Anda di halaman 1dari 30

PROSES BELAJAR DALAM PELAKSAAN

PENYULUHAN

RESUME TUGAS
MATA KULIAH PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI
PERTANIAN

DOSEN PENGAMPU
Dr. ACHMAD FAQIH.,SP.,MM

Oleh :
Ade Nunu Kartini
120110034

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2021
PROSES BELAJAR DALAM PELAKSAAN
PENYULUHAN

RESUME TUGAS
MATA KULIAH PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI
PERTANIAN

Disusun Untuk Memenuhi Sebigian Tugas Mata Kuliah


Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Program Studi Agroteknologi

Oleh :
Ade Nunu Kartini
120110034

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan kajian
lapangan dengan judul Proses Belajar dalam Pelaksaan Penyuluhan di Balai Penyuluh
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Palimanan. Sholawat serta salam semoga
tetap terlimpah curahkan kepada nabi kita yaitu nabi Muhammad Solallahu’alaihi wa
Salam.

Tugas kajian lapangan ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.
Dalam penyusunan tugas kajian lapangan ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan dan arahan dari semua pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Dr. Achmad Faqih ,SP.,MM sebagai Dosen pengampu mata kuliah Penyuluhan
dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung Jati
Cirebon.
2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materil.
3. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa disebutkan
satu persatu.

Dalam penyusunan kajian lapangan ini penulis menyadari masih banyak


kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
untuk perbaikan penyusunann selanjutnya. Semoga tugas penyusunan kajian lapangan
ini dapat bermanpaaf khususnya bagi penulis pribadi dan umumnya bagi pembaca.

Cirebon,16 oktober 2021

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
I. PENDAHULUAN.............................................................................................
I.1. Latar Belakang
I.2. Rumusan Masalah
I.3. Tujuan Penulis
II. PENDIDIKAN PENYULUHAN
II.1. Pengertian Pendidikan Penyuluhan Secara Etimologi
II.2. Pengertian Pendidikan Penyluhan Secara Tetimologi
III. TUJUAN BELAJAR
III.1. Pengertian Tujuan Belajar Secara Umum
III.1.1. Ranah Belajar Kognitif
III.1.2. Ranah Belajar Afektif
III.1.3. Ranah Belajar Psikomotorik
III.2. Pengertian Tujuan Belajar Menurut Para Ahli
IV. PRINSIP BELAJAR
IV.1. Definisi pengertin Prinsip Belajar
IV.2. Prinsip-Prinsip Dalam Belajar
V. JENIS-JENIS BELAJAR
V.1. Belajar Rasional
V.2. Belajar Abstrak
V.3. Belajar Keterampilan
V.4. Belajar Sosial
V.5. Belajar Pemecahan Masalah
V.6. Belajar Apresiasi
V.7. Belajar Kebiasaan
V.8. Belajar Pengetahuan
VI. CARA-CARA BELAJAR
VI.1.
VII. CIRI-CIRI BELAJAR
VII.1. Ciri-Ciri Belajar Menurut Para Ahli
VII.1.1. Ciri-Ciri Belajar Menurut Rusman
VII.1.2. Ciri-Ciri Belajar Menurut Djamarah
VII.1.3. Ciri-Ciri Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiyono
VII.1.4. Ciri-Ciri Belajar Menurut Borton dalam Hamalik
VIII. PENYULUHAN SEBAGAI PROSES PENDIDIKAN ORANG DEWASA
VIII.1. Pengertian Pendidikan Orang Dewasa atau Andragogi
VIII.2. Peranan Pendidikan Orang Dewasa Dalam Penyuluhan Pertanian
IX. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR
IX.1. Faktor Internal
IX.2. Faktor Eksternal

X. PERSIAPAN BELAJAR DALAM PENYULUHAN


X.1.

XI. PENENTU KEBERHASILAN BELAJAR


XI.1.

