BAB I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
A. Tujuan magang kerja secara umum adalah :
1. Melatih mahasiswa di lapangan untuk aspek pertanian, perkebunan atau
manajemen lingkungan yang tidak tercakup dalam proses perkuliahan.
2. Memberi kesempatan mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman kerja
sektor pertanian yang relevan dengan profesi yang akan diembannya di
masyarakat.
3. Memberikan pengalaman bekerja mahasiswa di lingkungan professional
pertanian atau agribisnis.
Bentuk fisik tanaman tebu dicirikan oleh adanya bulu-bulu dan duri
sekitar pelepah dan helai daun. Banyak bulu dan duri beragam tergantung
varietas. Jika disentuh akan menyebabkan rasa gatal. Kondisi ini kadang
menjadi slah satu penyebab kurang berminatya petani berbudidaya tebu jika
masih ada alternatif lain. Tinggi tanaman bervariasi tergantung daya dukung
lingkungan dan varietas, antara 2,5-4 meter dengan diameter tebatang antara
2-4 (Anonymousc , 2002)
2.2.1 Akar
mengabsorpsi unsur-unsur hara. Akar tebu tidak tahan dengan genangan air
yang dapat mengakibatkan busukya akar (Setyamidjaja dan Azharni, 1992)
2.2.2 Batang
Batang tebu berdiri lurus, terdiri dari ruas-ruas yang dibatasi dengan
buku-buku. Pada tiap buku terdapat mata tunas. Dalam pertumbuhan batang
tebu tidak bertambah besar, hanya bertambahn tinggi. Tinggi batang tebu
berkisar antara 2-3 meter. Diatas tempat duduk mata terdapat lingkaran akar
2-3 baris yang dapat mengeluarkan akar jika tertutup tanah (waktu ditanam
sebagai bibit pucuk). Di atas lingkaran akar tedapat bagian yang agak lunak
yang dinamankan lingkaran tumbuh. Jika batang rebahkarena angin kencang,
maka mata bagian bawah memanjang sehingga batang tebu dapat berdiri
kembali (Notojoewono, 1983)
2.2.3 Daun
Daun tebu merupakan daun tidak lengkap, karena hanya terdiri dari
pelepah dan helaian daun, tanpa tangkai daun. Daun berpangkal pada buku
batang dengan kedudukan yang berseling. Pelepah memeluk batang, makin
ke atas makin sempit. Pada pelepah terdapat bulu-bulu dan telinga daun.
Pertulangan daun sejajar. Helai daun berbentuk garis yang panjangnya 1-2
meter dan lebarnya 4-7 meter, dengan pucuk meruncing. Pada helai daun
terdapat tulang daun yang sejajar dan ditengah terdapat tulang tengah yang
berwarna putih dan berbentuk tulang yang berhenti pada sendi daun. Tepi
helai daun bergerigi dan ada kalanya berbulu tajam (Notojoewono, 1983)
2.2.4 Bunga
kecil ini terdiri dari tandan bunga yakni (3 helai daun kelopak dan 1 helai
daun tajuk bunga), 3 benang sari dan 1 bakal buah, dengan kepala putik yang
berbentuk bulu-bulu dan pekat pada bunga yang masak. Penyerbukan bunga
tebu terjadi dengan bantuan angin sehingga bisa terjadi penyerbukan sandiri
atau penyerbukan silang (Notojoewono, 1983).
Mata tunas pada lingkaran akar, tunas ini berselang-seling dikiri dan
dikanan pada lingkaran akar tersebut, serta bagian tunas ini sealuruhnya
dilindungi oleh kuncup telur yang dapat dipakai sebagai tanda pengenal jenis
tebu. Menurut Tranggono dan Widayarto (1986) mata tunas adalah embrio
tanaman tebu. Mata tunas memiliki berbagai macam bentuk yaitu meruncing,
oval, bulat telur terbalik, pentagonal, empat persegi panjang, dan paruh
burung.
2.3.1 Iklim
rendemen pada tanaman tebu akan terganggu dan pasti kadar tingkat
rendemen didalam tebu akan rendah (Indrawanto et al, 2010)
2.3.4 Suhu
2.3.5 Angin
Dilihat dari jenis tanah, tanaman tebu dapat tumbuh baik pada berbagai
jenis tanah seperti alluvial, grumosol, latosol, dan reusol dengan ketinggian
antar 0-1400 m diatas permukaan laut. Akan tetapi lahan yang paling sesuai
adalah kurang dari 500 m diatas permukaan laut. Sedangkan pada ketinggian
lebih dari 1.200 m diatas permukaan laut pertumbuhan tanaman relativ
lambat. Kemiringan lahan sebaiknya kurang dari 8%, meskipun pada
kemiringan sampai 10% dapat juga digunakan untuk areal yang dilokalisir.
Kondisi lahan terbaik untuk ebu adalah berlereng panjang, rata dan melandai
sampai 2% apabila tanahnya ringan dan sampai 5% apabila tanhanya lebih
berat (Indrawanto et al, 2010).
2.3.6 Tanah
apabila lapisan tanah atasnya tipis maka pengolahan tanah harus dalam.
Demikian pula apabila ditemukan lapisan kedap air, lapisan ini harus dipecah
agar sistem aerasi, air tanah dan perakaran tanaman berkembang dengan baik
(Indrawanto et al, 2010)
pangkal dan memacu pembentukan tunas), air, dan fosfat di dalam tanah.
Pembentukan tunas berlagsung pada saat tebu berumur antara 1,5-4 bulan,
jumlah anakan serta lamanya pembentukan tunas tergantung pada sifat
varietas tebu. Untuk membatasi keluarnya tunas tebu yang kuat dan produktif
maka stek tebu perlu diberi tanah. Hambatan pembentukan tunas akan
berpengaruh terhadap umur batang yang pada gilirannya akan berpengaruh
pada keseragaman kemasakan batang-batang tebu waktu penen (Windiharto,
1991)
c. Fase pemanjangan batang
Pemanjangan batang tebu terjadi setelah rumpun-rumpun tebu terbentuk
dan salah setelah timbul persaingan diantara tunas-tunas tebu. Pertambahan
panjang mulai terlihat pada umur 2.5-3 bulan dan berakhir setelah tebu mulai
kekurangan air di awal musim kemarau. Selanjutnya persaingan tanaman dan
gulma sangat ditentukan oleh jangka waktu dan lama persaingan. Stadia bibit
merupakan periode kritis terjadinya persaingan. Tebu masa bibit lebih peka
terhadap persaingan dengan gulma dibanding tebu dewasa. Semakin tua umur
tebu makin tahan dan kuat terhadap persaingan. Oleh karena itu,
pengendalian gulma pada stadia bibit merupakan waktu yang terbaik. Gulma
di lahan pertanian tidak harus dikendalikan (dari awal hingga panen).
