Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH PENURUNAN DOSIS PUPUK ANJURAN DAN APLIKASI

TRICHODERMA SP. TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor .L)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

(S-1) Pada Program Tugas Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Islam Kadiri

Oleh :

SHOLICHATUS HABIBAH

NPM : 18230110005

PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM KADIRI KEDIRI

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sorgum merupakan tanaman serelia yang dapat memberikan

banyak manfaat diantaranya dari biji menghasilkan tepung sebagai

pengganti gandum, dari batang dapat menghasilkan nira yang dapat

dimanfaatkan sebagai gula dan hijauan pakan ternak. Sorgum merupakan

salah satu jenis tanaman serelia yang memiliki potensi besar untuk

dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas.

Sorgum cukup toleran terhadap tanah yang kurang subur atau tanah kritis,

sehingga lahan-lahan yang kurang produktif bisa ditanami. Tanaman

sorgum cukup toleran terhadap kekeringan dan genangan air, dapat

berproduksi pada lahan marginal serta relatif tahan terhadap gangguan

hama dan penyakit. Sorgum tidak memerlukan teknologi dan perawatan

khusus sebagaimana tanaman lain. Untuk mendapatkan hasil maksimal,

sorgum sebaiknya ditanam pada musim kemarau karena sepanjang

hidupnya memerlukan sinar matahari penuh.

Dari berbagai katakteristik tanaman sorgum, maka sorgum akan

sesuai untuk ditanam di lahan kering dan marginal yang banyak terdapat di

wilayah Kediri pada masa pandemi. Pada masa pandemi, pendapatan

petani menurun dan membuat petani ingin menekan biaya produksi

dengan cara mengoptimalkan penanaman di lahan kering dan lahan

marginal yang memiliki kecenderungan miskin hara. Sehingga agar

sorgum dapat langsung di tanam pada lahan kering dan lahan marginal,
maka perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengurangi penggunaan

pupuk kimia namun tanpa mengurangi performa hasil tanaman sorgum

(Andayani,2020).

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi pertanian dapat

menggunakan jamur Trichoderma sp. Hubungan timbal balik antara

Trichoderma sp. dengan tanaman adalah bersifat mutualisme. Tanaman

diuntungkan dalam hal pertumbuhan maupun pengendalian penyakit,

sedangkan Trichoderma sp. diuntungkan karena mendapatkan nutrisi yang

dihasilkan oleh tanaman. Penggunaan Trichoderma sp. diharapkan dapat

mengurangi ketergantungan dan mengatasi dampak negatif dari pemakaian

pestisida sintetik yang selama ini masih dipakai untuk mengendalikan

penyakit pada tanaman. Pemanfaatan Trichoderma sp. juga mampu

meningkatkan produksi tanaman, khususnya pertumbuhan tanaman dan

pengendalian penyakit, sehingga didapatkan hasil produksi yang optimal

(Rizal, 2019).

Berdasarkan berbagai kondisi yang telah diuraikan diatas maka

perlu dilakukan penelitian tentang penurunan pupuk anjuran dan aplikasi

Trichoderma sp. untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan

dan produksi sorgum. Diharapkan dari penelitian ini dapat memberi

kontribusi dalam upaya mengurangi penggunaan pupuk kimia dan

peningkatan produktivitas tanaman sorgum.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat ditemukan masalah yang harus

dijawab dalam penelitian ini yaitu :


1. Bagaimana interaksi kombinasi penurunan pupuk anjuran dan aplikasi

dosis Trichoderma sp. terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

sorgum ?

2. Bagaimana penurunan dosis pupuk anjuran yang memberi pengaruh

terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum ?

3. Apakah aplikasi Trichoderma sp. memberi pengaruh terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berikut merupakan tujuan yang ingin dicapai peneliti pada penelitian ini

yaitu untuk :

1. Mengetahui interaksi kombinasi penurunan dosis pupuk anjuran dan

aplikasi Trichoderma sp. terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

sorgum.

2. Mengetahui penurunan dosis pupuk anjuran yang memberi pengaruh

terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum.

3. Mengetahui aplikasi Trichoderma sp. memberikan pengaruh atau tidak

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum.

