Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TERPENOID

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN OBAT TRADISIONAL

Dosen Pengampu :

Andhi Fahrurroji, M.Sc., Apt.

Nama Kelompok :

Nisa Meriska I1022161022

Septi Ida Yasa I1022161026

Egita Feby Amaria I1022161050

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR………………………………………………………….………….. ………ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Terpenoid..............................................................................2

2.2 Sintesis Terpenoid...................................................................................3

2.3 Golongan Terpenoid................................................................................4

2.4 Kegunaan Terpenoid…………...............................................................10

2.5 Identifikasi dan Isolasi Terpenoid..........................................................11

2.6 Analisis Masalah Ekstraksi Dan Solusinya............................................12

2.7 Analisi Mutu Terpenoid..........................................................................17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................21

LAMPIRAN..............................................................................................................22
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah FTS-OT
mengenai metabolit sekunder Terpenoid ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelasaian makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, 04 Mei 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sejak lama bangsa lndonesia sudah mengenal obat-obatan tradisional yang


digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Pada umumnya obat-obatan
tersebut dibuat dari sumber bahan alam hayati seperti hewan dan tumbuhan. Penggunaan
tumbuhan tertentu sebagai obat merupakan warisan yang sudah turun temurun.
Penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai obat tradisional berkaitan dengan kandungan
kimia yang terdapat di dalamnya. Senyawa kimia tersebut merupakan hasil metabolisme
dari tunbuhan itu sendiri. Senyawa kimia dari beberapa jenis tanaman telah banyak diteliti
dan sering kali dapat memberikan efek fisiologi dan farmakologi senhingga senyawa ini
dikenal dengan senyawa bioaktif. Di antara senyawa bioaktif tersebut adalah golongan
alkaloid, terpenoid ,steroid, flavonoid dan safonln.
Terpenoid merupakan senyawa kimia yang terdiri dari beberapa unit isopren.
Kebanyakan terpenoid mempunyai struktur siklik dan mempunyai satu gugus fungsi atau
lebih. Terpenoid umumnya larut dalam lemak dan Ierdapat dalam sitoplasma sel
tumbuhan. Senyawa terpenoid terdiri atas beberapa kelompok. Senyawa terpenoid ini
adalah salah satu senyawa kimia bahan alam yang banyak digunakan sebagai obat.
Sudah banyak peran terpenoid dan tumbuh-tumhuhan yang diketahui seperti menghambat
pertumuhan tumbuhan pesaingnya dan sebagai insektisida terhadap hewan tinggi. Untuk
mengetahui lebih ]elas tentang senyawa terpenoid maka dibahas tentang tinjauan umum
terpenoid, klasifikasi dan fungsi terpenoid, biosintesa terpenoid, identiflkasl terpenoid,
isolasi terpenoid dari bahan alam serta cara pemisahan dan pemurnian terppenoid.

1.2 TUJUAN

Tujuan pembuatan makalah ini adalah :

1.Untuk mengetahui pengertian dari senyawa terpenoid beserta fungsinya

2.Untuk menganalisis masalah dari ekstrak terpenoid dan solusinya


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 PENGERTIAN KAROTENOID

Karotenoid adalah senyawa poliena isoprenoid berwarna kuning oranye.