I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang

Banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari


sektor pertanian dalam menopang perekonomian dan memiliki implikasi penting dalam
pembangunan ekonomi kedepan. Untuk membangun pertanian dibutuhkan SDM yang
berkualitas. Lebih dari itu, tersedianya SDM yang berkualitas merupakan modal utama
bagi daerah untuk menjadi pelaku (aktor), penggerak pembangunan di daerah. Karena
itu untuk membangun pertanian kita harus membangun sumber daya manusianya, agar
kemampuan dan kompetensi kerja masyarakat pertanian dapat meningkat, karena
merekalah yang langsung melaksakan segala kegiatan usaha pertanian di lahan
usahanya. Hal ini hanya dapat dibangun melalui proses belajar dan mengajar dengan
mengembangkan sistem pendidikan non formal di luar sekolah secara efektif dan efisien
di antaranya adalah melalui penyuluhan pertanian.
Penyuluhan pertanian sebagai bagian dari sistem pembangunan pertanian
mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan pertanian.
Penyuluhan pertanian adalah upaya membangun kemampuan masyarakat dilakukan
melalui proses pembelajaran petani dengan menerapkan prinsip-prinsip penyuluhan
pertanian secara baik dan benar didukung oleh kegiatan pembangunan pertanian
lainnya. Kegiatan penyuluhan pertanian adalah suatu proses berkesinambungan untuk
menyampaikan informasi serta teknologi yang berguna bagi petani dan keluarganya.
Kegiatan ini diusahakan agar tidak menimbulkan ketergantungan antar petani dan
penyuluh tetapi untuk menciptakan kemandirian petani dalam mengembangkan
kelompok taninya. Selain penyuluh pertanian keberhasilan pembangunan pertanian
sangat ditentukan oleh kemampuan kapasitas sumber daya manusia pertanian sebagai
pelaku pembangunan khususnya petani. Sebagai pelaku pembangunan, petani
diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usaha tani.

Penyuluhan pertanian harus mampu berperan ganda yaitu menjadi guru,


penasehat dan organisator. Bagi seorang penyuluh untuk menjalankan peran gandanya
tersebut bukanlah hal yang mudah dilakukan. Diperlukan kemampuan dalam
menampilkan perannya sesuai dengan penghargaan khalayak sasaran maupun
organisasinya. Dengan begitu kualifikasi peran penyuluh menjadi sesuatu yang tidak
saja penting, tetapi merupakan keharusan dalam mencapai efektifitas penyuluhan
pertanian.
Masyarakat timbuh kebutuhan yang meningkat akan adanya bimbingan dan
penyuluh tenaga yang mampu mengembangkan keterampilan hubungan antar orang
pada umumnya. Penyuluhan yang terlatih denagn baik mempunyai sejumlah metode
yang digunakannya untuk membantu klien. Suatu metode dapat dipandang sebagai
usaha bila memliki persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi. Kemampuan
penyuluh yang efektif berarti kemampuan menggunakan keterampilan-keterampilan
yang benar-benar tepat sesuai dengan tuntutan suasana . Untuk dapat mengajarkan
keterampilan menyuluh, pengajar perlu memiliki tingkat kematangan yang tinggi dan
kemampuan yang manetap dalam mengadakan hubungn antar orang. Dari segi
pribadinya pengajar hendaknya memiliki kepribadian yang hangat,terbuka, menerima
diri sendiri dan mampu mengungkapkan (membuka) diri sendiri
Penyuluhan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan dalam suasana
hubungan tatap muka antara dua orang yang satu oleh karena itu keahliannya membantu
yang lain untuk mampu mengatasi kesulitan yang dihadapinya. Orang yang memberi
bantuan disebut penyuluh dan yang diberi bantuan disebut klien, dan sering dikatakan
bahwa penyuluhan itu alat daripada bimbingan. Dengan kata lain, bimbingan itu
diberikan melalui penyuluhan. Dengan demikian keberhasilan bimbingan banyak
ditentukan bagaimana penyuluhan itu dilakukan. Untuk dapat melakukan penyuluhan
secara lebih terarah, penyuluh dituntut untuk benar-benar menguasai keterampilan dan
pengetahuan dalam melaksanakan penyuluhan.

I.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latae belakang yang penulis uraikan diatas, maka rumusan masalah yang
akan dibahas adalah sebagai berikuit.
1. Apa pengertian belajar?
2. Bagaimana jenis-jenis belajar?
3. Bagaimana cara-cara belajar?
4. Apa prinsip-prinsip belajar?
5. Bagaimana ciri-ciri belajar?
6. Apa faktor-faktor psiologis yang memengaruhi belajar?
7. Hal apa saja yang dipersiapkan dalam penyuluhan?

I.3. Tujuan Penulis


Adapun tujuan penulis berdasarkan rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mampu menjelaskan pengertian belajar
2. Mampu menyebutkan dan menjelaskan jenis-jenis belajar
3. Mengetahui cara-cara belajar
4. Mengetahui prinsip-prinsip belajar
5. Maampu menjelaskan ciri-ciri belajar
6. Mengatahui faktor-faktor psiologis yang memengaruhi belajar
7. Mengetahui persiapan dalam penyuluhan
II. PENDIDIKAN PENYULUHAN