Pengendalian harus dilakukan pada waktu yang tepat karena hal ini dapat
menghemat waktu dan tenaga (Sukman dan Yakup, 1991)
d. Fase Pemasakan
Fase pemasakan ditandai dengan pengisian batang tebu oleh sukrosa
dimulai pada saat pertumbuhan vegetatifnya berkurang. Salah satu
permasalahan yang sering timbul ialah penurunan rendemen yang mencolok
yaitu diduga akibat tidak optimalnya pertumbuhan akar diawal
pertumbuhannya akibat persaingan dengan gulma (Windiharto, 1991)
12
2.5.2 Pembibitan
Standar bibit berkualitas menurut Sastrowijono (1997) adalah bibit atau
bagal dengan pertumbuhan normal berdaya kecambah tinggi (>90%),
berpotensi produksi/ penangkaran tinggi, bebas hama dan [enyakit, benar
varietasnya dan murni. Sedangkan menurut Marjayanti dan Pudjiarso (2007)
standar bibit berkualitas ialah dari varietas tebu unggul yang memiliki petonsi
produksi tinggi, bebas hama dan penyakit, pertumbuhan normal dan segar
(bagal panjang ruas 15-23 cm, diamater , mata dorman), daya kecambah
>90% biasanya doperoleh pada umur 6-8 bulan.
13
b) Bibit ceblok
Bibit yang terdiri atas beberapa ruas, antar 608 ruas. Sebelum ditanami,
lubang-lubang tanaman dapat dipakai untuk menanam bibit ceblok. Tanah di
dalam lubang tanaman dihaluskan dan disirami, bibit ditanam secara merapat.
Satu lubang tanaman dapat ditanam dua baris atau lebih. Bibit cebolokan
diambil ketika berumur 3-4 minggu (Sutardjo, 1994).
5. Bibit-bibit lain
a) Bibit sogolan/ bung
Bibit sogolan (bung) sering dipakai untuk keperluan penyulaman. Bibit
ini kurang bak mutunya, karena matanya kurang kuat (Sutardjo, 1994)
b) Bibit seblangan
Bibit seblangan diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk
mecukupi penyulaman. Bibit ini diambil dari bibit rayungan 2 yang telah
berumur 16-18 hari. Pengambilannya dengan cara menyeblang
(memisahkan). Pemisahan ini harus hati-hati, jangan sampai merusak
tanaman, dari 2 mata hanya satu mata saja yang diambil (Sutardjo, 1994)
1. Bibit dongkelan
Bibit diambil dari anakan tanaman yang telah tua, yaitu anakan (tunas)
yang tumbuh dari bekas tebu yang telah ditebang (Sutardjo, 1994)
2. Bibit siwilan
Tanaman yang sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati, maka keluarlah
tunas yang disebut siwilan. Siwilan ini dapat dipergunakan juga sebagai bibit
sulaman, perawatannya seperti bibit rayungan (Sutardjo, 1994)
2.4.3 Penanaman
Jenis tebu yang akan ditanam adalah jenis tebu yang hasil produksinya
tinggi dan sesuai dengan jenis tanah kebun. Bibit stek (potongan tebu) harus
ditanam berimpitan agarmendapatkan jumlah anakan semaksimal mungkin.
Hal ini dapat mencegah banyaknya tanaman sulaman, karena sulaman dapta
diambil dari tanaman yang telah tumbuh dan dari persediaan bibit yang
15
2.4.4 Pemeliharaan
1. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk memberikan nutrisi tambahan pada
tanaaman yang tidak didapatkan tanaman dari tanah. hal ini dilakukan untuk
mengoptimalkan produktivitas tanaman baik secara kualitas maupun
kuantitas. Dalam penanaman tebu harus dilakukan pemupukan yang
berimbang, pupuk yang dipergunakan ialah pupuk NPK dengan dosis dan
waktu yang sesuai dengan kebutuhan tanaman (Anonymouse, 2002).
Windiharto (1991) menyatakan bahwa agar tanaman tebu dapat tumbuh
subur, juga dperlukan adanya pemupukan Silikat pada tanaman tebu. Pupuk
Silikat ini dapat berupa terak Silikat. Silikat bagi tanaman tebu berperan
dalam meningkatkan efisiensi fotosintesis, menginduksi ketahanan terhadap
cekaman biotik dan abiotik seperti hama dan penyakit., keracunan Al, Mn,
dan Fe, mwningkatkan ketersediaan P, serta memperbaiki efesiensi
penggunaan air.
2. Pengairan
Air banyak digunakan pada pertumbuhan awal sampai berumur 4-5
bulan. Semakin tua tanaman tebu semakin sedikit air yang dibutuhkan.
Pemberian air pertama diberikan menjelang dan sesudah tanam. Setelah itu
penyiraman dilakukan 3 hari sekali sampai tanaman berumur 2 minggu. Saat
16
ruas-ruas tebu benar-benar bersih dari daduk (daun kering tebu), sehingga
akar-akar baru akan segera tumbuh dari ruas-ruas yang paling bawah bila
mendapat tambahan tanah. pengklentekan kedua dilakukan ketika tebu
berumur 6-7 bulan. Daun-daun yang dilepaskan adalah daun dari 7-9 ruas di
atas guludan sampai batas daun-daun hijau. Tidak boleh mengklentek daun-
daun yang hijau, karena akan mengenggu pertumbuhan tebu. Tiak boleh
mengklentek dengan pisau/ arit, sebab dapat merusak batang-batang tebu.