Karotenoid mempunyai aktivitas antioksidan yang dapat menurunkan resiko
beberapa penyakit kronis, seperti kanker, penyakit jantung, penuaan dan
mencegah kerusakan oksidatif. Salah satu sumber karotenoid tertinggi adalah
wortel dimana β-karoten dapat dikonversi menjadi vitamin A (Christwardana,
2013). Kandungan β-karoten pada wortel mencapai rata-rata 1200 IU dalam 10
gram (Maulina 2011). β-karoten memiliki peran yang menguntungkan bagi
kesehatan salah satunya mempunyai aktivitas sebagai antioksidan, meningkatkan
hubungan interselular, immunomodulator dan antikarsinogenik (Supriyono,
2008).(1)
Karotenoid sebagian besar berupa hidrokarbon yang larut dalam air dan lemak,
serta berikatan dengan senyawa yang strukturnya menyerupai lemak. Adanya struktur
ikatan rangkap khususnya pada β-karoten (11 ikatan rangkap pada 1 molekul β-
karotenoid) menyebabkannya mudah teroksidasi ketika terkena udara (Erawati, 2006).
Senyawa karotenoid dapat mengalami isomerisasi dan kerusakan karena panas.
Isomerisasi menyebabkan adanya perubahan struktur β-karoten dari trans-β-karoten
menjadi cis-β-karoten. Kerusakan yang terjadi pada karotenoid akan berpengaruh pada
stabilitas karotenoid pada produk, sehingga diperlukan suatu usaha untuk melindungi
karotenoid dari kerusakan akibat panas, oksidasi, maupun isomerisasi. (1)
Sifat – sifat umum senyawa karotenoid(1):
a. Sifat-sifat fisika dari karotenoid adalah :
1) Dalam keadaan segar merupakan cairan tidak berwarna, tetapi jika
teroksidasi warna akan berubah menjadi gelap
2) Mempunyai bau yang khas
3) Indeks bias tinggi
4) Kebanyakan optic aktif
5) Kerapatan lebih kecil dari air
6) Larut dalam pelarut organic eter dan alcohol
b. Sifat kimia dari terpenoid adalah :
1) Senyawa tidak jenuh (rantai terbuka ataupun siklik)
2) Isoprenoid kebanyakan bentuknya khiral dan terjadi dalam dua bentuk
enantiomer

2.2 SABUN PADAT TRANSPARAN

Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dengan alkali
menghasilkan sabun dan gliserol. Salah satu bentuk sabun adalah sabun transparan
(Bunta, 2013). Sabun tembus pandang dan menghasilkan busa yang lebih lembut dan
tampak lebih menarik (Priam' dan Lukmayani, 2010). Sama halnya dengan sabun mandi
biasa, sabun transparan juga merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak
dengan basa kuat, hanya saja penampakannya transparan (Bunta, 2013). Sabun ini mudah
sekali larut karena mempunyai sifat sukar mengering. Faktor yang mempengaruhi
transparansisabunadalah:

Alkohol
Etanol digunakan sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan
karenasifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak.

Gula
Gula bersifat humektan, dikenal membantu pembusaan sabun. Semakin putih warnagula
akan semakin jemih sabun transparan yang dihasilkan. Terlalu banyak gula, produk sabun
menjadi lengket. pada permukaan sabun keluar gelembung kecil-kecil. Gula yang paling
baik untuk sabun transparan adalah gula yang apabila dicairkan berwarna jernih seperti
gliserin, karena warna gula sangat mempengaruhi warna sabun trasnparan akhir. Gula
lokal yang berwarna agak kecoklatan, hasil sabun akhir juga tidak bening, jernih tanpa
warna tetapi juga agak kecoklatan.

Gliserin
Gliserin adalah produk samping dan' reaksi hidrolisis antara minyak nabati denganair untuk
menghasilkan asam lemak. Gliserin merupakan humektan sehingga dapat ber fungsi
sebagai pelembap pada kulit. Pada kondisi atmosfer sedang ataupun padakondisi
kelembaban tinggi, gliserin dapat melembapkan kulit dan mudah di bilas. Ketika sabun
akan dibuat jernih dan bening maka hal yang paling essensial adalah kualitas guka, alkohol
dan gliserin. Oleh karena itu pemilihan material dipertimbangkan dengan warna dan
kemurniannya (Arita dkk, 2009).

