Studi Kasus Pengadaan Barang dan Jasa ini berdasarkan pengalaman sebagai pelaku
Kelompok Kerja ULP yang melaksanakan proses Pengadaan Pekerjaan Konstruksi di
pemerintahan Provinsi Jawa Barat pada OPD Dinas Bina Marga tahun anggaran 2015.
Permasalahan :
Terjadinya Gagal Lelang dan Lelang Ulang.
Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi yang Putus Kontrak dan Gagal Konstruksi.
Proses hukum bersifat Persekongkolan dalam Tender.
Studi Kasus 1 :
Di dapatkannya Penyedia Jasa yang berkompeten pada bidang Pekerjaan Konstruksi yang
di adakan melalui Pengadaan Pekerjaan Konstruksi.
Kelompok Kerja Pekerjaan Konstruksi mempersyaratkan ketentuan bahwa Penyedia Jasa
yang mengikuti Pengadaan Pekerjaan Konstruksi, mutlak harus berdiri di atas 3 (tiga)
tahun, sebagaimana petikan Dokumen Pengadaan Pekerjaan Konstruksi
Peningkatan/Rehabilitasi Jalan/Jembatan di OPD Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat
Tahun Anggaran 2015 sebagai berikut :
DOKUMEN PENGADAAN
BAB IV. Lembar Data Pemilihan (LDP)
• Huruf K. Ambang Batas Sistim Gugur, Angka 2. Unsur Teknis yang di nilai :
a) Pengalaman Perusahaan (Nilai Maksimum 30)
Penilaian dilakukan terhadap pengalaman pekerjaan yang pernah
dikerjakan selama 4 (empat) tahun terakhir. Untuk perusahaan
yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun tidak dilakukan
penilaian terhadap pengalaman perusahaan.
Tabel 01 : PETIKAN DOKUMEN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
*)
Produk :
Kelompok Kerja
Pekerjaan Konstruksi
*) Catatan :
Petikan Dokumen Pengadaan diambil dari : Dokumen Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Rehabilitasi Jalan Subang - Bts. Bandung (20,00 Km),
Lingkup pekerjaan : Pekerjaan Perkerasan Hotmix, Badan Usaha : Non-Kecil, Sumber Dana : APBD Prov. Jabar, Tahun Anggaran 2015.
Penjelasan dari Tabel 01 sebagai berikut :
Dari produk Dokumen Pengadaan yang di buat oleh Kelompok Kerja Pekerjaan Konstruksi
pada Tabel 01 menunjukan bahwa Penyedia Jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun
dan berbadan usaha Non-Kecil tidak dilakukan penilaian terhadap Pengalaman Perusahaan,
yang akan mengakibatkan didapatkannya Bobot Nilai Maximum adalah sebesar 70,
sedangkan Ambang Batas Sistem Gugur mempersyaratkan Bobot Nilai > 75 (usaha non-
kecil). Persyaratan tersebut di atas mengakibatkan Penyedia Jasa yang baru berdiri kurang
dari 3 (tiga) tahun tidak dapat mengikuti Pengadaan Pekerjaan Konstruksi yang di adakan.
Dokumen Pengadaan yang di buat oleh Kelompok Kerja Pekerjaan Konstruksi tersebut
menyimpang dari Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 dan Perubahannya, Bagian
Ketujuh, Penyedia Barang/Jasa, Pasal 19, No. 1, berbunyi :
Penyedia Barang/Jasa dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa wajib memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
c) memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia Barang/Jasa
dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah
maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak;
d) ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf c, dikecualikan bagi Penyedia
Barang/Jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun;
Studi Kasus 02 :
Di dapatkannya Penyedia Jasa yang dapat menyelesaikan Pekerjaan Konstruksi sesuai
Spesifikasi Teknis dan Waktu Pelaksanaan yang telah di tetapkan pada Dokumen
Pengadaan.