Selain itu, pengklentekan kurang bersih karena masih tersisa ros-ros. Setelah
batang tebu/ rumpun tebu diklentek, sinar matahari dapat masuk ke sela-sela
rumpun. Ini berarti mempercepat proses pengolahan glukosa-sakarosa
didalam batang tebu. Ini berarti harapan meningkatnya rendemen tebu/
produksi kristal (Sutardjo, 1994)
7. Penyiangan
Pembersihan gulma atau tanaman pengganggu dilakukan dengan tenaga
manusia atau bahan kimia. Bahan kimia digunakan bila kekurangan tenaga
kerja. Dengan tenaga manusia, pembersihan dilkaukan 4 kali degan selang
waktu 3 minggu setelah tanam. Sampai umur 4 bulan, lahan harus bebas
gulma. Maksudnya agar tidak terjadi persaingan antara tanaman tebu dengan
gulma dalam mencari makan (Indriani dan Sumarsih, 1992)
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara manual, mekanis
(menggunakan alat) dan kimiawi (menggunkan herbisida). Pemberantasan
gulma dapat dialkukan dengan cara: (1) pemberantasan gulma yang
berkembang melalui biji, dilakukan pada saat gulma belum berbunga. (2)
pemberantasan gulma yang berkembang melalui umbi, dilakukan dengan
memberantasa atau mengambil umbinya. (3) pemberantasan gulma yang
berkembang gulma yang berkembang dengan akar, dilakukan dengan cara
membongkar semua akarnya. Pengendalian mekanis dengan cara penyiangan
tangan dilakukan sebanyak 3 sampai 4 kali. Pengendalian dilakukan setiap 3
minggu sekali sampai saatnya tajuk tebu menutup tanah. Sedangkan
pengendalian gulma secara kimiawi yangdilakukan dengan penyemprotan
herbisida dilakukan sebanyak 7 kali pada 3-7 HST. Jenis gulma yang sering
18
ada dan sangat merugikan ialah rumputu teki (Cyperus rotundus), grinting
(Cyniodon dactylon), dan tuton (Echinochloa colona) (Djatmiko, 1993).
Penyiangan untuk tanaman tebu tidak hanya pembersihan gulma, tetapi
juga pengelupasan daun atau yang lebih dikenal dengan kletek.
Pengklentekan mempunyai tujuan untuk menurunkan kelembaban dan
meringankan beban tanaman, sehingga tanaman tidak roboh. Kletek
dilakukan sebanyak 3 kali. Pertama sebelum gulud akhir atau berumur 4-5
bulan. Kedua, pada umur 7 bulan. Terakhir saat tanaman berumur 11 bulan
atau 1-2 bulan sebelum tebang (Indriani dan Sumiarsih, 1992).
8. Pengendalian hama penyakit
Hama-hama terpenting pada tanaman tebu adalah penggerek pucuk
(Scirpophaga nivella Intacta), penggerek batang (Chilo auricillius), kutu bulu
putih (Ceratovacuna lanigera), hama cabuk hitam, tikus (Rattus sp.), rayap
(Termes sp). Sedangkan penyakit-penyakit penting yang menyerang tanaman
tebu di Jawa adalah penyakit bledok, penyakit pokahbung, penyakit luka api,
penyakit noda kuning, peyakit noda cincin, penyakit garis kuning, penyakit
pembuluh dan penyakit mosaik. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan
antara lain menanam varietas tebu tahan penyakit, memilih bibit yang sehat,
menjaga kebersihan kebun, sterilisasi pisau potong bibit atau alat lain dengan
lysol 20% atau alkohol 70%, dan pengolahan tanah sebelum penanaman
(Hadiseputro, 1994)
3. Penggerek Batang
Penggerek batang yang menyerang tanaman tebu antara lain
penggerek batang bergaris (Proceras sacchariphagus Boyer), penggerek
batang berkilat (Chilotraea auricilia Dudg), penggerek batang abuabu
(Eucosma schista-ceana Sn), penggerek batang kuning (Chilotraea
infuscatella Sn), dan penggerek batang jambon (Sesamia inferens Walk).
Diantara hama penggerek batang tersebut penggerek batang bergaris
21
B. Penyakit
1. Penyakit mosaik
Penyakit mosaik disebabkan oleh virus dengan gejala serangan pada
daun terdapat noda-noda atau garis-garis berwarna hijau muda, hijau tua,
kuning atau klorosis yang sejajar dengan berkas-berkas pembuluh kayu.
Gejala ini nampak jelas pada helaian daun muda. Penyebaran penyakit
dibantu oleh serangga vektor yaitu kutu daun tanaman jagung, Rhopalosiphun
maidis Pengendalian dilakukan dengan menanam jenis tebu yang tahan,
menghindari infeksi dengan menggunakan bibit sehat, dan pembersihan
lingkungan kebun tebu.
2. Penyakit busuk akar
Penyakit busuk akarDisebabkan oleh cendawan Pythium sp. Penyakit
ini banyak terjadi pada lahan yang drainasenya kurang sempurna. Akibat
serangan maka akar tebu menjadi busuk sehingga tanaman menjadi mati dan
22
4.1 HASIL
4.1.1 Sejarah PT Kebon Agung
Pabrik Gula Kebon Agung mulai didirikan pada tahun 1905 di Malang
oleh seorang pengusaha bernama Tan Tjwan Bie. Kapasitas giling pada waktu itu
500 tth. Sekitar tahun 1917 pengelolaan PG Kebon Agung diserahkan kepada NV.
Handel & Landbouws Maatschapij Tideman van Kerchem sebagai Direksinya,
kemudian dibentuk Perusahaan dengan nama NV. Suiker Fabriek Kebon Agoeng
yang disebut PT PG Kebon Agung dan disahkan dengan akte Notaris Hendrik
Willem Hazenberg pada tanggal 20 Maret 1918 dengan No. 155, dan disahkan
dengan Surat Keputusan Sekretaris Gubernur Hindia Belanda tanggal 30 Mei
1918 No. 42, didaftar dalam register Kantor Pengadilan Negeri, Surabaya dengan
No. 143.