II.1. Pengertian Pendidikan Penyuluhan Secara Etimologi


Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan
sekelompok orang yang diturunkan darisatu generasi kegenerasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan atau penelitian. Pendidikan biasanya sring terjadi dibawah
bimbingan ataupun secara otodidak (belajar sendiri). Etimologi adalah cabang ilmu
linguistik yang mempelajari asal-usul suatu kata.
Penyuluhan adalah turunan dari kata exstension yang dipakai secara luas dan
umum dalam bahasa Indonesia penyuluhan berasal dari kata dasar suluh yang berarti
pemberi terang ditengah kegelapan. Dalam bahasa belanda penyuluhan disebut
Voorlichting yang berarti memberi penerangan untuk menolong seseorang menemukan
jalannya, dalam bahasa inggris dan jerman mengistilahkan penyuluhan sebagai
pemberian saran atau beratung yang berarti seseorang dapat memberikan petunjuk bagi
seseorang tetapi seseorang tersebut yang berhak untuk menentukan pilihannya.
Penyuluhan pertanian secara umum adalah proses pendidikan nonformal yang
diberikan keluarga tani dengan tujuan agar petani dapat memecah masalahnya sendiri
khususnya dalam bidang pertanian dan meningkatkan pendapatannya.
III. TUJUAN BELAJAR

III.1. Pengertian Tujuan Belajar Secara Umum


Tujuan dari belajar adalah terjadi perubahan pada diri seseorang menjadi
lebih baik. Maka dari pernyataan tersebut dapat di jelaskan secara rinci beberapa
tujuan belajar:
1. Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah
laku. Dengan adanya kegiatan belajar maka norma yang dimiliki oleh
seseorang setelah ia melakukan kegiatan belajar akan berubah menjadi lebih
baik.
2. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan dari buruk menjadi baik. Contohnya
seperti merokok jika sudah mengatahui dan mempelajari bahayanya meroko
menjadi tidak merokok.
3. Belajar bertujuan mengubah sikap dari negatif menjadi positif. Contohnya
seorang anak yang tadinya selalu menentang orang tuanya, setelah
mendengar arahan dan belajar akan berubah menjadi lebih baik.
4. Belajar dapat merubah keterampilan.
5. Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.
Pendidikan harus memiliki kesiapan yang baik ketika akan mengajar dan
adanya guna pendekatan,strategi maupun metode agar dalam pembelajaran
peserta didik tidak merasakan suasana yang membosankan.

III.1.1. Ranah Belajar Kognitif


Ranah adalah wilayah kompetensi yang menjadi arah atau tujuan
suatu pembelajaran. Kognitif adalah suatu yang berdasar kepada
pengetahuan faktual yang empiris.
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah
termasuk ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan
kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuaan menghafal,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesiskan dan
kemampuan mengepaluasi. Dalam ranah kognitif terdapat enam aspek:
1. Pengetahuan (knowledge)
Kemampuan seseorang untuk mengingat-ngingat (recall) atau
mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus,dan lain
sebagainya.
Contoh : Mendeskripsikan sesuatu
2. Pemahaman (comprehension)
Kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu
setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain,
memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya
dari berbagai segi.
Contoh : Mengungkapkan gagasan dan pendapat dengan kata-kata
3. Penerapan (application)
Kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-
ide umum, tatac cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip,
rumus-rumus, teori-teori dan lain sebagainya.
Contoh: Menghitung kebutuhan, melakukan percobaan, membuat
peta, membuat model, merancang strategi.
4. Analisis (analysis)
Kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan
atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu
memahami hubungan antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang
satu dengan faktor-faktor lainnya.
Contoh: Mengidentifikasi faktor penyebab, merumuskan masalah,
mengajukan pertanyaan untuk mencari informasi.
5. Sintesis (syntesis)
Kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir
analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang menmadukan bagian-
bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi
suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru. Sintesis
kedudukannya setingkat lebih tinggi dari pada analisis.
Contoh : Membuat desain, Menemukan solsi masalah, menciptakan
produksi baru
6. Penilaian (evaluation)
Kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu
kondisi, nilai atau ide.
Contoh: Mempertahankan pendapat, membahas suatu kasus, memilih
solusi yang lebih baik, menulis laporan.