1.4 Manfaat Penelitian

Berikut merupakan manfaat yang bisa diperoleh dalam penelitian

ini yaitu :

1. Mendapat interaksi kombinasi penurunan dosis pupuk anjuran dan

aplikasi Trichoderma sp. terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

sorgum.
2. Mendapat penurunan dosis pupuk anjuran yang memberikan pengaruh

terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum.

3. Mendapat mengetahui aplikasi Trichoderma sp. memberikan pengaruh

atau tidak terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum.

1.5 Hipotesis

Berikut merupakan hipotesis yang dikemukakan pada penelitian ini

adalah :

1. Diduga terdapat interaksi kombinasi penurunan dosis pupuk anjuran

dan aplikasi Trichoderma sp. terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman sorgum.

2. Diduga terdapat pengaruh penurunan pupuk anjuran terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum.

3. Diduga terdapat pengaruh aplikasi Trichoderma sp. terhadap

pertumbuhan pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Sejarah Tanaman Sorgum

Sorgum (Sorghum bicolor L.) merupakan tanaman tropis asli dari

Ethiopia, Afrika timur, dan dataran tinggi. Ethiopia dianggap sebagai titik

awal penyebaran tanaman tropis ini. Di Afrika tanaman sorgum

dibududayakan dan sebagai salah satu penghasil pangan, awalnya sorgum

menyebar di Ethiopia ke Afrika timur dilakukan oleh kelompok masyarakat

Nilotic (Nilotes) dan Bantu (Bantu people). Setelah dari benua Afrika sorgum

menyebar ke daerah tropis seperti India dan China. Di indonesia tanaman

sorgum dibawa oleh kolonial belanda pada tahun 1925, namun perkembangan

sorgum di Indonesia mulai terlihat pada tahun 1940an (Pranata, 2017).

3.2 Klasifikasi Tanaman Sorgum

Adapun klasifikasi sorgum menurut ( Dewi, 2019) adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Class : Liliopsida

Ordo : Commelinidae

Family : Poaceae

Genus : Sorghum Moench

Species : Sorghum biocolor (L.)


3.3 Morfologi Tanaman Sorgum

3.3.1 Akar

Tanaman sorgum merupakan tanaman biji berkeping satu, tidak

membentuk akar tunggang, perakaran hanya terdiri atas akar lateral.

Sistem perakaran sorgum terdiri atas akar-akar seminal (akar-akar

primer) pada dasar buku pertama pangkal batang, akar sekunder dan

akar tunjang yang terdiri atas akar koronal (akar pada pangkal batang

yang tumbuh ke arah atas) dan akar udara (akar yang tumbuh di

permukaan tanah). Tanaman sorgum membentuk perakaran sekunder

dua kali lebih banyak dari jagung. Ruang tempat tumbuh akar lateral

mencapai kedalaman 1,3-1,8 m, dengan panjang mencapai 10,8 m.

Sebagai tanaman yang termasuk kelas monokotiledone, sorgum

mempunyai sistem perakaran serabut (Rismunandar, 2006).

3.3.2 Batang

Batang tanaman sorgum merupakan rangkaian berseri dari ruas

(internodes) dan buku (nodes), tidak memiliki kambium. Pada bagian

tengah batang terdapat seludang pembuluh yang diselubungi oleh

lapisan keras (sel-sel parenchym). Bentuk batang tanaman sorgum

silinder dengan diameter pada pangkal berkisar antara 0,5-5,0 cm.

Tinggi batang bervariasi, berkisar antara 0,5-4,0 m. Ruas batang

sorgum pada bagian tengah tanaman umunya panjang dan seragam

dibanding ruas terakhir (ujung tanaman) berupa tangkai malai.

Permukaan ruas batang sorgum mirip dengan tanaman tebu, yaitu


diselimuti oleh lapisan lilin yang tebal, kecuali pada ujung batang.

Lapisan lilin paling banyak pada bagian atas dari pelepah daun, yang

berfungsi mengurangi transpirasi sehingga sorgum toleran terhadap

kekeringan. Buku pada batang sorgum rata dengan ruasnya dan tumbuh

akar tunjang serta tunas (Du Plessis, 2008).