2.3 KOMPOSISI SABUN


Menurut Wasitaatmadja (1997), sabun biasanya mengandung:
1. Surfaktan
Surfaktan (surface acting agent) merupakan senyawa organik yang dalam molekulnya
memiliki sedikitnya satu gugus hidrofilik dan satu gugus hidrofobik. Apabila
ditambahkan ke suatu cairan pada konsentrasi rendah, maka dapat mengubah
karakteristik tegangan permukaan dan antarmuka cairan tersebut. Surfaktan
merupakan bahan terpenting dari sabun. Lemak dan minyak yang dipakai dalam sabun
berasal dari minyak kelapa (asam lemak C12), minyak zaitun (asam lemak C16-C18),
atau lemak babi. Penggu naan bahan berbeda menghasilkan sabun yang berbeda,
baik secara fisik maupun kimia. Ada sabun yang cepat berbusa tetapi terasa airnya
kasar dan tidak stabil, ada yang lambat berbusa tetapi lengket dan stabil (Elefani, 2008;
Wasitaatmadja (1997).
2. Pelumas
Untuk menghindan rasa kering pada kulit diperlukan bahan yang tidak saja meminyaki
kulit tetapi juga berfungsi untuk membentuk sabun yang lunak, misal: asam lemak
bebas, fatty alcohol, gliserol, lanolin, paraffin lunak, cocoa butter, dan minyak almond,
bahan sintetik ester asam sulfosuksinat, asam lemak isotionat, asam lemak
etanolamid, polimer JR, dan carbon resin (polimer akrilat). Bahan-bahan selain
meminyaki kulit juga dapat menstabilkan busa dan berfungsi sebagai peramas
(plasticizers).
3. Antioksidan dan Sequestering Agents
Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah proses
oksidasi. Untuk menghindari kerusakan lemak terutama bau tengik, dibutuhkan bahan
penghambat oksidasi, misalnya stearil hidrazid dan butilhydroxy toluene (0,02% -
0,1%), Sequestering Agents dibutuhkan untuk mengikat logam berat yang mengkatalis
oksidasi EDTA.
4. Deodorant
Deodorant adalah suatu zat yang digunakan untuk menyerap atau mengurangi bau
menyengat pada badan Deodorant dalam sabun mulai dipergunakan sejak tahun 1950,
namun oleh karena khawatir efek samping, penggunaannya dibatasi. Bahan yang
digunakan adalah tn'klorokarbon, heksaklorofen, diklorofen, tn‘klosan, dan sulfur
koloidal (Nurdieni, 2013; Wasitaatmadja (1997).
5. Warna
Kebanyakan sabun toilet berwarna cokelat, hijau biru, putih, atau krem. Pewarna sabun
dibolehkan sepanjang memenuhi syarat dan peraturan yang ada, pigmen yang
digunakan biasanya stabil dan konsentrasinya kecil sekali (0,01 0,596). Titanium
dioksida 0,01% ditambahkan pada berbagai sabun untuk menimbulkan efek berkilau.
Akhir akhir ini dibuat sabun tanpa warna dan transparan.
6. Parfum
Isi sabun tidak lengkap bila tidak ditambahkan parfum sebagai pewangi. Pewangi ini
harus berada dalam pH dan warna yang berbeda pula. Setiap pabrik memilih bau dan
warna sabun bergantung pada permintaan pasar atau masyarakat pemakainya.
Biasanya dibutuhkan wangi parfum yang tidak sama untuk membedakan produk
7. Pengontrol pH
Penambahan asam lemak yang lemah, misalnya asam sitrat, dapat menurunkan pH
sabun.
8. Bahan Tambahan Khusus
Berbagai bahan tambahan untuk memenuhi kebutuhan pasar, produsen, maupun segi
ekonomi dapat dimasukkan ke dalam formula sabun. Menurut Wasitaatmadja
(1997), dikenal berbagai macam sabun khusus misalnya:
 Superfatty yang menambahkan lanolin atau paraffin.
 Transparan yang menambahkan sukrosa dan gliserin
 Antiseptik (medicated carbolic) yang menambahkan bahan antiseptik,
misalnya: fenol, kresol, dan sebagainya
 Sabun bayi yang lebih berminyak, pH netral, dan noniritatif.
 Sabun netral, mirip dengan sabun bayi dengan konsentrasi dan tujuan yang
berbeda
2.4 FORMULA
Tabel 2.1 Formulasi pembuatan sabun transparan dengan penambahan ekstrak
kasar karotenoid C. pyrenoidosa
Bahan (g) Ekstr. (0%) Ekstr. (0,5%) Ekstr. (1%) Ekstr. (1,5%)
Minyak Kelapa Sawit 50 50 50 50
NaOH 30% 58,8 58,8 58,8 58,8
Etanol 96% 40 40 40 40
Gliserin 35 35 35 35
Gula Pasir 40 40 40 40
Asam Stearat 20 20 20 20
Coco-DEA 2 2 2 2
Aquadest 25 23 21 19
NaCl 0,5 0,5 0,5 0,5
Jasmine Oil (Fragrance) 0,3 0,3 0,3 0,3

