.270.438,0

60.110,1

283.135,0

825.361,4

1.822,1

204.588,0

44.946,1

70.715,1

37.467,6

465.822,5

2011 *)

1,79

4,83

8,47

4,35

2,32

4,93

12.24

4,62

4,16

5,79

3,17

(7,71)

(3,49)

0,18

2,79

4,33

6,73

Pertumbuhan
(%) **)

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Daging ternak. Produksi daging ruminansia yang terdiri


dari daging sapi, daging kerbau, daging kambing, daging
domba, daging kuda dan daging babi, pada tahun
2011 sebesar 825.361,38 ton mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2010 sebesar 799.989,45 ton, atau
sekitar 3,17 persen. Peningkatan terbesar adalah komoditas
daging sapi. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah

Daging ternak

untuk mencapai swasembada daging sapi dan kerbau


tahun 2014.
Daging Unggas. Produksi daging unggas yang terdiri
dari daging ayam, daging ayam ras petelur, daging ayam
ras pedaging dan daging itik, pada tahun 2011 sebesar
1.642.863,41 ton mengalami peningkatan dibandingkan

Daging unggas

tahun 2010 sebesar 1.565.684,81 ton, atau sekitar 4,93


persen. Peningkatan terbesar adalah komoditas daging
itik.
Telur. Produksi telur yang terdiri dari telur ayam buras, telur
ayam ras petelur dan telur itik, pada tahun 2011 sebesar
1.432.188,59 ton mengalami peningkatan dibandingkan
tahun 2010 sebesar 1.366.200,71 ton, atau sekitar 4,83

Telur

persen. Peningkatan terbesar adalah komoditas telur itik.


Susu. Produksi susu pada tahun 2011 sebesar 925.775,05
ton mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009
sebesar 909.532,82 ton, atau sekitar 1,79 persen.

3.

Pangan Sumber Vitamin dan Mineral

Sayuran dan buah merupakan pangan sumber vitamin dan

Susu

mineral. Berdasarkan data statistik pertanian hortikultura


2011, selama tahun 2007-2009 produksi sayuran nasional

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 57

[57]

2/15/2013 7:35:40 PM

meningkat dari 9,45 juta ton menjadi 10,63 juta ton dengan laju kenaikan sebesar
6,02 persen per tahun. Adapun produksi buah-buahan pada tahun 2007 2009
meningkat dari 17,12 juta ton menjadi 18,66 juta ton dengan laju kenaikan
sebesar 4,40 persen. Sayuran yang memberikan sumbangan produksi terbesar
terhadap total produksi sayuran di Indonesia sebanyak 5 (lima) jenis tanaman
sayuran yaitu kol/kubis (12,78 %), kentang (11,07%), bawang merah (9,08%),
tomat (8,03%) dan cabe besar (7,41%), sedangkan komponen sayuran lainnya
(20 jenis sayuran lainnya yaitu bawang putih, bawang daun, lobak, sawi, wortel,
kacang merah, kembang kol, cabe rawit, paprika, terung, buncis, ketimun, labu
siam, kangkung, bayam, kacang panjang, jamur, melinjo, petai dan jengkol),
persentase produksinya masing-masing kurang dari enam persen dari produksi
sayuran di Indonesia.
Kol/Kubis. Produksi sayuran terbesar adalah pada
tanaman kol/kubis yaitu sebesar 1.358.113 ton
atau 12,78 persen dari total produksi sayuran di
Indonesia. Sentra produksi kol/kubis terbesar berada
di Pulau Jawa, dengan produksi sebesar 845.003 ton,
atau sekitar 62,22 persen dari total produksi kubis
nasional. Apabila dilihat per provinsi, maka Jawa
Kol/kubis

Tengah merupakan penghasil kol/kubis terbesar


yaitu 348.616 ton atau sekitar 25,67 persen dari total
produksi kol/kubis secara nasional, diikuti dengan
Jawa Barat dan Jawa Timur. Provinsi penghasil kol/
kubis terbesar di luar Jawa adalah Sumatera Utara
dengan produksi 210.239 ton atau sekitar 15,48
persen dari total produksi kol/kubis nasional, dan
diikuti oleh Sumatera Barat.

Kentang

Kentang. Produksi tanaman kentang menempati


urutan kedua dengan menyumbangkan produksi

[58]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 58

2/15/2013 7:35:41 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

sebesar 1.176.304 ton atau sekitar 11,07 persen dari total


produksi sayuran nasional. Sentra produksi kentang terbesar
juga berada di Pulau Jawa dengan produksi 735.359 ton
atau sekitar 62,51 persen dari seluruh produksi kentang
nasional. Provinsi penghasil kentang terbesar adalah Jawa
Barat dengan produksi sebesar 320.542 ton atau sebesar
27,25 persen dari seluruh produksi kentang di Indonesia,
diikuti oleh Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan
provinsi penghasil kentang terbesar di luar Jawa adalah
Sulawesi Utara dengan produksi sebesar 142.109 ton atau
sekitar 12,08 persen dari total produksi kentang nasional
diikuti oleh Sumatera Utara.
Bawang Merah. Tanaman bawang merah memberikan
kontribusi produksi sebesar 965.165 ton atau sekitar
9,08 persen terhadap produksi sayuran nasional. Sentra
produksi bawang merah di Indonesia adalah Pulau Jawa
dengan total produksi sebesar 732.233 ton atau sekitar
75,87 persen dari total produksi bawang merah nasional.
Provinsi penghasil bawang merah terbesar adalah Jawa
Tengah dengan produksi 406.725 ton atau sebesar 42,14
persen dari total produksi bawang merah nasional, diikuti

Bawang merah

Jawa Timur dan Jawa Barat. Provinsi penghasil bawang


merah terbesar di luar Jawa adalah Nusa Tenggara Barat,
dengan produksi sebesar 133.945 ton atau sekitar 13,88
persen dari total produksi bawang merah nasional diikuti
oleh Sumatera Barat.
Tomat. Tanaman tomat memberikan kontribusi produksi
sebesar 853.061 ton atau sekitar 8,03 persen terhadap
produksi sayuran nasional. Sentra produksi tomat di

Tomat

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 59

[59]

2/15/2013 7:35:43 PM

Indonesia adalah Pulau Jawa dengan total produksi


sebesar 432.787 ton atau sekitar 50,73 persen dari total
produksi tomat nasional. Provinsi penghasil tomat terbesar
adalah Jawa Barat dengan produksi 309.653 ton atau
sebesar 36,30 persen dari total produksi tomat nasional,
diikuti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Provinsi penghasil
tomat terbesar di luar Jawa adalah Sumatera Utara dengan
produksi sebesar 90.147 ton atau sekitar 10,57 persen dari
total produksi tomat nasional, diikuti oleh Sulawesi Utara.
Cabe Besar. Cabe besar memberikan kontribusi produksi
sebesar 787.433 ton atau sekitar 7,41 persen terhadap
produksi sayuran nasional. Sentra produksi cabe besar
di Indonesia adalah Pulau Jawa dengan total produksi
sebesar 434.219 ton atau sekitar 55,14 persen dari total
produksi cabe besar nasional. Provinsi penghasil cabe besar
terbesar adalah Jawa Barat dengan produksi 209.265 ton
atau sebesar 26,58 persen dari total produksi cabe besar
nasional, diikuti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Provinsi

Cabai besar

penghasil cabe besar terbesar di luar Jawa adalah Sumatera


Utara dengan produksi sebesar 124.422 ton atau sekitar
15,80 persen dari total produksi cabe besar nasional, diikuti
oleh Bengkulu.
Buah yang diinventarisir dan dikumpulkan berdasarkan
statistik pertanian hortikulltura tahun 2009 sebanyak 26
jenis komoditas. Lima komoditas buah yang memberikan
sumbangan produksi terbesar terhadap total produksi
buah di Indonesia adalah pisang, mangga, jeruk siam/
keprok, nenas dan rambutan dengan kontribusi masingmasing sebesar 34,17 persen, 12,03 persen, 10,86 persen,

[60]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 60

2/15/2013 7:35:43 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

8,35 persen, dan 5,29 persen, sedangkan 21 jenis komoditas


lainnya memberikan kontribusi kurang dari lima persen dari
total produksi buah di Indonesia.
Pisang. Buah pisang dengan produksi sebesar 6.373.533
ton atau sekitar 34,17 persen dari total produksi buah di
Indonesia memberikan kontribusi terbesar untuk produksi
buah nasional. Sentra produksi pisang terbesar berada di
Pulau Jawa dengan total produksi sebesar 3.650.455 ton
atau sekitar 57,28 persen dari total produksi pisang nasional.
Provinsi penghasil pisang terbesar adalah Jawa Barat
dengan produksi 1.415.694 ton atau sekitar 22,21 persen
dari total produksi pisang nasional, diikuti Jawa Timur dan

Pisang

Jawa Tengah. Provinsi penghasil pisang terbesar di luar Jawa


adalah Lampung dengan produksi sebesar 681.875 ton atau
sekitar 10,70 persen dari total produksi pisang nasional,
diikuti oleh Sumatera Utara.
Mangga. Buah mangga dengan produksi sebesar 2.243.440
ton atau sekitar 12,03 persen dari total produksi buah nasional
memberikan kontribusi kedua terbesar untuk produksi buah
nasional. Sentra produksi mangga terbesar berada di Pulau
Jawa dengan total produksi sebesar 1.584.774 ton atau

Mangga

sekitar 70,64 persen dari total produksi mangga nasional.


Provinsi penghasil mangga terbesar adalah Jawa Timur
dengan produksi 694.314 ton atau sekitar 30,95 persen
dari total produksi mangga nasional, diikuti Jawa Tengah
dan Jawa Barat. Provinsi penghasil mangga terbesar di luar
Jawa adalah Nusa Tenggara Timur dengan produksi sebesar
155.999 ton atau sekitar 6,95 persen dari total produksi
mangga nasional, diikuti oleh Sulawesi Selatan.

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 61

[61]

2/15/2013 7:35:45 PM

Jeruk Siam/Keprok. Urutan ketiga yang memberikan


kontribusi terbesar pada produksi buah nasional adalah
jeruk siam/keprok dengan produksi sebesar 2.025.840
ton atau sekitar 10,86 persen dari total produksi buah di
Indonesia. Sentra produksi jeruk terbesar berada di luar
Jawa dengan total produksi sebesar 1.633.861 ton atau
sekitar 80,65 persen dari total produksi jeruk siam/keprok
nasional. Provinsi penghasil jeruk siam/keprok terbesar
adalah Sumatera Utara dengan produksi 724.828 ton atau
sekitar 35,78 persen dari total produksi jeruk siam/keprok
nasional, diikuti Kalimantan Barat, Bali dan Sulawesi Barat.
Provinsi penghasil jeruk siam/keprok terbesar di Jawa
adalah Jawa Timur dengan produksi sebesar 342.422 ton
atau sekitar 16,90 persen dari total produksi jeruk siam/
keprok nasional.
Jeruk siam

Nenas. Buah nenas dengan produksi sebesar 1.558.196


ton atau sekitar 8,35 persen dari total produksi buah di
Indonesia menempati urutan keempat dalam memberikan
kontribusi terbesar untuk produksi buah nasional. Sentra
produksi nenas terbesar berada di Pulau Jawa dengan
menempatkan Jawa Barat sebagai sentra utama dengan
produksi sebesar 465.802 ton atau sekitar 29,89 persen dari
total produksi nenas nasional. Provinsi penghasil nenas
terbesar adalah Jawa Barat dengan produksi 1.415.694

Nenas

ton atau sekitar 22,21 persen dari total produksi pisang


nasional. Provinsi penghasil nenas terbesar di luar Jawa
adalah Lampung dengan produksi sebesar 442,431 ton
atau sekitar 28,39 persen dari total produksi nenas nasional,
diikuti oleh Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Jambi.

[62]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 62

2/15/2013 7:35:46 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Rambutan

Rambutan. Rambutan dengan produksi sebesar 986.841 ton atau sekitar 5,29
persen dari total produksi buah di Indonesia merupakan komoditas kelima
yang memberikan kontribusi terbesar untuk produksi buah nasional. Sentra
produksi rambutan terbesar berada di Pulau Jawa dengan menempatkan Jawa
Barat sebagai sentra terbesar dengan produksi sebesar 275.238 ton atau sekitar
27,89 persen dari total produksi rambutan nasional diikuti Jawa Timur dan Jawa
Tengah. Sumatera Utara merupakan provinsi penghasil rambutan terbesar di luar
Pulau Jawa dengan produksi 60.153 ton atau sekitar 6,10, diikuti oleh Kalimantan
Tengah. Data selengkapnya produksi tanaman sayur dan tanaman buah seperti
pada Lampiran 4 (Tabel 4.1 4.4). Komposisi kandungan gizi beberapa pangan
sumber vitamin mineral dapat dilihat pada daftar berikut:

4. Peluang pengembangan produk melalui Public Private


Partnership
Dalam upaya pengembangan pangan lokal di Indonesia sudah saatnya
mengoptimalkan peran swasta secara intensif melalui mekanisme public private
partnership seperti pada pembangunan infrastruktur. Posisi bisnis dan industri
pangan sangat strategis dalam mendukung keberhasilan diversifikasi pangan,

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 63

[63]

2/15/2013 7:35:47 PM

Tabel 10. Komposisi Zat Gizi Beberapa Jenis Sayuran dan Buah-buahan
Zat Gizi
No

Bahan Pangan

Energi
(kkal)

Protein
(gr)

Lemak
(gr)

Kh (gr)

BDD (%)

Kool Merah, Kool Putih

24,0

1,4

0,2

5,3

75,0

Kentang

83,0

2,0

0,1

19,1

85,0

Bawang Putih

95,0

4,5

0,2

23,1

88,0

Tomat Masak

20,0

1,0

0,3

4,2

95,0

Cabe Merah Besar, Segar

31,0

1,0

0,3

7,3

85,0

Pisang Ambon

99,0

1,2

0,2

25,8

75,0

Mangga Harum Manis

46,0

0,4

0,2

11,9

65,0

Jeruk Manis

45,0

0,9

0,2

11,2

72,0

Nanas

52,0

0,4

0,2

13,7

53,0

10

Rambutan

69,0

0,9

0,1

18,1

40,0

oleh sebab itu keterlibatan swasta merupakan suatu keharusan dalam percepatan
penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal. Mengingat
cukup besarnya potensi pangan lokal yang ada, sudah saatnya pemanfaatannya
dioptimalkan sebagai sumber karbohidrat selain beras dan terigu.
Sejauh ini potensi pangan lokal yang ada di Indonesia pengelolaannya masih terbatas
pada skala industri rumah tangga atau UKM saja, belum pada skala ekonomis. Kondisi
ini menyebabkan produk olahan pangan lokal belum mampu bersaing dengan beras
dan terigu, karena harganya masih lebih tinggi akibat dari biaya produksi yang belum
efisien. Dengan adanya program pemerintah untuk menganekaragamkan pangan
sumber karbohidrat selain beras dan terigu, diharapkan dapat membuka peluang
untuk pengembangan pangan lokal dalam skala yang lebih ekonomis melalui
penciptaan nilai tambah. Dengan kata lain nilai tambah yang diciptakan harus
dapat menimbulkan tarikan teknologi untuk menumbuhkan kegiatan ekonomi
yang mengakar kepada potensi yang ada. Untuk itu inovasi yang terus menerus
yang selaras dengan tuntutan pasar dan kebutuhan konsumen merupakan kunci
sukses pendekatan ini. Hanya dengan cara inilah tuntutan pasar akan berjalan
seiring dengan kemajuan produsen dan memberikan manfaat yang optimal untuk
seluruh pihak. Introduksi teknologi dalam pengembangan produk-produk bernilai

[64]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 64

2/15/2013 7:35:47 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

tambah diharapkan dapat memperluas pilihan pemenuhan


bahan pangan masyarakat Indonesia pada satu sisi dan dapat

Potensi

menumbuhkan kegiatan ekonomi lokal pada sisi yang lain.