3.3.3 Daun

Tanaman sorgum mempunyai daun berbentuk pita dengan

struktur terdiri atas helai daun dan tangkai daun. Posisi daun

terdistribusi secara berlawanan sepanjang batang denan pangkal daun

menenpel pada ruas batang. Panjang daun sorgum rata-rata 100cm

dengan penyimpanan 10-15 cm dan lebar 5-13 cm. Daun sorgum

melekat pada buku-buku batang dan tumbuh memanjang, terdiri atas

pelepah dan helaian daun. Keunikan daun sorgum terdapat pada sel

penggerak yang terletak di sepanjang tulang daun. Sel penggerak dapat

menggulung daun secara cepat apabila terjadi kekeringan untuk

mengurangi traspirasi (Andriani dan Isnaini, 2013).

2.3.4 Bunga

Tanaman sorgum memiliki bunga yang berbentuk malai

bertangkai panjang, tegak lurus, dan berada pada pucuk batang. Bunga

sorgum termasuk bunga sempurna memiliki bunga jantan dan bunga

betina yang terpisah. Bentuk bijinya berbentuk oval hingga bulat dan

warnanya bisa merah, putih, kuning, atau coklat. Bentuk tanaman

sorgum secara umum hampir mirip dengan jagung yang


membedakannya adalah tipe bunga dimana jagung memiliki bunga

tidak sempurna sedangkan sorgum bunga sempurna (Nik et al. 2017).

3.4 Syarat Tumbuh Tanaman Sorgum

Tanaman sorgum termasuk tanaman semusim yang mudah

dibudidayakan dan mempunyai kemampuan adaptasi yang luas. Tanaman ini

mampu berproduksi dengan optimal meskipun dibudidayakan di lahan yang

masukan (input) rendah dengan kondisi tanah kurang subur dan ketersediaan

air terbatas. Sorgum dapat ditanam pada daerah dengan tingkat kesuburan

rendah sampai tinggi, dengan syarat solum cukup dalam (lebih dari 15 cm).

Tanaman sorgum mampu beradaptasi dengan baik pada tanah dengan pH 6,0-

7,5. Curah hujan yang ideal untuk keberhasilan tanaman sorgum adalah 50-

100 mm per bulan pada 2-2,5 bulan sejak tanam, diikuti dengan periode

kering. Tanaman sorgum dapat berproduksi optimal dengan daerah curah

hujan tinggi dan bersuhu panas >200 ℃ selama fase pertumbuhan hingga

panen. Oleh karena itu, daerah adaptasi terbaik bagi sorgum adalah dataran

rendah dengan ketinggian 1-500 mdpl. Daerah yang selalu berkabut dan

intensitas cahaya matahari yang rendah tidak menguntungkan bagi tanaman

sorgum. Pada ketinggian lebih 500 mdpl, umur panen sorgum menjadi lebih

panjang (Tabri dan Zubachtirodin, 2013).

3.5 NPK Muntiara

Pupuk NPK Muntiara merupakan pupuk majemuk yang mengandung

unsur hara N(16%) dalam bentuk NH3, P(16%) dalam bentuk P05 dan

K(16%) dalam bentuk K20. Unsur Nitrogen (N) diperlukan untuk membentuk

karbohidrat, protein, lemak dan persenyawaan organik lainnya dan unsur


Nitrogen memegang peranan penting sebagai penyusun klorofil yang

menjadikan daun berwarna hijau. Unsur fosfor (P) yang berperan penting

dalam transfer energi di dalam sel tanaman, mendorong perkembangan akar

dan pembuahan lebih awal, memperkuat batang sehingga tidak mudah rebah,

serta meningkatkan serapan pada awal pertumbuhan. Unsur kalium (K) juga

berperan dalam pertumbuhan tanaman misalnya untuk memacu translokasi

karbohidrat dari daun ke organ tanaman (Assagaf, 2009)

3.6 Trichoderma sp.

Trichoderma sp. adalah jamur saprofit tanah yang secara alami

merupakan parasit yang menyerang banyak jenis jamur penyebab penyakit

tanaman. Jenis Trichoderma sp. yang umum dijumpai di Indonesia adalah: T.

piluliferum, T. polysporum, T. hamatum, T. koningii, T. aureoviride, T.

harzianum, T. longibrachiatum, T. psudokoningii, dan T. viride (Purwansari

dan Hastuti, 2009). Adapun jenis-jenis Trichoderma sp beserta fungsinya

yaitu: T. harzianum berfungsi sebagai dekomposer yang dapat mempercepat

dokomposisi dari bahan organik, T. viride berfungsi melindungi tanaman dari

serangan penyakit layu , T. koningii berfungsi untuk menghambat

pertumbuhan jamur Colletotichum gloeosporiodes penyebab penyakit

antraknosa, dan T. psudokoningii berfungsi untuk memperlambat munculnya

dan dapat menekan intensitas jamur G. Boninense pembibitan kelapa sawit

(Andriani,2012).

