Anda di halaman 1dari 17

KARYA TULIS ILMIAH

PEMANFAATAN DAN PEMBUDIDAYAAN TANAMAN


KUMIS KUCING

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

BAHASA INDONESIA

Dosen : Lela Nurfarida, M.Pd

Disusun Oleh :

Nova Amalia

2281170040

PROGRAM STUDI JURUSAN PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG – BANTEN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Pemanfaatan dan Pembudidayaan Tanaman
Kumis Kucing”.
Penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan menyelesaikan
tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga
yang telah memberikan dorongan, baik secara moral maupun material.
Dalam penulisan kary ilmiah ini penuis merasa masih banyak kekurangan baik dalam
teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak diharapkan
penulis untuk penyempurnaan pembuatan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah yang penulis
buat ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca, sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai

Serang, 3 Desember 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................................... 2
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA...................................................................................................... 3
BAB 3 METODELOGI PENELITIAN ..................................................................................... 6
3.1 Metode Pengumpulan Data ......................................................................................... 6
3.2 Definisi Tanaman Kumis Kucing ................................................................................ 6
3.3 Jenis-Jenis Tanaman Kumis Kucing ........................................................................... 7
3.4 Teknik Pembudidayaan Tanaman Kumis Kucing ....................................................... 7
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 11
4.1 Manfaat Tanaman Kumis Kucing ............................................................................. 11
BAB 5 PENUTUP ................................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 13
3.2 Saran .......................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kumis kucing merupakan salah satu tanaman yang sering kita lihat berada di
beberapa pekarangan rumah. Beberapa keunggulan dari tanaman kumis kucing antara
lain pemeliharaannya yang relatif mudah dan kaya akan manfaat. Namun, tidak jarang
tanaman ini tidak dimanfaatkan secara baik oleh pemiliknya bahkan tidak dirawat
dengan baik dan benar. Hanya sekadar dijadikan sebagai tanaman hias pengisi
pekarangan rumah.
Itulah salah satu masalah yang kita temui di kalangan masyarakat umum.
Banyak manfaat dari tanaman kumis kucing yang tidak diketahui dibuang begitu saja.
Oleh karena itu, penulis akan memaparkan manfaat serta pembudidayaan tanaman
kumis kucing, agar masyarakat yang kurang mengetahui dapat memanfaatkannya
untuk keperluan masing-masing.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka beberapa
masalah yang dapat penulis rumuskan dan yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah
ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan tanaman kumis kucing?
2. Apakah manfaat dari tanaman kumis kucing?
3. Apa saja jenis-jenis tanaman kumis kucing dan kegunaannya masing-masing?
4. Bagaimana cara membudidayakan tanaman kumis kucing?
1.3 Tujuan Penelitian
Penulisan karya ilmiah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca. Secara terperinci, tujuan dari penulisan
karya ilmiah ini adalah:
1. Mengetahui secara jelas definisi dari tanaman kumis kucing.
2. Mengetahui manfaat dari tanaman kumis kucing.
3. Mengetahui jenis-jenis tanaman kumis kucing dan kegunaannya masing-masing.
4. Mengetahui cara-cara membudidayakan tanaman kumis kucing.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Agar para pembaca dapat mengetahui jenis-jenis tanaman kumis kucing dan
manfaatnya bagi ilmu kesehatan.
2. Agar para petani dapat mengetahui cara pembudidayaan dan pemeliharaan tanaman
kumis kucing secara baik dan benar sesuai dengan teori dan penelitian.
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Tanaman kumis kucing atau disebut Orthosiphon stamineus Benth habitat tumbuhan
ini liar diladang, di tepi sungai dan di tempat-tempat yang tanahnya agak lembab sampai
ketinggian 700 m dpl, ada juga yang ditanam sebagai tanaman hias. Tanaman ini termasuk
dalam golongan tubuh tumbuh-tumbuhan yang dengan nyata memperlihatkan diferensiasi
dalam tiga bagian pokok antara lain akar, batang dan daun. Bagian lain yang dapat kita
temukan pada tubuh tumbuhan dapat dipandang sebagai suatu penjelmaan salah satu atau
mungkin dua buah bagian pokok tadi, artinya setiap bagian lain pada tubuh tumbuhan dapat
