Anda di halaman 1dari 70

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Magang kerja ialah kegiatan praktek akademik bagi mahasiswa
sehingga diharapkan mahasiswa memperoleh pengalaman praktek mandiri
yang nantinya akan berguna untuk pengembangan profesinya sebelum
menyusun tugas akhir. Secara spesifik tujuan magang kerja adalah untuk
menerapkan, membandingkan dan menelaah ilmu pengentahuan yang didapat
selama perkuliahan serta dilatih menyesuaikan diri dengan kondisi di
lapangan. Kegiatan magang kerja membidik penguasaan kompetensi kerja
sama dalam tim dan beradaptasi terhadap lingkungannya. Kegiatan magang
kerja dilakukan pada semester 7 selama 3 bulan. Magang kerja dilaksanakan
sebagai kegiatan pembelajaran untuk memberikan pengalaman kerja kepada
mahasiswa dalam rangka menerapkan atau membandingkan teori dan
pengetahuan yang telah diterimanya dalam perkuliahan atau praktikum
dengan situasi nyata di tempat magang kerja.
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) adalah anggota familia
rumput-rumputan (Graminae) asli tropika basah. Tebu salah satu tanaman
yang menjadi bahan baku utama pembuatan gula. Gula merupakan kebutuhan
pokok bagi penduduk Indonesia. Kebutuhan gula di Indonesia diperkirakan
mencapai 4 juta ton/tahun dengan asumsi jumlah penduduk 200 juta orang
dengan konsumsi gula 20 Kg/orang/tahun. Seiring dengan pertambahan
populasi penduduk, pada tahun yang akan datang kebutuhan gula dalam
negeri diperkirakan akan terus meningkat. Pada tahun 2009 dengan populasi
225 juta jiwa dan rata-rata konsumsi gula 12 kg perkapita. Kebutuhan gula
untuk konsumsi langsung mencapai 2,7 juta ton dan konsumsi tidak langsung
1,1 juta ton. Tingkat konsumsi gula saat ini masih jauh dibawah yang umunya
dicapai negara-negara maju (30-55 kg/kapita/tahun). Secara nasional, pada
tahun 2012 total kebutuhan konsumsi gula mencapai 5,2 juta ton/tahun
(Mulyadi et al, 2009)
Pada tahun 2009 hingga 2010, industri gula menghadapi berbagai
masalah sehingga produksinya masih belum bisa megimbangi besarnya
2

permintaan masyarakat. Jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan


besarnya permintaan gula nasional menyebabkan semakin besarnya kesulitan
pemenrintah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Pada tahun
2014 pemeritah berkomitmen untuk mewujudkan swasembada gula nasional.
Strategi pencapaian swasembada gula pada tahun 2010-2014 yaitu dengan
perluasan areal, peningkatan produktivitas, merevitalisasi pabrik-pabrik yang
ada dan pembangunan pabrik gula baru, kelembagaan dan pembiayaan serta
konsistensi kebijakan pemerintah (anonymousa, 2004). Rencana pemerintah
mewujudkan swasembada gula dengan produksi gula nsioanla sebeasar 5,7
juta ton pada tahun 2014 nampaknya hanya menjadi angan-angan. Proyek
revitalisasi industri gula nasional yang dimulai sejak tahun 2009 lalu hingga
kini belum bejalan. Target produksi gula nasional pada tahun 2014 ini tidak
mungkin berjalan.
Penanaman varietas unggul dan memperbaiki cara pembibitan yang
digunakan, dapat membantu meningkatkan hasil produksi gula dengan
rendemen tinggi yang dapat dicapai. Untuk dapat mengahasilkan gula yang
tinggi, maka pengetahuan tentang teknik budidaya tebu perlu dikuasai yang
mencangkup diantaranya; ketersediaan air, sifat fisik tanah, pemupukan,
penggunaan varietas unggul serta pengendalian gulma dan hama penyakit.
Salain itu, permasalahan hama dan penyakit tebu merupakan permasalahan
besar yang dapat menurunkan produksi dari tanaman tebu.
Dengan melihat beberapa potensi dan permasalahan dalam proses
produksi tanaman tebu khususnya dalam masalah budidaya dan pengendalian
hama penyakit tebu. Maka menimbulkan ketertarikan untuk lebih
mempelajari dan mengkaji mengenai teknik budidaya tanaman tebu dan
pengelolaan organisme pengganggu tanaman tebu di Pabrik Gula Kebon
Agung, Malang.
3

1.2 Tujuan
A. Tujuan magang kerja secara umum adalah :
1. Melatih mahasiswa di lapangan untuk aspek pertanian, perkebunan atau
manajemen lingkungan yang tidak tercakup dalam proses perkuliahan.
2. Memberi kesempatan mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman kerja
sektor pertanian yang relevan dengan profesi yang akan diembannya di
masyarakat.
3. Memberikan pengalaman bekerja mahasiswa di lingkungan professional
pertanian atau agribisnis.

B. Tujuan magang kerja secara khusus adalah :


1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan dalam
bentuk Magang Kerja.
2. Membandingkan ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan
dengan yang diterapkan di lapang.
3. Mengetahui budidaya tanaman tebu dan pengendalian OPT yang
dilakukan.

1.3 Sasaran Kompetensi


Mahasiswa diharapkan untuk mendapatkan pengalaman kerja ditempat
magang kerja setidaknya mencapai kompetensi minimal sebagai berikut :
1. Mampu menerapkan dan mensosialisasikan IPTEK dibidang pertanian
berdasarkan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan dan mengangkat
kearifan lokal.
2. Mampu mengimplementasikan dan mengembangkan usaha inovatif sistem
pertanian berkelanjutan dan mampu berkomunikasi dan menjalin
kerjasama secara efektif dengan mengikuti etika bisnis.
3. Mampu merencanakan, merancang, melaksanakan dan mengevaluasi
sistem pertanian yang efektif dan produktif, dan mampu
mengaktualisasikan potensi diri untuk bekerjasama dalam tim
multidisiplin.
4

4. Mampu belajar sepanjang hayat, dan mampu berpikir analitik untuk


mengidentifikasi, merumuskan masalah dan akar masalah serta mencari
solusi berbasis ilmiah dalam sistem pertanian yang berkelanjutan.
5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi Tanaman Tebu

Tebu (Saccharum officinarumL.) merupakan tanaman yang berguna


sebagai bahan baku gula. Tanaman ini termasuk kedalam jenis famili rumput-
rumputan. Tebu cocok di tanam di daerah yang beriklim tropis seperti di
Indonesia. Wilayah di Indonesia yang cocok untuk budidaya tebu banyak
terdepat di daerah \Jwa dan Sumatra, karena curah hujan dan kebutuhan
cahaya untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman tebu cukup. Umur
tanaman tebu dari awal sampai bisa dipanen membutuhkan waktu kurang
lebih 12 bulan (Anonymousb, 2013). Tanaman tebu merupakan tanaman
semusim dari Divisio Spermathophyta dengan klasifikasi menurut (Steenis,
2005) sebagai berikut:Kingdom: Plantae; Divisio:Spermatophyta; Kelas:
Monocotyledonae; Ordo: Poales; Famili: Poaceae; Genus:Saccharum;
Spesies: Saccharum officinarumL.

2.2Morfologi Tanaman Tebu

Bentuk fisik tanaman tebu dicirikan oleh adanya bulu-bulu dan duri
sekitar pelepah dan helai daun. Banyak bulu dan duri beragam tergantung
varietas. Jika disentuh akan menyebabkan rasa gatal. Kondisi ini kadang
menjadi slah satu penyebab kurang berminatya petani berbudidaya tebu jika
masih ada alternatif lain. Tinggi tanaman bervariasi tergantung daya dukung
lingkungan dan varietas, antara 2,5-4 meter dengan diameter tebatang antara
2-4 (Anonymousc , 2002)

2.2.1 Akar

Tanaman tebu memiliki akar serabut, yang keluar dari lingkaran-


lingkaran akar di bagian pangkal batang. Cabang-cabang akarnya tidak
banyak dan akar hampir lurus. Karena tanaman tebu berakar serabut, maka
hanya pada ujung akar-akar muda terdapat akar serabut yang berperan
6

mengabsorpsi unsur-unsur hara. Akar tebu tidak tahan dengan genangan air
yang dapat mengakibatkan busukya akar (Setyamidjaja dan Azharni, 1992)

2.2.2 Batang

Batang tebu berdiri lurus, terdiri dari ruas-ruas yang dibatasi dengan
buku-buku. Pada tiap buku terdapat mata tunas. Dalam pertumbuhan batang
tebu tidak bertambah besar, hanya bertambahn tinggi. Tinggi batang tebu
berkisar antara 2-3 meter. Diatas tempat duduk mata terdapat lingkaran akar
2-3 baris yang dapat mengeluarkan akar jika tertutup tanah (waktu ditanam
sebagai bibit pucuk). Di atas lingkaran akar tedapat bagian yang agak lunak
yang dinamankan lingkaran tumbuh. Jika batang rebahkarena angin kencang,
maka mata bagian bawah memanjang sehingga batang tebu dapat berdiri
kembali (Notojoewono, 1983)

2.2.3 Daun

Daun tebu merupakan daun tidak lengkap, karena hanya terdiri dari
pelepah dan helaian daun, tanpa tangkai daun. Daun berpangkal pada buku
batang dengan kedudukan yang berseling. Pelepah memeluk batang, makin
ke atas makin sempit. Pada pelepah terdapat bulu-bulu dan telinga daun.
Pertulangan daun sejajar. Helai daun berbentuk garis yang panjangnya 1-2
meter dan lebarnya 4-7 meter, dengan pucuk meruncing. Pada helai daun
terdapat tulang daun yang sejajar dan ditengah terdapat tulang tengah yang
berwarna putih dan berbentuk tulang yang berhenti pada sendi daun. Tepi
helai daun bergerigi dan ada kalanya berbulu tajam (Notojoewono, 1983)

2.2.4 Bunga

Bunga tebu merupakan bunga majemuk yang tersusun atas malai


dengan pertumbuhan terbatas. Panjang bunga majemuk 70-90 cm. Setiap
bunga mempuyai tiga daun kelopak, stu daun mahkota, tiga benang sari, dan
dua kepala putik. Malai bercabang tingkat 1,2,3. Pada cabang terakhir
berbentuk tandan yang terdapat 2 bulir (1 duduk dan 1 bertangkai). Bunga
7

kecil ini terdiri dari tandan bunga yakni (3 helai daun kelopak dan 1 helai
daun tajuk bunga), 3 benang sari dan 1 bakal buah, dengan kepala putik yang
berbentuk bulu-bulu dan pekat pada bunga yang masak. Penyerbukan bunga
tebu terjadi dengan bantuan angin sehingga bisa terjadi penyerbukan sandiri
atau penyerbukan silang (Notojoewono, 1983).

2.2.5 Mata Tunas

Mata tunas pada lingkaran akar, tunas ini berselang-seling dikiri dan
dikanan pada lingkaran akar tersebut, serta bagian tunas ini sealuruhnya
dilindungi oleh kuncup telur yang dapat dipakai sebagai tanda pengenal jenis
tebu. Menurut Tranggono dan Widayarto (1986) mata tunas adalah embrio
tanaman tebu. Mata tunas memiliki berbagai macam bentuk yaitu meruncing,
oval, bulat telur terbalik, pentagonal, empat persegi panjang, dan paruh
burung.

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Tebu

Menurut Indrawanto et al (2010), tanaman tebu tumbuh didaerah


tropika dan sub tropika sampai batas garis isoterm 20oC yaitu antara 19o LU-
35o LS. Kondisi tanah yang baik bagi tanaman tebu adalah yang tidak terlalu
kering dan tidak terlalu basah, selain itu akar tanaman tebu sangat sensitif
terhadap kekurangan udara dalam tanah sehingga pengiran dan drainase harus
sangat diperhatikan.

2.3.1 Iklim

Iklim sebagai faktor utama dalam pertumbuhan tebu, khusunya


pengaruh air yang sangat besar menyebabkan tanaman tebu memiliki kadar
randemen yang bagus. Faktor iklim ini perlu diperhatikan karena tanaman
tebu memiliki karakteristik yang unik dalam pertumbuhannya, sebagai
contihnya dalam masa pertumbuhan tanaman tebu membutuhkan banyak air,
sedangkan saat masak tanaman tebu membutuhkan keadaan kering agar
pertumbuhan terhenti. Jika hal ini tidak dapat dipenuhi maka pembentukan
8

rendemen pada tanaman tebu akan terganggu dan pasti kadar tingkat
rendemen didalam tebu akan rendah (Indrawanto et al, 2010)

2.3.2 Curah Hujan

Di daerah yang sesuai untuk pengembangan tanaman tebu adalah


dataran rendah dengan curah hujan tahunan antara 1.500-3.000 mm. Tanaman
tebu banyak membutuhkan air pada fase vegetatifnya. Namun saat memasuki
akhir fase tersebut dibutuhkan lingkungan yang kering agar proses
pemasakan berjalan baik. Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase
pertumbuhannya, maka secara ideal curah hujan yang diperlukan adalah 200
mm per bulan selama 5-6 bulan berturutan, 2 bulan transisi dengan curah
hujan 125 mm per bulan dan 4-5 bulan berturutan dengan curah hujan kurang
dari 75 mm tiap bulannya (Anonymousd, 2011)

2.3.3 Sinar Matahari

Tanaman tebu membutuhkan penyinaran 12-14 jam setiap harinya.


Proses asimilasi akan terjadi secara optimal, apabila daun tanaman
memperoleh radiasi penyinaran matahari secara penuh sehingga cuaca yang
berawan pada siang hari akan mempengaruhi intensitas penyinaran dan
berakibat pada menurunnya proses fotosintesa sehingga pertumbuhan
terhambat (Anonymousd, 2011)

2.3.4 Suhu

Pengaruh suhu pada pertumbuhan dan pembentukan sukrosa pada tebu


cukup tinggi. Suhu ideal bagi tanaman tebu berkisar antara 24o C-34o C
dengan perbedaan suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 10o C.
Pembentukan sukrosa terjadi pada siang hari dan akan berjalan lebih optimal
pada suhu 30o C. Sukrosa yang terbentuk akan di timbun/ disimpan pada
batang dimulai ruas paling bawah pada malam hari. Proses penyimpanan
sukrosa ini paling efektif dan optimal pada suhu 15o C (Anonymousd, 2011).
9

2.3.5 Angin

Kecepatan angin sangat berperan dalam mengatur keseimbangan


kelembaban udara dan kadar CO2 disekitar tajuk yang mempengaruhi proses
fotosintesa. Angin dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam disiang hari
berdampak positif bagi pertumbuhan tebu, sedangkan angin dengan kecepatan
melebihi 10 km/jam akan mengganggu pertumbuhan tebu bahkan tanaman
tebu dapat patah dan roboh (Anonymousd, 2011).

Dilihat dari jenis tanah, tanaman tebu dapat tumbuh baik pada berbagai
jenis tanah seperti alluvial, grumosol, latosol, dan reusol dengan ketinggian
antar 0-1400 m diatas permukaan laut. Akan tetapi lahan yang paling sesuai
adalah kurang dari 500 m diatas permukaan laut. Sedangkan pada ketinggian
lebih dari 1.200 m diatas permukaan laut pertumbuhan tanaman relativ
lambat. Kemiringan lahan sebaiknya kurang dari 8%, meskipun pada
kemiringan sampai 10% dapat juga digunakan untuk areal yang dilokalisir.
Kondisi lahan terbaik untuk ebu adalah berlereng panjang, rata dan melandai
sampai 2% apabila tanahnya ringan dan sampai 5% apabila tanhanya lebih
berat (Indrawanto et al, 2010).