Pada tahun 1932 seluruh saham PT PG Kebon Agung tergadaikan kepada
de Javasche Bank Malang dan pada tahun 1936 PT PG Kebon Agung dimiliki
oleh de Javasche Bank. Dalam RUPS Perseroan tahun 1954 ditetapkan bahwa
Pemegang Saham PT PG Kebon Agung adalah Spaarfonds voer Beamten van de
Bank Indonesia (yang kemudian bernama Yayasan Dana Tabungan Pegawai Bank
Indonesia) dan Bank Indonesia (atas nama Yayasan Dana Pensiun dan Tunjangan
Hari Tua Bank Indonesia).
Pada tahun 1957 PT PG Kebon Agung dikelola oleh Badan Pimpinan
Umum Perusahaan Perkebunan Gula atau BPU-PPN Gula dan tahun 1962
perseroan ini membeli seluruh saham NV Cultuur Matschapij Trangkil di Pati
yang didirikan tahun 1835 (semula dimiliki oleh Ny. A de Donariere EMSDA
Janiers van Hamrut) dengan kapasitas giling 300 tth. Pada saat itu pula Pemegang
Saham bergabung menjadi satu badan hukum sendiri bernama Yayasan Dana
Pensiun dan Tunjangan Hari Tua Bank Indonesia (YDP THT BI) sebagai
Pemegang Saham tunggal.
Setelah BPU-PPN Gula dilikuidasi pada tahun 1967, PT PG Kebon Agung
dikembalikan kepada YDP THT BI, dan pada tanggal 17 Juli 1968 Direksi Bank
Indonesia Unit I (sekarang bernama Bank Indonesia) yang merupakan Pemegang
25
Arah Gadang
P.G. Kebon
Agung
AgungAAAAgung
4.1.3 Struktur Organisasi
Pemimpin
B. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan ialah kegiatan untuk penggemburan tanah, sehingga
tanah mudah untuk ditanami dan mengurangi adanya hama dan penyakit yang ada
di dalam tanah yang terbalik ke atas permukaan. Pengolahan lahan di PG. Kebon
Agung menggunakan 3 tahapan, yaitu pembajakan, penggemburan, dan
pembuatan juringan atau pengkairan.
Sistem Reynoso
Sistem reynoso digunakan di lahan sawah yang menggunakan tenaga
manusia dan dilakukan secara manual seperti mencangkul. Membuka lahan secara
reynoso petani tidak menggunakan bantuan alat bajak bermesin seperti traktor.
Sistem reynoso dilakukan bertujuan untuk mengatasi masalah drainase yang jelek.
Dalam sistem reynoso dibuat dengan membuat saluran pemutus air berupa got
keliling, got malang, dan juringan. Tahapan pembuatan got dan jaringan pada
sistem reynoso ialah pembuatan got keliling, got malang, dan juringan.
C. Penanaman
Penanaman ialah kegiatan menanam bahan tanam berupa bagal pada
juringan. Tebu yang ditanam di lahan sawah dan tegalan memiliki pola yang
berbeda. Pola tanam I dilakukan pada bulan Juli- Agustus yang diterapkan di
lahan sawah pada waktu musim kemarau. Pola tanam II dilakukan pada bulan
September- Oktober yang diterapkan pada lahan tegalan saat musim hujan. Lahan
tegalan yang cenderung membutuhkan air yang cukup, sehingga ditanam pada
saat musim hujan. Di lahan Jedong dilakukan penanaman pada bulan September,
karena kondisi lahan di Jedong termasuk lahan kering.
Penanaman dilakukan setelah aplikasi abu ketel, fungsi dari abu ketel
memperbaiki agregat tanah, sehingga dapat memacu pertumbuhan akar untuk
menyerap unsur hara secara optimal. Bagal di tanam pada juringan dengan cara
diecerkan, posisi mata tunas disamping. Lahan 1 ha dibutuhkan bagal sebanyak 10
32
ton, tiap juringan di tanam 36 bagal. Bagal sedikit ditekan ke bawah dan ditutup
dengan tanah untuk menghindari kekeringan akibat sinar matahari.
D. Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit tebu yang tidak tumbuh,
baik pada tanaman baru maupun keprasan, sehingga diperoleh populasi tebu yang
optimal. Penyulaman dilakukan 2-4 minggu setelah tanam. Tebu yang berumur 2-
4 minggu sebagai masa perkecambahan yaitu mulai pemmbentukan tunas,
sehingga penyulaman segera dilakukan untuk mendapat keseragaman populasi.
Penyulaman dilaksanakan menggunakan bagal yang memiliki 2-3 mata tunas dan
diletakkan pada baris tanaman yang telah dilubangi sebelumnya.
B. Penyiangan Gulma
Gulma ialah tumbuhan yang hidup disekitar tanaman utama dan
keberadaannya dapat merugikan dan menurunkan produksi. Penyiangan adalah
penghilangan rumput atau tanaman liar di sekitar tanaman yang sedang dirawat.
Rumput atau tanaman liar perlu dihilangkan karena menimbulkan penghalangan
tumbuhnya tanaman yang sedang kita rawat, kompetisi penyerapan hara, ruang,
cahaya, dan CO2.
Gulma menyebabkan penularan penyakit karena terdapat rumput atau
tanaman liar yang mempunyai penyakit sama dengan tanaman utama. Penyakit
tanaman menyukai kondisi lingkungan yang lembab, dan keberadaan gulma, akan
meningkatkan kelembaban lingkungan. Kegiatan penyiangan gulma pada gambar
8;
terbuang untuk daun. Membuka ruas-ruas tebu sehingga ruas yang terkena sinar
matahari akan tumbuh lebih panjang dan tanaman tebu dapat tumbuh secara
optimal. Kegiatan ini dapat meningkatkan produksi tebu dan brix tebu. Kegiatan
roges dilakukan secara manual menggunakan sabit. Roges dilakukan sebanyak 3
tahap. Roges pertama dilakukan pada saat tanaman memiliki 3 - 5 ruas berumur
5-6 bulan, untuk memacu pertumbuhan batang. Roges kedua dilakukan pada
tanaman yang memiliki 8 - 10 ruas berumur 8 bulan, tujuannya untuk
mematangkan batang tengah dan atas. Roges tiga dilakukan pada tanaman tebu
yang memiliki >14 ruas/ sebelum dilakukan penebangan untuk memenuhi kriteria
MBS (Manis, Bersih, Segar).