dianggap sebagai tubuh yang berasal dari bagian pokok yang telah mengalami metamorfosis
(berganti bentuk, sifat dan mungkin juga fungsinya bagi tumbuh-tumbuhan) (Gembong,
2007).
Kumis kucing termasuk tanaman dikotil yaitu dengan ciri akar serabut, memiliki
kambium dan daun menjari. Tanaman ini memiliki sistem akar serabut, yaitu jika akar
lembaga dalam perkembangan selanjutnya mati atau kemudian disusul oleh sejumlah akar
yang kurang lebih sama besar dan semuanya keluar dari pangkal batang (Gembong, 2007).
Umumnya tumbuhan dikotil arah tumbuh batangnya ke atas menuju cahaya matahari,
sama seperti tanaman kumis kucing ini arah tumbuh batangnya menuju cahaya matahari.
Tanaman terna yang tumbuh tegak, pada buku-bukunya berakar tetapi tidak tampak nyata,
tinggi tanaman sampai 2m. Batang bersegi empat agak beralur. Tumbuhan biji belah
(Dicotyledoneae) pada umumnya mempunyai batang yang di bagian bawahnya lebih besar
dan ke ujung semakin mengecil, jadi batangnya dapat dipandang sebagai suatu kerucut atau
limas yang amat memanjang, yang dapat mempunyai percabangan atau tidak (Gembong,
2007). Klasifikasi kumis kucing adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Lamiaceae
Genus : Orthosiphon
Spesies : Orthosiphon spp
Berdasarkan susunan tulang daunnya, kumis kucing merupakan daun-daun yang
bertulang menjari (palminervis), yaitu kalau dari ujung tangkai daun keluar beberapa tulang
yang memencar, memperlihatkan susunan seperti jari-jari pada tangan. Jumlah tulang ini
lazimnya gasal, yang di tengah yang paling besar dan paling panjang, sedang kesamping
semakin pendek (Gembong, 2007).
Helai daun berbentuk bundar telur lonjong, lanset, lancip atau tumpul pada bagian
ujungnya, ukuran daun panjang 1 – 10 cm dan lebarnya 7.5 mm – 1.5 cm, urat daun
sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena
adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai daun 7 – 29 cm. Kelopak
bunga berkelenjar, urat dan pangkal berbulu pendek dan jarang sedangkan di bagian yang
paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota berwarna ungu pucat atau putih, dengan ukuran
panjang 13 – 27 mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek yang berwarna ungu atau putih,
panjang tabung 10 – 18 mm, panjang bibir 4.5 – 10 mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang
sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah
geluk berwarna coklat gelap, panjang 1.75 – 2 mm.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan bahwa hampir separuh
orang Indonesia mengonsumsi obat tradisional terutama jamu untuk pencegahan dan
penyembuhan. Sebanyak 49,53 % penduduk Indonesia berusia 45 tahun ke atas mengonsumsi
jamu. Sekitar 5 % penduduk mengonsumsi jamu tiap hari, sementara sisanya mengonsumsi
jamu sesekali.
Menurut Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes, jumlah pengobat tradisional di
Indonesia yang tercatat cukup banyak, yaitu 280.000 pengobat tradisional dan 30
keahlian/spesialisasi. Sedang dari di 30 ribu jenis tanaman yang ada di Indonesia 950 jenis
diantaranya memiliki fungsi penyembuhan yang sudah selayaknya bisa dikembangkan bagi
kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Disamping itu, menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2001, 57,7%
penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri, 31,7% menggunakan obat tradisional,
dan 9,8 memilih cara pengobatan tradisional. Sedangka pada tahun 2004 penduduk Indonesia
yang melakukan pengobatan sendiri meningkat menjadi 72,44 % dimana 32,87 %
menggunakan obat tradisional (Idward, 2012).
Salah satu tanaman yang sering digunakan dalam pengobatan tradisional adalah
tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.). Daun kumis kucing basah maupun
kering bermanfaat digunakan sebagai bahan obat-obatan. Di Indonesia daun yang kering
(simplisia) dipakai sebagai obat yang memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik)
sedangkan di India untuk mengobati rematik. Masyarakat menggunakan kumis kucing
sebagai obat tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk, encok, masuk angin dan
sembelit. Di samping itu daun tanaman ini juga bermanfaat untuk pengobatan radang ginjal,
batu ginjal (Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2013).
BAB 3

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data yang diperlukan, penulis menggunakan metode
kepustakaan. Adapun teknik-teknik yang dipergunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut
3.1.1 Studi Pustaka
Pada metode ini, penulis membaca buku-buku dan literature yang
berhubungan dengan penulisan karya ilmiah atau teknik penulisan karya
ilmiah dan yang berkaitan dengan pemanfaatan dan pembudidayaan tanaman
kumis kucing khususnya.
3.1.2 Metode Pengolahan data

