Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian ini berfokus pada best practice terhadap pengelolaan Wisata

Lawang Sewu, sedangkan lokusnya adalah pada Kota Semarang letak berdirinya

gedungtersebut. Best practice tersebut ditunjukkan dengan adanya keberhasilan

pengelola Lawang Sewu dalam mempopulerkan destinasi tersebut pada wisatawan,

serta mampu meningkatkan jumlah wisatawan. Tingginya jumlah wisatawan pada

Lawang Sewu mengartikan bahwa adanya faktor-faktor yang menyebabkan adanya

keberhasilan dalam pengelolaan Lawang Sewu yang dijalankan oleh pihak

manajemennya.

Kota Semarang merupakan Ibu Kota Jawa Tengah yang memiliki bermacam

ciri khas atau ikon. Tempat-tempat yang cukup populer di Kota Semarang

diantaranya adalah Kawasan Simpang Lima Semarang, Kota Tua, Tugu Muda, dan

lain-lain. Kawasan-kawasan tersebut menarik wisatawan untuk datang berkunjung

dan menikmati segala destinasi yang ditawarkan. Selain menjadi destinasi wisata

yang merupakan ciri khas Kota Semarang, tempat-tempat tersebut menjadi aset

daerah yang menarik Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam sektor kepariwisataan,

oleh karena itu pemerintah dalam hal ini adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

1
(Disbudpar) Kota Semarang selalu melakukan upaya untuk tetap memasarkan

destinasi-destinasi tersebutpada masyarakat.

Selain destinasi yang dikelola oleh Disbudpar Kota Semarang, terdapat

sebuah destinasi wisata yang merupakan salah satu potensi cagar budaya dari Kota

Semarang yang juga menjadi ikon Kota Semarang, yaitu Gedung Lawang Sewu.

Gedung ini selalu dipadati oleh wisatawan domenstik maupun mancanegara. Daya

tarik Gedung Lawang Sewu bagi wisatawan adalah sejarah, budaya, dan arsitektur

bangunan yang sangat indah. Bangunan Lawang Sewu berdiri pada Tahun 1904,

didirikan oleh Pemerintah Belanda. Pada masanya, gedung ini digunakan sebagai

Kantor Pusat Perusahaan Kereta Api Belanda yang memiliki jumlah pegawai hingga

2000 orang. Gedung yang beriri tiga lantai ini merupakan karya arsitek Belanda

ternama Prof Jacob F Klinkhamer dan BJ Queendag.1 Letak bangunan ini ada di sisi

timur Tugu Muda Semarang, pada Jalan Pandanaran. Disebut Lawang Sewu, bukan

karena memiliki pintu seribu, melainkan karena memiliki pintu yang sangat banyak

dan di ibaratkan dalam Bahasa Jawa berjumlah “sewu” atau dalam Bahasa Indonesia

adalah seribu.

Zaman semakin berlalu, hingga pada pasca Kemerdekaan Indonesia, Gedung

Lawang Sewu menjadi aset PT KAI (Persero) yang tidak digunakan lagi. Gedung ini

dibiarkan berdiri begitu saja sehingga tampak kusam dan gelap. Tidak jarang gedung

1
Lawang Sewu Pemuda. http://seputarsemarang.com/lawang-sewu-pemuda1272/. Diakses Pada 6
Maret 2015. Pukul 13.00

2
ini mendapat stigma mistis karena lama tidak berpenghuni. Hingga bertahun-tahun

lamanya sejak Gedung Lawang Sewu tidak dioperasikan membuat gedung ini dijauhi

oleh orang-orang karena kesan mistisnya.

Hingga pada Tahun 2008, PT KAI (Persero) menjadikan Lawang Sewu

sebagai sebuah destinasi wisata dengan tujuan agar Bangsa Indonesia dapat

mengenang sejarah serta menikmati daya tarik gedung yang meliputi arsitektur dan

budaya, dan sejarah pada Gedung Lawang Sewu. Pada awalnya, pemanfaatan gedung

Lawang Sewu sebagai tempat wisata, belum di resmikan oleh pemerintah, namun

dengan adanya usaha yang maksimal dari pihak pengelola dengan dukungan

Himpunan Pariwisata Indonesia (HPI), yang merupakan komunitas pecinta wisata,

maka Gedung Lawang Sewu memiliki perhatian dari pihak pemerintah, yang pada

kala itu berbentuk perlindungan hukum dari Kejaksaan Tinggi Negeri (Kejari).

Adanya perhatian dari pihak pemerintah ini dinilai sangat positif oleh berbagai

kalangan, misalnya oleh HPI. Hal ini juga dapat memberikan berbagai dampak positif

bagi Bangsa Indonesia sendiri karena akan memberikan pelajaran sejarah

kemerdekaan Indonesia melalui bangunan ini.