E. Pengairan
Kebon Agung teknis pemberian air dibagi 2 yaitu pengairan teknis dan diesel.
Pengairan teknis dilakukan pada daerah yang terdapat jaringan irigasi. Kegiatan
irigasi dilakukan di lahan Tebu Sendiri Sumber Pucung. Teknis pemberian air
menggunakan tenaga diesel yang mengambil air dari sumber yang ada disekitar
lahan.
Pemberian air yang harus dilakukan secara tetap, pada saat tanaman
berumur 2 - 3 HST atau sesudah pemupukan, pada saat tanaman berumur 2
minggu (saat tebu memiliki 3 - 4 daun) dan selanjutnya melihat kondisi lahan dan
tanaman. Pengairan selanjutnya dilihat dari kondisi tanaman artinya apabila
tanaman membutuhkan air yaitu ketika lahan kering dan kondisi tanaman layu
maka akan diberi irigasi. Irigasi biasanya dilakukan 2 minggu sekali dengan
waktu 1 x 24 jam di lahan 1 ha.
F. Pembumbunan
dilakukan pada saat anakan tebu sudah lengkap dan cukup besar 2-3 bulan
setelah tanam. Pembubunan ketiga dilakukan pada umur 4 bulan setelah tanam
yang daun tanaman sudah menutupi lahan dengan cara memperdalam got.
Pembubunan terakhir dilakukan pada umur 5 bulan setelah tanam.
D. Panen
1. Tebang
Tebu giling yang diusahakan PG. Kebon Agung sendiri maupun tebu
rakyat (petani) mensyaratkan umur tebu 12 bulan atau disesuaikan dengan
varietas tebu. Penebangan dilakukan pada tingkat kemasakan optimum, yaitu pada
umur 11-12 bulan saat tebu dalam kondisi mengandung gula tertinggi. Prinsip
panen tebu adalah MBS (manis, bersih dan segar), kriteria manis yaitu brix tebu
>15, kriteria bersih yaitu tebu bersih dari sogoloan, akar, daun kering, dan tanah,
sedangkan kriteria segar yaitu tebu harus segera digiling dalam waktu maksimal 2
hari setelah tebang. Untuk mengetahui tingkat kemasakan tebu dilakukan analisis
kemasakan sejak dua atau tiga bulan sebelum mulai giling. Analisis yang
dilakukan dengan cara menggiling contoh tebu digilingan kecil di laboratorium
untuk diketahui brix dan pol tebu. Tebu yang ditebang nilai brix dari batang
bagian bawah harus lebih tinggi dibandingkan nilai brix dari batang atas, jika nilai
brix batang atas lebih tinggi maka tebu tersebut telat dalam penebangan sehingga
dihasilkan rendemen gula rendah.
Kegiatan tebang di PG. Kebon Agung dilakukan secara manual dengan
menggunakan sabit. Bagian pucuk batang tebu dibuang, karena bagian ini
mengandung asam amino dan miskin kandungan gula. Penebangan dilakukan
hingga pangkal batang yang bersih dari akar, kotoran, daun tebu kering dan tanah.
Tebu yang telah ditebang, tidak boleh terlalu lama dalam penyimpanan,
karena hal ini mempengaruhi jumlah rendemen gula. Tebu yang telah ditebang
harus segera diangkut dan dilakukan penggilingan. Periode tebang yang dilakukan
PG. Kebon Agung pada tahun 2014 dimulai pada bulan Juni dan direncanakan
akan berakhir pada bulan Desember.
37
2. Angkut
Pengangkutan tebu dari lahan dilakukan menggunakan truk, yang terdiri
dari truk kecil, truk besar, dan gandeng. Proses masuknya tebu dari lahan ke
pabrik melalui beberapa tahapan. Tebu yang akan ditebang, diberi SIT (Surat Ijin
Tebang) oleh kantor bagian tebang angkut yang kemudian dilanjutkan SPTA
(Surat Perintah Tebang Angkut). SPTA yang telah keluar, maka surat tersebut
dibagikan kepada petani dan truk dapat masuk ke dalam pabrik. Truk tebu masuk
ke areal PG. Dan ke bagian TA untuk pemeriksaan nilai brix tebu, kemudian
mendapatkan nomor urut bongkar yang dilanjutkan dengan proses penimbangan
tebu dan truk (bruto). Langkah selanjutnya yaitu truk tebu akan menunggu antrian
nomor di emplasment, setelah mendapatkan giliran giling, maka tebu akan
diangkut ke meja giling, kemudian dilakukan proses penggilingan tebu menjadi
gula.
Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh hama penggerek pucuk pada tebu
berumur 3 bulan yang menyebabkan tebu mati, tetapi masih dapat
menumbuhkan anakan baru. Serangan pada umur 6-7 bulan tidak tentu mati,
tanaman akan membentuk siwilan, tetapi ini dapat menyebabkan tinggi batang
turun satu meter dan rendemen dapat turun 50%. Pada tanaman tebu tua yang
terserang penggerek rendemen dapat turun antara 5-10%.
Di PG. Kebon Agung serangan hama penggerek pucuk di lahan Sumber
pucung tidak melebihi ambang batas ekonomi. Pada lahan budidaya di Sumber
Pucung tingkat serangan hama penggerek 5% dalam luasan 2 ha. Keberadaan
hama tersebut tidak merugikan secara ekonomi karena populasinya sangat rendah.
Penanganan yang dilakukan oleh petani jika ditemukan hama penggerek di lahan
adalah dengan mencabut tanaman yang terserang dan mematikan larva secara
manual. Pengendalian lain yang dilakukan ialah melepas parasit Trichogramma
sp. dilakukan pada saat tebu umur 2 minggu hingga menjelang tebang. Pada lahan
penelitian aplikasi dilakukan setiap 2-3 kali dalam seminggu dan setiap aplikasi
diletakkan sekitar 50-60 pias. Sedangkan pada lahan produksi, aplikasi pias
dilakukan sesuai hasil monitoring yang dilakukan petani untuk mencegah hama
penggerek sebelum menyebar pada lahan budidaya.