Penganekaragaman
Kebutuhan bahan baku pangan lokal untuk industri pangan
Indonesia cukup besar, sehingga diperlukan program

Pangan
VV

Kekayaan biodiversitas

pengembangan tanaman pangan lokal secara terpadu dan

pangan nabati dan hewani

secara konsisten dengan melibatkan masyarakat setempat.

yang cukup besar dan

Mekanisme kerjasama kemitraan antara petani produsen,

beragam.
VV

industri pengolah/pelaku usaha dan lembaga penelitian/

dikembangkan ke arah yang

perguruan tinggi (sebagai pemasok teknologi), harus dijalin


secara sinergis dan saling menguntungkan.

Makanan tradisional
dan spesifik lokasi dapat
lebih komersial.

VV

Teknologi pengolahan
pangan makin berkembang
untuk memproduksi bahan
pangan yang siap saji dan
siap konsumsi.

PEMERINTAH

VV

Tumbuhnya LSM dan


kelompok masyarakat
lainnya yang bergerak
dalam bidang pangan dan

LEMBAGA RISET

PELAKU USAHA

gizi.

Mekanisme kerjasama kemitraan antara pemerintah, lembaga


riset, dan pelaku usaha

***

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 65

[65]

2/15/2013 7:35:47 PM

Tujuan dan Sasaran

4
A. Tujuan
Secara umum tujuan kebijakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
berbasis sumber daya lokal adalah memfasilitasi dan mendorong terwujudnya
pola konsumsi yang beragam, bergizi seimbang dan aman secara lebih cepat
yang berdasarkan Perpres Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Kebijakan Percepatan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan diindikasikan dengan skor PPH 95 pada
tahun 2015. Tujuan khusus percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
adalah mendorong tercapainya:
VV Peningkatan permintaan masyarakat terhadap aneka pangan baik pangan
segar, olahan maupun siap saji melalui proses internalisasi pentingnya
penganekaragaman pangan kepada seluruh komponen masyarakat
termasuk aparat, yang meliputi peningkatan pengetahuan dan kesadaran
gizi seimbang sejak usia dini, pengembangan kegiatan pemberdayaan
ekonomi rumah tangga, dan promosi serta gerakan penganekaragaman
konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal.
VV Peningkatan ketersediaan aneka ragam pangan segar dan olahan melalui
pemanfaatan pekarangan, dan pengembangan bisnis dan industri
pengolahan aneka pangan sumber karbohidrat selain beras dan selain
terigu, sumber protein nabati dan hewani, serat, vitamin dan mineral yang
berbasis sumber daya lokal, aman terjangkau, dapat diterima secara sosial,
ekonomi dan budaya, serta mampu menggerakkan pengembangan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

[66]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 66

2/15/2013 7:35:47 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

VV Penguatan dan peningkatan partisipasi pemerintah daerah dalam


pengembangan dan pelaksanaan program percepatan penganekaragaman
konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal serta dalam menggerakkan
mitra kerja setempat baik industri melalui program CSR maupun lembaga
swadaya masyarakat dalam mobilisasi sosial maupun penggerakan
sumberdaya lainnya.

B. Sasaran
1.

Sasaran berdasarkan Permentan 43 tahun 2009


Sasaran kuantitatif percepatan diversifikasi konsumsi pangan adalah
tercapainya pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan
aman dengan indikasi tercapainya skor PPH rata-rata nasional sebesar 95,0
pada tahun 2015 sesuai dengan target di dalam Peraturan Presiden Nomor
22 tahun 2009 dan Permentan Nomor 43 tahun 2009. Target pencapaian skor
PPH pada tahun 2015 sebesar 95.0 dapat dicapai dengan laju peningkatan
skor sebesar 1,7 persen setiap tahunnya (dengan model interpolasi linier).
Melalui peningkatan tersebut diharapkan pada tahun 2010 dapat mencapai
skor PPH sebesar 86.4 dan pada tahun 2011 diharapkan dapat mencapai
skor 88,1. Namun dilihat dari kondisi aktual perkembangan konsumsi
pangan nasional pada tahun 2010, skor PPH baru mencapai skor 77,5.
Kondisi yang masih jauh dari harapan ini membutuhkan upaya sinergitas
lintas sektor agar target percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
dapat tercapai. Sasaran target capaian skor PPH hingga tahun 2015 dapat
dilihat pada Tabel 11.

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 67

[67]

2/15/2013 7:35:47 PM

Tabel 11. Sasaran Skor Pola Pangan Harapan Tahun 2010-2015


No

Kelompok Pangan

Padi-padian

Umbi-umbian

Pangan Hewani

Minyak dan Lemak

Buah/Biji Berminyak

6
7

Angka Kecukupan Gizi


2010

2011

2012

2013

2014

2015

% per
Tahun

54.9

53.9

52.9

51.9

51.0

50.0

(1.7)

5.0

5.2

5.4

5.6

5.8

6.0

4.2

9.6

10.1

10.6

11.1

11.5

12.0

5.7

10.1

10.1

10.1

10.0

10.0

10.0

(0.2)

2.8

2.9

2.9

2.9

3.0

3.0

1.1

Kacang-kacangan

4.3

4.4

4.6

4.7

4.9

5.0

3.7

Gula

4.9

4.9

5.0

5.0

5.0

5.0

0.3

Sayur dan Buah

5.2

5.4

5.5

5.7

5.8

6.0

3.4

Lain-lain

2.9

2.9

2.9

2.9

3.0

3.0

1.0

AKG

99.7

99.8

99.8

99.9

99.9

100.0

Skor PPH

86.4

88.1

89.8

91.5

93.3

95.0

Sumber : Susenas 2002, BPS, diolah BKP

2.

Sasaran Skor PPH sampai dengan Tahun 2015


Dalam perkembangan pencapaian skor Pola Pangan Harapan (PPH) selama
tahun 2009 - 2011, terdapat kesenjangan yang cukup besar dibandingkan
target di dalam Permentan Nomor 43 Tahun 2009. Sasaran dan realisasi skor
PPH tahun 2009 2011 dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Sasaran dan Realisasi Skor Pola Pangan


Harapan , Tahun 2009 2011

[68]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 68

2/15/2013 7:35:47 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Mengingat pencapaian tersebut yang sangat lambat, dilakukan


penyesuaian target pencapaian skor PPH. Target pencapaian Pola Pangan
Harapan dengan skor 95 kemudian dalam Widyakarya Nasional Pangan
dan Gizi ke X Tahun 2012 ditetapkan bahwa PPH 95 ditargetkan untuk
dicapai Tahun 2025 sehingga lebih realistis. Target pencapaian skor PPH
selama tahun 2011 - 2015 disesuaikan seperti pada Tabel 12. Sasaran
konsumsi pangan secara kuantitatif tahun 2011 2015 terdapat dalam
Tabel 13.

Tabel 12. Target Skor Pola Pangan Harapan 2011-2015



(Susenas 2010)
No

Kelompok Pangan

2010

Padi-padian

Umbi-umbian

Pangan Hewani

Minyak dan Lemak

10,1

10,1

10,1

10,1

10,1

10,1

Buah/Biji Berminyak

1,8

1,8

1,9

1,9

1,9

2,0

Kacang-kacangan

2,9

2,9

3,0

3,1

3,1

3,2

Gula

4,2

4,2

4,3

4,3

4,3

4,3

Sayur dan Buah

4,3

4,3

4,4

4,4

4,5

4,5

Lain-lain

1,8

1,9

1,9

1,9

2,0

2,0

Skor PPH

2011

2012

2013

2014

2015

60,9

60,6

60,3

60,0

59,6

59,3

2,3

2,4

2,5

2,6

2,7

2,8

8,0

8,1

8,3

8,4

8,5

8,6

96,3

96,4

96,5

96,6

96,7

96,8

77.5

78,0

78,5

79,0

79,5

80,0

Sumber : Susenas 2010, BPS, diolah BKP

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 69

[69]

2/15/2013 7:35:47 PM

Tabel 13. Sasaran Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia



Tahun 2011-2015
Kelompok Bahan Pangan

2010

Sasaran Konsumsi (kg/kap/thn)


2011

2012

2013

2014

2015

% per
Tahun

I. Padi-padian
a. Beras

100.8

99.3

97.8

96.3

94.9

93.4

(1.5)

b. Jagung

2.1

2.2

2.3

2.4

2.5

2.6

5.0

c. Terigu

10.3

10.2

10.1

10.0

9.9

9.8

(1.0)

a. Singkong

9.2

9.6

10.1

10.6

11.2

11.7

5.0

b. Ubi jalar

2.4

2.5

2.7

2.8

2.9

3.1

5.0

c. Kentang

1.8

1.9

2.0

2.1

2.2

2.3

5.0

d. Sagu

0.4

0.4

0.4

0.4

0.4

0.5

5.0

e. Umbi lainnya

0.4

0.4

0.4

0.4

0.5

0.5

5.0

1.7

1.8

1.9

2.0

2.1

2.2

5.0

II. Umbi-umbian

III. Pangan Hewani


a. Daging ruminansia
b. Daging unggas

4.5

5.0

5.5

6.0

6.6

7.3

10.0

c. Telur

7.2

8.0

8.8

9.6

10.6

11.7

10.0

d. Susu

2.0

2.1

2.2

2.3

2.3

2.4

3.5

e. Ikan

18.1

20.3

22.7

25.5

28.5

31.9

12.0

1.6

1.7

1.8

1.9

2.0

2.1

5.0

IV. Minyak dan Lemak


a. Minyak kelapa
b. Minyak sawit

6.4

6.5

6.6

6.6

6.7

6.8

1.0

c. Minyak lainnya

0.2

0.2

0.2

0.2

0.2

0.2

1.0

a. Kelapa

2.1

2.2

2.3

2.4

2.5

2.6

5.0

b. Kemiri

0.3

0.3

0.4

0.4

0.4

0.4

3.0

a. Kedelai

7.0

7.5

8.0

8.6

9.2

9.8

7.0

b. Kacang tanah

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

1.0

15.0

c. Kacang hijau

0.4

0.4

0.5

0.6

0.6

0.7

15.0

d. Kacang lain

0.2

0.2

0.2

0.2

0.2

0.3

10.0

a. Gula pasir

7.7

7.9

8.2

8.4

8.7

8.9

3.0

b. Gula merah

0.7

0.8

0.8

0.9

0.9

0.9

5.0

a. Sayur

49.3

52.7

56.4

60.4

64.6

69.1

7.0

b. Buah

27.9

29.3

30.8

32.3

33.9

35.6

5.0

V. Buah/biji berminyak

VI. Kacang-kacangan

VII. Gula

VIII. Sayuran dan buah

Sumber : Data Susenas 2010; BPS- diolah Pusat PKKP-BKP

[70]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 70

2/15/2013 7:35:48 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

KEBIJAKAN,
STRATEGI, PROGRAM
DAN KEGIATAN

5
A. Kebijakan
Penganekaragaman konsumsi pangan merupakan upaya untuk memantapkan
atau membudayakan pola konsumsi pangan yang beraneka ragam dan seimbang
serta aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup guna memenuhi kebutuhan
gizi untuk mendukung hidup sehat, aktif dan produktif. Indikator untuk mengukur

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 71

[71]

2/15/2013 7:35:48 PM

tingkat keanekaragaman dan keseimbangan konsumsi pangan masyarakat


adalah dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang ditunjukkan dengan nilai
95 dan diharapkan dapat dicapai pada tahun 2015.
Hasil rekomendasi WNPG X tahun 2012 merumuskan beberapa hal terkait
penganekaragaman konsumsi pangan sebagai berikut: (a) Penguatan kebijakan
dan program diversifikasi konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal, dilakukan
melalui pengembangan optimalisasi pemanfaatan pekarangan dengan tanaman
sayuran, buah-buahan dan ternak kecil serta ikan untuk peningkatan ketersediaan
gizi di tingkat rumah tangga; Pengembangan bisnis pangan sumber karbohidrat
selain beras dan terigu; Pengembangan pangan lokal beragam dan bergizi
seimbang sesuai dengan sumber daya setempat, dan Pengembangan kebun
sekolah di TK/SD/SMP/SMU sebagai bagian dari extra kulikuler; (b) Gerakan
penganekaragaman konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman
dilakukan melalui : Kampanye pangan beragam, bergizi seimbang melalui media
cetak, elektronik, jejaring sosial dan promosi kreatif seperti gerakan minum
susu, makan ikan, makan sayur dan buah lokal, makan ubi; Lomba cipta menu
beragam, bergizi seimbang dan aman yang dilakukan secara berjenjang dari
tingkat kabupaten/kota, provinsi dan nasional; dan Sosialisasi pangan beragam,
bergizi seimbang, dan aman dengan melibatkan birokrat, tokoh masyarakat, anak
sekolah, ibu rumah tangga, dan masyarakat luas.
Penganekaragaman konsumsi pangan akan memberi dorongan dan insentif pada
penyediaan produk pangan yang lebih beragam dan aman untuk dikonsumsi,
termasuk produk pangan yang berbasis sumberdaya lokal. Dari sisi aktivitas
produksi, penganekaragaman konsumsi pangan dapat meminimalkan risiko usaha
pola monokultur, meredam gejolak harga, mengurangi gangguan kehidupan
biota di suatu kawasan, meningkatkan pendapatan petani, dan menunjang
pelestarian sumber daya alam. Upaya pengembangan konsumsi pangan dapat
pula dijadikan salah satu momentum bagi pemerintah daerah untuk menstimulasi
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di pedesaan. Di samping itu, jika dilihat

[72]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 72

2/15/2013 7:35:48 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

dari kepentingan kemandirian pangan maka penganekaragaman konsumsi


pangan dapat mengurangi ketergantungan konsumen pada satu jenis pangan.
Dengan demikian, penganekaragaman konsumsi pangan merupakan fondasi dari
keberlanjutan ketahanan pangan dan memiliki dimensi pembangunan yang sangat
luas, baik dari aspek sosial, ekonomi, politik maupun kelestarian lingkungan.
Upaya penganekaragaman konsumsi pangan merupakan upaya pemenuhan
kebutuhan pangan sebagai hak dasar setiap individu, membutuhkan manajemen
yang sinergis di seluruh wilayah. Penganekaragaman konsumsi pangan sebagai
salah satu subsistem ketahanan pangan menjadi urusan wajib pemerintah, dan
pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) berkaitan dengan pelayanan
dasar dalam pemenuhan kebutuhan minimal masyarakat. Indikator keberhasilan
upaya penganekaragaman konsumsi pangan tercermin berdasarkan target
capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Pertanian no. 65/Permentan/OT.140/12/2010 bahwa skor PPH dapat
tercapai minimal 90 persen dari target skor PPH pada tahun 2015. Indikator SPM
jenis pelayanan dasar Penganekaragaman dan Keamanan Pangan untuk Provinsi
dan Kabupaten/Kota yaitu mampu mencapai skor PPH minimal sebesar 86.5
pada tahun 2015.
Selama ini pangan pokok dari sumber daya lokal masih kurang dihargai sehingga
menjadi inferior di kalangan masyarakat oleh karena sifatnya yang sangat
tradisional dan tidak berkembangnya keterkaitan hulu dan hilir serta sektor
ekonomi terkait lainnya dalam pengelolaannya termasuk akibat pengembangan
kebijakan dan iptek yang kurang mendukung.
Peran swasta menjadi sangat strategis dalam mendukung pemerintah agar
pengembangan pangan lokal lebih mengarah kepada sektor industri dan bisnis.Terkait
dengan upaya pemerintah untuk menggali potensi dan pengembangan pangan
lokal ini, maka perlu disusun peran dan kontribusi antara pemerintah dan swasta
yang pada akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat.