3.2 Definisi Tanaman Kumis Kucing


Kumis kucing merupakan tanaman terna yang tumbuh tegak, pada buku-
bukunya berakar tetapi tidak tampak nyata, tinggi tanaman sampai 2 m. Batang
bersegi empat agak beralur. Helai daun berbentuk bundar telur lonjong, lancip atau
tumpul pada bagian ujungnya, ukuran daun panjang 1 – 10 cm dan lebarnya 7,5 mm –
1,5 cm, urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dimana kedua
permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak,
panjang tangkai daun 7 – 29 cm. Kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berbulu
pendek dan jarang sedangkan di bagian yang paling atas gundul.
Bunga bibir, mahkota berwarna ungu pucat atau putih, dengan ukuran panjang
13 – 27 mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek yang berwarna ungu atau putih,
panjang tabung 10 – 18 mm, panjang bibir 4.5 – 10 mm, helai bunga tumpul, bundar.
Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga
bagian atas. Buah geluk berwarna coklat gelap, panjang 1.75 – 2 mm.
Kumis kucing merupakan tanaman yang berkhasiat menyembuhkan berbagai
penyakit seperti diuretik dan anti inflamasi. Kumis kucing biasanya hidup liar di
tempat-tempat yang lembab. Kumis kucing juga dapa hidup diketinggian 700 m dpl.
Karena berkhasiat dan bunganya yang cantik, maka sekarang banyak orang menanam
kumis kucing sebagai obat sekaligus sebagai tanaman hias.
Kumis kucing banyak sekali terkandung zat seperti Genkosid orthosifonin,
Garam kalium, Saponin, Sapofonin, Zat lemak, Minyak atsari, Minyak lemak.
Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah yang
tegak. Tanaman ini dikenal dengan berbagai istilah seperti: kidney tea plants/java tea
(Inggris), giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan
songot koneng (Madura). Tanaman Kumis kucing berasal dari wilayah Afrika tropis,
kemudian menyebar ke wilayah Asia dan Australia.

3.3 Jenis-Jenis Tanaman Kumis Kucing


Spesies kumis kucing yang terdapat di Pulau Jawa adalah O. aristatus, O.
thymiflorus, O. petiolaris dan O. tementosus var. glabratus. Klon kumis kucing yang
ditanam di Indonesia adalah Klon berbunga putih dan ungu.