III.1.2. Ranah Belajar Afektif


Ranah adalah wilayah kompetensi yang menjadi arah atau tujuan
suatu pembelajaran. Afektif adalah kegiatan belajar yang berkenaan
dengan perasaan dalam arti memengaruhi keadaan perasaan dan emosi.
Ranah afektif adalah ranah yang paling berkaitan dengan sikap
dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan,
minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah afektif agar menjadi lebih rinci
dibagi menjadi lima jenjang:
1. Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan)
Kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar
yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala
dan lain-lain. Receiving juga sering di artikan sebagai kemauan untuk
memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek.
2. Responding (menanggapi)
Kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan
dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi
terhadap salah satu.
3. Valuing (menilai/ menghargai)
Dalam proses belajar mengajar tidak hanya menerima nilai,tetapi
harus bisa menilai dari apa yang disampaikan orang lain.
4. Organization ( mengataur/mengorganisasikan)
Mengatur atau mengorganisasikan yaitu mempertemukan nilai nilai
yang berbeda menjadi satu nilai yang baru dan dimasukan ke suatu
organisasi.
5. Characterization by evalue or calue complex ( karakteristik dengan
suatu nilai atau komlek nilai)
Keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang
yang memengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses
internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu
hirarki nilai.
III.1.3. Ranah Bealajar Psikomotorik
Ranah adalah wilayah kompetensi yang menjadi arah atau tujuan
suatu pembelajaran. Psikomotorik adalah berhubungan dengan aktivitas
fisik yang berkaitan dengan proses mental dan psikologis.
Ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan atau skil setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Ranah psikomotorik adalah ranah yang berhubungan dengan
fisik, misalnya lari, melompat, dan lain sebagainya. Belajar psikomotorik
dapat dibedakan menjadi lima tahap yaitu:
1. Imitasi
Kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama persis
dengan yang dilat atau diperhatikan sebelumnya.
Contoh: Seorang petani melihat cara menanam cabai agar
mendapatkan hasil yang bagus, setelah melihat petani tersebut
mengikuti semua langkah-langkahnya.
2. Manipulasi
Kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah
dilihat tetapi berdasakan pada pedoman atau petunjuk saja.
Contoh: Menanam benih cabai hanya dengan mengikuti petunjuk
yang ada pada kemasan.
3. Kemampuan tingkat presisi
Kemampuan melakukan kegiatan yang kompleks dan tepat sehingga
hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh.
Contoh: Petani menanam cabai dengan hasil sesuai harapan.
4. Kemampuan pada tingkat artikulasi
Kemampuan melakukan kegiatan yang kompleks dan tepat sehingga
hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh.

5. Kemampuan pada tingkat naturalisasi


Kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang
melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi.

III.2. Pengertian Tujuan Belajar Menurut Para Ahli


1. Menurut Nunuk Suryani dan Leo Agung (2012:39)., “tujuan belajar
adalah komponen pertama yang harus ditetapkan dalam proses
pembelajaran karena berfungsi sebagai indikator keberhasilan
pembelajaran”.
2. Menurut Omar Hamalik (2015:85)., “tujuan belajar adalah perangkat
hasil yang hendak dicapai setelah melakukan kegiatan belajar”.
3. Menurut Agus Suprijono (2013:5)., “tujuan belajar yang eksplisit
diusahakan untuk dicapai dengan tindakan intruksional, lazim
dinamakan instruksional affects, yang biasa berbentuk pengetahuan
dan keterampilan.
4. Menurut Sadirman (2011:26-28)., Secara umum ada tiga tujuan
belajar yaitu:
1. Memperoleh pengetahuan, belajar bertujuan memperoleh
pengetahuan baru. Dengan memperoleh pengetahuan baru,
kemampuan berfikir seseorang akan meningkat.
2. Menanamkan konsep dan keterampilan, belajar akan
menanamkan konsep dan keterampilan baik jasmani maupun
rohani. Keterampilan jasmani misalnya termasuk kemampuan
dalam penampilan dan gerakan ynag diamati. Keterampilan
rohani berhubungn dengan penghayatan, cara berpikir, dan
kreativitas dalam menyelesaikan masalah atau membuat suatu
konsep.
3. Membentuk sikap, belajar akan membentuk sikap mental
seseorang. Ini ditandai dengan munculnya kesadaran dari
individu tersebut.
IV. PRINSIP BELAJAR

IV.1. Definisi Pengertian Prinsip Belajar


Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum
maupun individual yang dijadikan oleh seseorang atau kelompok sebagai sebuah
pedoman untuk berfikir atua bertindak. Belajar adalah perubahan relatif
permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman
atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukan perubahan perilakunya.
Prinsip belajar adalah suatu hubungan yang terjadi antara dua orang atau
lebih agar mendapat motivasi belajar yang berguna bagi dirinya sendiri. Prinsip
belajar juga dapat digunakan sebagai landasan berfikir,landasan berpijak, dan
sumber motivasi agar proses belajar dan pembelajaran dapat berjalan dengan
baik.