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 73

[73]

2/15/2013 7:35:48 PM

Kebijakan

perluasan

industri

pengolahan

dengan

usaha

peningkatan

produktivitas dan kualitas harus berjalan beriringan. Kebijakan yang pengaruhi


industri pengolahan, sebagai bagian dari strategi pembangunan agroindustri.
Industri pengolah tepung (MOCAF) telah ada di banyak tempat, namun skala
usaha yang masih kecil, menyebabkan belum efisien dan kualitas tepung yang
dihasilkan belum stabil, meskipun dikeluarkan SNI.
Kebijakan yang diperlukan terkait dengan itu diantaranya: (i) beri keringanan bea
masuk dan PPh (10%) untuk impor mesin olah tepung (dalam periode tertentu,
misalnya 2-3 tahun) (ii) bebaskan PPn (10%) hasil olahannya (iii) buat standarisasi
tepung yang dihasilkan oleh industri tersebut (SNI), sehingga konsumen terlindungi,
dan harga ditentukan oleh kualitas SNI tersebut. (iv) dorong agar perbankan dapat
menyalurkan kredit untuk mendorong berkembangnya produksi mesin olahan
tepung dari produksi dalam negeri. Beri keringanan pajak buat industri tersebut.
Untuk itu perlu adanya kesepahaman dan komitmen antara pemerintah dan
swasta dalam meningkatkan produksi pangan lokal sehingga dapat menjamin
kontinuitas produksi dan mutu pangan lokal yang stabil dengan pengembangan
sektor on-farm dalam skala industri atau ekonomis.
Kebijakan diversifikasi pangan ini juga menjadi salah satu bagian dari kebijakan
dan strategi pangan dan gizi nasional yang terdapat dalam Rencana Aksi Pangan
dan Gizi (RAN-PG) yaitu bahwa penanganan masalah gizi memerlukan upaya
yang komprehensif dan terkoordinasi, mulai proses produksi pangan beragam,
pengolahan, distribusi hingga konsumsi yang cukup nilai gizinya dan aman
dikonsumsi. Peningkatan status gizi masyarakat dilakukan melalui ketersediaan,
akses, konsumsi dan keamanan pangan, sejalan dengan penguatan mekanisme
koordinasi lintas bidang dan lintas program kemitraan.
Dalam rangka mempercepat upaya peningkatan diversifikasi pangan,
Kementerian Pertanian bersama dengan Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, sedang menyiapkan aturan tentang subsidi pangan bagi

[74]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 74

2/15/2013 7:35:48 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

masyarakat berpendapatan rendah, berbasis pangan lokal. Selama ini subsidi


pangan dilaksanakan dalam bentuk program RASKIN (beras untuk orang miskin).
Ke depan subsidi pangan tidak hanya difokuskan pada beras tapi disesuaikan
dengan budaya makan setempat, dengan mengutamakan sumber karbohidrat
lokal seperti umbi-umbian, jagung, sagu dan lain-lain.

B. Strategi
Menindaklanjuti permasalahan, tantangan dan potensi dalam rangka percepatan
penganekaragaman konsumsi pangan sebagai upaya untuk memantapkan atau
membudayakan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan
aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup guna memenuhi kebutuhan
gizi untuk mendukung hidup sehat, aktif dan produktif, maka strategi yang
dilaksanakan untuk mencapai skor PPH 95, adalah mendorong penurunan
konsumsi beras dan peningkatan konsumsi aneka pangan lokal dalam rangka
diversifikasi pangan.
Penurunan konsumsi beras yang dibarengi oleh peningkatan konsumsi umbiumbian sebagai sumber karbohidrat dan produk ternak (daging, telur, susu), ikan,
sayuran dan buah-buahan akan meningkatkan kualitas konsumsi pangan yang
memenuhi kaidah gizi seimbang. Upaya pencapaiannya dilaksanakan melalui
Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya
Lokal, dalam bentuk kegiatan optimalisasi pekarangan dengan menggunakan
model Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL); pengembangan pangan pokok
lokal seperti ubi kayu, sagu, jagung, ubi jalar, dan umbi-umbian lokal lainnya; dan
promosi diversifikasi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman (B2SA).
Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 mengamanatkan pentingnya
diversifikasi pangan untuk dilakukan melalui upaya-upaya sebagai berikut:

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 75

[75]

2/15/2013 7:35:48 PM

1)

Internalisasi Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Internalisasi pentingnya penganekaragaman konsumsi pangan merupakan


kunci utama dalam meningkatkan pengetahuan tentang pola konsumsi pangan
yang beragam, bergizi seimbang dan aman pada tingkat rumah tangga karena
pengetahuan tentang penganekaragaman konsumsi pangan yang dimiliki oleh
setiap individu, terutama wanita sangat penting dalam membentuk pola makan
yang memenuhi kriteria gizi seimbang. Hasil akhir dari proses internalisasi ini
adalah terwujudnya kesadaran setiap individu yang dituangkan dalam praktek
pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang yang berbasis pada
pangan lokal. Secara makro hal ini akan mendorong terjadinya peningkatan
status gizi masyarakat, menurunkan peluang terjadinya gizi lebih dan penyakit
degeneratif, dan di sisi lain mendorong berkembangnya penganekaragaman
ketersediaan aneka ragam pangan baik secara vertikal maupun horizontal dan
memperkokoh kemandirian pangan nasional dan wilayah.
Dalam

kerangka

mewujudkan

menuju kemandirian pangan,

pembangunan

ketahanan

maka pelaksanaan kegiatan

pangan

internalisasi

penganekaragaman konsumsi pangan tidak terlepas dari ketiga aspek ketahanan


pangan, yaitu pada (1) aspek ketersediaan pangan dilaksanakan melalui advokasi
pengembangan agribisnis pangan, (2) aspek distribusi pangan dilaksanakan
melalui penyebarluasan informasi pasokan dan harga bahan pangan melalui
media cetak dan elektronik secara rutin, dan (3) aspek konsumsi pangan
dilaksanakan melalui pengembangan materi advokasi, kampanye, promosi,
serta sosialisasi pengembangan konsumsi dan keamanan pangan; optimalisasi
pemanfaatan pekarangan; pengembangan aneka olahan berbasis pangan
lokal yang memenuhi standar mutu dan keamanan pangan; serta pelatihan
pengembangan konsumsi dan keamanan pangan. Dukungan kelembagaan yang
diperlukan dilaksanakan melalui penyuluhan pertanian, dan pendampingan;
penyebarluasan informasi melalui media massa; advokasi, kampanye, promosi,
dan sosialisasi; serta pendidikan konsumsi pangan.

[76]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 76

2/15/2013 7:35:48 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Proses internalisasi penganekaragaman konsumsi


pangan dilakukan melalui kegiatan :
a.

Advokasi, kampanye, promosi dan sosialisasi


tentang konsumsi pangan beragam, bergizi
seimbang dan aman kepada aparat diberbagai
tingkatan dan masyarakat.

Kegiatan

advokasi

dilaksanakan

dalam

rangka

memberikan solusi untuk mempercepat proses


penganekaragaman
sumber

daya

lokal,

konsumsi

pangan

kampanye

dalam

berbasis
rangka

penyadaran/awareness kepada aparat dan masyarakat


untuk percepatan penganekaragaman konsumsi
pangan berbasis sumber daya lokal. Promosi dan
sosialisasi dalam rangka membujuk, menghimbau dan
mengajak aparat dan masyarakat untuk melaksanakan
percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
berbasis sumber daya lokal.
b.

Pendidikan konsumsi pangan beragam, bergizi


seimbang, dan aman melalui jalur pendidikan
formal dan non formal/penyuluhan.

Pendidikan konsumsi pangan beragam, bergizi


seimbang dan aman melalui jalur pendidikan non
formal untuk seluruh lapisan masyarakat khususnya
kelompok wanita dan Tim Penggerak PKK dalam
rangka mengubah perilaku sehingga mau dan mampu
melaksanakan penganekaragaman konsumsi pangan
berbasis sumber daya lokal. Penyuluhan kepada ibu
rumah tangga dan remaja, terutama ibu hamil, ibu
menyusui, dan wanita usia subur tentang manfaat
mengonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 77

[77]

2/15/2013 7:35:48 PM

dan aman, pemanfaatan pekarangan dan potensi pangan di sekitar lingkungan


kita. Disamping itu pangan lokal juga perlu dibangun melalui kurikulum sekolah
(SD sampai dengan SMU) dengan mengembangkan kebun sekolah untuk tanam
sayur dan buah, dan juga pengembangan kantin sekolah dengan pangan yang
diolah dari pangan lokal.

2) Pengembangan bisnis dan industri pangan lokal


Pelaksanaan kegiatan pengembangan bisnis dan industri pangan mencakup:
(1) aspek ketersediaan pangan, dilaksanakan melalui pengembangan agribisnis
pangan lokal serta pengembangan produksi aneka olahan pangan lainnya, (2)
aspek distribusi pangan, dilaksanakan melalui fasilitasi penumbuhan pasar
pangan lokal, fasilitasi distribusi aneka produk pangan berbasis pangan lokal,
serta stabilisasi harga aneka produk pangan berbasis pangan lokal, (3) aspek

[78]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 78

2/15/2013 7:35:48 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

konsumsi pangan, dilaksanakan melalui uji proksimat, uji dapur resep menu
makanan, pelatihan menu dan keamanan pangan serta pendampingan mutu dan
keamanan pangan pada industri olahan pangan lokal, penumbuhan kelompok
tani/gapoktan bidang olahan pangan lokal dan pangan siap saji yang aman,
serta pemberian penghargaan kepada individu/perorangan dan kelompok
masyarakat yang telah berperan sebagai pelopor dalam upaya percepatan
penganekaragaman, dan (4) dukungan kelembagaan dilaksanakan melalui
penyuluhan dan pendampingan serta penyebarluasan informasi dalam rangka
pengembangan bisnis dan industri pangan lokal.
Pengembangan bisnis dan industri pangan khas daerah dilakukan melalui dua
cara, yaitu :
a.

Fasilitasi kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Fasilitasi kepada kelompok wanita/gapoktan untuk pengembangan bisnis pangan


segar, industri bahan baku, industri pangan olahan dan pangan siap saji yang
aman berbasis sumber daya lokal melalui berbagai kegiatan antara lain melalui
uji coba model pengembangan pangan pokok lokal (MP3L), dan pengembangan
resep-resep aneka olahan pangan lokal, serta peningkatan keterampilan dalam
pengembangan olahan pangan lokal. Kegiatan Lomba Cipta Menu Beragam,
Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) dilaksanakan bekerja sama dengan PKK
berbasis pangan lokal dilaksanakan setiap tahun secara berjenjang mulai tingkat
kabupaten/kota sampai tingkat nasional yang diselenggarakan bertepatan
dengan peringatan Hari Pangan Sedunia tanggal 16 Oktober.
Pembinaan kepada industri rumah tangga guna meningkatkan kesadaran untuk
memproduksi dan menyediakan aneka ragam pangan yang aman berbasis sumber
daya lokal serta memfasilitasi pengembangan bisnis pangan, permodalan, dan
pemasaran kepada pengusaha di bidang pangan baik segar, olahan maupun siap
saji yang berbasis sumber daya lokal serta pengembangan dan diseminasi serta
aplikasi paket teknologi terapan terhadap pengolahan aneka pangan.

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 79

[79]

2/15/2013 7:35:48 PM

Untuk memotivasi kepada kelompok wanita/gapoktan akan diberikan


penghargaan kepada individu/perorangan dan kelompok masyarakat yang
dinilai telah berperan sebagai pelopor dalam menjalankan dan memajukan
upaya percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya
pangan khas daerah.
b.

Advokasi, sosialisasi dan penerapan standar mutu dan keamanan pangan

Kesadaran tentang keamanan pangan saat ini masih rendah, baik pada
sisi konsumen maupun pada sisi produsen. Produsen pangan mempunyai
kecenderungan menggunakan pestisida dan pupuk yang belum sesuai anjuran
untuk mendapatkan produk yang tinggi dan mempunyai tampilan bagus.
Sementara itu ditinjau dari sisi konsumen umumnya belum memiliki pengetahuan
tentang bahaya mengonsumsi pangan yang tidak aman, karena masih rendahnya
kesadaran konsumen untuk membeli produk pertanian yang berkualitas dan aman
dengan harga yang lebih mahal, terlebih lagi bagi konsumen berpendapatan
menengah ke bawah.
Sehubungan dengan hal tersebut pengawasan keamanan pangan yang beredar di
pasaran sangat penting untuk dilaksanakan, yang didukung dengan peningkatan
kesadaran masyarakat baik konsumen atau produsen. Pengawasan keamanan
pangan beredar perlu dilakukan secara terus menerus mengingat jangkauan
pengawasan yang sangat luas dan menghadapi permasalahan yang komplek
dengan iklim global. Untuk memberikan jaminan terhadap pangan aman, perlu
memperluas jangkauan pengawasan keamanan pangan dengan meningkatkan
jumlah sumberdaya dan kompetensi pengawas keamanan pangan. Di samping itu
perlu sosialisasi, advokasi dan penyebaran informasi tentang keamanan pangan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 tentang
Ketahanan Pangan.
Advokasi, sosialisasi dan penerapan standar mutu dan keamanan pangan
dilaksanakan bagi pelaku usaha pangan, terutama kepada usaha rumah tangga

[80]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 80

2/15/2013 7:35:48 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

dan UMKM. Penerapan standar mutu dilaksanakan terhadap olahan pangan pada
industri rumah tangga, dan pembinaan dan pengawasan keamanan diarahkan
kepada keamanan pangan segar (sayuran dan buah-buahan).
Dalam kegiatan advokasi, sosialisasi dan penerapan standar mutu dan keamanan
pangan dituntut peran aktif swasta dan dunia usaha dalam pengembangan
industri dan bisnis pangan lokal. Untuk memberikan penghargaan sebagai upaya
kegiatan tersebut, maka akan diberikan penghargaan kepada industri rumah
tangga dan dunia usaha di bidang pangan berbasis sumber daya lokal.
Beberapa aspek atau faktor yang perlu dicermati dengan seksama antara lain: (1)
kesesuaian dan peran produk bernilai tambah yang dihasilkan dengan kebutuhan
masyarakat dan pasar, baik dalam skala lokal, nasional, maupun internasional, (2)
situasi dan kondisi target pasar produk, (3) pertumbuhan ekonomi dan industri
yang relevan, (4) kecenderungan perkembangan dan perubahan politik, budaya,
sains, teknologi dan seni, yang berpengaruh terhadap kesuksesan produk bernilai
tambah tersebut.
Beberapa strategi yang perlu dilaksanakan dalam pengembangan pangan lokal
antara lain :
a.

Pengembangan teknologi bagian hulu yang dilakukan adalah untuk


memecahkan masalah-masalah di sektor produksi bahan baku (on
farm) yang dapat menjamin kontinuitas bahan baku yang berkualitas
dan berharga terjangkau yang berpihak pada petani, yaitu dengan
mengidentifikasi varietas-varietas yang cocok untuk bahan baku tepung,
serta mengembangkan teknik budidaya yang baik untuk varietas tersebut.

b.

Peningkatan nilai tambah sebagai penggerak dasar hampir semua jenis


bisnis sehingga

menarik para investor untuk menanamkan modalnya.