Preformulasi
Ekstrak kasar karotenoid C. pyrenoidosa
Pemerian : berupa ekstrak cair berwarna orange yang terindikasi sebagai
ekstrak kasar karotenoid
Zat berkhasiat : karotenoid sebagai antioksidan

Asam stearat (HOPE 6th edition halaman 697)


Nama kimia : Octadenacoic acid
Rumus Empiris : C18H36O2
Berat Molekul : 248, 47
Nama Lain : Cetylacetic acid; Crodacid; E570; Edenor; Emersol; Hystrene; Industrene;
Kortacid 1895; Pearl Steric; Pristerene; stereophonic acid; Tegostearic
Pemerian : Kristal Putih atau kuning berwarna, kristalin padat, atau putih
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 3 bagian eter, dalam 2 bagian
kloroform, larut dalam 20 bagian etanol (95%), larut dalam heksana dan
propilen glikol; mudah larut dalam benzene dan karbon tetra klorida
Konsentrasi : 1-20%
Kegunaan : agen pengemulsi, agen pelarut, lubrikan tablet dan kapsul
Penggunaan Konsentrasi (%)
Salep dan Krim 1-20
Lubrikan Tablet 1-3
OTT : lnkompatibel dengan hamper semua logam hidroksida dan zat
pengoksidasi
Stabilitas : Zat stabil, harus disimpan di tempat tertutup.

Minyak Kelapa (HOPE 6th halaman 184, FI indo edisi lll hal. 456)
Minyak kelapa adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan endospenn kering Cocos
nucifera L
Nama Kimia : Coconut oil
Nama latin : Aceite de cocos; Cocois oleurn raffinatum; Coconut butter; Copra oil;
Oleum cocois; Pureco 76; Refined coconut oil
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas, tidak tengik
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; sangat larut dalam dikloromethane dan
dalam petroleum; larut dalam eter, karbon disulfide dan kloroform, larut
pada suhu 60”C dalam 2 bagian etanol (95%) tapi kurang larut pada suhu
lebih rendah.
Titik lebur : 23-26“c
Aplikasi : Sebagai emolien dan dasar salep
Penggunaan Konsentrasi (%)
Sabun Padat 4-20
Shampoo 1-20
Sabun 60-75
Salep 50-70

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya dan ditempat
yang sejuk
Inkompatibel : Minyak kelapa bereaksi dengan agen oksidasi, asam dan basa

NaOH (FI Edisi III halaman 412)


Natrium hidroksida mengandung tidak kurang dari 97,5% alkali jumlah dihitung sebagai
NaOH, dan tidak lebih dan“ 2,5% Na2CO3
Berat Molekul : 40
Pemerian :Berbentuk batang, butiran, massa hahlur atau keeping, kering, keras,
rapuh, dan menunjukkan susunan hablur, mudah meleleh basah, sangat
alkalis dan korosif, segera menyerap C02 dan berwarna putih
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Gliserin (HOPE halaman 59, FI lll hal. 413)