Kelompok Kerja Pekerjaan Konstruksi mempersyaratkan ketentuan bahwa Penyedia Jasa
yang mengikuti Pengadaan Pekerjaan Konstruksi harus memiliki peralatan yang
diperlukan untuk dapat menyelesaikan Pekerjaan Konstruksi yang di adakan,
sebagaimana petikan Dokumen Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Peningkatan/Rehabilitasi
Jalan/Jembatan di OPD Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2015 yang
mempersyaratkan kepemilikan pengalaman pekerjaan sebagai berikut :
DOKUMEN PENGADAAN
BAB IV. Lembar Data Pemilihan (LDP)
• Huruf K. Ambang Batas Sistim Gugur, Angka 2. Unsur Teknis yang di nilai :
c) Peralatan (Nilai maksimum 40)
Peralatan yang dinilai hanya yang tercantum dalam daftar kebutuhan
peralatan minimum sebagaimana Tabel 02 pada Lembar Data Pemilihan
(LDP).
Tabel 02 : PETIKAN DOKUMEN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
*)
Produk :
Kelompok
Kerja
Pekerjaan
Konstruksi
*) Catatan :
Petikan Dokumen Pengadaan diambil dari : Dokumen Pengadaan Pekerjaan Konstruksi
Rehabilitasi Jalan Jl. Ters. Alfathu - Lingkar Selatan Soreang (3,75 Km) (ABT), Lingkup
pekerjaan : Pekerjaan Perkerasan Hotmix, Pagu Anggaran : Rp. 13.000.000.000,00, Badan
Usaha : Non-Kecil, Sumber Dana : APBD Prov. Jabar, Tahun Anggaran 2015.
Penjelasan dari Tabel 02 sebagai berikut :
Dari produck Dokumen Pengadaan yang di buat oleh Kelompok Kerja Pekerjaan Konstruksi pada
Tabel 02 menunjukan bahwa Bobot Nilai pada alat AMP mempunyai Bobot Nilai paling besar.
Hal ini menunjukan bahwa Penyedia Jasa dan berbadan usaha Non-Kecil yang mengikuti
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi pada OPD Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat harus memiliki
Alat AMP, dan Penyedia Jasa yang tidak memiliki alat AMP harus ber KSO/JO dengan perusahaan
pemilik AMP.
Dokumen Pengadaan yang di buat oleh Kelompok Kerja Pengadaan Pekerjaan Konstruksi
tersebut menyimpang dari Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 dan Perubahannya, pada
BAB II TATA NILAI PENGADAAN, Bagian Pertama, Prinsip-Prinsip Pengadaan, Pasal 5 yang
berbunyi :
“Dengan menerapkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan, keterbukaan, bersaing,
adil/tidak diskriminatif dan akuntabel akan meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap proses Pengadaan Barang/Jasa, karena hasilnya dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat dari segi administrasi, teknis dan keuangan.”
Bersaing, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan melalui persaingan yang sehat
diantara sebanyak mungkin Penyedia Barang/Jasa yang setara dan memenuhi persyaratan,
sehingga dapat diperoleh Barang/ Jasa yang ditawarkan secara kompetitif dan tidak ada
intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam Pengadaan Barang/Jasa
DIAGRAM PEMBENTUKAN POKJA ULP DAN
PENETAPAN
PROSES PEMBUATAN DOKUMEN PENGADAAN
PERANGKAT USULAN
ORGANISASI ULP PERANGKAT ORGANISASI ULP
PERANGKAT KEPALA
ORGANISASI DAERAH KEPALA ULP
ULP
PENUGASAN
USULAN POKJA ULP
PENGADAAN
SPESIFIKASI TEKNIS, RINCIAN HPS,
RANCANGAN KONTRAK
PA
POKJA ULP (KEPALA OPD)
Saran :
Membuat ULP menjadi Badan tersendiri, yang terbebas dari segala bentuk interfensi.
Memberikan sosialisasi, masalah peraturan dan pelanggaran hukum atas dasar pelaksanaan
dari Pengadaan Barang/Jasa.
Memantau pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
Membuat peraturan agar Perangkat Organisasi ULP terhindar dari ranah hukum akibat
kelalaian pada pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.