Penambahan Trichoderma sp. dalam media tanam selain berfungsi

sebagai agensia pengendali penyakit Fusarium pada tanaman, ternyata juga

berperan dalam proses penguraian bahan organik didalam tanah. (Affandi et


al. 2001) yang menyatakan bahwa Trichoderma sp. memainkan peran kunci

dalam proses dekomposisi senyawa organik terutama dalam kemampuannya

mendegradasi senyawa-senyawa yang sulit terdegradasi seperti lignosellulose.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa perbaikan tanah dapat

dilakukan dengan menambahkan bahan organik ke dalam tanah. Untuk

mempercepat penguraian bahan organik tersebut perlu diberikan

Trichoderma sp. sehingga dapat menyediakan unsur hara pada saat

dibutuhkan tanaman, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil

tanaman.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pranggang Kecamatan

Plosoklaten Kabupaten Kediri dengan ketinggian tempat 51 mdpl,

kemiringan lahan <5% dan jenis tanah aluvial. Tempat penelitian

merupakan lahan tadah hujan bekas tanaman nanas. Penelitian ini

dilaksanakan selama 4 bulan di mulai Agustus-Desember 2020.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yanag digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, alat

tulis, kamera, penggaris, dan timba. Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah benih sorgum, pupuk NPK muntiara 16:16:16,

Trichoderma sp., dan pupuk kandang kambing.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

Faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah Dosis pupuk NPK
dengan 6 level yaitu, 50% (60 kg ha−1), 40% (48 kg ha−1), 30% (36 kg

ha−1), 20% (24 kg ha−1), 10% (12 kg ha−1) dan 0% (tanpa pupuk) yang

dilambangkan (D) dan faktor kedua adalah aplikasi Trichoderma sp.

dengan 2 level yaitu, diberi Trichoderma sp. dan tidak diberi

Trichoderma sp. yang dilambangkan (T) yang diulang sebanyak 3 kali

dengan 36 perlakuan yang ditentukan sebagai berikut :

A. Faktor I Dosis pupuk NPK ( D ) :

D0 : Dosis pupuk NPK 0%

D1 : Dosis pupuk NPK 10%

D2 : Dosis pupuk NPK 20%

D3 : Dosis pupuk NPK 30%

D4 : Dosis pupuk NPK 40%

D5 : Dosis pupuk NPK 50%

B. Faktor II Trichoderma sp. ( T ) :

T0 : Tidak diberi Trichoderma sp.

T1 : Diberi Trichoderma sp.

Dari kedua faktor ini diperoleh 12 kombinasi perlakuan yaitu :

D0T0 : Dosis pupuk NPK 0% + tidak diberi Trichoderma sp.

D0T1 : Dosis pupuk NPK 0% + diberi Trichoderma sp.

D1T0 : Dosis pupuk NPK 10% + tidak diberi Trichoderma sp.

D1T1 : Dosis pupuk NPK 10% + diberi Trichoderma sp.

D2T0 : Dosis pupuk NPK 20% + tidak diberi Trichoderma sp.

D2T1 : Dosis pupuk NPK 20% + diberi Trichoderma sp.

D3T0 : Dosis pupuk NPK 30% + tidak diberi Trichoderma sp.


D3T1 : Dosis pupuk NPK 30% + diberi Trichoderma sp.

D4T0 : Dosis pupuk NPK 40% + tidak diberi Trichoderma sp.

D4T1 : Dosis pupuk NPK 40% + diberi Trichoderma sp.

D5T0 : Dosis pupuk NPK 50% + tidak diberi Trichoderma sp.

D5T1 : Dosis pupuk NPK 50% + diberi Trichoderma sp.