2.3.6 Tanah

1. Sifat Fisik Tanah


Struktur tanah yang baik untuk pertanaman tebu adalah tanah yang
gembur sehingga aerasi udara dan perakaran berkembang sempurna, oleh
karena itu upaya pemecahan bongkahan tanah atau agregat tanah menjadi
partikel-partikel kecil akan memudahkan akar menerobos ke dalam tanah.
Sedangkan tekstur tanah, yaitu perbandingan partikel-partikel tanah berupa
lempug, debu, liat, yang ideal bagi pertumbuhan tanaman tebu adalah tekstur
tanah ringan sampai agak berat dengan kemampuan menahan air cukup dan
porositas 30%.
Tanaman tebu menghendaki solum tanah minimal 50 dengan tidak ada
lapisan kedap air dan permukaan air 40 cm. Sehingga pada lahan kering,
10

apabila lapisan tanah atasnya tipis maka pengolahan tanah harus dalam.
Demikian pula apabila ditemukan lapisan kedap air, lapisan ini harus dipecah
agar sistem aerasi, air tanah dan perakaran tanaman berkembang dengan baik
(Indrawanto et al, 2010)

2. Sifat Kimia Tanah


Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baikpada tanah yag memiliki Ph 6-
7,5 akan tetapi masih toleran pada Ph tidak tebih tinggi dari 8,5 atau tidak
lebih rendah dari 4,5. Pada pH yang tinggi ketersediaan unsur hara menjadi
terbatas. Sedangkan pada Ph kurang dari 5 akan mengakibatkan keracunan Fe
dan Al pada tanaman, oleh karena itu perlu dilakukan pemberian kapur
(CaCo3) agar unsur Fe dan Al dapat dikurangi.
Bahan racun utama lainnya dalam tanah adalah klor (Cl), kadar Cl
dalam tanah sekitar 0,06-0,1% telah bersifat racun bagi akar tanaman. Pada
tanah ditepi pantai karena rembesan air laut, kadar Cl nya cukup tinggi
sehingga bersifat racun (Dirjen Perkebunan, 2011)

2.4 Fase Pertumbuhan Tanaman Tebu


a. Fase perkecambahan
Proses perkecambahan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama ialah pra
perkecambahan (umur 0-9 hari). Stek tanaman tebu mulai menyerap air dan
oksigen untuk mengubah cadangan makanan berupa gula menjadi asam
amino untuk pembelahan sel. Mata tunas menggembung dan akar stek
terbentuk. Tahap kedua adalah perkecamabahan (umur 10-30 hari). Mata
tunas bertambah besar, memanjang dan muncul di atas permukaan tanah.
pada tahap tersebut dibutuhkan air, oksigen, dan fosfat yang digunakan untuk
pembelahan sel (Windiharto, 1991)
b. Fase pertunasan atau pertumbuhan anakan
Fase pertunasan dan pertumbuhan anakan berlangsung setelah tunas
kecambah mengeluarkan akar tumas (35-42 hari). Pada fase ini tebu harus
cukup memperoleh sinar matahari (hormon yang dibuat di tajuk diangkut ke
11

pangkal dan memacu pembentukan tunas), air, dan fosfat di dalam tanah.
Pembentukan tunas berlagsung pada saat tebu berumur antara 1,5-4 bulan,
jumlah anakan serta lamanya pembentukan tunas tergantung pada sifat
varietas tebu. Untuk membatasi keluarnya tunas tebu yang kuat dan produktif
maka stek tebu perlu diberi tanah. Hambatan pembentukan tunas akan
berpengaruh terhadap umur batang yang pada gilirannya akan berpengaruh
pada keseragaman kemasakan batang-batang tebu waktu penen (Windiharto,
1991)
c. Fase pemanjangan batang
Pemanjangan batang tebu terjadi setelah rumpun-rumpun tebu terbentuk
dan salah setelah timbul persaingan diantara tunas-tunas tebu. Pertambahan
panjang mulai terlihat pada umur 2.5-3 bulan dan berakhir setelah tebu mulai
kekurangan air di awal musim kemarau. Selanjutnya persaingan tanaman dan
gulma sangat ditentukan oleh jangka waktu dan lama persaingan. Stadia bibit
merupakan periode kritis terjadinya persaingan. Tebu masa bibit lebih peka
terhadap persaingan dengan gulma dibanding tebu dewasa. Semakin tua umur
tebu makin tahan dan kuat terhadap persaingan. Oleh karena itu,
pengendalian gulma pada stadia bibit merupakan waktu yang terbaik. Gulma
di lahan pertanian tidak harus dikendalikan (dari awal hingga panen).
Pengendalian harus dilakukan pada waktu yang tepat karena hal ini dapat
menghemat waktu dan tenaga (Sukman dan Yakup, 1991)
d. Fase Pemasakan
Fase pemasakan ditandai dengan pengisian batang tebu oleh sukrosa
dimulai pada saat pertumbuhan vegetatifnya berkurang. Salah satu
permasalahan yang sering timbul ialah penurunan rendemen yang mencolok
yaitu diduga akibat tidak optimalnya pertumbuhan akar diawal
pertumbuhannya akibat persaingan dengan gulma (Windiharto, 1991)
12

2.5 Teknologi Budidaya Tanaman Tebu


2.5.1 Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah memegang peranan penting yaitu untuk memperoleh
keadaan tanah yang baik sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dengan
memiliki perakaran yang baik yang memungkinkan unsur-unsur hara dan air
secara optimal dan pertumbuhan tanaman yang kokoh dan tahan rebah. Upaya
untuk memacu pertumbuhan akar secara normal merupakan dasar dari
kegiatan pengolahan tanah. bila struktur tanah berubahmenjadi padat dapat
mengganggu pertumbuhan akar, maka tanah perlu digemburkan.
Pada tanah yang ringan seperti tanah yang bertekstur pasir, pengolahan
tanah untuk ditanami tebu dapat dilaksankan dengan sistem bajak, baik
dengan menggunakan bajak konvensional maupun dengan bajak traktor
(Setyamidjaja dan Azharni, 1992). Dewasa ini, perkebunan-perkebunan besar
tebu baik milik PT Perkebunan maupun milik swasta umumnya
menggunakan bajak traktor. Cara ini mempunyai beberapa keuntungan karena
biaya relatif murah, pengolahan tanah dapat dikerjakan lebih cepat, dan tanah
dapat terolah lebih intensif (Setyamidjaja dan Azharni, 1992).

2.5.2 Pembibitan
Standar bibit berkualitas menurut Sastrowijono (1997) adalah bibit atau
bagal dengan pertumbuhan normal berdaya kecambah tinggi (>90%),
berpotensi produksi/ penangkaran tinggi, bebas hama dan [enyakit, benar
varietasnya dan murni. Sedangkan menurut Marjayanti dan Pudjiarso (2007)
standar bibit berkualitas ialah dari varietas tebu unggul yang memiliki petonsi
produksi tinggi, bebas hama dan penyakit, pertumbuhan normal dan segar
(bagal panjang ruas 15-23 cm, diamater , mata dorman), daya kecambah
>90% biasanya doperoleh pada umur 6-8 bulan.
13

Jenis-jenis bibitpada tanaman tebu:


1. Bibit pucuk
Bibit pucuk dipilih tebu yang baik dan sehat, serta yang tidak banyak
bercampur dengan jenis-jenis tebu lain. jumlah mata yang diambil adalah 3-5
mata. Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentek, supaya dapat
melindungi mata dari kerusakan, bibit pucuk diikat untuk dapat dikirim. Bibit
pucuk lebih mudah diangkut, karena mata tidak mudah rusak (Sutardjo,
1994).
2. Bibit mentah/ bibit krecekan/ bibit bagal
Bibit bagal berasal dari tanaman yang berumur 6-7 bulan, bibit
dipotong dan kemudian diikat tanpa mengklentekkan daun pembungkusnya
agar mata-mata tunas tidak rusak. Pengiriman jarak jauh, biasanya bongkokan
tebu dibungkus dengan daun dipucuknya (Sutardjo, 1994).
3. Bibit rayungan
Pada bibit rayungan, sebelum memngkas batang tanaman tebu, daun-
daun diklentek. Ini dimaksudkan agar pertumbuhan mata-mata tunas tidak
terhambat. Tanaman tebu setelah dipangkas, kemudian dipupuk sebanyak
ku ZA ha-1. Pemangkasan dilakukan 1 bulan sebelum bibit rayungan
diambil. Bibit rayungan membutuhkan banyak air. Pertumbuhan bibit
rayungan lebih cepat daripada bibit bagal.
4. Bibit dederan atau ceblok
a) Bibit dederan
Lahan tidak terpakai yang ada ditepi kebun dapat dipergunakan untuk
kebun bibit. Tanah dibersihkan dari rerumputan dan kotoran-kotoran, tanah
dicangkul yang dalam dan dihancurkan agar tidak terbongkah. Tanah yang
dipupuk dengan pupuk kandang agar subur dan mudah menyerap air. Tanah
diberi pupuk ZA sebanyak ku ha-1 setelah tanamn tampak sehat. Bibit
diambil dengan didongkel (dicabut), beserta tanahnya. Sebelum ditanam,
sebagian daunnya dipotong untuk mengurangi penguapan air. Bibit mulai
dapat diambil setelah berumur 18-20 hari (Sutardjo, 1994).
14

b) Bibit ceblok
Bibit yang terdiri atas beberapa ruas, antar 608 ruas. Sebelum ditanami,
lubang-lubang tanaman dapat dipakai untuk menanam bibit ceblok. Tanah di
dalam lubang tanaman dihaluskan dan disirami, bibit ditanam secara merapat.
Satu lubang tanaman dapat ditanam dua baris atau lebih. Bibit cebolokan
diambil ketika berumur 3-4 minggu (Sutardjo, 1994).

5. Bibit-bibit lain
a) Bibit sogolan/ bung
Bibit sogolan (bung) sering dipakai untuk keperluan penyulaman. Bibit
ini kurang bak mutunya, karena matanya kurang kuat (Sutardjo, 1994)
b) Bibit seblangan
Bibit seblangan diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk
mecukupi penyulaman. Bibit ini diambil dari bibit rayungan 2 yang telah
berumur 16-18 hari. Pengambilannya dengan cara menyeblang
(memisahkan). Pemisahan ini harus hati-hati, jangan sampai merusak
tanaman, dari 2 mata hanya satu mata saja yang diambil (Sutardjo, 1994)
1. Bibit dongkelan
Bibit diambil dari anakan tanaman yang telah tua, yaitu anakan (tunas)
yang tumbuh dari bekas tebu yang telah ditebang (Sutardjo, 1994)
2. Bibit siwilan
Tanaman yang sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati, maka keluarlah
tunas yang disebut siwilan. Siwilan ini dapat dipergunakan juga sebagai bibit
sulaman, perawatannya seperti bibit rayungan (Sutardjo, 1994)

2.4.3 Penanaman
Jenis tebu yang akan ditanam adalah jenis tebu yang hasil produksinya
tinggi dan sesuai dengan jenis tanah kebun. Bibit stek (potongan tebu) harus
ditanam berimpitan agarmendapatkan jumlah anakan semaksimal mungkin.
Hal ini dapat mencegah banyaknya tanaman sulaman, karena sulaman dapta
diambil dari tanaman yang telah tumbuh dan dari persediaan bibit yang
15

sengaja disediakan oleh tanaman rangkap yang ada diujung juringan(dekat


got), sebelum melakukan penanaman, lebih dahulu dilakukan pemeriksaan
yang teliti apakah lahan sudah siap untuk ditanam, rumput harus sudah
dibersihkan, dan kasuran sudah cukup tebal dan halus. Bibit yang akan
ditanam harus benar-benar diseleksi diluar kebun (ditempat yang telah
disediakan). Bibit yang digunaka haru baik, matanya tidak cacat, dan bibit
tiak berpenyakit. Tunas dari bibit rayungan, sebaiknya menghadap ke satu
arah, kecuali tunas yang berada diakhir juringan menghadap ke arah yang
berlawanan. Bibit ini diperuntukkan persediaan bibit sulaman (Sutardjo,
1994).

2.4.4 Pemeliharaan
1. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk memberikan nutrisi tambahan pada
tanaaman yang tidak didapatkan tanaman dari tanah. hal ini dilakukan untuk
mengoptimalkan produktivitas tanaman baik secara kualitas maupun
kuantitas. Dalam penanaman tebu harus dilakukan pemupukan yang
berimbang, pupuk yang dipergunakan ialah pupuk NPK dengan dosis dan
waktu yang sesuai dengan kebutuhan tanaman (Anonymouse, 2002).
Windiharto (1991) menyatakan bahwa agar tanaman tebu dapat tumbuh
subur, juga dperlukan adanya pemupukan Silikat pada tanaman tebu. Pupuk
Silikat ini dapat berupa terak Silikat. Silikat bagi tanaman tebu berperan
dalam meningkatkan efisiensi fotosintesis, menginduksi ketahanan terhadap
cekaman biotik dan abiotik seperti hama dan penyakit., keracunan Al, Mn,
dan Fe, mwningkatkan ketersediaan P, serta memperbaiki efesiensi
penggunaan air.
2. Pengairan
Air banyak digunakan pada pertumbuhan awal sampai berumur 4-5
bulan. Semakin tua tanaman tebu semakin sedikit air yang dibutuhkan.
Pemberian air pertama diberikan menjelang dan sesudah tanam. Setelah itu
penyiraman dilakukan 3 hari sekali sampai tanaman berumur 2 minggu. Saat
16

umur 2-4 minggu, penyiraman dilakukan sebulan sekali. Penyiraman yang


terakhir dilakukan sebelum gulud (pembubunan tanah) terakhir. Bila saat
penyiranaman bersamaan dengan pemupukan, maka yang dilakukan lebih
dulu adalah pemupukan kemudian dilanjutkan dengan penyiraman (Indriani
dan Sumarsih, 1992)
3. Pemeliharaan Got
Tujuan utama pemeliharaan got adalah untuk menjaga agar drainase
tetap baik. Kegiatannya meliputi kebersihan got, perbaikan dinding got yang
rusak, dan pendalaman got. Pendalaman got yang sudah dangkal
dimaksudkan agar got tetap dalam. Pendangkalan got disebabkan oleh
jatuhnya tanah ke dalam got akibat terinjak atau terkikis air hujan (Indriani
dan Sumiarsih, 1992)
4. Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit yang tidak tumbuh,
sehingga kebun tetap rapat dan seragam untuk mempertahankan produksi
tanaman tebu baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Menurut Hadiseputro
(1994) penyulaman bertujuan untuk membuat kondisi tanaman uang seragam
dan rapat populasinya.
5. Pembubunan
Pembubunan dapat dilakukan untuk memberikan nutrisi pada anakan
sehingga anakan dapat tumbuh optimal. Pembuunan dilakukan 4 kali yaitu
pertama dilakukan saat tanaman berumur satu bulan atau tanaman telah
tumbuh 45-50 tunas per juring. Pembubunan kedua dilakukan saat tanaman
berumur 2-2,5 bulan atau tunas tumbuh sebnayak 115-135 per juring.
Pembubunan kedua ketiga saat tanaman berumur 3-3,5 bulan atau telah ada
140 tunas per juring. Pembubunan terakhir dilakukan pada tanaman tebu yang
sudah berumur 4-5 bulan dimana batang sudah berada di atas tanah (Indriani
dan Sumiarsih, 1992).
6. Pengklentekan
Pengklentekan ialah kegiatan melepaskan daun-daun yang telah kering
dan menguning. Yang penting dalam saat pengerjaan klentek pertama adalah
17