Dengan makin ketatnya persaingan bisnis, maka dunia usaha selalu


mencari keunggulan kompetitif berdasarkan nilai tambah yang diciptakan.
Penumbuhan industri penghasil nilai tambah dengan berbasiskan kepada

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 81

[81]

2/15/2013 7:35:48 PM

potensi lokal merupakan strategi yang paling tepat untuk menggerakkan


ekonomi daerah berdasarkan potensi yang dimilikinya. Nilai tambah yang
didapat inilah yang diharapkan dapat menumbuhkan lapangan kerja dan
pendapatan bagi masyarakat setempat. Era otonomi daerah dan keragaman
potensi di Indonesia makin membuka peluang dilaksanakannya strategi ini.
Dengan demikian seluruh potensi lokal diramu sedemikian rupa sehingga
menguatkan agroindustri yang dibangun di daerah tersebut. Istilah lain yang
juga sering dikaitkan dengan potensi/sumberdaya lokal adalah indigenous
resources yang didefinisikan sebagai set of knowledge and technology existing
and developed in, arround and by specific indigenous communities (people) in
an specific area (environment).
c.

Perkembangan kuliner di masyarakat perlu menjadi perhatian dalam membuat


kebijakan diversifikasi pangan, terkait dengan perubahan pola konsumsi dan
selera masyarakat. Lebih lanjut penggunaan istilah yang tepat dalam pangan
juga penting karena akan mempengaruhi mindset masyarakat atau konsumen.

d.

Mengingat pengembangan komoditas sumber karbohidrat selain beras


masih bersifat skala kecil sehingga diperlukan adanya dukungan pemerintah
dalam bentuk subsidi pemerintah atau insentif kepada UKM.

e.

Perlu memperhatikan segmentasi demografi dan geografi dalam


menjalankan kebijakan pangan. Dari sisi demografi dibagi menjadi 3 segmen
yaitu : Kelompok Usia Lanjut (di atas 55 tahun) yang membutuhkan healthy
food; Kelompok Usia Produktif (20 55 tahun) yang umumnya termasuk
golongan ekonomi menengah ke bawah yang membutuhkan pangan murah;
dan Kelompok Usia Muda (di bawah 20 tahun) yang termasuk dalam masa
pertumbuhan dan memerlukan makanan yang bergizi. Dari sisi geografi
dibagi 2 segmen yaitu : Indonesia Timur yang memiliki potensi sumber
daya alam yang masih belum banyak dikembangkan dan kurang didukung
oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan yang diperlukan;
sedangkan Indonesia Barat memiliki sumber daya manusia yang relatif lebih
baik namun potensi sumber daya alam sudah sulit dikembangkan.

[82]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 82

2/15/2013 7:35:48 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

f.

Untuk menjamin kontinuitas produksi pendekatan


dengan

pengembangan

food

estate

sangat

diperlukan. Oleh karena itu keterlibatan BUMN dan


perusahaan besar swasta dalam penyediaan pangan
lokal perlu digiatkan terus.
g.

Perlu melibatkan secara aktif pihak industri


pengolahan

(sektor

hilir)

dalam

menyusun

kebijakan agar terjadi harmonisasi dengan sektor


hulu (produsen).
h.

Melakukan kampanye dan sosialisasi pangan lokal


yang intensif untuk meningkatkan image dan citra
pangan lokal.

C. Program dan Kegiatan


Implementasi dari strategi yang dilaksanakan dalam upaya
menurunkan konsumsi beras sebagai bahan pangan
pokok secara terencana sudah diatur dalam Peraturan
Presiden No 22 Tahun 2009. Pada Perpres tersebut sasaran
utamanya adalah tercapainya pola konsumsi pangan
masyarakat yang beragam, bergizi seimbang, dan aman
berdasarkan optimalisasi pemanfaatan sumber daya
setempat. Seiring dengan pencapaian sasaran tersebut,
ditargetkan konsumsi beras/kapita/tahun sebagai pangan
pokok menurun secara signifikan. Berdasarkan PPH, maka
tingkat konsumsi beras diharapkan dapat diturunkan
sampai 91,0 kg/kapita/tahun pada tahun 2015.
Penurunan konsumsi beras diperlukan karena pada saat
ini tingkat konsumsi tersebut telah melampaui standar

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 83

[83]

2/15/2013 7:35:48 PM

Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan (Kegiatan KRPL) di Kabupaten Barru

kecukupan konsumsi yang dianjurkan untuk hidup sehat.


Oleh karena itu, gerakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP) sangat penting dilaksanakan
secara massal.

a.

Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan

Optimalisasi pemanfaatan pekarangan dilaksanakan


Kebun Bibit Desa di Kabupaten

dengan memberdayakan kelompok wanita menggunakan

Banyuasin, Sumatera Selatan

metode Sekolah Lapangan (SL). Pada kelompok sasaran


tersebut juga dilakukan pengembangan pengolahan
pangan berbasis sumber daya setempat untuk mendorong
usaha

rumah

tangga/mikro

pengolahan

pangan

berbahan baku tepung-tepungan selain beras dan terigu


serta meningkatkan pengetahuan tentang konsumsi
pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman. Sasaran
optimalisasi pemanfaatan pekarangan dalam tahun
Kegiatan Optimalisasi

2011-2015 sebesar 12.000 desa di 33 Provinsi. Berikut

Pemanfaatan Pekarangan dalam

contoh kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan

satu kawasan

di Kabupaten Barru.

[84]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 84

2/15/2013 7:35:49 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui pemberdayaan


kelompok wanita yang dilakukan Pemerintah Pusat dengan cakupan 12.000 desa
dari jumlah 76.000 desa di seluruh Indonesia, dampaknya terhadap peningkatan
skor PPH dan penurunan konsumsi beras secara nasional harus diakui akan relatif
terbatas. Untuk itu, upaya ini didorong menjadi suatu gerakan masyarakat di
daerah dengan inisiatif dan pengungkit dari pemerintah daerah di Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Pada saat ini telah terbit Peraturan/Surat Edaran Gubernur di 33
Provinsi dan Peraturan/Surat Edaran Bupati/Walikota di hampir 300 Kabupaten/
Kota, yang intinya menanamkan budaya pangan beragam, bergizi seimbang
berbasis sumber daya setempat. Diharapkan semua provinsi dan kabupaten/
kota dapat menyusun peraturan pendukung P2KP. Implementasi dari peraturanperaturan tersebut di daerah masing-masing akan didorong lebih lanjut melalui
gerakan massal/masyarakat dengan dukungan sumber daya setempat.

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 85

[85]

2/15/2013 7:35:49 PM

Pada tahun 2013 kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dilaksanakan


dengan menggunakan konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). KRPL
ialah suatu konsep hunian yang tidak hanya memanfaatkan pekarangan sebagai
sumber pangan keluarga, melainkan juga memanfaatkan berbagai bagian rumah
seperti atap rumah, tembok rumah, pagar, maupun ruang bawah sebagai media
penanaman ataupun budidaya. Penggunaan konsep RPL ini akan ditingkatkan
hingga menjadi suatu kawasan yang dinamakan KRPL (Kawasan Rumah Pangan
Lestari) sehingga kegiatan ini akan berdampak pada peningkatan sumber pangan
di lingkungan yang luas. Dalam rangkaian kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan
Pekarangan melalui KRPL ini dilaksanakan pula penyuluhan dan sosialisasi
mengenai pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman
dalam kegiatan SL sehingga pemberdayaan kelompok wanita tidak terbatas
hanya pada pertanian dan budidaya saja, melainkan juga mengenai gizi dan pola
konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal.

[86]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 86

2/15/2013 7:35:49 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Untuk mendukung kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui


konsep KRPL yang berkelanjutan, maka dibangun kebun bibit di setiap KRPL
sehingga dapat memenuhi kebutuhan benih dan bibit bagi anggota kelompok.
Melalui pembangunan kebun bibit ini diharapkan pula dapat berguna bagi warga
desa, baik itu sebagai fasilitas penyedia benih dan bibit, maupun sebagai bentuk
pelestarian sumber pangan lokal yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat.
Pengembangan kebun bibit ini diharapkan bukan saja terbatas pada tanaman
sebagai sumber karbohidrat, vitamin, dan mineral melainkan juga pada ternak
dan ikan sebagai sumber protein.

b.

Pemasyarakatan Pangan Lokal berbasis Sumber Daya


Setempat

Pemasyarakatan pangan lokal berbasis sumber daya setempat dilakukan melalui


upaya advokasi, sosialisasi dan promosi untuk meningkatkan pemahaman
dan kesadaran serta merubah perilaku dan budaya makan masyarakat ke arah
pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman. Advokasi
dilakukan kepada Gubernur, Bupati/Walikota, dan tokoh masyarakat lainnya
untuk mendukung gerakan P2KP melalui pemberdayaan masyarakat maupun
penerbitan peraturan daerah mengenai kebijakan P2KP. Sosialisasi dilakukan
melalui penyebarluasan informasi dan pembinaan pola konsumsi pangan yang
beragam, bergizi seimbang, dan aman kepada masyarakat khususnya wanita
sebagai agen penyaji gizi keluarga dan anak sebagai generasi penerus bangsa.
Promosi dilakukan dengan memperkenalkan pangan lokal khas daerah sebagai
pangan pokok masyarakat setempat melalui penggalian kearifan lokal dan
peningkatan peran pangan lokal sehingga masyarakat senang mengonsumsi
pangan lokal dengan tetap mengacu pada kaidah gizi seimbang. Rangkaian
kegiatan ini memerlukan komitmen dan dukungan kuat dari seluruh sektor
baik secara formal dan non formal, dan bersama dengan instansi/lembaga
terkait, serta pemangku kepentingan lainnya. Selain itu kegiatan ini diharapkan
mendapat dukungan dari pelaku usaha melalui Corporate Social Responsibility
(CSR)/Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 87

[87]

2/15/2013 7:35:49 PM

Sosialisasi tentang diversifikasi pangan dengan pola makan yang beragam,


bergizi seimbang dan aman juga dilaksanakan melalui pengembangan kebun
sekolah dan kantin sekolah yang menyediakan kudapan bergizi dan berbahan
baku lokal. Pelaksanaan kegiatan pemasyarakatan pangan lokal sejak tahun 2010
sampai 2012 telah dilaksanakan di 33 provinsi 363 kabupaten/kota mencakup
jumlah anak usia dini di 4.400 SD/MI. Kegiatan ini merupakan sinergi dengan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam upaya sebagai salah satu kunci
utama dalam pencapaian dan keberhasilannya.

c. Pengembangan Pangan Lokal Mendukung Penyediaan Pangan


Pokok Bersubsidi Bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah
Pengembangan pangan lokal untuk mendukung penyediaan pangan pokok
bersubsidi bagi masyarakat berpendapatan rendah dimaksudkan untuk
menyediakan pangan sumber karbohidrat yang berdasarkan sumber daya
setempat, sesuai dengan pola konsumsi pokok asalnya (selain beras dan terigu).
Pengembangan pangan lokal ini dilakukan melalui pengembangan teknologi
pengolahan pangan dari pangan lokal dikembangkan menjadi nasi selain
beras dan tepung-tepungan selain terigu dengan pengembangan skala usaha
industri. Kegiatan dilakukan melalui:
VV Fasilitasi akses teknologi untuk menghasilkan intermediate produk bahan
pangan lokal;
VV Bimbingan pengolahan produk intermediate menjadi produk pangan lokal
sumber karbohidrat siap konsumsi;
VV Sosialisasi pangan lokal selain beras untuk masyarakat.

Penyediaan bahan pangan lokal selain beras ini didukung dengan penyediaan
lumbung pangan sebagai pengembangan cadangan pangan selain beras dan
terigu. Pengembangan industri pengolahan pangan berbasis tepung-tepungan
ditujukan untuk meningkatkan produksi pangan sumber karbohidrat (ubi

[88]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 88

2/15/2013 7:35:49 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

kayu, ubi jalar, sukun, sagu, pisang, labu kuning dan jagung) serta memfasilitasi
pengembangan usaha industri bisnis pangan berbasis tepung-tepungan.
Kegiatan ini juga dipersiapkan untuk mendukung program pemerintah dalam
penyediaan pangan pokok bersubsidi bagi masyarakat berpendapatan rendah,
yang selama ini hanya difokuskan pada komoditi beras (Raskin).

Kegiatan Produksi Tepung Mocaf Skala Kecil

d.

Pengembangan Teknologi Pengolahan Pangan Berbasis


Sumber Daya Setempat

Pengembangan teknologi pengolahan pangan dilakukan melalui kerja


sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan beberapa
perguruan tinggi. Pengembangan teknologi pengolahan pangan lokal
menjadi produk yang dikonstruksikan menyerupai beras atau disebut beras
analog maupun pengolahan tepung-tepungan berbahan baku sesuai dengan
kebutuhan konsumen dan budaya pangan setempat. Sasaran pengembangan
pangan berbasis sumberdaya lokal setempat 2011 - 2015 yang dikaitkan dengan

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 89

[89]

2/15/2013 7:35:49 PM

rencana bantuan pangan untuk masyarakat berpenghasilan rendah meliputi 60


kabupaten/kota di 25 provinsi yang didampingi oleh perguruan tinggi atau Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian setempat.

Tabel 14. Sasaran Percepatan Penganekaragaman Konsumsi


Pangan (P2KP) Tahun 2011-2015
No.

Kegiatan

Satuan

Sasaran P2KP
2012

2013

2014

2015

8.000

10.000

12.000

14.000

Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan.


Penerapan Menu B2SA

Desa *)

Model Pengembangan Pangan Pokok


Lokal (MP3L)

Provinsi

20

25

33

Sosialisasi, Promosi dan Kampanye


Pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan
Aman (B2SA)

Provinsi

33

33

33

33

Keterangan : *) Sasaran Kumulatif

***

[90]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 90

2/15/2013 7:35:49 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

DUKUNGAN DAN
SINERGI LINTAS
SEKTOR
6
A. Perlunya dukungan/sinergitas
Keberhasilan dalam pencapaian sasaran pembangunan secara nasional sangat
ditentukan oleh adanya sinergitas kebijakan dan program/kegiatan antara
kementerian/lembaga, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Demikian pula
dalam upaya mencapai sasaran diversifikasi konsumsi pangan, di mana banyak
hal akan mempengaruhi dan bukan merupakan otoritas/tanggung jawab satu
kementerian/lembaga.
Ketersediaan bahan pangan yang mencukupi harus terjangkau baik secara
fisik dan ekonomi. Kondisi ini akan dipengaruhi oleh tingkat produksi (yang di
dalamnya mencakup luasan lahan, irigasi, tersedianya bibit/benih, teknologi
budidaya hingga pasca panen), pendistribusian yang merata (mencakup sarana
jalan/perhubungan, transportasi) serta tingkat daya beli masyarakat (mencakup
tingkat pendidikan dan tersedianya lapangan kerja).
Untuk dapat mewujudkan pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan
aman berbasis sumber daya lokal, diperlukan sinkronisasi kebijakan baik antar
kementerian maupun dengan pihak swasta yang diwujudkan dalam bentuk program
dan kegiatan sesuai kewenangan masing-masing namun saling mendukung,
termasuk pengembangan program-program percepatan pengurangan kemiskinan.

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 91

[91]

2/15/2013 7:35:49 PM

Dalam mengembangkan diversifikasi pangan, pemerintah berperan dalam


menetapkan kebijakan yang mendukung pembangunan pertanian yang
berkelanjutan yang berbasis pangan lokal, pengembangan ekonomi pertanian;
lembaga riset berperan dalam melakukan penelitian-penelitian yang berupaya
menemukan varietas-varietas baru yang mendukung program diversifikasi
pangan, penemuan-penemuan teknologi pengolahan, pendidikan dan pelatihanpelatihan, serta pelayanan publik; sedangkan pihak swasta atau industri berperan
dalam pengembangan atau pengadaan produk baik yang berskala besar maupun
menengah, serta proses distribusi dan komersialisasi di masyarakat.