3.4 Prosedur Penelitian

1. Persiapan benih sorgum.

Benih yang digunakan adalah benih yang sehat, bernas dan

berkualitas baik.

2. Persiapan media tanam.

Pengolahan tanah dengan penggemburan kemudian

penambahan pupuk kandang kambing dan 1/3 bagian pupuk anjuran

NPK. Langkah selanjutnya dibuat petakan ukuran 2 m x 60 cm

sebanyak 36 petak, jarak antar petak adalah 20 cm.

3. Penanaman.

Penanaman benih dilakukan dengan membuat lubang tanam

sedalam ± 1-2 cm dengan menggunakan tugal dan ditutup kembali

dengan tanah. Setiap lubang ditanami 3 benih untuk menjaga apabila

terdapat benih yang tidak tumbuh dengan normal atau mati.

4. Pemeliharaan

Pengairan air dilakukan setiap satu minggu sekali dan

penyiangan dilakuakan apabila terdapat gulma yang tumbuh dengan


mencabutnya dengan hati-hati agar perakaran tanaman sorgum tidak

terganggu.

5. Perlakuan

Perlakuan Trichoderma sp dilakuakan pada umur 14 HST

dan 1/3 bagian pupuk NPK dilakukan pada saat 30 HST dan 1/3

bagian saat tanaman sorgum umur 45 HST. Pengaplikasian

Trichoderma sp. dilakukan dengan cara menyiramkan dan untuk

pupuk NPK dengan menugal langsung pada media tanam.

6. Pemeliharaan.

Penyiraman dilakukan pada sore hari yang dilakukan secara

manual untuk menjaga kelembaban tanah. Sedangkan penyiangan

dilakukan ketika area sekitar tanaman sudah mulai ditumbuhi gulma,

pembersihan gulma dilakukan secara manual dengan menggunakan

tangan.

7. Pengamatan

Pengamatan dilakukan menyesuaikan variabel pengamatan

yang diamati.

8. Pemanenan.

Tanaman sorgum sudah dapat dipanen pada umur 3 bulan

setelah tanam. Saat panen dapat ditentukan berdasarkan umur

tanaman setelah biji terbentuk atau melihat ciri-ciri visual biji atau

setelah lewat masak fisiologis. Panen juga dapat dilakukan setelah

daun berwarna kuning dan mengering, biji bernas dan keras dengan

kadar tepung maksimal.


3.5 Variabel Pengamatan

Pengamatan dilakukan menyesuaikan variabel pengamatan yang

diamati.

1. Daya tumbuh

Tanaman yang tumbuh dihitung dengan presentase tumbuh

untuk mengetahui kebernasan benih yang ditanam pada 2 MST.

2. Keserempakan tumbuh

Tanaman yang tumbuh diamati dan dihitung untuk

mengetahui keserempakan tumbuh benih sorgum yang ditanam

pada 2 MST.

3. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diamati pada tanaman saat berumur 2 MST,

3 MST, 4 MST, dan 5 MST untuk mengetahui pengaruh penurunan

dosis pupuk NPK dan aplikasi Trichoderma sp. terhadap tinggi

tanaman.

4. Jumlah daun

Jumlah daun diamati pada saat tanaman berumur 2 MST, 3

MST, 4 MST, dan 5 MST sebagai patokan untuk mengetahui

kemampuan tanaman dalam menghasilkan fotosintetat.

5. Panjang malai

Panjang malai diamati pada saat tanaman berumur dari ujung

malai hingga pangkal malai.

6. Berat malai
Berat malai diamati pada saat setelah panen tanaman

sorgum.

7. Berat 1000 biji

Berat 1000 biji diamati saat setelah tanaman sorgum dipanen

untuk mengetahui produksi biji pada tanaman.

8. Produktivitas

Produktivitas tanaman diamati setelah sorgum dipanen.

9. Ada tidaknya hama penyakit

Pengamatan hama dan penyakit pada tanaman sorgum pada

setiap pertumbuhan tanaman sorgum.

3.6 Analisis data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan pada masing-

masing variabel dimasukkan kedalam tabel untuk dilakukan uji F

dengan metode sidik ragam (ANOVA). Jika terjadi interaksi nyata

maupun sangat nyata dari masing-masing perlakuan, uji perbandingan

yang dilakukan dengan menggunakan uji BNT Derajat kepercayaan

95% pada hasil rata-rata perlakuan tunggal yang mempunyai pengaruh

nyata dan sangat nyata terhadap variabel pengamatan.