Trichogramma sp. ialah serangga yang menjadi musuh alami bagi hama
penggerek pucuk dan penggerek batang. Trichogramma sp. termasuk jenis
parasitoid yang bersifat polifag. Trichogramma sp. diberdayakan oleh PG. Kebon
Agung sebagai parasitoid untuk mengendalikan penggerek pucuk dan penggerek
batang pada tanaman tebu yang dibudidayakan. Teknik pengendalian hama pucuk
39
cephalonica pada saat produksi telur sedikit dan 1 strater Trichogramma sp. Pada
saat telur C. cephalonica produksinya banyak, maka satu tabung reaksi diisi 6-8
kertas pias dan 1 strater Trichogramma sp.
Pada lahan penelitian aplikasi dilakukan setiap 2-3 kali dalam seminggu dan
setiap aplikasi diletakkan sekitar 50-60 pias. Sedangkan pada lahan produksi,
aplikasi pias dilakukan sesuai hasil monitoring yang dilakukan petani untuk
mencegah hama penggerek sebelum menyebar pada lahan budidaya. Pias
Trichogramma sp. mengendalikan hama penggerek pucuk dan penggerek batang
tebu. Penggunaan parasitoid Trichogramma sp. digunakan sebagai satu
pengendalian secara alami oleh PG. Kebon Agung dan mampu mengurangi
populasi serangan hama penggerek.
Hama uret menjadi salah satu binatang yang sangat merugikan pada
pertanman tebu. Gangguan hama uret terhadap tebu terutama terjadi pada
pertanaman yang diusahakan di lahan kering dengan tipe tanah ringan berpasir.
Siklus hidup uret dimulai dari telur yang akan menetas menjadi larva, kemudian
berubah menjadi pupa, selanjutnya akan menjadi imago berupa kumbang. Imago
betina meletakkan telur dalam tanah yang lembab hingga kedalaman 5-30 cm dan
akan menetas 1-2 minggu.
A B
Gambar 13. Lepidiota stigma; (A) Larva L. stigma; (B) Kerusakan pada
tebu yang ditimbulkan oleh serangan L. stigma
Larva muda makan dari sisa-sisa tanaman mati dan perakaran disekitarnya, larva
yang telah memasuki instar 3 dan 4 makan perakaran tanaman tebu, dan pada
masa ini menjadi waktu uret untuk menyerang akar tebu, sehinga yang paling
merugikan adalah instar 3. Daur hidup dari larva uret dari instar 1 hingga 4
berjalan selama 7-8 bulan. Sebelum menjadi pupa, larva masuk ke dalam tanah
untuk mencari kelembaban dan relatif aman dari musuh alaminya. Pupa
terlindung dari kokon yang terbuat dari tanah dan rumput-rumputan. Penerbangan
imago biasanya terjadi di awal musim hujan.
43
Pengendalian
Di PG Kebon Agung, tingkat serangan hama uret di lahan Tajinan lebih
dari batas ambang ekonomi. Tingkat serangannya 30% menyerang tebu dan
secara ekonomi menurunkan produksi tebu. Pengelolaan yang telah dilakukan
ialah dengan cara irigasi, mekanik (mengambil uret secara manual yang dilakukan
pada waktu pengolahan lahan), dan pengendaliannya dengan penyemprotan
insektisida Furadan.
Pengendalian biologi dapat dilakukan dengan cara aplikasi agen hayati
dengan menggunakan Nematoda yaitu Steinernema sp. sebagai nematoda
entomopatogen yang efektif, untuk mengendalikan. Nematoda ini telah diuji
cobakan untuk mengendalikan hama uret khususnya dari jenis Lepidiota stigma
yang selama ini menjadi musuh petani tebu terutama di lahan berpasir. Uji coba
44
3. Tikus
Tikus menyerang pertanaman tebu sejak pembibitan hingga tanaman
dewasa, ruas-ruasnya dikerat dengan dan tanpa merusak mata tunas, sedangkan
tanaman yang berumur 2 sampai 3 bulan menunjukkan gejala daun-daunnya
kelihatan seperti dipangkas dengan pisau tumpul. Serangan hama tikus pada
tanaman tebu yang sudah dewasa dan batang mencapai ketinggian kurang lebih 2
meter dapat terjadi di batang baik di dalam tanah maupun di atas permukaan tanah
hingga pucuk tanaman. Kerusakan pada batang di dalam tanah disertai dengan
kerusakan perakaran hingga menyebabkan daun layu dan kering. Kerusakan pada
batang di atas permukaan tanah berupa gerekan atau keratan pada ruas-ruas yang
menyebabkan tanaman mudah roboh yang secara langsung serangan hama tikus
dapat menyebabkan penurunan rendemen gula, serangan berat dapat
menyebabkan kegagalan panen.
B. Penyakit
1. Penyakit Karat
Penyakit karat daun menjadi salah satu penyakit penting pada tanaman
tebu. Penyakit karat disebabkan oleh cendawan Puccinia kuehnii. Penyakit karat
menunjukkan gejala berupa bercak-bercak berwarna kuning pada permukaaan
daun muda, dengan berkembangnya daun, jumlah bercak bertambah dan menyatu
membentuk areal yang lebih luas dengan warna kemerah-merahan. Penularan
penyakit pada umumnya dibantu oleh angin dan kondisi lingkungan yang lembab.
Serangan penyakit bercak kuning daun ini belum mencapai batas ambang
ekonomi. Serangan penyakit ini sangat sedikit, haya berkisar antara 1% - 2%
pada lahan budidaya yang diusahakan oleh PG Kebon Agung. Pengendalian
penyakit ini dapat dilakukan dengan cara meroges atau mengelentek daun yang
terkena serangan karat daun, agar spora jamur tidak menyebar karena gesekan
antar daun.
46
4.2 Pembahasan
A B
A B
C D
E F
bahan (budchip) selain itu agar bibit tidak terserang bakteri yang dapat
menganggu pertumbuhan tanaman.