B. Dukungan/Sinergitas Kementerian/
Lembaga, Perbankan, Swasta, BUMN, dan
Stakeholder Utama Lainnya dan Dukungan
yang Diharapkan
Dukungan Kementerian/Lembaga Lain.
1. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Deputi Bidang Koordinasi
Pertanian dan Kelautan, selanjutnya disebut Deputi II): Diperlukan
dukungan kebijakan ekonomi makro yaitu kebijakan fiskal dan moneter seperti
subsidi sarana pertanian (benih, bibit, pupuk) untuk komoditas pangan non
beras; investasi serta kebijakan alokasi dana perimbangan yang secara khusus
dialokasikan untuk diversifikasi pangan; kebijakan pembiyaan mengenai
kelembagaan yang berkaitan dengan pertanian, serta secara khusus kebijakan
yang memberikan insentif untuk berkembangnya industri pangan lokal seperti
MOCAF, sagu atau aneka produk tepung-tepungan lainnya termasuk subsidi
untuk fortifikasi , dan sebagainya.
2. Kementerian Dalam Negeri: Diperlukan dukungan kebijakan pengawasan
penetapan peraturan daerah, terutama terhadap peraturan gubernur/
bupati/walikota; integrasi program diversifikasi pangan melalui kegiatan

[92]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 92

2/15/2013 7:35:49 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

pemberdayaan masyarakat; serta mendorong terjadinya gerakan sosial untuk


membangun pemahaman masyarakat dan mempercepat proses diversifikasi
pangan.
3. Kementerian Perdagangan: Diperlukan dukungan kebijakan penataan
kerjasama pemasaran baik berupa bahan baku maupun produk olahan
pangan lokal. Kampanye diversifikasi pangan dalam rangka promosi pangan
lokal/spesifik daerah dan penurunan konsumsi beras.
4. Kementerian

Perindustrian:

Diperlukan

dukungan

kebijakan

pengembangan industri nasional dan daerah yang memproduksi barang


modal dan sarana produksi yang mendukung produksi primer dan olahan
komoditas pertanian yang mendorong tersedianya berbagai inovasi/
alternatif pangan olahan baru yang mendukung diversifikasi pangan.
5. Kementerian Perhubungan: Diperlukan dukungan ketersediaan kapasitas,
tarif, dan kelancaran arus transportasi, perdagangan sarana produksi dan
komoditas pertanian/pangan baik di tingkat lokal, maupun antar pulau.
6. Kementerian Kehutanan: Diperlukan konservasi hutan lindung dan daerah
aliran sungai untuk menjamin ketersediaan air irigasi serta menekan degradasi
lahan dan air pertanian; peningkatan produksi komoditas pertanian di hutan
produksi dan hutan kemasyarakatan; pemeliharaan plasma nutfah pertanian
in situ; rehabilitasi lahan pertanian terlantar yang belum digunakan; serta
kemudahan pelepasan kawasan budi daya untuk areal pertanian.
7. Kementerian Kelautan dan Perikanan: Diperlukan dukungan kebijakan
untuk pelestarian sumberdaya air di darat untuk menjamin ketersediaan air di
danau dan situ, yang selanjutnya menjamin ketersediaan air pertanian melalui
pengembangan usaha budidaya perikanan serta integrasi budidaya perikanan air
tawar untuk meningkatkan pendapatan dan status gizi masyarakat, mendorong
berkembangnya industri pangan berbasis ikan/sumber daya perairan lainnya

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 93

[93]

2/15/2013 7:35:49 PM

serta menggencarkan Gerakan Makan Ikan (Gemarikan) untuk mempercepat


peningkatan pangan hewani dari produk perikanan.
8. Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah: Diperlukan
dukungan kebijakan penataan dan pengembangan kelembagaan kelompok
usaha tani menjadi kelembagaan koperasi yang berbasis pada usaha
pengolahan dan perdagangan pangan lokal terutama dukungan dalam
mengupayakan akses permodalan yang dibutuhkan dalam proses produksi.
9. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: Diperlukan dukungan kebijakan
untuk mendidik anak usia sekolah untuk mengenal budi daya sayur, buah
dan ternak/ikan dan mengonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang
dan aman; mencintai produk pangan lokal serta memasukkan diversifikasi
pangan ke dalam kurikulum atau muatan mata ajaran di sekolah/pendidikan
dini/dasar dan penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Anak
Sekolah (PMTAS) yang berbasiskan pangan lokal/sumberdaya setempat.
10. Kementerian

Kesehatan:

Diperlukan

dukungan

kebijakan

untuk

memasyarakatkan Pola Pangan Harapan melalui Gerakan Sadar Gizi yang


mendukung konsumsi diversifikasi pangan dan membina serta melindungi
masyarakat melalui proses produksi bersih dan pemeliharaan keamanan
lingkungan dari penyakit zoonosis dan pengawasan produk pangan yang
tidak aman dan tidak sehat.
11. Kementerian Riset dan Teknologi: Diperlukan dukungan kebijakan
pemanfaatan teknologi tepat guna dalam memanfaatkan lahan minimal
untuk mendapatkan hasil maksimal; serta pengembangluasan dan
penyebaran teknologi pengolahan pangan serta kuliner yang mendukung
percepatan diversifikasi pangan dan menurunnya konsumsi beras.
12. Kementerian Komunikasi dan Informasi: Diperlukan dukungan kebijakan
untuk memasyarakatkan program diversifikasi pangan melalui media;
meningkatkan kapasitas layanan informasi dan pemberdayaan potensi

[94]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 94

2/15/2013 7:35:49 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

masyarakat; Meningkatkan daya jangkau infrastruktur pos; komunikasi


dan informatika untuk memperluas aksesibilitas masyarakat terhadap
informasi; Mendorong peranan media massa dalam rangka meningkatkan
informasidiversifikasi pangan.
13. Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan: Diperlukan dukungan
kebijakan dalam peningkatan peran perempuan melalui kelompok wanita
khususnya di pedesaan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan
memanfaatkan lahan pekarangan; dan pendidikan untuk hidup sehat,
aktif dan produktif, serta menerapkan menu makan yang beragam, bergizi
seimbang, aman dan halal (B2SAH) dalam pola makan keluarga sehari-hari.
14. Badan Pengawasan Obat dan Makanan: Diperlukan dukungan kebijakan
untuk pengawasan produk pangan olahan yang dihasilkan kelompok tani
dari praktek penggunaan bahan makanan tambahan dan bahan-bahan
pengawet makanan yang dilarang.
15. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika: Diperlukan dukungan
untuk memberi wacana dan arahan dalam menentukan masa tanam dan jenis
tanaman yang cocok ditanam di musim tersebut terkait dengan perubahan
iklim yang signifikan dewasa ini.
16. Perbankan: Diperlukan dukungan lembaga perbankan seperti pemberian
modal usaha melalui kredit usaha atau pinjaman lunak dengan bunga rendah
untuk industri hulu maupun hilir penunjang diversifikasi pangan.
17. Pihak swasta: Bidang media massa seperti televisi, media cetak/elektronik,
siaran radio, event organizer, dan lain-lain untuk mempromosikan diversifikasi
konsumsi pangan serta pelaku usaha di bidang pangan baik produksi,
pengolahan, pengemasan pangan dan lain sebagainya.
18. BUMN: Diperlukan dukungan dalam penyediaan bahan baku yang
mendukung usaha pertanian; melalui Corporate Social Responsibility (CSR)

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 95

[95]

2/15/2013 7:35:49 PM

yang ada memberdayakan peran kelompok tani, ikut membantu promosi


diversifikasi pangan dengan memberikan bantuan baik berupa penyuluhan
maupun materil yang mendukung diversifikasi seperti leaflet, booklet dan
sebagainya, termasuk mesin dan alat pengolahan pangan yang diperlukan
petani/pelaku bisnis pangan di pedesaan.
Dukungan Instansi Lingkup Kementerian Pertanian.
1. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan: Diperlukan dukungan peningkatan
produksi tanaman khususnya tanaman sumber karbohidrat selain padi,
umbi-umbian dan aneka kacang.
2. Direktorat Hortikultura:

Diperlukan dukungan

peningkatan produksi dan

budidaya hortikultura khususnya sayuran dan buah serta bimbingan teknis budi
daya untuk kelompok wanita dalam pemanfaatan pekarangan.
3. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian: Diperlukan dukungan
pengembangan produk olahan sebagai bahan pangan pilihan pengganti beras
dan terigu dan strategi pemasaran untuk mendukung keberlanjutan program.
4. Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian:
Diperlukan dukungan pelatihan bagi aparat, kelompok melalui penyuluh
pertanian, serta penyuluhan di pedesaan, untuk melakukan pendampingan
terhadap kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan.
5. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP): Diperlukan dukungan
teknologi tepat guna dalam optimalisasi pekarangan dan pengolahan
pangan lokal berbasis tepung-tepungan, termasuk pengayaan nilai gizi
pangan melalui fortifikasi pangan
6. Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Pertanian (BPSBP): Diperlukan dalam
penyediaan benih unggul dan bersertifikat baik benih tanaman pangan dan
hortikultura.

[96]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 96

2/15/2013 7:35:49 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

C. Rencana Aksi Public Private Partnership


(Jangka Pendek, Menengah dan Panjang)
1. Jangka Pendek

Mengidentifikasi potensi pangan lokal spesifik wilayah baik dari sisi


luas pertanaman, produksi dan lokasi;

Mengidentifikasi

pola

konsumsi

masyarakat

yang

masih

mempertahankan pangan lokal sebagai pangan pokok;


Mengidentifikasi kebutuhan dan permintaan terhadap pangan


lokal baik untuk konsumsi langsung (pangan) maupun untuk non
pangan;

Melakukan

pengkajian

terhadap

pengembangan

teknologi

pengolahan pangan lokal dengan lembaga penelitian dan swasta;


Melakukan pengkajian teknologi budidaya dan varietas lokal yang


potensial;

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 97

[97]

2/15/2013 7:35:50 PM

Fokus pada komoditas yang mempunyai nilai strategis serta tidak


membutuhkan banyak biaya dan energi yang banyak;

Menyusun kebijakan yang memberikan kondisi yang kondusif bagi


pengembangan industri pangan lokal;

Membentuk kelompok kerja khusus antara swasta pemerintah untuk


membahas sacara teknis strategi pengembangan pangan lokal.

Perlu upaya kampanye, promosi, sosialisasi, gerakan secara


terstruktur dan komprehensif guna mendorong percepatan
diversifikasi pangan.

2. Jangka Menengah

Peningkatan produktivitas dan kualitas pangan lokal. Kebijakan


insentif di tingkat usahatani, mencakup ketersediaan bibit yang
berkualitas, aplikasi pemupukan yang memadai dan pengembangan
tanaman lokal terpadu yang melibatkan petani lokal;

Pengembangan teknologi pengolahan pangan lokal mulai dari


budidaya (verietas) sampai pada pengolahan hasil;

Pengembangan dukungan sektor keuangan untuk mengembangkan skim kredit khusus bagi usaha-usaha terkait dengan diversifikasi
pangan;

Menentukan standar kualitas untuk setiap komoditas pangan


lokal. Standar kualitas merupakan alat ukur dalam menentukan
harga sehingga ada ukuran yang adil antara harga yang ditawarkan
produsen dengan yang diinginkan konsumen;

Menetapkan beberapa jenis varietas tertentu saja pada suatu


komoditas yang akan dikembangkan dan disesuaikan dengan
standar yang digunakan pada industri pengolahan makanan, karena

[98]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 98

2/15/2013 7:35:50 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

jenis varietas akan menentukan kualitas produk. Dengan demikian


bahan baku yang diproduksi oleh petani mendapat jaminan untuk
diterima pada industri pengolahan makanan dengan harga yang
adil bagi pihak petani maupun industri pengolahan;

Perlu program pengembangan tanaman pangan lokal secara terpadu


dan secara konsisten dengan melibatkan masyarakat setempat;

Menetapkan spesifikasi produk yang akan diusulkan sebagai


produk pangan untuk program subsidi pangan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah;

Menetapkan spesifikasi alat pengolahan untuk menghasilkan produk;

Mengembangkan kemasan produk dan mencantumkan informasi


nilai gizi serta bahan lain yang terkadung dalam produk tersebut
sehingga menarik konsumen;

Perlu upaya kampanye, promosi, sosialisasi, gerakan secara


terstruktur dan komprehensif yang melibatkan seluruh stakeholder
untuk merubah/mengangkat image masyarakat terhadap pangan
lokal guna mendorong percepatan diversifikasi pangan.

3. Jangka Panjang

Menetapkan mekanisme dan kelembagaan pendistribusian untuk


hasil produk pangan lokal yang tidak hanya sebagai program
pangkin tetapi nantinya juga dapat dikonsumsi oleh masyarakat
luas/umum;

Perlu memperhatikan penanganan keamanan pangan produk


pangan lokal yang dihasilkan agar ada jaminan keamanan pangan
bagi konsumen;

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 99

[99]

2/15/2013 7:35:50 PM

Perlu pengembangan gerai produk pangan lokal di setiap daerah


kabupaten/kota agar masyarakat mengenal produk pangan lokal
dan mudah mendapatkannya;

Upaya diversifikasi pangan harus didukung oleh pembangunan


infrastruktur untuk menjamin keterjangkauan/akses pangan;

Membenahi penanganan teknologi pasca panen/pengolahan.


Untuk itu berbagai kegiatan agar lebih terarah, terencana dan
berkesinambungan, serta perlu kerjasama pemerintah, dunia usaha
dan masyarakat yang dibangun secara sinergis untuk menyukseskan
upaya peningkatan kualitas konsumsi pangan masyarakat untuk
hidup sehat, aktif dan produktif.

***

[100]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 100

2/15/2013 7:35:50 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

PENUTUP
7

enganekaragaman konsumsi pangan merupakan upaya untuk


memantapkan atau membudayakan pola konsumsi pangan yang
beraneka ragam, bergizi seimbang, serta aman dalam jumlah dan
komposisi yang cukup guna memenuhi kebutuhan gizi untuk

mendukung hidup sehat, aktif, dan produktif. Penganekaragaman konsumsi


pangan akan memberi dorongan dan insentif pada penyediaan produk pangan
pokok yang lebih beragam dan aman untuk dikonsumsi, termasuk produk pangan
yang berbasis sumber daya lokal yang pada gilirannya akan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, mengurangi ketergantungan pada pangan impor
dan mendorong berkembangnya diversifikasi produksi pangan lokal baik secara
vertikal maupun horizontal dan industri hulu-hilir pendukungnya.
Untuk mendukung strategi percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
dalam rangka peningkatan diversifikasi pangan yang beragam, bergizi seimbang,
dan aman yang diindikasikan oleh peningkatan skor Pola Pangan Harapan
sampai tahun 2025 sebesar 95, maka diperlukan dukungan kebijakan dan
regulasi percepatan penganekaragaman konsumsi yang mampu memberikan
daya ungkit yang kuat bagi penyediaan dan permintaan aneka ragam pangan
secara nyata, yang secara simultan dapat mendorong terwujudnya penyediaan

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 101

[101]

2/15/2013 7:35:50 PM

aneka ragam pangan berbasis sumber daya pangan lokal,


penyempurnaan manajemen teknis serta penyempurnaan
data dan informasi.
Upaya
Kegiatan Sosialisasi Diversifikasi
Pangan dan B2SA di Sekolah
Dasar

untuk

mendukung

keberhasilan

percepatan

diversifikasi pangan yang diindikasikan peningkatan skor


PPH sesuai sasaran yang berjalan seiring dengan penurunan
konsumsi beras bukan hanya menjadi tanggung jawab Badan
Ketahanan Pangan. Dukungan kementerian/lembaga lingkup
pertanian maupun instansi di luar Kementerian Pertanian
serta pemerintah daerah sangat penting dan menentukan.
Dukungan harus diberikan oleh seluruh pemangku
kepentingan terkait baik sektor pemerintah, swasta,

Kebun Sekolah di Kabupaten


Magelang, Jawa Tengah

maupun masyarakat melalui kerjasama kemitraan yang


terencana dengan baik, terintegrasi, dan terkoordinasi.
Peran pemerintah maupun pemerintah daerah dalam
mengembangkan program dan menggerakkan seluruh
sumber daya yang tersedia secara efektif dan efisien mutlak
diperlukan. Begitu pula dengan hubungan kerjasama
antara pelaku usaha dengan masyarakat sehingga dapat

Kebun Sekolah di Kabupaten


Sampang, Jawa Timur

mendorong percepatan penganekaragaman konsumsi


pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman.
Disamping itu dukungan anggaran untuk menjalankan
program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
juga menjadi faktor penting dalam pencapaian sasaran
sebagaimana diamanatkan Peraturan Presiden RI No. 22 Tahun
2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman

Kebun Sekolah di Metro,


Lampung

Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal.