Nama Kimia : Propane-1,2,3-triol
Rumus Empiris : C3H8O3
Berat Molekul : 92.09
Nama Lain : Croderol; E422; glycerine; Glycon G 100; Kemstrene; Optim; Pricerine;
1,2,3-propanetn'ol; trihydroxypropane glycerol
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol 95 %, praktis tidak larut
dalam klorofon'n dalam eter dan dalam minyak lemak dan dalam minyak
menguap
Tirtik Lebur : 180oC
Stabilitas : Higroskopik dengan adanya udara dari luar (mudah teroksidasi). Mudah
terdekomposisi dengan adanya pemanasan, mengkristal dalam suhu
rendah, kristal tidak akan mencair sampai dengan suhu 20 0C akan timbul
ledakan jika dicampur dengan bahan teroksidasi
Inkompatibel : Dengan kromium trioksid, kalium horat, atau kalium permanganat.
Berubah warna menjadi hitam dengan adanya cahaya atau setelah kontak
dengan ZnO dan bisulfat. Gliserin dengan kontaminan yang mengandung
logam akan berubah warna dengan penambahan fenol salisilat dan tanin.
Asam borat membentuk kompleks gliseroborik acid (lebih kuat dari pada
asam borat).

Etanol 96% (Fi iv hal 63, martindale 30 th edition hal 783.HOPE VI hal 7)
Rumus Empiris : C2H6O
Berat Molekul : 46,07
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap meskipun pada
suhu rendah dan mendidih pada suhu 78°C dan mudah terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut
organic
Stabilitas : Mudah menguap walaupun pada suhu rendah
Inkompatibel : Bahan pengoksidasi Bila dicampur dengan alkali, warna akan menjadi
gelap.
Konsentrasi : 60-90%
Kegunaan : Anti mikroba, desinfektan, pelarut, penetrasi kulit
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat jauh dari api

Aquadest (FI III hal 96)


Rumus Empiris : H2O
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Stabilitas : Stabil dalam bentuk es, air, dan uap
Inkompatibel : Air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien yang rentan
terhadap hidrolisis, peningkatan suhu. Air bereaksi kuat dengan logam
alkali dan bereaksi cepat dengan logam alkali tanah. Alkali bereaksi
dengan garam anhidrat menjadi bentuk hidrat

Cara Pembuatan Sabun Padat Transparan


Proses pembuatan sabun menggunakan metode hot process. Minyak kelapa sawit yang
telah ditempatkan dalam beaker glass dipanaskan dengan waterbath. Asam stearat
dimasukkan lalu diaduk hingga homogen, kemudian ditambahkan larutan NaOH 30%.
Setelah itu, bahan pendukung seperti etanol 96%, gliserin, sirup gula (gula pasir dan
akuades yang dicairkan terlebih dahulu), coco- DEA, NaCl dan jasmine oil sebagai
fragrance. Kemudian seluruh bahan tersebut diaduk hingga tercampur sempurna. Untuk
penambahan ekstrak biji bunga matahari, adonan sabun diturunkan terlebih
dahulusuhunya hingga mencapai suhu 50-60oC.

2.5 Alasan Menggunakan Sabun Padat Transparan


Meningkatnya kebutuhan dan semakin beragamnya selera masyarakat,
menyebabkan produk sabun pembersih tubuh kini sudah sangat bervariasi seperti sabun
cair, sabun opaque dan sabun padat transparan. Sabun padat transparan merupakan
salah satu inovasi produk kosmetik, pembersih tubuh yang dapat menjadikan sabun
menjadi lebih menarik dengan daya tembus pandang, menghasilkan busa lebih lembut,
serta kenampakan lebih berkilau dibandingkan dengan jenis sabun lainnya.
Sabun padat transparan merupakan salah satu inovasi sabun yang menjadikan
sabun lebih menarik. Sabun padat transparan juga menjadi salah satu sediaan emulsi
yang dapat difungsikan sebagai penghantar obat yang baik. Sabun berfungsi
membersihkan kulit, tidak merusak kulit serta mampu melindungi kulit dari efek radikal
bebas. Senyawa yang mampu menangkal radikal bebas adalah antioksidan yang antara
lain bersumber dari Chlorella pyrenoidosa.
2.5 Analisis Mutu
Prosedur untuk uji sifat kimia terhadap sabun padat transparan berdasarkan SNI
06-3532-1994, meliputi uji organoleptik, uji pH, uji kadar air, jumlah asam lemak, kadar
alkali bebas dan kadar fraksi taktersabunkan.
Sabun padat transparan yang dibuat ini merupakan sabun yang memiliki tingkat
transparansi tinggi. Sabun jenis ini memancarkan cahaya yang menyebar dalam partikel-
partikel kecil, sehingga obyek yang berada diluar sabun akan terlihat. Sabun transparan ini
juga mempunyai busa yang lebih halus dibandingkan dengan sabun yang tidak
transparan. Uji mutu sediaan sabun padat dilakukan untuk mengetahui apakah sabun
yang dibuat sesuai dengan SNI 06-3532-1994. Hasil analisis mengenai uji sifat
kimia sabun seluruh sampel sabun padat transparan yang dihasilkan sudah memenuhi
syarat SNI kecuali jumlah asam lemak.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Terpenoid merupakan senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam


satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 siklik yaitu
skualena. Macam-macam terpenoid yaitu monoterpeoid dan sesquiterepenoid yang
mudah menguap, diterpenoid menguap, triterpenoid dan sterol,serta pigmen karotenoid
(C40). Identifikasi terpenoid menggunakan asetat anhidrat dan asam sulfat pekat, uji
positif menunjukkan golongan senyawa terpenoid dengan terbentuknya warna merah
keunguan. Isolasi dan pemurnian ekstrak dilakukan dengan beberapa metode, yaitu
Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Kromatografi Vakum Cair (KVC), dan Kromatografi Kolom
Gravitasi (KKG). Contoh tumbuhan yang mengandung terpenoid adalah meniran, anting-
anting, Cyperus scariosus.
DAFTAR PUSTAKA

1. Harborne, JB. Metoda Fitokimia Penuntun Cara Menganalisa Tumbuhan. Edisi II,
Bandung: ITB; 1987.
2. Achmad, SA. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Universitas Terbuka; 1986.
3. Robinson, T. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB; 1995.
4. Aliunir, dkk. Penuntun Praktikum Kimia Organik II, Jurusan Kimia FMIPA: UNP;
2000.
5. Dwisari F, Harlia, Alimuddin AH. Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Terpenoid
Ekstrak Metanol Akar Pohon Kayu Buta-Buta (Excoecaria Agallocha L.). JKK.
2016; 5(3): 25-30.
6. Ma YR, et al. Advances In The Metabolic Engineering of Yarrowia lipolytica For
The Production of Terpenoids. Bioresource Technology. 2019.
7. Gunawan, IWG. Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Terpenoid Yang Aktif Antibakteri
Pada Herba Meniran (phyllanthus niruri Linn). Jurnal Kimia. 2008; 2(1): 31-39
8. Mariajancyrani, et al. Isolation and Antibacterial Activity Of Terpenoid From
Bougenvillea Glabra Choicy Leaves. Asian Journal Of Plants Science And
Research. 2013; 3(3): 70-73.
9. Sahu Sachi. New Terpenoid From The Rhizomes Of Cyperus Scariosus.
International Journal Of Chemical Engineering and Application. 2010; 1(1).
10. Retnowati, Rurini, dkk. Isolasi dan Karakterisasi Terhadap Minyak Mint Dari Daun
Mentha Arvensis Segar Hasil Distilasi Uap-Air. Kimia Student Journal. 2013; 2(2):
574-579.
11. Gadhvi Rekha, et al. Isolation Of Terpenoid Constituents From Lippia Nodiflora By
Preparative HPTCL Method. International Journal Of Medicine Plants and
Alternative Medicine. 2013; 1(6): 104-109
12. Hadipoetyanti, E, Amalia, Nursalam, dan Sri S. Adaptasi Empat Nomor Harapan
Mentha (Mentha Arvensis L.) di KP Cicurung, Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia.
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. 2009; 2: 1-8
13. Rita Susanah Wiwik. Isolasi, Identifikasi, Dan Uji Aktivitas Antibakteri Senyawa
Golongan Triterpenoid Pada Rimpang Temu Putih (Curcuma zedoaria). Jurnal
Kimia. 2010; 4 (1): 20-26.
14. Shekhar Bhosle, et al. Antimicrobial Activity Of Terpenoid Extracts From
Ganoderma Sample. International Journal Of Pharmacy and Life Science. 2010.

Anda mungkin juga menyukai