ruas-ruas tebu benar-benar bersih dari daduk (daun kering tebu), sehingga
akar-akar baru akan segera tumbuh dari ruas-ruas yang paling bawah bila
mendapat tambahan tanah. pengklentekan kedua dilakukan ketika tebu
berumur 6-7 bulan. Daun-daun yang dilepaskan adalah daun dari 7-9 ruas di
atas guludan sampai batas daun-daun hijau. Tidak boleh mengklentek daun-
daun yang hijau, karena akan mengenggu pertumbuhan tebu. Tiak boleh
mengklentek dengan pisau/ arit, sebab dapat merusak batang-batang tebu.
Selain itu, pengklentekan kurang bersih karena masih tersisa ros-ros. Setelah
batang tebu/ rumpun tebu diklentek, sinar matahari dapat masuk ke sela-sela
rumpun. Ini berarti mempercepat proses pengolahan glukosa-sakarosa
didalam batang tebu. Ini berarti harapan meningkatnya rendemen tebu/
produksi kristal (Sutardjo, 1994)
7. Penyiangan
Pembersihan gulma atau tanaman pengganggu dilakukan dengan tenaga
manusia atau bahan kimia. Bahan kimia digunakan bila kekurangan tenaga
kerja. Dengan tenaga manusia, pembersihan dilkaukan 4 kali degan selang
waktu 3 minggu setelah tanam. Sampai umur 4 bulan, lahan harus bebas
gulma. Maksudnya agar tidak terjadi persaingan antara tanaman tebu dengan
gulma dalam mencari makan (Indriani dan Sumarsih, 1992)
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara manual, mekanis
(menggunakan alat) dan kimiawi (menggunkan herbisida). Pemberantasan
gulma dapat dialkukan dengan cara: (1) pemberantasan gulma yang
berkembang melalui biji, dilakukan pada saat gulma belum berbunga. (2)
pemberantasan gulma yang berkembang melalui umbi, dilakukan dengan
memberantasa atau mengambil umbinya. (3) pemberantasan gulma yang
berkembang gulma yang berkembang dengan akar, dilakukan dengan cara
membongkar semua akarnya. Pengendalian mekanis dengan cara penyiangan
tangan dilakukan sebanyak 3 sampai 4 kali. Pengendalian dilakukan setiap 3
minggu sekali sampai saatnya tajuk tebu menutup tanah. Sedangkan
pengendalian gulma secara kimiawi yangdilakukan dengan penyemprotan
herbisida dilakukan sebanyak 7 kali pada 3-7 HST. Jenis gulma yang sering
18

ada dan sangat merugikan ialah rumputu teki (Cyperus rotundus), grinting
(Cyniodon dactylon), dan tuton (Echinochloa colona) (Djatmiko, 1993).
Penyiangan untuk tanaman tebu tidak hanya pembersihan gulma, tetapi
juga pengelupasan daun atau yang lebih dikenal dengan kletek.
Pengklentekan mempunyai tujuan untuk menurunkan kelembaban dan
meringankan beban tanaman, sehingga tanaman tidak roboh. Kletek
dilakukan sebanyak 3 kali. Pertama sebelum gulud akhir atau berumur 4-5
bulan. Kedua, pada umur 7 bulan. Terakhir saat tanaman berumur 11 bulan
atau 1-2 bulan sebelum tebang (Indriani dan Sumiarsih, 1992).
8. Pengendalian hama penyakit
Hama-hama terpenting pada tanaman tebu adalah penggerek pucuk
(Scirpophaga nivella Intacta), penggerek batang (Chilo auricillius), kutu bulu
putih (Ceratovacuna lanigera), hama cabuk hitam, tikus (Rattus sp.), rayap
(Termes sp). Sedangkan penyakit-penyakit penting yang menyerang tanaman
tebu di Jawa adalah penyakit bledok, penyakit pokahbung, penyakit luka api,
penyakit noda kuning, peyakit noda cincin, penyakit garis kuning, penyakit
pembuluh dan penyakit mosaik. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan
antara lain menanam varietas tebu tahan penyakit, memilih bibit yang sehat,
menjaga kebersihan kebun, sterilisasi pisau potong bibit atau alat lain dengan
lysol 20% atau alkohol 70%, dan pengolahan tanah sebelum penanaman
(Hadiseputro, 1994)

2.6 Panen dan Pasca panen


1. Panen
a. Penentuan saat panen
Panen tebu dilakukan pada tingkat kemasakan optimum, yaitu pada saat
tebu dalam kondisi mengandung gula tertinggi. Prinsip panen tebu ialah MBS
(manis, bersih, dan segar). Untuk mengetahui tingkat kemasakan tebu
dilakukan analisis kemasakan tebu secara periodik (15 ari sekali) sejak dua
atau tiga bulan sebelum mulai giling. Analisis yang dilakukan dengan cara
menggiling contoh digilingan kecil di Laboratorium. Setelah dilakukan
19

berbagai perhitungan akan menghasilkan data tentang tingkat kemasakan,


rendemen, kemampuan peningkatan rendemen, daya tahan tebu. Dengan
menganalisis data tersebut dan memperhatikan faktor lingkungan dan
kapasitas giling, dapat disusun jadwal panen berbagai kebun sesuai saat
optimum kemasakannya (Anonymouse, 2009)
b. Tebang angkut
Kegiatan tebang angkut merupakan kegiatan kritikal dalam proses
produksi gula karena ketidaktepatan dapat menimbulkan kerugian cukup
besar. Panen tebu dilakukan dengan menebang batang-batang tebu yang sehat
(tebu layak giling). Mengumpulkan dan mengengkut ke pabrik gila untuk
digiling (Anonymouse, 2009)
c. Penebangan
Penebangan dapat dilakukan secara manual maupun secara mekanis/
tenaga mesin seperti laat tebang tebu PSAB 93-1. Penebangan tabu secara
manual dilakukan dengan cara membongkar guludan tebu dan mencabut
batang-bantang tebu secara utuh kemudian dibersihkan dari tanah, akar,
pucuk, daun kering, dan kotoran lainnya (Anonymouse, 2009)
2. Pasca Panen
Hasil utama perkebunan tebu adalah gula pasir yang harus diproduksi
menurut proses pengolahan tertentu untuk memperoleh mutu yang
dikehendaki dan memenuhi standar pasar. Untuk itu, perkebunan tebu
membangun pabrik pengolahan buran tebu menjadi gula (pabrik gula) yang
merupakan kesatuan dalam perekebunan itu. Pengolahan tebu menjadi gula
dapat dilakukan dengan beberapa proses, antara lain Defekasi, Sulfitasi,
Karbonatasi, Sulfitasi, Leburan sjilman, Defekasi klarsel, sulfitasi dan
Defekasi Nira Kental Sulfitasi. Proses pabrikasi yang digunakan sekarang
sebagian besar (> 90%) menggunakan proses sulfitasi selebihnya
menggunakan proses karbonatasi atau proses lainnya (Anonymouse, 2009).
20

2.7 Hama Penyakit Tanaman Tebu


A. Hama
1. Penggerek Pucuk (Triporyza vinella F)
Penggerek pucuk menyerang tanaman tebu umur 2 minggu sampai umur
tebang. Gejala serangan ini berupa lubang-lubang melintang pada helai daun
yang sudah mengembang. Serangan penggerek pucuk pada tanaman yang
belum beruas dapat menyebabkan kematian, sedangkan serangan pada tanaman
yang beruas akan menyebabkan tumbuhnya siwilan sehinggga rendemen
menurun. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan memakai insektisida
Carbofuran atau Petrofur yang terserap jaringan tanaman tebu dan bersifat
sistemik dengan dosis 25 kg/ha ditebarkan ditanah.

2. Uret (Lepidieta stigma F)


Hama uret berupa larva kumbang terutama dari familia Melolonthidae
dan Rutelidae yang bentuk tubuhnya membengkok menyerupai huruf U. Uret
menyerang perakaran dengan memakan akar sehinga tanaman tebu
menunjukkan gejala seperti kekeringan. Jenis uret yang menyerang tebu di
Indonesia antara lain Leucopholis rorida, Psilophis sp. dan Pachnessa
nicobarica. Pengendalian dilakukan secara mekanis atau khemis dengan
menangkap kumbang pada sore/malam hari dengan perangkap lampu
biasanya dilakukan pada bulan Oktober-Desember. Disamping itu dapat pula
dengan melakukan pengolahann tanah untuk membunuh larva uret atau
menggunakan insektisida carbofuran 3G.

3. Penggerek Batang
Penggerek batang yang menyerang tanaman tebu antara lain
penggerek batang bergaris (Proceras sacchariphagus Boyer), penggerek
batang berkilat (Chilotraea auricilia Dudg), penggerek batang abuabu
(Eucosma schista-ceana Sn), penggerek batang kuning (Chilotraea
infuscatella Sn), dan penggerek batang jambon (Sesamia inferens Walk).
Diantara hama penggerek batang tersebut penggerek batang bergaris
21

merupakan penggerek batang yang paling penting yang hampir selalu


ditemukan di semua kebun tebu.
Serangan penggerek batang pada tanaman tebu muda berumur 3-5
bulan atau kurang dapat menyebabkan kematian tanaman karena titik
tumbuhnya mati. Sedang serangan pada tanaman tua menyebabkan kerusakan
ruas batang dan pertumbuhan ruas diatasnya terganggu,sehingga batang
menjadi pendek, berat batang turun dan rendemen gula menjadi turun pula.
Tingkat serangan hama ini dapat mencapai 25%. Pengendalian umumnya
dilakukan dengan penyemprotan insektisida antara lain dengan penyemprotan
Pestona/ Natural BVR. Beberapa cara pengendalian lain yang dilakukan yaitu
secara biologis dengan menggunakan parasitoid telur Trichogramma sp. dan
lalat jatiroto (Diatraeophaga striatalis). Secara mekanis dengan rogesan.
Kultur teknis dengan menggunakan varietas tahan yaitu PS 46, 56,57 dan
M442-51. Atau secara terpadu dengan memadukan 2 atau lebih cara-car
pengendalian tersebut.

B. Penyakit
1. Penyakit mosaik
Penyakit mosaik disebabkan oleh virus dengan gejala serangan pada
daun terdapat noda-noda atau garis-garis berwarna hijau muda, hijau tua,
kuning atau klorosis yang sejajar dengan berkas-berkas pembuluh kayu.
Gejala ini nampak jelas pada helaian daun muda. Penyebaran penyakit
dibantu oleh serangga vektor yaitu kutu daun tanaman jagung, Rhopalosiphun
maidis Pengendalian dilakukan dengan menanam jenis tebu yang tahan,
menghindari infeksi dengan menggunakan bibit sehat, dan pembersihan
lingkungan kebun tebu.
2. Penyakit busuk akar
Penyakit busuk akarDisebabkan oleh cendawan Pythium sp. Penyakit
ini banyak terjadi pada lahan yang drainasenya kurang sempurna. Akibat
serangan maka akar tebu menjadi busuk sehingga tanaman menjadi mati dan
22

tampak layu. Pengendalian penyakit dilakukan dengan menanam varietas


tahan dan dengan memperbaiki drainase lahan.
3. Penyakit blendok
Penyakit blendokdisebabkan oleh bakteri Xanthomonas albilineans
dengan gejala serangan timbulnya klorosis pada daun yangmengikuti alur
pembuluh. Jalur klorosis ini lama-lamamenjadi kering. Penyakit blendok
terlihat kira-kira 6 mingguhingga 2 bulan setelah tanam. Jika daun terserang
berat,seluruh daun bergaris-garis hijau dan putih.. Penularan penyakit terjadi
melalui bibit yang berpenyakit blendok atau melalui pisau pemotong bibit.
Pengendalian dengan menanam varietas tahan penyakit, penggunaan bibit
sehat dan serta mencegah penularan dengan menggunakan desinfektan larutan
lysol 15% untuk pisau pemotong bibit.
4. Penyakit Pokkahbung
Penyakit Pokkahbungdisebabkan oleh cendawan Gibberella
moniliformis. Gejala serangan berupa bintik-bintik klorosis pada daun
terutama pangkal daun, seringkali disertai cacat bentuk sehingga daun-daun
tidak dapat membuka sempurna, ruas-ruas bengkok dan sedikit gepeng.
Akibat serangan pucuk tanaman tebu putus karena busuk. Pengendalian dapat
dilakukan dengan penyemprotan 2 sendok makan Natural GLIO+2 sendok
makan gula pasir pada daun muda setiap minggu, pengembusan dengan
tepung kapur tembaga atau dengan menanam varietas tahan (Indrawanto et al,
2010)
23

BAB III. METODE PELAKSANAAN


3.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan magang kerja dilaksanakan di PG. Kebon Agung Malang
Jawa Timur. Kegiatan magang kerja dilaksanakan selama tiga bulan dimulai
pada bulan Juli- September 2014.

3.2 Metode pelaksanaan Magang Kerja


Metode pelaksanaan yang digunakan dalam kegiatan magang kerja di PG.
Kebon Agung sebagai berikut:
a. Praktek kerja langsung di lapang
Kegiatan yang dilakukan yaitu mengikuti seluruh kegiatan yang
dilaksanakan oleh pihak PG. Kebon Agung pada tanaman tebu.
b. Diskusi dan wawancara
Diskusi dan wawancara dilakukan dengan pembimbing lapang untuk
memperoleh informasi tentang objek yang dipelajari sehingga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan.
c. Pengumpulan data
Pengumpulan data didapatkan dengan cara mengamati dan ikut serta
praktek kerja langsung sesuai dengan aktivitas yang dilaksanakan mulai
awal pengolahan lahan hingga pengendalian yang dilakukan ketika
tanaman tebu terserang OPT (Organisme Penganggu Tanaman)
d. Studi pustaka
Studi pustaka digunakan untuk membahas serta menganalisa permasalahan
yang terjadi di lapang dan digunakan untuk menambah informasi terkait
pengelolaan dan pengendalian masalah hama penyakit yang menyerang
pada tanaman tebu.
e. Penyusunan laporan
Penyusunan laporan dilakukan pada saat setelah kegiatan magang kerja
telah dilaksanakan, sehingga didapatkan hasil dari kegiatan magang kerja
selama 3 bulan tersebut.
24

