Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

BUDIDAYA TANAMAN KANGKUNG


Nama anggota kelompok : 1. Arini Chandra
2. Rifaldo Wiratama
3. Pajri
4. Najah Aulia Nurfadilah
Kelas : X DKV A
Mata pelajaran : IPAS ( Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial )
Sekolah : SMK Informatika Bina Generasi 3

Jl. Raya Ciapus / Kapten Yusuf, Ds. Sirnagalih Kec. Tamansari


Telp. 085719994393 | E-mail : smkibg3bgr@gmail.com
KATA PENGHANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang
berjudul “Laporan Praktikum Budidaya Kangkung” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Fisika dasar. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang budidaya kangkung secara hidroponik di
kehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Fahlevi yang
terhormat selaku Guru IPAS yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kami.
Kemudian, penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan walaupun penyusun telah bekerja dengan maksimal.
Maka dari itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak guna perbaikan, selanjutnya penyusun berharap Laporan
Praktikum IPA ini akan memberi manfaat bagi pembaca yang nantinya
membuat Laporan Praktikum IPA.

Bogor, 26 September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Judul......................................................................................................1
Kata Pengantar......................................................................................2
Daftar Isi...............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................4
1.1 Latar Belakang........................................................................4
1.2 Tujuan Praktikum....................................................................5
BAB II Landasan Teori........................................................................6
2.1 Konsep Dasar..........................................................................6
BAB III METODOLOGI.....................................................................8
3.1 Alat dan Bahan........................................................................8
3.2 Produsen Eksperimen.............................................................8
BAB IV HASIL...................................................................................9
4.1Persentasi Data.......................................................................9
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................12
5.1 Kesimpulan...........................................................................12
5.2 Saran.....................................................................................12
5.3 Daftar Pustaka.......................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kangkung (Ipomoea spp.) merupakan salah satu sayuran daun yang paling
populer di Asia Tenggara. Kangkung dikenal juga dengan ’swamp cabbage’,
’water convolvulus’, dan ’water spinach’. Tanaman kangkung berbunga dengan
warna yang beragam dari putih sampai merah muda, dan batangnya dari warna
hijau sampai ungu. Daunnya merupakan sumber protein, vitamin A, besi dan
kalsium. Panduan penanaman yang disajikan adalah berdasarkan kondisi
dataran rendah di Taiwan.
kangkung tergolong jenis sayuran yang sangat populer dalam
masyarakat. Tanaman ini berasal dari india yang kemudian menyebar ke
Malaysia, Birma, Indonesia, Cina Selatan, Australia dan bagian negara Afrika.
Kangkung dapat di tanam di dataran rendah dan dataran tinggi. Kangkung yang
dikenal dengan nama latin (Ipomoea reptans ) terdiri dari 2 (dua) varietas, yaitu
Kangkung darat (Ipomea reptans) dan kangkung air (Ipomoea aquatica).
Perbedaan utama dua jenis kangkung ini adalah pada bentuk daun dan warna
bunga. Kangkung darat berwarna hijau terang dengan ujung daun yang runcing.
Warna bunga kangkung darat putih. Sedangkan kangkung air daunnya berwarna
hijau agak gelap dengan ujung yang membulat atau lebih tumpul sehingga
terlihat lebih lebar (Haryoto, 2009).
Saat ini kangkung darat lebih banyak beredar di pasar-pasar komersial
dibanding kangkung air. Kangkung air lebih banyak dikonsumsi dan dapat
ditemukan di kolam, sawa dan rawa oleh masyarakat. Budidaya kangkung darat
sangat mudah, karena sayuran ini bersiklus panen cepat dan relatif tahan hama.
Karena itulah, harga kangkung di pasaran relatif murah dibanding jenis sayuran
lain upaya untuk meningkatkan nilai tambah. Kangkung darat bisa dilakukan
dengan teknik budidaya secara organik. Harga kangkung darat organik relatif
lebih tinggi.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum berikut:
1) Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kangkung yang telah
diberi cairan nutrisi AB mix, dan juga untuk mengetahui pengaruh dari
cairan nutrisi AB mix.
2) Untuk mengetahui masa perkembangan tumbuhan hingga tumbuh dengan
baik.
3) Untuk mengetahui cara merawat dan menjaga tanaman diwaktu dan hari
tertentu.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar


Kangkung pada umumnya merupakan tanaman hari pendek dan merupakan
sayuran dataran rendah (Emillia dan Ainun, 1999 dalam Selviningsih (2006).
“Kangkung tidak tumbuh dengan optimal pada ketinggian lebih dari 700 m2
karena pada suhu rata-rata di bawah 230C kecepatan pertumbuhannya akan
mengalami penurunan. Media tanam kangkung menghendaki tanah yang subur,
gembur banyak mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman
tanah.
1) Akar
“Jenis perakaran pada kangkung yaitu akar tunggang dan dengan cabang akar
yang menyebar kesegala arah, dan dapat menembus tanah hingga kedalaman 60
sampai 100 cm dan melebar pada radius kurang lebih 150 cm” (Rukmana,
2007).
2) Batang
Batangnya berbentuk bulat dan berlubang serta memiliki nodus, di setiap
nodusnya mudah tumbuh akar dan dapat menjalar. Memiliki banyak
percabangan dan banyak mengandung air (herbaceous). Warna batang sedikit
hijau pekat dari daun.
3) Daun
“Panjang daun 7-14 cm, pada pangkalnya berbentuk jantung dan runcing pada
ujungnya”. (Williams at all., 1991 dalam Widodo (2010). Tangkai daun melekat
pada setiap nodus atau buku-buku dan memiliki mata tunas di ketiak daun dan
dapat menjadi cabang baru. Bentuk daunnya pada umumnya berbentuk runcing
atau tumpul dan warna daun bagian atas memiliki warna hijau yang lebih pekat
dibanding bagian bawahnya.
4) Bunga
Menurut Palada dan Chang, 2003 dalam Maryam (2009), “warna bunga pada
kangkung darat yatitu berwana putih hingga merah muda. Bunga kangkung
berbentuk seperti terompet serta mahkota bunganya berwarna putih atau
merah”.

5) Buah
Kangkung memiliki buah dengan diameter 7-9 mm, halus, berwarna
kecoklatan dan berisi 2-4 biji (Westphal, 1994 dalam Maryam (2009). Betuknya
bulat telur yang di dalamnya berisi biji, bentuk buahnya seperti melekat pada
bijinya, berukuran kecil sekitar 7-9 mm. Warna buah hijau saat masih muda dan
coklat saat tua. Bentuk biji persegi atau tegak bulat.
Tanaman kangkung merupakan tanaman yang kaya akan serat selain itu juga
banyak mengandung vitamin A dan C serta mineral terutama zat besi yang
berrguna bagi pertumbuhan dan kesehatan tubuh manusia (Dibiyantoro, 1996).
Kangkung juga diduga memiliki komponen bioaktif yang berguna bagi tubuh
dan aktivitas antioksidan yang terkandung didalamya. Bagian tanaman
kangkung yang banyak mengandung gizi terletak pada batang muda dan
pucuknya. Kandungan yang terkandung didalamnya antara lain :
1) Vitamin A, B1, C, K protein.
2) Kalori (energi), karbohidrat, protein, dan lemak.
3) Mineral dan zat penting misalnya zat besi, fosfor, asam amino dan
karoten.
Di Indonesia kangkung banyak dimanfaatkan sebagai sayur. Dan karena
memiliki serat tinggi serta berbagai vitamin juga mineral dan zat-zat penting
lainnya contonya zat besi yang baik bagi pertunbuhan dan kesehatan tubuh
“(Dibiyantoro, 1996). Serta mengandung antioksidan. Tanaman kangkung
sudah banyak dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat sebagai obat tradisional,
namun infomasi ini belum banyak dijelaskan melalui ilmiah.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan dalam proses praktikum kangkung, yaitu:
1) Benih kangkung.
2) Tissue/ kapas.
3) Besek plastik berlubang.
4) Wadah untuk air, pastikan wadah lebih besar sedikit dari
beseknya agar besek bisa dimasukkan ke dalam wadah.
5) Cairan nutrisi AB mix.
6) Dan kantong pelastik hitam.

3.2 Produsen Eksperimen


1) Siapkan wadah lalu tambahkan air secukupnya, tetapi air jangan
terlalu penuh.
2) Masukkan tissue/ kapas ke dalam besek berlubang secara
merata, lalu masukkan besek ke dalam wadah, pastikan besek
yang berisi tissue/ kaoas terkena air sedikit.
3) Lalu taburkan benih kangkung diatas besek yang berisi tissu/
kapas secara merata.
4) Tutup wadah dengan kantong plastik hitam
5) Lalu diamkan diruangan yang tertutup selama 2 hari (setelah 2
hari, kangkung boleh didiamkan di bawah sinar matahari.
Selama 2 hari sekali air diganti dan diberi cairan nutrisi AB
mix) secukupnya.
BAB IV
HASIL

4.1 Persentasi Data

Hari Gambar Keterangan

Hari ke-1 Pada hari pertama,


kangkung masih belum
ada perkembangan apa
pun

Hari ke-3 Pada hari ke-3 pun


kangkung masih belum
ada perkembangan

Hari ke-5 Pada hari ke-5 kangkung


mulai tumbuh
Hari ke-7 Setelah diberi cairan
nutrisi AB mix,
kangkung mengalami
perubahan yang jauh
lebih baik

Hari Gambar Keterangan

Hari ke-9 Pada hari ke-9 tanaman


kangkung mulai
mengalami banyak
perkembangan.

Hari ke-11 Setelah hari ke-11 daun


kangkung mulai tumbuh
setiap harinya.