***

[102]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 102

2/15/2013 7:35:50 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Lampiran 1
Tabel 1.1. Pola Konsumsi Pangan Pokok Berdasarkan Sumbangan Masing-Masing Bahan Pangan
Terhadap Total Energi Pangan Pokok Tahun 2010*
Perkotaan + Pedesaan
Provinsi

Beras
(%)

Jagung
(%)

Terigu
(%)

Ubi
Kayu
(%)

Ubi
Jalar
(%)

Kentang
(%)

Sagu
(%)

Umbi
Lain
(%)

Aceh

86,4

0,2

11,9

0,9

0,2

0,3

0,1

0,0

Beras - Terigu

Sumatera Utara

85,2

0,3

12,0

1,7

0,4

0,4

0,0

0,1

Beras - Terigu

Sumatera Barat

82,3

0,1

14,3

1,5

0,5

0,8

0,2

0,4

Beras - Terigu

Riau

81,8

0,1

14,9

2,1

0,3

0,6

0,1

0,1

Beras - Terigu

Jambi

82,0

0,3

14,5

1,8

0,5

0,8

0,0

0,1

Beras - Terigu

Sumatera Selatan

78,5

0,2

17,8

2,5

0,5

0,2

0,3

0,0

Beras - Terigu

Bengkulu

84,0

0,2

12,8

1,9

0,7

0,3

0,0

0,0

Beras - Terigu

Bangka Belitung

77,5

0,2

19,7

1,8

0,2

0,1

0,3

0,2

Beras - Terigu

Kepulauan Riau

77,7

0,3

18,6

2,2

0,4

0,3

0,5

0,1

Beras - Terigu

Lampung

83,0

0,2

13,7

2,7

0,3

0,1

0,0

0,0

Beras - Terigu

DKI Jakarta

74,6

0,2

23,2

1,4

0,3

0,4

0,0

0,0

Beras - Terigu

Jawa Barat

76,4

0,2

20,7

2,1

0,4

0,2

0,0

0,0

Beras - Terigu

Jawa Tengah

75,3

1,0

20,4

2,8

0,4

0,1

0,0

0,0

Beras - Terigu

DI Yogyakarta

73,9

0,5

22,1

3,0

0,3

0,2

0,0

0,0

Beras - Terigu

Banten

75,9

0,1

21,6

2,0

0,2

0,2

0,0

0,0

Beras - Terigu

JawaTimur

75,0

3,8

17,6

3,1

0,4

0,1

0,0

0,0

Beras - Terigu

Bali

83,9

0,4

13,6

1,1

0,7

0,1

0,0

0,1

Beras - Terigu

Nusa Tenggara Barat

82,9

0,3

15,4

1,2

0,2

0,0

0,0

0,1

Beras - Terigu

Nusa Tenggara Timur

77,6

13,3

4,8

3,4

0,3

0,0

0,4

0,2

Beras - Jagung

Kalimantan Barat

85,4

0,3

11,7

2,1

0,2

0,1

0,0

0,2

Beras - Terigu

Kalimantan Tengah

83,9

0,2

12,3

2,8

0,4

0,1

0,0

0,4

Beras - Terigu

Kalimantan Selatan

74,2

0,2

23,5

1,9

0,1

0,1

0,0

0,1

Beras - Terigu

Kalimantan Timur

76,3

0,2

19,7

3,3

0,3

0,2

0,0

0,0

Beras - Terigu

Sulawesi Utara

86,3

0,6

9,5

2,2

0,5

0,2

0,6

0,2

Beras - Terigu

Sulawesi Tengah

82,8

1,6

9,8

2,4

0,7

0,0

1,7

0,9

Beras - Terigu

Sulawesi Tenggara

76,8

4,0

13,4

2,1

1,3

0,0

2,3

0,0

Beras - Terigu

Sulawesi Selatan

80,4

1,8

15,3

1,3

0,4

0,1

0,6

0,0

Beras - Terigu

Gorontalo

78,4

9,8

9,2

2,0

0,2

0,0

0,3

0,0

Beras - Jagung - Terigu

Sulawesi Barat

83,6

0,9

12,4

2,4

0,3

0,0

0,4

0,0

Beras - Terigu

Maluku

65,7

1,3

11,8

11,2

2,5

0,0

6,8

0,7

Beras - Terigu - Ubi Kayu - Sagu

Maluku Utara

68,1

1,3

11,0

10,6

2,9

0,0

5,8

0,2

Beras - Terigu - Ubi Kayu - Sagu

Papua

45,7

0,3

7,3

6,3

29,5

0,0

8,6

2,3

Beras - Terigu - Ubi Kayu - UbiJalar - Sagu

Papua Barat

73,9

0,4

9,7

5,2

2,4

0,1

6,2

2,2

Beras - Terigu - Ubi Kayu Sagu

Pola Konsumsi

* Diolah dari Data Susenas

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 103

[103]

2/15/2013 7:35:50 PM

Lampiran 2

Gambar 2.1. Peta Potensi Pangan Spesifik Wilayah Jagung

Gambar 2.2. Peta Potensi Pangan Spesifik Wilayah Ubi Kayu

[104]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 104

2/15/2013 7:35:51 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Gambar 2.3. Peta Potensi Pangan Spesifik Wilayah Ubi Jalar

Gambar 2.4. Peta Potensi Pangan Spesifik Wilayah Sagu

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 105

[105]

2/15/2013 7:35:52 PM

Lampiran 3
Tabel 3.1. Perkembangan Produksi Jagung Tahun 1990 - 2011 (Ton)
Tahun

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/ha)

1990

3.158.092

6.734.028

2.132

1991

2.909.100

6.255.906

2.150

1992

3.629.346

7.995.459

2.203

1993

2.939.534

6.459.737

2.198

1994

3.109.398

6.868.885

2.209

1995

3.651.838

8.245.902

2.258

1996

3.743.573

9.307.423

2.486

1997

3.355.224

8.770.851

2.614

1998

3.847.813

10.169.488

2.643

1999

3.456.357

9.204.036

2.663

2000

3.500.318

9.676.899

2.765

2001

3.285.866

9.347.192

2.845

2002

3.109.448

9.585.277

3.083

2003

3.358.511

10.886.442

3.241

2004

3.356.914

11.225.243

3.344

2005

3.625.987

12.523.894

3.454

2006

3.345.805

11.609.463

3.470

2007

3.630.324

13.287.527

3.660

2008

4.001.724

16.317.252

4.078

2009

4.156.706

17.592.309

4.232

2010

4.143.599

18.364.430

4.432

2011

3.864.692

17.643.250

4.565

1,49

5,34

3,74

Laju (%/th)
Sumber: BPS.

[106]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 106

2/15/2013 7:35:52 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Tabel 3.2. Perkembangan Produksi Jagung Tahun 2007 - 2011 (Ton)


No

Provinsi

2007

2008

2009

2010

2011
(Aram II)

1.

Aceh

125.155

112.894

137.753

167.090

162.306

2.

Sumut

804.850

1.098.969

1.166.548

1.377.718

1.353.877

3.

Sumbar

223.233

351.843

404.795

354.262

416.168

4.

Riau

40.410

47.959

56.521

41.862

37.219

5.

Jambi

30.028

34.616

38.169

30.691

42.146

6.

Sumsel

84.081

101.439

113.167

125.796

133.360

7.

Bengkulu

83.385

111.827

93.798

74.331

80.272

8.

Lampung

1.346.821

1.809.886

2.067.710

2.126.571

1.921.326

9.

Babel

2.736

1.193

1.403

1.055

1.340

10.

Riau Kep.

893

1.125

1.064

961

924

11.

Dki Jakarta

39

39

32

31

32

12.

Jabar

13.

Jateng

14.

Di.Yogya

15.

Jatim

16.
17.

577.513

639.822

787.599

923.962

976.163

2.233.992

2.679.914

3.057.845

3.058.710

2.972.798

258.187

285.372

314.937

345.576

269.937

4.252.182

5.053.107

5.266.720

5.587.318

4.955.492

Banten

20.723

20.169

27.083

28.557

14.465

Bali

69.209

77.619

92.998

66.355

61.637

18.

Ntb

120.612

196.263

308.863

249.005

412.163

19.

Ntt

514.360

673.112

638.899

653.620

548.007

20.

Kalbar

154.118

181.407

166.833

168.273

131.247

21.

Kalteng

3.971

5.982

8.048

9.345

9.037

22.

Kalsel

100.957

95.064

113.885

116.449

104.113

23.

Kaltim

11.620

12.795

12.520

11.993

11.483

24.

Sulut

406.759

466.041

450.989

446.144

452.503

25.

Sulteng

119.324

136.907

164.282

162.306

180.659

26.

Sulsel

969.955

1.195.691

1.395.742

1.343.044

1.281.390

27.

Sultra

97.037

93.064

71.655

s74.840

61.888

28.

Gorontalo

572.785

753.598

569.110

679.167

685.865

29.

Sulbar

26.633

40.252

58.320

58.020

68.799

30.

Maluku

15.685

18.924

15.859

15.273

14.265

31.

Maluku Utara

10.793

11.493

18.229

20.546

22.622

32.

Papua

7.053

1.711

1.585

6.834

7.075

33.

Irja Barat

2.428

7.155

6.787

1.931

1.668

13.287.527

16.317.252

17.629.748

18.327.636

17.392.246

Indonesia

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 107

[107]

2/15/2013 7:35:52 PM

Tabel 3.3 Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktifitas


Ubi Kayu 1990 - 2011
Tahun

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktifitas (Ton/ha)

1990

1.311.564

15.829.635

12.069

1991

1.319.143

15.954.467

12.095

1992

1.351.324

16.515.855

12.222

1993

1.401.640

17.285.385

12.332

1994

1.356.580

15.729.232

11.595

1995

1.324.259

15.441.481

11.660

1996

1.415.101

17.002.455

12.015

1997

1.243.366

15.134.021

12.172

1998

1.205.353

14.696.203

12.192

1999

1.350.008

16.458.544

12.191

2000

1.284.040

16.089.020

12.530

2001

1.317.912

17.054.648

12.941

2002

1.276.533

16.912.901

13.249

2003

1.244.543

18.523.810

14.884

2004

1.255.805

19.424.707

15.468

2005

1.213.460

19.321.183

15.922

2006

1.227.459

19.986.640

16.283

2007

1.201.481

19.988.058

16.636

2008

1.204.933

21.756.991

18.057

2009

1.175.666

22.039.145

18.746

2010

1.182.592

23.908.459

20.217

2011

1.184.696

24.044.025

20.296

Laju

-0,38

2,18

2,57

Sumber : BPS.

[108]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 108

2/15/2013 7:35:52 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Tabel 3.4. Perkembangan Produksi Ubi kayu Tahun 2007 - 2011 (Ton)
No

Provinsi

2007

2008

2009

2010

2011 (Aram II)

1.

Aceh

41.558

38.403

49.839

43.810

40.877

2.

Sumut

438.573

736.771

1.007.284

905.571

1.075.215

3.

Sumbar

114.551

102.285

115.492

193.188

202.249

4.

Riau

51.784

50.772

68.046

75.904

81.208

5.

Jambi

44.794

36.905

39.355

39.564

40.575

6.

Sumsel

150.133

197.150

166.890

159.929

199.246

7.

Bengkulu

76.924

49.478

37.311

43.847

45.664

8.

Lampung

6.394.906

7.721.882

7.569.178

8.637.594

9.004.303

9.

Babel

18.666

19.722

23.332

21.427

18.396

10.

Riau Kep.

7.077

9.364

9.180

8.397

8.170

11.

Dki Jakarta

628

454

305

290

221

12.

Jabar

1.922.840

2.034.854

2.086.187

2.014.402

2.185.650

13.

Jateng

3.410.469

3.325.099

3.676.809

3.876.242

4.068.583

14.

Di.Yogya

976.610

892.907

1.047.684

1.114.665

1.061.729

15.

Jatim

3.423.630

3.533.772

3.222.637

3.667.058

2.896.269

16.

Banten

117.550

115.591

105.621

118.979

106.958

17.

Bali

174.189

169.761

171.456

163.746

165.839

18.

Ntb

88.527

68.386

85.062

70.606

75.448

19.

Ntt

794.121

928.974

913.053

1.032.538

1.040.412

20.

Kalbar

221.630

193.804

166.584

177.807

174.063

21.

Kalteng

67.617

73.344

74.670

76.669

74.118

22.

Kalsel

117.322

119.085

121.656

76.202

116.446

23.

Kaltim

105.395

116.218

125.714

110.061

110.526

24.

Sulut

74.406

83.656

77.206

84.084

78.154

25.

Sulteng

70.858

70.181

82.294

74.128

79.756

26.

Sulsel

514.277

504.198

434.862

601.437

516.981

27.

Sultra

239.271

217.727

226.927

163.350

264.819

28.

Gorontalo

7.432

9.215

7.117

6.171

7.657

29.

Sulbar

45.921

54.809

47.781

46.368

50.828

30.

Maluku

105.761

107.214

124.442

144.407

113.175

31.

Maluku Utara

118.354

116.838

106.443

109.033

113.849

32.

Papua

34.450

35.100

36.500

35.531

35.874

33.

Papua Barat
Indonesia

17.834

23.072

12.228

25.113

26.763

19.988.058

21.756.991

22.039.145

23.918.118

24.080.021

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 109

[109]

2/15/2013 7:35:52 PM

Tabel 3.5. Kabupaten Sentra Produksi Ubikayu


No

Provinsi

Kabupaten Sentra

1.

Aceh

Aceh Utara, Aceh Timur

2.

Sumut

Nias, Tapsel, Taput, Asahan, Simalungun, Deli Serdang, Langkat

3.

Sumbar

Tanah Datar, Sawah Lunto

4.

Riau

Indragiri Hulu, Kampar, Bengkalis

5.

Jambi

Batanghari, Bungo Tebo, Sarolangun Bangko

6.

Sumsel

OKU, OKI, Muara Enim, Mura, Muba

7.

Babel

Bangka

8.

Bengkulu

Rejang Lebong

9.

Lampung

Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Timur, Tulang Bawang, Way


Kanan

10.