IV.2. Prinsip – Prinsip Belajar


Ada beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat dipakay
sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, yang baik untuk meningkatkan upaya
belajarnya .
1. Prinsip kesiapan
Prinsip kesiapan adalah proses yang dipengaruhi kesiapan dalam menerima
suatu ilmu.
2. Prinsip Motivasi
Prinsip motivasi adalah suatu kondisi atau keadaan untuk mengatur arah
kegiatan agar tersusun dengan baik. Dalam belajar motivasi sangat
dibutuhkan karena tanpa adanya motivasi mungkin saja tidak ada rasa ingin
tau yang kuat atau lebih.
3. Prinsip Persepsi
Prinsip persepsi adalah interpertasi tentang situasi yang hidup dan
dipengaruhui oleh perilaku individu itu sendiri. Setiap individu dapat melihat
dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain.
4. Prinsip Tujuan
Prinsip tujuan adalah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh setiap
individu. Tujuan ini harus lebih jelas tergambar dalam pikiran dan dapat
diterima oleh setiap orang dalam proses pembelajaran itu terjadi.
5. Prinsip Transfer dan Retensi
Belajar akan dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan
menerapkan hasil belajar dalam situasi baru dan pada akhirnya dapat
digunakan dalam situasi yang lain, proses ini merupakan pronses transfer.
Sedangkan yang dimaksud dengan retensi adalah kemampuan seseorang
unggunakan hasil belajar.
6. Prinsip Belajar Kognitif
Belajar kognitip mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep,
penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah, membentuk
perilaku baru, berpikir, menalar, menilai da berimajinasi.
7. Prinsip Belajar Afektif
Belajar afektif mencakup beberapa unsur yaitu nilai emosi, dorongan, minat,
dan sikpa. Prinsip belajar afektif seseorang akan menemukan bagaimana ia
menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru.
8. Prinsip Belajar Psikomotorik
Proses belajar psikomotorik individu menentukan bagaimana ia mampu
mengendalikan aktifitas ragawinya. Belajar psikomotorik mengandung aspek
mental dan fisik.
9. Prinsip Belajar Evaluasi
Belajar evaluasi dapat memengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya
pelaksanaan pelatihan evaluasi memungkinkan bagi individu untk menguji
kemajuan dalam pencapaian tujuan.
V. JENIS – JENIS BELAJAR

V.1. Belajar Rasinonal

Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir


secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya adalah untuk
memperoleh aneka ragama kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-
konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah.
Dengan belajar rasional, diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving,
yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan
strategi akal sehat, logis, dan sistematis. Bidang-bidang studi yang dapat digunakan
sebagai sarana belajar rasional sama dengan bidang-bidang studi untuk belajar
pemecahan masalah. Perbedaannya, belajar rasional tidak memberi tekanan khusus
pada penggunaan bidang studi eksakta. Artinya, bidang-bidang studi noneksakta pun
dapat memberi efek yang sama dengan bidang studi eksakta dalam belajar rasional.
Jadi intinya belajar rasional yaitu belajar dengan secara logis berdasarkan
faktanya (sesuai dengan akal sehat), kita harus mengasah kepekaan kita
terhadapsegala sesuatu yang terjadi. Dalam pertanian belajar rasional itu penting
karena petani harus berpikir secara logis agar mendapatkan hasil yang baik.

V.2. Belajar Abstrak


Belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak.
Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah
yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang
kuat di samping penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam
jenis ini misalnya belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi dan juga sebagian
materi bidang studi agama seperti tauhid.
Belajar abstrak juga harus di kuasai oleh seorang petani untuk mengeatasi hal
yang belum terjadi, untuk berjaga jaga agar jika terjadi sesuatu sudah ada antisipasi
untuk menanggulanginya.

V.3. Belajar Keterampilan


Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan
motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot
(neuromuscular). Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan
jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan-latihan intensif dan teratur amat
diperlukan. Termasuk belajar jenis ini misalnya belajar olahraga, musik, menari,
melukis, memperbaiki benda-benda elektronik, dan juga sebagian materi pelajaran
agama seperti ibadah shalat dan haji.
Dalam Pertanian juga kita diharuskan aktif bergerak dan juga harus
mempunyai keterampilan yang khusus untuk memeliki mutu yang lebih tinggi dari
orang lain.
V.4. Belajar Sosial
Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan
teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk
menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial
seperti masalah keluarga, persahabatan, kelompok, dan masalah-masalah lain yang
bersifat kemasyarakatan. Selain itu belajar sosial juga bertujuan untuk mengatur
dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan memberi peluang kepada orang
lain atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya secara berimbang dan
proporsional. Bidang-bidang studi yang termasuk bahan pelajaran sosial antara lain
pelajaran agama dan pendidikan moral.
Dalam Pertanian juga belajar ini sangat di perlukan karena jika terjadi
perselisihan antar petani atau kelompok tani bisa terjadi perdamaian dengan cara
memahami masalah dan mencari solusi untuk masalah tersebut.