Hari ke-15 Pada hari ke-15 tanaman


kangkung tumbuh dengan
subur dan tidak ada
kendala apapun.

Hari ke-19 Hari ke-19 kangkung


kekurangan cahaya
matahari sehingga
kangkung menjadi sedikit
layu.
Hari ke-22 Setelah kangkung di hari
ke-22 layu, kami akhirnya
merawat kangkung
dengan baik hingga
tanaman kami kembali
subur.

Hari Gambar Keterangan

Hari ke-25 Tanaman kangkung kami


berkembang sangat baik di
hari ke-25.

Hari ke-28 Pada hari ke-28, tanaman


kami semakin bertumbuh
subur dan daun yang
terlihat segar.

Tanaman kami tumbuh dengan baik meskipun pada awalnya ada kendala
terkait perkembangan tumbuhan kami, tetapi kami dengan semaksimal mungkin
segera merawatnya dengan lebih baik lagi, dengan mengganti air dan
menambahkan cairan nutrisi AB mix selama 2 hari sekali dan menaruh tanaman
kami di bawah sinar matahari setiap pagi hingga sore, lalu kami memasukkan
tanaman itu ke dalam ruang tertutup dari mulai sore hari sampai keesokannya,
ternyata cairan nutrisi AB mix sangat berpengaruh bagi perkembangan
kangkung kami, air dan sinar matahari juga tidak kalah penting tentunya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kami dapat menyimpulkan dari hasil pengamatan bahwa tanaman kangkung
darat sangat membutuhkan pupuk kalium, nitrogen dan juga fospat dalam
proses pertumbuhannya. Tetapi harus memperhatikan dosis dan aturan
pakainya. Dan membutuhkan sinar matahari langsung.
5.2 Saran
Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada guru pembimbing kami yang
telah mengarahkan kami dalam membuat praktikum kangkung dari 1 bulan
yang lalu, dan kami berterima kasih karena telah membantu kami untuk
menyelesaikan laporan hasil praktikum ini. Agar tanaman dapat tumbuh dengan
baik dan hasilnya memuaskan sebaiknya memperhatikan dosis dan aturan
pemupukan dengan benar. Karena tanaman membutuhkan perawatan yang baik.
Oleh karena itu kami meminta kepada guru pembimbing untuk memberi kritik
dan saran kepada kami agar kami dapat memperbaiki dan mempelajarinya
dengan baik.
5.3 Daftar Pustaka
Agus, C. 2012. Pengolahan Bahan Organik: Peran dalam kehidupan dan
lingkungan. Yogyakarta: BPFE.
Ahmad,R, F. 2014. Pengaruh Penyiraman dan Dosis pemupukan terhadap
pertumbuhan Kangkung (Ipomoea reptans poir) pada Komposisi Media Tanam
tanah dan Pasir. Skripsi , Agrotrop (4)2: Fakultas Pertanian, Universitas
Udayana Denpasar Bali.
Ambarwati, E. 2004. Budidaya tanaman sayuran. F. Pertanian. UGM Press.
Yogyakarta.
Anggara R. 2009. Pengaruh ekstrak kangkung darat (Ipomea reptans Poir)
terhadap efek sedasi pada mencit skripsi. Semarang: Fakultas. Kedokteran,
Universitas Diponegoro.
Ariffin. 2002. Cekaman Air dan Kehidupan Tanaman. Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya. Malang. Hal. 1- 12.
Dalimoenthe,S,L. 1996. Sekam Padi sebagai Media Pembibitan Stek The.
Warta Teh dan Kina. Rubrik Ilmiah. Vol 7 (4): 115-122. Pusat Penelitian Teh
Dan Kina, Gambung.
Darwis, V. Dan Muslim. 2013. Keragaman Dan Titik Impas Usaha Tani Aneka
sayuran Pada Lahan Sawah Di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. SEPA
Djuairah, D, 2006. Variabilitas Genetik, Haritabilitas dan Penampilan fenotipik
50 Genotipe Kangkung Darat Di Dataran Medium. Balai penelitian Tanaman
Sayuran, Lembang.
Djuariah, D. 2007. Evaluasi Plasma Nutfah Kangkung Di dataran Medium
rancaekek. Jurnal Hortikultura 7(3):756-762.
Ernawati. 1996. Pengaruh tekanan kekeringan saat fase generatif dan dosis
urea terhadap kedelai, J. Tanah Tropika. 2(2):41-46.
Effendi, D.S., 2010. Prospek Pengembangan Tanaman Aren (Arenga pinnata
merr) Mendukung Kebutuhan Bioetanol di Indonesia. Pusat Penelitian dan
Pengembangan perkebunan, Bogor. Perspektif 9 (1) : 36-48. Respons
Pertumbuhan Dan..., Eko Mantep Widadi, Fakultas Pertanian UMP, 2018.

Anda mungkin juga menyukai