Seiring dengan dijadikannya Gedung Lawang Sewu sebagai destinasi wisata,

pihak pengelola yang dalam hal ini adalah PT KAI (Persero) melakukan berbagai

macam upaya untuk memaksimalkan daya tarik wisata yang ditawarkan oleh Lawang

Sewu, sehingga gedung tersebut dijadikan tujuan wisata oleh para wisatawan. Hal

tersebut dilakukan oleh pihak pengelola dengan berbagai macam upaya untuk

3
menarik wisatawan, misalnya dengan cara mengadakan berbagai festival budaya,

pameran, ataupun lainya yang mampu menarik minat wisatawan untuk datang

berkunjung.

Event-event pameran dan festival biasanya diadakan bekerjasama dengan

pihak-pihak lain seperti pemerintah daerah serta civitas akademik. Misalnya pameran

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berupa produk-produk hasil kreativitas

masyarakat yang diadakan bekerjasama dengan Dinas Perindutrian dan Perdagangan

(Disperindag). Hal ini tentunya berdampak baik bagi dua pihak, yaitu bagi pihak

pengelola Lawang Sewu, serta Pemerintah yang dalam hal ini adalah Disperindag. PT

KAI (Persero) selaku pemilik dan pengelola Gedung Lawang Sewu mendapat

keuntungan atas kenaikan jumlah pengunjung dan dapat menunjukan daya tariknya,

sedangkan Disperindag dapat mensukseskan programnya dalam mendorong semangat

usaha para pengusaha mikro dengan membantu pemasaran produk melalui pameran.

Hal tersebut sangat potensial karena wisatawan akan semakin ramai mengunjungi

Lawang Sewu untuk menikmati destinasi tersebut sekaligus mengunjungi festival

serta pameran didalamnya.

Tingginya minat wisatawan yang mengunjungi Lawang sewu merupakan

prestasi yang baik terhadaap pihak pengelola. Hal ini menjadi prestasi karena dalam

fakta, minat masyarakat akan wisata museum atau heritage pada era modern seperti

sekarang ini terbilang sangat rendah. Dibanding dengan museum-museum lain,

4
Gedung Lawang sewu jauh memiliki popularitas. Dalam tiga tahun terakhir saja

mampu melampaui jumlah wisatawan hingga ratusan ribu wisatawan.

Pada arsip pihak heritage KAI mencatat jumlah pengunjung yang selalu

naik tiap tahunnya. Data tersebut ditunjukan oleh Tabel 1.1 dan Gambar 1.1 tentang

tabel dan grafik jumlah pengunjung Lawang Sewu Tahun 2011-2014. Dalam

gambar tersebut terlihat adanya kenaikan jumlah pengunjung setiap tahunnya dalam

kurun waktu 2011 hingga 2014.

Tabel 1.1Jumlah Pengunjung Gedung Lawang Sewu Tahun 2011-2014

No Bulan Tahun Keterangan


2011 2012 2013 2014
1 Januari 5602 6592 14344 40825
2 Februari 3541 3757 8632 20604
3 Maret 2991 4418 14427 32692
4 April 4861 4420 9776 29784
5 mei 4323 6540 13507 47750
6 Juni 5638 8575 17522 43422
7 Juli 5148 12455 11358 38548
8 Agustus 3382 16498 26610 54923
9 September 10863 10746 14338 33130
10 Oktober 7107 9689 18156 32314
11 November 4327 11458 28755 37206
12 Desember 10847 26548 56134 71870
JUMLAH 68630 121696 233559 483068
Sumber: Heritage KAI

Berdasarkan tabel 1.1 jumlah wisatawan Lawang Sewu selalu naik dari tahun ke

tahun dalam kurun waktu 2011-2014. Pada tiap bulannya juga didominasi mengalami

peningkatan dan jumlahnya hingga ribuan wisatawan. Jumlah wisatawan tertinggi

adalah pada Desember 2014.

5
Bila diolah dengan menggunakan grafik, akan lebih terlihat garis kenaikan

jumlah wiisatawan Lawang Sewu. Grafik tersebut menunjukan gambar garis tertinggi

pada tahun 2014 dan menunjukan angka ribuan pada jumlah wisatawan tiap

tahunnya.

Gambar 1.1 : Grafik Jumlah Pengunjung Lawang Sewu Tahun 2011-2014

80000

70000

60000

50000
2011
40000
2012
30000
2013
20000
2014
10000

Sumber: heritage KAI Lawang Sewu

Dari data yang dipaparkan tersebut menunjukan bahwa adanya peningkatan jumlah

pengunjung Gedung Lawang Sewu dari tahun ke tahun selama kurun waktu 2011-

2014. Peningkatan tersebut adalah sebesar 83,51% dari tahun 2011 ke 2012, 91,92

pada tahun 2013, dan melampaui kenaikan hingga 100% lebih pada tahun 2014

yaitu sebesar 106,82%.