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
4.1.1 Sejarah PT Kebon Agung
Pabrik Gula Kebon Agung mulai didirikan pada tahun 1905 di Malang
oleh seorang pengusaha bernama Tan Tjwan Bie. Kapasitas giling pada waktu itu
500 tth. Sekitar tahun 1917 pengelolaan PG Kebon Agung diserahkan kepada NV.
Handel & Landbouws Maatschapij Tideman van Kerchem sebagai Direksinya,
kemudian dibentuk Perusahaan dengan nama NV. Suiker Fabriek Kebon Agoeng
yang disebut PT PG Kebon Agung dan disahkan dengan akte Notaris Hendrik
Willem Hazenberg pada tanggal 20 Maret 1918 dengan No. 155, dan disahkan
dengan Surat Keputusan Sekretaris Gubernur Hindia Belanda tanggal 30 Mei
1918 No. 42, didaftar dalam register Kantor Pengadilan Negeri, Surabaya dengan
No. 143.
Pada tahun 1932 seluruh saham PT PG Kebon Agung tergadaikan kepada
de Javasche Bank Malang dan pada tahun 1936 PT PG Kebon Agung dimiliki
oleh de Javasche Bank. Dalam RUPS Perseroan tahun 1954 ditetapkan bahwa
Pemegang Saham PT PG Kebon Agung adalah Spaarfonds voer Beamten van de
Bank Indonesia (yang kemudian bernama Yayasan Dana Tabungan Pegawai Bank
Indonesia) dan Bank Indonesia (atas nama Yayasan Dana Pensiun dan Tunjangan
Hari Tua Bank Indonesia).
Pada tahun 1957 PT PG Kebon Agung dikelola oleh Badan Pimpinan
Umum Perusahaan Perkebunan Gula atau BPU-PPN Gula dan tahun 1962
perseroan ini membeli seluruh saham NV Cultuur Matschapij Trangkil di Pati
yang didirikan tahun 1835 (semula dimiliki oleh Ny. A de Donariere EMSDA
Janiers van Hamrut) dengan kapasitas giling 300 tth. Pada saat itu pula Pemegang
Saham bergabung menjadi satu badan hukum sendiri bernama Yayasan Dana
Pensiun dan Tunjangan Hari Tua Bank Indonesia (YDP THT BI) sebagai
Pemegang Saham tunggal.
Setelah BPU-PPN Gula dilikuidasi pada tahun 1967, PT PG Kebon Agung
dikembalikan kepada YDP THT BI, dan pada tanggal 17 Juli 1968 Direksi Bank
Indonesia Unit I (sekarang bernama Bank Indonesia) yang merupakan Pemegang
25

Saham tunggal PT PG Kebon Agung menunjuk PT Biro Usaha Manajemen Tri


Gunabina atau PT Tri Gunabina sebagi pengelola PG Kebon Agung di Malang
dan PG Trangkil di Pati.
Berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas, maka dalam RUPS-LB tanggal 26 Juli 1996 diputuskan bahwa
Pemegang Saham PT Kebon Agung terdiri dari YKK-BI dan Direksinya adalah
badan Hukum PT Kebon Agung, berkedudukan di Surabaya.
4.1.2 Lokasi PG. Kebon Agung
Pabrik Gula Kebon Agung terletak di desa Kebon Agung, Kecamatan
Pakisaji, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur, 110 km dari Ibukota Propinsi,
5 Km dari Ibukota Kabupaten dengan ketinggian 500 m di atas permukaan laut.
Bentuk topografinya berupa lahan datar berbukit yang berada di lereng gunung
Kawi sebelah barat, dengan jenis tanah Aluvial, Litosol, Mediteran. Pada tahun
2013 Luas wilayah dari PG. Kebon Agung yang diperuntukkan untuk kegiatan
produksi seluas 112.890 m2 dengan luas lahan tebu sekitar 21.260 ha.
Letak geografis PG. Kebon Agung 8o LS dan sekitar 112o 30 BT. PG.
Kebon Agung mempunyai suhu rata rata 26-27 oC dan suhub maksimum 29 oC
dengan curah hujan 226 mm/tahun. Iklimnya mempunyai tipe iklim B (basah)
dengan perbandingan 1.5 3.0 BK (Bulan Kering).
Area tanah yang digunakan oleh PT. Kebon Agung seluas kurang lebih
70.459 m2 terbagi menjadi:
Bangunan Utama : 17.472 m2
Perumahan : 4.250 m2
Bengkel : 800 m2
Gudang : 900 m2
Jalan : 11.850 m2
Tempat Parkir : 9.000 m2
Saluran Pembuangan : 437 m2
Taman : 3.170 m2
Pengelolaan Limbah : 6.000 m2
Lain-lain : 16.000 m2
26

Arah Gadang

P.G. Kebon
Agung

Gambar 1. Denah Lokasi PG. Kebon

AgungAAAAgung
4.1.3 Struktur Organisasi

Pabrik Gula Kebon Agung dipimpin oleh seorang Pemimpin yang


melaksanakan Policies dan tata serta prosedur yang telah disetujui oleh direksi.
Membuat dan melaksanakan kerjasama dengan para manajer. Mengkoordinasikan
dan mengawasi setiap bagian yang ada dalam perusahaan, serta membawahi
empat bagian yaitu :
1. Kepala Bagian Teknik
Merencanakan, mengawasi dan mengkoordinasikan pelaksanaan
maintenence. Bertanggung jawab atas kelancaran peralatan fabrikasi.
2. Kepala Bagian Tanaman
Merencanakan, mengawasi dan mengkoordinasikan penyediaan bahan
baku berkualitas.
3. Kepala Bagian Tata Usaha dan Keuangan
27

Mengkoordinasikan karyawan dan bagian personalia serta tenaga


kerjabagian administrasi.Merencanakan, mengawasi dan mengkoordinasikan
segala sesuatu yang berkaitan dengan pembelian barang.
4. Kepala Bagian Pabrikasi
Merencanakan, mengawasi dan mengkoordinasikan pengelolaan proses
Pabrikasi.Setiap bagian tersebut mempunyai tugas dan tanggung jawab dari
masing - masing bagian yang dipegangnya. Struktur organisasi PG Kebon Agung
dapat dilihat pada Gambar 2.

Pemimpin

Kabag Teknik Kabag Tanaman Kabag Tata Kabag Fabrikasi


Usahadan
Keuangan
Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi

Kepala Kepala Kepala Kepala


SubSeksi SubSeksi SubSeksi SubSeksi
Gambar 2. Diagram Struktur Organisasi PG. Kebon Agung
4.1.4 Visi dan Misi
1. Visi
Mewujudkan perusahaan yang bergerak dalam industri gula yang berdaya saing
tinggi, mampu memberi keuntungan secara optimal dan terpercaya dengan selalu
mengikuti perkembangan ilmu pengentahuan dan teknologi serta mampu
memenuhi kepentingan petani sebagai mitra kerja, karyawan, pemegang saham,
dan pemangku kepentingan lainnya.
2. Misi
a. Menyelenggarakan perusahaan secara profesional dan dinamis, inovaif, dan
produktif atas dasar prinsi-prinsip tata kelola perusahaan yang baik
b. Meningkatkan kemitraan dengan petani atas dasar hubungan yang saling
menguntungkan
28

c. Meningkatkan kinerja potensi sumberdaya manusia yang tersedia di


lingkungan perusahaan secara optimal
d. Mengembangkan perusahaan yang berwawasan lingkungan dan secara
berkesinambungan menerapkan teknologi maju sesuai dengan kenutuhan
peusahaan.

4.1.5 Budidaya Tebu


A. Pembibitan
Bibit tebu menjadi syarat utama sebagai bahan tanam untuk mendapatkan
bahan baku gula. Bibit yang akan ditanam didapatkan dari proses pembibitan.
Bibit yang baik akan menghasilkan produksi yang maksimal. Bibit yang baik ialah
memiliki pertumbuhan yang optimal, produktivitas tinggi, bebas hama dan
penyakit, memiliki tingkat kemurnian >95% umur 6-7 BST (bulan setelah tanam)
berasal dari kebun bibit terpelihara.
Berdasarkan tingkat kemasakan tebu dapat digolongkan menjadi masak awal,
masak tengah dan masak akhir. Varietas Genjah (masak awal), mencapai masak
optimal 8-10 bulan, Varietas Sedang (masak tengahan), mencapai masak
optimal pada umur + 10-12 bulan, Varietas dalam (masak lambat), mencapai
masak optimal pada umur lebih dari 12 bulan. Varietas tebu masak awal
mengalami musim kering selama 1 bulan, masak tengah selama 2 bulan, dan
masak akhir selama 3 bulan. PG. Kebon Agung menyediakan macam tebu yang
ditanam oleh petani. Kategori tebu masak awal ialah varietas PS 862, PS 881,
PSJK 922. Varietas tebu masak tengah yaitu varietas KK (kidang kencana), PS
864, PMC 7616. Varietas tebu masak akhir antara lain BL (Bulu Lawang).
PG. Kebon Agung menggunakan beberapa jenis bibit dalam kegiatan
budidaya, yaitu bibit bagal. Bibit bagal berasal dari tanaman yang berumur 6 7
bulan. Bibit dipotong menjadi 3 ruas dengan 2 mata tunas. Tunas tebu yang
digunakan untuk bibit sebanyak 68 mata tunas. PG. Kebon Agung menggunakan
bibit bagal 90% yang ditanam di lahan TS (Tebu Sendiri) dan TR (Tebu
Rakyat). Bibit bagal dapat ditanam pada jenis lahan kering maupun lahan basah.
29

Gambar 3. Bibit Bagal

Jenjang kebun pembibitan adalah sebagai berikut :


1) Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU)
KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan. Kemurniannya berada
dibawah pengawasan Pemulian Tanaman. KBPU ditanam pada bulan Juli-
Agustus.
2) Kebun Bibit Pokok (KBP)
KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek. Kebun ini menggunakan
bahan tanam yang berasal dari KBPU. Kebun ini dikelola oleh Riset
Pengembangan. KBP ditanam pada bulan Januari-Februari.
3) Kebun Bibit Nenek (KBN)
KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk. Kebun ini menggunakan
bahan tanam yang berasal dari KBP. Kebun ini dikelola oleh Riset
Pengembangan. KBN ditanam pada bulan Juli-Agustus.
4) Kebun Bibit Induk (KBI)
KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai
penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit datar. Kebun ini menggunakan
bahan tanam yang berasal dari KBN. KBI ditanam pada bulan Januari-
Februari.
5) Kebun Bibit Datar (KBD)
30

KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai


penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling. Kebun ini menggunakan
bahan tanam yang berasal dari KBI. KBD ditanam pada bulan Juli-
Oktober.

B. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan ialah kegiatan untuk penggemburan tanah, sehingga
tanah mudah untuk ditanami dan mengurangi adanya hama dan penyakit yang ada
di dalam tanah yang terbalik ke atas permukaan. Pengolahan lahan di PG. Kebon
Agung menggunakan 3 tahapan, yaitu pembajakan, penggemburan, dan
pembuatan juringan atau pengkairan.

Pengolahan secara Mekanisasi


1. Pembajakan (bajak 1)
Bajak 1 ialah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam
batas olah tanah, membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta
menghancurkan sisa-sisa tumbuhan sebelumnya. Alat yang digunakan untuk
pembajakan yaitu Implement Davis Flow yang ditarik dengan traktor dengan
kedalaman 30-40 cm.
2. Penggemburan (bajak 2)
Ialah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar menjadi
lebih kecil. Tujuan kegiatan ini untuk membuat kondisi tanah berpori lebih
banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan
yang diinginkan. Alat yang digunakan untuk pembajakan yaitu Implement Rome
Master yang ditarik dengan traktor.
3. Pengkairan (pembuatan juringan)
Pengkairan ialah kegiatan pembuatan alur tanaman. Alat yang digunakan adalah
furrower dengan kedalaman juringan 25-30 cm yang ditarik dengan traktor. Pada
satu kali jalan dibuat 2 sampai 3 alur. Jarak antar juringan adalah 135 cm.
31

Gambar 4. Kegiatan pengkairan

Sistem Reynoso
Sistem reynoso digunakan di lahan sawah yang menggunakan tenaga
manusia dan dilakukan secara manual seperti mencangkul. Membuka lahan secara
reynoso petani tidak menggunakan bantuan alat bajak bermesin seperti traktor.
Sistem reynoso dilakukan bertujuan untuk mengatasi masalah drainase yang jelek.
Dalam sistem reynoso dibuat dengan membuat saluran pemutus air berupa got
keliling, got malang, dan juringan. Tahapan pembuatan got dan jaringan pada
sistem reynoso ialah pembuatan got keliling, got malang, dan juringan.

C. Penanaman
Penanaman ialah kegiatan menanam bahan tanam berupa bagal pada
juringan. Tebu yang ditanam di lahan sawah dan tegalan memiliki pola yang
berbeda. Pola tanam I dilakukan pada bulan Juli- Agustus yang diterapkan di
lahan sawah pada waktu musim kemarau. Pola tanam II dilakukan pada bulan
September- Oktober yang diterapkan pada lahan tegalan saat musim hujan. Lahan
tegalan yang cenderung membutuhkan air yang cukup, sehingga ditanam pada
saat musim hujan. Di lahan Jedong dilakukan penanaman pada bulan September,
karena kondisi lahan di Jedong termasuk lahan kering.
Penanaman dilakukan setelah aplikasi abu ketel, fungsi dari abu ketel
memperbaiki agregat tanah, sehingga dapat memacu pertumbuhan akar untuk
menyerap unsur hara secara optimal. Bagal di tanam pada juringan dengan cara
diecerkan, posisi mata tunas disamping. Lahan 1 ha dibutuhkan bagal sebanyak 10
32

ton, tiap juringan di tanam 36 bagal. Bagal sedikit ditekan ke bawah dan ditutup
dengan tanah untuk menghindari kekeringan akibat sinar matahari.

D. Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit tebu yang tidak tumbuh,
baik pada tanaman baru maupun keprasan, sehingga diperoleh populasi tebu yang
optimal. Penyulaman dilakukan 2-4 minggu setelah tanam. Tebu yang berumur 2-
4 minggu sebagai masa perkecambahan yaitu mulai pemmbentukan tunas,
sehingga penyulaman segera dilakukan untuk mendapat keseragaman populasi.
Penyulaman dilaksanakan menggunakan bagal yang memiliki 2-3 mata tunas dan
diletakkan pada baris tanaman yang telah dilubangi sebelumnya.

4.2.4 Pemeliharaan Tanaman


A. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan mutu hasil
tanaman. Pemupukan diberikan pada saat tanaman menunjukkan sejumlah
kebutuhan unsur hara agar diperoleh keefisienan yang maksimal. Pemupukan
yang dilakukan oleh PG. Kebon Agung dilaksanakan dalam tiga tahap. Kegiatan
pemupukan dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 5. Kegiatan pemupukan


Pemupukan pertama diaplikasikan pupuk kompos 30 kwintal/ ha.
Pemupukan dasar dengan menggunakan pupuk kompos dan dilakukan bersamaan
dengan pengolahan lahan supaya pupuk dapat tercampur dengan tanah.
Pemupukan kedua dilakukan 1-1,5 bulan setelah tanam menggunakan pupuk
33

Phonska 4 kwintal dan ZA 8 kwintal. Pemupukan ketiga dilakukan 3 bulan


setelah tanam menggunakan pupuk ZA sebesar 4 kwintal.

B. Penyiangan Gulma
Gulma ialah tumbuhan yang hidup disekitar tanaman utama dan
keberadaannya dapat merugikan dan menurunkan produksi. Penyiangan adalah
penghilangan rumput atau tanaman liar di sekitar tanaman yang sedang dirawat.
Rumput atau tanaman liar perlu dihilangkan karena menimbulkan penghalangan
tumbuhnya tanaman yang sedang kita rawat, kompetisi penyerapan hara, ruang,
cahaya, dan CO2.
Gulma menyebabkan penularan penyakit karena terdapat rumput atau
tanaman liar yang mempunyai penyakit sama dengan tanaman utama. Penyakit
tanaman menyukai kondisi lingkungan yang lembab, dan keberadaan gulma, akan
meningkatkan kelembaban lingkungan. Kegiatan penyiangan gulma pada gambar
8;

Gambar 6. kegiatan penyiangan


Penyiangan dilakukan bertujuan untuk mencegah persaingan dalam penyerapan
air dan unsur hara dan mencegah hama penyakit. Penyiangan dilakukan dalam
tiga tahap. Penyiangan di PG Kebon Agung menggunakan 2 cara, yaitu secara
mekanis dengan alat cangkul dan sabit, kedua secara kimia menggunakan
herbisida. Herbisida yang digunakan ialah herbisida Daconil.

