PENDAHULUAN
Lawang Sewu, sedangkan lokusnya adalah pada Kota Semarang letak berdirinya
manajemennya.
Kota Semarang merupakan Ibu Kota Jawa Tengah yang memiliki bermacam
ciri khas atau ikon. Tempat-tempat yang cukup populer di Kota Semarang
diantaranya adalah Kawasan Simpang Lima Semarang, Kota Tua, Tugu Muda, dan
dan menikmati segala destinasi yang ditawarkan. Selain menjadi destinasi wisata
yang merupakan ciri khas Kota Semarang, tempat-tempat tersebut menjadi aset
daerah yang menarik Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam sektor kepariwisataan,
oleh karena itu pemerintah dalam hal ini adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
1
(Disbudpar) Kota Semarang selalu melakukan upaya untuk tetap memasarkan
sebuah destinasi wisata yang merupakan salah satu potensi cagar budaya dari Kota
Semarang yang juga menjadi ikon Kota Semarang, yaitu Gedung Lawang Sewu.
Gedung ini selalu dipadati oleh wisatawan domenstik maupun mancanegara. Daya
tarik Gedung Lawang Sewu bagi wisatawan adalah sejarah, budaya, dan arsitektur
bangunan yang sangat indah. Bangunan Lawang Sewu berdiri pada Tahun 1904,
didirikan oleh Pemerintah Belanda. Pada masanya, gedung ini digunakan sebagai
Kantor Pusat Perusahaan Kereta Api Belanda yang memiliki jumlah pegawai hingga
2000 orang. Gedung yang beriri tiga lantai ini merupakan karya arsitek Belanda
ternama Prof Jacob F Klinkhamer dan BJ Queendag.1 Letak bangunan ini ada di sisi
timur Tugu Muda Semarang, pada Jalan Pandanaran. Disebut Lawang Sewu, bukan
karena memiliki pintu seribu, melainkan karena memiliki pintu yang sangat banyak
dan di ibaratkan dalam Bahasa Jawa berjumlah “sewu” atau dalam Bahasa Indonesia
adalah seribu.
Lawang Sewu menjadi aset PT KAI (Persero) yang tidak digunakan lagi. Gedung ini
dibiarkan berdiri begitu saja sehingga tampak kusam dan gelap. Tidak jarang gedung
1
Lawang Sewu Pemuda. http://seputarsemarang.com/lawang-sewu-pemuda1272/. Diakses Pada 6
Maret 2015. Pukul 13.00
2
ini mendapat stigma mistis karena lama tidak berpenghuni. Hingga bertahun-tahun
lamanya sejak Gedung Lawang Sewu tidak dioperasikan membuat gedung ini dijauhi
sebagai sebuah destinasi wisata dengan tujuan agar Bangsa Indonesia dapat
mengenang sejarah serta menikmati daya tarik gedung yang meliputi arsitektur dan
budaya, dan sejarah pada Gedung Lawang Sewu. Pada awalnya, pemanfaatan gedung
Lawang Sewu sebagai tempat wisata, belum di resmikan oleh pemerintah, namun
dengan adanya usaha yang maksimal dari pihak pengelola dengan dukungan
maka Gedung Lawang Sewu memiliki perhatian dari pihak pemerintah, yang pada
kala itu berbentuk perlindungan hukum dari Kejaksaan Tinggi Negeri (Kejari).
Adanya perhatian dari pihak pemerintah ini dinilai sangat positif oleh berbagai
kalangan, misalnya oleh HPI. Hal ini juga dapat memberikan berbagai dampak positif
pihak pengelola yang dalam hal ini adalah PT KAI (Persero) melakukan berbagai
macam upaya untuk memaksimalkan daya tarik wisata yang ditawarkan oleh Lawang
Sewu, sehingga gedung tersebut dijadikan tujuan wisata oleh para wisatawan. Hal
tersebut dilakukan oleh pihak pengelola dengan berbagai macam upaya untuk
3
menarik wisatawan, misalnya dengan cara mengadakan berbagai festival budaya,
pameran, ataupun lainya yang mampu menarik minat wisatawan untuk datang
berkunjung.