Jabar

Bogor, Sukabumi, Purwakarta,Sumedang, Cianjur, Bandung, Garut,


Tasikmalaya, Ciamis

11.

Jateng

Camis, Banyumas, Banjarnegara,Kebumen, Boyolli, Wonogiri, Kr Anyar, Pati,


Purbalingga, Purworejo, Sragen Wonosobo, Jepara, Magelang, Sukoharjo,
Semarang,

12.

DIY

Gunung Kidul

13.

Jatim

Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Malang, Probolinggo, Blitar, Tulung Agung,


Kediri, Jember, Bondowoso, Pasuruan, Madiun, Magetan, Ngawi, Tuban,
Sampang, Sumenep, Bangkalan, Pamekasan

14.

Banten

Pandeglang, Lebak, Tanggerang, Serang

15.

Bali

Klungkung, Karang Asem, Buleleng

16.

NTB

Lombar, Sumbawa, Bima, Lomteng

17.

NTT

Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Manggarai, Sumba Barat, Kupang,
Belu, Alor, Flores Timur, Sikka, Ende, Ngada

18.

Kalbar

Sambas, Pontianak, Sanggau, Sintang

19.

Kalteng

Kapuas

20.

Kalsel

Tanah Laut, Kotabaru

21.

Kaltim

Pasir, Kutai

22.

Sulut

Bolmong, Minahasa

23.

Gorontalo

Gorontalo

24.

Sulteng

Donggala, Poso, Banggai, Buol,Toli Toli

25.

Sultra

Buton, Muna, Kendari

26.

Sulsel

Bantaeng, Bulukumba, Goa, Jeneponto, Majene, Maros

27.

Maluku

Malteng, Maluku Tenggara

28.

Maluku Utara

Halmahera Tengah, Maluku Utara

Sumber : Ditjentan

[110]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 110

2/15/2013 7:35:52 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Tabel 3.6. Perkembangan Luas Panen, Produksi Dan Produktifitas Ubi Jalar
Indonesia Tahun 1990 - 2011
Tahun

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktifitas (Ton/ha)

1990

208.732

1.971.466

9.445

1991

214.316

2.039.212

9.515

1992

229.786

2.171.036

9.448

1993

224.098

2.088.205

9.318

1994

197.170

1.845.178

9.358

1995

228.676

2.171.027

9.494

1996

211.681

2.017.516

9.531

1997

195.436

1.847.492

9.453

1998

202.093

1.935.044

9.575

1999

172.243

1.665.547

9.670

2000

194.262

1.827.687

9.408

2001

181.926

1.749.070

9.614

2002

177.275

1.771.692

9.994

2003

197.455

1.991.478

10.086

2004

184.546

1.901.802

10.305

2005

178.336

1.856.969

10.413

2006

176.507

1.854.238

10.505

2007

176.932

1.886.852

10.664

2008

174.561

1.880.977

10.775

2009

183.874

2.057.913

11.192

2010

181.073

2.051.046

11.327

2011

178.121

2.196.033

12.329

-0,46

0,82

1,30

Laju (%/th)
Sumber :BPS.

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 111

[111]

2/15/2013 7:35:52 PM

Tabel 3.7. Perkembangan Produksi Ubi Jalar Tahun 2007 - 2011 (Ton)
No

Provinsi

1.

Aceh

2.
3.

2008

2009

2010

2011 (Aram II)

15.187

13.172

15.298

11.095

12.090

Sumut

117.641

114.186

140.138

179.388

179.473

Sumbar

53.793

61.817

77.476

104.302

99.718

4.

Riau

12.814

11.330

9.736

9.967

10.062

5.

Jambi

36.363

21.825

20.614

21.156

32.489

6.

Sumsel

21.515

19.621

20.800

22.839

22.741

7.

Bengkulu

32.131

30.682

20.930

27.840

29.630

8.

Lampung

46.772

48.191

45.041

44.920

48.183

9.

Babel

5.144

4.653

4.828

3.751

3.222

10.

Riau Kep.

1.472

1.490

1.427

1.790

1.805

11.

Dki Jakarta

12.

Jabar

375.714

376.490

469.646

430.998

431.372

13.

Jateng

143.364

117.159

147.083

137.723

152.551

14.

Di.Yogya

15.

Jatim

16.
17.
18.

Ntb

13.007

10.985

11.276

13.134

11.597

19.

Ntt

102.375

107.316

103.635

121.284

120.082

20.

Kalbar

13.882

12.871

11.735

14.959

12.186

21.

Kalteng

8.619

12.153

10.763

9.583

9.727

22.

Kalsel

31.143

25.903

29.968

25.007

25.631

23.

Kaltim

30.855

29.372

31.947

25.156

26.384

24.

Sulut

35.475

42.062

53.121

51.838

50.738

25.

Sulteng

29.079

27.689

29.821

26.332

26.121

26.

Sulsel

58.819

66.546

68.372

57.513

66.960

27.

Sultra

27.588

30.892

25.577

25.304

26.242

28.

Gorontalo

2.974

3.947

3.456

2.926

3.095

29.

Sulbar

9.304

15.895

15.756

15.666

17.785

30.

Maluku

20.929

21.778

22.338

20.734

18.263

31.

Maluku Utara

35.199

35.094

30.381

27.666

29.531

32.

Papua

306.804

337.096

343.325

349.134

357.976

33.

Papua Barat

18.702

15.340

10.599

10.557

13.409

1.886.852

1.881.761

2.057.913

2.051.046

2.126.887

5.496

7.656

6.687

6.484

6.563

149.811

136.556

162.607

141.103

171.322

Banten

33.694

33.793

34.549

40.579

39.562

Bali

91.187

88.201

78.983

70.318

70.377

INDONESIA

[112]

2007

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 112

2/15/2013 7:35:52 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Tabel 3.8. Taksiran Luas Area Sagu di Indonesia (Ha)


No

Pulau

Sumatera

Kalimantan

Jawa

Maluku

Sulawesi

Papua

Indonesia

Sebaran Area Sagu (Ha)


31.872 - 37.000
2.795 - 5.572
292
30.000 - 94.999
25.000 - 55.666
600.000 - 4.183.300
689.959 - 4.376.829

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 113

[113]

2/15/2013 7:35:53 PM

Lampiran 4
Tabel 4.1. Perkembangan Produksi Sayuran di Indonesia 2005 2010 (Ton)
No

Provinsi

2006

2007

2008

2009

2010

1.

Aceh

175.474

208.848

178.138

156.027

154.957

215.899

2.

Sumatera Utara

907.346

845.959

857.516

934.869

930.215

1.036.505

3.

Sumatera Barat

240.204

285.671

300.997

356.834

369.093

396.795

4.

Riau

41.789

63.829

87.667

60.724

73.620

77.452

5.

Jambi

159.402

150.777

197.804

189.679

197.575

178.303

6.

Sumsel

103.413

130.663

111.240

171.100

177.371

188.698

7.

Bengkulu

207.227

294.581

325.265

406.672

382.770

470.102

8.

Lampung

153.388

169.804

175.995

223.931

232.725

261.436

9.

Bangka Belitung

17.989

32.229

31.964

30.357

34.516

35.070

10.

Kepulauan Riau

11.748

31.263

29.584

34.124

24.555

Sumatera

2.006.232

2.194.110

2.297.850

2.559.777

2.586.966

2.884.815

11.

DKI Jakarta

21.527

22.835

19.354

19.316

28.776

36.050

12.

Jawa Barat

3.202.413

2.944.388

2.990.768

2.838.412

2.939.553

2.632.886

13.

Jawa Tengah

1.230.025

1.521.019

1.489.786

1.755.797

1.894.938

2.068.178

14.

D.I. Yogyakarta

89.616

78.786

73.842

83.375

88.309

84.601

15.

Jawa Timur

1.086.133

1.190.379

1.108.865

1.117.224

1.242.430

1.235.351

16.

Banten

187.104

173.094

135.275

120.203

117.610

143.633

5.816.818

5.930.500

5.817.890

5.934.328

6.311.616

6.200.699

Jawa
17.

Bali

148.678

153.137

160.974

151.998

173.274

197.154

18.

NTB

158.559

189.020

193.831

185.372

275.241

209.219

19.

NTT

50.468

77.962

77.131

147.943

130.892

65.098

357.705

420.119

431.936

485.313

579.407

471.471

Bali & NT
20.

Kalimantan Barat

80.645

77.812

57.097

66.493

78.276

57.756

21.

Kalteng

28.224

35.535

31.335

50.962

53.091

28.050

22.

Kalsel

36.158

47.059

55.299

57.045

53.763

55.385

23.

Kalimantan Timur

109.655

131.806

134.960

156.064

131.334

136.698

254.682

292.212

278.691

330.564

316.464

277.889

274.227

240.731

257.881

303.052

372.604

323.181

Kalimantan

[114]

2005

24.

Sulawesi Utara

25.

Sulawesi Tengah

21.444

41.953

35.255

39.184

45.674

85.503

26.

Sulawesi Selatan

256.488

256.356

157.812

218.935

204.689

253.484

27.

Sultra

34.738

40.952

43.742

20.033

52.678

67.659

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 114

2/15/2013 7:35:53 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

No

Provinsi

28.

Gorontalo

29.

Sulawesi Barat
Sulawesi

2005

2006

2007

2008

2009

2010

17.939

19.165

15.784

16.550

24.084

24.882

20.459

26.457

16.731

14.387

15.646

604.836

619.616

536.930

614.485

714.116

770.355

13.682

17.381

16.602

7.302

3.864

5.766

6.629

6.375

8.254

8.678

8.448

4.475

30.

Maluku

31.

Maluku Utara

32.

Papua

28.935

34.078

50.085

54.062

59.441

49.150

33.

Papua Barat

12.468

13.070

17.223

40.584

47.963

41.766

Maluku & Papua

61.714

70.904

92.165

110.626

119.716

101.157

9.101.987

9.527.462

9.455.462

10.035.094

10.628.285

10.706.386

Indonesia

Sumber : Statistik Hortikultura Tahun 2005; - Data provinsi Riau termasuk data provinsi Kep. Riau; - Data provinsi
Sulsel termasuk data provinsi Sulbar

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 115

[115]

2/15/2013 7:35:53 PM

Tabel 4.2. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun 2007 2009


No

Komoditas

Produksi (Ton)
2007

2009

Kol/Kubis

1.288.738

1.323.702

1.358.113

2.

Kentang

1.003.732

1.071.543

1.176.304

3.

Bawang Merah

802.81

853.615

965.164

4.

Tomat

635.474

725.973

853.061

5.

Cabe Besar

676.828

695.707

787.433

6.

Cabe Rawit

451.965

457.353

591.294

7.

Ketimun

581.205

540.122

583.139

8.

Petsai/Sawi

564.912

565.636

562.838

9.

Bawang Daun

479.924

547.743

549.365

10.

Kacang Panjang

488.499

455.524

483.793

11.

Terung

390.846

427.166

451.564

12.

Kangkung

335.086

323.757

360.992

13.

Wortel

350.17

367.111

358.014

14.

Labu Siam

254.056

394.386

321.023

15.

Buncis

266.79

266.551

290.993

16.

Melinjo

205.728

230.654

221.097

17.

Petai

178.68

213.536

183.679

18.

Bayam

155.863

163.817

173.75

19.

Kacang Merah

112.271

115.817

110.051

20.

Kembang Kol

124.252

109.497

96.038

21.

Jamur

48.247

43.047

38.465

22.

Lobak

42.076

48.376

29.759

23.

Bawang Putih

17.312

12.339

15.419

24.

Paprika

2.114

4.462

25.

Jengkol

80.008

62.475

9.455.464

10.035.094

10.628.285

Sayur

[116]

2008

1.

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 116

2/15/2013 7:35:53 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Tabel 4.3. Perkembangan Produksi Buah-buahan di Indonesia 2005 - 2010


No

Provinsi

2005

2006

2007

2008

2009

2010

224.870

269.606

220.970

130.059

193.331

208.765

1.

Aceh

2.

Sumatera Utara

1.459.137

1.674.425

1.920.640

1.874.263

1.825.044

1.931.560

3.

Sumatera Barat

305.689

330.452

286.857

397.724

369.205

367.652

4.

Riau

233.170

259.639

141.412

180.917

217.787

112.737

5.

Jambi

106.764

151.897

260.205

223.966

291.722

206.456

6.

Sumatera Selatan

624.802

790.673

471.367

606.202

586.171

491.626

7.

Bengkulu

61.171

93.500

93.774

155.695

118.402

70.677

8.

Lampung

850.402

1.076.228

2.101.215

1.475.847

1.361.523

1.395.048

9.

Bangka Belitung

75.763

62.467

61.154

58.223

60.519

46.978

10.

Kepulauan Riau

1.851

5.063

18.108

28.605

23.211

Sumatera

3.941.767

4.710.738

5.562.657

5.121.004

5.052.310

4.854.710

11.

DKI Jakarta

13.663

12.686

11.166

11.085

12.450

12.495

12.

Jawa Barat

2.788.021

3.252.085

3.366.686

3.395.811

3.365.945

2.196.745

13.

Jawa Tengah

1.623.246

1.502.255

1.577.905

2.068.969

2.207.543

1.702.596

14.

D.I. Yogyakarta

331.679

261.226

260.873

270.169

268.509

222.018

15.

JawaTimur

2.700.787

2.928.229

2.800.392

3.421.413

3.427.808

2.693.402

16.

Banten

313.774

335.842

211.766

219.598

307.189

324.763

7.771.170

8.292.323

8.228.788

9.387.045

9.589.445

7.152.019

Jawa
17.

Bali

428.989

460.526

457.863

441.395

528.346

408.297

18.

NTB

320.196

331.721

380.468

234.669

384.733

338.694

19.

NTT

240.139

241.886

412.047

466.832

636.065

424.040

989.324

1.034.133

1.250.378

1.142.896

1.549.144

1.171.031

388.426

416.176

393.932

367.678

425.329

302.476

97.834

110.012

120.523

103.454

172.983

114.003

Bali & NT
20.

Kalimantan Barat

21.

Kalteng

22.

Kalsel

304.466

262.888

244.231

261.415

321.595

256.220

23.

Kalimantan Timur

195.566

202.716

217.332

278.028

292.824

259.087

986.292

991.792

976.018

1.010.575

1.212.731

931.786

Kalimantan
24.

Sulawesi Utara

122.172

109.294

116.517

136.357

144.071

166.110

25.

Sulawesi Tengah

118.036

82.432

88.872

82.618

88.129

159.528

26.

Sulawesi Selatan

597.311

529.387

487.298

516.502

576.157

490.882

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 117

[117]

2/15/2013 7:35:53 PM

Lanjutan Tabel 4.3


No

Provinsi

27.

Sultra

28.

Gorontalo

29.

Sulawesi Barat
Sulawesi

2005

2006

2007

2008

2009

2010

128.008

90.661

62.816

94.021

75.796

202.094

10.390

10.845

17.571

14.696

17.074

14.428

212.954

194.324

357.067

248.690

240.094

975.918

1.035.573

967.398

1.201.261

1.149.917

1.273.136

30.

Maluku

21.881

27.896

39.455

25.457

22.239

34.138

31.

Maluku Utara

54.133

40.992

52.738

91.340

6.732

29.664

32.

Papua

17.983

12.520

27.284

13.205

50.275

21.731

33.

Papua Barat

28.131

25.163

11.906

35.106

21.107

22.158

122.128

106.571

131.383

165.108

100.354

107.691

7.015.429

7.878.807

8.887.834

8.640.844

9.064.455

8.338.354

Maluku & Papua


Indonesia

Sumber : Statistik Hortikultura Tahun 2005; - Data provinsi Riau termasuk data provinsi Kep. Riau; - Data
provinsi Sulsel termasuk data provinsi Sulbar

[118]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 118

2/15/2013 7:35:53 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Tabel 4.4. Produksi Tanaman Buah di Indonesia Tahun 2007 2009


No

Komoditas

Produksi (Ton)
2007

2008

2009

1.

