PENGENDALIAN HAMA Xylosandrus compactus PADA AGROFORESTRI
KOPI MULTISTRATA SECARA HAYATI: Studi kasus dari Kecamatan
Sumberjaya, Lampung Barat
Petani kopi di Sumberjaya (Lampung Barat) sering dihadapkan pada
masalah serangan hama penggerek ranting kopi (Xylosandrus compactus). Peningkatan diversitas pohon penaung yang ditanam dalam sistem agroforestri berbasis kopi, mungkin dapat ditawarkan sebagai upaya pencegahan serangan X. compactus karena 3 alasan: (1) Mengurangi serangan terhadap tanaman kopi, dengan jalan memberikan peluang bagi hama untuk menyerang pohon penaungnya, (2) Dapat mempertahankan intensitas cahaya dan suhu yang lebih rendah, sehingga memberikan kondisi yang optimal bagi tanaman kopi untuk tumbuh sehat, (3) Memperbanyak jumlah predator bagi X. compactus pada sistem kopi multistrata. Dengan menggunakan strategi biologi ini, diharapkan penggunaan insektisida kimia dapat ditekan serendah mungkin. Pengamatan intensitas dan luas serangan X. compactus dilakukan pada kebun kopi milik petani di Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat. Dari SPL kopi naungan dan SPL kopi multistrata, masing-masing diambil 16 titik contoh pengamatan secara acak dari 25 55 pohon pada SPL kopi multistrata, dan 29 70 pohon pada SPL kopi naungan. 1. Gejala serangan Serangan X. compactus dicirikan oleh adanya lubang gerek berdiameter sekitar 1-2 mm pada permukaan ranting tanaman kopi. Lubang gerek ini menuju ke bagian dalam ranting hingga mencapai panjang 20-50 mm. Hama X. compactus menyelesaikan siklus hidupnya di dalam lubang gerek yang menyebabkan terganggunya transportasi nutrisi sehingga ujung ranting layu, daun menguning, ranting hitam dan dapat menyebabkan kematian ranting. 2. Intensitas dan luas serangan penggerek ranting kopi Hasil pengamatan menunjukkan adanya perbedaan intensitas serangan yang nyata (p<0.05) pada sistem kopi multistrata (18%) dengan sistem kopi naungan sederhana (25%). Luas serangan pada sistem kopi multistrata (65%) lebih rendah dari pada yang dijumpai pada sistem kopi naungan sederhana (75%). Perbedaan intensitas dan persentasi serangan X. compactus pada kedua sistem pengelolaan lahan kemungkinan disebabkan antara lain, karena: (a) Pohon penaung o Kerapatan populasi, Sistem kopi multistrata memiliki kerapatan populasi pohon penaung (400 pohon ha) lebih rendah daripada sistem kopi naungan sederhana (550 pohon ha). o Keragaman pohon penaung, Semakin tinggi keragaman pohon penaung, menyebabkan intensitas serangan hama semakin rendah. Sistem kopi multistrata memiliki keragaman spesies pohon penaung yang lebih tinggi yaitu berkisar antara 3-9 jenis, bila dibandingkan dengan kopi naungan sederhana yang hanya memiliki 1-3 jenis. (b)Populasi pohon kopi, luas serangan X. compactus pada sistem kopi multistrata dengan populasi 2134 pohon ha lebih rendah bila dibandingkan dengan sistem kopi naungan sederhana yang memiliki populasi 2353 pohon ha. (c) Kesuburan tanah, Kalshoven (1981) menyatakan bahwa pohon kopi yang tumbuh jelek (lemah) lebih rentan terhadap serangan X. compactus, misalnya pohon yang tumbuh pada tanah dengan kesuburan jelek atau tanah-tanah bernematoda parasit yang menyerang perakaran. (d) Predator, predator jenis Hymenoptera (Eulophidae, Bombidae, Formicidae), Coleoptera (Staphylinidae) dan Araneidae pada tanaman selain kopi yaitu gamal, durian, jengkol, dadap, kayu manis, rambutan dan cengkeh. Keberadaan pohon penaung berfungsi juga sebagai tempat hidup bagi berbagai jenis predator hama. Berdasarkan indikasi tersebut, diduga jenisjenis predator pada sistem kopi multistrata lebih beragam bila dibandingkan dengan sistem kopi naungan sederhana. 3. Posisi lubang gerek Hasil pengamatan di Sumberjaya, menunjukkan bahwa rata-rata jumlah lubang gerek per ranting pada sistem kopi multistrata lebih sedikit (rata-rata 1.7 lubang) bila dibandingkan dengan sistem kopi naungan sederhana 4. Hama lain pada tanaman kopi Hama lain yang ditemukan pada pohon kopi selain hama penggerek ranting Xylosandrus, antara lain adalah penggerek biji (Hypothenemus hampei), kutu hijau (Coccus viridis), kutu putih (Ferrisia virgata), penggerek batang (Zeuzera coffeae), kutu bungkuk (Homoptera: Membracidae) dan kutu daun (Aphis sp.).