C. Roges dan Klentek


Roges atau pelepasan pelepah daun tebu yang telah kering diperlukan agar
makanan yang dari akar tebu dapat langsung diserap oleh batang dan tidak banyak
34

terbuang untuk daun. Membuka ruas-ruas tebu sehingga ruas yang terkena sinar
matahari akan tumbuh lebih panjang dan tanaman tebu dapat tumbuh secara
optimal. Kegiatan ini dapat meningkatkan produksi tebu dan brix tebu. Kegiatan
roges dilakukan secara manual menggunakan sabit. Roges dilakukan sebanyak 3
tahap. Roges pertama dilakukan pada saat tanaman memiliki 3 - 5 ruas berumur
5-6 bulan, untuk memacu pertumbuhan batang. Roges kedua dilakukan pada
tanaman yang memiliki 8 - 10 ruas berumur 8 bulan, tujuannya untuk
mematangkan batang tengah dan atas. Roges tiga dilakukan pada tanaman tebu
yang memiliki >14 ruas/ sebelum dilakukan penebangan untuk memenuhi kriteria
MBS (Manis, Bersih, Segar).

Gambar 7. Kegiatan Roges

E. Pengairan

Gambar 8. Kegiatan Irigasi

Pengairan ialah usaha menyedediakan air untuk tanaman budidaya yang


sesuai kebutuhan. Tujuan dari irigasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan air, karena
air mengandung unsur hara penting yang dibutuhkan tanaman untuk hidup. Di PG
35

Kebon Agung teknis pemberian air dibagi 2 yaitu pengairan teknis dan diesel.
Pengairan teknis dilakukan pada daerah yang terdapat jaringan irigasi. Kegiatan
irigasi dilakukan di lahan Tebu Sendiri Sumber Pucung. Teknis pemberian air
menggunakan tenaga diesel yang mengambil air dari sumber yang ada disekitar
lahan.
Pemberian air yang harus dilakukan secara tetap, pada saat tanaman
berumur 2 - 3 HST atau sesudah pemupukan, pada saat tanaman berumur 2
minggu (saat tebu memiliki 3 - 4 daun) dan selanjutnya melihat kondisi lahan dan
tanaman. Pengairan selanjutnya dilihat dari kondisi tanaman artinya apabila
tanaman membutuhkan air yaitu ketika lahan kering dan kondisi tanaman layu
maka akan diberi irigasi. Irigasi biasanya dilakukan 2 minggu sekali dengan
waktu 1 x 24 jam di lahan 1 ha.

F. Pembumbunan

Gambar 9. Kegiatan Pembubunan

Pembubunan ialah kegiatan pemeliharaan dengan cara menutup pangkal


batang dengan tanah. Tujuan pembubunan antara lain menutup tanaman tebu agar
pertumbuhan akar lebih kuat, menggemburkan tanah dan menekan pertumbuhan
gulma, menutup pangkal batang tebu sehingga kuat dan tidak mudah robah.
Pembubunan di PG. Kebon Agung dilakukan sebanyak 4 kali. Pembubunan
pertama dilakukan pada umur 1 bulan setelah tanam, yaitu tanaman memiliki daun
sebanyak 3-4 helai. Pembubunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-
rumputan, membalik guludan dan menghancurkan tanah. Pembubunan kedua
36

dilakukan pada saat anakan tebu sudah lengkap dan cukup besar 2-3 bulan
setelah tanam. Pembubunan ketiga dilakukan pada umur 4 bulan setelah tanam
yang daun tanaman sudah menutupi lahan dengan cara memperdalam got.
Pembubunan terakhir dilakukan pada umur 5 bulan setelah tanam.

D. Panen
1. Tebang
Tebu giling yang diusahakan PG. Kebon Agung sendiri maupun tebu
rakyat (petani) mensyaratkan umur tebu 12 bulan atau disesuaikan dengan
varietas tebu. Penebangan dilakukan pada tingkat kemasakan optimum, yaitu pada
umur 11-12 bulan saat tebu dalam kondisi mengandung gula tertinggi. Prinsip
panen tebu adalah MBS (manis, bersih dan segar), kriteria manis yaitu brix tebu
>15, kriteria bersih yaitu tebu bersih dari sogoloan, akar, daun kering, dan tanah,
sedangkan kriteria segar yaitu tebu harus segera digiling dalam waktu maksimal 2
hari setelah tebang. Untuk mengetahui tingkat kemasakan tebu dilakukan analisis
kemasakan sejak dua atau tiga bulan sebelum mulai giling. Analisis yang
dilakukan dengan cara menggiling contoh tebu digilingan kecil di laboratorium
untuk diketahui brix dan pol tebu. Tebu yang ditebang nilai brix dari batang
bagian bawah harus lebih tinggi dibandingkan nilai brix dari batang atas, jika nilai
brix batang atas lebih tinggi maka tebu tersebut telat dalam penebangan sehingga
dihasilkan rendemen gula rendah.
Kegiatan tebang di PG. Kebon Agung dilakukan secara manual dengan
menggunakan sabit. Bagian pucuk batang tebu dibuang, karena bagian ini
mengandung asam amino dan miskin kandungan gula. Penebangan dilakukan
hingga pangkal batang yang bersih dari akar, kotoran, daun tebu kering dan tanah.
Tebu yang telah ditebang, tidak boleh terlalu lama dalam penyimpanan,
karena hal ini mempengaruhi jumlah rendemen gula. Tebu yang telah ditebang
harus segera diangkut dan dilakukan penggilingan. Periode tebang yang dilakukan
PG. Kebon Agung pada tahun 2014 dimulai pada bulan Juni dan direncanakan
akan berakhir pada bulan Desember.
37

2. Angkut
Pengangkutan tebu dari lahan dilakukan menggunakan truk, yang terdiri
dari truk kecil, truk besar, dan gandeng. Proses masuknya tebu dari lahan ke
pabrik melalui beberapa tahapan. Tebu yang akan ditebang, diberi SIT (Surat Ijin
Tebang) oleh kantor bagian tebang angkut yang kemudian dilanjutkan SPTA
(Surat Perintah Tebang Angkut). SPTA yang telah keluar, maka surat tersebut
dibagikan kepada petani dan truk dapat masuk ke dalam pabrik. Truk tebu masuk
ke areal PG. Dan ke bagian TA untuk pemeriksaan nilai brix tebu, kemudian
mendapatkan nomor urut bongkar yang dilanjutkan dengan proses penimbangan
tebu dan truk (bruto). Langkah selanjutnya yaitu truk tebu akan menunggu antrian
nomor di emplasment, setelah mendapatkan giliran giling, maka tebu akan
diangkut ke meja giling, kemudian dilakukan proses penggilingan tebu menjadi
gula.

4.1.5 Hama Penyakit Tebu


A. Hama

Hama ialah organisme yang menyerang tanaman budidaya dan


menyebabkan kerugian secara ekonomis. Serangan hama pada tanaman tebu
menjadi salah satu faktor yang dapat menurunkan produktivitas. Hama yang
menyerang tebu di PG. Kebon Agung di lahan tebu ialah:

1. Penggerek Pucuk (Scirpophaga nivella)


Penggerek memiliki tanda serangan yaitu telur berwarna putih yang
diletakkan di bawah daun. Telur menetas setelah 9 hari dan ulat akan keluar ke
bagian pupus daun dan menggerek ke dalam daun muda yang belum terbuka
menuju menuju pucuk batang, yang kemudian digerek lurus ke bawah. Pupus
yang terbuka terlihat baris-baris yang terdiri dari lubang-lubang kecil. Pada
tanaman tebu muda ( 3 bulan) ulat membuat lorong yang mendatar diatas titik
tumbuh dan melalui pelepasan daun yang masih utuh (lubang yang keluar ini
terletak di atas tanah untuk memudahkan keluarnya kupu-kupu dari ulat
penggerek).
38

Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh hama penggerek pucuk pada tebu
berumur 3 bulan yang menyebabkan tebu mati, tetapi masih dapat
menumbuhkan anakan baru. Serangan pada umur 6-7 bulan tidak tentu mati,
tanaman akan membentuk siwilan, tetapi ini dapat menyebabkan tinggi batang
turun satu meter dan rendemen dapat turun 50%. Pada tanaman tebu tua yang
terserang penggerek rendemen dapat turun antara 5-10%.
Di PG. Kebon Agung serangan hama penggerek pucuk di lahan Sumber
pucung tidak melebihi ambang batas ekonomi. Pada lahan budidaya di Sumber
Pucung tingkat serangan hama penggerek 5% dalam luasan 2 ha. Keberadaan
hama tersebut tidak merugikan secara ekonomi karena populasinya sangat rendah.
Penanganan yang dilakukan oleh petani jika ditemukan hama penggerek di lahan
adalah dengan mencabut tanaman yang terserang dan mematikan larva secara
manual. Pengendalian lain yang dilakukan ialah melepas parasit Trichogramma
sp. dilakukan pada saat tebu umur 2 minggu hingga menjelang tebang. Pada lahan
penelitian aplikasi dilakukan setiap 2-3 kali dalam seminggu dan setiap aplikasi
diletakkan sekitar 50-60 pias. Sedangkan pada lahan produksi, aplikasi pias
dilakukan sesuai hasil monitoring yang dilakukan petani untuk mencegah hama
penggerek sebelum menyebar pada lahan budidaya.

Gambar 10. Penggerek pucuk


Pengembangan Parasitoid Trichogramma sp.

Trichogramma sp. ialah serangga yang menjadi musuh alami bagi hama
penggerek pucuk dan penggerek batang. Trichogramma sp. termasuk jenis
parasitoid yang bersifat polifag. Trichogramma sp. diberdayakan oleh PG. Kebon
Agung sebagai parasitoid untuk mengendalikan penggerek pucuk dan penggerek
batang pada tanaman tebu yang dibudidayakan. Teknik pengendalian hama pucuk
39

dan batang menggunankan parasitoid Trichogramma sp. sudah dilakukan sejak


PG. Kebon Agung didirikan.
Trichogramma sp. dikembangbiakan di Laboratorium hama PG. Kebon
Agung. Perkembangbiakannya dengan menggunakan telur Corsera cephalonica
sebagai bahan yang akan di parasit Trichogramma sp. telur C. cephalonica diberi
pakan beras sebagai nutrisi dari perkembangan telur menjadi dewasa/ imago.
Perkembangan C. cephalonica dari telur menjadi dewasa berlangsung selama
35 hari. Suhu optimum yang dibutuhkan dalam perkembangan C. cephalonica
adalah 290-300 C. Suhu yang kurang optimum dapat memperlambat proses telur
menjadi imago, sehingga imago yang dipanen rendah. Kotak beras diganti setiap
15 hari sekali. Setiap hari dilakukan penangkapan C. cephalonica yang telah
menjadi imago yang bentuknya mirip kupu-kupu dan terbang. Imago C.
cephalonica yang telah ditangkap, diletakkan ke dalam sebuah sangkar
perkawinan berbentuk tabung.
Kualitas beras mempengaruhi perkembangbiakan dari C. cephalonica.
Keberadaan Sithopillus oryzae sebagai hama kutu beras mempengaruhi jumlah
dari imago C. cephalonica. S. oryzae pada beras dalam jumlah banyak, maka telur
C. cephalonica.yang berhasil menjadi imago jumlahnya berkurang. Hama beras
harus dihilangkan atau dihindrakan selama masa perkembangan C. cephalonica.
Biasanya beras yang terdapat banyak kutu, dijemur selama satu hari hingga tidak
ada kutu, agar perkembangan telur C. cephalonica maksimal.
Setiap satu tabung sangkar diisi 50-100 imago C. cephalonica. Imago yang
dihasilkan banyak maka diberi 100 imago dalam satu tabung sangkar, jika iamago
yang dihasilkan sedikit maka satu tabung sangkar diberi 50 imago C. cephalonica.
Setiap pagi imago C. cephalonica dipanen telurnya dengan cara, ujung sangkar
dirontokkan dengan kuas. Telur yang berhasil dirontokkan, 60% bagian
digunakan untuk perkembangbiakan dan 40% bagian untuk dijadikan sebagai
bahan parasit Trichogramma sp. Telur C. cephalonica yang digunakan sebagai
bahan parasitdi letakkan pada kertas kecil yang dibentuk corong, sementara kertas
pias diolesi dengan lem Gom cair (berwarna kuning). Setiap kertas pias ditabur
dengan C. cephalonica. Satu tabung reaksi diisi dengan 4 kertas pias telur C.
40

cephalonica pada saat produksi telur sedikit dan 1 strater Trichogramma sp. Pada
saat telur C. cephalonica produksinya banyak, maka satu tabung reaksi diisi 6-8
kertas pias dan 1 strater Trichogramma sp.

Gambar 11: Tabung Parasitasi Tricgormama sp.


Spesies Trichogramma sp. yang dikembangkan Nana, Japanichum, dan
Chilonis. Setiap hari menghasilkan 50-90 kertas pias yang telah diparasit
Trichogramma sp. Tabung reaksi yang berisi 6 kertas pias dan diberi strater pias
yang mengandung Trichogramma sp, setalah 7 hari maka Trichogramma sp.
muncul yang ditandai dengan adanya perubahan warna dari telur C. cephalonica
berwarna putih menjadi hitam. Hal itu bertanda bahwa Trichogramma sp. berhasil
memarasit telur C. cephalonica. Telur C. cephalonica yang gagal terparasit, maka
akan menjadi larva. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya; isi pias
dalam satu tabung rekasi banyak tetapi strater yang digunakan hanya satu, suhu
lingkungan turun (dingin), lem yang diberikan terlalu tebal. Telur yang menjadi
larva dimasukkan lagi ke kotak beras untuk pembiakan C. cephalonica hingga
menjadi imago. Kertas pias yang mengandung Trichogramma sp. yang dihasilkan,
40% pias digunakan untuk strater dan 60% digunakan aplikasi di lahan. Strater
ialah pias yang mengandung Trichogramma sp. yang digunakan untuk bahan
parasitasi telur C. cephalonica untuk produksi berikutnya.
Di pangkal tabung reaksi diberi kain hitam dan diikat dengan karet gelang.
Di atas bagian pangkal tabung reaksi, ditutup kain hitam, agar Trichogramma sp.
terpusat pada pangkal tabung reaksi. Trichogramma sp. menyukai tempat yang
tidak terlalu terang untuk berkembang atau dengan cahaya matahari seminimal
mungkin.
41

Trichogramma sp. diaplikasikan ke lapang setelah semua telur C.


cephalonica terparasit. Kertas pias yang mengandung Trichogramma sp.
diletakkan pada bagian daun dengan cara distraples atau diletakkan di ketiak daun.
Pola penempatan pias diletakkan secara zig zag yang mewakili dari seluruh lahan.
Trichogramma sp. akan terbang dan memarasit inangnya pada jarak 10 meter.

Aplikasi Pias Trichogramma spp.di Lahan

Aplikasi pias dari Trichogramma sp. dilakukan di lahan sejak 3 minggu


setelah tanam hingga menjelang panen. Cara aplikasi pias di lapang ialah dengan
meletakkan pias pada ketiak daun atau menstaples pias pada daun. Pengaplikasian
dilakukan pada saat pagi hari, maka dalam sehari atau dua hari Trichogramma sp.
yang berinang pada telur C. cephalonica akan menetas dan menyebar pada lahan
tanaman tebu. Pengaplikasian pias Trichogramma sp. pada gambar 14;

Gambar 12. Aplikasi pias

Pada lahan penelitian aplikasi dilakukan setiap 2-3 kali dalam seminggu dan
setiap aplikasi diletakkan sekitar 50-60 pias. Sedangkan pada lahan produksi,
aplikasi pias dilakukan sesuai hasil monitoring yang dilakukan petani untuk
mencegah hama penggerek sebelum menyebar pada lahan budidaya. Pias
Trichogramma sp. mengendalikan hama penggerek pucuk dan penggerek batang
tebu. Penggunaan parasitoid Trichogramma sp. digunakan sebagai satu
pengendalian secara alami oleh PG. Kebon Agung dan mampu mengurangi
populasi serangan hama penggerek.