pihak-pihak lain seperti pemerintah daerah serta civitas akademik. Misalnya pameran
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berupa produk-produk hasil kreativitas
(Disperindag). Hal ini tentunya berdampak baik bagi dua pihak, yaitu bagi pihak
pengelola Lawang Sewu, serta Pemerintah yang dalam hal ini adalah Disperindag. PT
KAI (Persero) selaku pemilik dan pengelola Gedung Lawang Sewu mendapat
keuntungan atas kenaikan jumlah pengunjung dan dapat menunjukan daya tariknya,
usaha para pengusaha mikro dengan membantu pemasaran produk melalui pameran.
Hal tersebut sangat potensial karena wisatawan akan semakin ramai mengunjungi
prestasi yang baik terhadaap pihak pengelola. Hal ini menjadi prestasi karena dalam
fakta, minat masyarakat akan wisata museum atau heritage pada era modern seperti
4
Gedung Lawang sewu jauh memiliki popularitas. Dalam tiga tahun terakhir saja
Pada arsip pihak heritage KAI mencatat jumlah pengunjung yang selalu
naik tiap tahunnya. Data tersebut ditunjukan oleh Tabel 1.1 dan Gambar 1.1 tentang
tabel dan grafik jumlah pengunjung Lawang Sewu Tahun 2011-2014. Dalam
gambar tersebut terlihat adanya kenaikan jumlah pengunjung setiap tahunnya dalam
Berdasarkan tabel 1.1 jumlah wisatawan Lawang Sewu selalu naik dari tahun ke
tahun dalam kurun waktu 2011-2014. Pada tiap bulannya juga didominasi mengalami
5
Bila diolah dengan menggunakan grafik, akan lebih terlihat garis kenaikan
jumlah wiisatawan Lawang Sewu. Grafik tersebut menunjukan gambar garis tertinggi
pada tahun 2014 dan menunjukan angka ribuan pada jumlah wisatawan tiap
tahunnya.
80000
70000
60000
50000
2011
40000
2012
30000
2013
20000
2014
10000
Dari data yang dipaparkan tersebut menunjukan bahwa adanya peningkatan jumlah
pengunjung Gedung Lawang Sewu dari tahun ke tahun selama kurun waktu 2011-
2014. Peningkatan tersebut adalah sebesar 83,51% dari tahun 2011 ke 2012, 91,92
pada tahun 2013, dan melampaui kenaikan hingga 100% lebih pada tahun 2014
Semarang Lawang Sewu selalu unggul yang dibuktikan dengan jumlah pengunjung
6
yang melampaui jumlah ratusan ribu wisatawan tiap tahunnya dengan prosentase
yang sangat tinggi hingga melampaui angka 100%. Misalnya bila dibandingkan
dengan destinasi lain yang serupa dan berada di Kota Semarang, yaitu Museum
Mandala Bhakti. Apabila dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan tetap jauh
dibawah jumlah wisatawan Lawang Sewu, bahkan pada Museum Mandala Bhakti,
Tahun 2010-2013
Pengunjung Tahun
Wisman 96 107 48 27
Dari Tabel 1.1 dan Gambar 1.1 tentang tabel dan grafik jumlah pengunjung Lawang
Sewu Tahun 2011-2014 dapat disimpulkan bahwa dalam kurun waktu 2010 hingga
tahunnya. Pada tahun 2011 mengalami jumlah peningkatan sebesar 4,42% dari tahun
2010, tahun 2012 mengalami penurunan sekitar 11% dan mengalami penurunan
kembali pada tahun 2013 yaitu sebesar 66,91% pada taun 2013.
sangat berbeda. Lawang sewu tiap tahunnya mengalami kenaikan jumlah pengunjung
7
yang sangat besar, sedangkan Museum Mandala Bhakti mengalami penurunan.