Bibit yang digunakan untuk percobaan ini adalah bibit tebu varietas BL
dan varietas PSJK 922. Alur kerja untuk mendapatkan hasil bibit budchip yang
baik adalah sebagai berikut:
A B
Gambar 20. Alat pembibitan budchip; A: Bud chip cutter; B: HWT (Hot
Water Treatment); C: Pemotongan mata tunas tebu
Kecamatan Bululawang kab. Malang. Bibit budchip ditanam pada polybag dan
pottry komposisi media yang digunakan adalah tanah, abu ketel dan blotong
dengan perbandingan 50 : 25 : 25. Media yang telah dicampur kemudian
dimasukkan pada polybag dan pottry, bibit budchip dibenamkan pada tanah
dengan kedalaman 3 5 cm.
A B
C D
Gambar 21. Persiapan penanaman bud chip di potray; A: media tanam di polybag;
B: media tanam di potray; C: ZPT; D: pembenaman mata tunas yang telah diberi
perlakuan ke potray
Pembenaman bibit dilakukan dengan tujuan agar mata tunas yang akan
ditanam tidak rusak akibat faktor luar. Selain itu untuk memicu pertumbuhan bibit
tebu pihak PG juga memberikan zat pengatur tumbuh (ZPT) dengan merek
dagang Atonik, pemberian zpt untuk mempercepat pertumbuhan bibit tebu
menjadi tunas-tunas tebu yang baru. Penyemaian yang dilakukan pada green
house selama 1 bulan setelah semai akan dipindahkan pada bedengan,
pemindahan hasil semai ke bedengan dilakukan selama 2 bulan. Setelah
51
tanaman tebu tumbuh maka siap dipindahkan ke kebun bibit atau untuk dijual.
Penjualan satu bibit tebu dengan harga Rp. 450,-
A B
mengandung kadar air yang tinggi. Tebu yang berkualitas berarti tebu yang
memiliki nilai rendemen tiggi pada waktu dilakukannya pengujian tebu dengan
tingkat produksi gula yang maksimal. Kemasakan tebu yang ditentukan oleh
pabrik yaitu nilai brix minimal 15, sehingga menurunkan kualitas hasil gula yang
didapat. Tebu yang berkualitas akan menghasilkan nilai rendemen yang tinggi
pada waktu dilakukannya pengujian contoh tebu.
Tebu 15.80 6.37 1.00 25.00 54711.36 3419.46 87.28 118.65 39.55
Teki 170.60 68.79 1.00 25.00 2861.44 178.84 4.56 98.35 32.78
55
Grinting 1.40 0.56 0.40 10.00 1459.92 91.24 2.33 12.89 4.30
Kerokot 1.20 0.48 0.40 10.00 16.25 1.02 0.03 10.51 3.50
Digitaria satigera 0.20 0.08 0.20 5.00 3629.84 226.87 5.79 10.87 3.62
Keterangan :
KM : Kerapatan Mutlak
KN : Kerapatan Nisbi
FM : Frekuensi Mutlak
FN : Frekuensi Nisbi
LBA : Luas Basal Area
DM : Dominansi Mutlak
DN : Dominansi Nisbi
IV : Indeks Value
SDR : Sumance Dominance Ratio
45
40
35 Tebu
30 Teki
25 Daun Majemuk
20 Grinting
15 Krokot
10 Digitaria satigera
5
0
SDR
56
Herbisida Rekomendasi
5.1 Kesimpulan
Kegiatan magang di Perusahaan PG. Kebon Agung malang dilaksanakan
selam tiga bulan terhitung mulai tanggal 30 Juni 2014 hingga 30 September 2014.
Pabrik Gula Kebon Agung terletak di desa Kebon Agung, Kecamatan Pakisaji,
Kabupaten Malang. Mahasiswa magang praktik ke lapang secara langsung yang
berhubungan dengan budidaya tanaman tebu. Selain melakukan hal yang
berhubungan dengan budidaya, juga melakukan analisis yang berhubungan
dengan kemaakan tebu. Teknik budidaya dilakukan pada kebun produksi dan
kebun penelitian di Tebu Sendiri yang tersebar pada wilayah Malang, meliputi
pembibbitan, pengolahan lahan, penanaman, penyulaman, peawatan, panen. Pada
praktik budidaya tebu, terdapat organisme pengganggu tebu yang menyerang di
atas batas ambang ekonomi dapat menurunkan produksi secara kuantitas dan
kualitas.
Organisme pengganggu tanaman tebu berupa hama dan penyakit yang
keberadaannya harus di kendalikan. Hama yang menyerang di lahan Tebu Sendiri
pada beberapa wilayah ialah Lepidiota stigma (uret) tingkat serangannya 30%,
Tikus tingkat serangannya 3%, dan hama penggerek tingkat serangannya 5%.
Hama uret dikendalikan secara mekanis dengan diambil secara manual pada
waktu pembukaan lahan, selain itu dikendalikan secara kimia dengan
penyemprotan insektisida Furadan. Tingkat serangan hama tikus berada di bawah
ambang ekonomi, sehingga keberadaannya tidak menurunkan kuantitas tebu dan
diperlukan pencegahan dengan menjaga kebersihan kebun dari tanaman perdu
yang dijadikan teikus sebagai tempat persembunyian. Penggerek pucuk tebu
menjadi hama penting pada tebu yang menyerang mulai umur 2 minggu hingga
menjelang tebang. Pengendalian yang dilakukan untuk hama penggerek dengan
melepas parasitoid Trichogramma sp, sehingga tingkat serangannya tidak
melebihi ambang ekonomi.
Penyakit yang menyerang tebu di PG. Kebon Agung ialah penyakit karat
yang tingkat serangannya 1-2 % secara ekonomi tidak merugikan. Penyakit karat
58
5.2 Saran
Organisme pengganggu tanaman yang tingkat serangannya mencapai
ambang ekonomi ialah hama uret (Lepidiota stigma). Serangan uret dapat
menurunkan produksi dan tingkat rendemen tebu, sehingga diperlukan
pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan. Pengendalian dapat dilakukan
dengan menggunakan agens hayati, yaitu berupa nematoda Steinernema sp.dan
jamur Metarhizium anisopliae. Aplikasi agens hayati dapat disemprotkan di lahan
saat pengolahan lahan pada sore hari, karena agens hayati berupa jamur tidak
dapat sensitif terhadap kelembaban dan sinat ultra violet (UV).