2. Uret (Lepidiota stigma)


42

Hama uret menjadi salah satu binatang yang sangat merugikan pada
pertanman tebu. Gangguan hama uret terhadap tebu terutama terjadi pada
pertanaman yang diusahakan di lahan kering dengan tipe tanah ringan berpasir.
Siklus hidup uret dimulai dari telur yang akan menetas menjadi larva, kemudian
berubah menjadi pupa, selanjutnya akan menjadi imago berupa kumbang. Imago
betina meletakkan telur dalam tanah yang lembab hingga kedalaman 5-30 cm dan
akan menetas 1-2 minggu.

A B

Gambar 13. Lepidiota stigma; (A) Larva L. stigma; (B) Kerusakan pada
tebu yang ditimbulkan oleh serangan L. stigma
Larva muda makan dari sisa-sisa tanaman mati dan perakaran disekitarnya, larva
yang telah memasuki instar 3 dan 4 makan perakaran tanaman tebu, dan pada
masa ini menjadi waktu uret untuk menyerang akar tebu, sehinga yang paling
merugikan adalah instar 3. Daur hidup dari larva uret dari instar 1 hingga 4
berjalan selama 7-8 bulan. Sebelum menjadi pupa, larva masuk ke dalam tanah
untuk mencari kelembaban dan relatif aman dari musuh alaminya. Pupa
terlindung dari kokon yang terbuat dari tanah dan rumput-rumputan. Penerbangan
imago biasanya terjadi di awal musim hujan.
43

Siklus hidup 14: Daur larva-imago Lepidiota stigma


(Sumber: Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2010)
Kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh hama uret ialah tanaman
menunjukkan gejala seperti kekeringan. Pada serangan yang berat tanaman mudah
roboh dan mudah dicabut karena akar-akarnya dimakan uret. Besarnya kerusakan
yang ditimbulkan oleh serangan uret terhadap pertanaman tebu dipengaruhi oleh
berbagai faktor diantaranya jumlah uret per rumpun, stadium dan kategori
tanaman pada saat terserang, kesuburan tanah. Serangan berat pada tebu muda,
menyebabkan tanaman mati. Pada tebu yang lebih besar, bobot tebu dan
rendemen turun. Serangan pada tebu menjelang tebang akan mennurunkan hasil
dan menyebabkan pertumbuhan jelek pada tanaman keprasan berikutnya.
Kumbang/ imago muncul setiap tahun pada awal musim penghujan di
daerah tropis. Fase larva (uret) berkembang sampai akhir musim penghujan dan
selama musim kemarau (sekitar tiga bulan) memasuki fase prapupa, pupa dan
dewasa yang belum aktif dalam tanah. Selama periode penerbangan kumbang
makan dedaunan tanaman tahunan, bunga dan sekaligus sebagai tempat
berlindung. Aktivitas kumbang pada malam hari setelah matahari terbenam
sampai tengah malam.

Pengendalian
Di PG Kebon Agung, tingkat serangan hama uret di lahan Tajinan lebih
dari batas ambang ekonomi. Tingkat serangannya 30% menyerang tebu dan
secara ekonomi menurunkan produksi tebu. Pengelolaan yang telah dilakukan
ialah dengan cara irigasi, mekanik (mengambil uret secara manual yang dilakukan
pada waktu pengolahan lahan), dan pengendaliannya dengan penyemprotan
insektisida Furadan.
Pengendalian biologi dapat dilakukan dengan cara aplikasi agen hayati
dengan menggunakan Nematoda yaitu Steinernema sp. sebagai nematoda
entomopatogen yang efektif, untuk mengendalikan. Nematoda ini telah diuji
cobakan untuk mengendalikan hama uret khususnya dari jenis Lepidiota stigma
yang selama ini menjadi musuh petani tebu terutama di lahan berpasir. Uji coba
44

dilakukan oleh Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan


Surabaya pada tahun 2009. Steinernema sp. memberikan hasil yang efektif untuk
mengendalikan hama uret tebu. Aplikasi dari agens hayati ini dapat dilakukan
pada saat pengolahan lahan dengan cara disemprotkan di lahan, sehingga dapat
mengendalikan uret sebelum menyerang pada tebu.

3. Tikus
Tikus menyerang pertanaman tebu sejak pembibitan hingga tanaman
dewasa, ruas-ruasnya dikerat dengan dan tanpa merusak mata tunas, sedangkan
tanaman yang berumur 2 sampai 3 bulan menunjukkan gejala daun-daunnya
kelihatan seperti dipangkas dengan pisau tumpul. Serangan hama tikus pada
tanaman tebu yang sudah dewasa dan batang mencapai ketinggian kurang lebih 2
meter dapat terjadi di batang baik di dalam tanah maupun di atas permukaan tanah
hingga pucuk tanaman. Kerusakan pada batang di dalam tanah disertai dengan
kerusakan perakaran hingga menyebabkan daun layu dan kering. Kerusakan pada
batang di atas permukaan tanah berupa gerekan atau keratan pada ruas-ruas yang
menyebabkan tanaman mudah roboh yang secara langsung serangan hama tikus
dapat menyebabkan penurunan rendemen gula, serangan berat dapat
menyebabkan kegagalan panen.

Gambar 15. Serangan hama tikus


Hama tikus di lahan Tajinan menyerang tidak lebih dari batas ambang ekonomi,
karena tingkat serangannya 3%. Pencegahan serangan tikus dapat dikurangi
dengan menjaga kebersihan kebun dari sampah dan tanaman perdu yang dapat
dijadikan sebagai tempat persembunyian tikus.
45

B. Penyakit
1. Penyakit Karat

Gambar 16. Penyakit karat daun

Penyakit karat daun menjadi salah satu penyakit penting pada tanaman
tebu. Penyakit karat disebabkan oleh cendawan Puccinia kuehnii. Penyakit karat
menunjukkan gejala berupa bercak-bercak berwarna kuning pada permukaaan
daun muda, dengan berkembangnya daun, jumlah bercak bertambah dan menyatu
membentuk areal yang lebih luas dengan warna kemerah-merahan. Penularan
penyakit pada umumnya dibantu oleh angin dan kondisi lingkungan yang lembab.
Serangan penyakit bercak kuning daun ini belum mencapai batas ambang
ekonomi. Serangan penyakit ini sangat sedikit, haya berkisar antara 1% - 2%
pada lahan budidaya yang diusahakan oleh PG Kebon Agung. Pengendalian
penyakit ini dapat dilakukan dengan cara meroges atau mengelentek daun yang
terkena serangan karat daun, agar spora jamur tidak menyebar karena gesekan
antar daun.
46

4.2 Pembahasan

A. Pembiakan Parasitoid Trichogramma sp. di Laboratorium Hama


Pembiakan parasitoid Trichogramma sp. dipandu oleh bapak Hadi dan
bapak Sopomulyo selaku pengelola Laboratorium hama PG. Kebon Agung.
Langkah dalam pembiakan Trichogramma sp. ialah diruang pembiakan, imago
Corcyra cephalonica dipanen setiap hari. Imago C. cephalonica yang dipanen
diletakkan di tabung perkawinan, setiap tabung diisi 50-100 imago tergantung
dengan jumlah yang dihasilkan.

A B

Gambar 17. Pembiakan C. cephalonica; A: ruang pembiakan imago C.


cephalonica; B: sangkar perkawinan C. cephalonica

Panen telur C. Cephalonica dilakukan oleh mahasiswa magang, sehingga


dapat mengetahui proses kegiatan tersebut. Telur dipanen di loyang, dengan cara
merontokkannya menggunakan kuas. Telur yang telah dipanen 60% bagian
digunakan untuk perkembangbiakan imago dan 40% bagian untuk dijadikan
sebagai bahan parasit Trichogramma sp.. Bagian yang digunakan untuk bahan
parasit Trichogramma sp. maka langkah selanjutnya mengolesi kertas pias dengan
lem Gom cair dan telur dirontokkan pada pias tersebut. Telur yang telah dletakkan
dikertas pias, langkah selanjutnya meletakkannya di tabung reaksi untuk proses
parasitasi Trichogramma sp., setiap tabung diisi 4 pias dan 1 strater.
47

A B

C D

E F

Gambar 18. Pembiakan Trichogramma sp.; A: panen telur C. cephalonica;


B: pengolesan pias dengan lem Gom; C: peletakan telur ke pias; D: pias yang siap
diparasit; E: memasukkan pias ke tabung parasit Trichogramma; F: tabung
ditutup kain
48

B. Aplikasi Parasitoid Trichogramma sp. di Lapang

Aplikasi Trichogramma sp. di lapang dilakukan setiap satu minggu


sebanyak 3 kali aplikasi. Aplikasi parasitoid ini dilakukan di lahan Sumber
Pucung, pias yang diaplikasikan sebanyak 60-100 pias. Aplikasi pias ini dilakukan
dalam upaya mengurangi serangan hama penggerek tebu. Cara aplikasi pias ialah
dengan meletakkan pias pada ketiak daun.

Gambar 19. Aplikasi parasitoid di lapang

C. Pembibitan Bud chip

Kegiatan lapang dilakukan pada lahan yang dikelola oleh PG Kebon


Agung yang berlokasi di sempalwadak adalah kegiatan persiapan bibit budchip
merupakan salah satu program baru yang akan teliti oleh pabrik gula kebon
agung. Bibit budchip adalah bibit yang diambil dari mata tunas tanaman tebu
untuk di tanam agar dapat menghasilkan tebu dengan jumlah anakan yang lebih
banyak. Keunggulan bibit tebu budchip bagaikan pendekar satu mata karena
bud chips setelah dipindahkan kelapang tebu mampu membentuk anakan 10-20
anakan. Anakan tersebutakan tumbuh sempurna sampai panen 8-10 batang per
rumpun sedangkan bibit dari bagal anakan yang terbentuk 1-4 anakan.
Persiapan budchip yang dilakukan oleh PG Kebon Agung adalah dengan
mempersiapkan berbagai alat yang dibutuhkan, alat-alat tersebut diataranya adalah
budchip cutter yang berfungsi sebagai pemotong mata tunas tebu (gambar A) dan
hot water treatment (gambar B) fungsi dari HWT adalah untuk mensterilkan
49

bahan (budchip) selain itu agar bibit tidak terserang bakteri yang dapat
menganggu pertumbuhan tanaman.

Bibit yang digunakan untuk percobaan ini adalah bibit tebu varietas BL
dan varietas PSJK 922. Alur kerja untuk mendapatkan hasil bibit budchip yang
baik adalah sebagai berikut:

bibit yang siap perendaman


di potong pada air hangat 500 dikering
penanaman
C selama 10- anginkan
bagian tunas
20 menit

A B

Gambar 20. Alat pembibitan budchip; A: Bud chip cutter; B: HWT (Hot
Water Treatment); C: Pemotongan mata tunas tebu

Bibit budchip yang telah disiapkan akan ditanam, penanaman dilakukan


pada green house PG Kebon Agung yang terletak di desa Sempalwadak
50

Kecamatan Bululawang kab. Malang. Bibit budchip ditanam pada polybag dan
pottry komposisi media yang digunakan adalah tanah, abu ketel dan blotong
dengan perbandingan 50 : 25 : 25. Media yang telah dicampur kemudian
dimasukkan pada polybag dan pottry, bibit budchip dibenamkan pada tanah
dengan kedalaman 3 5 cm.

A B

C D

Gambar 21. Persiapan penanaman bud chip di potray; A: media tanam di polybag;
B: media tanam di potray; C: ZPT; D: pembenaman mata tunas yang telah diberi
perlakuan ke potray

Pembenaman bibit dilakukan dengan tujuan agar mata tunas yang akan
ditanam tidak rusak akibat faktor luar. Selain itu untuk memicu pertumbuhan bibit
tebu pihak PG juga memberikan zat pengatur tumbuh (ZPT) dengan merek
dagang Atonik, pemberian zpt untuk mempercepat pertumbuhan bibit tebu
menjadi tunas-tunas tebu yang baru. Penyemaian yang dilakukan pada green
house selama 1 bulan setelah semai akan dipindahkan pada bedengan,
pemindahan hasil semai ke bedengan dilakukan selama 2 bulan. Setelah
51

tanaman tebu tumbuh maka siap dipindahkan ke kebun bibit atau untuk dijual.
Penjualan satu bibit tebu dengan harga Rp. 450,-

D. Kegiatan Penanaman di lahan


Dalam kegiatan penanaman bagal dilaksanakan di Bululawang terdapat beberapa
tahap yang dilakukan ialah:
1. Pemotongan bagal tebu
Kegiatan yang dilakukan di lahan TS (Tebu Sendiri) adalah pemotongan
bagal tebu.Varietas tebu yang digunakan adalah PSJK 922 dengan setiap bagal 2
mata tunas.Bagal tebu yang digunakan sebagai bibit diperoleh dari Kebun Bibit
Datar dengan umur bibit tersebut berumur 7-8 bulan. Pemotongan bibit tebu
dilakukan dengan pisau dan penumpu seperti kayu agar memudahkan pemotongan
bibit tebu untuk di potong.

2. Penyortiran bagal tebu


Kegiatan setelah pemotongan bagal tebu adalah penyortiran bagal. Kegiatan
ini dilakukan untuk menyeleseksi kembali yang sebelumnya dilakukan
penseleksian saat pemotongan tebu. Hal ini dilakukan agar bagal tebu yang
diharapkan memang benar varietas PSJK 922 dan menilai bagal tersebut dapat
tumbuh dengan baik atau tidak. Adapun ciri dari calon bagal yang dapat tumbuh
adalah dengan menseleksi keadaan mata tunas tebu dan keadaan bagal tebu yang
tampak masih segar.

Gambar 22. Penyortiran bagal tebu


52

3. Peletakan bagal tebu pada masing-masing juringan


Kegiatan yang dilakukan setelah penyortiran adalah peletakan bagal tebu
pada masing-masing juringan yang disiapkan untuk ditanami.peletakan bagal tebu
pada masing-masing juringan dihitung terlebih dahulu. Adapun bakal calon yang
ditanam dalam setiap juringan terdapat 38 bagal tebu. Pada saat peletakan bagal
tebu dihitung juga bagal yang siap untuk ditanam di juringan.

4. Pemberian pupuk ZA dan KCL serta akrilamid


Setelah dilakukan peletakan bagal tebu adalah dilakukan pemberian pupuk
ZA dan KCL yang selanjutnya dicampur dengan akrilamid.Adapun fungsi dari
pupuk ZA da KCL adalah sebagai pupuk dasar, kemudian fungsi dari akrilamid
adalah sebagai bahan pembenah tanah untuk meretensi ketersediaan air dalam
tanah, dalam kata lain agar kelembaban tanah tetap terjaga.
Selanjutnya penutupan aplikasi pupuk dan akrilamid. Adapun fungsi dari
penutupan tersebut adalah untuk mencegah terjadinya penguapam bahan kimia
tersebut. Penutupan dengan menggunakan tanah tidak terlalu tebal karena pada
saat bagal ditanam diharapkan dapat efektif menjangkau ketersedian bahan kimia
tersebut.
Pemberian unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh selesai,
maka bagal tebu siap diecerkan ke dalam juringan Sistem peletakan bagal tebu
adalah end to end atau dengan kata lain, antar pucuk bagal dengan pucuk yang
lain saling menyambung.