V.5. Belajar Pemecahan Masalah


Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan
metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti.
Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk
memecahkan masalah rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam
menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta insight (tilikan akal)
amat diperlukan. Dalam hal ini hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana
belajar pemecahan masalah. 

V.6. Belajar Apresiasi


Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgement) arti penting
atau nilai suatu objek. Tujuannya agar siswa memperoleh dan mengembangkan
kecakapan ranah rasa (affective skill), yaitu kemampuan untuk menghargai secara
tepat terhadap nilai objek tertentu.
Dalam pertanian belajar apresiasi juga termasuk penting karena kita harus bisa
mempertimbangkan dan memberi penilai terhadap sesuatu permasalahan yang kita
temui.
V.7. Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan (studi) adalah belajar dengan cara melakukan
penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat
diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran
dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen. Tujuan belajar pengetahuan
ialah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap
pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam
mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian
lapangan.
Dalam bidang pertanian belajar pengetahuan di perlukan karena jika tidak ada
pengetahuan apa yang akan di kerjakan oleh petani. Dengan adanya belajar ini petani
menjadi tau dan bereksperimen secara langsung dan mengatahui hal apa yang terjadi.

VI. CARA-CARA BELAJAR


VII. CIRI-CIRI BELAJAR

VII.1. Ciri-Ciri Belajar Menurut Para Ahli


Belajar merupakan suatu proses dimana seseorang mengalami perubahan
tingkah laku, yang terjadi akibat dari adanya interaksi antara individu dengan
individu dan individu dengan lingkungan.

VII.1.1. Ciri-Ciri Belajar Menurut Rusman


1. Perubahan yang didasari dengan sengaja (intensional)
Ciri itu menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku, baik
yang disadari atau yang disengaja oleh individu tersebut. dia pun
menyadari hasil dari perubahan itu, individu tersebut memahami bahwa
telah terjadi peningkatan pengetahuan atau keterampilan dari hasil
belajar.
2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinue)
Perubahan yang berkesinambungan artinya adanya perubahan yang
terjadi pada individu, dan merupakan perubahan keterlanjutan dari
keterampilan, serta pengetahuan yang sudah ia miliki sebelumnya.
3. Perubahan yang fungsional
Hasil dari perubahan belajar merupakan perubahan yang fungsional,
maksudnya hasil dari perubahan itu memang berguna. Hasil dari
perubahan tersebut bisa dimanfaatkan untuk kepentingan di masa
sekarang, atau masa yang akan datang.
4. Perubahan yang positif
Belajar merupakan terjadinya perubahan pada seorang individu,
perubahan itu tentu harus ke arah yang positif atau ke arah kebaikan. Bila
sebaliknya maka hal itu bukan disebut belajar.

5. Perubahan yang sifatnya aktif


Artinya bahwa perubahan yang terjadi pada individu akibat belajar,
didapatkan dari kegiatan yang aktif pada individu tersebut dalam
memperoleh hasil dari perubahan itu sendiri.
6. Perubahan yang sifatnya permanen
Hasil belajar adalah hasil yang permanen. Sehingga seseorang disebut
belajar bila ia mendapatkan perubahan tingkah laku, yang sifatnya
permanen atau dapat bertahan lama.
7. Perubahan yang terjadi memiliki arah dan tujuan
Seseorang akan dikatakan belajar saat ia sadar, termasuk bila sadar dan
memiliki tujuan. Sehingga belajar juga harus terarah dalam meraih suatu
tujuan.
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan
Artinya bahwa hasil dari belajar akan memengaruhi perubahan secara
keseluruhan pada individu. Tak hanya pengetahuan yang berubah, tapi
juga keterampilan dalam sikapnya.

VII.1.2. Ciri-Ciri Belajar Menurut Djamarah


1. Perubahan yang terjadi dengan sadar.
2. Perubahan di dalam belajar yang sifatnya fungsional.
3. Perubahan di dalam belajar yang sifatnya positif dan aktif.
4. Perubahan di dalam belajar yang sifatnya sementara.
5. Perubahan di dalam belajar dengan tujuan dan arah.
6. Perubahan yang mencakup seluruh aspek di dalam tingkah laku.