Dilihat dari prosentasenya Lawang Sewu juga sangat unggul karena mampu
mencapai angka diatas 100%. Selain dalam hal jumlah pengunjung, kepopuleran
tinggi, terlebih lagi pada kaum muda. Era digitalisasi ini ditandai dengan keaktifan
netizen dalam mengakses jejaring sosial, seperti facebook, path, twitter, instagram,
dan lain-lain. Dengan adanya jejaring sosial tersebut juga dapat digunakan sebagai
media promosi apapun. Hal itu karena kecanggihan dari teknologi sekarang yang
mampu mempublikasi atau berbagi gambar dan lokasi dari seseorang pada dunia.
Selain itu, hastag ataupun likers pada jejaring sosial menandakan populernya suatu
tempat, sehingga netizen memberikan like dan hastagnya saat mengunggah fotonya
disuatu tempat. Begitu juga yang terjadi pada likers dan hastag di Lawang Sewu.
Jumlah hastag dan likers Lawang Sewu pada dunia maya menandakan telah
dikenalnya Lawang Sewu atau populernya Lawang Sewu pada netizen. Keberhasilan
dalam pengembangan wisata Lawang Sewu ini juga ditandai dengan banyaknya
jumlah likers dan hastag pada tiga jenis jejaring sosial yang saat ini menjadi
Pada kurun waktu hingga Bulan Mei 2015, jumlah likers, followers, dan
hastag pada Lawang Sewu jauh melampaui Mandala Bhakti. Perbedaan ini sangat
mencolok terutama pada media Instagram, sedangkan pada Twitter tidak ditemukan
8
akun Museum Mandala Bhakti. Hal ini menandakan bahwa pemasaran Museum
Tabel 1.3 Jumlah Pengikut dan Hastag Museum Mandala Bhakti dan
Lawang Sewu pada Tiga Media Sosial dalam Kurun Waktu Hingga Mei 2015
Mandala 3 - 35
Bhakti
Diolah dari berbagai Sumber (facebook, instagram, dan twitter Museum Madala
Bhakti dan Lawang Sewu)
Tabel 1.3 tersebut menunjukan bahwa, jumlah likers di facebook Lawang Sewu lebih
unggul jumlahnya hingga kurang lebih 215,6% dibanding dengan Mandala Bhakti.
Pada media sosial Twitter, Museum mandala Bhakti tidak ditemukan. Sementara pada
instagram,jumlah hastag diambil dari jumlah yang terbanyak. Hastag Lawang sewu
Pengelolaan dalam hal ini dilakukan oleh pihak Lawang Sewu dengan berbagai
heritage yang baik, kapasitas kelembagaan, strategi pemasaran dan lain-lain. Adanya
bermacam metode dan strategi dalam pengembangan daya tarik wisatanya, kapasitas
9
kelembagaan adalah stategi yang paling mempengaruhinya karena lebih banyak
dalam beberapa aspek, misalnya aspek pengorganisasian dan pembagian tugas, selain
itu jiga dalam membentuk jariangan kerja agar pemasaran destinasi wisata lebih
Sewu membuahkan hasil yang ditandai dengan peningkatan jumlah pengunjung. Hal
Wisatawan enggan untuk berkunjung ke Gedung Lawang Sewu. Terlebih lagi adanya
pelebaran jaringan kerja dalam salah satu aspek penguatan kapasitas kelembagaan
didalamnya, pihak Lawang Sewu yang bekerjasama dengan berbagai sektor, misalnya
pada media yang menuliskan artikel tentang pesona wisata Lawang Sewu yang tidak
mengembangkan Wisata Lawang Sewu hingga mampu menjadi ikon Kota Semarang
yang selalu mendatangkan jumlah wisatawan yang tidak sedikit. Penelitian mengenai
10
kapasitas kelembagaan dalam pengembagan Wisata Lawang Sewu merupakan hal
yang cukup penting sebagai best practice yang diharapkan dapat menjadi hal baik
bagi pengembangan wisata lain sejenis. Penelitian sejenis yang berlokus di Lawang
Sewu hanya memiliki fokus pada nilai-nilai arsitektur, budaya, aspek tropis, dan
penguatan kapasitas kelembgaan didalamnya, oleh karena itu perlu ada pengkajian
Dari paparan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah pada penelitian
11
I.3 Tujuan Penelitian
Lawang Sewu
Lawang Sewu
Sewu
wisata
12