3.4 Teknik Pembudidayaan Tanaman Kumis Kucing


Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pembudidayaan tanaman
kumis kucing, ada beberapa tahap pembudidayaannya yaitu:
Pembibitan
Kumis kucing sebenarnya menghasilkan bibit juga tetapi cara perbanyakan
melalui stek telah umum sekali dan mudah dilakukan. Stek diambil dari batang yang
tua dan dipotong sepanjang 20 cm dengan 2 – 4 ruas. Untuk penanaman sebaiknya
kumis kucing disemai dulu, bila keperluan bibit hanya sedikit maka stek disemai
dalam peti kecil yang diisi pasir sungai setebal 20 cm, tetapi bila bibit yang diperlukan
banyak maka dibuat persemaian, juga atap menutup persemaian.
Pesemaian
Tanah persemaian dicangkul sedalam 30 cm jarak tanam 5 X 10 cm dan stek
ditanam miring dengan kedalaman 5 cm cara lain yaitu dengan menumbuhkan stek
batang tersebut pada kantong plastik (polibag). Pesemaian ditempat terbuka harus
diberi atap naungan dan dilakukan penyiraman secukupnya (tidak terlalu basah karena
bibit mudah busuk), pada umur 10 hari biasanya stek mulai berakar dan bertunas dan
umur 2 minggu tanaman sudah siap ditanam dilapangan. Sebelum pemindahan
kelapangan naungan dikurangi secara bertahap.
Penanaman
Tanah dipersiapkan sebelumnya dengan cara mencangkul sedalam 50 cm dan
diberi pupuk kandang sebanyak 0,5 – 1 Kg per lubang tanam. Jarak tanam dilapangan
berkisar antara 40 X 40 cm hingga 60 X 60 cm. Satu lubang tanam dapat ditanami 1 –
6 stek. Waktu penanaman sebaiknya pada awal musim penghujan.
Pemeliharaan
Penyiangan dilakukan tergantung keadaan gulma yang tumbuh atau pada saat
akan dilakukan pemupukan. Selain itu tanah harus dalam keadaan gembur, cara
penggemburan bisa dengan cangkul atau digarpu.
Pemupukan
Sebelum penanaman tanah diolah dan diberi puypuk kandang sebanyak 15 ton
/ Ha, sementara untuk pupuk dasar pada saat tanam diberikan pupuk SP-36 dan pupuk
KCL dengan dosis yang dianjurkan masing-masing 200 Kg/Ha SP-36 dan 100 Kg/Ha
KCl, sedangkan pupuk Urea yang dianjurkan adalah 100 Kg/Ha diberikan sebulan
setelah tanam. Pada tanah yang kurang mengandung humus maka diantara tanaman
kumis kucing ditanam pupuk hijau.
Pemangkasan
Setelah tanaman cukup tingginya dilakukan pemangkasan dan
daunnyadimasukan kedalam tanah diantara barisan tanaman kumis kucing.
Ditempat yang subur dan curah hujannya memadai, pemangkasan dapat dilakukan 4 –
6 minggu, setelah tanam, biasanya ditandai dengan kuncup mekar, untuk menjaga
mutu daun maka bu nga-bunga harus segera dipotong.
Pengendalian hama/penyakit secara organik
Sama seperti pada tanaman obat lainnya bahwa pengendalian hama/penyakit
secara organic pada pertanaman kumis kucing lebih diusahakan secara PHT
(pengendalian hama secara terpadu). Termasuk di dalamnya sIstem bercocok tanam
secara tumpang sari akan dapat menghambat serangan hama/penyakit. Untuk
pengendalian gulma sebaiknya dilakukan secara manual dengan cara penyiangan
seperti telah dijelaskan di atas.
Panen / Pemetikan Daun
Pemetikan yang terbaik bila berumur tanaman sudah mencapai 10 minggu.
Cara memetiknya dengan 4 – 6 helai daun paling atas beserta batangnya di petik, daun
dibawahnya dipetik karena masuk daun tua dan menghasilkan produk yang kurang
baik.Dari kebun yang kesuburannya sedang sampai baik akan diperoleh hasil 1.000 –
1.500 Kg/Ha daun kering/th.
Pasca Panen
Setelah pemetikan, daun-daun hasil panen dikumpulkan di dalam karung dan
dibawa ke tempat pengumpulan hasil. Proses pasca panen untuk mendapatkan daun
kering kualitas ekspor adalah sbb:
Penyortiran Basah dan Pencucian
Sortasi basah dilakukan pada bahan segar dengan cara memisahkan daun dari
kotoran atau bahan asing lainnya. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil
penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian.
Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika air bilasannya masih terlihat kotor
lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama
agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air.
Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran
dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam
tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat
dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.
Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau
alat pemanas/oven. Pengeringan daun dilakukan selama kira-kira 1 – 2 hari atau
setelah kadar airnya dibawah 5%. Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas
tikar atau rangka pengering, pastikan daun tidak saling menumpuk. Selama
pengeringan daun harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan
merata. Lindungi daun tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan
yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan didalam oven dilakukan pada suhu 50oC –
60oC. Daun yang akan dikeringkan ditaruh diatas tray oven dan alasi dengan kertas
Koran dan pastikan bahwa daun tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan,
timbang jumlah daun yang dihasilkan.
Penyortiran Kering.
Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah mengalami
pengeringan dengan memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing atau kotoran-
kotoran lain. Timbang jumlah bahan hasil penyortiran ini (untuk menghitung
rendemennya).
Pengemasan
Setelah bersih, daun yang kering dikumpulkan dalam wadah yang bersih dan
kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya), dapat berupa kantong plastik atau
karung. Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan,
bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat
bersih dan metode penyimpanannya.
Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC,
dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari
kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki
penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan
terbebas dari hama gudang.
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Manfaat Tanaman Kumis Kucing