VII.1.3. Ciri-Ciri Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiyono


1. Pelaku : pelaku belajar adalah siswa yang bertindak untuk belajar
atau seorang pembelajar.
2. Tujuan : tujuan dari belajar adalah untuk mendapatkan hasil belajar
dan juga pengalaman hidup.
3. Proses : proses belajar asalnya dari internal atau dari dalam diri
individu.
4. Tempat : tempat individu untuk belajar sembarang alias di mana saja.
5. Lamanya waktu : waktu individu dalam belajar yaitu sepanjang hayat
atau sampai kapanpun.
6. Syarat terjadi : syarat terjadinya belajar adalah adanya motivasi untuk
belajar.
7. Ukuran keberhasilan : tindakan belajar bisa disebut berhasil bila
dapat memecahkan suatu masalah.
8. Faedah : kegunaan belajar bagi seorang pembelajar yaitu dengan
meningkatkan martabat pribadi.
9. Hasil : hasil dari belajar sebagai dampak dari pengajaran dan
pengiring.

VII.1.4. Ciri-Ciri Belajar Menurut Borton dalam Hamalik


Borton sudah menjelaskan sebelumnya bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku, dari diri individu berkat adanya interaksi diantara individu
dengan individu dan individu dengan lingkungannya. Sehingga mereka
bisa berinteraksi dengan lingkungannya. Ciri-ciri belajar menurut Borton
yaitu :
1. Proses belajar: Yaitu pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui.
2. Proses yang melalui beragam pengalaman dan mata pelajaran yang
terpusat pada satu tujuan tertentu.
3. Pengalaman belajar dengan cara maksimal dan bermakna bagi
kehidupan setiap murid.
4. Pengalaman belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid
itu sendiri, yang mendorong motivasi yang sifatnya kontinu.
5. Proses dan hasil belajar dengan cara materiil dipengaruhi oleh
perbedaan individual di kalangan para murid.
6. Proses belajar dan hasilnya disyarati oleh hereditas serta lingkungan.
7. Proses belajar berlangsung dengan cara yang efektif jila pengalaman
dan hasil yang diinginkan sesuai dengan kematangan murid.
8. Proses belajar yang terbaik jika murid mengetahui status dan juga
kemajuan.
9. Proses belajar adalah kesatuan yang fungsional dari berbagai
prosedur.
10. Hasil belajar dengan cara fungsional yang bertalian satu sama lain,
namun dapat didiskusikan dengan cara terpisah.
11. Proses belajar berlangsung dengan cara yang efektif di bawah
bimbingan yang merangsang, dan membimbing tanpa ada tekanan
dan paksaan.
12. Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan.
13. Hasil belajar dilengkapi dengan serangkaian pengalaman yang bisa
disamakan dan dengan pertimbangan yang baik.
14. Hasil belajar dapat diterima oleh murid jika memberi kepuasan pada
kebutuhannya serta berguna dan memberi makna.
15. Hasil belajar tersebut lambat laun disatukan menjadi kepribadian
dengan kecepatan yang berbeda-beda.
16. Hasil belajar yang sudah dicapai adalah yang sifatnya kompleks, dan
bisa berubah-ubah. Sehingga tidak sederhana dan statis.

VIII. PENYULUHAN SEBAGAI PROSES PENDIDIKAN ORANG DEWASA

VIII.1.  Pengertian Pendidikan Orang Dewasa atau Andragogi


Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno: “aner”, dengan akar kata
andr, yang berarti orang dewasa, dan agogus yang berarti membimbing atau
membina. andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni
mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang
sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam
andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan
belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan
merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered
Training/Teaching).
Pendidikan dewasa adalah suatu proses yang menumbuhkan keinginan
untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang hidup. Bagi orang
dewasa belajar berhubungan dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk
bertanya dan mencari jawabannya ( Pannen dalam Supriantono, 2008).
Orang dewasa sendiri dapat didefenisikan dalam tiga aspek yaitu :
1. Biologis → seseorang dikatakan dewasa apabila telah mampu melakukan
reproduksi.
2. Psikologis → seseorang dikatakan dewasa apabila telah memiliki tanggung
jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil.
3. Sosiologis → seseorang dikatakan dewasa apabila telah mampu melakukan
peran-peran sosial yang biasanya dibebankan kepadanya.
Pendidikan Orang Dewasa adalah suatu proses dimana orang-orang yang
sudah memiliki peran sosial sebagai orang dewasa melakukan aktivitas belajar
yang sistematik dan berkelanjutan dengan tujuan untuk membuat perubahan
dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai, dan keterampilan.