DAFTAR PUSTAKA

Affandi, M., Ni’matuzahroh, dan Supriyanto, A. 2001. Diversitas Dan Visualisasi


Karakter Jamur Yang Berasosiasi Dengan Proses Degradasi Serasah Di
Lingkungan Mangrove. Di akses 28 juli 2021.
http://www.journal.unair.ac.id.

Andayani, Retno Dwi. 2020. Respon Sorgum (Sorghum Bicolor L.) Terhadap
Pengurangan Dosis Pupuk Anjuran. Jurnal Buana Sains. Vol 20 No 2.

Andrain A., dan M. Isnaini, 2013. Morfologi Dan Fase Pertumbuhan Sorgum.
Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Andriani, D., Elfina, dan Venita, Y. 2012. Uji Antagonis Trichoderma
pseudokoningii Rafai Dalam Formulasi Biofungisida Yang Mengandung
Beberapa Bahan Organik Terhadap Jamur Ganoderma boninense Pat
Secara In Vitro. Jurusan Agroteknologi. Universitas Riau.

Assagaf, Said. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk NPK Muntiara Terhadap


Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung (Zea Mayz L.) Di Desa
Batu Boy Kecamatan Namlea Kabupaten Buru. Julnal Ilmiah Agribisnis
Dan Perikanan. Vol 1 No 1.

Azhari, Nurul. 2020. Aplikasi Abu Boiler Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan
Dan Produksi Tanaman Sorgum (Sorghum Bicolor L.) Di Media Tailing
Di Pasir Pasca Penambangan Timah. Universitas Bangka Belitung.
Balunijuk.

Du Plessis, J. Sorghum Production. Republic Of South Africa Departerment Of


Agriculture. Diakses 28 juli 2021. www.nda.agric.za/publications,2008.

Novrizal Siregar, T. Irmansyah, Mariati. 2016. Pertumbuhan Dan Produksi


Sorgum Manis (Sorghum Bicolor L.) Terhadap Pemberian Mulsa Dan
Bahan Organik. Jurnal Agroekoteknologi. (617) :2188 – 2195.

Nurfadillah, Dewi. 2019. Pengaruh Pemberian Bahan Aditif Yang Berbeda


Terhadap Kandungan Protein Kasar Dan Serat Kasar Silase Tanaman
Sorgum Manis. (Sorghum Bicolor L.). Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Purwansari dan Hastuti. 2009. Uji Antagonisme Jamur Patogen Phytophtthora
Infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun Dan Umbi Tanaman Kantang
Dengan Menggunakan Trichoderma sp. Isolat Lokal. Jurnal Bioma. Vol
11. No. 1, Hal. 24-32.

Pranata, Bernardus Yogi. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Kotoran


Kambing Dengan Pupuk Probiotik Nopkor Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Sorgum Putih (Sorghum Bicolor L.). Universitas
Sanata Dharma. Yogyakarta.

Rismunandar. 2006. Sorgum Tanaman Serba Guna. Sinar Baru. Bandung. 71 P.

Rizal, Syamsul; Novianti, Dewi; Septiani, Melinda. 2019. Pengaruh Jamur


Trichoderma Sp. Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat (Solanum
Lycopersicum L.). Jurnal Indobiosains. Vol 1. No. 1.
LAMPIRAN

Lampiran I. Bagan plot penelitian

Ulangan I Ulangan II Ulangan III

D0T0 D5T0 D0T1

D0T1 D5T1 D0T0

D1T0 D4T0 D1T1

D1T1
D4T1 D1T0

D2T0 D3T0 D2T1

D2T1 D3T1 D2T0

D3T0 D2T0 D3T1

D2T1 D3T0
D3T1

D D1T0 D4T1
D4T0

D1T1 D4T0
D4T1

D D5T0 D0T0 D5T1

D5T1 D0T1 D5T0


Lampiran II. Bagan tanaman sampel

2m

60 cm

x x x x
20 cm

x x xx xx x 60 cm

x x x x
Keterangan :

: tanaman border

: tanaman sampel

Anda mungkin juga menyukai