59
DAFTAR PUSTAKA
Anonymousa. 2004. Teknologi Peningkatan Produktivitas Tebu Rakyat dan
Pengenalan Varietas Unggul Harapan di Sumatra Utara. Proyek
Pengembangan Pangan Areal Perkebunan Sumatera Utara: Medan
Anonymousb. 2013. Tanaman Tebu. http://id.wikipedia.org/wiki/tebu. diakses
tanggal 6 maret 2014
Anonymousc. 2002. Pembudidayaan Tebu di Lahan Sawah dan Tegalan. Penebar
Swadaya: Jakarta
Dirjen perkebunan. 2011. Budidaya tanaman tebu. Direktorat Dirjen Perkebunan
Departemen Pertanian. Available at
http://ditjenbun.deptan.go.id/images/stories/ PDF%20ebu.pdf. Diakses
tanggal 6 maret 2014
Direktorat Jenderal Perkebunan.2009. Budidaya tanaman tebu. Direktorat Dirjen
Perkebunan Departemen Pertanian. Available at
http://ditjenbun.deptan.go.id/images/stories/ PDF%20ebu.pdf. Diakses
tanggal 6 maret 2014
Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2010. Pengenalan dan Perlindungan Hama
Uret (Lepidiota stigma F.) pada Tebu: Kementrian Pertanian
Djatmiko. 1993. Pengendalian Gulma di Perkebunan Tebu. Lembaga Pendidikan
Perkebunan: Yogyakarta. P. 9
Hadiseputro. 1994. Pemeliharaan dan Proteksi Tanaman Tebu. Bahan Kursus
untuk Ketua Kelompok Tani Wilayah Kerja PT. Perkebunan XXIV-XXV
(Persero) PG. Djatiroto
Indriani dan Sumiarsih. 1992. Pembudidayaan Tebu di Lahan Sawah dan Tegalan.
Penebar Swadaya: Jakarta. P. 41-55
Indrawanto et al. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Tebu. Eska Media: Jakarta
Marjayanti, S dan Pudjiarso. 2007. Penyediaan Bahan Tanam Tebu yang
Berkualitas. Program Pelatihan Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia: Pasuruan. P.20
Mulyadi et al. 2009. Identifikasi Potensi Lahan untuk Mendukung Pengembangan
Agribisnis Tebu di Wilayah Timur Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan
Gula Indonesia
Notojoewono, A.W. 1983. Berkebun Tabu Lengkap. PT. Soerongan: Jakarta
Sastrowijono, S. 1997. Mutu Bibit Tebu dalam Menunjang Produktivitas Hasil
Gula Indonesia 22 (1): 3-6
Sutardjo. 1994. Budidaya Tanaman Tebu. Bui Aksara: Jakarta. Pp 76
Sukman, Y dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya: Palembang. P. 3-83
Steenis. 1997. Flora. PT. Pradnya Paramita: Jakarta. P. 111-112
Setyamidjaja dan Azharni. 1992. Bercocok tanam tebu dan pasca panen. CV
Yasaguna: Jakarta. P 26-42
Tranggono dan Widaryanto. 1986. Diktat kuliah budidaya tanaman tebu. Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya: Malang. p. 50-55
Windiharto. 1991. Teknik Budidaya Tebu di Lahan Kering. Lembaga Perkebunan:
Yogyakarta
60
LAMPIRAN 1
1. DATA PRIBADI
Nama : Chusnul Fuadah
NIM : 115040201111228
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Kediri, 03 Mei 1992
Kewarganegaraan : Indonesia
Status perkawinan : Belum Kawin
Kesehatan : Sangat Baik
Agama : Islam
Alamat Malang : Jalan Kertoraharjo No. 86 Malang
Alamat asal : Ds. Maesan RT 24/ RW 05, Kec. Mojo, Kab. Kediri,
Kediri
Telepon : 085854472748
E-mail : Cfuadah@gmail.com
Chusnul Fuadah
61
LAMPIRAN 2
Kamis 3 Juli 07.00- Pengenalan gilingan contoh untuk uji Brix dan
2014 16.00 POL
Wib Analisis Brix
EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta PKL
denganPembimbingLapangdan LITBANG serta
merencanakan kegiatan yang dilakukan besok
LAMPIRAN 3
Kasi Binwil Utara Kasi Binwil Tengah Kasi Binwil Selatan Kasi Tebang dan Angkut
Syamsul Anam Herman Hidayat Yudhi Galih Prathama Achmari
Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi
TR-1 TR-2 TR-3 TR-4 TR-5 TR-6 TS Litbang TR-7 TR-8 TR-9 Tebang Tebang Utara Penerimaan
Kuswanto Abdul S. H.Pandi Riza A. Anggoro Hermawan Karyani Maulana Ima W. Hariyanto Candra W Selatan S.Hermanto Agus E.
Siswoyo
PLPG PLPG PLPG PLPG PLPG PLPG PLPG PLPG PLPG PLPG PLPG
Eko S. Arief H. Paidi Restu E. Slamet R. Aji W. Wicaksono Wali B. Ki Wahyu Supoyo Heri P.
Alimul K. Suharlyan M.Masud Abdul R. Purwito Wijiana Tulus W. Yuni G. Anggoro Samiun
Mandor Mandor
to Bayu A. Bambang
Tebang Penerimaan
Jamal A.
Sianto Sucipto
Imam S. Satiham
Buari Sunaman
Mandor Mandor Kecmatan Kecamatan Wil. Anang S.
Kecamatan Hartono
Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Pengembangan
Tanam Tanam Sumber Kromengan Ikwanudin PH. Supardi
Lawang Jabung Kedungkan Bululawan Pakisaji Ngajum Blitar
Kariman Ali R pucung Kalipare Didik
Singosari Pakis dang g Wagir Wonosari Kediri
Munir Kepanjen Pagak
karangploso Tumpang Tajinan
Buari
Poncokusu
M.Sholeh
mo
Supadi
Nur kholik
Juru Tulis
Juru Tulis
Banbang H.
Juru Tulis Juru Tulis Wibowo Hadi
Lab.Parasit
Budi Karyadi Banbang H. Joko Priyanto
Juru Tulis Sopomulyo
Suroso Murtiono Hadi Prayitno