VIII.2.  Peranan Pendidikan Orang Dewasa Dalam Penyuluhan


Pertanian
Pendidikan orang dewasa dengan penyuluhan pertanian sangat berkaitan
erat terutama bagi penyuluh dalam menentukan metode apa yang akan
digunakan dalam memberikan penyuluhan kepada kelompok tani atau sasaran
lainnya.
Dalam menentukan metode penyuluhan, seorang penyuluh harus mampu
memahami prinsip – prinsip belajar orang dewasa seperti :
1. Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila metode pembelajaran yang
diberikan menarik.
2. Orang dewasa akan belajar dengan giat apabila dosen/tenaga pengajarnya
menarik
3. Orang dewasa akan belajar dengan baik apabila suasana ruang belajar sesuai
dengan suasana hatinya .
4. Orang dewasa akan belajar dengan tekun apabila selalu mendapat support
dari keluarga dan orang – orang disekitarnya
5. Orang dewasa akan belajar dengan giat apabila fasilitas ruang belajar
memadai.

Keberhasilan seorang penyuluh dalam menyampaikan inovasi baru juga


ditentukan dari bagaimana penyuluh tersebut dapat memahami factor
penghambat dan pendukung proses pembelajaran orang dewasa. Factor – factor
ini sangat dibutuhkan oleh seorang penyuluh agar penyuluhannya mampu untuk
menarik perhatian petani, yang nantinya akan diterapkan dan dapat bermanfaat
bagi petani.

Adapun faktor – faktor pendukung orang dewasa dalam belajar yaitu :


1. Motivasi
Seorang penyuluh harus mau dan mampu untuk memberikan motivasi
kepada sasaran agar usahataninya dapat meningkat. Dengan memberikan
motivasi, sasaran akan lebih tertarik kepada kita dan mau untuk menerima
inovasi yang akan diberikan. Tentunya motivasi yang diberikan harus
berhubungan dengan cara mneingkatkan kesejahteraannya.
2. Rasa keingintahuan yang tinggi
Orang dewasa selalu merasa kekurangan ilmu sehingga selalu timbul
dalam dirinya untuk selalu mau tahu apa saja yang dapat berguna bagi
kehidupannya.
3. Keinginan untuk memperbaiki hidup
Orang dewasa akan selalu ingin agar kehidupannya dan keluarganya
menjadi lebih baik. Factor inilah yang harus dipahami seorang penyuluh bahwa
sasaran akan tertarik pada penyuluhan yang diberikan jika inovasi yang
diberikan dapat memperbaiki hidup sasaran.
Factor – faktor penghambat keberhasilan orang dewasa belajar yaitu :
1. Kondisi fisik
Kondisi orang dewasa dan implikasinya dalam mengikuti pendidikan di
pengaruhi oleh kondisi fisik (karena kondisi fisik orang dewasa sedikit
mengalami kemunduran). Kondisi fisik orang dewasa merupakan hambatan
dalam proses belajar baik di dalam kelas/ luar. Makanya pendekatan yang perlu
ditumbuhkan dalam proses belajar orang dewasa yaitu dengan mengurangi
waktu belajar.
2. Psikologis
Orang dewasa sudah memiliki banyak tanggung jawab terutama
keluarga. Terkadang adanya masalah keluarga yang dihadapi orang dewasa akan
menghambat proses pembelajaran. Makanya pendekatan yang perlu
ditumbuhkan dalam proses belajar orang dewasa yaitu dengan menyediakan
fasilitas yang memadai dan sesuai dengan kondisi atau perasaan orang dewasa.
3. Ekonomi
Tidak sedikit orang dewasa yang tidak mau untuk mengikuti pendidikan
dengan alasan kondisi ekonomi. Jika keadaan ekonominya hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari – hari atau belum cukup, maka orang dewasa lebih
memilih untuk tidak mengikuti pendidikan terutama yang formal. Maka
pendekatan yang perlu ditumbuhkan dalam proses belajar orang dewasa yaitu
dengan pendidikan nonformal tanpa membebankan biaya.
4. Budaya
Budaya juga mempengaruhi orang dewasa dalam belajar. Jika orang
dewasa ditempatkan belajar pada daerah yang memiliki budaya yang tidak sama
dengan asalnya, maka akan menghambat proses pembelajarannya, perlu waktu
baginya untuk beradaptasi dengan budaya yang baru.

IX. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR


IX.1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu
dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi
faktor fisiologis dan psikologis.
https://pendidikanjasmani13.blogspot.com/2013/05/makalah-faktor-faktor-
psikologi-dalam_15.html
https://abusulaiman21.wordpress.com/2016/08/18/peranan-pendidikan-orang-
dewasa-dalam-penyuluhan-pertanian/
https://tutorialbahasainggris.co.id/ciri-ciri-belajar-dan-hasil-belajar-menurut-
para-ahli-lengkap/

Anda mungkin juga menyukai