A B

Gambar 23. Penanaman; A: pemberian pupuk dan pengeceran bagal; B: posisi


peletakan bagal
53

E. Pengujian tingkat kemasakan tebu


Pengujian tingkat kemasakan digunakan untuk mengetahui nilai brix dan pol
tanaman tebu. Adapun cara analisa kelayuan tebu sebelum mengetahui nilai brix
dan pol adalah tebu varietas BL digiling dengan menggunakan gilingan mini,
kemudian dilakukan pengambilan sari tebu dengan tiga sampel yaitu bagian pucuk
tebu, tengah dan bawah. Setelah dilakukan pengambilan sari tebu, letakkan dalam
labu ukur dengan penambahan form A dan form B sebagai indikator untuk
membaca brix dan pol. Hasil penambahan beberapa bahan kimia dilakukan
penyaringan untuk memisahkan sari tebu dan cairan yang diharapkan dapat
membaca nilai brix dan pol. Penyaringan dilakukan selama 7 menit untuk
mendapatkan cairan tersebut
Nilai brix dan pol dapat dibaca dengan menggunakan alat penguji brix dan
pol. Dari ketiga sampel (bagian pucuk tebu, tengah dan bawah) yang paling tinggi
adalah bagian bawah dengan dibuktikan keadaan sari tebu yang diperas berwarna
lebih hitam. Hal ini disebabkan karena bagian bawah tebu tampak telah matang
dari pada bagian yang lain, selain itu pada saat musim kering pada bulan
September hingga oktober rendemen tebu akan semakin tinggi dari pada bulan
sebelumnya. Rendemen akan turun ketika musim hujan telah tiba, berikut adalah
nilai brix dan pol yang telah diperoleh besrta dokumentasi.
Bagian Tebu Brix Pol

Pucuk 20,24 69,81

Tengah 20,84 69,85

Bawah 21,34 73,06

Tabel 1: Hasil pengujian Brix dan Pol tebu

Pengujian yang telah dilakukan dapat mengetahui tingkat kemasakan tebu


sebelum tebang, sehingga dengan itu dapat mengetahui waktu tebang yang
keadaan rendemen maksimal. Rendemen menyatakan kemasakan batang tebu,
rendemen yang dipaksakan tebang dapat menurunkan kualitas hasil dan produksi
gula. Hal ini dapat menghasilkan gula yang sedikit karena tebu masih
54

mengandung kadar air yang tinggi. Tebu yang berkualitas berarti tebu yang
memiliki nilai rendemen tiggi pada waktu dilakukannya pengujian tebu dengan
tingkat produksi gula yang maksimal. Kemasakan tebu yang ditentukan oleh
pabrik yaitu nilai brix minimal 15, sehingga menurunkan kualitas hasil gula yang
didapat. Tebu yang berkualitas akan menghasilkan nilai rendemen yang tinggi
pada waktu dilakukannya pengujian contoh tebu.

F. Kegiatan monitoring gulma hasil penyemprotan dengan herbisida


Kegiatan ini dilakukan di lahan TS (Tebu Sendiri) Desa Jatiguwi
bersebelahan dengan lahan yang telah dilakukan aplikasi pias
sebelumnya.Kegiatan penyemprotan herbisida untuk perawatan tanaman tebu
bertujuan untuk menghambat laju pertumbuhan gulma.Hasil dari monitoring
aplikasi dengan menggunakan herbisida sebagai penanganan menghambat laju
pertumbuhan gulma tampak tidak berpengaruh. Adapun salah satu faktor
mempengaruhi gulma tersebut dapat tumbuh kembali adalah takaran dari pestisida
yang kurang sesuai atau gulma yang ada di lahan tersebut telah resisten terhadap
pestisida yang diaplikasikan.
Pada dasarnya perawatan dengan menghambat laju pertumbuhan gulma
dapat dilakukan secara mekanik dengan menggunakan tenaga manusia.Namun
dengan memperhitungkan biaya, aplikasi dengan herbisida jauh lebih murah dari
pada mengandalkan tenaga manusia.Dengan dilakukan pembersihan gulma secara
mekanik dapat menghasilkan lebih baik karena dilakukan pencabutan gulma
hingga akar, apabila dengan herbisida gulma hanya menguning kemudian
mengering dan mati dan hanya menyisakan akar sehingga tumbuh kembali gulma
tersebut.
Tabel 2. Hasil Identifikasi Gulma

Spesies KM KN FM FN LBA DM DN IV SDR

Tebu 15.80 6.37 1.00 25.00 54711.36 3419.46 87.28 118.65 39.55

Teki 170.60 68.79 1.00 25.00 2861.44 178.84 4.56 98.35 32.78
55

DM 58.80 23.71 1.00 25.00 9.62 0.60 0.02 48.73 16.24

Grinting 1.40 0.56 0.40 10.00 1459.92 91.24 2.33 12.89 4.30

Kerokot 1.20 0.48 0.40 10.00 16.25 1.02 0.03 10.51 3.50

Digitaria satigera 0.20 0.08 0.20 5.00 3629.84 226.87 5.79 10.87 3.62

Keterangan :
KM : Kerapatan Mutlak
KN : Kerapatan Nisbi
FM : Frekuensi Mutlak
FN : Frekuensi Nisbi
LBA : Luas Basal Area
DM : Dominansi Mutlak
DN : Dominansi Nisbi
IV : Indeks Value
SDR : Sumance Dominance Ratio

Grafik 1: Hasil Identifikasi Gulma

45
40
35 Tebu
30 Teki
25 Daun Majemuk
20 Grinting
15 Krokot
10 Digitaria satigera
5
0
SDR
56

Herbisida Rekomendasi

Bimaron 500 Bimaron 500 SC merupakan herbisida sistemik pra tumbuh


berbentuk suspense untuk mengendalikan gulma berdaun
lebar, gulma berdaun sempit dan teki pada tanaman tebu
(Awal Tanam).

Bimaron 80 Bimaron 80 WP merupakan herbisida sistemik pra tumbuh


berbentuk tepung berwarna putih kecoklatan yang dapat
disuspensikan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dan
berdaun sempit pada tanaman ubi kayu, tebu dan nenas
(Penggunaan Lahan Tegalan).

Lindomin 865 Lindomin 865 SL merupakan herbisida purna tumbuh yang


diformulasi dalam bentuk larutan yang mudah larut dalam
air. Lindomin 865 SL berspektrum luas dan termasuk
herbisida yang bersifat selektif khususnya untuk gulma
berdaun lebar (Aplikasi Ketika Irigasi).
57

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kegiatan magang di Perusahaan PG. Kebon Agung malang dilaksanakan
selam tiga bulan terhitung mulai tanggal 30 Juni 2014 hingga 30 September 2014.
Pabrik Gula Kebon Agung terletak di desa Kebon Agung, Kecamatan Pakisaji,
Kabupaten Malang. Mahasiswa magang praktik ke lapang secara langsung yang
berhubungan dengan budidaya tanaman tebu. Selain melakukan hal yang
berhubungan dengan budidaya, juga melakukan analisis yang berhubungan
dengan kemaakan tebu. Teknik budidaya dilakukan pada kebun produksi dan
kebun penelitian di Tebu Sendiri yang tersebar pada wilayah Malang, meliputi
pembibbitan, pengolahan lahan, penanaman, penyulaman, peawatan, panen. Pada
praktik budidaya tebu, terdapat organisme pengganggu tebu yang menyerang di
atas batas ambang ekonomi dapat menurunkan produksi secara kuantitas dan
kualitas.
Organisme pengganggu tanaman tebu berupa hama dan penyakit yang
keberadaannya harus di kendalikan. Hama yang menyerang di lahan Tebu Sendiri
pada beberapa wilayah ialah Lepidiota stigma (uret) tingkat serangannya 30%,
Tikus tingkat serangannya 3%, dan hama penggerek tingkat serangannya 5%.
Hama uret dikendalikan secara mekanis dengan diambil secara manual pada
waktu pembukaan lahan, selain itu dikendalikan secara kimia dengan
penyemprotan insektisida Furadan. Tingkat serangan hama tikus berada di bawah
ambang ekonomi, sehingga keberadaannya tidak menurunkan kuantitas tebu dan
diperlukan pencegahan dengan menjaga kebersihan kebun dari tanaman perdu
yang dijadikan teikus sebagai tempat persembunyian. Penggerek pucuk tebu
menjadi hama penting pada tebu yang menyerang mulai umur 2 minggu hingga
menjelang tebang. Pengendalian yang dilakukan untuk hama penggerek dengan
melepas parasitoid Trichogramma sp, sehingga tingkat serangannya tidak
melebihi ambang ekonomi.
Penyakit yang menyerang tebu di PG. Kebon Agung ialah penyakit karat
yang tingkat serangannya 1-2 % secara ekonomi tidak merugikan. Penyakit karat
58

dapat dikendalikan dengan klentek tanaman yang terserang dan menjaga


kebersihan kebun agar kondisi tidak lembab.

5.2 Saran
Organisme pengganggu tanaman yang tingkat serangannya mencapai
ambang ekonomi ialah hama uret (Lepidiota stigma). Serangan uret dapat
menurunkan produksi dan tingkat rendemen tebu, sehingga diperlukan
pengendalian yang efektif dan ramah lingkungan. Pengendalian dapat dilakukan
dengan menggunakan agens hayati, yaitu berupa nematoda Steinernema sp.dan
jamur Metarhizium anisopliae. Aplikasi agens hayati dapat disemprotkan di lahan
saat pengolahan lahan pada sore hari, karena agens hayati berupa jamur tidak
dapat sensitif terhadap kelembaban dan sinat ultra violet (UV).
59

DAFTAR PUSTAKA
Anonymousa. 2004. Teknologi Peningkatan Produktivitas Tebu Rakyat dan
Pengenalan Varietas Unggul Harapan di Sumatra Utara. Proyek
Pengembangan Pangan Areal Perkebunan Sumatera Utara: Medan
Anonymousb. 2013. Tanaman Tebu. http://id.wikipedia.org/wiki/tebu. diakses
tanggal 6 maret 2014
Anonymousc. 2002. Pembudidayaan Tebu di Lahan Sawah dan Tegalan. Penebar
Swadaya: Jakarta
Dirjen perkebunan. 2011. Budidaya tanaman tebu. Direktorat Dirjen Perkebunan
Departemen Pertanian. Available at
http://ditjenbun.deptan.go.id/images/stories/ PDF%20ebu.pdf. Diakses
tanggal 6 maret 2014
Direktorat Jenderal Perkebunan.2009. Budidaya tanaman tebu. Direktorat Dirjen
Perkebunan Departemen Pertanian. Available at
http://ditjenbun.deptan.go.id/images/stories/ PDF%20ebu.pdf. Diakses
tanggal 6 maret 2014
Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2010. Pengenalan dan Perlindungan Hama
Uret (Lepidiota stigma F.) pada Tebu: Kementrian Pertanian
Djatmiko. 1993. Pengendalian Gulma di Perkebunan Tebu. Lembaga Pendidikan
Perkebunan: Yogyakarta. P. 9
Hadiseputro. 1994. Pemeliharaan dan Proteksi Tanaman Tebu. Bahan Kursus
untuk Ketua Kelompok Tani Wilayah Kerja PT. Perkebunan XXIV-XXV
(Persero) PG. Djatiroto
Indriani dan Sumiarsih. 1992. Pembudidayaan Tebu di Lahan Sawah dan Tegalan.
Penebar Swadaya: Jakarta. P. 41-55
Indrawanto et al. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Tebu. Eska Media: Jakarta
Marjayanti, S dan Pudjiarso. 2007. Penyediaan Bahan Tanam Tebu yang
Berkualitas. Program Pelatihan Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia: Pasuruan. P.20
Mulyadi et al. 2009. Identifikasi Potensi Lahan untuk Mendukung Pengembangan
Agribisnis Tebu di Wilayah Timur Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan
Gula Indonesia
Notojoewono, A.W. 1983. Berkebun Tabu Lengkap. PT. Soerongan: Jakarta
Sastrowijono, S. 1997. Mutu Bibit Tebu dalam Menunjang Produktivitas Hasil
Gula Indonesia 22 (1): 3-6
Sutardjo. 1994. Budidaya Tanaman Tebu. Bui Aksara: Jakarta. Pp 76
Sukman, Y dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya: Palembang. P. 3-83
Steenis. 1997. Flora. PT. Pradnya Paramita: Jakarta. P. 111-112
Setyamidjaja dan Azharni. 1992. Bercocok tanam tebu dan pasca panen. CV
Yasaguna: Jakarta. P 26-42
Tranggono dan Widaryanto. 1986. Diktat kuliah budidaya tanaman tebu. Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya: Malang. p. 50-55
Windiharto. 1991. Teknik Budidaya Tebu di Lahan Kering. Lembaga Perkebunan:
Yogyakarta
60

LAMPIRAN 1
1. DATA PRIBADI
Nama : Chusnul Fuadah
NIM : 115040201111228
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Kediri, 03 Mei 1992
Kewarganegaraan : Indonesia
Status perkawinan : Belum Kawin
Kesehatan : Sangat Baik
Agama : Islam
Alamat Malang : Jalan Kertoraharjo No. 86 Malang
Alamat asal : Ds. Maesan RT 24/ RW 05, Kec. Mojo, Kab. Kediri,
Kediri
Telepon : 085854472748
E-mail : Cfuadah@gmail.com

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN


1999 - 2005 : MI YPSM Baran Mojo
2005 - 2008 : MTs YPSM Baran Mojo
2008 - 2011 : MA Negeri 2 Kediri
2011- ... : Sementara semester VI di Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan,
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang

Demikian ini saya nyatakan dengan sesungguhnya, bilamana dikemudian hari


terdapat kesalahan dalam penulisan ini atau rekayasa, maka saya siap
menanggung segala konsekuensinya.