Daun kumis kucing basah maupun kering digunakan sebagai bahan obat - obatan.
Di Indonesia daun yang kering dipakai (simplisia) sebagai obat yang memperlancar
pengeluaran air kemih (diuretik) sedangkan di India untuk mengobati rematik.
Masyarakat menggunakan kumis kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya
penyembuhan batuk, encok, masuk angin dan sembelit. Disamping itu daun tanaman
ini juga bermanfaat untu pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis,
albuminuria, dan penyakit syphilis.
4.2 Cara Penggunaan Tanaman Kumis Kucing
Ada beberapa cara untuk mengobati penyakit dengan menggunakan kumis kucing
yaitu :
1. Infeksi saluran kencing atau sering kencing (anyang-anyangan)
Cara penggunaan :
Petiklah tangkai dan daun kumis kucing sebanyak 30 g. Tambahkan daun meniran dan
Commelia communis masing-masing 30 g. Rebus dan minumlah.
2. Kencing yang tersendat dan disertai rasa sakit
Cara penggunaan :
Daun kumis kucing yang dikeringkan dapat diseduh, seperti teh, lalu diminum dengan
gula aren juga berkhasiat.
3. Darah tinggi
Cara penggunaan :
Siapkan daun kumis kucing yang basah dan kering sebanyak 50 g. Daun kumis kucing
yang kering dibersihkan lalu direbus dengan air secukupnya. Daun yang segar
langusng diseduh dengan air panas. Hasil ramuan keduanya diambil lalu disaring.
Ramuan ini sebaiknya diminum segelas sehari.
4. Demam
Cara penggunaan :
Siapkan 100 g akar kumis kucing. Cuci hingga bersih. Selanjutnya rebus dengan air
sebanyak 2000 cc. Setelah mendidih diamkan air sampai tidak terlalu panas,
kemudian disaring dan diambil airnya. Air rebusan ini cukup diminum segelas sehari.
5. Susah kencing
Cara penggunaan :
Siapkan daun kumis kucing segar 1/4 genggam, air 1 gelas. Kemudian direbus hingga
memperoleh cairan 1/2 gelas. Cairan ini kemudian diminum setiap hari 2 kali dan tiap
kali minum 1/2 gelas.
6. Batu ginjal
Cara pengunaan :
Siapkan herba kumis kucing 6 g, herba meniran 7 pohon, air 110 ml. Dibuat infus.
Kemudian diminum 2 kali sehari tiap kali minum 100 ml.
7. Kencing manis
Cara penggunaan :
Siapkan daun kumis kucing 20 helai, daun sambiloto 20 helai, air 110 ml. Dibuat
infus. Kemudian diminum 1 kali sehari tiap kali minum 100 ml.
8. Sakit pinggang
Cara Penggunaan :
Siapkan daun kumis kucing segar 1 genggam, kulit batang pepaya seluas 4 cm 2, air
110 ml. Dibuat infus. Kemudian diminum 1 kali sehari tiap kali minum 100 ml.
9. Khasiat lain (menyembuhkan infeksi ginjal dan kencing batu, menambah nafsu
makan, menghilangkan panas, dan mengobati encok).
Cara penggunaan :
Semua bagian tanaman kumis kucing dapat pula direbus atau dikeringkan, lalu
diseduh seperti minum teh.
BAB 5

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dalam karya ilmiah ini, kesimpulan penulis adalah sebagai berikut :
1. Kumis kucing merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah yang
tegak.
2. Kumis kucing mempunyai banyak manfaat antara lain : mengobati rematik, batuk,
encok, masuk angin dan sembelit. Disamping itu daun tanaman ini juga bermanfaat
untu pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albuminuria dan
penyakit syphilis serta memperlancar pengeluaran air kemih (diuretik),
3. Ada empat jenis pohon jarak yaitu Orthosiphon aristatus, Orthosiphon thymiflorus,
Orthosiphon petiolaris dan Orthosiphon tementosus var. glabratus.
4. Dalam pembudidayaan jarak ada beberapa tahap atau tekniknya yaitu : Persiapan
lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemupukan, pemangkasan,
pengendalian hama/penyakit secara organik, panen / pemetikan daun, pasca panen,
penyortiran basah dan pencucian, pengeringan, penyortiran kering, pengemasan
dan penyimpanan.
5. Tanaman kumis kucing merupakan tanaman yang memiliki nilai guna tinggi yang
sangat bermanfaat bagi masyaraka

3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan tersebut, saran penulis adalah sebagai berikut :
1. Masyarakat hendaknya menjaga dan melestarikan sumber daya alam yang ada di
sekitarnya khususnya tanaman kumis kucing.
2. Masyarakat hendaknya dapat memanfaatkan tanaman kumis kucing secara baik
dan profesional.
DAFTAR PUSTAKA

Tjitrosoepomo, gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM

Direktorat Pengelolaan Hasil Pertanian, Ditjen Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Pertanian,
Departemen Pertanian. 2013. Program Bio Energi Pedesaan : Biogas Skala Rumah Tangga.
Jakarta

Idward. 2012.Seberapa Besar Manfaat Pengobatan Alternatif?. Web Direktorat Jenderal


Bina Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
(htttp://www/gizikita.depkes.gp.id/archives/artikel/seberapa-besar-manfaat-pengobatan-
alternatif, diakses 13 Juli 2014)

Anda mungkin juga menyukai