Anda di halaman 1dari 2

Nama : Laras Nur Aini Pratiwi

Prodi : PPG Prajabatan PGSD


Kelas C Bandar Lampung

TUGAS 1.4. ARGUMENTASI KRITIS GERAKAN TRANSFORMASI KI


HADJAR DEWANTARA

Pada tahun 1854 Para Bupati menginisiasi Pendirian sekolah kabupaten yang hanya
mendidik calon pegawai dan pada tahun yang sama berdiri Sekolah Bumi Putra,
Rakyat hanya diajarkan membaca, menulis dan menghitung seperlunya untuk
mendukung usaha Penjajah. Pada tanggal 20 Mei 1908 berdiri organisasi Boedi
Oetomo, dan pada tahun 1920 lahir cita-cita baru perubahan radikal dalam
Pendidikan dan pengajaran. Pada tahun 1922 Lahir Taman Siswa sebagai gerbang
emas kemerdekaan dan kebebasan bangsa, didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara,
Bapak Pendidikan Indonesia, Anggota Tiga Serangkai dan Menteri Pendidikan
Indonesia pertama, Beliau adalah seorang aktivis pergerakan, aktivis pendidikan,
serta aktivis kebudayaan. Beliau lahir pada tanggal 2 Mei 1889 dengan nama RM
Soewardi Soerjaningrat, yang diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Beliau
meninggal dunia pada 26 April 1959
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang Pendidikan, Pengajaran serta Kebudayaan.
Pengajaran adalah Sebagian dari Pendidikan untuk siswa memiliki pengetahuan dan
kecakapan yang cukup untuk hidup, artinya memerdekakan lahirnya, dan
pendidikan untuk memerdekakan atas batinnya (budi pekerti, Budi : Cipta, Rasa
dan Karya serta pekerti adalah tenaga), yang ditampilkan melalui tajamnya pikiran,
halusnya rasa, kuatnya kemauan. Pendidikan dan Kebudayaan tidak terpisahkan,
anak bukan hanya sekolah, lalu mendapatkan nilai, tetapi lebih dari itu, yaitu untuk
membentuk nilai kemanusiaan serta membentuk peradaban. Ki Hadjar Dewantara
mewujudkan Pendidikan di Indonesia berdasarkan citra nilai Indonesia, maka dari
itu Beliau menerapkan tiga semboyan Pendidikan, yaitu : Ing ngarso sung tulodo,
Ing madyo mangun karso, Tur wuri handayani, yang berarti mejadi pemimpin yang
baik adalah di depan memberikan teladan, ditengan terus berprakarsa, mendukung
dan mendorong untuk tetap maju.
Pemikiran selanjutnya adalah tentang perubahan. Banyak hal yang bisa berubah dan
harus berubah, karena kebudayaan tidak statis, kebudayaan terus bergerak
berdasarkan kodrat alam dan kodrat zaman, sehingga pendidikan juga tidak boleh
statis, harus bergerak mengikuti perubahan. Prinsip ketika perubahan terjadi adalah
Asas Trikon, Kontuinitas (tetap ada kesinambungan dan berakar dengan nilai
kebudayaan, identitas bangsa), Konvergensi (mengarah ke sifat universal yaitu
kemanusiaan), Konsentris(memiliki pusat yang sama namun tetap harus
menghargai perbedaan dan keunikan yang ada).

Tujuan pendidikan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Mendidik adalah menuntun,
bukan memaksakan kehendak pendidik kepada anak, harus “Berhamba pada sang
anak”,yaitu keharusan memandang anak dengan rasa hormat, dan berorientasi
kepada anak. Kesempurnaan budi pekerti membawa anak pada kebijaksanaan dan
akan menghadirkan insan yang bijaksana.

Anda mungkin juga menyukai