Apabila dibandingan dengan destinasi-destinasi lain khususnya di Kota

Semarang Lawang Sewu selalu unggul yang dibuktikan dengan jumlah pengunjung

6
yang melampaui jumlah ratusan ribu wisatawan tiap tahunnya dengan prosentase

yang sangat tinggi hingga melampaui angka 100%. Misalnya bila dibandingkan

dengan destinasi lain yang serupa dan berada di Kota Semarang, yaitu Museum

Mandala Bhakti. Apabila dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan tetap jauh

dibawah jumlah wisatawan Lawang Sewu, bahkan pada Museum Mandala Bhakti,

mengalami penurunan jumlah pengunjung dalam kurun waktu 2010-2013.

Tabel 1.2 Jumlah Pengunjung Museum Mandala Bhakti Semarang

Tahun 2010-2013

Pengunjung Tahun

2010 2011 2012 2013

Wisnus 8017 8365 7585 4546

Wisman 96 107 48 27

Jumlah 8113 8472 7633 4573

Sumber: Arsip Museum Mandala Bhakti tahun 2010-2013

Dari Tabel 1.1 dan Gambar 1.1 tentang tabel dan grafik jumlah pengunjung Lawang

Sewu Tahun 2011-2014 dapat disimpulkan bahwa dalam kurun waktu 2010 hingga

2013, Museum Mandala Bhakti mengalami penurunan jumlah wisatawan tiap

tahunnya. Pada tahun 2011 mengalami jumlah peningkatan sebesar 4,42% dari tahun

2010, tahun 2012 mengalami penurunan sekitar 11% dan mengalami penurunan

kembali pada tahun 2013 yaitu sebesar 66,91% pada taun 2013.

Bila dibandingkan dengan jumlah pengunjung pada Lawang Sewu jelas

sangat berbeda. Lawang sewu tiap tahunnya mengalami kenaikan jumlah pengunjung

7
yang sangat besar, sedangkan Museum Mandala Bhakti mengalami penurunan.

Dilihat dari prosentasenya Lawang Sewu juga sangat unggul karena mampu

mencapai angka diatas 100%. Selain dalam hal jumlah pengunjung, kepopuleran

Lawang sewu juga ditunjukan pada media sosial.

Pada era digitalisasi tingkat modernitas manusia terhadap teknologi semakin

tinggi, terlebih lagi pada kaum muda. Era digitalisasi ini ditandai dengan keaktifan

netizen dalam mengakses jejaring sosial, seperti facebook, path, twitter, instagram,

dan lain-lain. Dengan adanya jejaring sosial tersebut juga dapat digunakan sebagai

media promosi apapun. Hal itu karena kecanggihan dari teknologi sekarang yang

mampu mempublikasi atau berbagi gambar dan lokasi dari seseorang pada dunia.

Selain itu, hastag ataupun likers pada jejaring sosial menandakan populernya suatu

tempat, sehingga netizen memberikan like dan hastagnya saat mengunggah fotonya

disuatu tempat. Begitu juga yang terjadi pada likers dan hastag di Lawang Sewu.

Jumlah hastag dan likers Lawang Sewu pada dunia maya menandakan telah

dikenalnya Lawang Sewu atau populernya Lawang Sewu pada netizen. Keberhasilan

dalam pengembangan wisata Lawang Sewu ini juga ditandai dengan banyaknya

jumlah likers dan hastag pada tiga jenis jejaring sosial yang saat ini menjadi

primadona dikalangan netizen, yaitu: facebook, twitter, dan instagram.

Pada kurun waktu hingga Bulan Mei 2015, jumlah likers, followers, dan

hastag pada Lawang Sewu jauh melampaui Mandala Bhakti. Perbedaan ini sangat

mencolok terutama pada media Instagram, sedangkan pada Twitter tidak ditemukan

8
akun Museum Mandala Bhakti. Hal ini menandakan bahwa pemasaran Museum

Mandala Bhakti kurang maksimal dibandingkan dengan Museum Lawang Sewu.

Tabel 1.3 Jumlah Pengikut dan Hastag Museum Mandala Bhakti dan

Lawang Sewu pada Tiga Media Sosial dalam Kurun Waktu Hingga Mei 2015

Nama Facebook Twitter Instagram


museum

Mandala 3 - 35
Bhakti

Lawang Sewu 650 3263 61.285

Diolah dari berbagai Sumber (facebook, instagram, dan twitter Museum Madala
Bhakti dan Lawang Sewu)

Tabel 1.3 tersebut menunjukan bahwa, jumlah likers di facebook Lawang Sewu lebih

unggul jumlahnya hingga kurang lebih 215,6% dibanding dengan Mandala Bhakti.