Malang, 30 September 2014


Hormat saya,

Chusnul Fuadah
61

LAMPIRAN 2

LOGBOOK MAGANG KERJA

30 Juni 30 September 2014

Minggu Hari Tangg Jam Kegiatan


al Kerja
1 Senin 30 07.00- Pembukaan dan pengenalan tempat magang
Juni 16.00 Pengenalan Lab. hama
2014 Wib EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta PKL
denganPembimbingLapangdan LITBANG serta
merencanakan kegiatan yang dilakukan besok

Selasa 1 Juli 07.00- Praktek pembiakan Trichogramma spp. sebagai


2014 16.00 parasitoid
Wib EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta PKL
denganPembimbingLapangdan LITBANG serta
merencanakan kegiatan yang dilakukan besok

Rabu 2 Juli 07.00- Analisis data produksi harian parasitoid selama


2014 16.00 bulan Juni 2014
Wib EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta PKL
denganPembimbingLapangdan LITBANG serta
merencanakan kegiatan yang dilakukan besok

Kamis 3 Juli 07.00- Pengenalan gilingan contoh untuk uji Brix dan
2014 16.00 POL
Wib Analisis Brix
EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta PKL
denganPembimbingLapangdan LITBANG serta
merencanakan kegiatan yang dilakukan besok

Jumat 4 Juli 07.00- Kantor Tebang angkut


2014 16.00 EvaluasiKegiatanyangdilakukanpeserta PKL
Wib denganPembimbingLapangdan LITBANGserta
merencanakan kegiatan yang dilakukan besok

Sabtu 5 Juli 07.00- EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta PKL


2014 13.00 selama satu minggu
Wib denganPembimbingLapangdan LITBANG serta
merencanakan kegiatan yang dilakukan besok

2 Senin 7 Juli 07.00- Materi tentang peran PG. Terhadap pemilihan


2014 16.00 varietas unggul
62

Wib EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta PKL


denganPembimbingLapangdan LITBANG serta
merencanakan kegiatan yang dilakukan besok

Selasa 8 Juli 07.00- IJIN


2014 16.00
Wib
Rabu 9 Juli 07.00- LIBUR PEMILU PRESIDEN
2014 16.00
Wib
Kamis 10 07.00- Kegiatan di kantor PG.
Juli 16.00 EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta PKL
2014 Wib denganPembimbingLapangdan LITBANG serta
merencanakan kegiatan yang dilakukan besok

Jumat 11 07.00- Pengenalan kantor pabrikasi


Juli 16.00 EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta PKL
2014 Wib denganPembimbingLapangdan LITBANG serta
merencanakan kegiatan yang dilakukan besok

Sabtu 12 07.00- EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta PKL


Juli 13.00 denganPembimbingLapangdan LITBANG serta
2014 Wib merencanakan kegiatan yang dilakukan besok

3 Senin 14 07.00- Praktek pembiakan Trichogramma sp. sebagai


Juli 16.00 parasitoid
2014 Wib Evaluasi Kegiatan yang dilakukan peserta PKL
dengan Pembimbing Lapang dan LITBANG
serta merencanakan kegiatan yang dilakukan
besok

Selasa 15 07.00- Input data


Juli 16.00 EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta PKL
2014 Wib denganPembimbingLapangdan LITBANG
serta merencanakan kegiatan yang dilakukan
besok

Rabu 16 07.00- Input data


Juli 16.00 EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta PKL
2014 Wib denganPembimbingLapangdan LITBANG
serta merencanakan kegiatan yang dilakukan
besok

Kamis 17 07.00- Input data


Juli 16.00 EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta PKL
2014 Wib denganPembimbingLapangdan LITBANG
63

serta merencanakan kegiatan yang dilakukan


besok

Jumat 18 07.00- Input data


Juli 16.00 EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta PKL
2014 Wib denganPembimbingLapangdan LITBANG
serta merencanakan kegiatan yang dilakukan
besok

Sabtu 19 07.00- EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta


Juli 13.00 PKLselama satu minggu
2014 Wib denganPembimbingLapangdan LITBANG serta
merencanakan kegiatan yang dilakukan minggu
berikutnya

4 Senin 11 08.00- Pengumpulan data tentang PG. Kebon Agung


Agustus 14.00 EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta
2014 Wib PKL denganPembimbingLapangdan
LITBANG serta merencanakan kegiatan
yang dilakukan besok

Selasa 12 07.00- Pengamatan hama dan penyakit di lahan


Agustus 16.00 Tajinan
2014 Wib EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta
PKL denganPembimbingLapangdan
LITBANG serta merencanakan kegiatan
yang dilakukan besok

Rabu 13 07.00- Aplikasi pias Trichogramma spp.di lahan


Agustus 16.00 Sumber Pucung
2014 Wib Evaluasi Kegiatan yang dilakukan peserta
PKL dengan Pembimbing Lapang dan
LITBANG serta merencanakan kegiatan
yang dilakukan besok

Kamis 14 07.00- Praktik ke lahan Sumber pucung untuk


Agustus 16.00 penyiangan
2014 Wib Evaluasi Kegiatan yang dilakukan peserta
PKL dengan Pembimbing Lapang dan
LITBANG serta merencanakan kegiatan
yang dilakukan besok

Jumat 15 07.00- Analisis data aplikasi pias di lahan TS dan


Agustus 16.00 TR
2014 Wib EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta
PKL denganPembimbingLapangdan
64

LITBANG serta merencanakan kegiatan


yang dilakukan besok

Sabtu 16 07.00- EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta PKL


Agustus 13.00 selama satu minggu
2014 Wib denganPembimbingLapangdan LITBANG
serta merencanakan kegiatan yang dilakukan
minggu berikutnya

5 Senin 18 07.00- Aplikasi pias Trichogramma spp. di lahan


Agustus 16.00 Sumber Pucung
2014 Wib EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta
PKL denganPembimbingLapangdan
LITBANG serta merencanakan kegiatan
yang dilakukan besok

Selasa 19 07.00- Mengolah data di kantor Biro Tanaman


Agustus 16.00 EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta
2014 Wib PKL denganPembimbingLapangdan
LITBANG serta merencanakan kegiatan
yang dilakukan besok

Rabu 20 07.00- Penanaman di lahan Jedong dan aplikasi abu


Agustus 16.00 ketel
2014 Wib Evaluasi Kegiatan yang dilakukan peserta
PKL dengan Pembimbing Lapang dan
LITBANG serta merencanakan kegiatan
yang dilakukan besok

Kamis 21 07.00- Kegiatan ke lahan Sumber pucung untuk


Agustus 16.00 pemupukan
2014 Wib EvaluasiKegiatan yang dilakukan peserta
PKL dengan Pembimbing Lapang dan
LITBANG serta merencanakan kegiatan
yang dilakukan besok
Jumat 22 07.00- Pabrikasi
Agustus 16.00 Evaluasi Kegiatan yang dilakukan peserta
2014 Wib PKL dengan Pembimbing Lapang dan
LITBANG serta merencanakan kegiatan
yang dilakukan besok
Sabtu 23 07.00- Evaluasi Kegiatan yang dilakukan peserta
Agustus 13.00 PKL selama satu minggu dengan Pembimbing
2014 Wib Lapang dan LITBANG serta merencanakan
kegiatan yang dilakukan minggu berikutnya
6 Senin 25 07.00- kegiatan ke lahan Sumber pucung untuk
Agustus 16.00 penyiangan
65

2014 Wib Evaluasi Kegiatan yang dilakukan peserta


PKL dengan Pembimbing Lapang dan
LITBANG serta merencanakan kegiatan
yang dilakukan besok
Selasa 26 07.00- Praktik ke lahan Sumber pucung untuk
Agustus 16.00 pengamatan pertumbuhan tanaman
2014 Wib Evaluasi Kegiatan yang dilakukan peserta
PKL dengan Pembimbing Lapang dan
LITBANG serta merencanakan kegiatan
yang dilakukan besok
Rabu 27 07.00- Praktik ke lahan Sumber pucung untuk
Agustus 16.00 pembubunan
2014 Wib Evaluasi Kegiatan yang dilakukan peserta
PKL dengan Pembimbing Lapang dan
LITBANG serta merencanakan kegiatan
yang dilakukan besok
Kamis 28 07.00- Praktik ke lahan Sumber pucung untuk
Agustus 16.00 pengairan
2014 Wib Evaluasi Kegiatan yang dilakukan peserta
PKL dengan Pembimbing Lapang dan
LITBANG serta merencanakan kegiatan
yang dilakukan besok
Jumat 29 07.00- Pengamatan penyakit di lahan Tajinan
Agustus 16.00 EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta
2014 Wib PKL dengan Pembimbing Lapang dan
LITBANG serta merencanakan kegiatan
yang dilakukan besok
7 Senin 1 07.00- Pengkairan di lahan Jedong
Septemb 16.00 Evaluasi Kegiatan yang dilakukan peserta
er 2014 Wib PKL dengan Pembimbing Lapang dan
LITBANG serta merencanakan kegiatan
yang dilakukan besok
Selasa 2 07.00- Input data produksi pias harian bulan
Septemb 16.00 Agustus 2014
er 2014 Wib EvaluasiKegiatan yang dilakukan peserta
PKL dengan Pembimbing Lapang dan
LITBANG serta merencanakan kegiatan
yang dilakukan besok
Rabu 3 07.00- Pembuatan saluran irigasi dan aplikasi abu
Septemb 16.00 ketel di Jedong
er 2014 Wib EvaluasiKegiatan yang dilakukan peserta
PKL dengan Pembimbing Lapang dan
LITBANG serta merencanakan kegiatan
yang dilakukan besok
Kamis 4 07.00- Pengamatan serangan hama di Sumber
66

Septemb 16.00 pucung


er 2014 Wib Evaluasi Kegiatan yang dilakukan peserta
PKL dengan Pembimbing Lapang dan
LITBANG serta merencanakan kegiatan
yang dilakukan besok
Jumat 5 07.00- Ke gudang pupuk dan belerang
Septemb 16.00 EvaluasiKegiatan yang dilakukanpeserta
er 2014 Wib PKL denganPembimbingLapangdan
LITBANG serta merencanakan kegiatan
yang dilakukan besok
8 Senin 8 07.00- Kegiatan penanaman di lahan Jedong
Septemb 16.00 Evaluasi kegiatan dengan pembimbing lapang
er 2014 Wib
Selasa 9 07.00- Kegiatan penananman di lahan Jedong (lahan
Septemb 16.00 penelitian dan lahan produksi)
er 2014 Wib Kegiatan irigasi di lahan jedong (lahan
penelitian dan lahan produksi)
Evaluasi kegiatan dengan pembimbing lapang
Rabu 10 07.00- Kegiatan irigasi di lahan jedong (lahan
Septemb 16.00 penelitian dan lahan produksi)
er 2014 Wib Evaluasi kegiatan dengan pembimbing lapang
Kamis 11 07.00- Kegiatan pengukuran khlorofil daun di lahan
Septemb 16.00 penelitian Sumber Pucung.
er 2014 Wib Kegiatan pencabutan tanaman yang terserang
hama penggerek pucuk di lahan penelitian
Sumber Pucung
Evaluasi kegiatan dengan pembimbing lapang
Jumat 12 07.00- Kegiatan perawatan tanaman di lahan
Septemb 16.00 penelitian Sumber Pucung dengan mencabut
er 2014 Wib tanaman yang tercampur varietas lain.
Evaluasi kegiatan dengan pembimbing lapang

Sabtu 13 09.00- Evaluasi Kegiatan yang dilakukan peserta


Septemb 12.00 PKL dengan Pembimbing Lapang dan
er 2014 Wib LITBANG serta merencanakan kegiatan yang
dilakukan besok
9 Senin 15 07.00- Kegiatan pembibitan Bud chip di Sempal
Septemb 16.00 Wadak
er 2014 Wib Evaluasi kegiatan dengan dengan
pembimbing lapang
Selasa 16 07.00- Kegiatan pembibitan Bud chip di Sempal
Septemb 16.00 Wadak
er 2014 Wib Evaluasi kegiatan dengan dengan
pembimbing lapang
67

Rabu 17 07.00- Kegiatan pembibitan Bud chip di Sempal


Septemb 16.00 Wadak
er 2014 Wib Analisa kelayuan tebu I di gilingan contoh
Evaluasi kegiatan dengan dengan
pembimbing lapang

Kamis 18 07.00- Analisa kelayuan tebu II di gilingan contoh


Septemb 16.00 Evaluasi kegiatan dengan dengan
er 2014 Wib pembimbing lapang
Jumat 19 07.00- Analisa kelayuan tebu III di gilingan contoh
Septemb 16.00 Evaluasi kegiatan dengan dengan
er 2014 Wib pembimbing lapang
Sabtu 20 07.00- Analisa kelayuan tebu IV di gilingan contoh
Septemb 12.00 Evaluasi kegiatan dengan dengan
er 2014 Wib pembimbing lapang
10 Senin 22 07.00- Kegiatan penyiangan gulma di Sumber
Septemb 16.00 Pucung
er 2014 Wib Analisa kelayuan tebu V di gilingan contoh
Evaluasi kegiatan dengan dengan
pembimbing lapang
Selasa 23 07.00- Analisa kelayuan tebu VI di gilingan contoh
Septemb 16.00 Evaluasi kegiatan dengan dengan
er 2014 Wib pembimbing lapang
Rabu 24 07.00- Kegiatan Aplikasi pias di lahan Sumber
Septemb 16.00 pucung
er 2014 Wib Analisa kelayuan tebu VI di gilingan contoh
Evaluasi kegiatan dengan dengan
pembimbing lapang
Kamis 25 07.00- Kegiatan pengelolaan limbah di PT TAS
Septemb 16.00 Evaluasi kegiatan dengan dengan
er 2014 Wib pembimbing lapang
Jumat 26 07.00- Kegiatan penanaman di lahan Bululawang
Septemb 16.00 Evaluasi kegiatan dengan dengan
er 2014 Wib pembimbing lapang
Sabtu 27 07.00- Evaluasi kegiatan dengan dengan
Septemb 12.00 pembimbing lapang
er 2014 Wib

Senin 29 07.00- Kegiatan menghitung jumlah tunas di lahan


Septemb 16.00 penelitian Jedong
er 2014 Wib Evaluasi Kegiatan yang dilakukan peserta
PKL dengan Pembimbing Lapang dan
LITBANG serta merencanakan kegiatan
yang dilakukan besok
68

Selasa 30 07.00- Evaluasi akhir magang kerja


Septemb selesa
er 2014 i
69

LAMPIRAN 3

Langkah dalam pengujian Brix dan Pol Tebu


LAMPIRAN 4 STRUKTUR ORGANISASI BAGIAN TANAMAN PG. KEBON AGUNG

Kepala Bagian Tanaman


(Sugeng Priyono) 70

Staff Khusus Peningkatan Biro Tanaman


Produksi dan Mutu Tebu (Dimas Bambang Setiawan)
(Ach.Sumarsono)

Juru Tulis Pelayan Kantor Juru Gambar


Atim Hariati (Suparman Waluyo) (Eko Waluyo)
Budi Istiamo

Kasi Binwil Utara Kasi Binwil Tengah Kasi Binwil Selatan Kasi Tebang dan Angkut
Syamsul Anam Herman Hidayat Yudhi Galih Prathama Achmari

Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi Kasubsi
TR-1 TR-2 TR-3 TR-4 TR-5 TR-6 TS Litbang TR-7 TR-8 TR-9 Tebang Tebang Utara Penerimaan
Kuswanto Abdul S. H.Pandi Riza A. Anggoro Hermawan Karyani Maulana Ima W. Hariyanto Candra W Selatan S.Hermanto Agus E.
Siswoyo

PLPG PLPG PLPG PLPG PLPG PLPG PLPG PLPG PLPG PLPG PLPG
Eko S. Arief H. Paidi Restu E. Slamet R. Aji W. Wicaksono Wali B. Ki Wahyu Supoyo Heri P.
Alimul K. Suharlyan M.Masud Abdul R. Purwito Wijiana Tulus W. Yuni G. Anggoro Samiun
Mandor Mandor
to Bayu A. Bambang
Tebang Penerimaan
Jamal A.
Sianto Sucipto
Imam S. Satiham
Buari Sunaman
Mandor Mandor Kecmatan Kecamatan Wil. Anang S.
Kecamatan Hartono
Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Pengembangan
Tanam Tanam Sumber Kromengan Ikwanudin PH. Supardi
Lawang Jabung Kedungkan Bululawan Pakisaji Ngajum Blitar
Kariman Ali R pucung Kalipare Didik
Singosari Pakis dang g Wagir Wonosari Kediri
Munir Kepanjen Pagak
karangploso Tumpang Tajinan
Buari
Poncokusu
M.Sholeh
mo
Supadi
Nur kholik
Juru Tulis
Juru Tulis
Banbang H.
Juru Tulis Juru Tulis Wibowo Hadi
Lab.Parasit
Budi Karyadi Banbang H. Joko Priyanto
Juru Tulis Sopomulyo
Suroso Murtiono Hadi Prayitno

Anda mungkin juga menyukai