Pisang

5.454.226

6.004.615

6.373.533

2.

Mangga

1.818.619

2.105.085

2.243.440

3.

Jeruk siam

2.551.635

2.391.011

2.025.840

4.

Nenas

2.237.858

1.433.133

1.558.196

5.

Rambutan

705.823

978.259

986.841

6.

Salak

805.879

862.465

829.014

7.

Durian

594.842

682.323

797.798

8.

Pepaya

621.524

717.899

772.844

9.

Nangka/ Cempedak

601.929

675.455

653.444

10.

Semangka

350.78

371.498

474.327

11.

Apel

160.794

262.009

12.

Alpukat

201.635

244.215

257.642

13.

Jambu Biji

179.474

212.260

220.202

14.

Duku

178.026

158.649

195.364

15.

Sawo

101.263

120.649

127.876

16.

Markisa

106.788

138.027

120.796

17.

Sukun

92.014

113.778

110.923

18.

Jeruk Besar

74.249

76.621

105.928

19.

Manggis

112.722

78.674

105.558

20.

Jambu Air

94.015

111.495

104.885

21.

Melon

59.814

56.883

85.861

22.

Blewah

57.725

55.991

75.124

23.

Belimbing

59.984

72.397

72.443

24.

Sirsak

55.798

55.042

65.359

25.

Stroberi

128.701

19.132

26.

Anggur

21.97

9.519

17.116.622

18.027.889

18.653.900

Total Buah

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 119

[119]

2/15/2013 7:35:53 PM

Lampiran 5
Tabel 5. Potensi Produk Pangan Pokok Nusantara
No.

Provinsi

Pangan Lokal

Bahan Baku

Aceh

Lempeng Ubi Kayu

Sagu

Nasi Jagung

Jagung

Briani Pisang

Pisang Kepok & Daging sapi

Dalica

Kentang, Pisang & Daging Sapi,

Pajri

Nenas

Croh Payeh

Udang

Putri Carden

Tepung Ubi

Timpan Sagu

Pisang Wak Tua & Tepung Sagu

Balacang Kelapa

Ikan asin & Udang Basah

Manggadong

Ubi Kayu

Nasi Jagung

Jagung

3
4

[120]

Sumatera Utara

Sumatera Barat
Kepulauan Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bebilar (Beras Ubi Jalar)

Ubi Jalar

Sagon Bakar

Tepung Kanji

Laksamana Mengamuk

Buah kueni

Belut Berselimut Bayam

Ikan Belut, Bayam & Telur Ayam

Pinere

Sagu

Lompong Sagu

Tepung sagu & Pisang

Laksa Sagu

Sagu

Otak-otak

Ikan & Cumi

Mie Laksa

Sagu & Ikan Tamban

Pindang Ikan Belanak

Ikan belanak

Kirai Sagu

Tepung sagu

Mie Goreng Sagu

Mie Sagu & Telur Ayam

Gobal Sagu

Sagu Basah

Mie Tarempa

Mie Sagu & Telur Ayam

Lendod

Sagu

Krenas

Sagu butir

Burgo Kuah

Ubi Kayu

Kue Satu

Tepung Sagu & Telur Ayam

Brengkes Tempoyak

Durian & Ikan Patin

Gulai Tekuyung

Tekuyung

Gulai Aur

Rebung

Rasbi (Beras Ubi)

Ubi Jalar

Pindang Iwak

Ikan Patin

Pempek

Ikan Tenggiri & Tepung Sagu

Tekwan

Ikan Tenggiri & Tepung Sagu

Kumbu

Kacang Merah

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 120

2/15/2013 7:35:53 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Lanjutan Tabel 5.
No.

10
11

Provinsi

Riau

Bengkulu

Bangka Belitung

Lampung
DKI Jakarta

Pangan Lokal

Bahan Baku

Mentu

Ikan Gabus

Pindang Meranjat

Ikan Gabus

Kipo

Sagu

Geblek

Ubi Kayu & Susu

Sagu Rendang

Sagu

Sagu Lemak

Sagu

Sagu Stick

Sagu

Nasi Ganyong

Ganyong & Jagung

Lawar Kemumu Unji

Unji & Kemumu

Kecepul Maje

Jagung

Gulai Ikan Pelus

Ikan Pelus

Violet Nan Elot

Ubi jalar & Tepung Kanji

Nasi Aruk

Ubi Kayu

Kue Rengai

Beras Aruk & Tepung Tapioka

Lempah Kuning Ikan

Ikan & Nanas

Kembung Bertelur

Ikan Kembung, Telur Ayam & Sagu

Begudo Ikan Teri

Ikan Teri & Telur Ayam

Cingkong Kepiting

Kepiting, Telur & Tepung Tapioka

Kericu

Sagu, Telur Cumi dan Telur Ayam

Beras Siger

Ubi Kayu

Oyek

Ubi Kayu

Jalejo

Jagung, Kedelai dan Kacang Hijau

Tauge Goreng

Toge, Tahu Putih, dan Tauco

Sayur Babanci

Daging Sapi & Jeroan Kambing

Kue Rangi

Tepung Sagu Aren

Kue Pepe

Tepung Kanji

Asinan Jakarta

Kacang Tanah, Sawi, Timun, Toge, Mie Basah

Soto Tangkar

Daging Sapi & Tulang Iga

12

Banten

Beras Analog

Ubi Kayu

13

Jawa Barat

Rasi

Ubi Kayu

Nasi Ubi Kayu

Ubi Kayu

Dongkal/Gaplek

Ubi Kayu

Tiwul Selimut Telur

Ubi Kayu & Telur Ayam

Gurandil

Ubi Kayu

Mustofa Ubi

Ubi Jalar

Talam Ubi Ungu

Ubi Jalar Ungu

Sego Jagung

Jagung

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 121

[121]

2/15/2013 7:35:53 PM

Lanjutan Tabel 5.
No.

14

Jawa Tengah

15

DI.Yogyakarta

16

Jawa Timur

17

Bali

18

19

[122]

Provinsi

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

Pangan Lokal

Bahan Baku

Beras Analog

Jagung/Ubi Kayu/Ubi Jalar

Gongsir

Jagung

Tiwul

Ubi Kayu

Beras Jagung

Jagung

Tiwul Instan

Ubi Kayu

Mie Sehat

Ubi Kayu

Gudeg Nangka

Nangka Muda

Brongkos

Kacang Tolo & Tempe

Nasi Growol

Ubi Kayu

Geblek

Ubi Kayu

Tempe Benguk

Kacang Koro Benguk

Slondok

Ubi Kayu

Tiwul

Ubi Kayu

Nasi Jagung

Jagung

Ledok

Jagung & Ubi Jalar

Betutu

Ayam

Kekiping

Tepung Gaplek & Kacang

Rempeyek

Ubi Ungu, Kacang Tanah dan Kedelai

Semprit

Pisang

Nasi Gadung

Ubi Gadung

Nasi Timbul

Buah Timbul

Sengit

Talas

Mie Sagu

Sagu & Udang

Sayur Sulur Keladi

Keladi & Sulur

Sayur Gulai Umbut Kelapa

Umbut Kelapa & Tulang Iga

Korket Ubi Kuah Sup Kikil

Ubi Kayu & Kikil Sapi

Nasi Kopu

Ubi Kayu

Soto Manggala

Ubi Kayu, Ayam Kampung & Telur Ayam

Papeda

Sagu

Sagu Goreng

Sagu

Talam Jagung

Jagung & Tepung Sagu

Kakicak

Ubi Kayu

Kroket Sukun

Sukun

Kripik Saluang

Ikan Saluang

20

Kalimantan Selatan

Jepa-Jepa

Ubi Kayu

21

Kalimantan Timur

Iluy

Ubi Kayu

Bubur Gunting

Sagu

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 122

2/15/2013 7:35:53 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Lanjutan Tabel 5.
No.

22

23

24

25
26

Provinsi

Sulawesi Selatan

Sulawesi Tenggara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Utara
Sulawesi Barat

Pangan Lokal

Bahan Baku

Gangan Keladi Asam

Keladi, Ubi Jalar, Ubi Kayu & Kangkung

Tempuyak

Durian

Sayur Umbut Rotan

Rotan muda

Rabuk Harua

Ikan Gabus & Kepiting

Jelore

Tepung Ubi Kayu

Kapurung

Sagu, Ikan, Ayam & Kacang Tanah

Barobbo

Jagung, Ayam & Kacang Panjang

Bassang

Jagung

Pallubasa

Daging sapi

Coto Makassar

Daging Sapi, Babat, Usus & Kacang Tanah

Kambu Paria

Pare & Pare

Dangke

Susu Sapi & Susu Kambing

Pallubutung

Pisang Kepok

Sinonggi

Sagu

Kasuami

Ubi Kayu

Kabuto (Hogo-Hogo)

Ubi Kayu

Dange

Sagu panggang

Kapusu Nosu

Jagung ketan

Kagili

Ubi Kayu, Jagung & Kacang Tunggak

Katumbu

Jagung Muda

Parende Sumowo Kalo Ikan

Ikan Kakap, Cumi-Cumi & Udang

Bou Pinare Nahu Nggaluku

Ikan Gabus

Kasiuna Kaholeo

Ikan Teri Asap

Nasi Jagung

Jagung

Papeda

Sagu

Kapurung

Sagu

Jepa

Sagu

Doko-doko Ubi Kayu

Ubi kayu

Binte

Jagung

Kaledo

Tulang Kaki Sapi

Palu Mara

Ayam & Ikan

Penja

Ikan duo

Kambu Paria

Paria & Ikan

Binthe Bilihute

Jagung

Bubur Manado

Jagung

Loka Anjoroi

Pisang

Lame Ayu Anjoroi

Ubi Kayu

Ule-Ule Tarreang

Jewawut

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 123

[123]

2/15/2013 7:35:53 PM

Lanjutan Tabel 5.
No.

Provinsi

27

Gorontalo

28

29

30

[124]

NTB

NTT

Maluku

Pangan Lokal

Bahan Baku

Jepa

Ubi Kayu

Binthe Bilihute

Jagung

Ilabulo

Sagu & Hati Ayam

Kue Popolulu

Ubi Jalar

Kue Sabongi

Ubi Kayu & Pisang

Kue Kala-Kala

Pisang

Kue Kokole

Sagu

Putung Ilahe

Jantung Pisang & Ikan

Bubur Sada

Jagung Halus

Duwo Delepao

Sagu & Ikan

Beras Analog

Ubi Kayu

Jagung Bose

Jagung

Pelecing Kangkung

Kangkung Lombok

Sayur Lebui

Biji lebui tua

Sirap Padang

Ikan Kakap

Doco Foo Tota

Mangga Muda & Udang

Mangge Mada

Jantung Pisang Kepok & Udang

Luhluh

Ikan Tenggiri

Nasi Jagung

Beras jagung (ukuran sedang)

Jagung Bose

Jagung

Kapuru

Jagung & Kacang Tanah

Jagung Titi

Jagung

Manggullu

Sale Pisang & Kacang Tanah

Nasi Tominuku

Ubi Ungu & Ubi Putih

Koil Mbuka

Ubi Kayu

Sombu

Ubi Kayu & Jagung

Akar Bilang

Tepung sagu

Ut Moruk

Tepung jagung

Papeda

Sagu

Sagu Lempeng

Sagu

Enbal

Ubi Kayu

Bagea

Sagu

Sinoli

Sagu

Babengka Ubi Kayu

Ubi Kayu

Sangkola

Ubi Kayu

Garontong

Jagung

Babengka Ubi Jalar

Ubi jalar

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 124

2/15/2013 7:35:53 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Lanjutan Tabel 5.
No.

31

32

33

Provinsi

Maluku Utara

Papua

Papua Barat

Pangan Lokal

Bahan Baku

Kumbili

Kumbili

Nasi Hotong

Hotong

Sagu Lempeng

Sagu

Papeda

Sagu

Sayur Garu

Jantung pisang

Kasbi/Pisang Santan

Ubi Kayu & Pisang

Bagea Kenari

Sagu & Kenari

Ikan Pampis

Ikan Cakalang & Ikan Asap

Popare Isi

Pare, Ikan Cakalang & Tuna

Pisang Coe

Pisang masak

Rica Isi

Ikan Cakalang

Cingkarong

Jagung muda

Papeda

Sagu

Lilin Genemo

Genemo, Sayur Lilin, Jagung & Wortel

Puding Sagu Buah Merah

Sagu, Buah Merah & Nangka

Lemper Singkong

Singkong

Kelepon Ubi Jalar

Ubi Jalar & Tepung Sagu

Sop Kepiting

Kepiting

Bubur Kacang Sagu

Kacang Hijau & Sagu

Papeda

Sagu

Umbi-Umbian

Umbi-Umbian

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 125

[125]

2/15/2013 7:35:53 PM

Gambar 6. Struktur Organisasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia

Lampiran 6

[126]

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 126

2/15/2013 7:35:54 PM

ROADMAP

Diversifikasi Pangan
Tahun 2011 - 2015

Tabel 6. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan


Sekretariat Badan Ketahanan Pangan
1.

Bagian Perencanaan

a.
b.
c.

Sub Bagian Rencana Program


Sub Bagian Kerjasama Program
Sub Bagian Rencana Penganggaran

2.

Bagian Keuangan dan Perlengkapan

a.
b.
c.

Sub Bagian Perbendaharaan


Sub Bagian Akuntansi & Verifikasi
Sub Bagian Perlengkapan & RT

3.

Bagian Umum

a.
b.
c.

Sub Bagian Organisasi & Kepegawaian


Sub Bagian Hukum
Sub Bagian Humas & TU

4.

Bagian Evaluasi dan Pelaporan

a.
b.
c.

Sub Bagian Data dan Informasi


Sub Bagian Evaluasi
Sub Bagian Pelaporan dan TLHP

Fungsional Statistisi
Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
1.

Bidang Ketersediaan Pangan

a.
b.

Sub Bidang Analisis Ketersediaan Pangan


Sub Bidang Sumberdaya Pangan

2.

Bidang Akses Pangan

a.
b.

Sub Bidang Analisis Akses Pangan


Sub Bidang Pengembangan Akses Pangan

3.

Bidang Kerawanan Pangan

a.
b.

Sub Bidang Analisis Kerawanan Pangan


Sub Bidang Penanggulangan Kerawanan Pangan

Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan


1.

Bidang Distribusi Pangan

a.
b.

Sub Bidang Analisis Distribusi Pangan


Sub Bidang Kelembagaan Distribusi Pangan

2.

Bidang Harga Pangan

a.
b.

Sub Bidang Analisis Harga Pangan Produsen


Sub Bidang Analisis Harga Pangan Konsumen

Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan


1.

Bidang Penganekaragaman Pangan

a.
b.

Sub Bidang Pengembangan Pangan Lokal


Sub Bidang Promosi Penganekaragaman Pangan

2.

Bidang Konsumsi Pangan

a.
b.

Sub Bidang Kebutuhan Konsumsi Pangan


Sub Bidang Pola Konsumsi Pangan

3.

Bidang Keamanan Pangan Segar

a.
b.

Sub Bidang Pengawasan Keamanan Pangan Segar


Sub Bidang Kelembagaan Keamanan Pangan Segar

Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

ROADMAP DEPTAN.indb 127

[127]

2/15/2013 7:35:55 PM

ROADMAP DEPTAN.indb 128

2/15/2013 7:35:55 PM

Anda mungkin juga menyukai