Pada media sosial Twitter, Museum mandala Bhakti tidak ditemukan. Sementara pada

instagram,jumlah hastag diambil dari jumlah yang terbanyak. Hastag Lawang sewu

lebih ungul kurang lebih 175% dari Mandala Bhakti.

Kelonjakan jumlah pengunujng di Lawang Sewu dan kepopuleran di media

sosial menandakan adanya keberhasilan dalam pengelolaan destinasi tersebut.

Pengelolaan dalam hal ini dilakukan oleh pihak Lawang Sewu dengan berbagai

metode, diantaranya adalah manajemen jaringan, sistem pengelolaan atau manajemen

heritage yang baik, kapasitas kelembagaan, strategi pemasaran dan lain-lain. Adanya

bermacam metode dan strategi dalam pengembangan daya tarik wisatanya, kapasitas

9
kelembagaan adalah stategi yang paling mempengaruhinya karena lebih banyak

kontribusi dalam pengembangannya.

Kapasitas kelembagaan secara sederhana diartikan sebagai kemampuan untuk

mengerjakan tugas-tugas yang tepat dalam mewujudkan pembangunan efektif. Dalam

penerapannya pada pengembangan pariwisata, kapasitas kelembagaan berperan

dalam beberapa aspek, misalnya aspek pengorganisasian dan pembagian tugas, selain

itu jiga dalam membentuk jariangan kerja agar pemasaran destinasi wisata lebih

efektif, oleh karena itu diperlukan penguatan dalam kapasitas kelembagaan.

Dengan adanya kapasitas kelembagaan yang baik dalam pengelolaan Lawang

Sewu membuahkan hasil yang ditandai dengan peningkatan jumlah pengunjung. Hal

ini berbeda ketika aspek-aspek kapasitas kelembagaan belum diterapkan didalamnya.

Wisatawan enggan untuk berkunjung ke Gedung Lawang Sewu. Terlebih lagi adanya

unsur mistis yang melekat di masyarakat akan pandanganya terhadap Gedung

Lawang Sewu membuatnya enggan untuk mengunjunginya. Dengan adanya

pelebaran jaringan kerja dalam salah satu aspek penguatan kapasitas kelembagaan

didalamnya, pihak Lawang Sewu yang bekerjasama dengan berbagai sektor, misalnya

pada media yang menuliskan artikel tentang pesona wisata Lawang Sewu yang tidak

lagi mistis, membuat pemasaran berjalan secara optimal.

Kapasitas kelembagaan merupakan salah satu kunci sukses dalam

mengembangkan Wisata Lawang Sewu hingga mampu menjadi ikon Kota Semarang

yang selalu mendatangkan jumlah wisatawan yang tidak sedikit. Penelitian mengenai

10
kapasitas kelembagaan dalam pengembagan Wisata Lawang Sewu merupakan hal

yang cukup penting sebagai best practice yang diharapkan dapat menjadi hal baik

bagi pengembangan wisata lain sejenis. Penelitian sejenis yang berlokus di Lawang

Sewu hanya memiliki fokus pada nilai-nilai arsitektur, budaya, aspek tropis, dan

belum menyentuh pada sisi pengelolaan serta manajemennya.

Sumber Daya Manusia (SDM), budaya kerja, jaringan kerja, dan

pengorganisasian merupakan beberapa aspek penting dalam keberhasilan suatu

kelembagaan, oleh karena itu untuk mencapai keberhasilannya pengelola Lawang

Sewu juga sangat terpengaruh dengan kelembagaan didalamnya. Keberhasilan dalam

menaikan jumlah wisatawan yang mengindikasikan adanya keberhasilan dalam

penguatan kapasitas kelembgaan didalamnya, oleh karena itu perlu ada pengkajian

tentang keberhasilan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Dari paparan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah: “ Bagaimana gambaran kapasitas kelembagaan yang berkontribusi pada

keberhasilan UPT Bangunan Permuseuman PT KAI (Persero) dalam pengembangan

wisata Lawang Sewu?”

11
I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan peran tiap aktor dalam UPT Bangunan Permuseuman

Lawang Sewu

2. Mendeskripsikan budaya organisasi dalam UPT Bangunan Permuseuman

Lawang Sewu

3. Mendeskripsikan pengorganisasian SDM dalam UPT Bangunan

Permuseuman Lawang Sewu

4. Mendeskripsikan jaringan kerja dalam UPT Bangunan Permuseuman Lawang

Sewu

I.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi tentang sistem kelembagaan dalam pengembangan

wisata

2. Memberikan referensi bagi pihak-pihak yang melakukan penelitian sejenis

3. Memberikan rekomendasi bagi pihak-pihak terkait untuk lebih

mengoptimalkan wisata Lawang Sewu

12

Anda mungkin juga menyukai